Neraca Sumber Daya Alam Peternakan

NERACA

ABISHA HARYO 18/428563/TK/47065

SUMBER

DAYA

ALAM

PE TER NA KAN

METODE TEKNIK DAN PERENCANAAN WILAYAH PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

“The creatures outside looked from pig to man, and from man to pig, and from pig to man again; but already it was impossible to say which was which.”

- George Orwell

5

Kata Pengantar

Puji syukur penulis haturkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan berkatnya, penulis dapat menyeleseikan Laporan Neraca Sumbe Daya Alam Peternakan Kabupaten Sleman dengan lancar. Rasa terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam pengerjaan laporan ini. Penulis berterima kasih kepada 1. Bu Atrida Hadianti, S.T., M.Sc., Ph.D., selaku dosen pengampu mata

kuliah Metode Teknik dan Perencanaan Wilayah yang telah member

ikan tugas laporan, saran, dan kritik selama proses perkuliah dalam

semester ini.

2. Teman-teman mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota 2018

yang telah memberi semangat dan dorongan untuk menyelsaikan

laporan ini.

3. Pihak-pihak lain yang terlibat secar tidak langsung dalam penyelesa

ian laporan ini.

Penulis menemukan berbagai kendala dalam pengerjaan laporan sehingga laporan ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu penulis mengharapkan masukan, saran, dan kritik dari pembaca untuk memperbaiki laporan ini dan berguna untuk analisis penulisan laporan kedepannya.

Penulis berharap laporan dapat menjadi sumber informasi dan memberikan manfaat bagi pembaca dan masyarakat.

Sleman, 26 November 2020

Penulis

2

Pendahuluan

4

5 Latar Belakang

Metodologi

Landasan Hukum 6 Tujuan Ruang Lingkup

7

Hukum 8 Landasan Tujuan 9 Kerangka Berpikir

DAFTAR ISI

Kondisi Umum 11 12 13Kondisi Fisik Sosial 14Kondisi Kondisi Ekonomi

Pembahasan

Kesesuaian 17Analisis Lahan NSDA 20Analisis Populasi Ternak NSDA 30Analisis Lahan Ternak Aktiva 35Analisis dan Pasiva Ekonomi 37Analisis Wilayah

16

Penutup

41

42 Kesimpulan Rekomendasi

PENDA HULU AN

1

I. Latar Belakang

Setiap wilayah mampu berkembang karena memiliki sumber daya alam yang menjadi sumber pemasukkan bagi wilayahnya sendiri. Sumber daya alam merupakan potensi alam yang dapat dikembangkan untuk proses produksi (KBBI). Menurut UU No. 4 Tahun 1982 Pasal 5, sumber daya alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya manusia, sumber daya hayati, sumber daya non hayati, dan sumber daya buatan.

Sumber daya hayati merupakan sumber daya alam yang berasal dari makhluk hidup, bisa dari hewan maupun tumbuhan. Contoh sumber daya hayati adalah ayam, sapi, sayur, padi, dsb. Sumber daya non hayati adalah sumber daya yang buka berasal dari makhluk hidup, contohnya antara lain air, sinar matahari, udara, tanah, dan bahan tambang.

Wilayah yang ingin berkembang membutuhkan sumber daya alam diatas. Sumber daya alam tersebut dapat dipakai secara langsung atau diolah menjadi barang yang lebih berguna dan lebih bernilai harganya. Contohnya padi dapat diekspor langsung dalam bentuk padi atau bisa diolah terlebih dulu menjadi beras dimana nilainya lebih mahal dan membawa pemasukan lebih banyak ke daerah.

Namun dalam pemanfaatan sumber daya alam seringkali terjadi penyelewengan penggunaan seperti menghabiskan sumber daya alam tanpa memikirkan masa yang akan datang, pengambilan sumber daya alam secara ilegal, dan perusakan terhadap kawasan yang memiliki sumber daya alam. Beberapa kasus yang terjadi yaitu pemanfaatan sumber daya tanah yang tidak sesuai dengan kesesuaian lahan. Lahan yang seharusnya menjadi kawasan lindung atau berpotensi menjadi penggunaan yang lain disalahgunakan yang bisa berakibat pada perencanaan yang salah ke depannya. Untuk itu dibuat Neraca Sumber Daya Alam untuk menghitung potensi sumber daya alam sesuai sektor dan kesesuaian lahan terhadap sektor tersebut beserta cadangan untuk masa yang akan datang.

Laporan ini dibuat dengan tujuan untuk menganalisis potensi sumber daya alam peternakan di Kabupaten Sleman. Laporan ini akan menganalisis jumlah cadangan fisik dan moneter sektor peternakan di Kabupaten Sleman. Hasil dari analisis akan memberi informasi mengenai rekomendasi yang cocok untuk penggunaan peternakan di Sleman di masa yang akan datang.

5

II. Landasan Hukum a. SNI-19-6728-3-2002 tentang Pedoman Penyusunan Neraca Sumber Daya Alam b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan c.

Perda DIY Nomer 5 Tahun 2019 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DaerahIstimewa Yogyakarta Tahun 2019 – 2039 d. Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya Direktorat Jendral Penataan Ruang Kementrian Pekerjaan Umum.

III.

Tujuan

a. Mengetahui ketersediaan cadangan lahan dan komoditas peternakan di Kabupaten Sleman untuk masa mendatang b. Mengetahui potensi lahan dan komoditas peternakan (aktiva) dan pemanfaatan lahan dan komoditas peternakan (pasiva) di Kabupaten Sleman

IV.

6

Ruang Lingkup

a. Ruang Lingkup Spasial Ruang lingkup spasial meliputi Kabupaten Sleman dengan batas administrasi sebagai berikut.

Utara : Kabupaten Boyolali Selatan : Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunungkidul Timur : Kabupaten Magelang, Kabupaten Kulonprogo Barat : Kabupaten Klaten b. Ruang Lingkup Temporal Analisis sektor peternakan dalam laporan ini menggunakan data dalam kurun waktu setahun terakhir yaitu tahun 2019 c.

Ruang Lingkup Substansial Dalam perhitungan potensi dan pemanfaatan menggunakan data- data sebagai berikut.

• Luas lahan yang berpotensi untuk dimanfaatkan sektor peternakan • Luas lahan yang sudah dimanfaatkan sektor peternakan • Jumlah populasi ternak yang ada • Jumlah populasi ternak yang bisa ditambahkan • Besar pakan untuk masing-masing ternak

METO DOLO GI

2

I. Metode Pengumpulan Data

Data yang dipakai dalam laporan analisis neraca sumber daya alam sektor peternakan berasal dari data sekunder yang ada di internet antara lain data Kabupaten Sleman dalam Angka Tahun 2019, jurnal yang berisi rumus untuk mengolah data, file shp dari laman geoportal.sleman, berita dan jurnal mengenai standar harga ternak pada tahun 2019 dan data dari laman instansi terkait (Bappeda, BPS).

II. Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data menggunakan aplikasi ArcGIS dan Microsoft Excel. Data yang berupa peta diolah dalam ArcGIS untuk menghasilkan output peta aktiva dari sektor peternakan. Data-data kuantitatif dimasukkan ke dalam Microsoft untuk dihitung satu sama lain yang nantinya menghasilkan hasil analisis yang utama dalam laporan ini salah satunya adalah perhitungan cadangan fisik dan cadangan moneter.

Pedoman dalam pengolahan data berpedoman pada jurnal dan aturan dari pemerintah (SNI-19-6728-3-2002).

8

III.

Kerangka Berpikir

OUTPUT

PROSES

INPUT

Skema Neraca Sumber Daya Ternak

Lahan Hijauan Alami (Ha)

Data Produksi Pertanian (ton)

Pakan Ternak Hijauan Alami (BKC ton/tahun)

Pakan Ternak Limbah Pertanian (BKC ton/tahun)

Komoditas Ternak (ekor)

Total Potensi Persediaan Pakan Ternak (BKC ton/tahun)

Konversi

Kemampuan Wilayah (ST)

Komoditas Ternak (ST)

Kapasitas Cadangan Ternak (ST) Konversi Cadangan Fisik (ton)

Cadangan Moneter (rupiah)

9

INPUT

Skema Neraca Sumber Daya Lahan Ternak

Lahan Hijauan Alami (Ha)

Resiko Bencana Gempa Bumi

Resiko Bencana Gunung Berapi

Lahan Hijauan Alami (Ha)

Lahan Pertanian (Ha)

Jenis Tanah

Kelerengan

Data Produksi Pertanian (ton)

Overlay

Komoditas Ternak (ekor)

Curah Hujan

Konversi

PROSES

Total Potensi Lahan Pakan Ternak (Ha)

Analisis Kesesuaian Lahan Peternakan

Pakan Ternak Hijauan Alami (BKC ton/tahun)

Pakan Ternak Limbah Pertanian (BKC ton/tahun)

Total Potensi Persediaan Pakan Ternak (BKC ton/tahun)

Kebutuhan Pakan Ternak (BKC ton/tahun)

Rata-rata Produktivitas Lahan (BKC ton/tahun/Ha)

OUTPUT

Penggunaan Lahan (Ha)

10

Komoditas Ternak (ST)

Cadangan Lahan (Ha)

Batas Aman (Ha)

Batas Maksimum (Ha)

Cadangan Moneter (rupiah)

Cadangan Moneter (rupiah)

KON DISI UMUM

I. Letak Geografis

Kabupaten Sleman terletak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kabupaten Sleman berada diantara 110° 33′ 00″ dan 110° 13′ 00″ Bujur Timur, 7° 34′ 51″ dan 7° 47′ 30″ Lintang Selatan. Luas Kabupaten Sleman adalah 574,82 km2. Kabupaten Sleman memiliki batas wilayah sebagai berikut.

