ITB Nyastra #2

Page 1


Ini hanyalah kata-kata terserak yang butuh dipelihara Agar tak sekedar larut dalam sungai maya Dalam sebangun rumah bernama “ITB Nyastra�

1


Para Pencipta

Diaz Angga Permana Muhammad Habibullah Asra Wijaya Ikhsan S. Hadi Safira Parasdya Muhammad Wildan Syakir Wiraatmadja Achmad Zacky Wahyu Ok Delia Rahma Afiani Fauziah Rony Del Bachty Trio Syahputra Kartini F. Astuti Ari saldi Rais Fiqriansyah Kukuh Samudra Hamdi Alfansuri Tiara Laksmidewi Muhardi Taufik Aditya Utama Atika Destiarasari Aulia Pratama Saputra Rilis Eka Perkasa Choirul Muttaqin Bayu Rian Ardiyansah Ummi Azizah Arief Nur Ihsan Muhammad Zaky Fransiska Damarratri Vinskatania Andrias Rama Firdaus David Satya Hartanto Aditya Firman Ihsan Angga Adytia Sutarwan

2


3


Daftar Konten

MOMENT................................................... 5

Persetan polimerisasi! ............................. 49

Tetap Syair ................................................. 7

Rindu ......................................................... 50

Bertanya Aku ............................................. 8

Calcutta Craniorum................................. 51

Sujang dan Adik di pangkuanya ............ 9

Manusia..................................................... 53

[untitled] ................................................... 13

Menunggu Hilang Malam ...................... 55

[untitled] ................................................... 16

Sajak pada Hari ........................................ 56

AH,.. .......................................................... 17

Tuhanku .................................................... 58

Awan di Bulu Matamu ........................... 19

Arah ........................................................... 59

Kejoraku ................................................... 24

Magi ........................................................... 61

Seikat Beda ............................................... 26

The Knot.................................................... 63

Pergeseran Jarum Jam ............................ 27

Selfie Sepanjang Hari .............................. 64

Dasi Hitam ............................................... 29

Penantian .................................................. 66

Almamater Mimpi .................................. 31

Salahe Asih, Salahe Asah, Salahe Asu .. 67

Sebenarnya Merokok Itu Bermanfaat .. 32

Hujan Dalam Komposisi, 4 .................... 69

Jas .............................................................. 35

Peri ............................................................. 70

Dan diam .................................................. 36

Sederhana ................................................. 71

[?..] ............................................................. 37

Pemimpin ................................................. 72

Asli atau Palsu ......................................... 39

Blues Izrail ................................................ 73

Dari Kucingnya Sutardji ........................ 42

Setrum senyum ........................................ 75

[untitled] ................................................... 43

Suatu petang di Stasiun Kiaracondong 77

Sampurasun ............................................. 44

Hamparan Samudera .............................. 79

Aku ............................................................ 45

Banding-Bandingin ................................. 81

Mimpi Mimpi .......................................... 46

Musim Semi .............................................. 85

Senjakala ................................................... 47

4


MOMENT Diaz Angga Permana

Moment. Kapan terakhir kali kau merasa bahagia? Benar-benar bahagia, tertawa lepas. Kapan terakhir kali kau merasa sedih? Hingga kau menangis. Kapan terakhir kali kau merasa terancam? Malu? Tapi kau tau moment berharga itu apa? Bagiku, ketika kita melibatkan perasaan kita dalam situasi itu. Meninggalkan segala pikiran logis ataupun tidak. Setidaknya. "Hidup ini adalah tentang moment-moment gagal", dahulu kupikir itu hanya penghibur bagi sebagian orang. Salahkah itu? Tidak sepenuhnya menurutku. Menang pada saat yang tepat, menyerah pada keadaan yang tepat. Bagiku bukan menyerah. Namun, lelah dengan apa yang telah diusahakan, lelah dengan mencoba mengerti, lelah dengan segala pikiran "harusnya". Menyerah karena mungkin itu adalah satu-satunya pilihan. Yang baik dan yang buruk Alam ini tentang keseimbangan, dimana yang baik dan buruk ada. Yang tua dan muda. Yang lahir dan yang mati. Hal yang hilang dan yang datang. Kekosongan yang harus diisi. Sebuah kenangan yang harus dibayar. Sebuah kesalahan yang harus dibayar. Dengan apapun itu. Sebagaimanapun kita mencoba, jika jalannya, maka itulah yang terjadi. Pertanyaanku, apa yang terjadi kita pikirkan ini adalah suatu kepastian yang pasti terjadi pada suatu keadaan yang kita tidak ketahui? Takdir, katanya. Entah. Jika kau diperkenankan untuk membeli dengan bayaran yang sangat mahal, apa yang akan kau beli? Mungkin saat ini, pertanyaan itu yang terus menancap dipikiranku. Mengulang waktu? Apa yang akan kau beli dengan bayaran yang sangat mahal? Mungkin kita akan berpikir untuk mengulang waktu, menyesali kesalahan-kesalahan yang terjadi, 5


membuat semuanya menjadi "sempurna". Terkekang dengan pikiran bahwa ini adalah salah, berlomba dengan kenafsuan yang tak ada habisnya. Mungkin kita sering menjadikan jahat apa yg belum tentu jahat, menjadikan baik apa yg belum tentu baik. Namun, tak sepenuhnya baik itu baik, dan begitupun sebaliknya. Kau tau? Ya, itulah suatu hal yang harus dibayar. Jika kau mengizinkan dirimu untuk bahagia, kau juga mengizinkan dirimu untuk bersedih. Suatu yang kita anggap baik harus dibayar dengan hal yang kita anggap buruk. Namun, dalam baik itupun ada buruk, begitupun sebaliknya. Suatu hal yang tak berhenti habisnya? Tidak juga, hal yang sama belum tentu sama jika kita melihat dari perspektif yang berbeda. Tidak semua yang buruk itu buruk dan baik itu baik. Membenarkan apa yang kita rasa cocok. Menyalahkan apa yang kita rasa tidak cocok. Bahkan daun jatuhpun mempunyai alasan. Mungkin kita terlalu kecil untuk melihat hal besar. Kembali kepada masa lalu dan membuang segala apa yang kita dapatkan setelahnya? Membuang segala pertemuan dan kenangan bersama orang yang berharga? Jika dapat kupilih, aku tak akan kembali kepada masa lalu. Pada akhirnya, kita yang memutuskan. Apapun itu harus kau bayar. Tidak terikat oleh apapun atau siapapun walaupun dengan orang lain, sebagian kebebasanmu telah terkekang.

6


Tetap Syair Muhammad Habibullah

Ini syair itu syair syair ini syair syair itu syair Ini syair itu syair itu syair ini syair syair itu syair inikah syair? Syair itu syair-syair syair ini ya syair Ini syair itu syair-syair syair-syair itu syair syairkah ini? Syair ini tak syair-syair itu tetapi syair tetap syair

7


Bertanya Aku Asra Wijaya

malam mana lagi mesti kelam sampai hilang segala kesam atas Tuhan kirim penderitaan pada kaum penghayat kalam ?

8


Sujang dan Adik di pangkuanya Ikhsan S. Hadi

Sujang! Pagi ini, kau terbangun tanpa susu dan roti atau koran dan kopi sebab hari membunuh sepi maka para bayi, para ibu, para siswa, mahasiswa, pegawai kantor, pengendara motor supir angkot, pegawai pemkot sampai-sampai malaikatpun ikut repot mengukur trotoar di jalan raya dan berharap esok akan lebih baik dari sebelumnya. Sujang Selamat siang Selamatkan siang yang merarayap seperti api yang membakar jerami mencakar kabut, meributkan kemarau membakar hutan sampai akar membakar perut dengan lapar berdiri dengan lutut gemetar jatuh lalu terkapar. Sujang! cakar di atas lebih sedikit dari cakar di bawah teruslah mengais tanpa lelah dan percaya, bahwa mikail menanam cacing di bawah tanah

9


Sujang oh Sujang! Sore telah menjelang binatang jalang mulai pulang maka ratusan anjing datang anjing herder yang lebih galak dari anjingnya anjing polisi anjing pitbul yang lebih ganas dari anjingnya anjing TNI anjing doberman yang lebih nyaring dari pada mobil sport dan motor resing anjing ci hua hua lagi jalan-jalan dan shoping anjing siberian senang berpolitik dan anjing dalmatian ajojing di diskotik. Sujang, Hari terasa begitu panjang lebih panjang dari limosin di jalan lebih tinggi dari hotel di ibu kota malam ini, malam kemarin bahkan malam tahun lalu pun tak ada beda masih saja mereka mengulanginya. Sujang, tak cengeng oleh wanita tak sedih oleh luka tak menyesal atas takdirnya tentang asal muasalnya hanya meniti hari sambil tafakur dan bersyukur karena adiknya masih bisa tidur. Akhirnya, sujang hari mulai sepi tanpa susu, tanpa roti kau gendong adikmu yang lelap mengelap keningnya dengan pipi lalu hanyutlah keduanya dalam mimpi 10


berharap tak ada esok lagi melupakan lapar dan meniadakan angin lampu kuning, berkedip, trotoar, begitu dingin Sujang.

