Nashiha 6

Page 1



Panggilan Hidup

cakrawala nashiha

Tiap orang dilahirkan dengan bakat yang berbeda - beda, itu Pasti. Tapi bukan berarti tiap orang hanya terlahir dengan 1 bakat semata. Yang Diperlukan adalah latihan dan terus latihan, agar kita semakin ahli di bidang yang kita merasa kita berbakat di sana atau bahkan di bidang kita yang kita tak merasa berbakat... Setiap kita juga dilahirkan dengan panggilan hidup, di mana kita merasa sangat senang melakukannya walau itu TAMPAKNYA tidak mendatangkan hasil. Tapi Allah punya rencana pada tugas hidup kita itu, tugas untuk membuat dunia kita lebih indah, tugas untuk melengkapi hidup kita sebelum bertemu dengan Nya. Kita hanya harus meyakini bahwa tiap ide baik yang kita keluarkan akan bisa kita jadikan nyata. Ingatkah dengan kain sarung yang kita jadikan sayap lalu kita 'terbang' seperti Superman ? Ingatkah pada tongkat bambu yang kita jadikan senjata lalu kita gagah berani 'berperang' ? ingatkah pada berapa tinggi tali karet yang berhasil kita lompati ? dan sapu ibu yang kita jadikan sapu terbang ? dan kita senang, dan dunia indah. Maka mengapa setiap ide baik dan kreatif yang kita pikirkan dan keluarkan, hanya berakhir dengan keraguan, ketidak mungkinan, keputusasaan dan merasa kita bukan orang yang pantas ? Hidup masih sesederhana saat kamu masih bisa jadi Superman atau Penyihir, masalahnya ternyata ada pada diri sendiri, tepat didalam dada, namanya Ketidak yakinan, padahal mungkin saja Allah memang memberikan kita bakat yang pantas untuk menjadi pelengkap keindahan dunia, menepati janji - janji Nya. Berfikir Cerdas, Bekerja Keras dan berhati ikhlas...

Nashiha Edisi Januari-Februari 2013/V|Hal. 3


Menegakkan Syahadat didalam Diri

B

ahwa Islam adalah Jalan hidup kita adalah kebenaran yang mutlak harus kita terima, diantara kita ada yang beruntung karena sejak lahir kita sudah mendengar kalimat kebesaran Allah lewat Azan dan Iqamah ditelinga kita, dan beberapa mungkin harus melalui jalan panjang hingga menerima kebenaran Islam dengan taruhan nya bila mereka tidak kembali kepada Islam maka mereka tetap berjalan diatas kekafirannya, neraka jadi tempat kembali. Jadi, bersyukurlah bahwa Islam sudah berada dikandung badan, Islam membersihkan dosa yang lalu dan menjaga dari dosa yang akan datang asal kita mengamalkan setiap sendi/rukun nya. Bagaimana jika kita merasa sudah terlalu banyak berdosa dan sudah pasti masuk neraka, mengapa tidak melanjutkan saja dosanya?

Di Zaman Nabi Nuh, Allah membuat Air menenggelamkan gunung paling tinggi di dunia, apa yang tidak mungkin bagi Allah. Halangan dosa yang menggunung tinggi masih bisa dilebur dengan Samudera Ampunan Allah, asal kita betul kembali kepada Allah dengan pengharapan penuh atas ampunan Nya. Yang perlu kita perbaiki yang paling utama adalah Syahadat, bahwa Tiada Ilah selain Allah dan bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah. Zaman sebelum kelahiran nabi, Orang arab jika ditanya “Ma Rabbuka –Siapa Rabb (tuhan)Mu” jawabannya “Allahu Rabbi –Allah adalah Tuhanku” tapi ketika ditanya “Ma Ilahuka –siapa yang kau ibadati?” maka jawaban mereka “Latta, Uzza, Hubal, Tuhan – tuhan yang disembah nenek moyang kami”.

Hal.4|Nashiha Edisi Januari-Februari 2013/V

Ilah maknanya Zat yang

Oleh : Agus Kurniawan

menjadi tujuan peribadatan, kepatuhan, kecintaan, ketakutan, dan ketaatan. Jadi orang Arab sebelum kenabian percaya bahwa Rabb mereka Allah, tapi mereka juga beribadah, patuh, cinta, takut dan taat kepada selain Allah juga. Bagaimana manusia di zaman kita ? Kita kalau masuk masjid maka mau sekere apapun iman kita, kita akan berusaha tampil serapi dan sesopan yang kita bisa, karena itu rumah Allah. Tapi bagaimana kalau diluaran? Kita gak lagi takut pada Allah, yang kita takut itu kalau kita gak dipandang orang, yang membuat hati kita tentram itu kalau berpakaian ikut trend masa kini walau bercelanakan api neraka (hot pants/celana sepaha), yang kita cintai dan takut kehilangan adalah pacar kita, kita taat pada aturan geng tapi menolak kalau ditekan masalah solat, ternyata


sedikit demi sedikit kita sudah berada jauh dari ajaran Syahadat yaitu mentiadakan Ilah – ilah lain selain Allah. Akhirnya yang terjadi adalah Keluarnya kita dari terangnya cahaya Islam yang pernah memimpin peradaban dunia selama 1500 tahun ke jurang kehinaan seperti hari ini:

diomongkan, pujaan dari sesama makhluk tapi yang yang kita pedulikan hanya pujian, rasa suka, like, diomongkan dan pemuliaan dari Allah. Jangan biasakan berbohong dan menutupi diri karena takut tidak disukai makhluk, karena tujuan hidup kita adalah pujian dari Allah, maka berjujur diri dalam cara sikap islami akan membuahkan kecintaan Allah.

Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tiadalah beruntung perniagaannya dan mereka tidak mendapat petunjuk [QS. 2: 16] Harusnya kita merasa tentram, cinta, takut dan taat hanya kepada Allah, dan merasa demikian kepada makhluk hanya karena Allah, jadi apa saya yang bisa kita lakukan untuk menerapkan syahadat dalam keseharian kita? berikut langkahnya :

Allah, yaitu mencintai siapa dan apa yang di cintai Allah, memakai penilaian Allah sebagai penilaian baik buruk kita serta Tidak berprasangka buruk bagi orang yang beribadah kepada Allah.

Beribadah sungguh dan patuh kepada Allah, jadi nggak ada lagi marah kalau di paksa solat, gak ada lagi ringan hati meninggalkan puasa, diri harus dipaksa tuntas untuk mengerjakan perintah Allah dan harus diajarkan rasa tidak nyaman bila tidak mengerjakan perintah Allah atau bermaksiat kepada Nya

Biasakan untuk hanya taat pada aturan Allah dan mentaati aturan lainnya hanya karena Allah serta karena tidak menyalahi aturan Nya, selain itu kita juga harus mendidik diri bahwa setakut – takutnya kita terhadap makhluk tapi lebih takut terhadap Allah, selanjutnya karena takut Allah, kita tidak lagi takut terhadap keburukan makluk.

