6 minute read

Pangan, Syarat Penting Bertahannya Suatu Bangsa

Pangan, Syarat Penting Bertahannya Suatu Bangsa

Reka Ardi Prayoga

Advertisement

Dari kisah Nabi Yusuf a.s., kita mengetahui adanya kisah paceklik yang menimpa Negeri Mesir saat itu. Saat itu, Mesir terkena paceklik selama 7 tahun lamanya. Saaat tujuh tahun tersebut, prosuksi gandum saat itu sangat minim, namun dengan kelihaian Nabi Yusuf dalam mengelola pangan, ia mampu mengatasinya, dan membawa Negeri Mesir melewat masa-masa tersebut. Melalui tulisan ini, kita akan coba mempelajari apa saja hal-hal yang perlu kita miliki agar proses usaha agar suatu bangsa itu memiliki ketahanan pangan yang baik.

Bagian pertama, latar belakang hidup Sang Bendaharawan Negara.

Dalam awal kisahnya, kita mengetahui bahwa Nabi Yusuf adalah seseorang yang sangat baik kualitas keagamaannya. Ia jauh dari hingar bingar kehidupan remaja yang buruk. Masamasa mudanya sangat baik.

Dalam awal kisah, kita mengetahui bahwa Nabi Yusuf adalah seorang anak yang sangat baik. Ia dididik orangtuanya

dengan sangat baik, dan ia sangat dekat dengan orang tuanya. Bahkan, setiap mimpi yang ia alami di suatu malam, ia tak malu menceritakannya kepada ayahnya. Hal ini menjadi pertanda bahwa Nabi Yusuf ini sangat baik pengurusannya di dalam keluarga. Ia dekat dengan ibunya, dengan ayahnya, sampai ada tingkatan ia terbiasa menceritakan hal-hal yang tidak biasa diceritakan anak-anak lainnya, kepada ayahnya (bukan lagi kepada ibunya). Dalam hal ini, kita melihat bahwa keluarga adalah hal penting sebagai modal tumbuh kembangnya seseirang yang akan menjadi orang besar nantinya.

Nabi Yusuf juga kita kenal sebagai orang yang jauh dari hingar bingar pergaulan yang buruk. Dalam suatu masa hidupnya, setelah ia dibuang ke dalam sumur, ia tinggal di kalangan pejabat negara. Suatu hari, ia memiliki kesempatan untuk berbuat hal yang buruk dengan isteri sang pejabat negara. Namun ia tidak melakukan hal tersbut. Ia bahkan berlari untuk

kabur agar terhindar dari hal buruk tersebut. Hal ini bisa terjadi pada Nabi Yusuf dikarenakan dia memiliki keimanan dan ketakwaan yang baik. Dari hal ini kita bisa melihat seharusnya seorang pejabat publik juga memilki modal keimanan dan ketakwaan yang baik selain kemampuan-kemampuan lainnya. Hal ini penting agar dalam menjalani hidupnya, ia sadar akan batas-batas hal-hal yang boleh dilakukan atau tidak.

Hidup di dalam kalangan pejabat negara pun menjadi modal tambahan bagi Nabi Yusuf. Ia adalah anak angkat dari AlAziz, Sang Raja Mesir di masa mendatang. Saat Nabi Yusuf masih muda, Al-Aziz ini kemungkinan masihlah menjadi seorang walikota atau gubernur atau yang setara dengannya. Hidup bersama seorang pejabat negara, hidup di kalangan pejabat-pejabat negara, membuat ia memiliki wawasan kenegaraan lebih cepat dibanding jika ia mempelajarinya nanti. Di rumah Al-Aziz ini, Nabi Yusuf sangat mungkin sudah mengerti sistem birokrasi, terbiasa mendengarkan bahasan mengenai masalah negara, mengenal pejabat-pejabat penting negara lainnya, dan hal-hal yang nantinya akan menjadi modal bagi Yusuf agar ia mampu menjadi seorang negarawan yang sangat baik. Dalam bagian kisah Nabi Yusuf ini, kita mempelajari bahwa seorang yang kita harapkan menjadi negarawan, seharusnya sudah mulai dipergaulkan dengan dunia negarawan, dunia pejabat, sehingga akan lebih cepat dalam pendewasaannya dan lebih cepat dalam meraih pemahaman tentang amanahnya.