11


12


[untitled] Safira Parasdya

Darahku membeku dengan warna merah marun agak kecokelatan. Warna yang mengingatkanku pada malam hari karena setiap malam aku selalu membayangkan sebuah bola mata berpupil merah kecokelatan muncul di langit dan mengawasi mereka-mereka yang tertidur dan terjaga. Meski tentu saja, aku tidak pernah benar-benar melihatnya. Khayalan bukanlah kenyataan dan menurutku aku tidak memandang bola mata itu dengan mata lahiriahku. Mungkin aku memandangnya dengan sesuatu yang lain, yang kemudian meminjam kedua bola mata lahiriahku sebagai tunggangannya. Bola mata itu hanya ada satu, bukan sepasang. Selain itu ia melotot sekuat tenaga. Dia juga tidak pernah berada di dekat bulan. Jika aku melihat bulan, maka bola mata itu tidak akan tercetak di angkasa. Namun bila aku melihat bola mata itu, bulan lenyap. Aku kepikiran setidaknya 2 kemungkinan. Yang pertama, mungkin bola mata itu sebetulnya adalah bulan dan aku cuma mengkhayalkannya bermetamorfosis menjadi mata yang melotot. Namun sepertinya tidak juga. Karena bila aku menoleh ke belakang, aku bisa menemukan bulan bertengger anggun hampir-hampir angkuh. Lalu bila aku menoleh ke sisi langit yang lain, bola mata itu bertakhta seorang diri di angkasa yang gelap. Kemungkinan kedua adalah bulan dan bola mata itu bermusuhan seperti minyak dan air yang tidak akan bisa menjadi satu dalam sisi angkasa yang sama. Padahal menurutku pribadi, akan menjadi pemandangan yang luar biasa menakjubkan bila bulan mau bersisian dengan bola mata itu. Akan lengkap sudah, sepasang lingkaran mengapung di kegelapan malam. Sepasang bola mata mengawasi dalam gelap yang dingin, gelap yang sepi.

13


Tapi terkadang kita tidak akan pernah bertemu dengan sesuatu yang ideal. Ideal, ideal, ideal. Aku mengamati darah yang telah membeku di buku jariku. Ada bagian darah beku yang menonjol, darah bertumpuk dan menjadikan warna aslinya yang marun jadi lebih serupa dengan hitam. Hitam, gelap, malam. Ah, bukan berarti sewarna maka memiliki hubungan saudara. Lagi pula, rahim mana yang melahirkan malam sekaligus segumpal darah beku sehingga bisa menasbihkannya sebagai saudara? Namun, saudara tidak perlu tumbuh dalam rahim yang sama, bukan? Saudara sekandung, baiklah, tentu saja, aku menyerah. Saudara sekandung perlu rahim yang sama. Tapi saudara bukan cuma itu, kan? Lagi pula, tidak salah bila toh malam bersaudara dengan segumpal darah beku di buku jariku. Dua individu yang berbeda memilih menjadi saudara. Bukankah indah? Indah, indah, indah. Segala keindahan di dunia dipandang dari bola mata yang berbeda-beda. Aku penasaran pesan seperti apa yang akan sampai ke otak. Malam ini, aku memandang ke sisi langit dengan bulan perak yang kebetulan sedang purnama bertengger anggun. Kali ini tidak angkuh, namun anggun. Seperti bunga lotus yang suci. Bedanya dia perak sementara lotus berwarna merah muda. Merah muda yang tidak malu-malu, merah muda yang ada dan nyata. Merah muda yang, ah, bagaimana aku bisa mendeskripsikan warna? Tidak ada yang bisa melakukan hal semacam itu. Mungkin warna bisa disarukan sebagai kode namun siapa yang bisa membayangkan merah muda bila aku menyebut #FFB6C1? Angkaangka itu tidak bisa merefleksikan indahnya merah muda padahal mereka jelas saudara kembar, berbagi rahim untuk tumbuh. Aneh sekali. Bila engkau ada dan duduk di sisiku memandang bulan keperakan yang sesuci bunga lotus merah muda, apa yang akan kamu pikirkan? Akankah kamu tidak peduli dan malah berkerut serius menatap segumpal darah di buku jariku? Akankah kamu pergi dan mengatakan bahwa ilusiku sudah benar-benar gila dan kau tidak tahan lagi? 14


Seperti apakah satu? Namun aku malah mengerutkan kening sendirian dan bertanya-tanya, seperti apakah kita? Bola mata dan bulankah? Segumpal darah beku dan malamkah? Merah muda dan kode anehkah? Katakan padaku engkau hendak menyaru sebagai siapa di dunia yang asing ini. Ini adalah dunia di mana aku tidak mengecap lebih dari yang aku inginkan namun aku larut dalam engkau sebagai eksistensi yang utuh dan ada. Kemudian aku menguap. Lalu larut lagi, menguap, larut, seperti lingkaran setan yang tidak ada jalan keluarnya. Aku menoleh menatap ke sisi angkasa yang lain dan kulihat bola mata itu balik melotot padaku seperti biasa. Baru kali ini aku rasanya ingin sekali bicara pada bola mata yang mengapung sendirian di angkasa itu : apakah engkau mencintai bulan? Namun dia tidak memiliki mulut untuk menjawab namun malah berkedip, sesuatu yang belum pernah kulihat sebelumnya. Sepanjang ingatanku dia adalah bola mata yang melotot dan tidak sekalipun kulihat dia melakukan hal selain itu. Begitu dia membuka mata, bola mata itu berwarna kemerahan seakan-akan kemasukan debu kosmik yang membuatnya iritasi. Lalu kulihat ia basah dan tenggelam dalam cairan keperakan yang menggenang di pelupuk. Ia berkedip lagi, membuatku sadar rasanya aku sudah lama sekali tidak berkedip. Begitu ia kembali membuka mata, air mata yang membanjir menghanyutkanku dalam memori.

15


[untitled] Muhammad Wildan Syakir Wiraatmadja

Dia kembali meletup gurih, manis, aromanya tercium sampai kau ingin terus rasai dia pergi lalu kembali dalam lamunan dan terbitkan senyuman dia pergi lalu kembali ini hari sudah larut 'sudikah kau mampir sejenak?'

16


AH,.. Achmad Zacky

Resah Kami Gelisah Dalam Desah Desah Penuh Darah Darah Kami Lemah Kalah Tanah Penuh Kisah Menjadi antah berantah Kami menderita sudah Jangan ditambah Susah Tolonglah Kami dibawah Sekali waktu tengoklah Mengais ceceran sampah mencari rupiah Pasrah dengarlah Suara Patah Mimpi dalam lelah

17


Tangis dibalik sajadah Doa tercurah Serapah Janganlah Menunggu sumpah Terucap karena gerah Atau tunggu sajalah Tuhan Allah Marah

18


Awan di Bulu Matamu Wahyu Ok

Lentik, kata orang. Menurutku bulu matamu adalah awan. Awan yang selalu kau lihat namun tidak kau pandang. Matahari di matamu selalu saja memandang yang lain. Melupakan yang selalu melindungimu, di pagi hari, siang dan menutup matamu ketika malam. Dia adalah awan. Awan yang senantiasa diam. Terkadang gugur diterpa air mata yang jatuh perlahan. Berlarut kesedihan bagi awan adalah cobaan. Baginya menahan airmata adalah tugasnya, agar air di matahari matanya tak kunjung surut. Agar air di matahari matanya tetap membiaskan titik air yang membentuk pelangi di bola matanya. Dia adalah awan yang selalu berkedip, melindungi matahari mataku ketika memandang matahari matamu. Maka dari itu kita tak saling pandang ketika bertemu. Dia adalah awan yang menjadi saksi. Bahwa aku telah bosan mengejar mimpi. Karena mimpi akan tetap jadi mimpi, dan kenyataan pernah tertawa denganmu adalah kenyataan.Ya walaupun di matamu hal itu hanyalah kedipan, dimataku hal itu adalah kenangan tak terlupakan.Dia adalah awan yang entah mengapa Tuhan mencipta. Awan itu menambah harta karun dari pesona wajahmu yang baru saja aku temukan. Tuhan, engkau maha luarbiasa, hanya dengan awan di bulu matanya, aku tersiksa.