Menjalani keseharian dengan sudut pandang

Biasakan untuk tidak lagi butuh pujian, rasa suka, like,

Demikian pemaknaan syahadat, tinggal nanti bagaimana pelaksanaan rukun – rukun lainnya, tapi yakinilah bila Syahadat sudah benar maka Tiang Utama Agama sudah kokoh berdiri. Yakini. Insya Allah di edisi berikutnya kita akan belajar tentang kepemimpinan diri dalam Islam hingga kita mampu menggugah dunia dalam terangnya cahaya Islam : “Allah menunjukkan kepadaku dari ujung timur hingga ujung barat (yakni seluruh dunia), dan aku melihat kekuasaan ummatku telah mencapai keduanya.” (Musnad Imam Ahmad) Insya Allah

Nashiha Edisi Januari-Februari 2013/V|Hal. 5


@Safwan

mendesak Allah, dengan berbagai tuntutan, sedangkan ketika allah mengajak kita bertemu, kita malah lari darinya?

AKU BERDOA, MENGAPA TAK TERKABUL?

A

llah, tiap waktu ku sempatkan diri barang berpuluh menit untuk memanjatkan doa, tapi mengapa engkau belum kunjung mengijabahnya?”. Sob, disaat kita berharap doa itu terkabul, hasilnya malah berbaik arah, kita sedih, meronta-ronta, bahkan mungkin bernegatif thingking bahwa“Allah dzalim”, ya termasuk saya. Apa mungkin “allah itu dzalim?”, janganjangan diri kita yang telah melupakannya. Udara yang kita hirup setiap detik, menit, berganti jam, bahkan hingga hari ini, Allah tidak pernah menuntut kita untuk membayar

akan seberapa banyak udara yang dihirup, tapi kog kita malah ngotot untuk menuntut akan sebuah keinginan?, berarti kita termasuk orang egois, memohon ketika perlu, setelahnya ya, kita tinggalkan Allah di mihrabnya sendirian, tanpa kita hiraukan.

Sob, kita mengenal allah, tapi tidak patuh pada perintahnya. Saat kita senang, terkadang lupa akan perintah bahkan mungkin dirinya. Ketika kita pergi ke Pasar, lantas kita masuk ke toko baju, dan kita meminta 1 helai saja, apakah permintaan itu akan di kabulkan oleh pemilik toko??, tapi berbeda sob, ketika kita sudah biasa ketoko itu, berbelanja, akrab dan ramah bersama pemiliknya, saat kita ingin membeli pakaian, menawar dengan harga murah, dengan senanag hati pemilik toko memberikannya. Itulah ilustrasi dari terkabul atau tidaknya suatu doa.

Pangilan Allah telah terngiang-ngiang di telinga, terdengan dari bilik-bilik jendela lantunan suara adzan, disaat itu kita sedang asyik berbincang bersama sahabat, lantas kita hanya berucap “ouch, sudah adzan”, dan kita melanjutkan Kita mengaku bahwa kembali berbincang pada Allah itu tuhan sekalian sahabat, walau kita tahu alam, namun rambupanggilan itu telah tiba. rambunya di abaikan, Mengapa kita harus

Hal.6|Nashiha Edisi Januari-Februari 2013/V


sholat kita lalaikan, mengaji kita lupa, bersedekah apa lagi? Keseharian aja sulit. Sob, jika kita hanya mengingat allah atau berdoa ketika kita sedih melulu, maka allah akan buat kita sedih terus, karena alllah maha tahu, kalau tak dibuat sedih, kita lupa padanya. Bagaimana doa kita ingin dikabulkan oleh allah, jika kita sendiri aja tak mau mengenal dengan selalu menyebut namanya, tak ingin berbincang dengan membaca kitabnya, tak ingin berbagi sesama saudara untuk sedikit menyalurkan rizkinya. Bukan mengapa doa kita yang tak terkabul, jangan-jangan kita yang salah dalam bertindak. Sob, allah selalu memberi apa yang kita butuhkan, udara, hidung, mulut, kita tak pernah meminta padanya, tapi allah dengan mudah memberikan semua itu. Apalagi yang kita pinta, namun cara kita meminta tentu dengan

akrab, apapun yang kita pinta, pasti akan di kasi, apalagi sudah terjalin cinta antara allah bersama kita? Itu yang sampai saat ini saya kejar, hehe. cara terbaik, pergi menghadap bupati aja, kita dengan susah payah untuk berpakaian terbaik, dan cara terbaik coi, apa lagi sama Allah, tentu harus lebih dari pada ketika kita menghadap seorang bupati. “Kita mengaku akan allah, tapi kita tidak patuh� merupakan salah satu aja sob, faktor mengapa doa kita sulit terkabul, minta no HP cewek aja perlu kenalan, apa lagi sama allah, harus lebih kenal dong, cara mengahadap dan mengenal allah yang harus kita perbaiki, dengan sholat kita mengenalkan diri, membaca Qur'an AlKarim kita mengakrabkan diri padanya, insyaallah kalau sudah kenal,

“tak ada satu harapan hamba yang luput dari pendengaran dan penglihatan allah, ia datang menghadap, mengadu, bercerita, maka tak akan ada 1 harapan, doa seorang hamba, yang tak di ijabah, kecuali dengan membawa harapan dan doa tersebut�. Sob, masih ada 9 faktor lagi, mengapa doa kita tak terkabul!, dan kita bahas di kesempatan berikutnya. Galau, bingung, akan doanya yang tak kunjung terkabul, ikuti terus sob kajian ini, karena ini salah satu kajian anti galau, hehe. Mudah-mudahan bermanfaat, salam nashiha. Wassalam.

Nashiha Edisi Januari-Februari 2013/V|Hal. 7


yang sedang terbaring di kamar. “Ada apa sih, Bi?” sahut Ratih dari dalam kamar. “Ini, ada surat untuk Non,” jawab Bi Ratna. “Oh, ya..selipin di bawah pintu saja suratnya Bi,” ujar Ratih. “Baik Non,” sahut Bi Ratna kembali. Tak lama berselang Ratih bangun dari tidurnya, dan membuka pintu kamar untuk mengambil surat yang diberikan Bi Ratna tadi. .Annisa Melyana Andhiani. Betapa terkejutnya saat ia membaca surat itu. Ternyata unyi. Sepi. Lara. Itulah surat itu dikirim oleh seseorang yang dialami Ratih yang tidak dikenalnya. Lebih semenjak ditinggal pergi mengejutkan lagi, orang itu Ayah dan Ibu tercinta bilang kalau dia ingin menjadi untuk selamanya. Ya, mereka sahabat penanya. Hatinya sangat sudah meninggal setahun yang senang saat membaca surat yang lalu karena kecelakaan saat dikirim oleh seseorang yang bepergian ke luar kota. Ratih ternyata bernama Vira. Sahabat sangat syok ketika perawat barunya itu tinggal di Sukadana. RSUD Agoes Djam memberi Dari sinilah mereka akhirnya khabar bahwa kedua orangtuanya sering mengirim curhat lewat berada di rumah sakit. Yang lebih surat. Jalinan persahabatan membuat gadis kecil itu terpukul mereka pun semakin akrab dan adalah saat perawat itu bilang harmonis. Ayah dan Ibunya sudah tiada. Kini, hidup Ratih tidak seperti Walau pun sekuat hati ia yang dulu lagi. Ia tidak merasa berusaha untuk melupakan hidup sendiri dan kesepian lagi. kejadian itu, tetap saja peristiwa Semua itu sudah lebih baik dari mengenaskan yang menimpa kehidupan yang ia rasakan dulu. kedua orangtuanya masih Ia berharap Vira akan menjadi membekas di hati. Ratih trauma. sahabat sejati untuk selamanya. Ia berharap ada seorang teman Pada suatu hari ketika Ratih yang bisa menghibur harihendak mengirim surat buat Vira, harinya. Dan sampai saat ini ia ia mengabarkan, “Vira, kalau tak belum mendapatkan sahabat keberatan, aku ingin kamu yang diimpikan itu. menyertakan fotomu di dalam “Tok..tok..tok. Non, ada surat surat yang nanti hendak kamu untuk Non !” Bi Ratna mengetuk kirim balik kepadaku.” pintu sambil memanggil Ratih

