2 minute read

Potensi Akuakultur Menggunakan Aplikasi Teknologi Dalam Bingkai Ketahanan Pangan Indonesia

Potensi Akuakultur Menggunakan Aplikasi Teknologi Dalam Bingkai Ketahanan Pangan Indonesia

Try Laili Wirduna

Advertisement

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Forum Peningkatan Konsumsi Ikan Nasional (Forikan) mendorong masyarakat untuk meningkatkan konsumsi ikan melalui program Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan). Kampanye yang dilakukan KKP Bersama Forikan berkorelasi positif dengan kebutuhan ikan nasional yang terus bertambah. Tahun 2018 kebutuhan konsumsi ikan nasional

berada pada angka 10,38 ton. Disamping itu, konsumsi ikan nasional memiliki tren positif sejak tahun 2012 hingga tahun 2017 (KKP, 2018). Ikan yang dimaksud dapat berupa semua jenis ikan konsumsi, kelompok Mollusca, kelompok Crustacea, kelompok Echinodermata dan rumput laut. Tingginya permintaan kebutuhan ikan tidak mampu dijawab dengan perikanan tangkap saja karena dikhawatirkan terjadi over eksploitasi yang dapat menyebabkan turunnya kelimpahan dan potensi sumber daya ikan yang ada. Oleh sebab itu, aktivitas budidaya menjadi jawaban yang paling kuat untuk menjawab tantangan pangan berbasis ikan karena budidaya dapat

dikondisikan dan tidak bergantung pada ketersediaan spesies di alam. Budidaya memiliki peluang strategis dalam memberikan kontribusi besar terhadap pemenuhan kebutuhan pangan berkelanjutan.

Udang vaname adalah salah satu jenis udang yang sering dibudidayakan dan merupakan komoditi perikanan dan kelautan terbesar di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan data Kementrian Kelautan dan Perikanan bahwa

Indonesia sebagai Negara produsen terbesar di ASEAN. Pada tahun 2015 produksi udang vaname didunia dari hasil budidaya mencapai 3,6 juta ton, dan Indonesia mampu menyumbang sekitar 16,5% dari total budidaya dunia (KKP, 2018). Namun produksi budidaya udang yang besar tidak menutup permasalahan yang terjadi dalam budidaya. Permasalahan utama yang sering dijumpai dalam budidaya udang vaname adalah ketidakstabilan hasil produksi akibat kualitas air budidaya yang buruk dan penyakit yang menyerang udang. Pemeliharaan udang secara konvensional masih menyisakan masalah seperti kualitas air yang tidak baik sehingga dapat mengganggu metabolisme udang. Akibatnya udang tidak mampu tumbuh. Keadaan ini menyebabkan produski budidaya udang tidak dapat dilakukan secara optimal untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ikan nasional. Salah satu penerapan

teknologi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan budidaya menggunakan sistem Resirculating Aquaculture System (RAS) dan pengaplikasian komponen mikroba untuk menjaga kualitas air agar tetap berada pada kisaran toleransi. Penggunaan teknologi RAS juga dapat memanfaatkan penggunaan air secara sustain karena air budidaya akan dibersihkan dari partikulat yang berbahaya dan dibersihkan secara biologi untuk kemudian air akan diputar terus.

Selain menggunakan teknologi RAS untuk perbaikan kualitas air dapat juga dilakukan pendekatan kepada “Sistem Biologi” untuk mempelajari dan menemukan cara yang up to date dalam mencegah dan mengatasi masalah penyakit pada udang. Biologi sistem merupakan penggabungan dari beberapa cabang ilmu seperti genomik, biokimia dan biologi molekular yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang holistik tentang makhluk hidup sebagai satu kesatuan sistem. Penelitian tentang penyakit bukan hanya terpaku pada faktor eksternal seperti bakteri atau virus penyebab penyakit namun juga menggunakan data-data interaksi molekular dan metabolic pathway

Saat ini analis biologi banyak yang terpaku hanya pada pengukuran mikrobiologis saja namun luput memperhatikan interaksi molekular yang terjadi di dalam organisme udang yang

terkena penyakit. Jika pendekatan secara sistem biologi dapat diterapkan, maka kita akan medapatkan database yang lengkap untuk memecahkan permasalahan penyakit udang. Jika masalah penyakit udang sudah dapat diatasi, maka bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi negara nomor 1 penghasil budidaya udang di dunia. Saat ini dominasi ekspor Indonesia masih dipegang oleh budidaya rumput laut.

Tujuan pengaplikasian teknologi ini adalah sebagai wujud kontribusi calon saintis Indonesia dalam menjaga ketahanan pangan melalui pengembangan potensi akuakultur.