19


20


Nurani 5 Detik Delia Rahma

otakmu kosong otak kosongmu kosong otakmu kosongmu otak --boleh jadi kau miliki bermilyar-milyar neuron dimana kau simpan? kuyakin sebagian besar dalam tempurung lututmu, ketika kau menghendaki dirimu menjadi apa yang mereka inginkan, miskin prinsip dan terhanyut arus.. karena, apa yang benar dan apa yang salah bukanlah di otak mereka maka kembalilah menjadi manusia!

21


Terampas Teduh Afiani Fauziah

Kegerlapan alam negri ku tercipta dari sang Pencipta, alam melimpah, semelimpah sampah-sampah. Kegerlapan alam negri ku terkontaminasi. Globalisasi, Moderenisasi, basi. Tapi masih dicicipi. Mencicipi potongan rakyat, pakaian potongan, bahkan kasus azasi terpotong oleh tong kosong. Kegerlapan alam negri ku hadir kian eksotis. Tragis, dramatis, romantis, bengis. Meringis samar mengikis mudar habis. Kegerlapan alam negri ku tiap suku punya kepala kepala suku tidak berwibawa hancur. Melebur, ulah para pelacur. Kegerlapan negri ku brutal McDonalld bordil tradisional terjepit goyangan, tercekat pendidikan. Tersihir bayaran, terlilit perhutangan. 22


Menggelitik memang. Istimewa cherrybelle meramai, Yogyakarta istimewa melambai. Kegerlapan negri ku sempoyongan tidak terwatas

23


Kejoraku Rony Del Bachty

Kejoraku... Aku lupa saat pertama kali bertemu dan mengenalmu. yang kuingat di tanah perawan nan subur itu. tertanam beribu-ribu benih saat ayam masih tertidur pulas. . Kejoraku... rona wajahmu itu yang tak kulupa. merah semringah ketika embun manis mengecupmu. lelembut cahaya menerangi jalan yang terpilih. dan benih-benih itu terus tumbuh, tumbuh, tumbuh subur di atas harapanmu. tangan Tuhan merawatnya dengan baik. . Kejoraku... Masihkah bahgia kau rasakan sampai saat ini? yang kutahu, tanahmu tak sesubur dulu. benih di tanam, rintihan rindu yang terdengar. terlalu banyak tangan kumuh mengais-ngais kedalaman batinmu. kembang layu, putik tak jadi, batang tak kokoh membuatmu goyah. . Kejoraku... aku ragukan senangmu mencapai puncaknya. karena terlalu banyak yang ingin menggagahimu hingga kau terkulai lemas tak berdaya. . Kejoraku... Sabar-sabarkanlah hatimu. 24


Damaimu masihlah jauh dari pandangan. tapi yakinlah padaku, cinta yang tulus akan mendapatkan tempatnya kembali. Selama mentari masih terbit dari timur, cintaku takkan pernah padam.

25


Seikat Beda Trio Syahputra

Menunduk kau ke bawah Menengadah aku ke atas Kita memang tidak satu arah Namun kita tidak terlepas Melesat kau melemah Menancap aku menguat Kita adalah dua anak panah Namun kita masih terikat Sampai kapan akan terus begini? Kau ingin menginjak tanah, aku ingin meraih langit Mengapa tidak kita akhiri? Melegakan ruang kita yang telah sempit

26


Pergeseran Jarum Jam Kartini F. Astuti

Pagi berbentuk persegi yang janggal ketika kau mengganjal kelopak mataku juga jendela dengan lengan besi Setiap siku seperti kata-kata kritikus yang merindukan kesakitan penyair Pagi yang jatuh dari bangun ruang sebuah jam dinding itu mengutukku jadi binatang musim dingin Aku gagal mencintai sarapan pagi tapi kau menyuapiku siaran berita dan kegaduhan di luar jendela lewat gugatan gemerincing garpu Kau dan orang-orang bangun pada angka 5 dan bergegas merapikan tempat tidur Bergiliran masuk kamar mandi dan mengumpulkan ketakutan untuk angka 6 dan 7 dan seterusnya Dan menyesalkan aku yang bangun kesiangan pada angka yang tak terdeteksi alarm Jarum jam kita bergeseran, Sayang, dan orang-orang sering lupa kalau pagi dan siang adalah kembar ketika kita tidur di jam berbeda Ketika padam lampu kamar kau menggiring mata untuk pelan-pelan terpejam Sementara aku kepayahan mengiris bulan selapis demi selapis Barangkali begini saja, kuselesaikan puisi ini dan kau tidur kemudian bangun dan hitunglah setiap detik 27


yang kaukendarai dengan mendengkur Hitung pula setiap huruf yang kutulis dalam bait-bait tubuh lelahmu Maaf, aku juga tidak bisa berlama-lama menggeser jarum jam Aku takut puisiku siluman bernama klarifikasi yang menjelma jadi mulut-mulut selebritis

28


Dasi Hitam Ari saldi

Dan duduk diantara tirai bambu yg mnguning, keemasan. Di balik celah daun, memandang jauh yg tak trjangkau oleh masa. Di sudut pertigaan, kaki telanjang trus brjalan. Hingga lepuh melepuh yg brgerigi di pinggiran sdut kakinya. Mmainkan Nada, brmelodi dgan skepingan botol minuman. Tangis diantaranya, mampu diredamkan dgan recehan koin logam. Doprtigaan lain, aroma semerbak kian merbak. Mmancar chaya kilauan yg Indah Brkerah dasinya hitam menggantung, mnutup kbusukan qalbu jahannam. maka, paradigma dunia dibalik tirai memaksa ntuk brdendang. Naif sdah mnjadi pijakan, merenggut nadai-nadi yg trjajah. Mkanlah whai dasi hitam, telanlah bulat-bulat kaki telanjang itu.

29


30


Almamater Mimpi Achmad Zaky

Ini hanyalah sebuah angan kecil kami Niatan sederhana yang tiap hari terbarui sebelum lelap Seulas senyum tulus merekah membayangkan angan jadi nyata Tak pernah bosan kami mengulang ulang itu Iringan doa pun tak pernah luput teruntai ke langit Tetap semua demi menyatakan angan kecil kami Upaya keras kerja bukti betapa sungguh mimpi kami Tatapan kedepan begitu cerah karena kami siap Tes ujian dan segalanya terlewati sudah Energi kami habis namun senyum tetap merekah Ketika akhirnya warta itu terbang menuju kami, dan Nama kami terpatri indah di dalamnya Oh Tuhan kami panjatkan syukur kepada-Mu Lemah kami tanpa kekuatan dan daya-Mu Oh Tuhan kusujudkan diri kami dihadapan-Mu Guyuran nikmat terbalut usaha kami tak sia sia Ini adalah kelahiran kembali bagi kami Bulanan sudah kami berada di kawah ini Angin lalu membawa kabar jika nyata tak seindah angan Niat segunung longsor menjadi bukit, bahkan hanya gundukan Doa yang dulu teruntai kini membuat untaian baru ketakutan Ujian di depan mata seperti pintu pintu takdir kami Nervous, segalanya terasa dicipta karena indeks prestasi Geram tak jadi ilmu dicari tapi nilai dituntut

