Dzarratul Hikmah #4

Page 1


Â

Dzarratul Hikmah Sebuah jurnal kumpulan gagasan Edisi 4 Tahun 2019



Film terkadang dianggap hanya secuil hiburan dikala penat atau waktu bersantai. Memang, tidak bisa dipungkiri menonton film terkadang tidak butuh banyak energi, tinggal duduk dan menikmati, maka ia menjadi media penyegaran diri yang cukup teruji. Sayang, karena dengan itu, sebagian besar aspek dari film akan lenyap begitu saja, menguap, atau sekadar mampir menyapa di kepala. Film selesai, hati senang, diri puas, cukup. Sekitar seratus menit waktu yang terpakai menonton film akan sangat sia-sia jika memang hanya hiburan tujuannya. Lebih dari itu, film adalah media pembelajaran, propaganda, penyebaran agenda, dan berbagai ilmu penuh makna. Semua itu hanya bisa muncul jika film itu tidak hanya sekadar ditonton, tapi dibedah, diamati, direnungi, dihayati. Maka dari itulah kali ini, jurnal keempat hadir berisi pembahasan berbagai film oleh anak-anak KAMIL 2019. (PHX)


Daftar Konten

A PeCuLiAR Movie Review of ZOOTOPIA (5) Membangkitkan Optimisme Kebangsaan dengan Cara yang Kekinian (12) Weathering with You (18) Review Film Aladdin (23) Stigmatisasi atau Komedi (?) (29) A long way home (39) (Lebih dari sekedar) Review (49)


A PeCuLiAR Movie Review of ZOOTOPIA Baiq Ulfana Syabila

Judul

: Zootopia

Sutradara

: Byron Howard, Rich Moore

Tanggal Rilis : 6 Maret 2016 Durasi

: 108 menit

5


Zootopia merupakan sebuah film animasi karya Walt Disney Pictures yang dirilis pada tanggal 4 Maret 2016. Dibawah garapan produser Clark Spencer dengan menggandeng dua Sutradara veteran Byron Howard dan Rich Moore, film ini berhasil memenangkan piala Oscar pada ajang Best Animated Feature Film of the Year di tahun 2017. Film yang berdurasi 108 menit ini sendiri ditulis oleh Byron Howard, Rich Moore, Jared Bush, Josie Trinidad, Jim Reardon, Phil Johnston dan Jennifer Lee dengan naskah yang disempurnakan oleh Jared Bush yang juga ikut berperan dalam penulisan cerita film animasi Moana di tahun 2016 dan Phil Johnston yang sebelumnya di tahun 2012 juga menulis naskah untuk animasi Wreck-It Ralph. Dilansir dari website Box Office Mojo, film dengan anggaran 150 juta US dolar ini berhasil meraup keuntungan hingga mencapai 1.024 milyar US dolar dan juga membawa pulang beberapa penghargaan bergengsi lainnya seperti Best Motion Picture untuk kategori film Animasi pada penghargaan Golden Globe Awards 2017, Best Feature Film dan BAFTA Kids Vote - Feature Film pada penghargaan BAFTA Awards 2017, dan beberapa penghargaan lainnya yang tidak saya sebutkan satu per satu karena jumlahnya yang walaupun tidak sebanyak jumlah ayat pada surat Al-Baqoroh, namun jumlah penghargaannya dapat menyaingi jumlah ayat pada surat Al-Fiil. Sesuai dengan judulnya Zootopia yang mengandung kata Zoo yang berarti kebun binatang, film ini berlatarkan cerita di dunia mamalia antropomorfik dengan tokoh utama seorang kelinci wanita bernama (Ginnifer Goodwin). Cerita bermula

6


ketika Judy yang masih bocah dimana di umur yang masih kecil Judy sudah menujukkan ketertarikannya untuk menjadi seorang polisi di departemen kepolisian di kawasan perkotaan Zootopia dengan harapan dapat membuat dunia menjadi tempat tinggal yang lebih baik. Pada film tersebut dikisahkan bahwa kehidupan di kota Zootopia dapat terbilang cukup “keras atau kejam� (jika dibandingkan dengan tempat Judy berasal yaitu desa Bunnybraw) dimana yang dapat bertugas menjadi polisi pun biasanya hanya mamalia bertubuh kekar dan besar seperti badak, gajah, macan, beruang, dll. Dengan impian yang dianggap khayalan belaka dilengkapi dengan fakta bahwa di sepanjang sejarah Zootopia tidak pernah ada petugas polisi kelinci, Judy pun mendapat cemohan dari teman-temannya, bahkan orang tua Judy sendiri pun berusaha untuk mencegah Judy mewujudkan mimpinya. Namun dengan tekad yang kuat dan usaha yang menguras keringat, air mata dan darah, Judy membuktikan bahwa “ �. Tidak akan berpanjang lebar dengan penjelasan film yang para pembaca tentunya sudah dapat menebak akhir cerita yang Happy Ending dimana Judy berhasil mewujudkan impiannya sebagai petugas polisi kelinci pertama di Zootopia, kali ini saya akan mengambil beberapa scene atau quote dari film Zootopia yang diharapkan dapat menberikan enlightment untuk para pembaca sekalian.

7


Ketika orang tua Judy menentang keinginan Judy untuk menjadi petugas polisi dan berlandaskan kenyataan bahwasannya sebelumnya tidak pernah ada polisi dari golongan kelinci di Zootopia, Judy yang masih bocah dengan tubuh mungilnya sentak menjawab dengan percaya diri “Then I’ll be the first one”. Bukankah itu sebuah jawaban yang luar biasa untuk seorang anak yang dengan gagah berani menyuarakan pendapatnya tanpa takut akan hal apapun. Mengutip judul video TEDxOrangeCoast oleh ”. Pemikiran Robert Grant, “ yang indah tentunya berasal dari rasa keyakinan yang tidak gentar.

8


Ketika Judy telah menjadi petugas parkir di Zootopia, hewan lain menghina Judy dengan menyebutnya Dumb Bunny. Tanpa melakukan perlawanan atau pembelaan atas statement yang mungkin dianggap rasis, Judy sekali lagi menunjukkan pemikirannya yang cemerlang dimana dia membalasnya dengan kalimat “ ”. Ketika mendapat hinaan dari orang lain, tentunya akan ada rasa tidak nyaman muncul dalam diri kita. Sering kali ketidak nyamanan tersebut berujung menjadi penyangkalan atau bahkan suatu bentuk sikap passive aggressive. Jika meresapi jawaban Judy di atas, kita dapat melihat adanya suatu wujud “ ” yang terpancar dari pernyataannya. Saat orang lain melihat kekurangan kita, tidak sepatutnya kita meratapi kekurangan tersebut. Tunjukkan bahwa dibalik kekurangan tersebut, tentunya ada kelebihan yang mencerminkan diri kita karena pada dasarnya selalu ada alasan baik mengapa setiap manusia diciptakan di muka bumi ini. “Everyone Makes Mistakes And No One Is Perfect”

9


Kita hidup di zaman dimana berbuat kesalahan ibarat telah melakukan suatu aib yang hina sehingga membuat kita terlalu berhati-hati dalam memilih langkah. Tidak ada yang aneh dengan berhati-hati, namun terkadang hal tersebut menjadi pembatas untuk diri kita mengeksplor dunia atau bahkan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik. Sejak dini, guru di sekolah atau bahkan orang tua di rumah memberi hukuman atas kesalahan sang anak sehingga hal tersebut membuatnya menjadi pribadi yang kurang percaya diri. Lantas apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasinya? Mulailah dari diri sendiri menanamkan mindset bahwa kesalahan adalah kebenaran yang tertunda. “If you have the guts to keep making mistakes, your wisdom and intelligence leap forward with huge momentum.� - Holly Near. ZOOTOPIA is legitimately lit. Menjadi film Disney terbaik sampai saat ini sepertinya mewakilkan segala bentuk, wujud dan konformasi rasa respect saya untuk film yang berhasil memberikan hiburan yang terampil dan delivery life lesson yang cermat. , skor full stars tentunya sangat pantas untuk animasi yang menyuguhkan berbagai life-lesson untuk semua kalangan sehingga selayaknya kita bisa mengimplementasikannya untuk menjadikan diri kita menjadi

