BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Komunikasi merupakan bagian integral dari kehidupan manusia yang tidak
dapat dipungkiri. Setiap manusia, organisasi, dan lembaga masyarakat memiliki gaya komunikasinya masing-masing. Namun, komunikasi tidak terjadi begitu saja secara acak, terdapat nilai-nilai yang menjadi pedoman dalam proses manusia berkomunikasi.
Dalam mini book ini, penulis membahas dua konsep penting yang terkait
dengan komunikasi, yakni Aksiologi komunikasi dan akar perilaku komunikasi. Aksiologi berurusan dengan nilai yang mendasari komunikasi manusia, sedangkan akar perilaku komunikasi berurusan dengan tindakan dan filosofi hidup yang memengaruhi cara individu berkomunikasi. Penulis melakukan penelitian kualitatif dengan mengkaji literatur yang relevan dan menganalisa teori dengan tujuan agar
dapat memahami hubungan rumit antara aksiologi dan akar perilaku komuikasi begitu pula dengan dampaknya. Mini book ini juga menyelidiki keberadaan
komunikasi manusia dan menjawab pertanyaan tentang sifat komunikasi manusia dan asumsi ontologisnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PEMIKIRAN FILSAFAT
Dasarnya, awal dari sebuah pemikiran filsafat adalah pengetahuan. Pengetahuan
dimulai dengan rasa ingin tahu yang tinggi, kepastian dimulai dengan rasa ragu
akan suatu hal sedangkan filsafat dimulai dengan kedua hal tersebut. Ilmu adalah hal yang penting yang harus dicari oleh masing-masing manusia dalam
kehidupannya juga ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang manusia pelajari agar bisa mengetahui sesuatu yang terjadi dalam kehidupan manusia. Ilmu
pengetahuan adalah hal yang didapatkan oleh manusia setelah dicari oleh rasa ingin tahunya. Namun ketika seseorang mendapati keraguan dalam mendapatkan suatu pengetahuan, rasa ragu-ragu inilah yang nantinya akan memunculkan
kepastian di dalamnya dan hal tersebut adalah yang memicu hadirnya filsafat dalam kehidupan manusia.1
Pemikiran filsafat dimotivasi untuk mengetahui hal yang telah manusia ketahui dan yang belum manusia ketahui. Pemikiran filsafat mengajarkan kita bahwa tidak semua hal yang kita ketahui benar-benar kita ketahui dalam alam semesta yang seakan tak terbatas. Artinya pemikiran filsafat mengajarkan kita untuk berendah hati bahwa meskipun kita telah mengetahui suatu hal pasti terdapat hal yang tidak kita ketahui dibaliknya. Filsafat juga dapat diartikan sebagai sikap seseorang yang secara sadar dan dewasa dalam memikirkan segala suatu secara mendalam dan mendetail karena ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh. Karakteristik
berpikir filsafat adalah menyeluruh namun mendasar2
1 Syampadzi Nurroh, “Doctoral Program, Graduate School of Environment Science,” n.d.
2 “Filsafat Komunikasi Dr. Aang.Pdf,” accessed March 22, 2023, https://etheses.uinsgd.ac.id/39067/1/Filsafat%20Komunikasi%20Dr.%20Aang.pdf.
