5 minute read

Jihad Pangan Berdaulat Mengatasi Problematika Ketahanan Pangan Nusantara

Jihad Pangan Berdaulat Mengatasi Problematika Ketahanan Pangan Nusantara

Muhamad Rom Ali Fikri

Advertisement

Pertumbuhan penduduk dunia setiap tahunnya bertambah pesat, perkembangannya sulit untuk ditekan. Hal tersebut menjadi salah satu persoalan serius bagi negara-negara didunia baik negara maju maupun negara berkembang, PBB memperkirakan penduduk dunia akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun 2025 dari jumlah 7,2 miliar jiwa saat ini. Bahkan tidak perlu menunggu sampai tahun 2025, saat ini pun kita dapat merasakan gelombang pertumbuhan penduduk yang begitu besar, dimulai dari penyempitan lahan pertanian karena tergantikan oleh perumahan-perumahan yang bertambah tiap harinya, tingkat persaingan hidup yang semakin keras, kemacetan dan pengangguran sudah menjadi realita yang cukup kongkrit untuk membuktikan permasalahan tersebut benar adanya. Seiring semakin pesatnya prtumbuhan penduduk, diperkirakan pada tahun 2030 mendatang ada tiga hal pokok yang dinilai sangat penting bagi kelanjutan dan kedaulatan suatu negara. yakni pangan, air bersih dan energi karena tak dapat di pungkiri tiga hal tersebut merupakan suatu pilar utama

dalam menopang kehidupan manusia dan apabila kita cermati tiga hal tersebut erat kaitannya dengan bidang pertanian. Pangan suatu fokusan utama yang menjadi objek bidang pertanian .

Tidak diragukan lagi, sebagai Negara tropis yang kaya akan keanekaragaman hayati dan sumber daya alamnya. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk menempati posisi sebagai pilar dunia dalam menopang segala aspek yang dibutuhkan oleh negara-negara dunia baik itu dalam bidang pangan, air maupun energi. Dengan kondisi alam yang subur, mendugkung berbagai macam tumbuhan pangan berkembang dengan baik di tanah Indonesia, namun rendahnya kemampuan sumber daya manusia dan sifat masyarakat yang cenderung konsumstif membuat potensi dalam bidang pangan tersebut tidak dapat dikembangkan secara maksimal, bahkan justru semakin menurun dan terpuruk ibarat tikus mati di dalam lumbung padi akibat tidak dapat memanfaatkanya. Terkadang jika kita cermati Julukan Indonesia sebagai negara agraris hanya sebatas kiasan semu yang membuat masyarakat terbuai dan lupa akan kondisi pertanian Indonesia yang sesungguhnya.

Melimpahnya sumber daya alam membuat Indonesia masuk dalam salah satu negara penghasil sumber daya alam terbesar di dunia, akan tetapi hasil dari sumber daya alamnya

dimonopoli oleh bangsa lain dan Indonesia hanya diberi 10% dari keuntungan yang diperoleh, merupakan suatu problematika yang miris dialami oleh bangsa ini. Bisa kita analogikan sederhana ketika kita memiliki sebungkus permen akan tetapi permen kita di makan orang lain dan kita hanya disisakan bungkusnya oleh orang itu, bukankah seharusnya kita marah dengan keadaan itu ? Namun lain cerita dengan negara kita, ketika investor asing mengeruk kekayaan alam yang ada di negara kita baik pangan, air bersih dan energi secara besar- besaran. Kita hanya bisa melihat dan membeli hasil yang di produksi oleh investor tersebut. Walhasil hanya sedikit orang yang diuntungkan dan banyak orang yang dirugikan . uraian kalimat diatas bukan hanya sekedar wacana akan tetapi sebuah fakta yang seharusnya menyadarkan kita bahwa bangsa ini belum sepenuhnya merdeka dan masih terjajah oleh bangsa lain melalui sistem yang dirancang secara terstruktur dan sempurna, sehingga seakan-akan mengelabuhi kita dan mereka dapat memanfaatkan potensi negara kita tanpa kita sadari.