Arti Sebuah

Persahabatan

S

Hal.8|Nashiha Edisi Januari-Februari 2013/V

Dan tak berapa lama surat balasan dari Vira pun datang. Ternyata ia menyelipkan foto dirinya di dalam surat itu. Dengan perasaan suka cita dibukanyalah surat itu. “Rat, ini adalah fotoku, semoga kamu senang melihatnya,” tulis Vira. “Ooo…. jadi ini ya wajah Vira. Cantik sekali,” ucap Ratih dalam hati tersenyum gembira. Ratih pun kembali membalas surat yang di kirim Vira tadi. Ditulisnya kata-kata di atas kertas berwarna pink bergambar Snow White. “Vir, makasih ya udah ngirimin foto kamu. Kapankapan bisa nggak kita ketemuan ya?” Tetapi setelah beberapa hari menunggu, surat balasan dari Vira tak kunjung tiba. “Tok..tok..tok.! Non, ada surat dari kawannya Non !” panggil Bi Ratna mengetuk pintu kamar Ratih. “Haahh..??!! Itu pasti surat dari Vira!” ucapnya dalam hati. Ratih pun segera beranjak dari tempat tidurnya dan langsung menemui Bi Ratna. “Bi, mana surat yang tadi Bibi mau kasih ke aku?” tanya Ratih tak sabaran. “Ini dia Non suratnya !” jawab Bi Ratna sembari memberi surat itu kepada Ratih. Dugaan Ratih ternyata benar. Tapi ada yang aneh saat ia membaca surat dari Vira kali ini. Dalam suratnya Vira bercerita, “Ratih sahabatku, nampaknya persahabatan kita harus berakhir sampai di sini. Aku tidak dapat


mengirim surat lagi sama kamu. Karena aku harus pergi selamanya dari dunia ini. Jika kamu ingin menjengukku, kamu pergi saja ke Rumah Sakit Agoes Djam. Kamu tidak perlu informasi banyak dariku. Kamu akan tahu sendiri nanti. Kalau kamu tak mau terlalu bersedih nantinya, sebaiknya kamu pergi sekarang juga ke rumah sakit itu. Salam Persahabatan!” Ratih bingung dengan apa yang disampaikan Vira di dalam surat itu. Ia heran, mengapa rumah sakit yang di sebutkan Vira tadi sama seperti rumah sakit tempat Ayah dan Ibunya sempat dirawat dulu. Dengan rasa penasaran, Ratih pun segera pergi ke rumah sakit yang disebutkan Vira di dalam surat tadi. Sesampainya di sana, Ratih langsung mencari informasi dan bertanya kepada perawat jaga. “Siang Suster, apa ada pasien di rumah sakit ini yang bernama Vira Amelia dari Sukadana ? Dia baru masuk kemarin malam,” tanya Ratih kepada perawat tersebut. “Oh ya…pasien yang bernama Vira Amelia memang sedang dirawat di rumah sakit ini,” jawab sang perawat lagi. “Dia berada di ruang mana ya, Sus?” tanya Ratih kembali. “Dia dirawat di Ruang Melati 4. Kalau memang adik ingin menjenguknya, lebih baik segera ke sana,” ucap si perawat dengan raut wajah serius. “Memangnya kenapa, Sus?” tanya Ratih heran. “Sakitnya parah. Menurut

dokter, hidupnya diperkirakan tinggal beberapa waktu lagi,” kata sang perawat. “Haahh??!! Apa ? Memangnya dia menderita penyakit apa, Sus?” Ratih gelisah. Wajahnya memucat. “Anak itu menderita tumor ganas di dalam otaknya. Kasihan sekali gadis itu.” ucap perawat itu. Tanpa basa-basi dan permisi, ia segera pergi menuju ke ruang tempat Vira di rawat. Ia berjalan setengah berlari sambil meneteskan air mata. Akhirnya Ratih sampai di depan ruang di mana Vira dirawat. Dia segera masuk ke dalam kamar tersebut. Ratih tak kuasa menahan air matanya lagi, ketika melihat sahabat penanya yang ia sayangi tergolek di atas ranjang putih. Diam tak berdaya dengan selang infus menempel di hidung dan tangan. Di ruangan juga ada kedua orangtua Vira, kakak dan adiknya. Mereka bersedih. Ratih menanyakan hal tersebut kepada Mama Vira. Mama Vira menjelaskan bahwa Vira mengidap penyakit ini sudah sejak lama. Saat mengetahui penyakit yang diidapnya, Vira merasa syok dan tak mau bermain dengan teman-teman seusianya. Ia merasa minder. Sejak itulah Vira sangat merasa kesepian dan terasing. Dari situlah akhirnya Ratih mengerti mengapa Vira sampaisampai mengirim surat kepadanya. Niatnya hanya satu, ingin berteman. Ratih mendekati Vira, lalu memegang tangan Vira sambil

berkata, “Vir, walau pun kita tidak pernah bertemu selama ini, dan kita hanya dapat bertukar cerita lewat kata-kata , tapi kita tetap menjadi sahabat sejati.” Ratih menangis sesunggukkan di hadapan Vira. Vira hanya bisa diam tak bersuara di atas tempat tidurnya. Melihat Vira yang tergeletak tak berdaya, air mata Ratih mengalir semakin deras. Tak lama kemudian tangan Vira mulai bergerak perlahanlahan dan ia juga dapat mengeluarkan kata-kata pelan. Melihat kejadian itu, mama Vira segera memanggil perawat yang lewat di depan kamarnya. Dan perawat itupun memanggil dokter. Setelah Vira di periksa dokter, dokter menyatakan bahwa Vira sudah bebas dari masa kritisnya. Setelah melewati beberapa tahap pemeriksaan, dokter berkata bahwa kondisi Vira sudah mulai membaik. Walau belum seratus persen pulih. Paling tidak ia dapat melewati masa kritis. Semua itu kuasa Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang, sehingga Vira dapat bertahan. Allah-lah yang mengatur semua kehidupan kita. Hidup atau pun mati. Ratih sangat bersyukur kepada Allah, karena sahabatnya Vira telah diberi kesempatan untuk hidup, juga diselamatkan dari penyakit maut. Ratih pun berterima kasih kepada Allah karena telah memberikan pengalaman hidup yang berharga bagi dirinya. Ketapang, Maret 2012

