KKN PPM UGM 2019: ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN RASAU JAYA KABUPATEN KUBU RAYA

ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN KEC. RASAU JAYA Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat

KKN PPM UGM RASAU JAYA 2019

01

suarasau 2019

KATA PENGANTAR. Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga “Arahan Penggunaan Lahan Kecamatan Rasau Jaya” dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Atas tersusunnya dokumen ini, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng. selaku Rektor Universitas 1.

Gadjah Mada sebagai penanggungjawab program KKN-PPM UGM 2019.

Dr. Ir. H. M. Nurdin, MT. selaku Direktur Jenderal Pembangunan 2.

Kawasan Transmigrasi, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi yang telah bersedia menjadi mitra kami dalam pelaksanaan KKN-PPM di Kecamatan Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya.

Muda Mahendrawan, SH. selaku Bupati Kubu Raya yang telah mengi3. jinkan kami melaksanakan KKN-PPM di Kecamatan Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya.

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Kubu Raya 4. yang telah memberikan kritik, masukan, saran, informasi, dan data yang kami butuhkan dalam penyusunan dokumen arahan penggunaan lahan ini.

H. Suhartono, SE. selaku Camat Rasau Jaya yang telah memberikan 5. bimbingan, arahan, dan bantuan kepada kami selama periode KKN-PPM berlangsung.

Dr. Drs. Moh. Masrukhi, M.Hum. selaku Koordinator Wilayah Kaliman6. tan KKN-PPM UGM 2019 yang telah memberi ilmu, bimbingan, arahan, dan wawasan kepada kami selama periode KKN-PPM berlangsung.

Ahmad Agus Setiawan, ST., M.Sc., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing 7.

Lapangan KKN-PPM UGM Rasau Jaya 2019 yang telah memberikan ilmu, bimbingan, arahan, dan wawasan kepada kami dalam proses penyusunan dokumen ini.

Teman-teman KKN-PPM UGM Rasau Jaya 2019 KB-008 Unit Rasau 8.

Jaya, Kabupaten Kubu Raya yang telah membantu kami dalam memberi motivasi, kritik, dan saran dalam penyusunan dokumen ini.

Serta semua pihak yang membantu secara langsung maupun tidak 9. langsung.

Penyusun menyadari akan kekurangan dan kekeliruan dalam fase penulisan ini, oleh karena itu dengan lapang dada tim penyusun menerima segala kritikan dan juga saran yang ditujukan untuk menyempurnakan dokumen kedepannya. Semoga dokumen ini dapat memberi manfaat positif ke seluruh pihak Rasau Jaya, Agustus 2019 KKN-PPM UGM Rasau Jaya 2019 KB-008 Unit Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya

DAFTAR ISI.

KATA PENGANTAR

01

DAFTAR ISI

02

LATAR BELAKANG

03

TUJUAN

03

PENDAHULUAN Gambaran Umum Kondisi Penggunaan Lahan

04

TINJAUAN PUSTAKA

05

METODE DAN KERANGKA BERPIKIR 06 Metode Analisis Pemanfaatan Fungsi Lahan 06 Metode Pengolahan Data 06 Kerangka Berpikir 07 PEMBAHASAN Analisis Kependudukan Analisis Penggunaan Lahan Analisis Kesesuaian Lahan Arahan Penggunaan Lahan

08 08 09 10 13

KESIMPULAN

14

DAFTAR PUSTAKA

15

DOKUMENTASI KEGIATAN

16

PENUTUP

18

02

suarasau 2019

03

suarasau 2019

LATAR BELAKANG. Penggunaan lahan di suatu wilayah merupakan suatu hal yang dinamis, sehingga perubahan penggunaan lahan selalu dijadikan salah satu indikator untuk melihat perkembangan suatu wilayah. Berbagai faktor yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya akan mempengaruhi perubahan penggunaan lahan, sehingga setiap bentuk perubahan penggunaan lahan akan berpotensi mempengaruhi penggunaan lahan lain disekitarnya (Husin dan Herwangi, 2018).

Permukiman transmigrasi yang terletak di Kota Terpadu Mandiri (KTM) Rasau Jaya meliputi empat kecamatan yaitu Kecamatan Rasau Jaya, Kecamatan Kubu, Kecamatan Sungai Raya dan Kecamatan Teluk Pakedai. Sebagai salah satu wilayah yang masuk ke dalam KTM Rasau Jaya, Kecamatan Rasau jaya memiliki pola usaha pertanian yang artinya bentuk pola transmigasi dengan kegiatan pertanian tanaman pangan sebagai usaha utama bagi masyarakat transmigran. Fungsi Kota Terpadu Mandiri (KTM) selain sebagai tempat bermukim, sebagai tempat kegiatan pertanian untuk memenuhi kebutuhan penduduk kota (On Farm) dan sebagai tempat kegiatan usaha pasca panen dan kegiatan jasa (Off Farm) (Kalsum, 2016).