10


pribadi yang lebih baik. “I thought Zootopia was this perfect place where everyone got along and anyone could be anything. Turns out, real life’s a little bit more complicated than a slogan on a bumper sticker. REAL LIFE is MESSY. We all have limitations. We all make mistakes. Which means, hey glass halffull, we all have a lot in common. And the more we try to understand one another, the more exceptional each of us will be. But we HAVE to TRY . So, no matter what type of animal you are, from the biggest elephant to our first fox, I implore you… T.R.Y. Try to make the world a better place. Look inside yourself and recognize that CHANGE STARTS with YOU. It starts with ME. It starts with ALL of US” – Judy Hopps

11


Membangkitkan Optimisme Kebangsaan dengan Cara yang Kekinian Abdurrahman Adam

Judul

: Gundala

Sutradara

: Joko Anwar

Tanggal Rilis : 29 Agustus 2019 Durasi

: 123 menit 12


Gundala. Nama ini marak diperbincangkan lagi oleh muda mudi Indonesia semenjak film reebot-nya rilis di penghujung Agustus 2019 lalu. Padahal setelah film pertamanya pada tahun 1981, cerita tentang gundala sudah lama sekali hilang dari perbincangan. Generasi yang menikmatinya sudah lupa, generasi setelahnya pun tidak kenal siapa Gundala. Usaha keras dari tim Bumi Langit Universe (BLU) yang ingin membangkitkan kembali cerita superhero asli Indonesia akhirnya membuahkan hasil. Dengan menggandeng Joko Anwar, BLU berhasil menggaungkan nama itu lagi hingga seantero Indonesia. Film Gundala Putra Petir berhasil tayang di bioskop Indonesia pada momentum yang sangat tepat ketika demam film superhero sedang hype dimana-mana. Pasca rilisnya Gundala sebagai pembuka jagat raya Bumi Langit, jagat raya medsos juga ikut heboh. Banyak yang memuji, terutama karena bangga sekarang Indonesia punya film superhero mendahului negara-negara tetangga. Namun banyak juga yang kritis pada celah-celahnya, seperti teknologi CGI yang belum memadai atau alur cerita yang terkesan tanpa jeda. Bahkan KPI ikut menyuarakan pendapat (baca: menegur) promo gundala yang memuat kata kasar. Banyak juga yang turut

13


membandingkan dengan film-film MCU yang jelas mulai dari titik yang berbeda. Tuman. Aku sebagai penikmat film dan komik superhero juga punya pendapat miring soal film Gundala, tapi itu semua bisa dikesampingkan dulu karena aku sangat PUAS menonton Gundala. Gundala telah memberiku katarsis selayaknya saat menonton Avengers: Infinity war, film superhero terbaik menurutku sampai saat ini. Bedanya, perasaan itu bukan muncul dari kecanggihan CGI dan keapikan alur dari Gundala, melainkan pembawaan film Gundala yang sarat akan makna dan idealisme yang sangat relevan dengan Indonesia saat ini. Hal ini tanpa disadari pasti akan memberikan sensasi yang terasa bagi orang Indonesia yang menontonya. Secara implisit, Gundala telah mengkampanyekan suatu pesan bagi para targetnya, generasi muda Indonesia, untuk kembali menjadi optimis, terutama dalam masalah kebangsaan. Kesuksesan Gundala adalah karena film ini telah berhasil menjadi film yang mampu meningkatkan optimisme generasi muda yang kebanyakan sudah lelah dengan kompleksitas permasalahan bangsa. Alasan pertama film ini mampu mengkampanyekan optimisme adalah penggambaran bangsa Indonesia dengan berbagai permasalahan yang sangat relevan. Rakyat yang miskin, hak buruh ditekan, hukum yang

14


tajam ke bawah, serta wakil rakyat yang sudah dikuasai mafia. Tapi alih-alih menekankan pada problematika, Gundala sukses lebih menunculkan sisi tokoh-tokoh yang berani meyuarakan keadilan dan pantang menyerah di masa kritis tersebut. Sekalipun akhirnya tokoh tersebut gagal amemperjuangkan keadilan, mereka tidak digambarkan kalah atau menyerah, melainkan menurunkan nilai bagi orang-orang di sekitarnya. Dimulai dari scene latar belakang perjuangan ayah Sancaka sebagai buruh pabrik, Sancaka kecil yang berjuang susah payah untuk hidup sendiri, hingga wakil rakyat yang siap meregang nyawa melawan mafia. Tentu saja yang paling utama dari Gundala sendiri, sebagai pahlawan dari dan untuk rakyat. Ini adalah alasan utama menonton film ini akan memompa optimisme bagi kita rakyat Indonesia. Selanjutnya, Gundala seakan selalu mengingatkan penonton bahwa perilaku koruptif atau amoral akan selalu memberikan kesenangan semu. Hingga akhirnya semua yang melakukannya pasti akan jatuh ke jurang keburukan. Seperti pada scene ketika terdapat suamisuami yang menyuap petugas paramedis untuk mendahulukan istrinya untuk disuntuk obat. Sementara latar belakangnya ratusan ibu hamil sedang mengantri menunggu kepastian untuk masa depan anaknya. Namun

15


setelah diketahui obat itu palsu dan malah menyebabkan cacat, para ibu tersebut digambarkan menangis sejadijadinya menyayat hati. Sebaliknya tokoh-tokoh yang menjunjung tinggi moral, selalu diceritakan mendapat solusi walaupun banyak dihadang oleh kejahatan. Banyaknya pesan ini dalam Gundala seakan mengabarkan kabar baik bagi orang yang berusaha menjunjung kebenaran pasti akan mendapat kebaikan dan sebaliknya bagi orang yang amoral. Terakhir namun yang paling penting, pesan Gundala bagi kita semua adalah solusi dari segalanya kembali pada setiap individu diri kita sendiri. Di akhir klimaks cerita, dengan apik Gundala tidak menggambarkan bahwa sang tokoh pahlawan berperan sebagai Deus ex Machina yang berjuang sendiri untuk mengembalikan keadaan Indonesia yang sudah bobrok dan rusuh. Justru solusi datang dari rakyat yang tergerak untuk turut melawan amoralitas di Indonesia. Mereka bersatu menghadang para penjarah, preman-preman mulai insaf dan turut ikut gerakan rakyat, DPR bersatu untuk kepentingan bersama. Berbeda dengan film-film MCU yang menggambarkan rakyat hanyalah sebagai karakter samping dan tidak tahu apapun, Gundala malah menjunjung tinggi asas gotong royong dimana karakter rakyat juga sangat berperan dalam membawa Indonesia kembali tentram. Indonesia

16


banget! Dengan penggambaran tersebut, Gundala sangat berpotensi menjadi wadah untuk kita rakyat Indonesia berusaha untuk kembali optimis dalam menghadapi berbagai permasalahan bangsa. Tetap selalu pantang menyerah meskipun terkesan mustahil untuk menjunjung kebenaran sepenuhnya. Film Gundala memang bukan suatu solusi bagi permasalahan Indonesia, tapi film ini bisa memberikan nafas baru bagi generasi muda untuk lebih optimis pada permasalahan di sekitar. Tidak perlu menunggu tokoh dengan kekuatan petir, semua orang memiliki peran masing-masing yang jika disatukan akan membawa kemaslahatan bagi bangsa dan negara. Insya Allah.