Penggalan kisah lainnya dari Nabi Yusuf yang mampu mengispirasi kita adalah saat ia memilh untuk dipenjara dibandingkan untuk melakukan suatu kejahatan. Saat itu, Nabi Yusuf ada dalam kondisi difitnah tidak melakukan keinginan

isteri Al-Aziz, atau masuk penjara. Maka jawaban Nabi Yusuf, “sesungguhnya penjara lebih aku sukai daripada melakukan ajakan mereka (ajakan kepada keburukan)”. Maka akhirnya Nabi Yusuf pun dipenjara, dan dapat kita pelajari dari hal ini, seorang pejabat negara yang baik seharusnya teguh memegang kebenaran dibanding harus menjadi seorang “penjilat” kekuasaan yang mungkin ia dapatkan. Kalau itu baik, maka akan dilaksanakan, kalau itu buruk maka akan ditinggalkan.

Di dalam penjara, Nabi Yusuf pun tidak kalah menunjukkan kepada kita kapasaitasnya. Dalam penjara, kita melihat bahwa Nabi Yusuf adalah seseorang yang dipercaya oleh kawan-kawan lainnya di penjara tersebut. Nabi Yusuf dikenal sebagai orang baik di dalam penjara. “Sesungguhnya kami memandangmu termasuk orang yang berbuat baik”, kata kawannya di dalam penjara. Dalam kisah, kawannya ini menceritakan tentang mimpi yang ia alami, maka Nabi Yusuf pun menceritakan takwil mimpi, dan menyampaikan nasihatnasihat lain kepada kawan-kawannya di penjara. Dari kisah Nabi Yusuf bagian ini, kita mempelajari seorang calon pejabat negara seharusnya tidak terpengaruh lingkungan. Meskipun lingkungannya buruk, ia harus tetap memegang teguh kebenaran, menjadi pegangan kebenaran bagi orang yang lainnya.

Bagian kedua, sifat-sifat Sang Raja

Yang tidak kalah penting dari kesuksesan Mesir melalui masa-masa paceklik sulitnya keberadaan pangan, selain dari faktor bendaharawannya (Nabi Yusuf), adalah Sang Raja.

Sang Raja kita kenal sebagai seseorang yang adil. Ia menghukumi sesuatu berdasarkan pendapat-pendapat orang lain, bukan murni pendapat dirinya. Dalam kasus Yusuf dan isteri Al-Aziz di masa lampau, Al-Aziz mempertimbangkan pendapat orang lain dengan baik padahal saat itu yang sedang menjadi korban kasus tersebut adalah isterinya. Meskipun keluarganya sedang dalam suatu permasalahan hukum, tapi ia tetap melihat kasus hukum tersebut dengan jernih, mempertimbangkan pertimbangan orang lain, tidak menghukumi sesuai sekehendaknya.

Sifat lain yang dimiliki Sang Raja adalah ia adalah seseorang yang delegatif. Suatu hari Sang Raja bermimpi adanya 7 ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh 7 ekor sapi betina yang kurus; lalu adanya tujuh tangkai gandum yang hijau dan 7 tangkai lainnya yang kering. Maka Sang Raja (al aziz) meminta dikumpulkan para ahli mimpi di negerinya untuk memecahkan teka-teki mimpi yang ia alami. Akhirnya dikumpulkanlah para ahli takwil mimpi untuk memecahkan teka-teki tersebut

meskipun akhirnya belum terpecahkan hingga hadirlah Nabi Yusuf yang memecahkan teka-teki mimpi tersebut. Seorang pemimpin perlu untuk mendelegasikan hal-hal yang sulit ia atasi dengan memercayakannya kepada ahlinya.