31


Sebenarnya Merokok Itu Bermanfaat Trio Syahputra

“Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin.� Begitulah kalimat yang jelas tertera pada setiap kemasan rokok yang beredar di masyarakat Indonesia. Bagi para perokok, kalimat itu seharusnya menjadi bacaan mereka sehari-hari. Itupun jika mereka bisa membaca. Walaupun kenyataannya para perokok itu hanya menganggap kalimat itu sebagai hiasan dari bungkus rokok belaka. Tetapi, tahukah kalian bahwa makna dari kata-kata tersebut sebenarnya menyebutkan bahwa rokok itu punya banyak manfaat. Merokok dapat menyebabkan kanker. Begitulah, salah satu efek dari merokok untuk jangka waktu yang panjang. Suatu hal yang sangat menggembirakan bagi para mahasiswa kedokteran yang saat ini sedang berjuang menjadi dokter spesialis kanker. Masa depan yang cerah sedang menanti mereka. Dikunjungi oleh orangorang yang sedang dirundung kesedihan. Orang-orang yang takut menghadapi kematian yang setelah diusut ternyata karena ulah mereka sendiri di masa lalu. Ya, merokok. Jika dimasa depan nanti akan banyak orang-orang seperti itu, berarti akan dibutuhkan banyak tenaga medis ahli kanker untuk menanganinya. Sehingga mahasiswa kedokteran yang saat ini sedang berjuang akan banyak uang nantinya. Bersyukurlah. Merokok dapat menyebabkan serangan jantung. Masih sama, kabar gembira untuk mahasiswa kedokteran. Kali ini untuk spesialis jantung. Sebenarnya, serangan jantung termasuk penyakit yang mematikan. Tetapi bukan berarti akan langsung menyerang ketika seseorang sedang merokok. Bukan begitu. Sama seperti kanker, serangan jantung merupakan efek jangka panjang dari merokok. Jadi, kalau baru mulai merokok baru-baru ini tidak usah terburu-buru menghitung kapan akan terkena serangan jantung. Toh, para mahasiswa kedokteran juga masih belajar di 32


kampus. Bagi yang sudah lama merokok, para dokter spesialis jantung juga sudah siap menerima rejeki. Merokok

dapat

menyebabkan

impotensi.

Entah

bagaimana

rasanya

penderitaan menjadi seorang lelaki yang tidak perkasa. Dari sudut pandang seks, kenikmatan duniawi yang dibicarakan orang-orang itu pastilah terasa semu. Tetapi, jika dilihat dari sudut pandang jumlah penduduk, hal tersebut bagaikan sebuah ruang kosong diantara kerumunan. Lega. Hanya dengan merokok, para perokok dapat dapat memberikan sebuah kontribusi besar bagi bangsa ini. Merokok secara intensif, para perokok akan menjadi impoten. Seorang impoten akan sulit melakukan produksi anak. Minim produksi anak berarti angka kelahiran menurun. Dengan asumsi angka kematian di negara ini tetap stabil, dan angka kelahiran turun hingga di bawah angka kematian, maka jumlah penduduk di Indonesia akan berkurang. Program pemerintah untuk mengurangi jumlah penduduk pun tercapai. Hanya dengan merokok. Merokok dapat menyebabkan gangguan kehamilan dan janin. Sekali lagi, hanya dengan merokok jumlah penduduk Indonesia tidak akan bertambah pesat. Sang calon bayi yang sudah melalui proses produksi, menjadi terancam gagal launching. Hanya karena merokok. Pun launching tetap terlaksana, kondisi sang bayi tidak dalam kondisi sempurna. Entah itu ukuran tubuhnya yang tidak berkembang, kondisi organ tubuhnya yang tidak berfungsi normal, atau hal buruk lainnya, seperti kematian dini, akan terjadi pada sang bayi. Penyebabnya belum tentu karena sang ibunda yang melahirkan adalah perokok, bisa juga karena lingkungannya. Tetapi jika dipikir lebih dalam,hanya dengan merokok maka program KB yang dicanangkan pemerintah dapat berjalan dengan baik. Bagi mereka keluarga yang sudah memiliki dua anak, merokoklah. “Merokok membunuhmu�. Hiasan tambahan yang kini ada pada setiap bungkus rokok yang beredar di masyarakat. Kali ini bukan hanya tulisan, tetapi juga dilengkapi gambar. Gambar yang mengerikan bagi yang bisa melihat. Secara keseluruhan, ending dari makna kalimat ajaib pada bungkus rokok itu adalah 33


kematian. Dengan catatan, pertolongan dokter yang sudah maksimal namun gagal dan kehendak Tuhan yang tidak dapat disangkal. Jika sudah terjadi, seharusnya hal itu dapat menjadi pembelajaran bagi mereka yang belum atau baru mengenal rokok. Itu pun jika mereka bisa berpikir. Satu tambahan lagi tentang manfaat rokok, masih sama, mendapat rejeki. Teruntuk tukang gali kubur, silahkan berbaris dengan teratur. Dan jangan lupa bersyukur.

34


Jas Ari Saldi

ketika semua tenggelam dalam - dalam Maka cukuplah jas itu. Mengapung Dan biarkan saja! jas itu. Mengapung Abaikan ! jangan kau lirik. Terombang Naiklah ! jangan kau ikut. Tenggelam karena jas itu! kengangan. tenggelam bersama malam dan dekam Yah, jas itu!. Terapung..

35


Dan diam Rais Fiqriansyah

Dan diam Bukan berarti tak berkata Dan diam Bukan berarti tak setuju Dan diam Bukan berarti tak memahami Mungkin dari mata, Terangkai keindahan kata Mungkin dari mata, Terangkai keberpihakan tuju Mungkin dari mata Terangkai keabsahan paham Dan diam Bukanlah kata tak bermakna Dan jika tak jua ditemukan jawabnya Pandanglah kedua bola mata dirinya

36


[?..] Arief Nur Ihsan

Aku adalah khalifah di bumi, dulunya.sekarang tidak, karena ke-khalifah-an sudah diklaim H*T*I. Aku adalah penduduk tanah surga, dulunya. Sekarang tidak, karena koesploes sudah tidak mengatakan itu lagi, karena dia sudah tiada. Aku adalah x% Raga yang fana, y% jiwa yang abadi. Aku adalah tiada. TUHAN ADA.

37


38


Asli atau Palsu Kukuh Samudra

Apakah kejujuran menunjukkan suatu keontektikan? Apakah kejujuran berarti sesuatu yang asli? Berawal dari temen rasa pacaran. Cukup susah bagi saya untuk mendapatkan pacar. Faktornya banyak, tapi saya menduga salah satunya karena saya kurang gaul. Ya okelah prestasi saya juga sebetulnya tidak ada, Cuma banyak yang diada-adakan yang lebih parah lebih banyak oleh saya sendiri daripada orang lain (teman saya misalnya). Gaya atau stail saya yang tidak gaul dan tidak update, berhubungan dengan kejujuran saya. Begini, ada juga lho sebetulnya yang tidak jujur dengan gayanya, meskipun gayanya belel. Dikasih duit 5 juta buat beli baju, iya sih beli jaket mahal trus disobek-sobek. Sangat tidak otentik. Saya sedikit banyak mendewakan kata ini berangkat dari pengalaman beli alat elektronik yang otentik (asli) buatan Jepang ternyata lebih awet daripada buatan Cina. Ada yang salah ternyata ketika saya mengajukan istilah ‘teman rasa pacaran’. Saya sendiri tidak cukup paham alasan kecengan saya ini gerah dengan istilah tersebut. Saya sendiri tidak ingin menanyakan lebih jauh, karena takut kalau-kalau dia malah tidak balas lagi line saya. Jadi begini, mengapa saya butuh kecengan? Saya pikir-pikir, ide justru lebih mengalir ketika ada ‘partner’ untuk diajak ngobrol. Apalagi kalau partner ngobrolnya ini perempuan. Mengapa perempuan? Saya sendiri mengajukan alasan efisiensi. Sembari kita mikir, kita juga hendak pamer pengetahuan. Makanya saya cenderung menghindari kecengan yang cerdas, bisa-bisa saya tampak bodoh. Nah, kecengan yang bodoh juga saya hindari, kecuali dia sangat-sangat cantik. Tapi sebetulnya kecengan yang bodoh akan sendirinya tidak membalas kita karena 39


menganggap kita (atau saya lebih tepatnya, kata kita di atas tidak saya revisi karena malas baca ulang lalu mengoreksi) banyak omong dan sedikit sinting. “kadang lo gak boleh terlalu jujur”, tulis dia. “ya, bisa jadi” Karena mungkin lapar dan sudah seminggu lebih tidak makan ‘ricis’, saya jadi teringat snek micin favorit saya itu. Sejauh ini belum ada yang bisa bikin ketagihan layaknya wafer rasa keju bikinan ricis. Ada banyak rasa wafer, ada stroberi,

coklat,

vanilla,

tapi

ketika

ditemukan

wafer

rasa

keju..