17


Weathering with You Diska Armeina

Judul

: Tenki No Ko

Sutradara

: Makoto Shinkai

Tanggal Rilis : 21 Agustus 2019 Durasi

: 114 menit

18


Ketika menonton ini sulit rasanya menutup memori akan karya Makoto Shinkai yang terbaik sepanjang masa, “Your Name�. Dengan tema yang serupa namun tetap dengan bumbu- bumbu mistis yang unik, alur cerita film ini lebih sederhana dan straightforward. Hodaka Morishima— seorang remaja berusia 15 tahun yang melarikan diri dari rumahnya pergi ke Tokyo. Diujung kapal berlayar, langit yang semula cerah tiba-tiba menghitam. Badai petir mengkoyak kapal dan hampir menyeret Hodaka jika tidak ada uluran tangan Keiska Suga, seorang CEO majalah mistis jepang. Melihat sosok Hodako yang mirip seperti dirinya, ia menawarkan perkerjaan kepada Hodaka. Karena penampilan dan perilaku Suga terlihat aneh dan tidak meyakinkan, ia mempertimbangkannya lagi. Hingga sampai di Tokyo, ia mulai mengalami depresi dan duduk tertunduk di salah satu restoran ayam. Merasa kasihan, seorang gadis juga sebagai pelayan restoran disana memberinya sebungkus ayam. Lalu pergi, dengan meninggalkan senyum membentuk bulan sabit di matanya. Hina Amano— gadis yang mengaku berusia 18 tahun, memalsukan identitasnya agar bisa bekerja sebagai pelayan restoran untuk dia dan adiknya setelah sang ibu meninggal setahun lalu. Bahkan, ia hampir menjadi pekerja seks jika tidak ada Hodaka yang membawanya

19


lari kala itu, yang merupakan pertemuan keduanya dengan Hodaka. Cuaca Tokyo saat itu sedang buruk dengan hujan sepanjang hari. Di detik terakhir sebelum ibunya meninggal, melalui jendela rumah sakit, Hina melihat cahaya terang dan berjalan mengikuti sumber cahaya tersebut yaitu pada sebuah atap bangunan dan terdapat kuil disana. Berdo’a dengan penuh harap, lalu berjalan melewati kuil dan yang terjadi, mentari kembali menyinari Tokyo. “Gadis Cuaca�, begitulah orang-orang menyebutnya. Singkat cerita, setelah pertemuan kedua tersebut, Hina memberi tahu Hodaka sosok dirinya sebagai gadis cuaca. Untuk membantu keuangan Hina, akhirnya mereka memutuskan untuk menawarkan jasa, mungkin istilah tidak asingnya adalah sebagai Pawang Hujan untuk berbagai kegiatan di Tokyo. Mereka mengiklankan jasa mereka melalui situs online dan mendapat sambutan begitu hangat oleh warga Tokyo. Bekerja, bahagia, memperoleh banyak uang namun mereka tidak sadar bahwa semakin sering Hina berdo’a, tubuhnya semakin menghilang, transparan layaknya tetesan hujan. Menyudahi hal tersebut tidak membuat tubuhnya kembali. Tokyo semakin hujan deras dan badai dimana- dimana. Sementara Hodaka menjadi buronan akibat penemuan pistol olehnya ditengah jalan dan

20


dirinya sebagai anak hilang. Suasana semakin runyam, yang terpikirkan oleh Hina saat itu hanyalah “untuk berkorban�. Mengorbankan dirinya kepada langit, agar badai ini berhenti. Benar saja, ia menyerahkan dirinya ke langit dan mentari merekah menyinari Tokyo. Orangorang riang begitu menyambutnya, tentu tidak untuk Hodaka. Tidak mungkin tenang melihat orang yang dicintainya menghilang di langit sana. Mengapa Hina harus berkorban? Mengapa ia harus memikirkan orang lain, sementara mereka tidak tahu dibalik kebahagian yang mereka terima ada pengorbanan nyawa? Dan mengapa pula harus orang yang ia suka? Beranjak dirinya ke kuil diatas sana. Terhadang polisipolisi yang mengejarnya sebagai buronanpun, tidak menghentikan langkahnya. Suga kembali membantunya di masa sulitnya. Menaiki satu demi satu anak tangga rapuh, melangkah melewati kuil sambil merengek kepada langit untuk meminta Hina kembali. Angin menjadi berhembus kencang, Hodaka terbawa terbang, melayang ke angkasa sambil memanggil nama Hina. Imajinasi Makoto menjadikan ada tempat begitu indah diantara lapisan Stratosfer dan disana mereka berjumpa. Hodaka merayu Hina bahwa ia tidak perlu berkorban. Biarkan, biarkan Tokyo tetap hujan, tanpa harus ada yang berkorban. Memiliki ending yang sama dengan your

21


name, ada akhir yang tidak selesai. Tokyo hidup dengan hujan selama tiga tahun. Sepanjang 111 menit film berlangsung, rasanya tidak berhenti mengagumi visual apik, detail dan terasa nyata. Latar tempat di Tokyo benar-benar tergambarkan. Gumpalan awalan cumolonimbus, badai, gejolak arus listrik hingga prespitasi tetesan hujan terasa begitu nyata. Indah, sungguh! Membuktikan bahwa riset yang dilakukan tidak main-main. Permasalahan yang diangkatpun dirasa relevan dengan isu-isu yang terjadi di Jepang terkait anak-anak yang tidak bersekolah, dan lalu menjadi pekerja seks dan permasalahan dunia mengenai perubahan iklim saat ini. Diguyur hujan selama tiga tahun, mungkin saja bukan? Sebagai salah satu yang menantikan karya Makoto Shinkai selanjutnya, setelah Your name dengan tema Astronomi dan kali ini dengan tema Meteorologi, selanjutnya bertema apa ya?

22


Review Film Aladdin Marina Wulandari Nasution

Judul

: Aladdin

Sutradara

: Guy Ritchie

Tanggal Rilis : 24 Mei 2019 Durasi

: 128 menit

23


Film Aladdin (2019) adalah film musikal hasil remake dari film animasi yang berjudul sama yang dirilis pada tahun 1992 oleh Waltz Disney Pictures. Disutradarai oleh Guy Ritchie, Aladdin (2019) menceritakan tentang seorang pemuda bernama Aladdin (Mena Massoud) yang yatim piatu dan bertahan hidup dijalanan Kota Agrabah dengan mencuri. Penggambaran tokoh utama sebagai pencuri kurang baik dimata masyarakat awam, tetapi dalam film ini Aladdin hanya mencuri dari orang kaya saja. Saat berada di pasar Kota Agrabah, Aladdin bertemu Putri Jasmine (Naomi Scott) yang sedang menyamar dan terkena masalah. Aladdin membantu Putri Jasmine lolos dari masalah, namun setelah mereka lolos Aladdin mengecewakan Putri Jasmine dengan mencuri gelang warisan ibunya. Aladdin yang notabene yatim piatu dianggap sebagai “tikus jalanan� oleh para pengawal istana. Hal ini menunjukkan kehidupan sebenarnya di masyarakat karena orang yang tidak punya kekuasaan dianggap tidak berguna di masyarakat. Akting kedua pemeran utama sangat baik, Mena Massoud sangat apik memerankan pemuda yang lincah dan sorotan mata yang jatuh cinta pada Putri Jasmine sangat terlihat dengan jelas, sama halnya dengan Naomi Scott yang memerankan Putri Jasmine yang sangat feminis dan tidak