Pembangunan dan pengembangan kawasan transmigrasi merupakan manifestasi untuk perkembangan suatu kota atau provinsi. Pembangunan transmigrasi dilaksanankan berbasis pada kawasan yang memiliki keterkaitan dengan daerah sekitarnya dalam membentuk suatu kesatuan sistem pengembangan ekonomi wilayah melalui pembangunan dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di kawasan transmigrasi dan sekitarnya. Pembukaan kawasan transmigrasi diharapkan mampu memberikan dampak positif terutama untuk wilayah yang dijadikan lokasi transmigrasi. Adanya pelaksanaan program trasnmigrasi di wilayah ini memberikan dampak yang besar pada penggunaan lahan. Teruma pada lahan-lahan yang saat itu tidak produktif menjadi lahan-lahan produktif, yang diolah oleh warga transmigran sebagai lahan usaha, yang tentunya memberikan pengaruh yang sangat signifikan untuk pembangunan ekonomi lokal. Oleh karenanya diperlukan pengkajian terkait perubahan penggunaan lahan dan peruntukannya untuk mengetahui sejauh mana tingkat perkembangan secara fisik yang nantinya sangat berguna untuk rencana pengembangan kedepannya.

TUJUAN. 01

Mengetahui penggunaan lahan eksisting Kecamatan Rasau Jaya tahun 2019

02

Mengetahui potensi penggunaan lahan Kecamatan Rasau Jaya

03

Memberikan rekomendasi dan arahan terhadap pengembangan wilayah Kecamatan Rasau Jaya

PENDAHULUAN. Gambaran Umum.

Kecamatan Rasau Jaya memiliki luas wilayah sekitar 33.103 Ha. Kecamtan Rasau Jaya terdiri dari 6 desa yaitu Desa Rasau Jaya Umum, Desa Rasau Jaya Satu, Desa Rasau Jaya Dua, Desa Rasau Jaya Tiga, Desa Pematang Tujuh dan Desa Bintang Mas. Secara fisik, Kecamatan Rasau Jaya mempunyai kondisi topografi yang relatif datar, yaitu mempunyai kemiringan lahan rata-rata antara 0 – 3 %. Berdasarkan geomoforlogi wilayah rata-rata, merupakan dataran pasang surut dengan bentuk perlembahan sungai sampai dataran.

Kondisi Penggunaan Lahan.

Tabel 1. Penggunaan Lahan Kecamatan Rasau Jaya

Sumber: Analisis Penulis, 2019

Kota Terpadu Mandiri (KTM) Rasau Jaya secara geografis terletak pada 109º 11' 06" - 109º 31' 02" Bujur Timur dan 0º 12' 36" - 0º 32' 07" Lintang Selatan. Luas wilayah KTM Rasau Jaya adalah seluas 133.363 Ha. Kota Terpadu Mandiri (KTM) Rasau Jaya mencakup pada 4 (empat) kecamatan yaitu Kecamatan Kubu, Kecamatan Rasau Jaya, Kecamatan Sungai Raya dan Kecamatan Teluk Pakedai. Kecamatan Rasau Jaya merupakan salah satu kecamatan yang masuk ke dalam Kota Terpadu Mandiri (KTM) Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat dengan batas administratif sebagai berikut:

Kec. Sungai Kakap Kec. Teluk Pakedai

Kec. Sungai Raya Kec. Kubu

Berdasarkan aspek penggunaan lahannya, Kecamatan Rasau Jaya merupakan gambaran pemanfaatan ruang hasil dari jenis usaha tingkatan teknologi di suatu wilayah dan aktivitas manusia dalam memanfaatkan sumber daya lahan baik oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Pola penggunaan lahan di Kecamatan Rasau Jaya sesuai dengan pola penyebaran penduduk dengan akumulasi penduduk sebagian besar terdapat pada lokasi-lokasi yang dikembangkan oleh pemerintah, seperti pusat perdagangan, lokasi transmigrasi dimana daerah-daerah tersebut telah mempunyai sarana dan prasarana yang memadai. Penggunaan lahan di Kecamatan Rasau Jaya terbagi menjadi beberapa penggunaan lahan yaitu bangunan industri, permukiman, herba, kebun campuran, lading hortikultura, ladang palawija, pelabuhan, perkebunan karet dan kelapa sawit, persawahan, serta semak, sebagaimana ditunjukkan pada tabel