Utara : Kabupaten Boyolali

Selatan : Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunun gkidul

Timur : Kabupaten Magelang, Kabupaten Kulonprogo

Barat : Kabupaten Klaten

Sumber : Analisis Penulis

12

II. Kondisi Fisik Jenis Tanah

Jenis tanah di Sleman ada 5 macam. Tanah regosol merupakan tanah paling mendominasi di Kabupaten Sleman dengan luasan 47.493,53 Ha (83,02%) yang tersebar di Kecamatan Turi, Pakem, Cangkirngan, Sleman, Ngaglik, Ngemplak, Sayegan, Mlatu, Depok, Kalasan, Minggir, sebagian Kecamatan Gamping, Berbah, Prambanan, dan sebagian kecil Kecamatan Moyudan. Tanah grumusol seluas 1.810,03 Ha (3,16%) yang tersebar di sebagian Kecamatan Moyudan, sebagian kecil Kecamatan Gamping, dan Minggir dan tanah latosol seluas 2.777,72 Ha (4,86%) yang tersebar di sebagian Kecamatan Prambanan. Tanah podsolik memiliki luasan 4.939,36 Ha (8,63%) yang tersebar di sebagian Kecamatan Moyudan, Berbah, Gamping, Godean, dan sebagian kecil Kecamatan Prambanan. Jenis tanah yang terakhir adalah tanah mediteran yang memiliki luasan 189,15 Ha (0,33%) yang tersebar di sebagian kecil Kecamatan Godean.

Ketinggian Lahan

Kabupaten Sleman berad di ketinggian <100 m sampai dengan >1000 m dari permukaan laut. Ketinggian <100 m dari permukaan laut seluas 6.203 Ha (10,79%) terdapat di Kecamatan Moyudan, Minggir, Godean, Prambanan, Gamping dan Berbah. Ketinggian >100-499 m dari permukaan laut seluas 43.246 Ha (75,32%) terdapat di 17 kecamatan. Ketinggian 500 m – 999 m diatas permukaan laut seluas 6.538 Ha (11,38%) terdapat di Kecamatan Tempel, Turi, Pakem dan Cangkringan. Ketinggian >1000 m seluas 1.495 Ha (2,6%) meliputi Kecamatan Turi, Pakem, dan Cangkringan.

Klimatologi

Kabupaten Sleman memiliki iklim tropis basah. Musim hujan terjadi pada bulan November- April dan musim kemarau antara bulan Mei- Oktober. Curah hujan maksimum di Kabupaten Sleman sebesar 727 mm.

Kelembapan udara minimum sebesar 62% dan maksimum sebesar 94%.

Suhu udara minimum yaitu 20,3 derajat Celcius dan maksimum yaitu 32,6 derajat Celcius. Tekanan udara di Kabupaten Sleman memiliki rentang 988 mb – 993,3 mb.

13

III.

Kondisi Sosial

Kabupaten Sleman memiliki penduduk berjumlah 1.219.640 juta dengan kepadatan penduduk 2.121,78 jiwa/km2. Penduduk di Sleman didominasi oleh penduduk 20-24 tahun sejumlah 118.200 jiwa. Pada tahun 2019 jumlah bayi yang lahir yaitu 12.217 jiwa dengan jumlah penduduk yang meninggal sebanyak 5722 jiwa. Migrasi masuk sebanyak 34.800 orang dengan migrasi keluar sebanyak 15.426 orang. Nilai IPM di Kabupaten Sleman termasuk tinggi yaitu 83,85 dengan angka harapan hidup sebesar 74,77 harapan lama sekolah sebesar 16,72 dan rata-rata lama sekolah 10,67.

Sumber : Kabupaten Sleman dalam Angka 2019

IV.

Kondisi Ekonomi

Mayoritas penduduk Kabupaten Sleman bekerja di sektor pertanian dengan jumlah 124.992 jiwa. Sementara itu jumlah penganggur di Kabupaten Sleman sebanyak 34.679 jiwa. Dibawah ini adalah tabel Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2015 hingga 2019 dan tabel PDRB perkapita tahun 2015-2019.

Produk Domestik Regional Bruto (juta rupiah) Jumlah Penduduk (jiwa) PDRB per kapita (juta rupiah)

2019

2018

35.289.808,4

33.139.204,9 31.140.590,6 29.563.375,2 28.098.006,9

1.219.640 28,935

1.206.714 27,462

Sumber : Analisis Penulis

14

2017

1.193.512 26,092

2016

1.180.479 25,044

2015

1.167.481 24,067

PDRB Kabupaten Sleman Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) 2019 2018 2017 2016 2015 2.105.980,9 2.071.604,2 2.040.451,7 2.016.941,4 2.003.474,9

Kategori PDRB Non Migas A.Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan B.Pertambangan dan Penggalian

133.527,6

126.231,2

115.878,5

115.645,9

115.517,4

4.455.255,0

4.203.118,3

3.980.364,1

3.765.148,7

3.582.533,8

D.Pengadaan Listrik dan Gas

44.822,4

42.353,1

41.413,6

39.848,2

34.426,8

E.Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

16.075,0

14.887,2

14.140,3

13.693,3

13.445,4

F.Konstruksi

4.430.767,7

3.936.807,4

3.481.506,1

3.252.179,9

3.107.439,5

G.Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

2.649.325,5

2.517.080,0

2.396.461,4

2.276.434,0

2.132.734,9

H.Transportasi dan Pergudangan

2.136.569,2

2.171.673,7

2.009.538,3

1.906.956,6

1.775.484,4

I.Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

3.573.630,6

3.275.256,3

3.067.088,3

2.890.850,2

2.738.288,4

J.Informasi dan Komunikasi

3.841.352,6

3.560.299,5

3.353.383,7

3.152.445,2

2.908.483,0

K.Jasa Keuangan dan Asuransi

1.061.895,9

977.150,9

911.738,4

886.738,5

845.349,5

L.Real Estate

2.873.693,7

2.713.511,7

2.581.857,8

2.458.358,7

2.333.477,3

C.Industri Pengolahan

M,N.Jasa Perusahaan

680.371,4

636.152,6

602.866,6

569.749,9

552.150,3

O.Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

2.018.630,7

1.953.565,1

1.876.409,0

1.804.658,7

1.702.107,9

P.Jasa Pendidikan

3.579.032,0

3.351.494,9

3.161.823,1

2.990.810,7

2.893.218,8

Q.Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

866.476,4

810.809,0

764.436,2

720.867,6

690.675,4

R,S,T,U.Jasa lainnya

822.401,9

777.210,0

741.233,6

702.047,4

669.199,2

35.289.808,4

33.139.204,9

31.140.590,6

29.563.375,2

28.098.006,9

Produk Domestik Regional Bruto

Sumber : BPS Sleman

Dari tabel PDRB terlihat bahwa sektor industri pengolahan menjadi penyumbang terbesar diikuti dengan sektor konstruksi. Sektor dengan kontribusi terkecil setiap tahunnya adalah sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang. PDRB per kapita tahun 2019 sebanyak 28,935 juta rupiah setiap jiwanya.

15

PEM BAHAS AN

4

I. Analisis Kesesuaian Lahan

Analisis kesesuaian disini berguna untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan untuk peternakan yang diklasifikan menjadi 2 yaitu Sesuai dan Tidak Sesuai. Analisis kesesuaian lahan menggunakan metode skoring. Metode ini digunakan untuk melihat hasil pembobotan dari peta-peta yang dioverlay. Peta-peta tersebut antara lain peta kelerengan, curah hujan, jenis tanah, resiko bencana gempa bumi dan gunung berapi. Peta kelerengan, curah hujan dan jenis tanah menjadi substansi penting dalam membuat peta kesesuaian lahan. Dalam 3 peta, penulis mengklasifikan 5 kelas menjadi 3 kelas agar lebih singkat dan menyesuaikan dengan kelas resiko bencana yang hanya 3 kelas. Peta bencana yang digunakan adalah peta resiko bencana bukan rawan bencana karena lahan peternakan bisa dimana saja termasuk di tengah permukiman bagi peternakan hewan kecil maka dari itu peta resiko bencana menjadi lebih berpengaruh karena semua daerah Sleman beresiko terhadap bencana sedangkan peta rawan bencana hanya meliputi daerah yang rawan terjadi bencana dalam hal ini hanya hanya beberapa daerah saja yang terpetakan seperti di daerah Sleman Utara rawan bencana gunung meletur. Selain itu peta resiko bencana dipakai juga untuk memudahkan overlay antar peta karena semua daerah terpetakan.