24


tunduk pada peraturan menikahi sembarang pangeran, tetapi pada bagian musikalnya ekspresi Naomi terkesan memaksa dan berlebihan, saat menyanyikan speechless. Film ini adalah film musical sehingga lagu yang dinyanyikan dalam film adalah murni suara pemeran utama. Mena dan Naomi sangat bagus dalam menyanyikan soundtrack film, tetapi pada bagian “A whole New World� sedikit kurang berkesan karena tersaingi oleh lagu sebelumnya yang sangat “easy listening dan eye catching�. Seperti Prince Ali , Friend Like Me dan Arabian Nights. Pemeran utama lainnya adalah Genie (Will Smith) yang sangat membawa suasana humor karena dialog dan tingkahnya yang lucu. Will Smith juga tidak setengahsetengah dalam berperan, Will bernyanyi, menari, mewarnai badannya dengan warna biru, hingga menggunakan baju wanita dalam perannya. Kemampuan dari Genie yang diluar nalar manusia dan menunjukkan humor yang renyah dan ringan karena dia dapat melakukan apapun dengan jentikan jari. Film Aladdin juga mengajarkan pesahabatan yang hangat antara genie dan Aladdin, didalam persahabatan apabila pendapat tidak sesuai langsung diutarakan tanpa segan, saat genie mengatakan Aladdin tidak seharusnya berbohong tentang jati dirinya pada Putri Jasmine yang 25


sudah mencintainya, tetapi Aladdin bersikeras dia akan berbohong selamanya karena tidak ada yang tersakiti, saat itu pula genie kecewa pada Aladdin. Latar dari film ini adalah Kota Agrabah, yang ada di Arab. Suasana Arabian sangat terasa dalam film ini, mulai dari pakaian, lokasi hingga cameo diusahakan yang sesuai dengan latar belakang film ini. Pakaian yang digunakan di Istana sangat menawan, salah satunya beberapa gaun yang dikenakan Putri Jasmine saat di Istana, sangat mencirikan seorang putri yang anggun dan cantik, detail dari gaun juga sangat dipedulikan oleh stylist dari film ini, karena gaun dan pakaian para pemeran terlihat sangat mewah. Jangan takut film ini akan seperti film Bollywood, karena film ini menyuguhkan visual dan lagu yang mewah dan apik. Arabian terkenal dengan harta yang berlimpah ruah, ditunjukkan dalam film bahwa ada gua harta tempat Lampu Ajaib berada, penggambaran harta tersebut sangat realistis dan memesona. Lampu ajaib diceritakan bisa memenuhi 3 permintaan tuannya, karena berita tersebut Jafar (Marwan Kenzari), Perdana Menteri Agrabah, menginginkan lampu tersebut. Tokoh antagonis ini diperankan dengan sukses oleh Marwan, sosok yang jahat dan bengis sangat menonjol oleh busana dan riasan yang dikenakan Marwan. Diceritakan bahwa Jafar akhirnya

26


mendapatkan lampu ajaib, dan meminta kekuasaan yang tiada habisnya, karena keserakahannya tersebut akhirnya dia terkurung oleh kekuatannya sendiri. Adegan ini memberikan pelajaran yang cukup berharga agar manusia tidak serakah dalam segala hal, karena akan berdampak buruk kedepannya. Putri Jasmine adalah putri yang pada mendukung feminis dalam Disney. Maka dari itu dia menolak menikah dan dijodohkan dengan sembarang pangeran dan dia siap memimpin Agrabah, tetapi hukum Agrabah yang melarang wanita untuk memerintah sudah ada sejak lama. Konflik yang terjadi pada film akhirnya menyadarkan sang sultan (Navid Negahban) bahwa putrinya layak untuk memimpin kerajaan karena putrinya dianggap pintar dan teguh pada pendiriannya. Adegan ini menunjukkan feminis akhirnya berakhir dengan bahagia, tetapi sedikit kontras dengan apa yang terjadi, pada film ditunjukkan bahwa yang berjuang antara hidup dan mati adalah Aladdin dan yang mendapatkan posisi Sultan adalah Putri Jasmine. Setelah Putri Jasmine diangkat menjadi Sultan, Aladdin meninggalkan istana karena merasa tidak layak, tetapi Putri Jasmine mengejar Aladdin dan menyatakan perasaaanya.

27


Seperti semua film berbau putri, dan akhirnya mereka hidup bahagia selamanya.

28


Stigmatisasi atau Komedi (?) Muhammad Azri

Judul

: PK

Sutradara

: Rajkumar Hirani

Tanggal Rilis : 19 Desember 2014 Durasi

: 153 menit

29


Para fans film India pasti tahu dengan film berjudul PK. Film komedi berbau satire ini menyorot masalah yang kritis ini sempat mendapat protes dan pencekalan di seluruh India karena dianggap menyinggung salah satu komunitas agama di India. Dalam artikel P.B Sugiyono di Lingkar Studi Filsafat Cogito (lsfcogito.org) yang menyebutkan bahwa point utama dari film PK ini ada tiga hal yakni diantaranya; kritik terhadap agama-agama dan praktik keagamaannya (ritual dan peribadahan), penekanan bahwa “Tuhan tidak perlu dibela (transcendental)�, serta kritik terhadap pemimpin atau pemuka (komunitas) agama yang terkesan mengeksplotasi para pengikutnya. Poin penting dari film yang dibintangi oleh aktor kondang bernama Aamir Khan adalah gagasan tentang bertuhan namun tidak beragama. Film ini sebenarnya bagus, namun memiliki kesimpulan yang tidak tepat. Kritik logika terhadap agama persis seperti yang sering dilakukan orang – orang kiri (leftism) maupun liberal di platform – platform media sosial seperti Twitter dan lain - lain. Berawal dari manusia alien bernama PK (Amir Khan) yang melakukan misi ke Bumi dan mempelajari perilaku penghuninya yakni manusia. Hal pertama yang mencuri perhatiannya di Bumi yakni bagaimana manusia Bumi menyembah penciptanya yakni Tuhan. Mulai ada rasa penasaran,

30


kemudian PK mencari tuhan dengan pertanyaanpertanyaan sederhananya seperti ketika PK membeli tuhan berupa patung dewa ukuran kecil untuk bisa mengabulkan permintaannya. Ketika sudah membeli patung dan doanya tidak terkabul, PK protes ke penjual patung, “Anda yang membuat ini?” “Ya”, jawab pematung. “Anda yang membuat tuhan ?”, sambut PK. “Bukan, ini patungnya,” jawab pematung . “Jadi ini bukan tuhan?”, timpal PK. “Bukan, itu patungnya ?”, jawab pematung. “Untuk apa ada patung?”, timpal PK lagi. “Untuk kita berdoa kepada dewa”, sambut pematung “Bukankah Tuhan maha mendengar, kenapa perlu patung?”, jawab PK. Setelah mendengar pertanyaan terakhir tukang patung tersebut terdiam dan seketika marah dengan menyuruh PK pergi. Setelah gagal dikabulkan oleh Tuhan versi Hindu, kemudian dia datang menuju gereja. Pemuka gereja dan pendeta malah membingungkannya dengan pernyataan, “Tuhan sudah disalib 2000 tahun lalu”. Mendengar hal tersebut PK terkejut dan kebingungan. “Bagaimana tuhan bisa disalib manusia ?” jawab PK. Kritik logika terhadap konsepsi dasar eschatology dalam beragama yang diajukan film ini menarik. Sesaat di dalam gereja, PK yang awalnya membawa sesajen berupa kelapa, sangat kaget karena saat misa 31