04

suarasau 2019

05

suarasau 2019

Lahan merupakan sumberdaya alam yang memiliki fungsi sangat luas dalam memenuhi kebutuhan manusia. Penggunaan lahan merupakan hasil akhir dari setiap bentuk campur tangan kegiatan (intervensi) manusia terhadap lahan di permukaan bumi yang bersifat dinamis dan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup baik material maupun spiritual (As-syakur, 2011). Suatu unit penggunaan lahan mewakili tidak lebih dari suatu mental construct yang didisain untuk memudahkan inventarisasi dan aktivitas pemetaan (Malingreau dan Rosalia, 1981). Identifikasi, pemantauan dan evaluasi penggunaan lahan perlu selalu dilakukan pada setiap periode tertentu, karena dapat menjadi dasar untuk penelitian yang mendalam mengenai perilaku manusia dalam memanfaatkan lahan (Hayatuliman, 2017).

Pemanfaatan lahan diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual (Setya Nugraha, 2007). Pemanfaatan lahan harus disesuaikan dengan fungsi utama kawasan agar tidak terjadi kerusakan lingkungan. Permasalahan umum yang hampir terjadi di setiap wilayah ialah tidak sesuainya pemanfaatan lahan dengan arahan fungsi kawasannya, khususnya untuk kawasan hutan lindung. Penduduk mulai menjamah hutan lindung untuk kegiatan pertanian, hal ini disebabkan karena pertambahan penduduk yang terus meningkat setiap tahun sedangkan jumlah lahan tetap sehingga dibutuhkan arahan fungsi pemanfaatan lahan (Fitrianti, Sugiyanta, Miswar, 2013).

Arahan fungsi pemanfaatan lahan juga dapat diartikan sebagai upaya untuk menata pemanfaatan lahan pada suatu kawasan sesuai dengan kemampuannya. Tujuan dari arahan fungsi pemanfaatan lahan adalah untuk mencapai keseimbangan antara kemampuan lahan dengan jenis pemanfaatan dan teknologi yang digunakan sebagai upaya untuk melindungi kelangsungan fungsi dan manfaat sumber daya alam di suatu wilayah (Listumbinang Halengkara, 2012). Penetapan arahan untuk pemanfaatan lahan, diperlukan data-data spasial, seperti kemiringan lereng, jenis tanah, dan curah hujan sedangkan untuk evaluasi pemanfaatan lahan yang sesuai dengan arahan pemanfaatannya dibutuhkan data penggunaan lahan eksisting di lapangan.

Perencanaan Pengggunaan Lahan saat ini mendapat perhatian utama akibat semakin langkanya ketersediaan lahan dan banyaknya dorongan konversi lahan pertanian ke non-pertanian di Indonesia, maupun diberbagai negara di dunia. Perencanaan penggunaan

lahan dapat memberikan informasi tentang lahan yang berpotensi dikembangkan untuk berbagai penggunaan berdasarkan telaahan ilmiah dengan mempertimbangkan pengalokasian ruang pada Rencana Tata Ruang Wilayah mulai dari tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, baik di kawasan perdesaan maupun perkotaan. Rencana Pengggunaan Lahan dan Rencana Tata Ruang Wilayah

TINJAUAN PUSTAKA. dapat digunakan sebagai pedoman dalam optimasi penggunaan lahan dan pemanfaatan ruang wilayah secara berkelanjutan (Sitorus, 2016).

Dengan demikian, penggunaan lahan menjadi bagian yang penting dalam usaha melakukan perencanaan dan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan keruangan di suatu wilayah. Prinsip kebijakan terhadap lahan perkotaan bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan lahan dan pengadaan lahan untuk menampung berbagai aktivitas perkotaan. Dalam hubungannya dengan optimalisasi penggunaan lahan, kebijakan penggunaan lahan diartikan sebagai serangkaian kegiatan dan tindakan yang sitematis dan terorganisir dalam penyediaan lahan, serta tepat pada waktunya, untuk peruntukan pemanfaatan dan tujuan lainnya sesuai dengan kepentingan masyarakat (Suryantoro, 2002).

Pendekatan yang dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data dilakukan melalui teknik survei primer yaitu observasi atau pengamatan objek dan survei sekunder, melalui survei instansi dan telaah dokumen yang dianalisis secara kuantitatif.