Berikut adalah peta masing-masing kategori dengan hasil overlaynya.

Peta Curah Hujan Sumber : Analisis Penulis

Tabel Penilaian Kelas Curah Hujan Bobot 1 ≤ 1000 - 2000 2 2001 - 3000

10 20

3

30

> 3000

17

Peta Jenis Tanah Sumber : Analisis Penulis

Tabel Penilaian Kelas 1

Jenis Tanah

Bobot

2

Lahan kritis/Kawasan militer/singkapan batuan Typic Hapludands/Typic Troporthents/Typic Tropofluvents/Typic Endoaquents/Pemukiman/Typic Tropaquepts/Typic Fragiaquents/Typic E

3

Andic Hapludolls/Andic Dystropepts/Andic Eutropepts/Lithic Ustropepts/Fluvaquentic Eutropepts/Lithic Ustorthents/Aeric Tropaquep

Peta Kelerengan Sumber : Analisis Penulis

Tabel Penilaian Kelas Kelerengan 1 0% - 8% 2 9% - 15% 3 > 15%

Bobot 30 20 10

Peta Resiko Letusan Gunung Berapi Sumber : Analisis Penulis

Tabel Penilaian Resiko Letusan Bobot Gunung Berapi 1 Rendah 30 2 Sedang 20 3 Tinggi 10

Kelas

18

10 20

30

Peta Resiko Gempa Bumi

Sumber : Analisis Penulis

Tabel Penilaian Resiko Kelas Gempa Bumi 1 Rendah 2 Sedang 3 Tinggi

Bobot 30 20 10

Berdasarkan overlay 5 peta diatas pembobotan masing-masing peta sama yaitu 20%. Hasil dari overlay 5 peta bisa dilihat dibawah ini.

Peta Kesesuaian Lahan Peternakan Sumber : Analisis Penulis

Dari peta kesesuaian lahan peternakan disamping bisa dilihat bahwa perbandingan daerah yang sesuai untuk lahan peternakan lebih besar dari daerah yang tidak sesuai untuk peternakan. Lahan yang sesuai untuk peternakan sebesar 45.102 Ha dan lahan yang tidak sesuai seluas 11.880 Ha. Hasil kesesuaian ini akan crosscheck dengan total luas lahan potensial dari data sekunder pada analisis produktivitas lahan.

19

II. Analisis NSDA Populasi Ternak

Analisis populasi ternak dihitung berdasarkan daya dukung dan daya tampung wilayah untuk sektor peternakan. Daya dukung peternakan adalah kemampuan suatu wilayah untuk menghasilkan hijauan untuk memenuhi kebutuhan ternak. Daya tampung peternakan adalah kemampuan maksimal wilayah untuk menampung ternak. Sektor peternakan di Sleman meliputi beberapa komoditas yaitu sapi, kuda, kerbau, kambing, domba, dan babi. Analisis perhitungan cadangan populasi ternak secara garis besar terbagi dalam beberapa tahap dibawah ini. a) Perhitungan potensi persediaan pakan ternak berdasarkan luas lahan hijauan dan hasil limbah dari lahan pertanian. Perhitungan ini juga disebut perhitungan daya dukung wilayah terhadap ternak. b) Hasil perhitungan potensi persediaan pakan ternak digunakan untuk menghitung kapasitas penambahan ternak dan Indeks Daya Dukung (IDD). Kapasitas penambahan merupakan hasil dari selisih daya tampung wilayah dengan populasi ternak yang ada. IDD didapat dari hasil pembagian total persedian pakan ternak dengan total kebutuhan pakan ternak. c) Dari kapasitas penambahan, kemudian dapat dicari cadangan ternak dalam satuan fisik dan moneter.

Rumus dan indeks yang digunakan dalam perhitungan potensi persediaan pakan ternak sebagai berikut.

Potensi Pakan Hijauan Alami (BKC ton/tahun) {(Pkarang x 0,53 x 2) + (Teg. + huma + lad + kebun + L.bera) x 2,875) + (Penggem x 0,75)) + (Hrytx0,6) + (Lain x 0,75) + (Lkld x 10) + (Lkrt x 2) + (Lkst x 5) + (Lckh x 5)} x 0,5 Keterangan : Pkarang = pekarangan teg = tegalan lad = ladang L .bera = lahan bera Penggem = penggembalaan Hryt = hutan rakyat Lain = lain-lain

Lkld dalam Lkrt- Lkst sawit Lckh

= luas tanaman kelapa = luas tanaman karet = luas tanaman kelapa = luas tanaman cengkeh

Potensi Pakan Hijauan dari Limbah (BKC ton/tahun) {(ps x 0,4) + (pI x 3 x 0,4) + (jg x 3 x 0,5) + (kd x 3 x 0,55) + ((kh + kt) x 2x 0,55) + ((uj x 0,25/6 ) + (uk x 0,25/4)} x 0,65

20

Keterangan : Ps = padi sawah pl = padi ladang jg = jagung kd = kedelai

kh kt uj uk

= kacang hijau = kacang tanah = ubi jalar = ubi kayu

Nilai Konversi Satuan Ternak (ST) Menurut Ensminger. 1961 Sapi =1 Kuda =1 Kerbau =1 Kambing = 0,14 Domba = 0,14 Babi = 0,4 Kebutuhan Pakan Minimum Menurut Thahar dkk. 1991 K = 2,5 % x 50 % x 365 x 250 kg = 1,14 ton BKC Keterangan : K = Kebutuhan pakan minimum untuk satu ST dalam ton bahan

kering tercerna atau disebut juga DDM (digestible dry mather)

selama satu tahun 2,50 % = kebutuhan minimum jumlah ransum hijauan pakan terha

dap berat badan 50 % = nilai rata-rata daya cerna berbagai jenis tanaman 365 = jumlah hari dalam setahun 250 Kg = Jumlah biomasa untuk satu Satuan Ternak Indeks Daya Dukung (IDD) Menurut Thahar dkk. 1991

Indeks daya dukung digunakan untuk mengetahui indeks kemampuan wilayah dalam menyediakan pakan untuk ternak. Seperti yang sudah dijelaskan diatas indeks daya tampung hasil dari pembagian total persediaan pakan ternak dengan total kebutuhan pakan ternak. Total kebutuhan diperoleh dari perkalian jumlah populasi ternak dengan kebutuhan pakan minimum (K= 1,14 ton BKC). Indeks daya dukung memiliki 4 kriteria yaitu.

IDD < 1 IDD 1-1,5 IDD 1,5-2 IDD >2

= Wilayah Sangat Kritis = Wilayah Kritis = Wilayah Rawan = Wilayah Aman

21

1. Potensi Persediaan Pakan Ternak Potensi Pakan Hijauan Alami (BKC ton/tahun)

Persediaan pakan ternak dari lahan hijauan alami diperoleh dari berbagai sumber lahan yang ada di Sleman antara lain pekarangan, tegal, kebun, hutan rakyat, perkebunan kelapa dan cengkeh. Data lahan hijauan alami didapatkan dari buku Sleman dalam Angka 2019. Berikut tabel lahan hijauan alami.

No

Kecamatan

1Moyudan 2Minggir 3Seyegan 4Godean 5Gamping 6Mlati 7 Depok 8Berbah 9Prambanan 10Kalasan 11Ngemplak 12Ngaglik 13Sleman 14Tempel 15Turi 16Pakem 17Cangkringan Total (Ha)

Pekarangan

18.822,55

Tegal

3.917,45

Kebun 214,20 144,73 99,22 154,47 17,79 18,55 44,73 20,80 257,69 248,48 158,19 130,90 73,70 65,37 71,18 48,40 131,83 1.900,23

Hutan Rakyat

52,99

Kelapa 499,15 298,3 316,66 392,19 228,2 295,3 56,9 2,55 98,36 183,5 83 302 330,2 222,24 75,61 168,65 45,18 3.597,99

Cengkeh Jumlah (Ha) 0 0 0 0 0,02 0,1 0 0 1,5 0 4,8 1,09 0,5 0,65 5,5 16 42,65 72,81

28.364,02

Sumber : Kabupaten Sleman dalam Angka 2019

Perhitungan pekarangan, tegal, hutan rakyat, kelapa, dan cengkeh tersedia di Sleman dalam Angka 2019, data perkebunan merupakan data luas lahan total perkebunan dikurangi luas lahan kelapa dan cengkeh. Data pekarangan, tegal, dan hutan rakyat yang ada di tabel hanya terpapar luas lahan secara total. Hal ini dikarenakan data yang tersedia tidak ada yang terinci setiap kecamatan pada 3 bagian data tersebut. Luas lahan hijauan total sebesar 28.364,02 Ha dengan pekarangan sebagai lahan hijauan terbesar di Kabupaten Sleman.

Kemudian luas lahan hijauan tersebut dimasukkan ke dalam rumus potensi pakan hijauan alami. Hasil dari perhitungan tersebut memiliki satuan BKC ton/tahun. Tabel perhitungan bisa dilihat di bawah ini.