Nashiha Edisi Januari-Februari 2013/V|Hal. 9


fian

Ajaibnya

Matematika 9 x 9 + 7 = 88 98 x 9 + 6 = 888 987 x 9 + 5 = 8888 9876 x 9 + 4 = 88888 98765 x 9 + 3 = 888888 987654x 9 + 2 = 8888888 9876543 x 9 + 1 = 88888888 98765432 x 9 + 0 = 888888888

1 x 9 + 2 = 11 12 x 9 + 3 = 111 123 x 9 + 4 = 1111 1234 x 9 + 5 = 11111 12345 x 9 + 6 = 111111 123456 x 9 + 7 = 1111111 1234567 x 9 + 8 = 11111111 12345678 x 9 + 9 = 111111111 123456789 x 9 + 10 = 111111111

1x1=1 11 x 11 = 121 111 x 111 = 12321 1111 x 1111 = 1234321 11111 x 11111 = 123454321 111111 x 111111 = 12345654321 1111111 x 1111111 = 1234567654321 11111111 x 11111111 = 123456787654321 111111111 x 111111111 = 123456789876543 -21

kurang hebat,,,, Sekarang lihat ini Jika 101% dilihat dari sudut pandangan Matematika, apakah ia sama dengan 100%, atau ia LEBIH dari 100%? Kita selalu mendengar orang berkata dia bisa memberi lebih dari 100%, atau kita selalu dalam situasi dimana seseorang ingin kita memberi 100% sepenuhnya. Bagaimana bila ingin mencapai 101%? Apakah nilai 100% dalam hidup? Mungkin sedikit formula matematika dibawah ini dapat membantu memberi jawabannya. Jika ABCDEFGHIJKLMNO -PQRSTUVWXYZ Disamakan sebagai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Maka,kata KERJA KERAS bernilai : 11 + 5 + 18 + 10 + 1 + 11 + 5 + 18 + 19 + 1 = 99%

Hal.10|Nashiha Edisi Januari-Februari 2013/V

1x8+1=9 12 x 8 + 2 = 98 123 x 8 + 3 = 987 1234 x 8 + 4 = 9876 12345 x 8 + 5 = 98765 123456 x 8 + 6 = 987654 1234567 x 8 + 7 = 9876543 12345678 x 8 + 8 = 98765432 123456789 x 8 + 9 = 987654321

H -A - R - D - W - O - R - K 8 + 1 + 18 + 4 + 23 +15+ 18 + 11 = 99% K - N - O - W - L - E - D- G -E 11 + 14 + 15 + 23 + 12 + 5 + 4 + 7 + 5 = 96% A- T - T - I - T - U - D - E 1 + 20 + 20 + 9 + 20 + 21 + 4 + 5 = 100% Sikap diri atau ATTITUDE adalah perkara utama untuk mencapai 100% dalam hidup kita. Jika kita kerja keras sekalipun tapi tidak ada ATTITUDE yang positif didalam diri, kita masih belum mencapai 100%. Tapi, LOVE OF GOD 12 + 15 + 22 + 5 + 15 + 6 + 7 + 15 + 4 = 101% atau, SAYANG ALLAH 19 + 1 + 25 + 1 + 14 + 7 + 1 + 12 + 12 + 1 + 8 = 101%


Kebodohan yang akan disesali sepanjang hidup adalah ketika tidak melakukan apapun saat kesempatan datang –Helen Rowland, Komedian

Momentum Perubahan

M

omentum Perubahan bisa kita identikkan dengan Kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik, bila di hikmati momentum perubahan bisa kita kenal dari datangnya; ada yang kita rencanakan dengan lekatan waktu semisal tahun baru, ulang tahun, ramadhan atau lebaran nanti yang itu semua kadang hanya sekedar seremonial belaka, selepas itu kita kembali pada kebiasaan semula. Ada juga momentum yang tiba – tiba datang menghampiri, seperti dapat hadiah dan bertemu presiden. Dan yang terhebat adalah yang kita sengaja lakukan sendiri, secepat -nya, saat ini, itulah momentum perubahan yang kita bahas. Karena setiap saat kita memerlukan perubahan untuk menjadi lebih baik, maka setiap moment adalah momentum perubahan, jika tidak sekarang kapan lagi, jika tidak kita siapa lagi ? prinsip kekinian akan mempercepat perbaikan, tapi menyerahkan perubahan pada 'momentum perubahan semu', Tunggu Besok, Tunggu Tahun depan, Tunggu Puasa nanti, Tunggu sudah menikah, layaknya janji – janji yang terhutang sampai mati; tak pernah terwujud. Maka hari inilah Momentum Perubahan kita, Mulai dari diri Sendiri, mulai dari yang kecil, Mulai saat ini... Nashiha Edisi Januari-Februari 2013/V|hal.11


Keperluan Untuk Berubah Pernah merasa hidup yang sekarang bukan hidup yang kita inginkan ? Pernah merasa ingin menjadi lebih baik dan meninggalkan keburukan yang kita lakukan sekarang ? Pernah merasa sumpek dan jenuh dan berharap ada perubahan dalam kebahagiaan ? Jika pernah, maka jiwa mu sedang mengirim sinyal yang kuat dan hebat agar dirimu segera berubah ! jadi Ksatria Baja Hitam bang ? hehehe, cerdas, BUKAN, tapi berubah jadi lebih baik. Jiwa adalah zat yang

senantiasa bergerak bebas, dan hanya menemukan ketenangan ketika dia melakukan perbuatan yang disenanginya, dalam makna kecilnya bernama Hobbi, dalam makna sesungguhnya adalah Cinta. Maka wajar jika kita punya hobby memancing maka kita menjadi merasa fresh ketika melakukannya, tapi lain jika hobby kita nonton TV kemudian kita diajak mancing, yang ada Cuma keluh kesah. Bila Jiwa merasa sumpek pek dan jenuh,

Nashiha Edisi Januari-Februari 2013/V|Hal. 12

maka yang diingininya adalah kebaikan, dan tidak ada kebaikan yang lebih indah selain kembali kepada Allah dalam taubatan nashuha, ingat NASHUHA bukan Nashiha, hehehe. Naaaah, karena jiwa sudah mengirim sinyal ingin berubah ke arah lebih baik, maka ada beberapa hal yang perlu kamu lakukan agar bisa lebih cepat sadar untuk berubah, inilah momentum perubahanmu, SIAAAAP ?