gereja yang dipersembahkan adalah anggur (wine). PK membawa wine ke gereja, karena salah petunjuk arah rumah ibadah maka PK membawa wine menuju masjid. sebelum sesampainya di masjid, Muslim disekitar masjid melihat wine yang dibawa oleh PK dan seketika marah dan mengejar dia. Semakin bingung dengan banyaknya agama yang ada di Bumi, PK akhirnya mencoba mengikuti semua agama. Harapannya salah satu agama ada yang tepat menuju Tuhan dan Tuhan tersebut dapat menjawab pertanyaan – pertanyaanya. Di akhir kisah, PK mulai berpikir bahwa agama-agama yang ada di Bumi adalah cara komunikasi yang salah sambung menuju Tuhan ibaratnya telepon seluler sebagai perantara dan agama sebagai service providernya. PK service provider yang tepat supaya jawaban – jawaban atas pertanyaanya dapat dijawab oleh Tuhan yang tepat. Setelah mempelajari serta mengikuti agama – agama yang ada kemudian PK menganalisis bahwasanya Tuhan itu ada 2 yakni tuhan yang menciptakan semesta ini dan tuhan-tuhan yang diciptakan oleh para pemuka agama. Digambarkan juga bahwa agama menebarkan ketakutan untuk mengajak pengikut demi kepentingan pribadi si pemuka agama seperti kepentingan ekonomi. Hal tersebut tersirat didalam film dimana banyak orang fakir dan miskin yang

32


hidup disekitaran lingkungan para pemuka agama namun mereka tidak menujukan sikap peduli dan jauh dari nilai – nilai ketuhanan (kasih sayang). Tidak terlepas juga film ini juga menyorot dan mengkritik Islam sebagai cara salah sambung menuju Tuhan. Ada 3 hal didalam film ini yang menujukan gesture kritik akan ajaran Islam diantaranya larangan sekolah/pendidikan bagi perempuan, pemakaian cadar dan isu terorisme Padahal point pertama dan ketiga tidak ada dalam ajaran Islam. Poin yang kedua masih terjadi beda pendapat di ulama. Perbedaan kritik di dalam film ini terhadap Islam dan kepada agama lain adalah kritik terhadap agama lain soal konsep dasar aqidah/ketuhanan. Sedangkan kritik terhadap Islam tidak terhadap konsep dasar aqidah namun didasarkan kepada opini serta stigmatisasi yang disebar mainstream media, baik itu nasional (India) maupun internasional. Jika Islam dikeluarkan dari observasi PK serta tidak disorot dari sisi stigmatisasi yang di framing oleh mainstream media, maka seharusnya setuju bahwa agama-agama tersebut adalah cara yang salah manusia menuju kepadaNYA. Ada yang memakai patung untuk berdoa, ada yang tuhannya disalib oleh manusia, ada yang ibadahnya sambal guling-guling menuju tempat ibadah, ada yang ibadahnya dengan cara melukai diri sendiri

33


(debus), ada yang mandi di sungai dengan ritual membuang susu kepatung dan lain – lain. Semua cara dan ritual tersebut itu merupakan komunikasi yang salah sambung menuju Tuhan. Berbeda halnya dengan Islam, dimana seluruh kontekstualnya memakai dasar dalil. Konsep dasar aqidah, prinsip ibadahnya lengkap, sistem kehidupan, dan lain-lain. Itulah mengapa kritik yang dilantunkan di dalam film PK kepada Islam diambil dari opini, stigmatisasi, generalisasi dan sentimental ketimbang kritik terhadap ajarannya yang diyakini oleh Mayoritas muslim. Ada hal yang menarik dari PK yakni dia dipercaya oleh teman perempuannya bernama Jaggu (diperankan oleh Anushka Sharma) yang menyatakan bahwa dia adalah makhluk luar angkasa, dan dia harus menunjukkan mujizat untuk membuktikannya. Kebetulan PK memiliki kemampuan membaca pikiran orang hanya dengan memegang tangannya saja. Kemampuan Itu dianggap sebagai mukjizat oleh Jaggu. Pada bagian tersebut memerlukan ide “mukjizat” yang hanya ada di ajaran agama melalui para Nabi – nabi terdahulu. Padahal Film ini merupakan kritikan terhadap agama. Kemampuan “ajaib” tersebut adalah salah satu metode untuk menguji apa agama itu salah sambung atau tidak dengan menguji

34


mujizat yang ditunjukkan dihadapan manusia. Ide mukjizat dalam konsep beragama ternyata juga disisipkan ke dalam film ini. Pada bagian epilog film, terdapat adegan hebat yakni “adu mukjizat” dan debat antara pemuka agama (maha guru Tapaswi) dengan PK yang ditayangkan pada acara televisi, dibawakan oleh Jaggu sebagai pembawa dalam mengungkap informasi fenomena salah sambung (wrong number) serta kontroversi yang telah terjadi dimasyarakat disebabkan oleh kritikan – kritikan PK. Memang benar jikalau utusan/nabi untuk dapat dipercaya sebagai pembawa pesan dari Tuhan kepada manusia, maka diperlukan bukti semacam mujizat yang tentunya didatangkan dari Tuhan. Bedanya Islam dengan agama lain adalah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam walaupun beliau sudah wafat namun beliau masih bisa menunjukkan mu’jizatnya sampai hari akhir yaitu informasi yang tidak terputus - putus hingga akhir jaman yakni Al -Qur’an. Mujizat yang ditunjukkan oleh PK pada acara televisi tersebut adalah informasi, dimana dia menerawang pernyataan bohong dari mahaguru Tapaswi supaya Jaggu dan Safaraz tidak jadian. Mahaguru mengatakan bahwa teman Jaggu yakni Sarfaraz adalah orang yang tidak peduli 35


dengannya, oportunis dan sama dengan teroris karena dia seorang muslim Pakistan. Pernyataan seperti itulah yang memecah kerukunan agama dan bernegara. “Itu merupakan salah sambung yang fatal�, jawab PK dengan membuktikan bahwa Safaraz bukan orang yang seperti dikatakan Mahaguru. Setelah membuktikan hal tersebut tidak benar adanya maka Mahaguru menjadi malu dan terdiam. Begitulah mukjizat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yakni informasi yang benar, universal, tidak terputus serta terus diturunkan dari generasi ke generasi sehingga terjaga dan abadi hingga akhir jaman. Sedangkan utusan nabi - nabi sebelumnya diutus Tuhan hanya untuk orang-orang pada zamannya, maka karakter mujizatnya bukan berupa informasi yang universal namun keajaiban yang dinikmati oleh para pengikutnya sehingga dapat dipercaya seperti menghidupkan orang yang sudah mati, mengembuhkan orang buta, tongkat yang dapat membelah laut menjadi dua bagian. Ini mukjizat yang sifatnya tidak universal. Kritikan - kritikan di dalam film PK sulit dijelaskan dari perspektif agama lain, tetapi terlalu mudah untuk dijawab Islam. Agama lain sulit ketika diminta menunjukan mukjizat dikarenakan mukjizat nabinya (mereka menyebutnya tuhan) ditujukan kepada orangorang yang hidup pada masa nabi itu. Disisi lain, Islam

