Pkasn zine volume 6 - lingkungan bersih dan hidup sehat

Page 1

ZINE ZINE VOLUME 6 VOLUME 6 KGNIL U NGANBERSIHDA N TAHES KGNIL U NGANBERSIHDA N TAHES

TERIMAKASIH TERIMAKASIH TERIMAKASIH

Semenjak air menjadi keruh dan hutan menjjadi ladang.

Dimana peradaban hilang, meyisakan sisa dan cerita.

Terlepas kepedulian juga hati nurani Manusia dengan

bangga menciptakan kerusakan dengan semua kekuasaannya.

Zine ini memasuki babak

volume 6 yang memuat seputar isu lingkungan dan hidup sehat.

Begitu yang kami muat dalam

tajuk "Lingkungan Bersih dan Hidup Sehat".

Teruntuk kawan-kawan yang telah berpartisipasi dalam

melangsungkan pembuatan zine ini. Kami Ucapkan.

Terimakasih, banyak

Editor : M Rifki Kurniawan

Layout : M Rifki Kurniawan

Pokok Ati Seneng Zine

UCAPAN

DAFTAR ISI

MERDEKA DARI KEMISKINAN, KRISIS IKLIM DAN KRISIS DEMOKRASI

MASYARAKAT TAK PEDULI, LINGKUNGAN RUSAK TAK DIGANTI Mohammad Afif Abdurrahman 08

GAYA HIDUP SEHAT ANAK PUNK

AKTIVISME GENERASI Z: MENGUBAH DUNIA SEJAK USIA MUDA Megan Carnegie 17

ADA JAMUR-JAMUR DI KOTA Pang Png

KAMPANYE LINGKUNGAN Solidaritas

Media kolektif dan bersama, pokok ati seneng menjadi suatu dobrakan alternative ditengah kirim karya dan pilih-pilih karya.

M Rifki Kurniawan

01
Leo 07
Zoel Fahmi 10
18

Ibu bumi wis maringi, Ibu bumi dilarani, Ibu bumi kang ngadili

Tak ada Sepak Bola Seharga Nyawa

Polisi Pembunuh

Dago Melawan

Merdeka dari Kemiskinan, Krisis Iklim dan Krisis Demokrasi

Esok, Indonesia berusia 77 tahun. Usia yang cukup dewasa untuk sebuah bangsa, di mana fondasi-fondasi yang diperlukan untuk menuju usia 100 tahun seharusnya sudah cukup kuat Sayangnya di samping berbagai kemajuan yang sudah dicapai, masih banyak ketimpangan, peminggiran, kerusakan lingkungan dan kebijakan – kebijakan timpang yang tidak berpihak pada rakyat.

Sekalipun pemerintah membanggakan angka kemiskinan Indonesia kembali di bawah 10% pada 2021, tetapi sudah cukup lama angka tersebut relatif stagnan antara 9-10%. Angka itu bicara tentang sebagian rakyat Indonesia yang berada pada kemiskinan absolut, yang jika negara tidak hadir dengan terobosan-terobosan struktural yang radikal, akan sulit dimerdekakan dari kondisi tersebut

Yang lebih mengenaskan, kelompok masyarakat tersebut adalah juga yang paling rentan terhadap berbagai bencana hidrometeorologis, yang merupakan 90% dari 5,400 bencana yang dihitung BNPB tahun 2021 lalu. Masyarakat yang paling miskin ini punya tingkat perlindungan sosial, ekonomi, dan politik yang paling rendah untuk bisa berhadapan dengan berbagai fenomena cuaca ekstrim masif, sebagai dampak paling jelas dari krisis iklim. Infrastruktur masif yang dibangun pemerintah sejak 2014, sangat jarang menyentuh apalagi melindungi mereka.

1

Ketimpangan struktural yang masih berlaku berdekade, yang tercermin dari peminggiran berbagai komunitas masyarakat adat dan lokal bila berhadapan dengan proyek-proyek strategis nasional maupun investasi korporasi ekstraktif berskala besar, memperburuk situasi yang dihadapi oleh masyarakat pada lapis terbawah tersebut.

