4 minute read

Mereka-reka Pemuda Islam di Era-Disrupsi

Mereka-reka Pemuda Islam di Era-Disrupsi

Izul Haidi Afdilah

Advertisement

Masih teringat jelas motivasi Presiden pertama RI menyatakan “Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” luapan semangat dan keinginan tinggi dan betapa potensialnya pemuda bagi masa depan suatu bangsa. Indonesia merupakan negara yang multikultural dan memiliki potensi dibidang kepemudaan, menurut hasil Susenas Tahun 2017, Indonesia adalah rumah bagi 63,36 juta jiwa pemuda, jumlah tersebut merupakan seperempat dari total penduduk Indonesia. Pemuda laki-laki lebih banyak daripada pemuda perempuan, dengan rasio jenis kelamin sebesar 102,36, yang berarti setiap 102 pemuda laki-laki terdapat 100 pemuda perempuan. Persentase pemuda di perkotaan lebih besar daripada di perdesaan (25,22 persen berbanding 23,19 persen) betapa pemuda Indonesia memiliki kemungkinan dan harapan dari seluruh rakyat untuk mengubah indonesia menjadi lebih baik di masa-masa keemasan. Dampak secara global dari era disrupsi ialah kebaruan-kebaruan atas produk lama kemajuan teknologi memungkinkan terjadinya otomatisasi hampir di semua bidang.

Teknologi dan pendekatan baru yang menggabungkan dunia fisik, digital, dan biologi secara fundamental akan mengubah pola hidup dan interaksi manusia (Tjandrawinata, 2016). Industri 4.0 sebagai fase revolusi teknologi mengubah cara beraktifitas manusia dalam skala, ruang lingkup, kompleksitas, dan transformasi dari pengalaman hidup sebelumnya. Pemuda Indonesia juga mengalami dampak dari kemajuan teknologi, hasilnya bermunculan berbagai perusahaan berbasis start-up yang mampu mengubah pola interaksi dan konsumsi terhadap suatu produk/jasa dan beberapa produk yang berhasil masuk keberbagai bidang contoh: Gojek, Bualapak.com, Ruang guru, Tiket.com, dan NulisBuku banyak karya pemuda yang tak mungkin disebutkan satu-persatu yang membuat pemuda semakin menancapkan taringnya disejarah perkembangan bangsa ini. Bagaimana para pemuda menjawab berbagai tantangan kemajuan global dengan potensi dan keahlian masing-masing untuk menjawab berbagai polemik yang berkembang di masyarakat. Saat ini era disrupsi memungkinkan berbagai polemik dan permasalahan yang akan dihadapi pemuda, dengan terhubunganya global secara internet membuat batas-batas negara secara dunia teknologi dan komunikasi tanpa batas dan raung. Membuat segala sesuat mudah dikonsumsi pemuda dan berkembangnya berbagai macam penyimpangan seperti; penyalah gunaan narkoba, sexs bebas, perdagangan

manusia, dan bebasnya minuman keras (alkohol). Ancaman terhadap pemuda selalu mengintaai di setiap sendi kehidupan bermasyarakat, lalu apa yang harus kita bangun bersama?

Indonesia adalah negara Islam terbesar di dunia dengan sebaran populasi di lima pulau besar dan berbagai pulau kecil yang ada, Islam memandang pemuda sangat potensial “Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allâh dibawah naungan ‘Arsynya pada hari tidak ada naungan selain naungan Allâh Azza wa Jalla (yaitu) : imam yang adil; Pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allâh Azza wa Jalla ; Seorang laki-laki yang mengingat Allâh dalam kesunyian (kesendirian) kemudian dia menangis (karena takut kepada adzab Allâh); Seorang laki-laki yang hatinya selalu bergantung dengan masjid-masjid Allâh; Dua orang yang saling mencintai, mereka berkumpul dan berpisah karena Allâh Azza wa Jalla ; Dan seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang permpuan yang memilki kedudukan dan cantik akan tetapi dia menolak dan berkata, ‘Sesungguhnya aku taku kepada Allâh.’ Dan seorang lakilaki yang bersedekah dengan sesuatu yang ia sembunyikan, sampaisampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya “ HR. Al-Bukhâri dan Muslim. Lalu Imam Abul ‘Ula al-Mubarakfuri berkata: “(Dalam hadits ini) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhusukan (penyebutan) “seorang pemuda” karena (usia) muda adalah (masa yang) berpotensi besar untuk didominasi oleh nafsu syahwat, disebabkan kuatnya pendorong