Metode Analisis Pemanfaatan Fungsi Lahan

METODE DAN KERANGKA BERPIKIR. Metode Pengolahan Data

Kriteria fungsi lahan disesuaikan dengan kriteria dan tata cara penetapan hutan lindung dan hutan produksi sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 837/KPTS/UM/11/1980. Berdasarkan ketepatan tersebut, terdapat tiga faktor yang dinilai yaitu: kelerengan lahan, jenis tanah menurut kepekaanya terhadap erosi, serta curah hujan harian rata-rata. Berikut merupakan tabel pejabaran penilaian tersebut: Tabel 2. Kelas kelerengan lahan dan nilai skor

Kelas I II III IV V

Kemiringan Lereng 0% - 8% 8% - 15% 15% - 25% 25% - 45% 45% atau lebih

pendekatan teknik overlay (tumpang-tindih) peta. Data-data yang digunakan adalah peta kelerengan lahan, peta jenis tanah menurut kepekaanya terhadap erosi dan peta curah

Sumber: SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/11/1980

I II III

hujan harian rata-rata, sehingga didapatkan hasil overlay

IV

berupa peta klasifikasi kesesuaian lahan. Setelah didapatkan

V

peta klasifikasi kesesuaian lahan, dilakukan overlay peta

Jenis Tanah Aluvial, Tanah Glei Planosol Hidromorf Kelabu, Literita Air Tanah Latosol Brown Forest Soil, Non Calcis Brown, Mediteran Andosol, Laterit, Grumosol, Podsolik Regosol, Litosol, Orgnosol, Renzina

Klasifikasi

Nilai Skor

Tidak Peka

15

Agak Peka

30

Kurang Peka

45

Peka

60

Sangat Peka

75

Sumber: SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/11/1980

untuk mendapatkan peta kesesuaian lahan yang menunjukkan apakah lahan tersebut sesuai, kurang sesuai, atau

Nilai Skor 20 40 60 80 100

Tabel 3. Kelas tanah menurut kepekaannya terhadap erosi dan nilai skor Kelas

Tahap pengolahan data arahan lahan menggunakan metode

Klasifikasi Datar Landai Agak Curam Curam Sangat Curam

Tabel 4. Intensitas hujan harian rata-rata Kelas

Curah Hujan

Klasifikasi

menjadi acuan dalam analisis dan penyusunan arahan

I II III IV

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi

penggunaan lahan di Kecamatan Rasau Jaya.

V

8 – 13,6 mm/hari hujan 13,6 – 20,7 mm/hari hujan 20,7 – 27,7 mm/hari hujan 27,7 – 34,8 mm/hari hujan 34,8 mm/hari hujan atau lebih

Nilai Skor 10 20 30 40

Sangat Tinggi

50

bahkan tidak sesuai dengan klasifikasi lahan berdasarkan peraturan terkait. Data-data yang dihasilkan tersebut dapat

Sumber: SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/11/1980

Setelah dilakukan skoring terhadap ketiga kriteria tersebut, selanjutnya dilakukan overlay dan penjumlahan skor untuk memperoleh kriteria kawasan. Adapun kriteria penetapan kawasan adalah sebagai berikut: Tabel 5. Kriteria penetapan kawasan Total Skor >174 125 – 174 <125 Lereng <15% <125 Lereng <8%

Keterangan Kawasan lindung, termasuk hutan lindung Kawasan penyangga atau hutan produksi terbatas Kawasan budidaya, hutan produksi tetap Kawasan budidaya, hutan produksi yang dapat dikonversi Kawasan budidaya, tanaman tahunan Kawasan tanaman semusim dan permukiman Sumber: Muta’ali (2012)

06

suarasau 2019

07

suarasau 2019

KERANGKA BERPIKIR. Curah Hujan

Kemiringan Lereng

Penggunaan Lahan

Jenis Tanah

Klasifikasi Kesesuaian Lahan

Kesesuaian Lahan

Analisis

Arahan Penggunaan Lahan

Peta Arahan Lahan

Dokumen Arahan Lahan Keterangan: Input

Proses Output Gambar 1. Diagram Kerangka Berpikir Sumber: Analisis Penulis, 2019

PEMBAHASAN.

Tabel 6. Kondisi Kependudukan Kecamatan Rasau Jaya

Analisis Kependudukan.

Sumber: Kecamatan Rasau Jaya Dalam Angka Tahun 2018

Jumlah penduduk akan terus berubah setiap tahunnya yang juga akan memengaruhi jumlah kebutuhan fasilitas dan lahan yang ada dalam suatu wilayah, termasuk juga Kecamatan Rasau Jaya. Berdasarkan tabel di atas penduduk Kecamatan Rasau Jaya pada tahun 2017 berjumlah 26.815 jiwa, terdiri dari 13.470 jiwa penduduk laki-laki dan 13.345 jiwa penduduk perempuan. Sex ratio di kecamatan ini adalah 100,94% yang menunjukkan bahwa perbandingan laki-laki dan perempuan hampir setara, dengan jumlah penduduk laki-laki sedikit lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan.