Filsafat menemukan kebenaran dengan cara mengelanakan akal pikiran secara
radikal atau mendasar dan integral serta universal. Filsafat tidak terikat oleh
apapun kecuali dengan tangannya sendiri atau yang biasa disebut dengan logika.3
Sumber dari filsafat adalah manusia itu sendiri, dalam hal ini hati manusia serta
akal pikirannya yang sehat akan mencari makna dari kebenaran dengan usaha yang
keras serta kesungguhan hingga pada titik tertentu akhirnya memperoleh sebuah
kebenaran yang dicari. Tahapan dalam mencari kebenaran terdapat beberapa proses
yang pertama, manusia akan berspekulasi terhadap pemikiran akan setiap hal yang
telah ia temui. Yang kedua, dari beberapa spekulasi yang telah ia buat maka akan
dipilih spekulasi yang paling masuk akal atau dapat diandalkan. Tahap ketiga, dari
buah pikiran tersebut menjadi titik awal seseorang untuk mencari kebenaran
kemudia berkembang menjadi ilmu pengetahuan yang kita temui saat ini, seperti
ilmu komunikasi, ilmu matematika, ilmu politik dan lain sebagainya.4 Jika ditelaah
dari segi sejarah, hal yang mempengaruhi munculnya filsafat adalah sebagaimana
yang telah dijelaskan dalam buku alam pikiran yunani, yang pertama adalah
dongeng atau yang sering kita sebut dengan takhayul. Terdapat beberapa
masyarakat yang tidak percaya begitu saja akan dongeng lama nenek moyang
mereka lantas menjadi kritis dan menginginkan kebenaran akan hal tersebut
Pada novel tere liye dijelaskan bahwa harimau sumatera dahulunya adalah
makhluk yang hidup berdampingan dengan manusia namun pada satu malam
manusia mengkhianati perjanjian yang telah mereka buat dengan membunuh anak
harimau maka tercetuslah perkelahian diantara keduanya, hingga pada suatu
malam di abad setelahnya terdapat dua anak kecil yang hendak dimakan harimau
namun niat harimau tersebut terurungkan karena kakak dua bocah tersebut datang
untuk menyelamatkan adiknya. Warga sekitar menganggap kakaknya mempunyai
3 Alfiyah Rizzy Afdiquni, “FILSAFAT, ILMU, Dan AGAMA (PENGERTIAN, PERSAMAAAN, Dan PERBEDAAN SERTA RELASINYA),” Philosophy, January 1, 2017, https://www.academia.edu/40825995/FILSAFAT_ILMU_dan_AGAMA_PENGERTIAN_PERSAMAAAN_d an_PERBEDAAN_SERTA_RELASINYA_.
4 A. Susanto, Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis (Bumi Aksara, 2021).
ilmu yang dapat membuat harimau tersebut pergi namun nyatanya ketika dipelajari binatang juga memiliki rasa kasih sayang dan rasa kasihan yang membuat harimau
tersebut memilih pergi dan tidak menyantap ketiga kakak beradik tersebut. Berpikir secara kritis akan suatu hal yang telah diceritakan turun-temurun untuk mencari pernyataan yang lebih masuk akal juga termasuk penyebab munculnya filsafat.
Lalu yang kedua adalah keindahan alam semesta, terutama ketika malam hari.
Hal ini menyebabkan keingintahuan orang-orang Yunani untuk mengetahui rahasia alam. Keingintahuan untuk mengetahui rahasia alam berupa pertanyaan ini
akhirnya menimbulkan filsafat juga. 5 Dengan otak yang beratnya tidak kurang dari satu setengah kilo gram ini manusia dapat menyimpan ribuan bahkan bilyun an memori ingatan. Para filosof paham apa yang harus dilakukan dengan anugerah sekecil dan seberharga ini untuk mengubah dunia dan dirinya. Dengan mengembangkan ilmu maka sudah sangat bisa dipastikan manusia dapat mengubah atau bahkan membuat benda yang tidak pernah ada sebelumnya. Maka dari itu manusia disebut dengan makhluk pemikir atau homo sapiens.6
B. SEJARAH KOMUNIKASI
Sejarah komunikasi telah terjadi ribuan tahun lalu yang telah dimulai sejak adam dan hawa diciptakan di muka bumi, sekalipun tidak pernah ada dokumentasi yang menjelaskan bentuk dan corak komunikasi antara keduanya. Everett M. Rogers (1986) dalam bukunya Communication Technology: the New Media in Society menyebutkan bahwa sejarah komunikasi diperkirakan sejak 35.000 tahun sebelum masehi.7
Secara etimologi, kata komunikasi berasal dari communicare yang memiliki arti berpartisipasi atau memberitahukan. Sedangkan untuk dari sisi definisinya,
5 Susanto.
6 Susanto.
7 Dr. Dra. Erni Murniarti , M.Pd., “SEJARAH KOMUNIKASI, PENGARUH PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI, SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU KOMUNIKASI DAN TEORI-TEORI KOMUNIKASI,” 2019, http://repository.uki.ac.id/2907/1/BahanAjar32019.pdf.