Muncul pertanyaan saya berikutnya, apakah ricis telah berhasil membuat revolusi dalam makanan? Ketika kedelai dan turunannya tidak lagi berjodoh dengan kecap, tapi juga dengan keju? Apakah gara-gara ricis, atau telah ada sebelumnya? Apakah ricis sekedar ekses dari revolusi keju yang sedang berlangsung? Kembali ke topik cinta yang berkaitan dengan ricis. Ada slogan dalam iklan ricis yang perlu kejelian untuk dapat memahaminya. Namun hingga sekarang jujur saja saya masih penasaran. Namun biarlah penasaran menjaga mengadanya agar lebih yahud. “Ricis…kaya keju…” Kata kuncinya adalah ‘kaya’. Apa yang dimaksud dengan kaya? Kaya dalam arti ngepop yang identic dengan kata ‘seperti’ atau dalam arti kata yang identic dengan ‘banyak, berkelimpahan’? Sejauh ini masih menjadi misteri. Saya punya hipotesis bahwa yang diinginkan kecengan saya tidak lain adalah sebuah status yang ‘apa adanya’ dan ‘asli’. Jelas dia tidak mau pacaran dengan saya. Ketemu saja tidak mau. Jadi intinya dia ingin saya menganggap dia sekedar menjadi teman. Saya curiga saya kebanyakan micin, karena saya anak kos. Apakah wartegwarteg di cisitu menggunakan micin? Saya menduga iya. Bagaimana tidak, apa ente pikir kita bisa seenak hati bikin itu sup ayam menggunakan kaldu dari daging ayam 40


yang asli? Sayu ayam utuh harganya saat ini bisa mencapai 40rb rupiah, sedangkan harga micin satu saset harganya 1rb rupiah. Bah! Mari kita analasis, apakah saya salah adanya jika menawarkan hubungan ‘teman rasa pacar’ meskipun hanya saya yang ‘merasakan’, sedangkan banyak pasangan pacaran di sana yang justru merasakan ‘pacaran rasa teman’? Bahkan tidak sedikit yang merasakan ‘pacaran rasa sopir’. Fenomena ini terkait erat juga dengan fenomena buah-buahan yang sekarang memiliki rasa aneh-aneh. Pernahkan anda mendengar ada kelengkeng rasa durian? Atau rambutan rasa kelengkeng? Tapi sebaliknya, apakah pernah mendengar durian rasa rambutan? Tentu yang saya maksud di sini yang berkaitan dengan proses rekayasa manusia. Durian rasa rambutan mungkin tidak ada, tapi durian rasa ‘raenak’ saya yakin banyak. Motifnya tidak lain adalah ekonomi, atau apa itu istilahnya saya lupa. Intinya adalah, ketika harapan dan kemampuan terdapat suatu jurang, maka kita akan mencoba melakukan rekayasa. Rambutan direyasa sehingga memiliki rasa seperti durian, ya masuk akal. Harga rambutan lebih murah. Tapi durian jadi rasa rambutan? Lalu manakah yang paling baik? Apakah biarkan saja rambutan sedemikian adanya rambutan dan durian sedemikian adanya rambutan? Jikalau demikian, apa yang lebih sah alasan rekayasa tetek bengek tersebut jika tidak lain adalah ekonomi?

41


Dari Kucingnya Sutardji Hamdi Alfansuri

O. Ada Sutardji dalam tubuhku membunuh kata-kata mantranya terus merasuk menjelma dalam roh Kucing-kucing ngiau-ngiau mencakar jiwaku setangguh apapun kucing sutardji tidak pernah mati menggores rasa Sutardji menjadi aku dan aku terpaku padanya, ngiau!

42


[untitled] Tiara Laksmidewi Muhardi

Bila suatu hari setelah hari esok aku tak menemuimu Anggap alunan biolamu sebagai nyanyianku Bayangkan syair yang kau tulis adalah gumamanku Lalu, lupakan aku Jangan menemuiku sebelum aku menemuimu Karena kau tak akan lagi menemukan surai gelapku Ataupun senyum yang selalu kau inginkan Jangan ingatkan aku Tuhan... Jika permohonan terakhir berlaku untukku juga Izinkan aku melihatnya sebelum menatap merah neraka Izinkan aku merengkuhnya sebelum mencium aroma tanah basah Dan jika aku bisa menukar segalanya Titipkan salamku untuknya setiap saat Biarkan aku menjadi melodi di setiap senandungnya Lalu, buat dia melupakanku Bila suatu hari setelah hari esok aku tak menemuimu Bila suatu hari setelah hari esok kau tak menemukanku Lupakan aku

43


Sampurasun Taufik Aditya Utama

Sampurasun‌begitulah kami menyapa saudara se'marcapada' dengan merunduk dan tersenyum Sampurasun‌betapa sederhana kata sapaan itu terdengar namun jika dulur-dulur sudi untuk menyelaminya lebih dalam maka percayalah, ia lebih dari sekedar sapaan belaka. maka dari itu, bolehlah sesekali saudara mengosongkan rasa, mengheningkan cipta dan menyeimbangkan karsa diamkan sejenak pikiran saudara tentang hitam dan putih, langit dan bumi, pria dan wanita Hayati saja alam semesta yang maha luas Hayati saja diri sendiri yang maha 'mahi' maknai saja setiap nafas dengan rasa syukur maka saudara akan menemukan penghayatan sajati dari arti kalimat itu karena Sampurasun‌ Sa ma purna Ing sun yakni saling menuju keagungan paling tinggi milik Yang Maha Kuasa nan sejati. Cag Rampes _/|\_ Semoga kita semua selalu dalam Ka Eling an

44


Aku Atika Destiarasari

Aku bukan gas mulia Yang selalu stabil Dan tidak bisa bereaksi Aku hanya manusia unik Mencari motivasi hidup Pembuat lupa masalah yang ada Naruto, tokoh kartun jepang itu Begitu nenghargai artinya hidup Walau ia sendiria, selalu sendiri Tapi ia tak lupa tak pernah lupa Memiliki seorang teman Teman, aku tau tidak ada kata sempurna Tapi aku yakin ada limit Mendekati namun tak pernah menjadi Tujuan kita ternyata berbeda Belajar dan mencari ridho-Nya Aku ingin aku tahu Aku manusia unik ingin memiliku teman

45


Mimpi Mimpi Aulia Pratama Saputra

mimpi mimpi akan menjadi dan selalu menjadi seonggok mimpi dalam kumpulan mimpi kusam bila tidak ada tangan, otot, otak dan hati yang menjadikan ia membentuk dan nyata

46


Senjakala Afiani Fauziah

Lihatlah kuasa sang pencipta diatas cinta, berlapis tanya. Apa yang kupunya? Diatas segala penciptaan-Nya. Terang dan tenang. Merah merona warnanya. Angin yang berseok bersiul hangat berlenggak-lenggok menari-nari, seakan mencari-cari diriku, diantara hembusannya. Wangi parfum syahwat memenjarakan mata yang melihat. Disitu aku terpukau sunyi mentasbihkan ayat, ayat suci. Dibumi membakar hari tanpa henti mengolah padi, menjadi energi. Mentari menerangi bumi tak berhenti menutupi hari dengan sejuta mimpi.

47


48


Persetan polimerisasi! Rilis Eka Perkasa

Aku takkan pernah bisa setua ilmu polimer itu sendiri. Langkahku tergesa berkejaran dikejar reaksi propagasi yang merambat tak berkesudahan dan sebelum terminasi sempat terjadi akupun mati Dibelit untai rantai polimer Dicekik kusut masai tanda tanya yang tak pernah selesai.