22

No

Kecamatan

Pekarangan

Tegal

Kebun

*0,53*2

*2,875

*2,875

Hutan Rakyat *0,6

Kelapa

Cengkeh

*10

*5

1Moyudan

615,83

2Minggir

416,10

2983

3Seyegan

285,26

3166,6

4Godean

444,10

3921,9

5Gamping

51,15

2282

0,1

6Mlati

53,33

2953

0,5

128,60

569

7Depok 8Berbah

4991,5

59,80

25,5

740,86

983,6

10Kalasan

714,38

1835

11Ngemplak

454,80

830

24

12Ngaglik

376,34

3020

5,45

13Sleman

211,89

3302

2,5

14Tempel

187,94

2222,4

3,25

15Turi

204,64

756,1

27,5

16Pakem

139,15

1686,5

80

17Cangkringan

379,01

451,8

213,25

35979,90

364,05

9Prambanan

Total (Ha)

19951,903

11262,67

5.463,16

Jumlah (BKC ton/tahun)

31,794

7,5

73053,48

Sumber : Analisis Penulis

Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa total persedian pakan dari lahan hijauan alami sebesar 73.053,48 BKC ton/tahun untuk tingkat Kabupaten Sleman. Untuk perhitungan setiap kecamatan tidak bisa dihitung karena data tiap kecamatan untuk pekarangan, tegal, dan hutan rakyat tidak tersedia.

Potensi Pakan dari Limbah Pertanian (BKC ton/tahun)

Persediaan pakan ternak dari limbah komoditas pertanian pertanian di Kabupaten Slemam yang meliputi padi sawah, padi ladang, jagung, kacang kedelai, kacang tanah, ubi jalar, dan ubi kayu. Data komoditas pertanian didapat dari buku Sleman dalam Angka 2019. Tabel limbah komoditas pertanian bisa dilihat dibawah ini.

23

No

Kecamatan

1Moyudan 2Minggir 3Seyegan 4Godean 5Gamping 6Mlati 7Depok 8Berbah 9Prambanan 10Kalasan 11Ngemplak 12Ngaglik 13Sleman 14Tempel 15Turi 16Pakem 17Cangkringan Total (ton)

Padi Sawah 16704,97 18118,48 16020,2 18533,02 14097,74 11568,43 5617,33 14086,28 16567,46 17030,6 21082,39 16781,83 15742,96 11076,81 4231,25 14195,15 15084,13 246539,03

Padi Ladang

3339,84 3339,84

Jagung 1235,23 164,77 166,85 776,79 138,56 3143,73 5509,99 1919,96 4690,58 3764,46 4527 3946,84 343 972,7 287,16 31587,62

Kacang Kedelai

211 211

Kacang Tanah

253,03 17,93 395,92 67,76 321,07 747,59 722,55 443,05 752,56 534,93 154,85 2,43 90,77 11,83 4516,27

Ubi Jalar Ubi Kayu 40 14 35 202 135 108 288 95 285 31 168 71 256 1728

171,73 33,45 82,75 33,15 201 67,1 5686,88 33,7 556,88 134,8 67,1 16,78 236,25 505,5 804,72 8632

Jumlah (ton) 16876,7 18118,48 17581,91 18812,47 14264,59 12809,29 6226,65 17618,18 32197,76 19814,81 27060,9 21528,65 21156,99 15226,28 4980,93 15835,12 16443,84 296553,55

Sumber : Kabupaten Sleman dalam Angka 2019

Total komoditas pertanian di Sleman sejumlah 296.553,55 ton dengan penyumbang terbesar adalah padi sawah. Setelah itu data masing-masing komoditas pertanian dikalikan dengan indeksnya masing untuk mendapat jumlah pakan dari limbah komoditas tiap tahunnya. Perhitungan tabel seperti berikut.

No

Kecamatan

1 Moyudan 2 Minggir 3 Seyegan 4 Godean 5 Gamping 6 Mlati 7 Depok 8 Berbah 9 Prambanan 10 Kalasan 11 Ngemplak 12 Ngaglik 13 Sleman 14 Tempel 15 Turi 16 Pakem 17 Cangkringan Total (ton)

Padi Sawah *0,4 6681,99 7247,39 6408,08 7413,21 5639,10 4627,37 2246,93 5634,51 6626,98 6812,24 8432,96 6712,73 6297,18 4430,72 1692,50 5678,06 6033,65 98615,61

Padi Ladang *3*0,4

4007,81

4007,81

Jagung *3*0,5 1852,85 247,16 250,28 1165,19 207,84 4715,60 8264,99 2879,94 7035,87 5646,69 6790,50 5920,26 514,50 1459,05 430,74 47381,43

Kacang Kedelai *3*0,55

348,15

348

Kacang Tanah *2*0,55

Ubi Jalar *0,25/6

Ubi Kayu *0,25/4 10,733125

278,333 19,723

1,67 0,58

2,090625 5,171875

435,512 74,536 353,177 822,349 794,805 487,355 827,816 588,423 170,335 2,673 99,847 13,013 4967,90

1,46 8,42

2,071875 12,5625 4,19375 355,43 2,10625 34,805 8,425 4,19375 1,04875 14,765625 31,59375 50,295 539

5,63 4,5 12 3,96 11,88 1,29 7 2,96 10,67 72

Jumlah (BKC ton/tahun) 6688,96 7247,39 8541,70 7683,83 5889,37 6230,36 2542,94 10706,01 20304,96 10491,28 15986,60 13195,29 13686,55 10522,84 2223,82 7259,42 6517,03 155718,36

Sumber : Analisis Penulis

Dari perhitungan yang telah dilakukan dapat dilihat total pakan dari limbah komoditas pertanian di Kabupaten Sleman sebesar 155.718,36 BKC ton/tahun.

24

Total Potensi Persediaan Pakan Ternak (BKC ton/tahun)

Hasil perhitungan pakan ternak dari lahan hijauan dan limbah kemudian di total menjadi total potensi pakan ternak tiap tahunnya di Kabupaten Sleman.

No

Kecamatan

1 Moyudan 2 Minggir 3 Seyegan 4 Godean 5 Gamping 6 Mlati 7 Depok 8 Berbah 9 Prambanan 10 Kalasan 11 Ngemplak 12 Ngaglik 13 Sleman 14 Tempel 15 Turi 16 Pakem 17 Cangkringan Total (ton)

Total Pakan Limbah *0,4 6688,964531 7247,392 8541,70024 7683,826885 5889,371 6230,363635 2542,944458 10706,00994 20304,96175 10491,27906 15986,60425 13195,28717 13686,55169 10522,84027 2223,820656 7259,415854 6517,030083 155718,36

Total Pakan Hijauan Alami *3*0,4

73053,48

Jumlah (BKC Ton/tahun)

228.772

Sumber : Analisis Penulis

Total potensi persediaan pakan ternak di Kabupaten Sleman sebesar 228.772 BKC ton setiap tahunnya. Dari tabel dapat diketahui bahwa 68% persediaan pakan di Kabupaten Sleman berasal dari limbah komoditas pertanian.

25

2. Cadangan Populasi Ternak Populasi Ternak (ST)

Komoditas ternak di Kabupaten Sleman pada tahun 2019 sebagai berikut.

No

Kecamatan

Sapi

1 Moyudan 2 Minggir 3 Seyegan 4 Godean 5 Gamping 6 Mlati 7 Depok 8 Berbah 9 Prambanan 10 Kalasan 11 Ngemplak 12 Ngaglik 13 Sleman 14 Tempel 15 Turi 16 Pakem 17 Cangkringan

821 401 1812 905 902 1339 443 2722 8081 2248 2267 2323 1942 1831 824 1131 2999

Total (ekor)

32991

Sapi Kuda Kerbau Kambing Domba Perah 0 0 15 703 2188 3 1 11 840 1472 0 16 34 338 2001 0 35 72 967 2100 0 16 10 413 1158 4 12 5 177 1505 0 7 0 356 304 24 5 15 3529 4317 3 6 7 4012 1820 0 2 0 2412 3064 3 9 27 1085 1527 12 12 0 571 2242 15 6 5 884 2401 73 3 9 243 3070 90 1 19 4510 1322 786 13 16 2689 3461 2766 0 0 1431 1059 3779

144

245

25160

35011

Babi

Total (ton)

189 178 194 1636 4586 132 0 0 139 0 0 189 61 0 0 0 9

3916 2906 4395 5715 7085 3174 1110 10612 14068 7726 4918 5349 5314 5229 6766 8096 8264

7313

104.643

Sumber : Kabupaten Sleman dalam Angka 2019

Komoditas terbanyak di Kabupaten Sleman adalah kambing berjumlah 3.500 ekor dengan total seluruh komoditas adalah 104.643 ekor.

Kemudian komoditas ternak yang sudah terdaftar dikonversi satuannya dari ton menjadi ST. Nilai konversi masing-masing komoditas seperti yang sudah dijelaskan di halaman sebelumnya.