komunikasi adalah suatu proses menstimulasi individu terhadap individu lainnya dengan menggunakan lambang-lambang yang berarti bagi individu tersebut. Pada masa awal komunikasi berkembang yang pernah dicatat dalam sejarah manusia pernah menggunakan sinyal asap sebagai bentuk lambang komunikasi dan menjadi salah satu bentuk komunikasi tertua dalam sejarah.sinyal asap ini digunakan untuk menandakan terpilihnya paus yang baru di Roma.
Sebagaimana dikutip Sumarno (1989:7) yang menyatakan sebagai berikut :
“ Komunikasi adalah semua prosedur di mana pemikiran seseorang dapat mempengaruhi yang lainnya ).” Dapat dipahami dari definisi tersebut bahwa komunikasi merupakan penyampaian informasi, ide, perasaan dan sebagainya melalui berbagai macam simbol antara lainnya adalah ucapan, gambar, grafik, dan sebagainya.
Sehingga dapat dipahami bahwa komunikasi begitu pentingnya di kehidupan manusia dan tentunya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bermasyarakat. Dan komunikasi adalah aktivitas sadar yang dilakukan manusia. Di lain sisi, komunikasi juga fenomena sosiologis ketika masuk ke area interaksi sosial. Maka dapat dimengerti bahwa komunikasi dapat memasuki beberapa bidang ilmu.8
Menurut Nordenstreng dan Varis (1973), ada empat titik penentu yang pertama dalam sejarah komunikasi manusia, yaitu:
a Bahasa, pada saat sama saat manusia lahir maka lahirlah bahasa untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya. Dengan bahasalah manusia dapat memahami satu sama lain.
b. Seni tulisan, Perkembangan seni tulisan berjalan dengan komunikasi lisan. Jauh hari setelah manusia menemukan cara untuk menulis dan menggunakan alat tulis.
8 Mohammad Zamroni, Filsafat Komunikasi: Pengantar Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis (IRCISOD, n.d.).
c. Reproduksi kata-kata tertulis dengan menggunakan alat pencetak, maka terbentuklah komunikasi pada saat ini.
d. Munculnya komunikasi elektronik, seperti telepon genggam, radio, televisi hingga satelit.9
C. FILSAFAT KOMUNIKASI
Pengertian filsafat komunikasi menurut beberapa ahli antaranya:
a. Prof. Onong Ucahana Efendy, MA, Filsafat komunikasi adalah suatu disiplin ilmuyang menelaah pemahaman (verstehen) secara fundamental, metodologis, sistematis,analisis, kritis, dan holistis tentang teori dan proses komunikasi yang meliputi segaladimensi menurut bidangnya, sifatnya, tatanannya, tujuannya, fungsinya, teknik dan perannya
b. Aubrey Fisher, adalah ilmu yang mencakup segala aspek dan bersifat eklektik yang digambarkan oleh Wilbur Schramm (1963:2) sebagai jalan simpang yang ramai, semua disiplin ilmu melintasinya.
c. Laurie Ouelette & Amit Pinchevski, Filsafat komunikasi secara luas peduli dengan masalah teoritis, analitis, dan politik yang melintasi batas-batas yang terjadi begitu saja untuk di analisa dalam studi komunikasi.10
D. HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN KOMUNIKASI
Hubungan filsafat dengan komunikasi secara teoritis komunikasi dimulai sejak masa yunani kuno ketika Corax mengajarkan teori berbicara di depan pengadilan yang dianggap sebagai awal dari persuasi. Berfilsafat berarti berpatokan kepada
9 Herru Hardiyansah and S. Kom-Prakom Muda pada BKPSDMD, “Perkembangan Dan Kemajuan Teknologi,” Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM Daerah, May 24, 2017, https://bkpsdmd.babelprov.go.id/content/perkembangan-dan-kemajuan-teknologi.
