

ardian nanang p
dibuat atas keresahan terhadap generasi berikutnya yang semakin melupakan budaya sekitarnya
seko biyen’e (sejarah)
teges’e nguras enceh (apa arti dan makna)
sejatine banyu (asal air yang digunakan)
sendhang bengkung (mata air bengkung)
aran’e siwur (apa itu siwur)
omah’e siwur (tempat menyimpan siwur)
ngarak siwur (kirab ngarak siwur)
nggawa iki wae (bawa ini saja) unggah ungguh 16-17
wis diilingke (kita tinggal minum)
sekawan enceh (keempat enceh)
sego gurih (nasi gurih)
diajak simbok (diajak ibu)
seko adoh (pengunjung dari jauh)
kapan meneh to? ngarak siwur
dibalik lensa daftar istilah penting
iki lho sik nulis
(sejarah)
Upacara Nguras Enceh secara umum mulai dilakukan pada sekitar tahun 1950. Sebelumnya Nguras Enceh hanya dilaksanakan ekslusif oleh keluarga keturunan
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat melalui abdi dalemnya saja. Biasanyan dulu anggota keluarga kraton yang sedang sakit meminum air dari enceh dan mendapatkan kesembuhan. Soalnya keluarga keraton dan sultan yang masih hidup dan berkuasa tuh gaboleh berkunjung ke Makam Raja Imogiri.
Nah, baru pada tahun 1949 Presiden Soekarno nulis surat resmi buat Sultan Hamengkubuwana IX untuk memberikan air kurasan enceh kepada para pejuang kemerdekaan. Waktu itu pas Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949. Karena cerita turun temurun yaitu setiap ada keluarga kraton baik itu Jogja atau Solo dahulunya sembuh gara – gara meminum air kurasan enceh.
(apa arti dan makna)
Secara harfiah Nguras Enceh terdiri dari dua kata, yaitu nguras yang berarti mengganti air yang berada di dalam enceh, dan enceh merupakan bahasa Jawa krama halus dari gentong atau dalam bahasa Indonesia adalah tempayan. Ada juga yang nyebut “Kong”, yang berasal dari kata Genthong. Tapi sebenarnya ya sama aja.
Upacara Nguras Enceh tidak sebatas asal memandikan enceh doang. Di sana ada makna yang dalam. Makna tersebut mungkin jarang diketahui oleh banyak orang. Dari namanya saja sudah
terlihat, nguras. Tapi ada juga yang menyebutnya nawu.
Sebenarnya ya sama aja sih arti kedua kata tersebut. Intinya membersihkan, mengganti airnya.
Secara spiritual upacara Nguras Enceh atau membersihkan enceh sebagai simbol dari manusia itu sendiri. Setiap hari ada bahkan banyak hal kurang baik yang masuk ke diri kita dan keluar dari diri kita. Kita pun perlu melakukan pembersihan batin. Contoh, perasaan ga suka sama orang lain lalu kita ngomongin di belakang.
Manusia yang diibaratkan enceh juga perlu dibersihkan. Ada hadistnya juga kalo “Kebersihan Sebagian dari Iman”. Bersih bukan hanya raga atau lingkungan, batin yang paling penting untuk dibersihkan.
(asal air yang digunakan)
Air Bertuah. Mungkin itu yang kalian semua cari maksudnya kan?
Air yang dipake disini bukan sembarang air dari PDAM atau Air PAM ya lurd. Bukan air ledeng yang kayak dikeran wastafel kalian. Tapi khusus banget didatengin dari sebuah tuk atau mata air yang faktanya tidak pernah kering! Mata air ini berada di sebuah dusun yang bernama Bengkung. Kenapa bernama bengkung? Karena dulu katanya ada yang bertapa di sana sampe tindhak kehadapan Yang Maha Kuasa alias seda, alias meninggal. Beliau ini bukan sembarang beliau, karena pada saat bertapa hingga meninggal tersebut beliau hangus terbakar dan dinamai Sunan Geseng. Tubuh beliau meringkuk itulah yang menjadi asal muasal nama dusun ini.
(mata air bengkung)
Nah kalo mata airnya beda lagi nih asal usulnya.
Mata Air ini konon katanya nih ya berasal dari tempat
tongkat Sultan Agung yang ditancepin saat beliau mencari lokasi jatuhnya tanah suci dari Mekkah.
Perjalanan itu biasa dibilang Nitik Siti Arum atau dalam bahasa Indonesia berarti Mencari Tanah Harum. Pas nyari tanah itu ada pengawal beliau yang
bernama Kyai Cinde Amoh berhari – hari nyari air buat minum dan wudhu ga dapet – dapet. Sultan Agung dengan kesaktiannya lalu menancapkan tongkat ke tebing batu dan… Munculah mata air Bengkung yang masih ngalir sampe kalian baca kalimat ini sampe titik.