Tabel 7. Kondisi Kependudukan Kecamatan Rasau Jaya

Sumber: Kecamatan Rasau Jaya Dalam Angka Tahun 2018

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa kepadatan penduduk di Kecamatan Rasau Jaya adalah sebesar 1,26 jiwa/Ha. Hal ini menunjukkan bahwa Kecamatan Rasau Jaya memiliki tingkat kepadatan penduduk yang rendah. Sedangkan rata-rata penduduk rumah tangga di Kecamatan Rasau Jaya adalah 4 jiwa per rumah tangga. Kecamatan Rasau Jaya pada tahun 2013 hingga 2017 menunjukkan peningkatan jumlah penduduk yang relatif stabil. Ditunjukkan pada grafik di bawah ini.

Gambar 2. Diagram Jumlah Penduduk Tahun 2013-2017 Sumber: Kecamatan Rasau Jaya Dalam Angka

08

suarasau 2019

09

suarasau 2019

PEMBAHASAN. Tabel 8. Penggunaan Lahan Kecamatan Rasau Jaya

Analisis Penggunaan Lahan.

Sumber: Analisis Penulis, 2019

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa penggunaan lahan yang mendominasi di Kecamatan Rasau Jaya adalah semak dan ladang hortikultura dengan luasan masing-masing penggunaan lahan tersebut 5.548,52 Ha dan 5.388,25 Ha. Sementara itu, penggunaan lahan permukiman memiliki luas sebesar 1.208,68 Ha atau sekitar 5,7% dari luas total wilayah Kecaatan Rasau Jaya.

Gambar 3 . Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Rasau Jaya Sumber: Analisis Penulis, 2019

Pola persebaran permukiman di Kecamatan Rasau Jaya cenderung berada di sepanjang jalan utama serta mengelompok di pusat-pusat kegiatan dan sarana prasarana, seperti pusat pemerintahan baik skala desa maupun kecamatan dengan persebaran yang mengelompok di sekitar Desa Rasau Jaya Satu, Rasau Jaya Dua dan Rasau Jaya Tiga. Secara umum permukiman mengelompok di bagian tengah Kecamatan Rasau Jaya sementara itu, penggunaan lahan di bagian barat didominasi oleh semak, ladang hortikultura dan perkebunan sawit, sedangkan di bagian timur didominasi semak, ladang palawija, perkebunan sawit, sedikit herba, serta terdapat beberapa kebun campuran.

PEMBAHASAN. AnalisisPEMBAHASAN.

Tingkat kemiringan lereng di Kecamatan Rasau Jaya secara umum sekitar 0 – 8%, sehingga masuk pada kategori datar. Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/11/1980, tingkat kemiringan lereng di Kecamatan Rasau Jaya memiliki skor kelerengan 20.

Semakin tinggi tingkat kemiringan lereng, maka semakin tinggi pula skornya.

Kesesuaian Lahan.

Gambar 4. Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Rasau Jaya

Gambar 5. Peta Elevasi Tanah Kecamatan Rasau Jaya

Sumber: Analisis Penulis, 2019

Sumber: Analisis Penulis, 2019

Jenis tanah yang terdapat di Kecamatan Rasau Jaya pada bagian utara sebagian besar merupakan tanah organosol, yang terbagi atas tanah organosol sulfidik dan organosol hemik. Sedangkan pada bagian selatan sebagian besar jenis tanah berupa tanah podsolik, yang terbagi atas tanah podsolik kambik datar dan podsolik kambik bergelombang. Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/11/1980, jenis tanah organosol memiliki skor 75 dan jenis tanah podsolik memiliki skor 60, dilihat dari tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Semakin tinggi tingkat kepekaan tanah terhadap erosi, maka semakin tinggi pula skornya.

Gambar 6. Peta Jenis Tanah Kecamatan Rasau Jaya Sumber: Analisis Penulis, 2019

10

suarasau 2019

11

suarasau 2019

PEMBAHASAN. Curah hujan di Kecamatan Rasau Jaya berkisar antara 3.100 – 3.300 mm/tahun dengan jumlah hari hujan dalam satu tahun adalah 237 hari hujan, sehingga didapatkan bahwa curah hujan harian rata-rata di Kecamatan Rasau Jaya adalah 13,0 – 13,8 mm/hari. Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/11/1980, curah hujan dengan rentang 8,0 – 13,6 mm/hari memiliki skor 10, sedangkan curah hujan dengan rentang 13,6 – 20,7 mm/hari memiliki skor sebesar 20. Oleh karena itu, curah hujan harian rata-rata di Kecamtan Rasau Jaya memiliki skor antara 10 hingga 20.