10 Hasril Azmi, “Ontologi, Metafisika, Dan Komunikasi,” accessed March 23, 2023, https://www.academia.edu/16545318/Ontologi_Metafisika_dan_Komunikasi.
suatu kebenaran yang fundamental atau mendasar.11 Bila dihubungkan antara
filsafat dengan komunikasi maka berarti berpangkal pada kebenaran dalam
berbicara di hadapan publik, dengan siapapun, dimanapun untuk menciptakan komunikasi yang baik. 12
E. AKSIOLOGI KOMUNIKASI
Aksiologi merupakan cabang filsafat yang membahas tentang nilai atau disebut juga teori nilai13 serta prinsip nilai moral, etika, estetika dan nilai-nilai lainnya
yang digunakan untuk menghargai suatu keindahan, kebaikan dan kebenaran dalam suatu hal. Secara etimologis, aksiologi berasal dari bahasa Yunani Kuno
yakni “aksios” yang berarti nilai dan kata “logos” berarti teori. Maknanya, aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai. Nilai yang
dimaksudkan disini ialah nilai kegunaan. Suriasumantri (1990) mendefinisikan
aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. 14 Apa sebenarnya nilai itu? Bertens menjelaskan nilai sebagai
sesuatu yang menarik bagi seseorang, sesuatu yang dapat menyenangkan hati, sesuatu yang diinginkan, sesuatu yang selalu dicari. Singkatnya, nilai adalah
sesuatu yang baik. Nilai adalah sesuatu yang kita aminkan serta memiliki konotasi yang positif. Nilai itu bersifat objektif namun terkadang juga dapat bersifat subjektif. Dikatakan objektif ketika nilai-nilai tidak tergantung pada kesadaran
lain, dengan kata lain tolak ukurnya terdapat pada objektivitas fakta. Sebaliknya nilai bersifat subjektif apabila berperan sebagai subjek dalam memberi penilaian; tolak ukurnya adalah kesadaran manusia yang selalu memperhatikan macam pandangan yang dimiliki akal manusia. Aksiologi memiliki beberapa ilmu cabang. Etika yakni ilmu yang mempelajari tentang nilai-nilai moral serta tindakan yang
11 Choirotul Umayah, “FILSAFAT KOMUNIKASI,” accessed March 23, 2023, https://www.academia.edu/12598746/FILSAFAT_KOMUNIKASI.
12 Irvilani Sari, “Filsafat Komunikasi,” accessed March 23, 2023, https://www.academia.edu/30042259/Filsafat_Komunikasi.
13 Muhammad - Yunus, “ISU AKSIOLOGI DALAM FILSAFAT ILMU KOMUNIKASI,” khabar 2, no. 1 (June 24, 2020): 43–56, https://doi.org/10.37092/khabar.v2i1.211.
14 Totok Wahyu Abadi, “Aksiologi: Antara Etika, Moral, Dan Estetika:,” Kanal: Jurnal Ilmu Komunikasi 4, no. 2 (March 31, 2016): 187–204, https://doi.org/10.21070/kanal.v4i2.1452.
benar atau salah, estetika adalah ilmu yang mempelajari tentang keindahan, serta akar tindak komunikasi yang berfokus pada nilai-nilai yang membawahi
komunikasi antar-manusia. Ilmu estetika dalam aksiologi membantu kita mengapresiasi nilai-nilai keindahan dalam bentuk apapun.