Harus diakui karena jumlahnya mengecil (misalnya bila dibanding dengan angka kemiskinan sebesar 23,4 % di awal era reformasi, 1999), secara politik kaum paling miskin ini tidak pernah diperhatikan lagi oleh partai-partai politik, bahkan juga mungkin oleh sebagian organisasi masyarakat sipil. Di tengah gegap gempitanya pembangunan sosial ekonomi, infrastruktur, digitalisasi ekonomi, media sosial, peningkatan PDB, desentralisasi dan otonomi daerah, lapis masyarakat yang paling miskin ini makin terpinggirkan.

Di kutub yang berlawanan, ketimpangan ekonomi Indonesia yang tercermin dari penguasaan 1% paling kaya terhadap 50% aset ekonomi nasional (TNP2K, 2019), telah memastikan pula penguasaan struktur-struktur politik dan pengambilan keputusan politik serta kebijakan publik oleh kelindan lapis paling kaya dan elite politik yang sering kita sebut sebagai oligarki

Krisis demokrasi, alih-alih konsolidasi demokrasi pro rakyat, yang terjadi setelah lebih dua dekade era reformasi. Menyempitnya ruang-ruang demokrasi, telah membuka lebar ruang-ruang pengaruh aktor-aktor oligarki batubara dan sawit, dua sektor ekonomi terbesar Indonesia yang juga merupakan sektor-sektor penyumbang emisi karbon terbesar, yang dominasinya menyebabkan Indonesia sulit sekali keluar dari krisis iklim.

Deforestasi yang disebabkan oleh industri sawit yang telah menghabiskan 17 juta hektar hutan Indonesia, selain memperburuk krisis iklim Indonesia, juga telah meminggirkan ribuan komunitas adat di seluruh Nusantara. Struktur ekonomi politik sawit di Indonesia, harus diakui sangat timpang dan memperkaya secara masif grup-grup sawit terbesar Indonesia, sementara para pekerja dan rakyat kecil yang hidup dari industri sawit, sekalipun mengalami peningkatan penghasilan, sebenarnya menikmati bagian yang terlalu kecil dari kue ekonomi sawit yang berskala raksasa ini.

2

SEMENTARA ITU RATUSAN

JUTA TON BATUBARA PER TAHUN YANG DIPRODUKSI DAN DIEKSPOR INDONESIA SEJAK AWAL TAHUN 2000AN

Telah menyebabkan krisis lingkungan berskala masif di propinsi-propinsi penghasil batubara terbesar di Sumatera dan Kalimantan. Selain menyebabkan puluhan korban jiwa terutama anak-anak yang tenggelam di kolam-kolam bekas tambang batubara, ratusan juta ton batubara yang dibakar di ratusan PLTU di Indonesia selama bertahun-tahun telah menyebabkan gangguan kesehatan, bahkan perkiraan kematian dini terhadap jutaan anggota masyarakat yang hidup di sekitar PLTU-PLTU tersebut. Emisi karbon yang masif yang dihasilkan dari PLTU-PLTU batubara yang mendominasi 65% energi listrik Indonesia, dalam beberapa tahun ke depan akan menggantikan deforestasi sebagai sumber utama emisi karbon Indonesia, sekaligus penyebab utama krisis iklim.

Di sisi lain Indonesia juga berhadapan dengan persoalan sampah plastik yang masif, tercatat sebagai negara penyampah plastik di lautan yang terbesar kedua di dunia setelah China Konsumsi plastik yang berlebihan di hampir seluruh lini kehidupan, dan buruknya sistem pengelolaan sampah, telah menyebabkan sampah plastik memenuhi badan-badan air di negeri ini. Kembali masyarakat miskin lapis terbawah yang berhadapan paling depan dengan persoalan sampah plastik ini, sementara sistem proteksi mereka, lingkungan pemukiman mereka yang umumnya kumuh, menyebabkan mereka punya kerentanan luar biasa terhadap polusi sampah plastik ini

3

BAHWA

PLASTIK DIHASILKAN OLEH INDUSTRI PETROKIMIA BERBAHAN BAKU MINYAK BUMI.

