3 minute read

Desa Produksi Dan Kreatif Dengan Pengolahan Tepung Wortel Solusi Ketahanan Pangan (studi kasus Desa Tawangsari Kota Batu

Desa Produksi Dan Kreatif Dengan Pengolahan Tepung Wortel Solusi Ketahanan Pangan (studi kasus Desa Tawangsari Kota Batu)

Muhajirin

Advertisement

Dalam surat kabar online Detik.com menyebutkan bahwa Gubernur Soekarwo mengatakan ada dua masalah terkait ketahanan pangan di Jawa Timur. Pertama, soal menyusutnya lahan pertanian dan kedua mengenai ketersediaan air. Hal tersebut harus menjadi perhatian serius dikalangan akademisi dalam membantu pemerintah mencari solusi masalah tersebut.

Desa Tawangsari merupakan salah satu desa yang berada di kota Batu, desa tersebut merupakan salah satu desa penghasil sayur terbesar di kota Batu, dimana hasil panen sayur yang terbilang besar yakni wortel. Setiap hari masyarakat memanen sayur wortel tersebut. Wortel yang berhasil di panen lalu dipilah dan dijual ke berbagai tempat diantaranya pasar sayur, toko sayur, dan ke swalayan di Malang Raya.

Permasalahan yang sering terjadi di petani wortel yakni tidak semua wortel hasil panen dapat dijual ke pembeli, ketika ditemukan wortel dengan ukuran kecil dan terdapat patahan

pada wortel maka wortel tersebut tidak dapat dijual ke pembeli, dan jumlahnya tidak sedikit. Akhirnya wortel-wortel yang tidak bisa terjual itu sebagian ada yang diberikan ke sapi, dan yang lebih miris, banyak wortel yang tidak layak jual hanya dibuang begitu saja karena jumlah yang banyak.

Paradigma masyarakat Indonesia yakni ketika memproduksi sesuatu langsung dijual dalam bentuk mentah atau menjual bahan baku, yang notabene harga jual tidak sebanding dengan usaha yang dilakukan oleh para petani karena harga dimainkan oleh para tengkulak. Apalagi ketika mengahadapi masalah seperti di atas, maka kerugian yang akan diperoleh para petani.

Melihat masalah di atas menjadi sangat penting untuk bisa merubah paradigma berfikir masyarakat petani, bagaimana tidak hanya menjual hasil panenan namun bisa memproduksi hasil panen untuk meningkatkan produktivitas petani. Memproduksi hasil panen akan mengurangi tingkat kerugian dari para petani. Jangan sampai usaha hanya di apresiasi dengan memberikan hasil panen ke lembu atau sapi atau bahkan membuangnya.

Diperlukan sebuah inovasi dan ide kreatif sebagai solusi permasalahan di atas, seperti mengolah wortel yang tidak

memiliki nilai jual menjadi sebuah tepung, yang dimana tepung tersebut dapat digunakan untuk menjadi substitusi ataupun campuran tepung pabrikan. Dengan mengolah wortel yang awalnya tidak berharga dapat memberikan nilai jual. Selain itu jangka panjang masyarakat Desa akan memiliki lapangan kerja baru yang dapat diisi oleh pemuda desa dan ibu-ibu masyarakat setempat.

Diperlukan sebuah pendampingan kepada masyarakat untuk dapat melaksanakan kegiatan tersebut, contohnya dengan pemberdayaan mahasiswa yang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Karakter masyarakat pedesaan yakni kurang update terkait hal-hal baru, hal ini bisa tertutupi dengan kehadiran mahasiswa. Peran mahasiswa dalam hal ini yakni memberikan sosialisai yang mendalam kepada masyarakat akan pentingnya pemanfaatan wortel yang tidak terjual untuk dijadikan bahan olahan seperti tepung wortel. Dengan bekerjasama dengan aparat desa hal tersebut akan menjadi lebih mudah untuk merealisasikan kegiatan tersebut.

Cukup mudah dalam pengolahan wortel agar menjadi tepung, yakni proses awal wortel tersebut dicuci bersih, kemudian kulit wortel dibuang, selanjutnya wortel di parut agar diperoleh potongan-potongan wortel, lalu jemur potongan tersebut di bawah sinar matahari, jika terik matahari bagus,

maka hanya membutuhkan waktu 2 hari untuk selanjutnya masuk ke tahap terakhir yakni, memblender dengan menggunakan blender halus, kalau jumlahnya banyak bisa dibawa kepada tukang gilingan, hasilnya diperoleh tepung wortel.

Selanjutnya untuk mempromosikan hasil olahan tersebut kepada masyarakat yang lain, perlu kerjasama dengan ibu-ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) misal, membuat acara seperti bazar makanan dengan bahan baku utama yakni tepung wortel. Hasil kegiatan tersebut akan banyak menghasilkan makanan yang terbuat dari tepung wortel..

Perlunya follow up jangka panjang agar desa tersebut dapat terus tumbuh dan berinovasi dalam mengembangkan hasil olahan wortel mejadi tepung, salah satu strategi yakni bermitra dengan kampus. Kampus merupakan wadah perjuangan permanen yang berusaha memberikan manfaat kepada masyarakat tentu akan senang ketika diajak kerjasama. Dari hasil kerjasama tersebut harapanya muncul inovasi yang lebih bermanfaat seperti: membantu memasarkan hasil olahan tepung tersebut kepada masyarakat luas, memberikan bantuan berupa alat produksi agar lebih memudahkan dalam proses produksi, dan lain-lain.

Pesan yang ingin disampaikan dari tulisan ini yakni setiap desa pasti memiliki sesuatu yang diunggulkan, ketika itu mampu ditangkap oleh seorang mahasiwa, maka bisa dibayangkan disetiap kelompok Kuliah kerja Nyata (KKN) akan meninggalkan sebuah desa yang berproduksi dan kreatif, apalagi ketika keunggulan desa tersebut dalam hal pangan, maka inovasi yang muncul akan membantu pemerintah setempat dalam penanganan ketahanan pangan.

Rasionaliasinya di Malang terdapat banyak kampus dan rutin mengadakan kegiatan Kuliah kerja Nyata (KKN) untuk mahasiswanya, katakanlah kampus UMM (Universitas Muhammadiyah Malang) dalam setahun mengadakan 2 (dua) kali Kuliah kerja Nyata (KKN), dimana disetiap angkatan terdiri dari ratusan kelompok, kalau saja dari kelompok-kelompok tersebut mampu menjadikan desa produksi dan kreatif maka sangat luar biasa kontribusi mahasiwa untuk Provinsi Jawa Timur, lebih luas lagi kepada Indonesia, terlebih khusus dalam mengatasi ketahanan pangan.