49


Rindu Atika destiarasari

Kita menari bersama dalam suatu melodi kita Itu alunan yang kurasakan pada waktu itu Rasa yang hadir bukanlah bentuk rasa Aku bergerak merasakan lagu dari aku Hingga akhirnya aku merasakan senang tak hingga Lalu waktu pun berakhir seperti angin lalu Lewat sudah saat aku ingin lewat Kembali aku ingin rasakan indahnya kembali Waktu bergerak tanpa henti saat aku mencari sang waktu Menunggu saja aku harus biasa selalu menunggu Inti dari semuanya aku RINDU sang inti Kapan saja kau datang entah itu kapan Kamu yang disana cahaya itu kamu Seribu yang aku caripun hanya kamu yang menjadi seribu

50


Calcutta Craniorum Choirul Muttaqin

Di depan stasiun yang dikepung melankoli ruang hidup Diantara langkah dan jangkah, Sekerling kau berujar melihat kereta melintas, “Jarak semakin dekat, ruang hidup menyembul makin sempit� Akhir jua, Kulepas kau ke kotamu di selatan, nyiur bualan kereta api... Kutepuk pundakmu, angin menggerai anak-anak rambutmu 51


Apalah istilahnya ini dan itu... Tanya manusia yang sedang menjalin affair tak menjanjikan Sungguh aku takut melayang ke pelukanmu. Aku masih takut harus memeluk salah satu agama, dan percaya bahwa surga di akhirat. "Aku ingin kembali ke pelukanku, tempat surga baru dibangun," kataku Di sudut Stasiun, tertambat sebuah gerbong tua nan kesepian. lihatlah ada tulisan berkarat samar, mungkin dulunya pengangkut hasil panen atau budak. Apa bedanya? Semua bangsa telah menjelma penjajah di kepalaku. Juga rel didepan mataku seperti kemaluan seorang pelacur, menganga dilayani kereta-kereta dan lelaki-lelaki ke kota-kota jauh. Seonggok datang, aku tiba-tiba merasa ingin seperti Nuh : “Menjadi satu-satunya nahkoda yang berlayar di atas bumi yang tenggelam�

52


Manusia Aulia Pratama Saputra

Manusia tak lebih dari sekumpulan bahan Dengan bagian masing - masing Mencoba berarti. Kita, tak ubahnya pasir, semen dan kerangka beton Tak ubahnya kerikil, aspal dan bebatuan Kita berkumpul dan jadi satu Membentuk jalan yang belum berujung Menuju masa depan bercabang.

53


54


Menunggu Hilang Malam Bayu Rian Ardiyansah

Tuhanku, aku telah terpaku waktu Remuk tubuh ini Lumpuh akal ini Mati hati ini Sungguh siang telah berganti malam Apakah tak ada cahaya yang bisa membimbingku Keluar dari jalan gelap ini ? Tuhanku, aku telah tersesat diam Bingung, terombang-ambing Cemas, hilang arah Nanar, menatap ke depan Sungguh malam telah begitu pekat Apakah telah redup cahaya yang bisa mengantarku Menuju naungan remang surya ? Tuhanku, selamatkan aku dari sini Berikan cahaya-Mu di malam ini Hingga gelap ini beranjak pergi Berganti fajar pagi Yang terangi tubuh ini Akal ini Dan Hati ini.

55


Sajak pada Hari Ummi Azizah

(i) kusodorkan setangkai sunyi kepada pagi sebab kucuri air sesungai dan kicau burung darinya kuhanyutkan mimpi-mimpiku dalam gemericik itu dan kutitip kabar deru kepada sang debu di batas terluar kota ini (ii) sengaja kusua siang yang hampir meleleh (anyir dan menyaga) lantas kubasuh ia dengan air gangga dan kususui dari sapi betina juga "ialah samiri membangkangi ayat-ayat Kami" lantas malaikat-malaikat terjun dari langit serupa legunder kudus, gaib di bek (iii) aku pulang (lagi) kepada senja yang tertukar demi ranah, syam yang dikandung oleh puing-puing nirwana jannah kita ah, lembayung di lekuk horizon 56


marun di langit, marun di bumi yang janda yang berkembang yang mekar sembunyi di balik tumit (iv) magrib datang tanpa azan oh, malam yang lebih nyinyir daripada lilin selegam nadi bening terakhir ini tumbang di bawah rudal kuntum-kuntum kuncup aku dikebumi

57


Tuhanku Arief Nur Ihsan

Pikiranku terbatas, Kau tidak Sehingga laut hanya sekedar Bentang pantai Deru ombak Padahal dibalik itu Ada senyum-Mu

58


Arah Muhammad Zaky

arah seakan anak panah buta. mata kita yang dapat melihat, semakin lama semakin asing dari dunia: dinding, jendela, pintu, tak ada yang tentu‌.

59


60


Magi Fransiska Damarratri

“Kita terdiri dari ruang-ruang kosong,” katamu Lalu aku mengamini “Tapi kita pepat dan bergravitasi?” Aku daulat — kita ilusi Aku daulat — kita ledakan Bintang yang masih berpijar Bintang yang hilang perkasa Bintang yang runtuh karena gravitasinya sendiri, meraja Namun tetes tangismu meleleh di dadaku Oleh gerimis awan matamu terlingkar Gemuruh doa berbaris di telinga yang aku — engkau dekap Sedari purba gemanya berderap Engkau daulat — kita hanya manusia, bumi kecil merengkuh diam debu di tata surya tidak dapat menangkap cahaya bagian semesta yang belum sampai tapi sudah kita percaya; bait-bait kita berbunyi ramai “Kita mungkin cukup kuat untuk menarik bulan hingga sejengkal di muka,” katamu 61


rerumput bersaksi dan massa kita runtuh di dalam magi

62


The Knot Vinskatania Andrias

She is everyone’s friend. The bonds she tied to people are what makes her grow. She has all the traits you’ve wished for: wit, charm, look, style, curiosity, and this surprisingly high likability. Her thing is to swing the rope of acquaintances just so walking down the uni’s hallway will also be about throwing hellos to everyone. But, is life about having so much pal to say hello to? Later that she figured out the bond can get loosen by choice. And actually making a strong knot to the remaining bond is way more important than forcing the unrequited.

63


Selfie Sepanjang Hari Kartini F. Astuti

Selfie, bagaimana kabarmu setelah sepanjang hari memutari rumah, beranda, dan dinding tetangga? Kau pandai sekali berdandan dan bermain peran sampai siapa pun tidak menyangka, Selfie kau punya tahi lalat peliharaan di pipi sebelah kiri Ketika mata uang di dunia sudah silindris dan tidak ada lagi barang yang laris, barangkali wajahmu masih bisa ditukar dengan ratusan ribu ibu jari Ah, kukira kita sudah amnesia terhadap bahasa Tapi di kejauhan kecantikanmu jadi pengemis renta yang ingin memetik kata-kata dari pohonku Padahal tidak ada waktu bagi cabang-cabangnya untuk berbuah rindu selain pada status dan setumpuk album kenangan sebelum putus Selfie, hadirilah pesta-pesta ulang tahun itu lalu kau akan menemukan jari-jari tangan tetangga kita berlari-lari dan jatuh, ditinggalkan ibunya Selfie, jangan lupa memasang senyum ramah di pagar-pagar besi rumah kita yang sepi saat kau kebetulan lewat menggandeng jejak walikota Satu lagi, Selfie, pergilah cepat-cepat ke luar negeri dan perlihatkan padaku syal warna-warni apakah ia juga akan memucat di lehermu nanti 64


Yang pasti, niat menghadiahi oleh-oleh inspirasi sering terjebak dalam galeri pameran diri

65


Penantian Rama Firdaus

Selalu tercurah kasihku Pada musim semi: putih lumer Kilau bening kehijauan pertama Pucuk lembap daunan hemlock. Selalu aku sabar menanti Ayun lembut belati musim semi Menyayat tirai musim dingin Yang terajut dari desis mesramu. Dan ia akan berbisik lirih: “Jangan khawatir, jangan khawatir, Aku bakalan seterus kini ada Misalkan tajam yang menetap Sebilah pedang purba yang berkilap�.

66


Salahe Asih, Salahe Asah, Salahe Asu David Satya Hartanto

Asih karo Asu Asih cokot Asu Asih dicokot Asu Asih cokot-cokotan karo Asu Salahe Asih nyokot Asu Salahe Asih dicokot Asu Asah karo Asih Asah nggagahi Asih Asah digagahi bapake Asih Asah gagah-gagahan karo bapake Asih Salahe Asah nggagahi Asih Salahe Asah digagahi bapake Asih Asu karo Asah Asu cokot Asah Asu dipentung Asah Asu pentung-pentungan karo Asah Salahe Asu marani pentung Salahe Asu dipentungi Asah

67


68


Hujan Dalam Komposisi, 4 Rilis Eka Perkasa

Mengapa hujan turun sewarna darah? Di kotaku, pria wanita tua muda bersujud, menagih hujan yang dijanjikan oleh musim. Agaknya dahaga bangsa kali ini cukup parah hingga teh gelas yang dijajakan pengasong di macet Dago tidak mampu membanjurnya lagi. Terlebih, lima hari ini aku tidak melihatnya di perempatan. Barangkali ia ikut bersujud dan menagih. Mengapa hujan turun? Sesekali ia turun, namun hanya sayat tajamnya di wajahku yang diabadikan oleh rintik. Begitu pula asap. Ia turun dari cerobongcerobong pabrik tukang bikin kefanaan. Kurang pedihkah hidup warga kota dan desa hingga kefanaan harus diproduksi tanpa henti? Para bos, tukang sewa tanah dan kontraktor tidak sadar pekarangan bungalo mereka memerah darah. Mengapa? Ah, sudahlah. Seorang ayah tergolek di setapak merah darah. Kepalanya digergaji. Paling tidak, hujan sesekali turun. Sesekali tagihan kami dibayar.