Energi fosil yang satu ini masih mempunyai porsi yang sangat signifikan di Indonesia, khususnya di sektor transportasi. Bila kita dapat menurunkan ketergantungan kita pada plastik, dimulai dari menghentikan penggunaan plastik sekali pakai, kita juga akan mengurangi konsumsi minyak bumi.

Artinya kita juga dapat mengurangi emisi karbon ke atmosfer yang menyebabkan pemanasan global, sekaligus mengurangi pencemaran udara

Tetapi strategi yang paling jitu untuk mengurangi konsumsi minyak bumi di sektor transportasi adalah dengan beralih dari penggunaan kendaraan pribadi ke transportasi publik massal. Dan kita juga perlu segera mentransformasi transportasi publik massal kita menjadi berbasis listrik. Sekitar 20 juta kendaraan pribadi berbahan bakar minyak di Jabodetabek adalah sumber pencemaran udara dan emisi karbon yang masif. Transportasi publik massal berbasis listrik seperti bus-bus listrik dan kereta berbasis listrik yang berkombinasi dengan transpor non-motoris seperti bersepeda dan berjalan kaki, harus menggantikan ketergantungan terhadap kendaraan pribadi tersebut Ini merupakan salah satu solusi utama untuk perbaikan kualitas udara dan untuk mencapai karbon netral di perkotaan.

Satu dimensi lain dari pembicaraan soal krisis iklim dari negara kepulauan terbesar di dunia ini adalah bagaimana laut dan mangrove Indonesia dapat menjadi solusi untuk menyerap karbon. Pemerintah Indonesia belakangan ini selalu menggadang-gadang opsi solusi ini dalam perundingan iklim global. Namun opsi solusi ini, sekalipun secara ilmiah valid, harus disikapi hati-hati karena ternyata laut dan mangrove Indonesia sebenarnya tidak dalam kondisi baik-baik.

TIDAK BANYAK YANG TAHU
4

Pencemaran sampah plastik ke lautan secara masif, kerusakan ratusan ribu hektar mangrove, rusaknya terumbu karang secara masif, penangkapan ikan berlebihan dan merusak dasar laut, reklamasi secara serampangan, hanyalah sebagian persoalan lingkungan dengan dampak serius bagi lautan Indonesia. Tentunya sebelum Indonesia secara serius mengajukan lautan dan mangrovenya sebagai faktor pengurang atau penyerap emisi karbon global, berbagai persoalan serius tersebut harus diselesaikan terlebih dulu.

Masalah kemiskinan kronis yang mewarnai kaum nelayan dan masyarakat pesisir Indonesia selama berdekade juga merupakan dimensi lain dari kerentanan terhadap krisis iklim. Naiknya tinggi muka air laut yang semakin nyata di berbagai wilayah pesisir Indonesia, yang seringkali berkombinasi dengan turunnya permukaan tanah karena penyedotan air tanah berlebihan selama bertahun-tahun, saat ini dihadapi langsung oleh kaum nelayan miskin dan masyarakat miskin pesisir lainnya Krisis iklim yang kadang disangka masih jauh, dampaknya ternyata sudah dihadapi tiap hari oleh komunitas-komunitas miskin pesisir tersebut.

Bagaimana Untuk Merdeka dari Krisis Iklim?