Sifat berikutnya dari Sang Raja yang penting dalam mempertahankan negeri dari krisis pangan adalah sifat selektif dalam memilih pejabat negara. Kita ketahui bahwa Nabi Yusuf diangkat oleh Sang Raja menjadi bendahara dengan syarat utama seorang bendaharawan negeri. Nabi Yusuf menyampaikan bahwa sifat yang ia miliki adalah “sesungguhnya aku adalah seseorang yang pandai menjaga dan dapat dipercaya”. Nabi Yusuf mengetahu sifat tersebut cocok untuk seorang bendaharawan negara “jadikanlah aku seorang bendaharawan negeri Mesir”, selain itu Sang Raja pun sudah mengakuinya sejak sebelumnya, “sesungguhnya kamu mulai hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi di lingkungan kami dan dipercaya”.

Bagian ketiga, strategi ketahanan pangan.

Hal pertama yang penting dari strategi ketahanan pangan adalah analisis kondisi. Kita melihat dalam kisah Yusuf, bahwa negeri Mesir mengetahui akan adanya 7 tahun di depan masamasa subur dan 7 tahun setelahnya adalah masa-masa paceklik.

Pengetahuan atau gembaran prakiraan kondisi masa depan merupakan hal yang penting dalam mempertahankan kekuatan pangan. Selain itu, pengetahuan Nabi Yusuf dan Sang Raja bahwa negerinya sebetulnya mampu melalui masa-masa paceklik juga sangatlah penting. Nabi Yusuf dan Sang Raja telah mampu membuat negerinya swasembada pangan, memaksimalkan potensi negeri selama ini agar mampu melewati masa-masa sulit yang menimpa negerinya sendiri nantinya, tanpa perlu berpangku tangan kepada negeri yang lain.

Hal penting berikutnya dalam strategi ketahanan pangan negeri adalah preservasi. Negeri Mesir saat itu membuat kebijakan bahwa konsumsi negeri harus dijaga agar produksi negeri yang banyak ini tidak berlebihan dan malah gagal mendukung swasembada pangan. Kita melihat bahwa negeri Mesir saat itu memang memproduksi gandum cukup banyak namun hal tersebut dijaga dengan baik sehingga tidak adanya produksi yang terbuang sia-sia agar setiap produksi gandum mampu digunakan di masa depan, saat masa masa paceklik.

Hal ketiga yang penting dalam strategi ketahanan pangan adalah distribusi yang adil. Dalam masa-masa paceklik, kita melihat bahwa Mesir mampu melayani setiap kebutuhan warganya yang membutuhkan. Kita mengetahui cerita adanya

sekelompok orang yang meminta gandum kepada negara karena cadangan di rumahnya mulai habis, dan negara mampu memenuhi kebutuhannya dengan sangat baik, tidak hanya sekedar cukup. Kata orang-orang tersebut melihat kondisi perekonomian Mesir, “dan kita akan mendapat tambahan jatah gandum seberat beban seekor unta. Itu suatu hal yang mudah bagi Raja Mesir”.

Dalam aspek distribusi ini, kita pun melihat bahwa prioritas utama ketahanan pangan pastilah warga negara sendiri, bukan orang lain. Warga negara sendiri haruslah mampu bertahan hidup dengan pangan, meskipun tidak mampu membeli. Tugas negara lah yang membuat seluruh masyarakat mempu bertahan hidup dengan pangan.

Bagian terakhir, hikmah.

Dari kisah Nabi Yusuf dan Sang Raja, kita melihat bahwa ketahanan pangan adalah hal mendasar yang perlu dimiliki suatu negeri agar mampu berdaulat. Anak-anak negeri bisa bertahan hidup tanpa jalan tol. Anak-anak negeri bisa bertahan hidup tanpa bendungan. Anak-anak negeri bisa bertahan hidup tanpa taman. Akan tetapi, anak-anak negeri tidak bisa hidup tanpa pangan.