Sadari

Yang Terjadi Pada dirimu Adalah Tanggung Jawabmu Di Akhirat nanti, ketika ditanya segala keburukan yang kita lakukan hari ini, kita tidak akan bisa berkata “saya kan Cuma ikut – ikutan”, “saya memang apa adanya begini kok !”, “itu salah dia, saya menyerahkan tugas saya ke dia, jangan salahkan saya”

Kelak, ketika kamu sudah dewasa dan memerlukan berbagai keterampilan untuk bertahan hidup namun yang kamu temui Cuma 10% pengetahuan dari yang seharusnya kamu tahu, kamu tidak bisa berkata “aku gak punya waktu”, “suka – suka saya dong, hidup – hidup saya !”, “muda foya – foya dulu deh”, “nantilah, tunggu udah agak tua-an dikit, sekarang belum bisa jadi orang bener”. Tidak, kita tidak bisa menyalahkan siapapun atas hal – hal buruk yang kita lakukan pada hari ini, kita lah yang bertanggung jawab, 100%. Kalau ada teman mengajak 'ngobat' misalnya, kamu tentu ada dua pilihan; Ikut atau tidak. Kalau ada teman yang mengejek kamu agar kamu menyerah saat kamu pengen jadi orang baik, kamu punya pilihan; Mengikuti kemauan mereka atau berusaha membuktikan diri. Ketika semua orang melakukan hal – hal bodoh karena alasan sedang trend, kamu punya pilihan; Jadi Pengekor atau Menjadi PELOPOR. Semua adalah tanggung jawab kita. Maka dari pada susah – susah mencari alasan untuk kesalahan yang kita lakukan, mengapa tidak mengakuinya saja. Ingat kata orang tua? “sepandai – pandai kita menyembunyikan bangkai, pasti tercium juga”, mungkin orang tidak akan tahu, tapi integritas mu sudah runtuh dimata orang itu, dan mungkin kamu tidak akan pernah menjadi lebih baik. Ingat, bila melakukan kesalahan hari ini, akuilah, ambil tanggung jawab atas apa yang terjadi pada dirimu. Saya teringat ucapan Waliullah Hasan Al Basri ketika ditanya mengapa diri beliau selalu nampak tenang dan tekun beribadah, jawaban beliau : “Aku yakin bahwa rezekiku tidak tertukar, karena itu hatiku tenang. Aku yakin amalku tidak mungkin digantikan oleh yang lain, karena itu aku semangat beribadah. Aku yakin bahwa ALLAH mengawasiku, karena itu aku malu bermaksiat. Aku yakin bahwa mati selalu membuntutiku karena itu aku selalu siap menghadapinya.” Memikul tanggung jawab hidupmu dipundakmu sendiri; itu akan mengubahmu menjadi lebih tenang lebih bahagia dan hebat... Nashiha Edisi Januari-Februari 2013/V|Hal. 13


Sekarang –mu, The Power Of Now “Wahai anak Adam! Kalian tidak lain hanyalah kumpulan hari, setiap satu hari berlalu maka sebagian dari diri kalian pun ikut pergi.” Begitu kata Imam Hasan Al Bashri (lagi) dalam sebuah nasehat beliau. Ya, amatilah detik waktu di jam dinding, bila detik itu berlalu maka tidak akan terulang lagi, kita tidak pernah menikmati 2 waktu yang sama dalam hidup kita, walaupun jam berulang, detik berulang, hari berulang namun sebenarnya yang berulang itu hanyalah sebutan nya bukan hakikat waktunya. Waktu seperti Nafas, dia tak pernah kembali. Waktu saya menulis ini adalah tanggal 14 Januari 2013 jam 13 Menit ke 2o Detik ke 35, dan itu sudah berlalu, sampai kapanpun tidak akan berulang, barang siapa yang memanfaatkannya dalam kebaikan, maka waktu itu menjadi saksi kebaikan dan pembawa hal – hal baik dimasa yang akan datang, namun siapa yang melakukan keburukan maka waktu itu akan menjadi saksi keburukan dan pembawa hal – hal buruk di masa yang akan datang. Memperbaiki keadaan masih mungkin kapan saja, tapi memperbaiki waktu yang telah berlalu tidak akan pernah bisa. Masa kini adalah masa menabur dan menanam, kelak nanti adalah masa panennya. Apa yang terjadi pada kita yang terbiasa melalaikan waktu hidup kita hanya untuk melakukan hal yang sia – sia ? Tentu kelak di masa panennya akan sia – sia akan kecewa. Tapi yang memanfaatkan ke-kini-annya untuk memulai kebaikan, walau bersusah payah, maka akan datang saatnya masa panen yang bahagia yang penuh suka. Manfaatkan 'SEKARANG' mu dalam kebaikan atau kelak menyesal. Pepatah orang Arab amat kejam tentang waktu, Waktu itu seperti pedang katanya, bila tak mampu memanfaatkannya maka dia akan menebasmu. Waktu ini adalah waktu luangmu, akan datang masa sempitmu, pekerjaan yang ditunda – tunda akan semakin menyempitkan peluang untuk diselesaikan, 'SEKARANG' adalah nikmat, jangan tunda lagi untuk berlaku dalam kebaikan. Ingat pesan Rasulullah SAW: “Ada dua kenikmatan yang banyak dilupakan oleh manusia, yaitu nikmat sehat dan waktu luang”. (Muttafaqun 'alaih)

Hal.14|Nashiha Edisi Januari-Februari 2013/V


Mencoba, 50% Berhasil atau 100% Gagal

O

rang yang berani mencoba, punya peluang 50% gagal dan 50% berhasil, bahkan untuk hal yang sulit sekalipun kita masih punya peluang untuk berhasil dalam menuai hasilnya. Ingat, kita hanya perlu usaha maksimal dalam ukuran yang luar-biasa, sedang hasilnya adalah urusan Allah. Maksimalisasi usaha, sepenuh hati tawakkal. Namun, bagi yang tidak pernah mencoba, bisa dipastikan mereka akan mengalami kegagalan 100% dari usaha mereka, mengapa? Karena mereka tak pernah mencoba. Bagaimana mencapai tujuan sedang usaha kesana tidak pernah ada. 1000 langkah pencapaian selalu dimulai dengan 1 langkah usaha pertama. Siti Hajar, berlari ke atas bukit Shafa untuk mencari air atau melihat kafilah lalu tapi tak berhasil, lari lagi beliau ke Marwa untuk maksud yang sama, tapi tak juga bertemu. Beliau tidak menyerah, dilaluinya jalur Safa Marwa itu dalam lari – lari kecil (Sa'i) karena beliaupun sedang mengalami kekurangan air. Beliau tidak menyerah, 'Berusahalah' perintah Allah, lalu Dia akan memenuhi janji Nya 'Allah dan orang beriman akan melihat usahamu', Jika Siti Hajar tidak meninggalkan Isma'il di tengah padang pasir sendirian untuk berusaha mencari air, tentu bayi itu tidak akan menangis karena ditinggal sang ibu hingga menghentak – hentakkan kakinya ke bumi, yang dari itu muncul lah mata air yang kelak kita kenal dengan nama Zam-Zam. Ada Usaha, tanpa henti, tanpa menyerah, ada kecerdasan untuk mencoba segala daya untuk mendapatkan tujuan, lalu biarkan Allah untuk memenuhi Janji Nya bagi orang yang bertawakal penuh pada Nya. Mencoba yang terbaik, adalah satu dari rukun tawakkal,