Dalam studi aksiologi komunikasi difokuskan pada nilai yang membawahi
komunikasi yang terjadi pada manusia. Hal ini melibatkan pemahaman tentang
bagaimana nilai dapat mempengaruhi komunikasi, pemilihan pesan, perilaku
komunikatif serta interpretasi pesan oleh penerima.
Dalam hubungan filsafat komunikasi, Laginan menjelaskan bahwa aksiologi
merupakan ilmu estetika dan etika yang berkaitan dengan pentingnya seorang
komunikator mengemas pemikirannya dalam suatu pesan dan bahasa sebagai
lambang serta mempertimbangkan apakah pesan yang akan disampaikan adalah pesan yang etis, estetis atau tidak. 15 oleh karena itu aksiologi dalam ilmu
komunikasi mencakup dalam logika, etika, dan estetika.
1. LOGIKA
Logika pada dasarnya merupakan suatu teknik yang diciptakan untuk meneliti ketepatan dalam penalaran. Penalaran akan berkaitan dengan berpikir asas-asas, hukum, patokan dalam logika akan membantu manusia untuk menempuh jalan yang efisien dan menjaga dari kesalahan dalam berpikir. Dengan kata lain orang dapat berpikir dengan cara yang benar.
Lalu apa yang dimaksud dengan benar itu sendiri? Ramdall dan Bucher mengutip mundiri mengatakan bahwa ada 2 patokan. Pertama sesuai antara pikiran dengan kenyataan. Kedua adalah tidak ada pertentangan dari awal hingga akhir. Dengan memahami logika, setidaknya seorang komunikator tidak akan terjerumus ke dalam jurang kesesatan, kesalahan, dan kekeliruan
15 Nila Noer Karisna, “Komponen Filsafat Dalam Ilmu KomunikasI,” IJIC: Indonesian Journal of Islamic Communication 1, no. 2 (2018): 22–35.
2. ETIKA
Etis dan tidak etis menjadi sangat dekat dengan kehidupan manusia yang
memiliki makna pantas dan tidak pantas, sehingga ukurannya adalah norma.
Namun demikian suatu etika bersifat relatif dan tidak mutlak, yang artinya bahwa
dalam waktu dan tempat tertentu dapat berbeda. Kita ambil contoh ketika melihat
budaya kumpul kebo pada budaya barat dan budaya timur tentunya berbeda dalam
menanggapinya. Dalam budaya barat kumpul kebo dipandang sebagai sesuatu
yang etis namun berbeda dengan budaya yang ada di timur seperti indonesia, hal ini adalah tidak atau belum etis. Maka begitupula dalam berkomunikasi, pesan yang disampaikan harus mengandung etika di dalamnya. Kita ambil seorang
komunikator yang berbicara di depan khalayak umum, maka pesan yang
disampaikan oleh komunikator harus mengandung etika karena dengan
memperhatikan etika dalam komunikasi, komunikator dapat memastikan bahwa pesan mereka memenuhi standar moral yang tinggi dan membantu membangun
hubungan yang sehat, saling pengertian, dan saling menghormati dengan audiens mereka. Etika dalam komunikasi adalah landasan penting untuk mencapai
komunikasi yang efektif dan bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat.