Saat prosesi , siwur pertama kali
digunain pas awal mengambil air
dari enceh. Setelah beberapa kali
baru dilanjut pake ember atau
gayung biasa supaya lebih cepet.
Siwur punya arti “Yen Isi Ojo
Ngawur” atau dalam bahasa
Indonesia adalah Jika berilmu jangan
sembarangan
(apa itu siwur)
(tempat menyimpan siwur)
Pada upacara Nguras Enceh terdapat
dua siwur atau gayung yang disimpan di masing-masing Ndalem Kanjengan.
Siwur milik Keraton Yogyakarta disimpan di Ndalem Kanjengan Wetan
atau yang memiliki nama resmi
Kabupaten Puralaya yang berada di dusun Tilaman, Kalurahan Wukirsari, Kapanewon Imogiri.
Sedangkan Siwur milik Keraton Surakarta disimpan di Ndalem Kanjengan Kulon atau yang jarang diketahui orang yaitu Kabupaten Surakarta yang berada di dusun Ketandan Tengah, Kalurahan Imogiri, Kecamatan Imogiri. Kedua
Siwur tersebut kemudian diarak dari Ndalem Kanjengan, masing-masing menuju Kompleks Makam Raja - Raja Imogiri. Dalam arak – arakan siwur ini juga dikawal oleh bregada yang berasal dari dusun Ndalem Kanjengan masing – masing.
Sebelum sampai di tujuannya kedua siwur tersebut diberikan secara simbolis ke pengurus Makam Raja Imogiri oleh Bupati Bantul yang sedang menjabat saat itu adalah Bapak Halim Muslih.
“ sejatine banyu niku namung dalan, kabeh panyuwunan namung
“
(kita tinggal minum)
“ sebenarnya Air itu hanyalah media, semua permintaan hanya
tertuju pada Tuhan Yang Maha Esa
“
(keempat enceh)
Enceh ini merupakan hadiah dari Kerajaan Aceh. Di kompleks Makam Raja Imogiri, enceh ini
berlokasi di sebelah barat dari Enceh Kyai
Danumaya yaitu sebelah utara dari pendapa juru kunci Puralaya. Seperti Enceh Kyai Danumaya, Enceh Nyai Danumurti merupakan milik dari
Kasultanan Yogyakarta.
Enceh Nyai Danumurti memiliki ukuran lebih
kecil dibandingkan dengan Enceh Kyai Danumaya dan Enceh Kyai Mendung.
Enceh ini merupakan hadiah dari Kerajaan Palembang. Di kompleks Makam Raja Imogiri, enceh ini berlokasi di sebelah paling barat dari anak tangga menuju Makam Sultan Agung. Enceh Kyai danumaya merupakan milik dari Kasultanan Yogyakarta
Enceh ini merupakan hadiah dari Kerajaan Ngerum yang terletak di wilayah Konstantinopel atau sekarang biasa disebut Turki. Kata Ngerum disini merujuk pada gelar terakhir Sultan
Muhammad Al-Fatih yang kukuhkan oleh
cucunya Salim I sebagai "Qayshar-i-Ruum". Kyai
Mendung mempunyai cerita tersendiri dibandingkan dengan enceh yang lain. Saat enceh ini dibawa pulang oleh utusan Sultan Agung yang dikirim ke Makkah pada tahun 1641, enceh ini
dahulu
berisi air zam – zam
Di kompleks Makam Raja Imogiri, enceh ini
berlokasi di sebelah barat dari Enceh Nyai Siyem. Kyai Mendung sendiri merupakan enceh milik
Kasunanan Surakarta.
Enceh ini merupakan hadiah dari Kerajaan Siam yang terletak Thailand. Di kompleks Makam Raja Imogiri, enceh ini berlokasi di sebelah timur Enceh Kyai Mendung. Enceh Nyai Siyem merupakan milik Kasunanan Surakarta. seperti Kyai Mendung.
Enceh Nyai Siyem memiliki ukuran yang paling kecil dibandingkan dengan ketiga enceh yang lain.
Sayur Gudangan merupakan beberapa jenis sayuran yang digabungkan kemudian diurap menggunakan bumbu manis dari kelapa parut. Sayuran ini memiliki arti yaitu kebersamaan dan harapan.
Ketan yang memiliki tekstur lengket mengajari kita untuk senantiasa menjaga hubungan silaturahmi yang baik. Kolak berasal dari kata ‘qola yang berarti manis, mempunyai harapan agar sebagai manusia harus bertutur kata manis dan tidak menyakiti dengan ucapan. Apem merupakan kata serapan dari afwan, mengingatkan kita agar selalu meminta ampun atas semua kesalahan pada Tuhan Yang Maha Esa.