sisanya adalah keberserahan diri kepada Allah. Lalu bagaimana jika orang sudah banyak mencoba, tapi tetap gagal, wajibkah kita juga mencobanya ? “Kegagalan dapat dibagi menjadi dua sebab. Yakni, orang yang berpikir tapi tidak pernah bertindak, dan orang yang bertindak tapi tidak pernah berpikir.” Orang yang memiliki kecerdasan mencoba tidak akan terjebak di keduanya, beda antara orang berani dengan orang nekat hanya terletak pada berfikir sebelum bertindak atau kepikiran setelah bertindak. Kegagalan orang lain bukan untuk diulangi lagi, tapi difikirkan dimana salahnya. Hanya orang bodoh yang mau terperosok ke lubang yang sama, yang dia tahu dia akan terperosok dengan alasan “saya penasaran” Waktu ini terlalu singkat untuk dihabiskan mencoba sesuatu yang ilmunya sudah nyata, ini sama saja dengan orang yang ingin melangkahi jurang 10 meter dengan melompat, atau seperti kias dalam kitab Sabilal Muhtadin “Jika Kakbah sudah didepan mata, maka Ijtihad (pencarian hukum) Kiblat menjadi tiada” Ya, apalagi yang mau dicari sedang kebenaran sudah nampak pasti, mencoba adalah untuk hal – hal yang memang dalam ukuran kemampuan kita masih bisa dikerjakan dan belum ada ilmu yang menerangkannya. Jadi kecerdasan mencoba ada dua, yang pertama; Orang yang berani mencoba punya kemungkinan 50% berhasil, tapi orang yang tidak pernah mencoba bisa dipastikan 100% gagal” kedua; “Percobaan itu didasari pemikiran yang benar, bukan sekedar nekat.” *** Nashiha Edisi Januari-Februari 2013/V|Hal. 15


Keberuntungan = Momentum + Persiapan Kita tidak bisa meramal masa depan, itu pasti, tapi kita bisa menciptakan keberuntungan. Kita biasa berfikir bahwa orang lain dengan kekayaan, orang tua mendukung, sekolah teladan, buku lengkap, laptop ada, guru hebat dan tempat les berkualitas adalah orang yang beruntung. Padahal keberuntungan bukan terletak pada itu semua. Sandiaga mungkin kita sebut beruntung ketika berkesempatan bertemu seorang Pimpinan perusahaan besar di Lift, tapi tanpa kesiapan, momentum itu hanya akan terlewat begitu saja, Beruntung Pengusaha yang waktu itu masih merintis perusahaannya sendiri sudah bersiap jika momentum itu datang, maka dia membuka kalimat pada sang Bos besar "Pak, saya Sandiaga Uno dari Recapital menawarkan jasa restrukturisasi, bapak nggak perlu bayar kalau nggak berhasil" Bos itu terkejut dengan tawarannya, selanjutnya “terus kita salaman itu jadi klien saya pertama” Kenang pria yang masih saja tersenyum melihat ekspresi Dahlan Iskan sang Bos Besar ketika mendengar tawarannya. Tapi tak cukup sampai disana Sandiaga S. Uno betul memanfaatkan kesempatan (momentum) kepercayaan Dahlan Iskan dengan sebaik – baiknya. Ada anekdot dikalangan trainer “jika 90% kekayaan pengusaha sukses diberikan kepada orang malas nan melarat, dan 10% sisanya disimpannya maka lihatkanlah yang 90% ditangan orang melarat segera menjadi nol kembali sementara yang 10% ditangan pengusaha mungkin saja akan berlipat menjadi 1000%” ini mungkin sekedar candaan, tapi ada benarnya; bahwa tidak penting seberapa besar modal dan seberapa lengkap fasilitas yang dimiliki, tanpa Persiapan (Kemauan, Ilmu, Pengetahuan, Keterampilan, Pengalaman dan Pemahaman serta keberanian juga kesungguhan) yang cukup, segalanya hanya sia – sia. Sama, dalam pembelajaranpun; kita bisa saja punya buku yang mendukung, guru yang hebat, tempat les super dan orang tua yang tak kehabisan modal, tapi tanpa persiapan maka kondisi seperti itu sama saja dengan kondisi orang tak berpunya. Bukan, bukan pada kondisi dan momentum kita akan menemukan keberuntungan, tapi pada Diri Sendiri yang selalu bersiap menghadapi taqdir Allah.

Hal.16|Nashiha Edisi Januari-Februari 2013/V


Tindakan

Memanfaatkan Semangat

M

omentum yang datang, dari manapun, kapanpun, baik yang kita persiapkan dengan menunggu waktunya, atau yang tiba datang menghampiri dan yang sengaja kita buat sendiri. Semua itu tetap memiliki semangatnya sendiri, tetap menyimpan energi gerak yang bila dimanfaatkan akan menggerakkan ranah kesadaran diri kita menuju yang terhebat. Agar tak ada yang sia – sia, di awal tahun, di awal pekan, dukungan orang lain, maka perlu kita ketahui hukum – hukum momentum perubahan tidak kecewa ketika segalanya berlalu. Hukum 1 : Momentum hanya Menguatkan, Gerak kita lah yang menentukan besarnya Energi Pencapaian yang tinggi tidak bisa dalam sekali lompatan, ada gerak awal, ada permulaan, ada kesiapan. Hari ini mungkin kita berada di posisi paling bawah di kelas, maka jangan menunggu minggu depan atau bahkan besok baru kita belajar sungguh – sungguh. Hari inilah kita mulai, walau hanya membaca 1 halaman buku, mengerjakan 1 soal latihan

dengan kemauan yang sungguh dan benar. Orang yang bersiap kalah adalah orang yang hanya asyik menunggu kesempatan dan kemudian menyesali ketika semua nya sudah berlalu. Seorang pemenang adalah orang yang memanfaatkan tiap jenak hidupnya dalam kebermanfaatan, dunia dan akhirat. “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu” (QS. At Taubah 105)

Hukum 2 : Konsistensi massa dan energi Menciptakan Momentum Sepadan Saya teringat Film kartun Ninja Hattori, ketika dia mengajarkan bagaimana cara melompati dinding yang tinggi, ternyata seorang ninja belajar melompat dari rumpun bambu kecil setiap hari, dengan semakin tingginya rumpun bambu, semakin tinggi pula lompatan seorang ninja, dan pada akhirnya melompati dinding seukuran bambu tua dapat

dilakukan dengan mudah. Ada latihan, ada konsistensi, lalu momentum terjadi dengan sendirinya. Apapun langkah perbaikan kita hari ini, lakukan lah terus, mungkin kita labeli hari ini dengan kegagalan tapi dengan ketekunan yang cukup untuk melangkah dari 1 kegagalan ke kegagalan yang lainnya dalam kebaikan, maka percayalah, lompatan itu akan meninggi dengan sendirinya. Winston Churchill berkata “Success is not final, failure is not fatal: it is the courage to continue that counts” Sukses itu bukanlah hal final, Kegagalan tidak fatal : Keberanian untuk meneruskan langkah itulah yang terpenting. Hukum 3 : Semangat adalah Momentum terbesar Syaikh Amar Haitsam Bugis, 26 Tahun adalah seorang yang bersemangat menjalani hidup, dosen di Universitas Dubai sambil melanjutka n S-2 nya itu juga adalah Jurnalis untuk berita Olahraga di harian Al Madinah dan harian Ukazz. Prestasi gemilangnya