23 tahun lagi menuju Indonesia Merdeka 100 tahun pada 2045, dan khususnya 8 tahun lagi menuju 2030, adalah waktu-waktu yang sangat menentukan apakah Indonesia dapat melakukan perubahan mendasar dalam ekonominya, menjadi ekonomi hijau dan mencapai karbon netral lebih cepat dari targetnya sekarang, yaitu 2060.

sehingga bencana iklim permanen bisa dicegah. Kesimpulan saintifik ini berlaku untuk semua negara, Indonesia tidak terkecuali. Climate Science sudah sangat jelas menyatakan bahwa dunia harus mencapai karbon netral pada 2050, kalau masih mau punya peluang agar pemanasan global tidak melebihi 1,5 derajat Celcius,

5

Indonesia harus mendekarbonisasi ekonominya lebih cepat. Memensiunkan PLTU batubara pada 2040, bukan 2056 seperti rencana sekarang Deforestasi hutan primer dan gambut harus dihentikan total, moratorium sawit perlu dipermanenkan, dan pertumbuhan ekonomi Tanah Papua harus dengan model pembangunan baru, yang tidak menghancurkan hutan.

Transisi energi terbarukan harus terjadi segera, didukung oleh kemauan politik, kerangka regulasi, kebijakan insentif bahkan subsidi secara masif oleh pemerintah. Subsidi energi fosil yang selama ini banyak menguntungkan kelas menengah atas harus dihentikan, dan diganti dengan bantuan sosial yang langsung ditargetkan pada keluarga-keluarga miskin, baik untuk membeli bahan bakar ataupun untuk membayar tagihan listrik

Sektor perbankan dan lembaga-lembaga pembiayaan lainnya harus ‘dipaksa’ dengan kebijakan pemerintah dan tekanan publik agar segera menghentikan pembiayaan terhadap investasi batubara, gas dan minyak, dan mengalihkannya kepada pembiayaan masif untuk pengembangan energi terbarukan.

Pada akhirnya, untuk kita merdeka dari krisis iklim, politik kita juga harus merdeka dari oligarki batubara dan oligarki sawit. Cengkeraman dan pengaruh kedua oligarki ini atas perumusan-perumusan kebijakan publik, baik di legislatif maupun eksekutif, harus diakhiri Sistem politik kita harus semakin transparan, akuntabel dan partisipatif. Biaya kontestasi politik pun harus semakin murah, sehingga politisi-politisi yang baik bisa berkompetisi lebih sehat, dan tidak lagi butuh dana-dana politik masif dari para oligarki yang akan membuatnya tersandera

Tentunya perubahan sistem politik tersebut harus diperjuangkan, termasuk bersama generasi Z dan generasi milenial yang secara bersama akan merupakan segmen pemilih terbesar di Pilpres, Pileg dan Pilkada 2024. Kita secara bersama-sama harus berusaha agar isu-isu lingkungan dan iklim dapat menjadi isu-isu elektoral pada rangkaian pemilu di 2024 itu. Dan agar politisi-politisi yang bersih, demokratis dan pro lingkungan serta iklim dapat terpilih.

6

Masyarakat tak peduli, Lingkungan rusak tak diganti

OLEH

7
MOHAMMAD AFIF ABDURRAHMAN

Hari Raya Edge, Gaya

Hidup Sehat Anak Punk

Straight Edge Day adalah hari besar bagi sebagian pelaku gaya hidup sehat. Pada 17 Oktober merupakan hari gerakan kaum muda yang menahan untuk menggunakan alkohol, tembakau, dan obat-obatan rekasi lainnya Sebagai bagian dari gerakan Straight Edge, remaja dan dewasa muda berjanji untuk menjalani gaya hidup bersih.

Banyak yang mengikuti gerakan ini juga menjauhkan diri dari seks rekreasi dan pilihan makanan yang tidak sehat. Straight Edge merupakan sebuah gaya hidup, filosofi dan pergerakan anak muda yang menganut anti penggunaan segala jenis narkoba, minuman beralkohol, merokok dan sex bebas.

Perkembang Straight Edge menjadi sub kultur serta gaya hidup, memotivasi hidup agar tidak merusak diri sendiri dengan mengonsumsi zat-zat berbahaya untuk diri sendiri dan penyikapannya kembai kepada kontrol terhadap individu.

Sejarah hari Edge nasional

Pada tahun 1999, gerakan Straight Edge daymeluncurkan hari nasional ini dengan sebuah acara yang diadakan di Boston, Massachusetts dengan nama “Edge Fest ”

8

Gerakan ini mengadopsi istilah dari lagu “Straight Edge” oleh band hardcore punk 1980-an, Minor Threat.