26

No Kecamatan

Sapi

1 Moyudan 2 Minggir 3 Seyegan 4 Godean 5 Gamping 6 Mlati 7 Depok 8 Berbah 9 Prambanan 10 Kalasan 11 Ngemplak 12 Ngaglik 13 Sleman 14 Tempel 15 Turi 16 Pakem 17 Cangkringan

*1 821 401 1812 905 902 1339 443 2722 8081 2248 2267 2323 1942 1831 824 1131 2999

Total (ekor)

32991

Sapi Kuda Kerbau Kambing Domba Perah *1 *1 *1 *0,14 *0,14 0 0 15 98,42 306,32 3 1 11 117,6 206,08 0 16 34 47,32 280,14 0 35 72 135,38 294 0 16 10 57,82 162,12 4 12 5 24,78 210,7 0 7 0 49,84 42,56 24 5 15 494,06 604,38 3 6 7 561,68 254,8 0 2 0 337,68 428,96 3 9 27 151,9 213,78 12 12 0 79,94 313,88 15 6 5 123,76 336,14 73 3 9 34,02 429,8 90 1 19 631,4 185,08 786 13 16 376,46 484,54 2766 0 0 200,34 148,26 3779

144

245

3522,4 4901,54

Babi *0,4 75,6 71,2 77,6 654,4 1834,4 52,8 0 0 55,6 0 0 75,6 24,4 0 0 0 3,6 2925,2

Total (ST) 1316,34 810,88 2267,06 2095,78 2982,34 1648,28 542,4 3864,44 8969,08 3016,64 2671,68 2816,42 2452,3 2379,82 1750,48 2807 6117,2 48.508

Sumber : Analisis Penulis

Hasil konversi menunjukkan total komoditas ternak di Kabupaten Sleman sebanyak 48.508 Satuan Ternak (ST).

Kapasitas Penambahan (ST)

Tabel komoditas ternak diatas dibutuhkan untuk menghitung total kebutuhan pakan ternak dengan mengalikan dengan kebutuhan pakan minimum (K=1,14). Kemudian total potensi persediaan pakan ternak dibagi total kebutuhan pakan yang akan menghasilkan Indeks Daya Dukung pakan ternak. Selanjutnya daya tampung wilayah (kemampuan wilayah) diperoleh dari hasil perkalian total potensi persediaan pakan ternak dengan kebutuhan pakan minimum dikali 2 (2K=2,28). Kemampuan wilayah dikurangi dengan populasi akan menghasilkan kapasitas penambahan ternak atau cadangan ternak dalam satuan ST.

27

Total Potensi Penyediaan Pakan Populasi Kemampuan Ternak (BKC Ternak (ST) Wilayah (ST) No Kecamatan ton/tahun) A B A/2,28 1 Moyudan 1316,34 2 Minggir 810,88 3 Seyegan 2267,06 4 Godean 2095,78 5 Gamping 2982,34 6 Mlati 1648,28 7 Depok 542,4 8 Berbah 3864,44 9 Prambanan 8969,08 10 Kalasan 3016,64 11 Ngemplak 2671,68 12 Ngaglik 2816,42 13 Sleman 2452,3 14 Tempel 2379,82 15 Turi 1750,48 16 Pakem 2807 17 Cangkringan 6117,2 Total 228.771,84 48.508,14 100.338,53 Rata-rata

Total Kebutuhan (BKC ton/tahun) B*1,14 1.500,63 924,40 2.584,45 2.389,19 3.399,87 1.879,04 618,34 4.405,46 10.224,75 3.438,97 3.045,72 3.210,72 2.795,62 2.712,99 1.995,55 3.199,98 6.973,61 55.299,28

IDD

Kapasitas Penambahan (ST)

A/(B*1,14)

(A/2,28)-B

4,14

51.830,39

Keterangan

Aman

Sumber : Analisis Penulis

Dari tabel diatas dapat diambil 2 poin utama. Jumlah ternak yang bisa ditambahkan di Kabupaten Sleman sebesar 51.830,39 ST. Kabupaten Sleman merupakan wilayah aman dalam penyediaan ternak yang artinya Kabupaten Sleman masih tersedia banyak pakan ternak dengan berbagai pilihan.

Valuasi Cadangan Fisik dan Moneter (ton dan Rupiah)

Untuk menghitung valuasi cadangan fisik dan moneter diperlukan standar harga masing-masing komoditas dalam satuan miliar rupiah/ton.

Kemudian harga masing-masing komoditas dirata-rata. Berikut adalah daftar standar harga pada rentang tahun 2019 hingga 2020 menurut berbagai sumber (harga yang dipakai bukan harga per daging melainkan harga awal dibeli 1 ekor).

Jenis Ternak Sapi Kuda Kerbau Kambing Domba Babi

Harga Rp/kg 0,07 0,093 0,054 0,087 0,087 0,023

Rata-rata Harga Rp/kg

0,069

Sumber : Analisis Penulis

28

Rata-rata harga semua komoditas ternak di Kabupaten Sleman sejumlah 0,069 Rp/kg. Rata-rata harga ini akan dikalikan dengan kapasitas penambahan ternak yang sudah dikonversi ke satuan ton. Untuk pengkonversian menggunakan persamaan 1 ST = 250 kg berat hidup yaitu berat rata-rata sapi dewasa (Juwarini dan Petheram, 1983). Berikut adalah hasil perhitungan valuasi cadangan ternak fisik dan moneter.

No

Kecamatan 1 Moyudan 2 Minggir 3 Seyegan 4 Godean 5 Gamping 6 Mlati 7 Depok 8 Berbah 9 Prambanan 10 Kalasan 11 Ngemplak 12 Ngaglik 13 Sleman 14 Tempel 15 Turi 16 Pakem 17 Cangkringan Total (ekor)

Kapasitas Penambahan A

45.039,25

Fisik

Moneter

A*0,25

A*0,25*0,069

12957,60

894,07

Sumber : Analisis Penulis

Hasil perhitungan yang telah dilakukan di atas menunjukkan bahwa Kabupaten Sleman masih bisa menambahkan ternak sebanyak 12.957,6 ton dengan nilai Rp 894.074.167.494,00 .

29

III.

Analisis NSDA Lahan Ternak

Analisis NSDA yang kedua yaitu lahan ternak. Lahan ternak adalah lahan yang berpotensi menyediakan pakan ternak. Lahan yang berpotensi menyediakan pakan ternak adalah lahan hijauan alami dan lahan yang menghasilkan limbah pertanian yang berada di dalam wilayah Kabupaten Sleman. Analisis perhitungan cadangan lahan ternak terbagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut. a) Perhitungan produktivitas potensi lahan pakan ternak berdasarkan pembagian total potensi persediaan pakan ternak dengan total potensi lahan pakan ternak. Produktivitas lahan memiliki satuan BKC ton/Ha/ tahun. b) Produktivitas potensi lahan pakan ternak digunakan untuk menghitung luas penggunaan lahan yang telah dimanfaatkan untuk menghasilkan pakan ternak. Satuan dalam penggunaan lahan adalah Ha. c) Cadangan lahan pakan ternak diperoleh dari selisih total potensi lahan pakan ternak dengan penggunaan lahan pakan ternak. Cadangan lahan dikonversi menjadi satuan miliar rupiah (moneter).

1. Produktivitas Potensi Lahan Pakan Ternak Total Potensi Lahan Pakan Ternak (Ha)

Total potensi lahan pakan ternak terdiri lahan pakan hijauan alami dan limbah pertanian. Karena beberapa lahan penghasil limbah pertanian sudah termasuk dalam daftar lahan hijauan alami maka lahan limbah pertanian diganti menjadi lahan pertanian yaitu lahan persawahan. Total luas potensi lahan pakan ternak di Kabupaten Sleman dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

30

No

Kecamatan

1 Moyudan 2 Minggir 3 Seyegan 4 Godean 5 Gamping 6 Mlati 7 Depok 8 Berbah 9 Prambanan 10 Kalasan 11 Ngemplak 12 Ngaglik 13 Sleman 14 Tempel 15 Turi 16 Pakem 17 Cangkringan Total (Ha)

Luas Lahan Hijauan Alami (Ha)

28364,02

Luas Lahan Pertanian (Ha) 1.268 1.257 1.214 1.199 826 857 383 1.072 1.169 1.517 1.632 1.341 1.327 1.037 272 926 840 18.137,00

Total (Ha)

46.501

Sumber : Kabupaten Sleman dalam Angka 2019

Produktivitas Total Potensi Lahan Pakan Ternak (BKC ton/Ha/tahun

Dari tabel diatas ditunjukkan bahwa total luas potensi lahan pakan ternak seluas 46.501 Ha. Luas hijauan alami memiliki persentase 60% dari keseluruhan total luas potensi lahan pakan ternak. Analisis kesesuaian lahan diatas menunjukkan adanya kesesuaian lahan seluas 45.102 Ha. Hal ini bisa diasumsikan bahwa lahan pertanian dan lahan hijauan alami seluas 1399 Ha yang berada di wilayah yang tidak sesuai untuk dijadikan lahan peternakan.