Nasi gurih kesucian
(nasi gurih)
nasigurih
Pisang Sanggan memiliki serapan yaitu sangga yang
dalam bahasa Indonesia berarti “menyangga”. Ini
memiliki arti bahwa sebagai rakyat harus senantiasa menyangga pemimpinnya.
Ingkung disini menyimbolkan setiap manusia akan berakhir kaku seperti ingkung yaitu akhir dari semua manusia yang hidup di bumi adalah kematian.
yang berwarna putih menggambarkan kesucian dari semua manusia saat lahir.
(diajak ibu)
Sebenarnya, waktu kecil kita dulu sering diajak orangtua buat hadir dikegiatan budaya. Mungkin lupa atau ada kegiatan lain jadi pas udah gede lupa buat nglakuin lagi, atau pas udah gede lebih sibuk dengan scroll timeline sosial media kan biasa terjadi. Ini sering terjadi, ga dikit dan ga banyak juga tapi ada. Bisa jadi pas udah gede gitu gara – gara sekolah ya wajar. Ngga bisa disalahin juga. Contohnya ya seperti nguras enceh ini. Waktu pelaksanaannya pagi. Untuk yang masih sekolah kehalang sekolah. Bisa dimaklumin. Hal yang disayangin tuh kalo nggak tau tentang acara ini. Nah itu masalahnya. Soalnya beberapa remaja tuh ga tau kalo ada Nguras Enceh. Padahal acaranya ya masih satu wilayah kapanewon. Taunya cuma Kirab Ngarak Siwur. Mereka tau Nguras Enceh cuma sekedar ada gentong terus diganti airnya.
Kalo ini ada Mas Wawan, beliau dari Semanu, Gunung Kidul dateng pagi - pagi lewat tangga yang banyak itu untuk mengikuti Upacara Nguras Enceh. Pada tahun 2024 ini, beliau udah yang ketiga kali ikut. Mas Wawan memang suka berziarah di makam - makam wali atau tokoh agama Islam yang ada disekitaran Yogyakarta. Nah, Upacara Nguras Enceh ini juga salah satu kegiatan untuk menghormati Sultan Agung Hanyakrakusuma yang juga sebagai tokoh Islam di sekitaran Yogyakarta. Saat ditanya kenapa Mas Wawan suka berziarah begitu, beliau mengatakan “Ziarah untuk mendoakan para leluhur yang telah mendahului serta mencari keberkahan yang ada didalamnya.
( hal atau benda yang dibawa )
buat diungkapin ke para abdi dalem kenapa gini kenapa gitu. tanyain aja apapun yang pengen kamu ketahui. lumayan buat nambah pengetahuan budaya kamu.
Cintai lingkungan ges. Hehehe. Tumblr atau wadah minum kan sekarang murah dan mudah dapetinnya.
buat parkir hehe. buat sedekah bagi abdi dalem juga udah ngisi air ke tumblr tersayangmu. udah ngasih sego gurih juga kan. kalo dapet sih hahaha
Karena sejatinya kita meminta hanya kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Niatkan hati untuk berziarah mendoakan pendahulu kita.
buat mengabadikan momen - momen atau kenangan. kalo ngga ya foto - foto arsitektur di Makam Raja - Raja terus upload disosial media kesayanganmu.
Kalo kepaksa ga ada tumblr aja sih. disana juga ada yang jualan ini soalnya. Siapa tau ingin memberikan rezeki bagi para penjualnya hehe.
Membuat suasana gaduh, bicara yang kotor & kasar, sangat dilarang. Ganggu orang lain ntar. Mulutmu harimaumu. Kalo ga penting mending mulutnya buat doain leluhur.
Minta tolong sama abdi dalemnya. Mau minta enceh yang mana bebas bisa request. Jangan sembarangan.
Motif batik ini mempunyai peraturan saat memakainya. Terutama dilingkungan milik Kraton Yogyakarta.
pengunjung)
Mulai area kuning diatas sampai selanjutnya! Timbang diseneni abdi daleme. Ibarat kamu main ke rumah orang tapi ga nyopot sendal atau sepatu.
Beskap landung tidak memenuhi tata cara peraturan berpakaian resmi dalam lingkup Kraton Yogyakarta
Jaga sopan santun. Seperti bertamu ke rumah orang gitu lho. Ibarat di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung
Mereka yang menginap ini sekalian
melakukan tirakat. Tirakat adalah
sebuah kegiatan yang dilakuin sewaktu malam, biasanya mereka duduk sambil
mengirim doa untuk para leluhur yang sudah mendahului. Pada kasus ini yaitu raja - raja mataram terdahulu seperti
Sultan Agung Hanyokrokusumo, Panembahan Senopati dan masih banyak lagi.