36


sangat jelas (strict monotheism) mengenai konsep ketuhanan. Jikalau Islam dikeluarkan dari sorotan film ini, ada benarnya kritik di dalam film ini yakni Tuhan itu ada dua. Tuhan yang asli menciptakan alam semesta raya dan tuhan yang diciptakan oleh para pemuka agama seperti kata PK saat berdebat melawan Mahaguru Tapaswi. Sekali lagi, jika tanpa memasukkan stigmatisasi Islam melalui framing media ke dalamnya, maka film PK memiliki poin yang benar bahwa ada agama – agama yang mempunyai cara salah sambung komunikasi (wrong number) menuju Tuhan. Salah sambung yang ditampilkan pada film PK adalah salah sambung beberapa pemeluk bukan agama. Tapi salah sambung yang diajukan film PK terhadap agama lain yakni salah sambung konsep, khususnya mengenai konsep dasar ketuhanan. Film PK sebenarnya bagus, asal tidak memasukkan Islam sebagai bahasannya. Film ini menjadi jadi tidak jujur dan bias (double standard) dikarenakan agama yang lain dikritik dan disorot melalui konsep dasar ketuhanannya, sedangkan Islam dikritik bukan dari ajaran dan konteksnya melainkan karena stigmatisasi, generalisasi dan anomali dari beberapa pemeluknya. Hal tersebut dikarenakan sulit menyerang Islam dari sisi konsepsinya. Hal yang Paling mudah

37


untuk mengkritik Islam adalah dengan mengambil contoh Muslim yang melanggar konsepsi dan nilai – nilai Islam dan dijadikan representasi Islam secara generalisasi.

38


A Long Way Home Wira Yudha

Judul

: Lion

Sutradara

: Garth Davis

Tanggal Rilis : 6 Januari 2017 Durasi

: 118 menit

39


Film yang diadaptasi dari kisah nayata hampir selalu sukses merebut hati penonton dan meraih kesuksesan diseluruh dunia, tidak terkecuali film yang satu ini. LION adalah sebuah biopic berdasarkan kisah nyata dari seorang Sheruu brierly dalam buku “memoir a long way home� yang disutradarai oleh Garth Davis seorang sutradara asal Australia dibawah naungan rumah produksi See-saw film dan Sunstar entertainment dan diangkat kelayar lebar pada tahun 2016 oleh the Weinsten company beberapa bintang-bintang ternama yang mungkin sudah tak asing seperti Dev Patel yang pernah bermain dalam film Slumdog Milionare, Nicole Kidman, David Wenham, serta rooney mara turut bermain dalam film ini.

LION sendiri bercerita mengenai kisah seorang anak kecil yang bernama Sharoo yang hidup miskin bersama ibu 40


(Prianka boose) serta kedua saudaranya Gudu (abhisek barate) dan Shakila sebuah desa terpencil dan kumuh bernama ganeshtalai dekat Calcutta India dengarn latar cerita pada tahun 1980an. hidup dalam keadaan miskin, sehari-hari sharoo dan kakaknya gudu bekerja membantu ibunya mencari nafkah. Tidak ada penjelasan pula tentang bapak dari sharoo dalam keluarga mereka.

Sejak awal film, sudah terlihat kepiwaian sutradara dalam meramu setiap adegan dalam film ini sehingga adeganadegan yang menggambarkan hubungan dua bersadara miskin antara gudu dan sharoo terlihat begitu natural dan mendalam hingga sukses membangkitkan rasa iba penonton. walaupun film ini secara keseluruhan menceritakan perjalanan sharoo, namun tidak bisa dipungkiri bahwa point-point paling menyentuh dalam 41


film ini adalah terdapat pada part antara sharoo dan kakaknya gudu saat menjalani hari-harinya sebagai kakak beradik yang tulus mengasihi satu dan lainnya.

kisah dimulai ketika sharoo ikut bersama kakaknya gudu untuk bekerja dikota, hingga akhirnya mereka terpisah karena gudu yang pada saat akhir film diungkapkan bahwa gudu tewas tertabrak kereta saat ingin mencari tempat bernaung sementara bagi mereka. Sangat sedih melihat sebuah kisah dimana seorang anak kecil tidak punya apa-apa, dan bahkan tidak bisa membaca, hilang seorang diri dikota yang “kejam�.

42


sharoo melewati kisah sedih nan panjang dalam “kehilangannya� tersiksa, kelaparan, sampai hampir menjadi korban perdagangan anak dilalui sharoo, hingga akhirnya ia di adopsi oleh pasangan suami istri asal australia. alur cerita yang mencoba menggambarkan realitas kehidupan didunia yang begitu kejam bagi anakanak dan keluarga pada saat itu, kemiskinan serta kesenjangan sosial yang begitu nampak tergambar dalam beberapa adegan.

43


Sharoo dewasa (Dev Patel) yang sudah nyaman dengan “kehidupan barunya� bersama Sue Brierly (Nicole Kidman) dan John Brierly (David Wenham) ibu dan ayah angkatnya di autralia. Ia mulai tergugah untuk mencari kembali keluarganya, setelah dalam sebuah adegan ia menemukan makanan khas india dirumah temannya yg juga orang india yang kemudian membangkitkan memori lamanya secara kuat. tak jelas mengenai penggambaran bagaimana perasaan/ingatan sharoo mengenai masa lalunya setelah puluhan tahun menjalani hidup baru disana.

Salah satu point menarik juga terlihat bahwa bgaimana Sharoo memulai “usaha pencarian� kembali masa lalunya hanya dengan menggunakan bantuan teknologi google earth atas saran temannya. tidak banyak yang ada

44


diingatannya, hanya kata ganeshtalai, stasiun kereta api calcutta, serta menara tong air besar dekat stasiun tempat ia terpisah dengan gudu yang akhirnya membantu dia menemukan kembali rumah dan kampung halamannya.

Berbagai konflik dialami sharoo, mulai dari saudara angkatnya selama hidup di asutralia mantosh yang menderita keterbelakangan mental, konflik dengan kekasihnya, serta dengan orang tua angkatnya sendiri. “tentang dirinya dengan masa lalunya�.

45


Salah satu adegan pamungkas yang sangat suskses menguras air mata dalam film ini yakni adegan dimana sharoo mengingat masa kecilnya, terlihat dalam scene sharoo dengan badan kecilnya dan lusuh berlari dibawah rintik hujan membawa buah semangka kemudian ia ditabrak oleh kendaraan hingga kepalanya berdarah. Sharoo mulai dan terus-terus dihantui oleh banyangan masalalunya, ibu, saudara, serta kampung halamannya.

Kisah menarik juga bisa tangkap dari bagaimana pasangan suami isteri Sue Brierly (Nikole Kidman) dan John Brierly (David Wenham) mengungkapkan mengapa mereka tidak mempunyai anak, bukan karena tidak bisa namun tidak mau dengan alasan sengaja ingin mengadopsi anak dan memberikan kesempatan bagi anak-anak miskin terlantar

46


seperti sharoo untuk merasakan kehidupan yang lebih layak.

Film biopic ini ditutup dengan kisah haru yang sangat “epic� di akhir film. dimana ditampilkan video para pelaku kisah asli dari film LION, sharoo barley yang sudah bertemu kembali dengan keluarga dan kampung halamannya di ganesh talai setelah kurang lebih 20 tahun terpisah, dan juga turut hadir Sue Brierly ibu angkat sharoo ditempat itu. Terungkap pula bahwa Namanya yang sebenarnya bukanlah Sharoo namun Sheruu yang berarti “Singa� yang kemudian menjadi judul dalam Film ini. latar music dari sia yang berjudul never give up yang berkarakter kuat menambah haru end credit dari film ini. Secara keseluruhan film ini sangat menarik, alurnya mudah dimengerti, digarap dengan sangat baik. Para telent 47


yang bermain juga sangat pas menggambarkan suasana kesedihan. Lion sendiri mendapat tanggapan positive para kritikus film. di Rotten Tomatoes LION mendapat rekomendasi 86% dengan nilai rata-rata 7,3 dari 10. LION juga masuk dalam enam nominasi Oscar di Academy award ke 89 namun tidak mememangkan satupun nominasinya.