Untuk perhitungan produktivitas menggunakan hasil perhitungan total potensi persediaan pakan ternak yang telah dilakukan diatas dan total potensi luas lahan pakan ternak. Hasil perhitungan total potensi persediaan pakan ternak dibagi total potensi luas lahan pakan ternak bisa dilihat pada tabel dibawah ini.

31

No Kecamatan 1 Moyudan 2 Minggir 3 Seyegan 4 Godean 5 Gamping 6 Mlati 7 Depok 8 Berbah 9 Prambanan 10 Kalasan 11 Ngemplak 12 Ngaglik 13 Sleman 14 Tempel 15 Turi 16 Pakem 17 Cangkringan Total (Ha)

Total Persediaan Pakan (BKC Ton/tahun)

Total Luas Lahan Potensial (Ha)

225.987

46.501

Produktivitas Lahan (BKC Ton/Ha/tahun)

4,86

Sumber : Analisis Penulis

Produktivitas potensi lahan pakan ternak di Kabupaten Sleman sebesar 4,86 BKC ton/Ha/tahun.

2. Cadangan Lahan Pakan Ternak Penggunaan Lahan Pakan Ternak (Ha)

Penggunaan lahan yang sudah dimanfaatkan untuk menghasilkan pakan ternak membutuhkan data populasi ternak dan produktivitas lahan pakan ternak. Jumlah komoditas ternak yang ada di Kabupaten Sleman dikalikan kebutuhan pakan minimum untuk 1 ST (K=1,14) seperti yang sudah dilakukan pada analisis kapasitas penambahan diatas. Hasil perkalian akan menghasilkan kebutuhan pakan ternak setiap tahunnya. Kemudian kebutuhan pakan ternak dibagi dengan produktivitas lahan yang akan menghasilkan penggunaan lahan yang sudah dimanfaatkan pakan ternak.

32

No Kecamatan

Populasi Kebutuhan Pakan Rata-rata Produktivitas Penggunaan Lahan Ternak (BKC ton/tahun) Lahan (BKC ton/Ha/tahun (Ha)

A 1 Moyudan 1316,34 2 Minggir 810,88 3 Seyegan 2267,06 4 Godean 2095,78 5 Gamping 2982,34 6 Mlati 1648,28 7 Depok 542,4 8 Berbah 3864,44 9 Prambanan 8969,08 10 Kalasan 3016,64 11 Ngemplak 2671,68 12 Ngaglik 2816,42 13 Sleman 2452,3 14 Tempel 2379,82 15 Turi 1750,48 16 Pakem 2807 17 Cangkringan 6117,2 Total (ekor) 48.508,14

A*1,14 1500,63 924,40 2584,45 2389,19 3399,87 1879,04 618,34 4405,46 10224,75 3438,97 3045,72 3210,72 2795,62 2712,99 1995,55 3199,98 6973,61 55.299,28

B

A*1,14/B

4,86

11.378,86

Sumber : Analisis Penulis

Kabupaten Sleman menggunakan lahan seluas 11.378,86 Ha untuk dimanfaatkan sebagai penghasil pakan ternak. Dengan adanya hasil penggunaan lahan ini maka cadangan lahan pakan ternak bisa dihitung. Berikut adalah hasil perhitungan cadangan lahan pakan ternak dalam tabel.

No

Total Luas Lahan Kecamatan Potensial (Ha)

1 Moyudan 2 Minggir 3Seyegan 4Godean 5Gamping 6Mlati 7Depok 8Berbah 9Prambanan 10Kalasan 11Ngemplak 12Ngaglik 13Sleman 14Tempel 15Turi 16Pakem 17Cangkringan Total (ekor)

A

46.501

Penggunaan Lahan (Ha) B

11.378,86

Sumber : Analisis Penulis

Cadangan Persentase Lahan (Ha) Cadangan (%) A-B

35.122,16

(A-B)/A*100

75,53

33

Dari tabel diatas bisa disimpulkan bahwa cadangan lahan sebesar 75,53% dari luas potensi lahan pakan ternak di Sleman yaitu 35.122,16 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak lahan pertanian dan hijauan alami yang belum dimanfaatkan untuk menghasilkan pakan ternak.

Cadangan lahan ini merupakan cadangan fisik.

Valuasi Cadangan Moneter (Rupiah)

Cadangan moneter untuk lahan pakan ternak dihasilkan dari perkalian luas cadangan fisik lahan pakan ternak, produktivitas lahan dan harga standar pakan. Perkalian cadangan fisik lahan pakan ternak dan produktivitas lahan pakan ternak menghasilkan estimasi produksi pakan dalam satuan ton. Rata-rata harga pakan ternak untuk tahun 2019 bernilai Rp 5000/kg. Dalam satuan miliar rupiah/ton menjadi 0,005 Rp/ton. Hasil perhitungan cadangan moneter dapa dilihat pada tabel dibawah ini.

Batas Penggunaan

Rata-rata Estimasi Luas Cadangan Produktivitas Produksi Lahan (Ha) (ton/Ha) Pakan (ton) A

Batas Minimum

B

35.122,16

A*B 4,86

170.687,58

Harga Pakan C 0,005

Cadangan Moneter (Miliar Rupiah A*B*C 853,44

Sumber : Analisis Penulis

Cadangan moneter lahan pakan ternak di Sleman pada tahun 2019 bernilai Rp 853.437.885.594,00.

34

IV.

Analisis Aktiva dan Pasiva

Analisis aktiva dan pasiva disini menunjukkan bagian mana dari hasil perhitungan tabel-tabel diatas yang disebut aktiva dan pasiva. Bagian ini merupakan ringkasan dari perhitungan diatas. Nilai aktiva dan pasiva dalam berbagai satuan ditampilkan dalam tabel dibawah ini.

Jenis Komoditas Hewan Ternak Lahan Pakan Ternak

Potensi / Aktiva Fisik 100.338,53 ST Rp 25084,63 ton 46.501,02 Ha Rp

Penggunaan / Pasiva

Moneter

Fisik

1.730.839.470.000 1.129.974.786.000

48508,14 ST Rp 12.127,035 ton 11.378,86 Ha Rp

Cadangan

Moneter

Fisik

836.765.415.000 276.506.298.000

51830,39 ST 12957,60 ton 35122,16 Ha

Moneter (Miliar Rupiah) Rp

894.074.167.494

Rp

853.437.885.594

1. Populasi Ternak Aktiva Hewan Ternak Rp 1.730.839.470.000

Aktiva hewan ternak adalah daya tampung peternakan di Kabupaten Sleman atau sebutan lainnya yaitu kemampuan wilayah di dalam tabel. Data kemampuan wilayah dikonversikan ke dalam rupiah dengan mengalikan dengan persama ST ke kg dan rata-rata harga komoditas ternak Pasiva Hewan Ternak

Pasiva hewan ternak adalah populasi hewan ternak yang ada di setiap kecamatan di Kabupaten Sleman. Konversi data pasiva populasi hewan ternak sama seperti konversi data kemampuan wilayah.

Rp

836.765.415.000

Cadangan Hewan Ternak

Rp 894.074.167.494

Cadangan hewan ternak diambil dari tabel valuasi cadangan fisik dan moneter populasi ternak.

35

2. Lahan Ternak Aktiva Lahan Ternak

Rp 1.129.974.786.000

Aktiva lahan ternak adalah total luasan lahan penghasil pakan ternak di Kabupaten Sleman. Nilai moneter aktiva lahan ternak diperoleh dengan menilai harga produksi pakan yang dihasilkan oleh total potensi lahan pakan ternak. Rumus nilai moneter aktiva lahan adalah luas total potensi lahan pakan ternak dikali produktivitas lahan dan standar harga pakan.

Pasiva Lahan Ternak

Pasiva lahan ternak adalah total luasan potensi lahan pakan ternak yang sudah dimanfaatkan untuk dihasilkan pakan ternak. Luasan lahan terdapat di dalam tabel penggunaan lahan. Cara mendapat nilai moneter pasiva lahan ternak sama seperti rumus nilai moneter aktiva lahan ternak.

Rp

276.506.298.000

Cadangan Lahan Ternak

Rp

776.927.009.394

Cadangan lahan pakan ternak diambil dari tabel valuasi cadangan fisik dan moneter lahan ternak.

Total Cadangan Moneter Total cadangan moneter sejumlah Rp 1.671.001.176.888,00 dari hasil penjumlahan cadangan moneter hewan ternak dan cadangan moneter lahan ternak.

36

V. Analisis NSDA Peternakan dengan Ekonomi Wilayah

Sektor peternakan dalam PDRB Kabupaten Sleman tahun 2019 masuk ke dalam kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan. Maka dari itu analisis keterkaitan dengan ekonomi akan menggunakan acuan kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan. Analisis keterkaitan dengan ekonomi wilayah akan menggunakan 3 metodologi yaitu Location Quotient, Shift-share, dan tipologi Klassen.