Band Minor Threat merilis sebuah lagu berjudul “Straight Edge” yang isi liriknya tentang kegeraman sang vokalis Ian MacKaye terhadap gaya hidup anak punk dimasa tahun 1980an yang penuh dengan penggunaan narkoba.

Dengan potongan lirik dibawah ini, “I’m a person just like you, but I’ve got better things to do, than sit around and smoke dope, because I know that I can cope,”

Namun, tak disangka lagu tersebut berhasil menginspirasi jutaan anak punk untuk mengontrol diri dengan melakukan gaya hidup sehat yaitu Straight Edge.

9

Aktivisme Generasi Z: Mengubah dunia sejak usia muda

10

Elijah McKenzie-Jackson dibesarkan sebagai vegetarian, dengan alasan kesejahteraan hewan. Ketika dirinya menginjak usia 10 tahun, ia mulai melakukan lebih banyak penelitian dan menemukan dampak iklim serta emisi gas rumah kaca dari proses pemeliharaan ternak dan pembuatan produk hewani.

“Pada usia 14 tahun, saya beralih ke veganisme, hal tersebut membantu saya memahami bahwa untuk memerangi krisis iklim, tidak bisa dimenangkan hanya dengan melakukan perubahan diri sendiri,” katanya.

Dia sadar, meninggalkan daging dan produk hewani saja tidak cukup Lantas, pada usia 15 tahun, McKenzie-Jackson meningkatkan upayanya dalam aktivisme.

Dia bergabung dengan XR Youth, sayap independen organisasi Extinction Rebellion yang berbasis di Inggris, yang sejak 2019 telah mengorganisir dan berpartisipasi dalam penyesuaian iklim bersama dengan Jaringan Iklim Pelajar Inggris dan gerakan internasional Fridays for the Future.

Kini, pada usianya yang ke-18, McKenzie-Jackson telah mengambil cuti selama setahun dari sekolahnya, setelah itu ia akan pindah ke New York untuk belajar sosiologi dan seni rupa.

Pengalaman McKenzie-Jackson untuk memulai kehidupan dalam aktivisme di usia muda, dengan totalitasnya akan hal itu – adalah cerita yang semakin umum di kalangan Gen Z

Lahir antara 1995 dan 2010, generasi ini telah menghadapi tantangan besar saat mereka memasuki masa dewasa: perubahan iklim, ketidaksetaraan dan kerusuhan sosial, perpecahan politik, kesulitan ekonomi, dan banyak lagi.

Hal-hal tersebut setidaknya memiliki andil untuk membuat para kaum muda ini tergerak dan mengambil tindakan.

11

Meskipun mereka jauh dari generasi pertama yang berbicara tentang ketidakadilan dan penyakit sosial lainnya, keberadaan teknologi telah membuat aktivisme Gen Z terlihat berbeda dari gerakan di masa lalu, ini berarti pengaruh mereka mungkin juga berbeda

‘Faktanya, tidak ada pilihan lain’

Aktivisme telah lama identik dengan budaya kaum muda. Terhitung sejak protes Mei 1968 di Prancis, demonstrasi menentang Perang Vietnam dan Gerakan Hak-hak Sipil di AS, hingga gerakan Occupyglobal dan Arab Spring di akhir tahun 1990-an, kaum muda memiliki catatan dalam mendorong perubahan sosial.

Gen Z memang babak terbaru dalam ensiklopedia aktivis muda selama beberapa dekade, tapi kelompok ini tampaknya dapat berkomunikasi, memobilisasi, dan menggalang dukungan dengan cara yang berbeda dari generasi sebelumnya.

Dibesarkan dengan latar belakang Resesi Hebat 2008, Gen Z telah mengalami serangkaian rintangan yang unik. Seiring dengan kerusuhan dan perpecahan masyarakat yang belum pernah terjadi sebelumnya, jalan mereka menuju kedewasaan telah diperumit oleh adanya pandemi, yang membuka mata mereka untuk melihat dampak ketidaksetaraan global yang semakin meningkat.