Nashiha Edisi Januari-Februari 2013/V|Hal. 17


adalah berhasil mengkhatam hafalan Quran 30 Juznya dalam waktu 2 tahun tanpa pernah membuka sekalipun halaman Quran saat berusia 13 tahun. Bagaimana bisa begitu ? Syaikh Ammar Bugis yang mendapat gelar Bugis dari Kakek buyutnya –seorang Ulama berdarah Bugis yang di undang pindah ke Arab Saudi – sejak berumur 2 bulan sudah menderita kelumpuhan yang menyebabkan semua organ tubuhnya kecuali mata dan mulutnya. Tapi, Syaikh Ammar Bugis bukan orang yang menangisi banyaknya kekurangan tubuhnya, melainkan dia mensyukuri apa yang masih tersisa. Mata dan Mulutnya digunakan untuk membaca Ayat suci Al Quran serta menghafalnya tuntas, Dia juga menyelesaikan s1 nya dibidang Jurnalistik. Selama masih hidup, Allah tetap memberikan kesempatan bagi kita untuk berubah menjadi lebih baik, namun kadang – kadang kita sudah mati sebelum ajal menghampiri, kita seringkali berputus asa dari kesempatan yang diberikan Allah dalam kasih sayang Nya. Lebah saja menurut penelitian tidak bisa terbang hanya mengandalkan sayap – sayap kecilnya, namun Allah menerbangkannya, mereka hanya perlu bersemangat menjalani hidup yang sudah Allah berikan, harusnya;

begitu juga kita. Saat berkunjung ke Darul Qur'an, Pesantren Ustadz Yusuf Mansur, Syaik Ammar Bugis dalam lidahnya yang tak begitu jelas berujar “''Jamaah, tolong doakan saya, agar Allah memberi kesempatan 10 detik saja tubuh saya bisa bergerak normal sehingga saya bisa bersujud kepada-Nya,'' pinta Syeikh Ammar Haitsam Bugis, hanya 10 detik momentum yang diharapkannya dan itupun hanya untuk menyembah kepada Allah dan selain itu memegang Mushaf Al Quran yang tak pernah bisa dilakukannya selama ini. Hanya itu. Syaih Ammar Bugis tidak bergerak dari tempatnya, namun semangatnya beribadah membumbung tinggi ke langit kemuliaan, disanalah posisinya, disanalah posisi kita yang menolak menyerah, dan terus semangat, itu lah momentum terbesar.

Hukum 4: Perubahan adalah Hak Allah Tidak ada yang tidak berubah didunia ini kecuali perubahan, karena perubahan menetap sifatnya bersama

Hal.18|Nashiha Edisi Januari-Februari 2013/V

Hak Allah sang pemilik hidup. Tidak pada fasilitas, tidak pada dukungan orang, tidak pada ceramah kyai atau motivator bahkan Nabi, tidak pada pengajaran guru, tidak pula pada Kalender dan waktu kita melekatkan sebab kita berubah, tapi pada Allah lah kita memohon perubahan dalam hidup ini. Semangat dalam menjalani hidup, kesungguhan melakukan pekerjaan, bercepat dalam perbaikan adalah jalan – jalan kewajiban kita, sementara hasilnya tetap dalam 'bungkusan' Allah. Usaha maksimal adalah tugas kita, selanjutnya adalah tawakkal sempurna, sampai disitu saja lalu izinkan Allah melihat dan menilai diri, dan persiapkan diri menerima ketetapan Nya. Bila gagal, koreksi langkah dan kerjakan lebih lagi, bila berhasil perbaiki terus hingga bertemu kesempurnaan Nya. Berapapun jumlah usaha kita, mau 100 atau 10 serahkan kepada kuasa Allah (0), Hasilnya tidak untuk kita hitung atau definisikan, pada Kuasa Allah kita serahkan hidup dan usaha kita, tentu Allah Maha Suci dari ingkar Janji “sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan dari sesuatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka” (QS. Ar – Ra'd: 11). Maha benar Allah.


GaulIslam

Valentine Day Budaya Kufur Kok Ngikut? V-Day makin angot aja. Remaja muslim banyak yang ikutan. Begitupula kebiasaan pacaran. Bukti kalahnya budaya Islam? Kalo udah masuk bulan Febuari, nuansa cinta bertebaran. Warna pink jadi dominan. Coklat, asesoris dengan bentuk hati (mohon jangan dibaca dua kali!), dan seabre-abrek kartu cinta laku banget. Belum lagi request lagu cinta macam Dilemma-nya Nelly Tidak perlu kita ceritain kalo itu adalah bagian dari ritual peringatan V Day. Hari cinta sedunia. Budaya Kufur Wah, kita mah mo terus terang aja ya Mas, Den, Mba’, Teh, kalo V Day adalah budaya kufur. Sudah terlalu banyak sejarawan – muslim ataupun non-muslim – yang membeberkan kalo peringatan V Day itu berkaitan ama ritual agama di luar Islam. Malah, tidak sedikit pemuka agama Nasrani yang juga keberatan pada umatnya yang hanyut ama kegiatan V Day ini. Menurut mereka V Day nggak ada hubungannya dengan keimanan kaum Nasrani. menurut Ken Sweiger yang menulis artikel “Should Biblical Christians Observe It?” (www.korrnet.org) kata “Valentine” berasal dari Latin yang berarti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang

Romawi. Jadi, sama sekali nggak ada hubungan dengan agama Nasrani. Dengan agama Islam? Wah, bak langit dan kerak bumi. Kagak nyambung abis. Nggak percaya? Cari aja di Al Qur’an, kitabkitab hadits ataupun kitab-kitab fikih. Nggak ada satupun ulama yang menganjurkan peringatan V Day. Yang ada malah larangan berat. Sebut saja firman Allah Ta’ala: “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, nescaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (Surah Al-An’am : 116) Juga hadits Nabi saw. : “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk ke dalamnya.” Juga sabdanya yang lain: “Barangsiapa yang beramal dengan amalan yang tidak ada urusannya dalam perkara kami (agama Islam), maka ia tertolak.” So, kalo ada remaja muslim/muslimah yang kelatahan beli coklat, permen, asesoris bentuk hati atau ngirim gambar via sms atau MMS yang berhubungan dengan V Day, kita kasih aja tiga kata: ISTIGHFAR DEH LO! [Januar, gaulislam.com] Nashiha Edisi Januari-Februari 2013/V|Hal. 19


Short Story Lesson from a Terrapin

T

here was a boy who found a terrapin, more commonly known as a turtle.