Location Quotient

Analisis LQ digunakan untuk mencari sektor unggulan dengan melihat kapasitas sektor dalam perdagangan ekspor dan derajat self-sufficiency. Analisis LQ terdiri dari dari Static Location Quotient (SLQ) dan Dynamic Location Quotient (DLQ). SLQ digunakan untuk mengetahui tingkat spesialisasi sektor dalam wilayah amatan dengan wilayah referensi. DLQ untuk mengetahui tingkat pertumbuhan sektor di wilayah amatan dibandingkan wilayah referensi. Berikut adalah hasil analisis LQ Kabupaten Sleman yang dituangkan dalam tabel.

Kategori PDRB Non Migas

PDRB Kabupaten Sleman Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) Sleman Vik

A.Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan B.Pertambangan dan Penggalian C.Industri Pengolahan D.Pengadaan Listrik dan Gas E.Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang F.Konstruksi G.Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor H.Transportasi dan Pergudangan I.Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum J.Informasi dan Komunikasi K.Jasa Keuangan dan Asuransi L.Real Estate M,N.Jasa Perusahaan O.Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P.Jasa Pendidikan Q.Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial R,S,T,U.Jasa lainnya Produk Domestik Regional Bruto

2.105.980,90 133.527,60 4.455.255,00 44.822,40 16.075,00 4.430.767,70 2.649.325,50 2.136.569,20 3.573.630,60 3.841.352,60 1.061.895,90 2.873.693,70 680.371,40 2.018.630,70 3.579.032,00 866.476,40 822.401,90 35.289.808,40 Vk

DIY Vip 8.184.692,04 557.653,48 13.201.887,13 165.217,39 103.372,62 11.421.140,14 8.643.437,94 5.493.402,23 10.217.676,87 11.695.491,75 3.805.395,93 7.499.627,37 1.224.235,00 7.477.921,47 9.146.783,78 2.764.571,41 2.887.199,81 104.489.706,37 Vp

SLQ

Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sleman Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Basis/NonUsaha basis Sleman DIY

(Vik/Vk)/ (Vip/Vp) 0,76Non-basis 0,71Non-basis 0,999Non-basis 0,80Non-basis 0,46Non-basis 1,15Basis 0,91Non-basis 1,15Basis 1,04Basis 0,97Non-basis 0,83Non-basis 1,13Basis 1,65Basis 0,80Non-basis 1,16Bas 0,93Non-basis 0,84Non-basis

gij

gi

Gi 1,03 5,78 6 5,83 7,98 12,55 5,25 -1,62 9,11 7,89 8,67 5,9 6,95 3,33 6,79 6,87 5,81 6,49

G

DLQ

Keterangan

[(1+gij)/(1+gi)]/ [(1+Gi)/(1+G)] 1,03 1,01Potensial 3,04 1,70Potensial 5,73 1,06Potensial 5,43 1,08Potensial 8,9 0,92Terbelakang 14,39 0,89Berkembang 5,16 1,03Potensial 3,55 -0,14Berkembang 8,89 1,04Unggulan 7,45 1,07Potensial 8,52 1,03Potensial 5,93 1,01Unggulan 6,75 1,04Unggulan 3,3 1,02Potensial 6,57 1,04Unggulan 6,61 1,05Potensial 6,25 0,95Terbelakang 6,6

Sumber : Analisis Penulis

Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dalam tabel analisis LQ termasuk dalam sektor non-basis karena nilai SLQ berada dibawah 1. Hal ini berarti bahwa sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan atau lebih rincinya sektor peternakan hanya mampu dimanfaatkan untuk Kabupaten Sleman sendiri. Nilai DLQ sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan berada diatas 1 yang artinya sektor pertanian, kehutanan, dan perikan sedang mengalami pertumbuhan. Nilai SLQ dan DLQ yang sudah disebutkan diatas membuat sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan (peternakan) berada di kuadran 3 yaitu sektor potensial.

37

Shift - Share Analisis shift-share berguna untuk mengetahui komponen-komponen yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Komponen tersebut adalah pengaruh pertumbuhan ekonomi wilayah referensi, pengaruh sektor-sektor yang berkembang di wilayah referensi, dan faktor lokasional yang merupakan keunggulan kompetitif wilayah. Pengaruh sektor-sektor yang berkembang di wilayah referensi disebu juga proporsional shift (PS). Faktor lokasional yang merupakan keunggulan kompetitif wilayah disebut juga differential shift (DS). Tabel dibawah ini menunjukkan hasil perhitungan metode shift-share.

Kategori PDRB Non Migas

A.Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan B.Pertambangan dan Penggalian C.Industri Pengolahan D.Pengadaan Listrik dan Gas E.Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang F.Konstruksi G.Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor H.Transportasi dan Pergudangan I.Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum J.Informasi dan Komunikasi K.Jasa Keuangan dan Asuransi L.Real Estate M,N.Jasa Perusahaan O.Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P.Jasa Pendidikan Q.Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial R,S,T,U.Jasa lainnya Produk Domestik Regional Bruto

PDRB Kabupaten Sleman Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) 2019 (E*ij) 2.105.980,90 133.527,60 4.455.255,00 44.822,40 16.075,00 4.430.767,70 2.649.325,50 2.136.569,20 3.573.630,60 3.841.352,60 1.061.895,90 2.873.693,70 680.371,40 2.018.630,70 3.579.032,00 866.476,40 822.401,90

2015 (Eij) 2.003.474,90 115.517,40 3.582.533,80 34.426,80 13.445,40 3.107.439,50 2.132.734,90 1.775.484,40 2.738.288,40 2.908.483,00 845.349,50 2.333.477,30 552.150,30 1.702.107,90 2.893.218,80 690.675,40 669.199,20

35.289.808,40

28.098.006,90

PDRB Provinsi DIY Atas Laju Laju Laju Output yang Dasar Harga Konstan Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan dicapai sektor Menurut Lapangan Usaha Sektor di Sleman Sektor di DIY Total di DIY di Sleman (Juta Rupiah) 2019 2015 rin = (E*inrn = (E*nrij = (E*ij-Eij)/Eij E’ij = Eij(Ein/En) Ein)/Ein En)/En (E*in) (Ein) 8184692,04 7667601,7 0,051164105 0,067438341 184.030,53 557653,48 471323,2 0,15590898 0,183165777 652,25 13201887,13 10693035,7 0,243604457 0,234624806 458.920,80 165217,39 127701,3 0,301962425 0,293780016 52,67 103372,62 85260,2 0,195576182 0,212436987 13,73 11421140,14 7826700,7 0,425858074 0,459253468 291.358,60 8643437,94 6944902,7 0,24221979 0,244572935 177.439,16 5493402,23 4541309,5 0,203372556 0,209651584 96.592,72 10217676,87 7842143,3 0,305059978 0,302918919 257.252,96 11695491,75 8891144,9 0,32074095 0,315408969 309.792,32 3805395,93 3060732,9 0,256161978 0,24329566 30.996,18 7499627,37 6082488,7 0,23150703 0,232986651 170.032,26 1224235 991563,8 0,232221372 0,234650761 6.558,80 7477921,47 6304910,7 0,185959304 0,186047166 128.561,95 9146783,78 7444276,5 0,237041595 0,228700167 258.018,12 2764571,41 2210405,6 0,254534909 0,250707748 18.289,10 2887199,81 2288950,1 0,228934374 0,261364243 18.350,09 104489706,4 (E*n)

83474451,5 (En)

0,251756729

Sumber : Analisis Penulis

Kategori PDRB Non Migas A.Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan B.Pertambangan dan Penggalian C.Industri Pengolahan D.Pengadaan Listrik dan Gas E.Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang F.Konstruksi G.Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor H.Transportasi dan Pergudangan I.Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum J.Informasi dan Komunikasi K.Jasa Keuangan dan Asuransi L.Real Estate M,N.Jasa Perusahaan O.Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P.Jasa Pendidikan Q.Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial R,S,T,U.Jasa lainnya

Proportional Differential Shift Keterangan Shift

Mij = Eij(rin-rn) -369277,26 -7923,45 -61375,69 1446,73 -528,67 644783,56 -15321,13 -74757,03 140096,83 185131,46 -7152,56 -43799,55 -9445,07 -111844,77 -66707,68 -724,51 6429,34

Sumber : Analisis Penulis

38

C'ij = E'ij(rij-rin) -2994,96 Tertinggal -17,78 Tertinggal 4120,95 Potensial 0,43 Unggulan -0,23 Tertinggal -9730,04 Berkembang -417,54 Tertinggal -606,51 Tertinggal 550,79 Unggulan 1651,81 Unggulan 398,81 Potensial -251,58 Tertinggal -15,93 Tertinggal -11,30 Tertinggal 2152,24 Potensial 70,00 Potensial -595,09 Berkembang

Tabel hasil perhitungan shift-share menunjukkan nilai proportional shift sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sejumlah -369277,26 dan nilai differential shift sebesar -2994,96. Kedua nilai PS dan DS berada dibawah 1 sehingga sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan berada di kuadran 4 yaitu merupakan sektor tertinggal. Hal ini berarti sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang sangat sedikit pada pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sleman.