48


(Lebih dari sekedar) Review Zarah Arwieny Hanami

Judul

: Eksiteu

Sutradara

: Sang Geun Lee

Tanggal Rilis : 21 Agustus 2019 Durasi

: 103 menit

49


Tap! Tap! Tap! Sepasang manusia tengah berlari di atap Gedung-gedung tinggi, mencoba menapaki satu demi satu bangunan untuk berlari ke tempat yang lebih tinggi lagi, berharap akan ada bantuan yang menanti. Di sisi lain gas beracun kini mulai naik, seinchi demi seinchi, menyesakkan siapa saja yang dilewatinya, bahkan tak segansegan merenggut nyawa. Sepasang manusia itu—seorang pria (Lee Yongnam) dan wanita (Ui Joo)—kian terpacu untuk tetap bertahan hidup. Nafas mereka memburu, jantung mereka berpacu, keringat mereka jatuh. Sedikit lagi.. sedikit lagi.. Masih ada kah harapan? Deskripsi di atas merupakan bagian “highlight” dalam film Exit karena merupakan bagian yang menegangkan, menyenangkan, sekaligus seru khususnya menurut penulis sendiri. Secara ringkas film bertema bencana atau tragedi yang berasal dari Korea Selatan ini menceritakan tentang sebuah bencana gas beracun di Seoul yang secara sengaja disebarkan oleh seorang ilmuwan. Akibat dari aksi tersebut, bencana gas menyebar dan merenggut korban dengan cepat. Penyebaran gas ini juga sampai ke area gedung di mana seorang pria pengangguran yang merupakan mantan anggota klub pemanjat tebing universitas—Lee Yongnam—tengah mengadakan pesta ulang tahun ibunya yang ke-70 bersama dengan keluarga

50


besarnya. Di sana pula ia bertemu Ui Joo yang merupakan teman satu klub panjat tebingnya dulu sekaligus gadis yang ia cintai dan tengah bekerja sebagai asisten manager di Gedung tersebut. Singkat cerita, akibat bencana gas beracun yang tengah terjadi, mereka memulai aksi petualangan penyelamatan diri yang bisa membuat penonton bersorak “uwoo” “daebak!” atau bahkan sekedar “hahahah!”. Mendapuk Jo Jung Suk dan Im Yoona sebagai pemeran utamanya dengan akting dan karisma yang sudah tidak diragukan lagi, tentunya menjadi salah satu daya tarik yang kuat untuk mendudukkan penonton dalam studio bioskop selama 103 menit. Di tambah lagi, penulis sangat menyukai karakter kedua tokoh yang mereka perankan, yakni Lee Yongnam yang konyol, penyayang keluarga, dan pemberani, serta Ui Joo yang cekatan, professional, dan cerdas. Komposisi cerita dalam film yang dirilis pada tanggal 31 Juli 2019 (Indonesia: 21 Agustus 2019) ini dapat disebut sebagai film yang “seimbang”. Selain masuk dalam genre aksi dan petualangan, film ini memiliki unsur komedi di dalamnya, sehingga penonton tidak hanya merasa tegang namun juga bisa melepas tawa karena percakapan antar tokoh dan kekonyolan tingkah laku mereka apalagi didukung dengan sinematografi yang apik. Selain itu,

51


berbeda dari film aksi kebanyakan, film ini termasuk ringan dan hangat karena mengangkat nilai kekeluargaan. Film ini juga tidak begitu menceritakan romansa antar kedua pemeran utama yang membuat penulis memberikan poin plus untuk film ini karena “cukup aman” dari bentuk zina mata—meskipun tentunya banyak orang di luar sana yang kecewa karenanya. Oke sekarang mari kita mengulik hikmah atau makna yang bisa didapatkan dari film garapan sutradara Lee Sang-geun ini sambil menceritakan adegan-adegan yang berhasil penulis highlight. Meskipun nantinya menggunakan interpretasi pribadi penulis, akan tapi mengutip dari buku Ust. Salim A. Fillah—Jalan Cinta Para Pejuang— bahwasanya pada diri manusia ada kebebasan yang tak bisa dikekang oleh belenggu apapun, kebebasan yang tak terhancurkan oleh siksaan apapun, dan itulah kebabasan memilih makna. Maka biarlah penulis memaknai bagianbagian dalam film Exit—yang harus diakui merupakan karya orang kafir—dan menghubungkannya dengan realita serta nilai-nilai islam. Mari kita melangkah dahulu ke adegan sebelum keluarga Yongnam sadar akan adanya bencana. Saat itu digambarkan ibu dan ayah Yongnam tengah membungkus makanan dan minuman sisa pesta untuk di bawa pulang. Hal ini merupakan sesuatu yang menarik bagi penulis,

52


apalagi melihat reaksi Yongnam yang terlihat malu dengan kelakuan keluarganya ini. Menurut penulis, perilaku tersebut tidak memalukan, apalagi yang membungkus di sini adalah si tuan rumah sendiri saat para tamu sudah pulang. Justru, ia bertanggung jawab karena tidak menyisakan makanan atau dengan kata lain agar tidak mubazir dan ini adalah salah satu bentuk untuk menyelamatkan bumi dengan gerakan less waste. Dalam film Exit ini, sosok Yongnam digambarkan sangat gigih untuk menyelamatkan keluarganya hingga dirinya sendiri agar tetap hidup dengan cara-cara yang luar biasa. Mulai dari aksi panjat gedung, lompat dari satu Gedung ke Gedung lain, hingga membuat zipline yang tentunya membuat diri ini ngos-ngosan dan tegang saat melihat aksiaksinya. Aksi-aksi tersebut menunjukkan bahwa meskipun Ia selalu ‘gagal’ dan merupakan seorang pengangguran, bukan berarti Ia tidak memiliki kelebihan apapun, justru Ia perlu sebuah ‘momen’ yang dapat menunjukkan maupun menyadarkannya akan potensinya. Dalam aksi-aksinya, ada beberapa kali adegan yang menunjukkan bahwa dia hampir saja terjatuh saat melompat dan memanjat tebing namun Ia tetap berusaha dan akhirnya berhasil mencapai atap Gedung hingga Crane yang merupakan titik tertinggi yang bisa ia capai. Dalam adegan-adegan itu pula terlihat ia harus berhadapan

53


dengan situasi dengan probabilitas 50:50—mati atau hidup. Bahkan ada adegan ia harus melepas tali pengamannya agar dapat melanjutkan aksi memanjatnya yang sebelumnya disertai dengan berdoa terlebih dahulu—meskipun penulis gak tahu dia berdoa ke siapa. Yang jelas, dari sini penulis memetik hikmah bahwa meskipun probabilitas keberhasilanmu kecil, namun jika sudah berjuang dan memiliki tujuan yang jelas serta motivasi yang kuat maka rintangan sesulit apapun akan dilakoni untuk mencapai tujuan tersebut. Apapun hasilnya tanpa lupa untuk berdoa pada yang Maha Kuasa. Tentunya seorang muslim harus paham betul hal ini, karena bukankah tugas seorang muslim adalah berjuang? Ia akan terus berjuang dan berjuang diiringi dengan doa karena Ia tahu bahwa hasil yang menentukan hanyalah Allah semata dan perjuangannya tersebut meskipun gagal tidak akan sia-sia karena akan dipahalai. Masya Allah, alangkah indahnya jika kita memang berjuang dengan dasar iman yang tentunya iman tersebut absen di dalam film Exit ini. Ada satu adegan yang juga merupakan favorit penulis dan memberikan banyak pelajaran khususnya. Dalam film Exit ini, digambarkan saat Yongnam dan Ui Joo telah berpindah ke Gedung yang lebih tinggi setelah melalui berbagai rintangan, mereka mengatur strategi dengan menggunakan semacam stand figure agar terlihat ber-20—