He started to examine it but the turtle pulled in its head and closed its shell like a vice. The boy was upset and he picked up a stick to try to pry it open. The boy's uncle saw all this and remarked, "No, that's not the way! In fact, you may kill the turtle but you'll not get it to open up with a stick." The uncle took the terrapin into the house and set it near the fireplace. It wasn't but a few minutes until it began to get warm. Then the turtle pushed out its head, then stretched out its legs and began to crawl. "Turtles are like that," said the uncle, "and people, too. You can't force them into anything. But if you first warm them up with some real kindness, more than likely, they will do what you want them to do."

Nasrudin Memanah

S

esekali, Timur Lenk ingin juga mempermalukan Nasrudin. Karena Nasrudin cerdas dan cerdik, ia tidak mau mengambil resiko beradu pikiran. Maka diundangnya Nasrudin ke tengah-tengah prajuritnya. Dunia prajurit, dunia otot dan ketangkasan.

"Ayo Nasrudin," kata Timur Lenk, "Di hadapan para prajuritku, tunjukkanlah kemampuanmu memanah. Panahlah sekali saja. Kalau panahmu dapat mengenai sasaran, hadiah besar menantimu. Tapi kalau gagal, engkau harus merangkak jalan pulang ke rumahmu." Nasrudin terpaksa mengambil busur dan tempat anak panah. Dengan memantapkan hati, ia membidik sasaran, dan mulai memanah. Panah melesat jauh dari sasaran. Segera setelah itu, Nasrudin berteriak, "Demikianlah gaya tuan wazir memanah." Segera dicabutnya sebuah anak panah lagi. Ia membidik dan memanah lagi. Masih juga panah meleset dari sasaran. Nasrudin berteriak lagi, "Demikianlah gaya tuan walikota memanah." Nasrudin segera mencabut sebuah anak panah lagi. Ia membidik dan memanah lagi. Kebetulan kali ini panahnya menyentuh sasaran. Nasrudin pun berteriak lagi, "Dan yang ini adalah gaya Nasrudin memanah. Untuk itu kita tunggu hadiah dari Paduka Raja." Sambil menahan tawa, Timur Lenk menyerahkan hadiah Nasrudin. Hal.20|Nashiha Edisi Januari-Februari 2013/V


bangga muslim

dari Peradaban Kita Untuk Dunia (2) Angka Arab

Sistem angka mungkin berasal dari India tapi sistem penjabaran angka berasal dari Arab dan pertama kali muncul dalam karya Al-Khwarizmi dan Al-Kindi sekitar tahun 825 M. Isi buku al-Khawarizmi, Al-Jabr wa-alMuqabilah, masih dipakai hingga kini. Karya ini dibawa ke Eropa 300 tahun kemudian oleh matematikawan Italia, Fibonacci.

Alat Bedah Rumah sakit modern tidak terbayangkan tanpa unit bedah. Banyak peralatan bedah modern yang desainnya persis dengan yang dibuat abad 10 oleh Abu Qosim Az-Zahrawi. Pisau bedah, gergaji tulang, tang, gunting halus untuk bedah mata dan sebanyak 200 alat ciptaannya tetap di pakai oleh ahli bedah modern.

Pesawat Terbang Penemu prinsip pesawat terbang adalah Abbas Ibnu Firnas, seribu tahun sebelum Wright bersaudara menambahkan mesin padanya. Abbas Ibnu Firnas pada tahun 852 M melompat dari menara Masjid Agung di Cordoba menggunakan jubah longgarnya yang dipadu dengan kayu. Dia berharap untuk meluncur seperti burung, tetapi yang didapatnya adalah apa yang kini dianggap sebagai parasut pertama. Pada tahun 875 M, saat usianya sudah 70 tahun, setelah menyempurnakan alat terbangnya yang memakai sutera dan bulu elang ia mencoba lagi, melompat dari sebuah gunung. Dia terbang dari bisa bertahan di ketinggian selama sepuluh menit tetapi jatuh saat mendarat. Ia menyimpulkan bahwa itu karena ia tidak memberikan ekor pada perangkatnya sehingga akan melambat saat mendarat. Leonardo Da Vinci baru pada tahun 1488 merancang alat terbangnya dan itupun hanya sekedar rancangan di kertas, tak pernah terwujud dan tidak pernah terbang. Atas jasanya mempelopori dunia penerbangan, NASA mengabadikan nama Ibnu Firnas pada salah satu kawah di permukaan bulan.

http://burjo.wordpress.com Nashiha Edisi Januari-Februari 2013/V|Hal. 21


Hidup Kita bukan jalur satu arah Jika kita salah jalan, Dia memberi kan kita jalan kembali. Dia memprogram manusia layaknya program windows, jika salah, silahkan tekan ctrl+Z, undo, atau bahkan kita bisa menekan ctrl+N untuk memulai segalanya dari awal. Hidup itu sederhana, jangan terlalu diperumit, Allah itu Kasih sayang Nya mengatasi murka Nya bagi orang yang ingin kembali, yang remuk redam hatinya karena sesal akibat dosa. “Ah Sudah terlanjur salah, tidak mungkin diperbaiki” Bisa, berhentilah lalu kembali, jangan semakin ngebut dijalan yang sesat, bukannya semakin baik malah nanti jauh untuk kembali. “Ah, hidup masih lama, sudah puas baru taubat”, hidup itu singkat, ada kematian yang mengintai setiap saat, ada teman yang hari ini bercanda ria, besok sudah wafat ditabrak. “kumpulkan pengalaman dulu, nanti baru bisa jadi orang baik” siapakah yang berjanji yang tak juga ditepati untuk

memperbaiki diri? Diri. Kita seringkali berjanji, tapi bukannya menepati kita malah kembali dan kembali memperburuk diri. “Lebih baik jadi preman taubat dari pada ustadz maksiat” betul, tapi alangkah indahnya hidup layaknya Rasulullah, terjaga terus menerus, atau layaknya Umar, yang cepat taubat dan menyadari maksiat, kemudian terus berpegang teguh. Sobat, bukankah kematian kian mendekat dari arah yang tidak disangka – sangka? Kapan, kita kan bertaubat ketika tiba – tiba motor yang kita kendarai ditabrak truk, sedang kita masih berniat berbuat maksiat. Sobat, kalau tidak cepat – cepat kembali kepada yang benar, mungkin kematian yang akan lebih cepat, hingga kita tidak sempat taubat. Betapa indahnya, ketika kematian menjemput, yang tinggal di lidah dan status fb kita adalah bukti keimanan kita kepada Allah. Hidup itu bukan jalur satu arah, ada jalan kembali, tidak nanti tapi sekarang ini. Salam

Kenapa Cuma mengagumi kalau bisa dikagumi mengapa hanya meniru kalau bisa ditiru Islam itu Agama mu Perindahlah dengan Semangat dan Akhlakmu

Hal.22|Nashiha Edisi Januari-Februari 2013/V


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.