Gambar 8. Peta Curah Hujan Kecamatan Rasau Jaya Sumber: Analisis Penulis, 2019

Peta kesusaian lahan dihasilkan melalui proses overlay data dari tiga parameter utama, yaitu tingkat kemiringan lereng, jenis tanah berdasarkan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi, dan curah hujan harian rata-rata. Hasil dari overlay data tersebut menunjukkan bahwa klasifikasi kesesuaian lahan Kecamatan Rasau Jaya keseluruhan berupa kawasan budidaya. Hal ini dikarenakan total skor dari ketiga parameter tersebut berkisar antara 90 hingga 115.

Nilai tersebut kurang dari 125 yang menunjukkan bahwa kawasan tersebut merupakan kawasan budidaya berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/11/1980.

Gambar 9. Peta Kesesuaian Lahan Kecamatan Rasau Jaya Sumber: Analisis Penulis, 2019

Apabila dibandingkan dengan peta penggunaan lahan eksisting Kecamatan Rasau Jaya, secara umum tingkat kesesuaian lahan yang ada di Kecamatan Rasau Jaya telah sesuai dengan penggunaan lahan eksisting yang ada. Hal ini menunjukkan peruntukkan lahan yang ada telah disesuaikan dengan potensi dan kebutuhan lahan sehingga akan diperoleh optimalisasi dalam proses pengembangan potensi lahan.

PEMBAHASAN. Selain menggunakan SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/11/1980 sebagai panduan dalam penentuan kesesuaian lahan, juga dapat menggunakan panduan dari Masterplan Pengelolaan Ekosistem Gambut Berkelanjutan Provinsi Kalimantan Barat, Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2012. Hal tersebut dikarena sebagian besar jenis tanah di Kecamatan Rasau Jaya merupakan jenis tanah organosol atau tanah gambut. Dokumen tersebut memuat informasi mengenai kawasan lahan gambut dan membaginya secara rigid menjadi kawasan budidaya gambut serta kawasan lindung gambut, sehingga dapat terlihat dengan jelas kawasan-kawasan budidaya dan lindung pada suatu wilayah tertentu.

Gambar 8. Peta Kesesuaian Lahan Gambut Kecamatan Rasau Jaya Sumber: Analisis Penulis, 2019

Berdasarkan Masterplan Pengelolaan Ekosistem Gambut Berkelanjutan Provinsi Kalimantan Barat, Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2012, Kecamatan Rasau Jaya terbagi menjadi dua fungsi ekosistem gambut yaitu kawasan budidaya dan kawasan lindung yang memiliki luasan yang hampir sama. Pada bagian utara Kecamatan Rasau Jaya merupakan kawasan lindung, sedangkan pada bagian selatan Kecamatan Rasau Jaya berupa kawasan budidaya.

Tingkat kesesuaian lahan pada bagian selatan telah sesuai dengan penggunaan lahan eksisting yang ada sat ini. Sementara itu, pada bagian utara Kecamatan Rasau Jaya penggunaan lahan yang ada sekarang tidak sesuai. Hal tersebut dikarenakan pada ekosistem gambut area tersebut memiliki fungsi lindung Akan tetapi, terdapat perubahan fungsi kawasan gambut pada bagian utara sesuai dengan hasil proyeksi penggunaan lahan berdasarkan Masterplan Pengelolaan Ekosistem Gambut Berkelanjutan Provinsi Kalimantan Barat, Kementerian Lingkungan Hidup. Fungsi kawasan lindung di kecamatan Rasau Jaya diproyeksikan mengalami perubahan menjadi kawasan budidaya. Hal tersebut dapat terjadi apabila telah terdapat paling sedikit 30% fungsi lindung ekosistem gambut

dari seluruh luas Kesatuan Hidrologis Gambut dan sekitarnya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2014 Tentang Perubahan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut, perubahan fungsi eksistem kawasan gambut dari kawasan lindung menjadi budidaya dapat dilakukan oleh Menteri dengan membentuk tim kajian perubahan fungsi ekosistem gambut.