54


dimana jumlah tersebut adalah jumlah maksimum orang yang dapat dievakuasi dalam satu kali pengangkutan— sehingga tim penyelamat yang menggunakan helicopter dapat menyelematkan mereka. Namun, sesaat helicopter tersebut akan turun, Yongman dan Uijoo melihat bahwa di Gedung sebelah ada sekelompok anak sekolahan yang terjebak di dalam Gedung karena pintu rooftop mereka terkunci. Karena kasihan dan merasa mereka lebih membutuhkan bantuan dibanding mereka akhirnya mereka berkorban lalu menjatuhkan stand figure yang tadi telah disusun untuk membentuk suatu anak panah yang mengarah ke Gedung anak-anak tersebut sehingga tim penyelamat di helicopter dapat mengevakuasi mereka. Pada titik tersebut penulis merasa tercengang sekaligus bingung harus bereaksi apa. Disisi lain, sebagai penonton kita merasa geregetan karena sedikit lagi Yongnam dan Ui Joo dapat diselamatkan, namun di sisi lain ada panggilan nurani yang kasihan dengan anak-anak di Gedung yang terkunci itu, karena apabila asap naik sedikit lagi, maka nyawa mereka akan terancam. Akhirnya, penulis memilih untuk merasa terharu sekaligus memuji aksi heroik mereka ini. Dari sini penulis teringat akan sesuatu yang disebut dengan Al-Itsar dalam islam. Yakni konsep mementingkan orang lain diatas kepentingan pribadi. Sifat itsar termasuk

55


dalam akhlak mulia yang dapat mendatangkan cinta Allah dan cinta manusia. Ah andai saja memang latar belakang sikap heroik kedua tokoh tersebut didasari oleh iman, pasti akan sangat indah! Banyak pesan-pesan kecil menarik yang diselipkan pula dalam film ini. Yang pertama ialah bagaimana seharusnya menggunakan teknologi. Saat kejadian awal menyebarnya gas beracun, terdapat adegan di mana tiga orang anak muda secara otomatis langsung berpose di depan gelombang gas yang membuat mereka wasted. Ini seolah menggambarkan realita sekarang dimana orang-orang lebih mengedepankan ke-eksis-an mereka di sosial media dan mereka berlomba-lomba untuk itu hingga membahayakan nyawa mereka sendiri. Di sisi lain, ada juga yang menunjukkan bagaimana teknologi sangat bermanfaat, seperti pada saat salah satu anggota keluarga Yongnam mengabarkan adanya proses evakuasi lewat multichat onlinenya, flash telepon genggam untuk membuat sinyal S.O.S, fitur video call yang membuat keluarga Youngnam dapat memantaunya saat memanjat Gedung, hingga teknologi drone yang digunakan untuk melacak dan merekam aksi Youngnam dan Ui Joo secara live. Pesan kecil yang kedua ialah bagaimana pentingnya berpikir cepat dan kreatif khususnya Ui Joo. Karakter Ui Joo ini mengambil andil yang sangat besar dengan ide-

56


idenya yang berguna di saat-saat genting dalam membantu Youngnam bisa bertahan hingga akhir. Dengan kecerdasannya, ia bisa menggunakan hal-hal sederhana seperti kantong kapur, sinyal S.O.S lewat papan lampu, hingga Stand Figure dan menyusun tanda panah untuk evakuasi. Dari sini pula terlihat bahwa berjamaah lebih baik dibandingkan sendiri, apalagi yang bisa saling menutup kekurangan satu sama lain. Pesan kecil ketiga adalah pentingnya keluarga dalam hidup. Bahwa keluarga harus tetap bersama. Bahwa keluarga akan selalu menyambutmu pulang. Di sini terlihat jelas kasih sayang dan ikatan yang kuat dalam keluarga Youngnam, khususnya antara Ia dan orangtuanya dan dengan kakak-kakak perempuannya. Ini dibuktikan dengan adanya scene di mana Youngnam bersikeras memanjat Gedung agar keluarganya bisa selamat, lalu hal yang dilakukan Youngnam saat berhasil dievakuasi ialah menggendong ibunya, lalu ada pula scene dialog antara Ia dan kakak perempuannya, di mana meskipun kakaknya kesal dengan Youngnam yang masih pengangguran, namun Ia tetap memberinya uang jajan. Apalagi, setelah adanya bencana tersebut, ikatan mereka semakin kuat khususnya Youngnam dan keponakan lelakinya yang dulunya malu memiliki paman pengangguran sepertinya. Ah! Ikatan kekeluargaan

57


memang akan selalu menguat jika berhasil menghadapi masalah bersama-sama. Terakhir, dari film Exit terdapat pula pelajaran bagaimana manajemen penanggulangan bencana yang seharusnya. Dalam film tersebut terlihat bahwa reaksi pemerintah dan seluruh elemen sangat cepat tanggap dalam menanggapi masalah gas beracun tersebut. Dimulai dari mencari sumber penyebab gas, meneliti kandungan gas, menyebar luaskan informasi, himbauan langsung dari pemerintah guna pertahanan/penyelamatan diri, hingga proses evakuasi. Hal tersebut mengingatkan penulis dengan bencana kebakaran hutan dan kabut asap yang tengah melanda Indonesia saat ini khsusunya di Sumatera dan Kalimantan. Dari sini terpetik hikmah akan pentingnya sebuah aksi cepat tanggap dalam penanggulangan bencana yang dapat diwujudkan dengan manajemen bencana yang baik dari seluruh sektor yang ada. Selain itu, “hukuman� yang tepat bagi para pelaku pembakaran selayaknya bercermin dari film Exit ini. Dalam film ini, ilmuwan yang menyebarkan gas tersebut, mati karena ulahnya sendiri. Sebagai penutup, banyak yang berkomentar bahwa ending dari film ini menggantung, karena tidak dijelaskan beberapa poin, seperti bagaimana kisah asmara mereka akan berlanjut, bagaimana karir Youngnam setelahnya, hingga apa dampak dari drone-drone yang menyiarkan

58


mereka secara live di siaran media. Namun menurut penulis, endingnya sudah cukup karena film ini memang berfokus menceritakan kejadian jangka pendek dan menerapkan konsep natural, sehingga tidak menceritakan jangka panjang dan mempersilahkan penonton berimajinasi liar membawa kelanjutan cerita kehidupan mereka. Akhir kata, review ini merupakan pikiran bebas penulis dalam memaknai film EXIT. Secara keseluruhan, film ini layak mendapatkan apresiasi dan rating yang cukup tinggi yakni 8/10. Meskipun tetap memiliki beberapa kekurangan dalam cerita yang membuat penulis agak sedikit kecewa seperti tidak detailnya penjelasan masa lalu Youngnam akan panjat tebing, tidak adanya penjelasan saat zipline mereka putus namun tiba-tiba berhasil memanjat crane, dan gas beracun yang ternyata dapat dengan mudah ditanggulangi dengan air biasa (I expect more). Namun, film ini tetap masuk dalam kategori film yang worth to watch! Tapi apabila menonton film dapat melalaikanmu dari ibadah, ku sarankan jangan nonton— cukup baca review ini saja—dan aku berlepas diri dari perbuatanmu. Byee~~

59


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.