Agar tak Tertinggal Jauh, Dosen di Era Revolusi Industri 4.0 Harus Perbaharui Ilmu Pengetahuannya

Page 1

Agar tak Tertinggal Jauh, Dosen di Era Revolusi Industri 4.0 Harus Perbaharui Ilmu Pengetahuannya -Yusrin Ahmad Tosepu

Di era disrupsi teknologi pada revolusi industri keempat (RI40) saat ini dosen harus senantiasa meng-update diri. Bila ilmu pengetahuannya tidak diperbaharui, sebagai pengampu matakuliah tentu dosen itu akan ‘tertinggal’. Di lain sisi mahasiswanya tidak akan mendapatkan materi kuliah atau kurikulum kekinian yang sesuai era saat ini. Ketika dunia berubah maka cara mengajarpun harus berubah. Sebagai pengampu, ilmu pengetahuan dosen harus luas, dan futuristic. Peran pendidikan dan pengajaran di era disrupsi teknologi berubah setelah model dan proses bisnis berubah menjadi digitalisasi. Apalagi kini serba otomasi yang tidak memerlukan lagi pencatatan, dan penggunaan aplikasi yang semakin terintegrasi. Yang sudah tentu model pendidikan dan pengajaran di era 90 lalu, tidak sama dengan saat ini, apalagi pada masa 50 tahun ke depan,” . Di era revelusi industri 4.0 metode pemberian kuliah kepada mahasiswa harus berubah. Yaitu lebih banyak mahasiswa mencari, menggali dan menganalisis materi kuliah dan kasus-kasus, baik melalui literatur terkini maupun lewat praktik langsung di lapangan (sektor riil). Namun dosen sebagai pengampu juga harus meng-update ilmunya. Kurikulum demikian pula; harus senantiasa di update. Dosen berperan sebagai motivator, mendorong dan memberi keleluasan mahasiswa memperoleh ilmu melalui gaya atau belajar sendiri. Kurikulum bukan sekadar mata kuliah dan materi kuliah saja. Melainkan juga inheren infrastuktur dan cara dosen ketika memberikan kuliah. Dan kurikulum pun harus secara periodik dievaluasi, disesuaikan dengan kondisi pendukungnya. Mata kuliah yang diberikan kepada mahasiswa sudah harus diampu lebih dari seorang dosen. Begitu pula ketika menyusun dan menilai hasil ujian, harus berdasarkan masukkan dan evaluasi lebih dari satu dosen pengampu. Semua itu dimaksudkan untuk memperoleh hasil yang objektif. Hasil studi seseorang mahasiswa semestinya tidak hanya ditentukan dari Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS). Poin penilaian mahasiswa harus merupakan gabungan penilaian dari awal kuliah hingga UAS agar dosen dapat menilai kemampuan mahasiswa secara keseluruhannya. Hal lain, adanya perbedaan’ yang cukup mencolok antara dosen pengampu dengan mahasiswa terhadap ‘penguasaan’ atau ‘kedekatan’ teknologi informasi. Dosen di kampus sebagian besar berasal dari generasi ‘baby boomers’ (lahir tahun 1946 hingga 1964), sementara generasi melinial lahir pada kurun waktu tahun 1980 hingga 2000. Mahasiswa milenial terkategori generasi digital active dibandingkan generasi baby boomers. Untuk itu kurikulum pun harus disesuaikan dengan zaman mahasiswanya. Meski indeks daya saing global Indonesia sudah naik dari posisi semula 41 kepada 36, namun prestasi ini masih berada di bawah Thailand, Malaysia dan Singapura. Salah satu sisi lemah kita adalah ‘higher education science’ (pendidikan tinggi di bidang science) dan kesiapan teknologi yang kita miliki masih rendah. Dalam konteks itu, ke depan para dosen harus memiliki kompetensi tambahan, seperti kompetensi riset sehingga memperoleh dana penelitian dari dalam dan luar negeri.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Agar tak Tertinggal Jauh, Dosen di Era Revolusi Industri 4.0 Harus Perbaharui Ilmu Pengetahuannya by yusrin tosepu - Issuu