Tipologi Klassen

Analisis tipologi Klassen digunakan untuk mengidentifikasi sektor yang mempunyai kontribusi besar terhadap PDRB dan memiliki laju pertumbuhan tinggi. Kontribusi dan laju pertumbuhan sektor di wilayah amatan dibandingkan dengan laju pertumbuhan dan kontribusi sektor pada wilayah referensi. Hasil perbandingan analisis tipologi Klassen dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Kategori PDRB Non Migas A.Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan B.Pertambangan dan Penggalian C.Industri Pengolahan D.Pengadaan Listrik dan Gas E.Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang F.Konstruksi G.Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor H.Transportasi dan Pergudangan I.Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum J.Informasi dan Komunikasi K.Jasa Keuangan dan Asuransi L.Real Estate M,N.Jasa Perusahaan O.Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P.Jasa Pendidikan Q.Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial R,S,T,U.Jasa lainnya Produk Domestik Regional Bruto

Laju Pertumbuhan PDRB PDRB Kabupaten Sleman Atas Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Sleman Atas Dasar Dasar Harga Konstan Menurut Atas Dasar Harga Konstan Harga Konstan Menurut Keterangan Lapangan Usaha (Juta Rupiah) Menurut Lapangan Usaha (%) Lapangan Usaha (%) Sleman DIY Sleman DIY Sleman DIY 2.105.980,90 8.184.692,04 1,03 1,03 5,97 7,83 Berkembang 133.527,60 557.653,48 5,78 3,04 0,38 0,53 Berkembang 4.455.255,00 13.201.887,13 6 5,73 12,62 12,63Berkembang 44.822,40 165.217,39 5,83 5,43 0,13 0,16 Berkembang 16.075,00 4.430.767,70

103.372,62 11.421.140,14

7,98 12,55

8,9 14,39

0,05 12,56

0,10 Terbelakang 10,93Potensial

2.649.325,50 2.136.569,20 3.573.630,60 3.841.352,60 1.061.895,90 2.873.693,70 680.371,40

8.643.437,94 5.493.402,23 10.217.676,87 11.695.491,75 3.805.395,93 7.499.627,37 1.224.235,00

5,25 -1,62 9,11 7,89 8,67 5,9 6,95

5,16 3,55 8,89 7,45 8,52 5,93 6,75

7,51 6,05 10,13 10,89 3,01 8,14 1,93

8,27 Berkembang 5,26 Potensial 9,78 Unggulan 11,19Berkembang 3,64 Berkembang 7,18 Potensial 1,17 Unggulan

2.018.630,70 3.579.032,00 866.476,40 822.401,90

7.477.921,47 9.146.783,78 2.764.571,41 2.887.199,81

3,33 6,79 6,87 5,81

3,3 6,57 6,61 6,25

5,72 10,14 2,46 2,33

7,16 Berkembang 8,75 Unggulan 2,65 Berkembang 2,76 Terbelakang

35.289.808,40

104.489.706,37

6,49

6,6

100,00

100,00

Sumber : Analisis Penulis

Dari tabel analisis tipologi Klassen terlihat bahwa laju pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan di Kabupaten Sleman sama dengan laju pertumbuhan di wilayah DIY. Sementara itu kontribusi sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan lebih besar di DIY. Dengan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan di Kabupaten Sleman terletak pada kuadran 1 (kanan atas) yaitu sektor berkembang. Artinya sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sedang mengalami peningkatan dan dapat dipacu pertumbuhannya.

39

Sumber : Studio Analisis Kawasan Sleman 1 Tahun 2020

Grafik diatas merupakan grafik kontribusi tiap sektor PDRB Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Sleman dari tahun 2015 hingga 2019.

Pada sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tiap tahunnya dari 2015 mengalami penurunan yang konstan. Selama 5 tahun terakhir sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan turun sebanyak 16%.

Setelah analisis-analisis ekonomi diatas dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa sub-sektor dalam sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan bukan merupakan sektor unggulan di Kabupaten Sleman. Sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan yang sama dengan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan di Provinsi DIY, namun setiap tahunnya mengalami penurunan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Sleman. Hal ini bisa disebabkan karena berbagai alasan. Pertama terjadi perubahan guna lahan dari sektor primer seperti pertanian menjadi tersier atau perumahan. Kedua perubahan mata pencaharian juga bisa menjadi alasan lain turunnya kontribusi. Terakhir, sektor lain yang semakin besar kontribusinya terhadap PDRB seperti sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, informasi dan komunikasi, dan konstruksi.

40

PE TUP

NU

5

I. Kesimpulan

Sektor peternakan di Kabupaten Sleman masih memiliki banyak lahan yang belum dimanfaatkan untuk peternakan. Dari potensi lahan ternak keseluruhan dengan luas 46.501,02 Ha hanya 11.378,87 Ha yang terpakai untuk lahan pakan peternakan. Begitu juga dengan daya tampung Kabupaten Sleman. Dari kemampuan wilayah sebesar 100.338,53 ST atau 25.084,63 ton hewan ternak hanya sekitar 48,3% yang sudah terisi. Dari indeks daya dukung wilayah Kabupaten Sleman masih termasuk wilayah aman dengan nilai 4,14. Cadangan moneter dari keseluruhan analisid NSDA senilai Rp 1.671.001.176.888,00 .

Sektor peternakan menurut analisis keterkaitan dengan ekonomi wilayah merupakan bukan sektor unggulan Kabupaten Sleman. Dari setiap analisis ekonomi yang telah dilakukan sektor peternakan berada pada kategoti wilayah berkembang, potensial, dan tertinggal. Setiap tahun kontribusi pemasukan ke dalam PDRB selalu mengalami penurunan. Hal ini bisa menjadi penyebab mengapa masih banyak lahan yang belum termanfaatkan untuk sektor pertanian.

II. Rekomendasi

Berdasarkan analisisi yang telah dilakukan, mulai dari analisis kesesuaian lahan, analisis NSDA, analisis aktiva dan pasiva, dan analisis keterkaitan dengan ekonomi wilayah, akankah lebih baik apabila Kabupaten Sleman tetap mempertahankan tingkat produktivitas dan lahan pakan ternak yang ada. Sektor peternakan yang bukan merupakan sektor unggulan membuat sektor peternakan tidak perlu dilakukan peningkatan produktivitas atau penambahan lahan yang penghasil pakan ternak.

Lahan-lahan hijauan alami tetap harus dipertahankan keberadaannya karena fungsinya tidak semata-mata hanya untuk penghasil pakan ternak. Lahan hijauan menjadi penjaga kelestarian air tanah, penghasil udara bersih dan menjadi penghasil komditas pertanian. Apabila ada lahan yang hilang dan diganti penggunaannya, menurut penulis baik-baik saja asalkan penggunaan lahan diisi oleh sektor yang memberi kontribusi besar ke dalam PDRB Kabupaten Sleman. Namun sekali keberadaan lahan hijau harus dijaga, jangan sampai keseimbangan ekosistem terganggu karena terjadi pembangunan fisik dimana saja.

Kesimpulan dari rekomendasi ini yaitu perubahan penggunaan lahan pada peternakan dibolehkan dan disarankan menjadi sektor yang memberi kontribusi besar ke Kabupaten namun peribahan penggunaan lahan tetap memperhatikan aspek lingkungan sebisa mungkin green environment (reamah lingkungan).

42

Daftar Pustaka Amalia, Zidni Ilma. 2019. Analisis Indeks Potensi Lahan (Ipl) Kabupaten

Sleman. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta Atmiyati. 2006. Daya Dukung Hijauan Pakan Terhadap Pengembangan

Ternak Di Kabupaten Sambas. Bogor : Balai Penelitian Ternak Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman. 2019. Kabupaten Sleman dalam Angka Kamila, Aqila Salma. 2019. Neraca Sumber Daya Alam Peternakan Rumi

nansia Kabupaten Rembang 2019 Rusmana, Nana, Atmiyati, Ridwan. 2006. Pembuatan Peta Kesesuaian

Ekolo gis Untuk Ternak Ruminansia Pada Skala Tinjau. Bogor : Balai

Peternakan Bogor Suhaema, Ema, Widiatmaka, Boedi Tjahjono. 2014. Pengembangan

Wilayah Peternakan Sapi Potong Berbasis Kesesuaian Fisik Lingkun

gan Dan Kesesuaian Lahan Untuk Pakan Di Kabupaten Cianjur.

Bogor : Institut Pertanian Bogor Triyatno, Endang Siti Rahayu, Sutrisno Hadi Purnomo. 2018. Analisis Daya

Dukung Wilayah Pengembangan Sapi Potong di Kabupaten Gunun

gkidul. Surakarta : Universitas Sebelas Maret http://www.slemankab.go.id/profil-kabupaten-sleman/geografi https://slemankab.bps.go.id/ https://newsmaker.tribunnews.com/2020/06/22/harga-hewan-kurban-terbaru-jelang-idul-adha-2020-lengkap-sapi-kambing-hingga-domba http://www.tintahijau.com/megapolitan/ekbis/21310-inilah-daftar-harga-hewan-kurban-idul-adha-2020 https://harga.web.id/harga-kuda-tunggangan-di-indonesia.info

39

- Sekian Terima kasih