Perubahan iklim berada di depan dan di tengah, mengancam masa depan planet yang mereka tempati.

Dan ketika ekonomi dunia memasuki periode ketidakstabilan yang membayangi, Gen Z semakin menanggung bebannya.

“Kesadaran akan krisis menjadi semakin kuat saat ini,” kata Jessica Taft, profesor Studi Amerika Latin dan Latino di Universitas California, Santa Cruz, yang karyanya berfokus pada kehidupan politik anak-anak dan remaja di seluruh Amerika.

12

Tentu saja, ada banyak bahaya di masa lalu, akan tetapi potensi dan sifat global dari momen bersejarah ini membentuk anak muda dalam memandang dunia, serta peran aktivisme dalam kehidupan mereka, ungkapnya.

Pemicu kecemasan Gen Z adalah kenyataan bahwa mereka terpapar berita dengan cara yang berbeda daripada orang tua atau kakek-nenek mereka pada usia yang sama; kaum muda mengonsumsi konten seputar isu dan peristiwa sosial hampir terus-menerus

Hanya dengan ponsel pintar, orang dapat mengakses informasi berita selama 24/7 melalui situs media sosial, mesin pencari, situs berita, dan TV. Media sosial dengan cepat menyalip saluran berita tradisional di kalangan anak muda.

Instagram, TikTok, dan YouTube kini menjadi tiga sumber berita yang paling banyak digunakan oleh remaja Inggris, menurut otoritas pengatur penyiaran Ofcom.

Sementara generasi lebih tua, yang tumbuh dengan mengonsumsi berita melalui media cetak, radio, dan TV masih menyukai mode tradisional ini.

Dengan perangkat teknologi yang menyediakan akses konstan ke berita dan konten yang dibuat pengguna, melarikan diri bukanlah hal yang bisa ditempuh.

Kaum muda tidak bisa berpaling dari wacana tersebut, maka tidak heran jika banyak Generasi Z, sebagai digital native terdorong untuk bertindak atas keluhan masyarakat mereka Mereka melakukan mobilisasi karena ketakutan dan kebutuhan.

Sebagai aktivis kontrol senjata Amerika berusia 22 tahun, penyintas penembakan massal Florida, David Hogg, membuat cuitan: “Saya tidak didukung oleh harapan, melainkan oleh fakta bahwa saya tidak punya pilihan lain.”

13
“Tingkat krisis iklim, ketidaksetaraan yang mendalam, fasisme yang menjalar secara global –semuanya adalah ancaman eksistensial.”

Paparan konstan terhadap realitas suram telah membuat Gen Z siap menghadapi kesulitan secara proaktif. Data global dari perusahaan riset dan hubungan masyarakat Edelman menunjukkan, 70% Gen Z terlibat dalam tujuan sosial atau politik.

Meskipun tidak semua dari 10.000 orang responden mengatakan bahwa mereka akan menyebut diri mereka sebagai aktivis yang sepenuhnya matang, mereka masih sangat terlibat secara sosial dan mengadvokasi tujuan yang mereka yakini benar.

Mereka merupakan generasi yang paling mungkin untuk memboikot suatu produk, perusahaan, hingga karena sikap politik, sosial, dan lingkungan, yang juga mencakup cara mereka memilih sesuatu.

Hanya satu dari lima orang, akan bekerja bagi sebuah perusahaan yang gagal untuk berbagi nilai-nilai mereka.

Sebagian besar aktivisme mereka didorong oleh rasa frustrasi. Bahkan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa mereka umumnya lebih kecewa dengan pemerintah dan bentuk partisipasi politik lainnya daripada orang tua mereka.

University of Cambridge telah mengumpulkan data global sejak 1973, dari situ ditemukan bahwa kepercayaan kaum muda terhadap politik demokrasi sekarang lebih rendah daripada kelompok usia lainnya.