Hal tersebut diperkuat oleh peran Kecamatan Rasau Jaya yang menjadi pusat ataupun sentral dari KTM Rasau Jaya sebagai kawasan transmigrasi yang telah di rancang menjadi kawasan yang tumbuh dan berkembang sebagai pusat koleksi, pengolahan hasil, distribusi dan jasa dari Wilayah Pengembangan Transmigran dengan arahan pengembangan terstruktur dari unit-unit permukiman transmigran dan desa-desa sekitar dalam satu satuan jaringan infrastruktur dan satuan ekonomi wilayah. Pengembangan kawasan ini berorientasi pada sektor pertanian dan permukiman. Selain itu dipengaruhi pula oleh faktor lain di mana Kecamatan Rasau Jaya merupakan daerah penyangga Kabupaten Kubu Raya bahkan Kota Pontianak, khususnya sebagai pemasok bahan pertanian dan bahan pangan baik sayuran maupun buah.

12

suarasau 2019

13

suarasau 2019

PEMBAHASAN. Arahan Penggunaan Lahan.

Secara umum penggunaan lahan di Kecamatan Rasau Jaya dapat dikatakan telah sesuai dengan klasifikasi kesesuian lahan yang seharusnya di kembangkan yaitu kawasan budidaya. Namun dalam kasus ini kawasan budidaya yang ada di Kecamatan Rasau Jaya sebagian besar terdapat pada lahan gambut sehingga diperlukan arahan yang tepat dalam penggunaan lahan untuk dapat mengoptimalkan potensi lahan yang ada. Pada bagian utara yang merupakan kawasan lindung gambut dengan penggunaan lahan dominan berupa semak, ladang hortikultur dan palawija serta perkebunan sawit dapat dilakukan teknik silvikultur atau rekayasa budidaya yang mampu mempertahankan fungsi penyimpanan air misalnya dengan tidak membuat parit terbuka akan tetapi dengan parit tertutup sejajar dengan kontur. Peningkatan produktivitas lahan gambut juga dapat dilakukan dengan rehabilitasi lahan, pembuatan saluran, pintu air, dan canal blocking di lahan gambut untuk menghindari perubahan kondisi lahan yang drastis seperti pengeringan. Pintu air harus berfungsi secara optimal agar permukaan air tanah stabil.

Pemilihan komoditas yang mampu beradaptasi di lahan gambut juga sangat penting untuk menghasilkan produktivitas tanaman yang tinggi. Pemilihan jenis tanaman lebih disesuaikan dengan dengan daya adaptasi tanaman dan nilai ekonomis tanaman. Adapun beberapa jenis tanaman sayuran yang cocok ditanam di kawasan ini seperti selada, kucai, bayam, kangkung, cabai, tomat, terong, dan paria. Sementara itu, untuk tanaman buah-buahan yang sesuai diantaranya nanas, papaya, semangka, dan melon. Pemilihan komoditas perkebunan untuk skala luas yang cukup menguntungkan berupa kelapa sawit karena pasar yang luas serta produk turunan yang cukup beragam. Pengembangan tanaman pangan seperti jagung dapat ditanam pada lahan gambut kering sementara komoditas padi dapat di kembangkan pada lahan gambut basah.

berupa kelapa sawit karena pasar yang luas serta produk turunan yang cukup beragam. Pengembangan tanaman pangan seperti jagung dapat ditanam pada lahan gambut kering sementara komoditas padi dapat di kembangkan pada lahan gambut basah.

Pembangunan Kecamatan Rasau Jaya sebagai pusat KTM Rasau Jaya dikembangkan sebagai pusat produksi pertanian dan pusat agribisnis yang berorientasi pada kekuatan pasar diarahkan pada upaya peningkatan produksi komoditi pertanian unggulan dan pengembangan usaha agribisnis lain yang mendukung usaha penyediaan sarana pertanian, pemasaran, pengolahan, hasil, sortasi dan grading serta industri jasa dan pelayanan. Pengembangan sarana dan prasarana kawasan juga perlu dilakukan untuk meningkatakan produksi dan pelayanan masyarakat.

Pengembangan kawasan permukiman di Kecamatan Rasau Jaya akan terdorong oleh berkembangnya pusat perekonomian serta sarana prasarana dasar dan lingkungan perkotaan di KTM Rasau Jaya. Peningkatan lapangan kerja juga turut memicu terjadinya urbanisasi yang pesat ke Kecamatan Rasau Jaya. Hal ini dapat memengaruhi perkembangan penggunaan lahan di Kecamatan Rasau Jaya, khususnya pada fungsi permukiman. Lahan di Kecamatan Rasau Jaya dapat dikembangkan menjadi kawasan permukiman terencana dikarenakan lahan permukiman yang ada saat ini memiliki pola grid. Pola permukiman grid turut mempermudah masyarakat maupun para pemangku kepentingan dalam mengembangkan suatu wilayah permukiman baru. Alih fungsi lahan menjadi lahan permukiman diperbolehkan selama tidak menyalahi aturan dengan membangun pada kawasan lindung maupun kawasan konservasi. Untuk itu, diperlukan peningkatan kualitas pelayanan lingkungan hunian melalui penyediaan prasarana, sarana dan utilitas umum sehingga kebutuhan lingkungan hunian dapat memadai.