69


Peri Fransiska Damarratri

kabut di lembah mata ngarai tergenang bah dasar sungai yang retak terinjak kuda-kuda air lari, berlarian menuju dagu yang intan hitam anakmu tidak mengerti sunyi di kepalanya nyaring

70


Sederhana Wahyu Ok

kau jamuiku kolak lalu beranjak

71


Pemimpin Aditya Firman Ihsan

Siapa kau? Wajahmu terpampang kala itu Menghiasi dunia dengan kata-kata Entah buaian entah jaminan Memperkosa kejenuhan jalanan Siapa dirimu? Dipercaya dengan beragam asa Layaknya wadah lepasnya masalah Mencuci tangan semua orang Di balik dalih tanggung jawab Siapa engkau? Dipukul paling pertama Namun jatuh kala akhir Bak tameng sekalian pedang Membuat semua merasa aman Siapa kamu? Di depan harus teladan Di tengah beri dorongan Di belakang pegang beban Di mana-mana jadi tanggungan Apa itu memang tugasmu? Atau kami yang kurang ajar? Entah.

72


Blues Izrail Ikhsan S. Hadi

Seorang pemuda menagis dan bersandar pada tembok di selasar rumah sakit, di sebuah pagi yang jatuh ditembak subuh. Harum melati masuk kedalam etalase dadanya padahal bau obat lebih menyengat di sana. matanya menatap redup neon, mulutnya sedingin rembulan, sementara bapaknya membeku diatas ranjang. Sampai ujung sepi berganti pemuda itu masih saja bersandar membisu. Orang-orang berlalu lalang dari pelayat, suster, dokter, security bahkan tukang bacang sudah biasa melihat mata kosong keluar dari kamarmayat di ujung lorong. seorang bapak telah menunggu di halte keranda dan anaknya masih saja diam. Ya Syin Jika pengalaman yang membuatnya bodoh, maka sejarah membuat sebaliknya. Jika ia masih melihat masa lalu, maka masa depan adalah kebutaan. jiwa yang tangguh, lahir dari hati yang rapuh. Oh Izrail Datang melalui pintu-pintu cempaka, tirai-tirai hijau tua, dan anjing-anjing menggonggong nyaring. tujuanmu, hanya ada dua. pertama ziarah dan yang kedua menjemput jiwa ziarah adalah burung gagak di kepala pemuda terbang, berputar-putar dan membawa kenangan di ujung cakar sedangkan menjemput jiwa adalah burung nazar yang mengintai dan manusia harus rela mati untuk yang keduakalinya. Ya Syin Jika membasuh adalah melupakan, maka mengkafani haruslah menaruh ingatan. Jika sholat adalah mengantarkan, maka mengubur adalah kepulangan. Kematian adalah puncak dari segala keikhlasan dan do’a, do’a adalah manifestasi dari transaksi memesan cinta sama halnya dengan memesan keranda tak bisa kita duga, sebab dalam do’a, imanlah taruhanya. Oh Izrail pagi, siang, sore, dan malam bukan batasan bagimu sebab yang membatasi kita, hanyalah tangan-tangan 73


tuhan maka apabila kita bertemu, tentu bukan lagi tentang seorang bapak jabatlah tangan, pegang janjiku. Hari berlalu, dan malam datang. Ya Syin Jika beban semakin berat, berikanlah pundak-pundak yang kuat. Jika hati membeku, berikanlah jiwa yang hangat pemuda itu kini telah berdoa untuk menerima kematian, dan bukan untuk melupakanya. Ya Syin.

74


Setrum senyum Asra Wijaya

Ada setrum dibalik senyum khasmu nan agung terbentuk dari sungai rindu yang dibendung dan ketika lepas menghempas kincir sepanjang tahun memutar dinamo perasaan sampai mengalir cinta bolak-balik aku.kau.aku.kau.aku.kau ada setrum dibalik senyum antikmu yang cantik seumpama listrik, berjuta-juta volt ia menyambar batinku

75


76


Suatu petang di Stasiun Kiaracondong Angga Adytia Sutarwan

Petang itu, di stasiun Kiaracondong ada yang tak henti menatap kereta yang lelah menggendong gerbong sejarah. Beban kian sarat, Lokomotif tersengal menatapnya dengan isyarat "masuklah, sebentar lagi aku berangkat." Perempuan tadi yang menatap kereta -engkau rupanya- tergeming gemetar , berlari masuk ke dalam album foto yang tersimpan di sudut kamar. Sementara itu jam dinding mengayunkan lengannya menghitung detik yang berlalu sedang hari menanggalkan diri dari almanak yang tergantung di dinding hatimu.

Petang itu, rinai-rinai cahaya turun perlahan dari langit menjulur menuruni cakrawala yang kian temaram. Malam menjelang Engkau berteduh dari terang di bawah pohon hujan yang rindang. Bersembunyi dari waktu dalam rimbunnya gerimis, engkau menangis karena harus mengenyahkan wajah sosok yang menukar dua bola matanya dengan hatimu.

Petang itu, hujan tak jua berhenti meninggalkan berjuta tanya darimana muasal bulir permata yang berjatuhan membasahi kota dan dedaunan. Angin menderu-deru dan langit berkaca-kaca Bukankah Ia yang mengarak mega dari ujung samudera hingga ke tepi benua? Bukankah Ia yang menggerakkan awan dari arah laut ke hulu bengawan? Ialah yang mencipta hujan untuk menghanyutkan masa lalu yang telah lama kau simpan.

77


Petang itu, di stasiun Kiaracondong ada yang tak henti menatap kereta yang lelah menggendong gerbong sejarah. Beban kian sarat, Lokomotif tersengal menatapnya dengan isyarat "Masuklah, sebentar lagi aku berangkat." perempuan itu menghela nafas dalam-dalam dengan mantap ia menjawab "Baiklah, aku berangkat."

78


Hamparan Samudera Rony Del Bachty

Siratan gelombang mengguncang gambaran, mengambang sampan memencar kehampaan, lamat-lamat mengarungi samudera yang memanjang. Sungguh serasa berjumpa manikam, bersemarak, mutiara mengkilau. selaksana nelayan menanti kedatangan hari. sudah terpenuhi berkali-kali berjumpa di tengah lautan yang tak bertepi. Cinta yang sangat menghanyutkan melenakan jiwa yang terang seumpama embun bersua dedaunan. Esok masa bahagia kemudian di nanti. Di hamparan samudera bagaikan khayalan, tak berdaya melihat ke belakang. . Sekiranya cinta di hati adalah suci, terpatri mendalam membumi, masihkan persangkaan perjumpaan di pertanyakan dan musti terkira-kira?