Penyebab utama msalah ini sebenarnya bukan ada pada bangsa lain, tapi justru ada pada bangsa kita sendiri, karena masih banyak yang tidak mau peduli. Para cendikia khususnya cendikia muslim seharusnya bisa menjadi solusi untuk mengatasi masalah ini. Kenapa cendikia muslim, karena

merekalah yang mengetahui nilai-nilai keislaman dan seharusnya pengetahuan yang dimiliki mampu dijadikan senjata untuk mengatasi masalah ini. Sebagaimana dulu Ummar Bin Abdul Aziz yang merupakan seorang khalifah sekaligus cindikia muslim mampu membuktikan dengan ilmu yang ia miliki, ia dapat mengelola pangan negara sampai-sampai serigala enggan memakan domba-domba gembala karena kebutuhan pangannya sudah terjamin.

Bung karno pernah berkata, bahwa “pangan adalah urusan hidup matinya suatu bangsa” itulah sebabnya memperjuangkan kedaulatan pangan merupakan tugas yang mulia karena pangan merupakan unsur penting dalam hajat hidup manusia. Sebab, usaha memperjuangkan kedaulatan pangan merupaka salah satu perbuatan yang luhur, maka sudah sepantasnya jika perbuatan tersebut dinilai sebagai jihad. dalam bahasa arab yang berasal dari kata (jahada) yang berarti kerja keras ,definisi secara bebasnya merupakan perbuatan yang dilandaskan dengan usaha keras dan bernilai kebaikan yang besar demi kemaslakhatan bangsa. Sudah seharusnya jika para cendikia muslim yang paham dan mengerti akan pentingnya kedaulatan pangan untuk segera bergerak melaksanakan jihadnya yaitu jihad pangan berdaulat.

Jihad Pangan Berdaulat adalah “segala daya dan upaya dari negara dan bangsa Indonesia yang secara mandiri menentukan kebijakan pangan, menjamin hak atas pangan bagi rakyatnya, serta memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem pertanian sesuai dengan potensi sumber daya lokal”. Intinya, untuk memenuhi kebutuhan pangan, masyarakat Indonesia harus mau makan produk lokal yang diproduksi sendiri. Melepaskan diri dari ketergantungan terhadap bangsa lain dan mewujudkan sistem pangan yang mandiri. Kalimat Jihad Pangan Berdaulat mempunyai makna yang sangat mendalam dan memerlukan tekad yang kuat atau bersungguh-sungguh untuk mewujudkannya. Kata “Negara, bangsa, berdikari (berdiri diatas kaki sendiri, sistem pangan dan sumber daya lokal”, memberikan gambaran adanya peran serta semua elemen yang meliputi birokrat, mahasiswa, petani , nelayan dan seluruh elemen masyarakat untuk menjadikan sumberdaya lokal sebagai basis pangan dari bangsanya. Sudah saatnya para cendikia muslim negeri ini turut ikut andil dalam berjuang untuk berjihad menegakkan kedaulatan pangan dan mengangkat harkat dan martabat pahlawan-pahlawan pangan bangsa ini. Hal ini bisa diimplementasikan dari hal-hal kecil mulai dari utamakan mengkonsumsi pangan lokal asli daerah dan negeri sendiri, beli dan cintai produk-produk dalam negeri, jadikan pangan lokal sebagai menu utama dalam setiap acara

dan kegiatan kita dan masih banyak cara lain yang dapat dikerjakan sesuai dengan kapasitas dan kemampuan masingmasing kita selaku cindikia dengan membawa kata muslim dibelakangnya. Tetntu menambah kemuliaan gelar yang tersemat dalam diri kita. Jihad merupakan suatu perbuatan yang suci dan mengandung kebaikan yang besar, karena memperjuangkan hak dalam menegakkan sistem yang mengatur tentang pangan dan pemenuhan kebutuhan rakyat merupakan suatu perbuatan yang luhur, karena tanpa pangan manusia tidak akan bisa melangsungkan hidupnya dan apabila potensi yang dimiliki oleh negara kita tetap diatur dan dikendalikan oleh bangsa lain maka negara ini tidak akan pernah bisa berdikari dan akan terus terjajah oleh kepentingan mereka. Sementara banyak rakyat kecil khususnya pahlawan pangan seperti petani dan nelayan tertindas dan hidup dalam keterpurukan serta semakin meningkatnya angka kelaparan dinegeri ini. Mengingat dulunya Indonesia pernah dijuluki “ Macan Asia “ karena kemajuan pertanian dan perikanannya khususnya dibidang pemenuhan pangan, Mari berjihad menegakkan pangan berdaulat untuk Indonesia dan mewujudkan Indonesia sebagai “ Macan Dunia ” karena pertanian dan perikanannya.