KESIMPULAN.

01.

02.

03.

Penggunaan lahan di Kecamatan Rasau Jaya terbagi menjadi beberapa penggunaan lahan yaitu bangunan industri, permukiman, herba, kebun campuran, ladang hortikultura, ladang palawija, pelabuhan, perkebunan karet dan kelapa sawit, persawahan, serta semak, penggunaan lahan yang mendominasi di Kecamatan Rasau Jaya adalah semak dan ladang hortikultura dengan luasan masing-masing penggunaan lahan tersebut 5.548,52 Ha dan 5.388,25 Ha. Kecamatan Rasau Jaya merupakan pusat dari KTM Rasau Jaya sehingga memiliki beragam potensi terutama pada sektor pertanian dan agro.

Potensi ini dapat dimaksimalkan dengan perluasan sistem usaha tani dalam bentuk usaha tanaman perdagangan dan usaha padat karya.

Selain pengembangan usaha tani, dapat juga dikembangkan usaha non tani seperti agroindustri dan industri lainnya. Kondisi tersebut akan meningkatkan pendapatan bersih masyarakat dan juga akan meningkatkan lapangan kerja yang ada di Kecamatan Rasau Jaya.

Arahan penggunaan lahan di Kecamatan Rasau Jaya dikembangkan sebagai pusat produksi pertanian dan pusat agribisnis yang berorientasi pada kekuatan pasar dan kesesuaian jenis tanaman yang mampu beradaptasi dengan kondisi lahan gambut serta diperlukan rekayasa budidaya yang mampu mempertahankan fungsi penyimpanan air sebagai upaya peningkatan produksi komoditi pertanian unggulan dan pengembangan usaha agribisnis. Untuk menunjang kegiatan tersebut, diperlukan adanya fasilitas berupa sarana dan prasarana utama serta penunjang yang mampu mengakomodir seluruh aktivitas dan kegiatan terkait dengan sektor agro dan pertanian di Kecamatan Rasau Jaya.

Fasilitas tersebut antara lain adalah pasar pengumpul hasil pertanian, pasar induk agromarket, terminal agro/dermaga, gedung pusat bisnis, pabrik dan kawasan industri pengolahan hasil pertanian, serta bangunan dan kawasan pergudangan. Sementara itu sebagai kawasan permukiman Kecamatan Rasau Jaya dapat di kembangkan menjadi kawasan permukiman terencana dengan pola permukiman grid sehingga mempermudah proses perencanaan kedepannya.

14

suarasau 2019

15

suarasau 2019

DAFTAR PUSTAKA. As-syakur, Abdur Rahman. 2011. “Perubahan Penggunaan Lahan Di Provinsi Bali”.

ECOTROPHIC. Vol. 6, No. 1. Hlm 1-7.

Fitrianti, Sugiyanta, Miswar. 2013. “Pemetaan Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan Untuk Kawasan Fungsi Lindung Di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus”. Skripsi. Hal 1-5.

Husin, Muchlis dan Herwangi, Yori. 2018. “Analisis Perubahan Penggunaan Lahan di Kawasan Perdesaan Eks Transmigrasi Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur”. Jurnal Planoerath PWK FT UMMat Vol. 3 No. 2. Hal 72-77.

Kalsum, Emilya. 2016. “Konsep Permukiman Kota Terpadu Mandiri”. Langkau Betang Vol. 3 No.2. Hal: 12-24.

Mallingreau JP and Rosalia, 1981. Land use/Land Cover Classification in Indonesia. Yogyakarta : Fakultas Geografi UGM.

DOKUMENTASI KEGIATAN.

16

suarasau 2019

01 17

suarasau 2019

DOKUMENTASI KEGIATAN.

KKN-PPM UGM 2019

PENUTUP

2019 Demikian dokumen yang kami buat sebagai bahan pertimbangan untuk perencanaan wilayah KTM Rasau Jaya. Atas perhatian dan bantua Bapak / Ibu kami ucapkan terima kasih.

18

suarasau 2019

UA

S

R S A 2 A

9U

01

KKN PPM UGM RASAU JAYA 2019