79


80


Banding-Bandingin Kukuh Samudra

Ada yang aneh dari cara kerja dunia. Bagai selayaknya tukang, ketika ada yang rusak, ya pasti pengennya segera memerbaiki. Paling tidak berusaha mencari solusi yang sesuai, agar tidak rusak lagi. Tapi apakah tukang benerin dunia itu ada? Atau justru jangan-jangan seperti ini adanya dunia bekerja, senormal-normalnya. Jalan-jalan ke lembang, ke tempat wisata pegunungan, saya yang jarang jalanjalan kok kagum melihat banyak rumah bagus. Betul-betul bagus, seperti rumah yang saya damba-dambakan. Rumahnya besar, jelas dikerjakan oleh arsitektur dengan cita rasa estetika yang tinggi. Saya juga mengamati, setiap rumah yang bagus, selalu memiliki pagar yang tinggi. Tapi setinggi-tingginya pagar yang dibuat barangkali agar orang susah melewati/melompat, jelas si rumah jauh lebih tinggi. Yang membuat gelisah, rumah sebesar itu apakah ada yang menghuni? Saya curiga tidak. Ini menurut kabar burung dan wacana yang berkembang di angkringanangkringan, orang kaya itu rumahnya banyak. Rumah sebegitu besar, hanya disinggahi oleh orang kaya jika sedang mampir untuk berlibur saja. Pikiran saya selanjutnya sepertinya akan mudah ditebak. Saya langsung membandingkan rumah yang besar magrong-magrong milik si kaya berumah banyak dengan si miskin yang bahkan sama sama sekali tidak punya rumah. Yang saya maksud dengan tidak punya rumah ini bisa diartikan macam-macam sebenarnya. Gelandangan sudah jelas tanpa diganggu gugat termasuk dalam golongan ini. Tapi masih ada lagi yang lain misal orang yang ngontrak rumah atau yang ngekos. Anda bisa bayangkan, orang yang ngekos, mereka hidup dalam suatu ruangan seluas tidak lebih dari kamar mandi orang kaya! Berlebihan? Bisa jadi. Oke untuk orang miskin saya melihatnya secara langsung. Di tengah kota pandat penduduk seperti Bandung, tidak susah menemukan suatu pemukiman penduduk yang isinya kos-kosan semua. Anda ingin melihat? Ayolah kapan-kapan saya 81


tunjukkan. Tapi kalau untuk ukuran kamar mandi orang kaya, ya mohon maaf saya belum pernah melihat secara langsung kecuali dari apa yang ditampilkan pada televisi. Satu bak kamar mandi yang bisa untuk mandi sambil tidur, kira-kira ukurannya mirip kuburan, 1x2 meter. Di samping bak mandi besar itu masih ada toilet duduk, plus wastafel plus ruangan shower. Hitung sendiri lah. Rumah begitu besarnya, saya coba tanyakan kepada orang kaya, mengapa tidak dimanfaatkan sebagai rumah tinggal berbiaya murah saja? Okelah nanti kita membantu bersih-bersih. Saya tidak perlu bertanya kepada orang miskin, karena pasti mereka mau-mau saja meninggali. Eh, tapi saya kan kelas menengah, bagaimana bisa tahu? Saya tetap sedikit yakin, ada yang salah dari dunia ini bekerja. Contoh lain. Kali ini soal makanan. Ada teman saya yang suka datang ke resepsi pernikahan di suatu gedung, hanya bermodalkan pakaian rapi. Sekarang di kota-kota besar saudara-saudara pembaca yang masih tinggal di kota kecil ndeso jauh di sana, sedang ngetren yang namanya standing party. Beda dengan kondangan atau njagong atau ndelok manten di kota-kota kalian saudara-saudaraku yang masih ndeso, di sini makanannya prasmanan, bisa ambil sendiri! Tidak ada itu urutan upacara mantenan ndeso dengan urutan teh, snek, sop, nasi, lalu terakhir es. Di sini menunya : sop asparagus, sate kambing, beef teriyaki, es krim, coca cola, dan masih ada lagi menu-menu yang saya lupa untuk mengingatnya. Maklum jarang saya temui menu-menu tersebut di warteg. Saya yakin sebuah pernikahan pasti direncanakan secara baik. Makanan direncanakan pas sesuai dengan jumlah tamu undangan. Yang disebut pas di sini sebetulnya tidak lain adalah lebih sedikit. Jauh lebih baik makanan lebih daripada kurang. Alasannya kalau kurang, tamu yang tidak kebagian makan pasti akan protes karena mereka pun sudah ikut nyumbang. Nah, kalau makanan sisa, mau dibawa ke mana? Sisanya ini tidak sepiring dua piring lho, ya. Kalau di kampong setahu saya jelas. Makanan sisa biasa dibagikan kepada tetangga-tetangga yang ikut ‘rewang’. Pokoknya ada pesta atau hajatan, tetangga pasti kecripatan. Kecipratan 82


capai karena harus rewang, tapi juga kecripatan makanan (meskipun tidak banyak). Apa salahnya sekarang kalau mahasiswa seperti teman saya, yang bosan dengan hidangan warteg dan nasi kuning sesekali menikmati daging? Kebetulan minggu ini saudara saya ada diklat kantor di Bandung. Dia diklat di hotel bintang 3. Katanya dia dapat jatah makan sarapan, makan siang, dan makan malam. Menu hotel minimal ada daging lah. Saya yang setiap hari makan di warteg tahunya cuma ayam dan lele goring. Kalau nama olahan macem-macem gitu jujur saja, tidak paham. Malah kadang saya kalau ditraktir makan di sebuah restoran kekinian, bingung lho cara menyebutkan namanya. Karena saya anak kuliahan, malu juga kalau sampai salah menyebutkan nama makanan dalam bahasa asing. Makanan yang disediakan waktu sarapan di hotel begitu juga, selalu berlebih. saya jarang makan begitu di hotel. Konon tiap hotel memiliki peraturan sendiri-sendiri. Tapi di hotel ini, makan tinggal makan. Tidak ada pencatatan. Si penjaga atau pelayanan seolah-olah paham, bahwa si A atau si B adalah penghuni hotel. Tahu dari mana? Saya pikir dari ‘sasmita’ nya, dari atribut dan tingkah laku. Anda memakai pakaian mahal, lalu kelihatan percaya diri, berarti Anda kemungkinan besar adalah orang kaya. Mana ada orang miskin menginap di hotel? Ya ini saya kasih tips saja, yang penting itu percaya diri, dan memakai pakaian bagus, Anda bisa makan murah di hotel. Kali ini saya akan membandingkan hal yang mirip saudara-saudara. Banyak orang yang kesusahan makan, dari betul-betul tidak makan, sampai mahasiswa seperti saya yang tidak makan tidak apa-apa asalkan bisa ngopi, makan daging itu betul-betul nikmat. Lalu apa yang dimakan oleh orang kaya? Orang kaya makan daging setiap hari. Jadi begini, coba kalian tidak makan daging 4 hari, lalu di hari ke 5 makan daging. Subhanallah, betapa enyaknyaaa. Ini baru namanya nikmat. Saya bertanya-tanya, kalau orang kaya itu setiap hari makan daging, makan enak apa ya tidak bosen? Sebelum saya jadi mahasiswa, di rumah yang serba berkelimpahan, ya saya hanya kelas menengah yang dimaksud berkelimpahan itu ya ada kerupuk, sayur, daging ayam, ketika melihat tempe saja tidak selera. Tapi di 83


Bandung, saya kos, walah, ingin makan tempe saya harus berhitung dengan persediaan uang. Makanya kalau di rumah ibu saya komentar ketika melihat saya makan, “kamu makan rakus amat seperti tidak pernah makan�. Lha memang betul tidak pernah makan mau bagaimana? Tapi begini lho, ternyata tempe itu yang harganya murah, bisa betul-betul terasa nikmat, kalau kita tidak pernah makan tempe. Kalau orang kaya makan ‘enak’ tiap hari, apa ya mereka tidak bosan? Sewaktu makan di hotel, atau misal dalam suatu momen makan di resepsi prasmanan, saya punya trik. Ambil nasi sedikit, lauk yang banyak. Lalu motivasi saya, cicipi semua makanan yang tersedia, karena setelah selesai, kamu tidak pernah merasakan lagi! Oke saya ambil semua makanan. Ada roti bakar di situ. Ketika makan, saya kok terasa kenyang belum sampai roti habis. Wah karena kenyang, okelah masa bodoh saya sisakan setengah dari roti yang berisi selai stroberi dan bluberi. Begini ya rasanya makan seperti orang kaya.

84


Musim Semi Rama Firdaus

Di dalam hatiku Musim semi telah bangkit Selepas lama terlelap Dalam dekap senyummu. Kali mengalir tenang Dari tinggi gunung pikiran Hanya sunyi dan batuan Paham bahasa riciknya. Kawanan burung Bertukar kicauan sambil Mata mungil mereka Menangkap sinar matahari. Di dalam hatiku Musim semi telah bangkit Peraduan dirapikannya Ia keluar, pintu kamar dikuncinya. Seekor landak Keluar dari liangnya Bercermin di air kali “Tumben saya tampan,� batinnya. Seorang gadis kecil Baju hitam celana putih Mencangkung—tersenyum Di dahan pohon kina. 85


O di dalam hatiku Musim semi telah bangkit! Seekor kupu-kupu memburu nektar Rimbunan kembang luka yang mekar.

86


87


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.