Di antara anak-anak berusia 18 hingga 34 tahun (campuran Gen Z dan milenial), kepuasan terhadap demokrasi menurun pada tingkat yang paling curam.

Bagi kaum muda di negara demokrasi maju, eksklusi ekonomi adalah kontributor terbesar terhadap memudarnya kepercayaan mereka pada institusi.

14
Munculnya para aktivis muda

Berjuang dengan beban utang yang lebih tinggi, peluang yang lebih rendah untuk memiliki rumah, serta tantangan yang lebih besar dalam memulai sebuah keluarga, semakin menyuburkan ketidakpuasan bagi para Gen Z. Pandemi tentu saja tidak membantu Menurut penelitian dari London School of Economics and Political Science, individu yang mengalami epidemi, seperti Covid-19, virus Zika, Ebola atau Sars, antara usia 18 dan 25 tahun cenderung memiliki sikap negatif terhadap pemerintah dan pemilihan umum untuk waktu yang lama setelah epidemi berakhir.

“Sementara individu muda menarik diri dari politik formal – yang tidak mengejutkan, karena kurangnya kepercayaan – mereka juga cenderung meningkatkan partisipasi mereka dalam proses demokrasi melalui cara alternatif dan lebih langsung,” jelas Orkun Saka, salah satu penulis makalah, dosen tamu di LSE dan asisten profesor ekonomi di City, University of London

Ini termasuk kegiatan seperti menghadiri demonstrasi, protes, boikot dan menandatangani petisi.

Buntut dari penurunan kepercayaan pasca-epidemi dapat membuat orang muda merasa ingin mengambil tindakan sendiri

“Mereka mungkin menjadi lebih kritis terhadap pemimpin politik dan pemerintah mereka, hal tersebut tentu bukanlah konsekuensi buruk bagi dirinya masing-masing,” kata Saka.

Satu yang paling menonjol adalah usia di mana aktivisme Gen Z dimulai –secara umum, lebih muda dari generasi sebelum mereka.

Greta Thunberg melancarkan protes pertamanya di luar parlemen Swedia pada usia 15 tahun, yang menurut Subir Sinha, seorang dosen teori dan politik pembangunan di SOAS University of London, memicu efek domino, membuat kaum muda memiliki panutan dalam mengekspresikan kemarahan, dan dengan alasan yang baik.

"Dia... tidak tampak seperti dikemas," katanya.

"Ini adalah aktivisme pasca-selebriti, dengan sikapnya yang biasa-biasa saja dan tidak glamor sebagai bagian dari daya tariknya."

15

Banyak aktivis muda telah mengikuti jejaknya, mendapatkan pengakuan global karena berbicara tentang isu-isu perubahan iklim, meski baru berusia delapan tahun.

Licypriya Kangujam dari Manipur, India misalnya, pada usia 10 tahun, dia berhasil melakukan kampanye untuk membersihkan semua polusi plastik dari daerah sekitar Taj Mahal.

“Gagasan bahwa mungkin tidak akan ada masa depan, atau jika ada, itu bisa sangat memperkeruhnya, secara telak membebani pikiran mereka,” kata Sinha

“Aktivisme perubahan iklim semestinya berurusan dengan konsep-konsep ilmiah yang abstrak, tetapi dengan kebakaran hutan tahunan, banjir, kekeringan dan rekor panas matahari, ditambah berita dan liputan media sosial tentang semua ini, kita dapat merasakan percepatan iklim dan itu menambah hawa kiamat yang akan datang.”

Inilah mengapa banyak anak muda yang melihat perubahan iklim sebagai ancaman eksistensial dalam hidup. Mereka berpartisipasi secara vokal dalam gerakan dan menuntut kursi di meja perundingan global.

16

Masyarakat tak peduli, Lingkungan rusak tak diganti

OLEH PANG PNG 17

Kerusakan alam bukan terjadi pada kita, tapi karena kita

18

Alam Lestari Tanpa Oligarki

19

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.