
1 minute read
MELAYANI SEBAGAI tentara pelajar
Pada awal tahun 1947, Pak JB Sumarlin mengikuti keluarga Oom Moekidjam dan pindah ke Yogyakarta untuk bersekolah. Ketika pasukan

Advertisement
Belanda melakukan aksi militer ke Yogyakarta, Oom Moekidjam mengungsi ke Kretek, sebuah desa di luar Yogyakarta. Pak Sumarlin pun tidak tinggal diam. Di Yogyakarta, selain bergabung dengan IPPI, ia melakukan pelayanan dengan aktif di Pandu Rakyat serta Palang Merah
Indonesia (PMI). Di IPPI, Pak Sumarlin mengikuti pendidikan gerilya. Di PMI, Pak Sumarlin bertugas melayani dengan cinta kasih, mau mengangkut gerilyawan dan tentara yang terluka ke Rumah
Sakit Panti Rapih.
Melihat suasana perang yang mencekam dan tekad untuk membela negara, pak Sumarlin dengan berani dan tangguh serta totalitas memutuskan untuk bergabung sebagai TP atau
Tentara Pelajar Batalyon yang bermarkas di Desa Brajan. Beliau melakukan tugasnya dengan totalitas dan bahkan tugas rangkap pak Sumarlin di PMI menjadi kamuflase yang baik untuk sekaligus menjalankan peran sebagai penghubung atau kurir bagi para pejuang kemerdekaan di garis depan. Namun, perjuangannya juga tidak selalu mudah, Pak
Sumarlin mengalami sembilan kali penangkapan.
Tapi hal itu tidak mematahkan semangatnya, ia tangguh dan terus berjuang demi Indonesia.