untuk mengikuti hawa nafsu pada diri seorang pemuda, maka dalam kondisi seperti ini untuk berkomitmen dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah (tentu) lebih sulit dan ini menunjukkan kuatnya (nilai) ketakwaan (dalam diri orang tersebut). Bagaimana islam memandang betapa kondisi pemuda dengan sejuta potensial dan serta selalu dalam kondisi rawan terhadap berbagai polemik. Bagaimana islam menawarkan barbagai cara untuk menciptakan pemuda yang mampu melawan dunia dan Nabi Muhammad ﷺ memberikan contoh yang nyata bagaimana Beliau membimbing pemuda secara utuh memiliki keimanan yang kokoh dan memiliki ketaqwaan yang sempurna.

“Wahai, anak kecil! Sesunguhnya aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat; jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu; jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapatkan Dia selalu di hadapanmu; apabila engkau minta, mintalah kepada Allah dan apabila engkau minta pertolongan, mintalah pertolongan kepada-Nya” (HR. Tirmidzi) Didiklah mereka dengan pendidikan Islam. Berilah para pemuda itu dengan pengarahan yang benar. Hendaklah orang tua menjadi teladan yang baik bagi anaknya, sehingga menjadikannya sebagai qudwah hasanah. Aturan sudah jelas contoh sudah ada lalu bagaimana pemuda mengaplikasikanya dalam kehidupan bernegaranya, kemampuan untuk berkontribusi banyak cara yang dapat

digunakan, dan bentuk kontribusi pemuda untuk suatu bangsa tidak melulu mengenai dunia perekonomian, politik, nasionalisme atau bahkan dunia pendidikan. Subtansi dari kontribusi untuk suatu negara adalah bagaimana pemuda dapat memanfaatkan masa mudanya dengan menuntut ilmu agama khususnya dan ilmu dunia sebagai pendukung, jika ini yang terlebih dahulu dibangun oleh pemuda maka kontribusi dari pemuda tak lagi diperlukan oleh suatu bangsa artinya pemuda akan dengan sendirinya berkontribusi untuk suatu negara dalam berbagai sektor. Hal yang menjadi perhatian penulis adalah bagaimana seluruh aspek kehidupan bermasyarakat sadar akan hal ini yang menjadikan sosok utuh pemuda yang mempu menyongsong dunia dengan sifat yang optimis. Pembelakan bisa dimulai dari pengkondisian keluarga yang islami sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad ﷺ karena pondasi keluarga merupakan fundametal dalam pendidikan dan penaman karakter terhadap pemuda. Lalu jangan peraha berpikir majunya suatu bangsa yang tidak memperhatikan kwalitas pemudanya dari segi agamanya.

Daftar Rujukan

[1] BPS. 2017. Statistik Pemuda Indonesia 2017. Jakarta: Badan

Pusat Statistik

[2] Dikeluarkan oleh Imam al-Bukhâri, dalam Kitab al-Adzân, no. 660, dan Muslim, kitab Zakât, no. 1031 (https://almanhaj.or.id/5766-haditshadits-yang-berkaitandengan-pemuda.html) diakses 09-11-2018

[3] Kitab “Tuhfatul ahwadzi” (7/57) (https://muslim.or.id/6087-pemuda-yang-mendapatkannaungan-allah.html) diakses 09-11-2018

[4] Indriyani, Dian., & Hermawan I, Candra. 2018. Revitalisasi

Pancasila Sebagai Modal Integrasi Bangsa Di Era Disrupsi.

Proceeding Seminar Nasional PKn UNNES (http://proceedings.id/index.php/pkn/article/view/726 /724) diakses 07-11-2018