Doa yang mereka panjatkan merupakan bacaan tahlil. Bacaan tahlil pada umumnya berharap agar para leluhur
diberikan tempat terbaik disisi Tuhan
Yang Maha Esa.
Pengunjung sudah memadati Kompleks
Makam Raja Imogiri sedari malam jumat. Mereka yang bermalam di kompleks
Makam Raja Imogiri biasanya berasal dari berbagai wilayah di sekitaran Daerah Istimewa Yogyakarta. Biasanya acara
Nguras Enceh dimulai sejak pukul 07.00 pagi. Berbeda dengan pengunjung yang berasal dari lingkup Yogyakarta, yang biasanya datang sewaktu malam lalu pulang ke rumah dan datang lagi saat upacara ini berlangsung pada pagi keesokan harinya.
Pengunjung dari luar Yogyakarta ada yang menggunakan bus ataupun elf terutama bagi mereka yang datang sebagai rombongan. Tak sedikit yang datang menggunakan kendaraan pribadi, baik motor ataupun mobil. Sebelum mengunjungi Kompleks Makam Raja pengunjung biasanya menyempatkan mencicipi kuliner yang ada di wilayah Kecamatan Imogiri. Kuliner tersebut yakni bakmi lethek, makanan yang cukup terkenal di kalangan wisatawan. Mereka mengatakan “Jajan nggone Mbah Bagong sik yo sak durunge munggah” Munggah disini diartikan sebagai naik ke
(jalan menuju lokasi)
Pantai Parang Tritis
Kuliner Imogiri
Jika ingin berwisata kuliner dahulu di Kapanewon Imogiri, setelah
Jembatan Karang Semut lurus saja menyusuri Jl. Imogiri Timur sampai bertemu Patung Sultan Agung. Setelah itu belok ke kiri dan menyusuri
Jl. Makam Raja sampai bertemu Lapangan Parkir Kompleks Makam Raja - Raja Imogiri.
Setelah dari Jembatan Karangsemut bisa belok ke kiri, kemudian mengikuti jalan persimpangan pertama belok ke kanan. Ikuti jalan tersebut sampai bertemu Embung Imogiri 1. Setelahnya baru belok kanan dan menanjak menuju Kompleks Makam Raja Imogiri.
Parkir Kompleks Makam Raja - Raja Imogiri
Upacara Nguras Enceh dapat dihadiri setiap hari
jika tidak ada hari jumat kliwon maka ganti jadi hari mulai pukul bulan
08.00
nguras (mengganti air)
enceh (tempayan)
genthong (tempayan)
Bengkung (Mata air untuk enceh)
Sunan Geseng (Orang yang bertapa di Sendhang Bengkung)
Nitik Siti Arum (Mencari Tanah Harum)
siwur (gayung kayu)
Kyai Cinde Amoh (tokoh yang menemani Sultan Agung mencari tanah harum)
Ndalem Kanjengan Wetan (Sekretariat Kabupaten Puralaya)
Kabupaten Puralaya (Juru Kunci Kasultanan Yogyakarta)
Ndalem Kanjengan Kulon (Sekretariat Kabupaten Surakarta)
Kabupaten Surakarta (Juru Kunci Kasunanan Surakarta)
ngarak (pawai)
Nyai Danumurti (Enceh milik Kasunanan Surakarta)
Kyai Danumaya (Enceh milik Kasunanan Surakarta)
Kyai Mendung (Enceh milik Kasultanan Yogyakarta)
Nyai Siyem (Enceh milik Kasultanan Yogyakarta)
Qayshar-i-Ruum (Gelar dari Sultan Muhammad Al Fatih)
ngarak (pawai)
gudangan (sayur yang ada dalam nasi gurih)
ketan kolak apem (camilan syukuran)
pisang sanggan (pisang raja)
ayam ingkung (ayam utuh yang ada dalam nasi gurih)
tirakat (kegiatan semalam sebelum nguras enceh)
(profil penulis)
Halo nama saya Ardian Nanang Prayudha. Biasa dipanggil Yudha. Tinggal di dusun Kerten, Imogiri, Bantul, Yogyakarta.
Sekitar 2,5 km dari lokasi Upacara Nguras Enceh. Saya berumur 25 tahun. Berkuliah di Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Mengambil program studi Desain Komunikasi Visual. Saya memiliki ketertarikan di budaya khususnya Yogyakarta. Sewaktu kecil dulu saya sering diajak untuk tirakatan di Makam Raja - Raja Imogiri. Khususnya malam Selasa dan Jumat Kliwon.
Sejak saat itu saya selalu mencari tau dari beberapa sumber yang ada. Cerita tentang Sultan Agung Hanyakrakusuma yang pernah menjadi film.