5 minute read

Pemuda dan Perannya Bagi Bangsa Indonesia

Pemuda dan Perannya Bagi Bangsa Indonesia

Fitria Ningsih

Advertisement

Awal pergerakan menuju suatu pembaharuan yang lebih baik akan selalu dipelopori oleh gerakan-gerakan pemuda. Pemuda mampu menggali pemikiran dari sistem yang ada, lalu mentransformasikannya kepada orang lain dengan memodifikasinya menjadi sebuah konsep baru. Kepiawaian pemuda dalam mereformasi kehidupan di setiap zaman telah tercatat dalam sejarah peradaban dunia. Di Indonesia misalnya, Sukarni, Soekarno dan Hatta adalah contoh bagaimana kemerdekaan dibayar dengan pikiran, waktu dan usaha para pemuda. Kemudian di Turki, Muhammad Al Fatih, pemuda berusia 21 tahun ini mampu menaklukan benteng Romawi Konstantinopel, yang menjadi pembuka pintu bagi perubahan dan perkembangan peradaban Islam di Turki.

Alquran, sebagai kitab suci yang sempurna juga mengabadikan fakta sejarah tentang kisah para Nabi semasa mudanya. Kala itu Yusuf dengan kepintaran dan kepribadiannya mampu mengatasi krisis ekonomi di kota Mesir, Musa dengan keberaniannya mampu menumbangkan Firaun, dan Muhammad yang hidup pada masa kebodohan umat

namun mampu melawan segala problematika yang terjadi pada masa itu.

Presiden pertama Republik Indonesia, Ir.Soekarno pernah berkata “Beri aku sepuluh pemuda akan aku goncangkan dunia”. Kutipan ini seakan menunjukkan bahwa pemuda dalam setiap zaman, merupakan pilar kebangkitan. Ia adalah pilar penyangga negara yang paling kokoh, dimana ketidakberadaan perannya akan menjadi ancaman nyata bagi keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Jadi benarlah sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa "Apabila ingin melihat suatu negara di masa depan, maka lihatlah pemudanya hari ini".

Sesungguhnya sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang di jalannya, semakin bersemangat dalam merealisasikannya dan siap beramal dan berkorban untuk mewujudkannya. Keempat syarat ini tidak terdapat kecuali pada diri para pemuda, begitulah ungkapan salah seorang ulama kontemporer abad ini.

Pemuda memiliki peran sebagai agen perubahan yang menelurkan ide dan gagasan untuk perubahan sosial di masa yang akan datang. Dengan sikap kritis dan semangatnya, pemuda memiliki kekuatan untuk mempengaruhi dan

menyadarkan masyarakat untuk melakukan suatu gerakan perubahan sosial. para generasi muda adalah sosok yang akan menggantikan generasi tua yang sedang berkuasa. Bangsa ini amat membutuhkan tenaga mereka untuk mengisi pos struktural di pemerintahan dan sektor ruang publik lainnya.

Selain itu, pemuda juga merupakan iron stock, yakni sebagai asset masa depan yang kelak akan memimpin bangsanya. Sehingga dalam hal ini pemuda diharapkan memiliki pandangan jauh ke depan dan mempunyai pandangan yg objektif dan rasional dalam banyak hal. Kekuatan ini menjadikan perjuangan pemuda terjaga idealismenya dan mampu menjunjung nilai kejujuran dan kemurnian sebuah perjuangan.

Dalam tataran sosial, pemuda sudah selayaknya memberikan pengawasan ( kontrol sosial ) atas kerja-kerja para pengusa negeri ini. Memberontak terhadap penyelewengan yang terjadi. Lalu memberikan masukan untuk perbaikan bangsa. Peran ini dapat diwujudkan dengan memperkuat wawasan kebangsaan, membangkitkan kesadaran atas tanggungjawab sebagai warga negara, membangkitkan sikap kritis terhadap lingkungan dan penegakan hukum, meningkatkan partisipasi dalam perumusan kebijakan publik, dan memberikan kemudahan akses informasi. Untuk itu,

tanggung jawab dan peran strategis pemuda di segala dimensi pembangunan sangat perlu ditingkatkan.

Tidak heran jika pemuda merupakan sosok yang menjadi harapan masa depan sebuah bangsa. Ia adalah generasi yang kuat dalam fisik dan pemikiran, juga baik dalam akhlak dan kepribadian. Dengan idealisme yang dimilikinya, kematangan intelektual, dan semangat yang masih berkobar dalam diri, menjadikan pemuda sebagai sosok yang selalu berada di garda terdepan gerbang perubahan. Pemuda yang sadar dengan tanggung jawab perubahan itu, akan mulai membangun benteng hidup.

Substansi mendasarnya adalah membangun kesadaran penuh bahwa perubahan itu sejatinya akan terjadi ketika para pemuda terbangun dari lamunan panjang, dan mengambil tempat di garis terdepan untuk mengendalikan arah pergerakan bangsanya. Maka pemuda hari ini, jika ingin menjadi motor perubahan haruslah memiliki sensitifitas atau kepedulian sosial yang tinggi, karena memang di masa muda lah kematangan pribadi dan kedewasaan mental terbentuk sehingga ketika harus terjun ke masyarakat maka ia telah siap. Setiap pemuda harus menyadari bahwa masa depan bangsa ini menjadi tanggung jawab besar mereka. Hal inilah yang sebenarnya dapat menjadi jalan bagi pemuda untuk mengawal perubahan.

Oleh karena itu, setiap pemuda Indonesia, baik yang masih berstatus pelajar, mahasiswa ataupun yang sudah menyelesaikan pendidikannya merupakan faktor penting yang sangat diharapkan oleh bangsa Indonesia dalam mewujudkan cita-cita dan mempertahankan kedaulatan bangsa. Tulang punggung perubahan itu ada di tangan pemuda, terutama mahasiswa. Mahasiswa secara strata sosial dianggap sebagai orang yang memiliki capital intelektual, idealisme yang tinggi dan sosial yang lebih baik dibandingkan dengan cluster pemuda lainnya yang tak bergelar mahasiswa. Mahasiswa dipandang sebagai intelektual muda yang berharga dalam aktifitas kebangsaan di masa depan. Oleh karena itu mahasiswa harus mampu menjadi suatu cluster masyarakat yang mampu membaca kebenaran secara proporsional

Arbi Sanit berpendapat bahwa mahasiswa merupakan kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, dan dianggap sebagai orang yang memiliki pandangan cukup luas untuk dapat bergerak di semua lapisan masyarakat. Mahasiswa adalah simbol ilmuwan yang kritis, pemberani, lantang menyuarakan perubahan, petarung serta berpikir dan berkehendak merdeka. Jadi sangat disayangkan apabila masih ada mahasiswa yang memiliki cita-cita dengan orientasi yang terlalu egosentris. Mereka memaknai belajar sekedar proses

mendapatkan ilmu dengan cara duduk di kelas, mendengaarkan dosen menjelaskan, mengerjakan tugas dan bermain. Egois sekali rasanya ketika kita memiliki cita-cita seperti itu tanpa punya mimpi ingin bisa berkontribusi bagi proses perbaikan nasib bangsa ini, tanpa pernah berpikir bagaiman hadirnya kita dapat membawa manfaat bagi masyarakat Indonesia secara luas.

Sekali lagi tanggung jawab kita bukan berhenti sampai di situ saja, tetapi ini tentang bagaimana menggunakan ilmu yang dimiliki agar membawa manfaat bagi masa depan bangsa. Mahasiswa harus benar-benar mehamami peran dan kewajibannya secara mendalam sehingga ia mampu menempatkan diri sesuai dengan fungsi sosialnya. Misalnya dengan melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi sebagai salah satu dasar tanggung jawab mahasiswa yang harus dikembangkan secara simultan dan bersama-sama, serta harus disadari betul oleh semua mahasiswa.

Mahasiswa diharapkan menjadi bagian dari anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau professional yang dapat menerapkan, mengembangkan pengetahuan teknologi dan kesenian serta mengupayakan penggunaannya agar dapat meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional. Mahasiswa

harus dapat memerankannya secara proporsional dan bijak tanpa hanya mengambil satu peran saja dan menggugurkan peran-peran lainnya. Apabila peran tersebut telah terhujam dalam jiwa seluruh mahasiswa Indonesia, maka ruh perubahan itu akan terus bersemayam dalam diri seluruh mahasiswa Indonesia.

Totalitas dalam jalan perjuangan adalah bukti akan kesungguhan pemuda dalam mencapai tujuannya. Sejarah telah mencatat prestasi yang diukir oleh pemuda Indonesia pada saat ingin menggulingkan kediktatoran Soeharto. Tidak ada yang menyangka ketika gerakan pemuda yang direpresentasikan oleh mahasiswa 1998 menyerbu gedung DPR/MPR tersebut berhasil menurunkan Soeharto.

Benarlah apa yang dikatakan oleh Hasan Al Banna, dalam ungkapan yang bergitu indah tentang sosok pemuda.”Generasi muda pada setiap bangsa merupakan tiang kebangkitam, pada setiap kebangkitan, mereka adalah rahasianya, dan pada setiap gagasan , mereka adalah pembawa benderanya”