3. ESTETIKA
Ketika mendengar estetika maka secara otomatis otak kita akan memutar isi kepada hal-hal yang berbau kesenian, karena estetika lahir dari penilaian manusia terhadap keindahan. Kattsof mengutip effendi mengatakan bahwa estetika akan menyangkut perasaan, dan perasaan ini adalah perasaan indah. Estetika lahir pada sisi luar serta dalamnya bak wanita cantik belum tentu indah, karena cantik disini belum tentu menimbulkan kesenanga pada perasaan orang lain. Retorika disini
jelas merupakan seni yang berkisar pada ekspresi wajah, pengucapan, bahasa dan lain sebagainya. Semakin tinggi nilai seni yang terdapat dalam retorika maka
semakin menarik dan efektif. Retorika jelas berbeda dengan berbicara biasa pada
umumnya, retorika membutuhkan kemampuan khusus serta dihadapkan dengan jumlah audiens yang beragam dan besar.16
Ketika ditinjau pada sisi aksiologi, ilmu komunikasi berfokus pada nilai dan fungsi komunikasi dimana aksiologi akan memahami bagaimana nilai tersebut mempengaruhi fungsi komunikasi dalam ranah sosial. Ilmu komunikasi memiliki beberapa fungsi diantaranya, fungsi informasi yang berperan menyampaikan informasi dalam bentuk fakta baik dalam individu atau kelompok. Nilai seperti kejelasan, keakuratan menjadi begitu penting dalam aksiologi komunikasi. Fungsi yang kedua yakni, fungsi ekspresif yang ditujukan untuk menyampaikan emosi, perasaan serta ekpresi. Nilai yang dicari dalam aksiologi komunikasi adalah nilai kejujuran, kebebasan berekspresi menjadi sangat penting. Fungsi yang ketiga adalah fungsi persuasi, komunikasi pada dasarnya sangat mengandung sifat persuasi yang berperan dalam mempengaruhi sikap, keinginan, bahkan perilaku orang lain. Nilai yang relevan dalam aksiologi komunikasi untuk fungsi ini adalah etika persuasif, rasa tanggung jawab serta kejujuran.
F. AKAR TINDAK KOMUNIKASI: FALSAFAH HIDUP
Akar tindak komunikasi adalah falsafah hidup, karena itu untuk memahami tindak komunikasi yang dilakukan manusia adalah dengan melihat pada akarnya: falsafah hidup yang dianut, yang dapat dilihat pada tiga soal pokok yang
dijawabnya, yakni di mana, apa, dan siapa.17
Pada kasus ini kita ambil perumpaan ada seorang pembicara motivasi yang diundang untuk memberikan ceramah di sebuah acara. Dia memiliki tugas untuk menginspirasi dan memotivasi audiens agar mencapai potensi terbaik mereka
dalam kehidupan. Namun, sebelum acara dimulai, dia mendapatkan informasi
bahwa salah satu peserta dalam acara tersebut adalah seorang mantan narapidana
yang baru saja selesai menjalani hukuman penjara karena tindak kriminal serius.
16 Zamroni, Filsafat Komunikasi
17 Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar (Indeks, 2008).
Dalam konteks ini, akar tindak komunikasi menjadi relevan. Pembicara motivasi harus mempertimbangkan falsafah hidupnya dan pertanyaan "siapa"
dalam memutuskan bagaimana ia akan berkomunikasi dengan peserta tersebut.
Apakah ia akan memandang peserta tersebut berdasarkan masa lalunya dan meragukan kemampuan serta komitmen mereka untuk berubah, atau ia akan melihat potensi dan kesempatan bagi peserta tersebut untuk mengubah hidupnya
melalui pengaruh motivasi yang diberikan? Semua pilihan ada di tangan anda.
Apabila tindak komunikasi anda lakukan sesuai hati nurani, anda akan tersanjung meskipun tidak ada yang menyanjung. Jika bertentangan maka anda akan merasa ‘dikejar dosa’. Karenanya bagi orang beragama, hati nurani adalah suara tuhan.
TATARAN PRIBADI
Manusia di mana pun mereka berada, kapan pun mereka hidup, apa pun agama yang mereka anut pasti memiliki tujuan hidup yang sama yakni kebahagiaan dalam kehidupan. Pada perjalanan pencarian kebahagian ini manusia akan dihadapkan pada tiga persoalan pokok. Hal ini yang menjadi pembeda antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Jawaban atas tiga soal pokok merupakan falsafah hidup manusia yang berkaitan.
TATARAN ORGANISASI
Visi dan misi organisasi akan sangat menentukan tindak komunikasi seorang individu yang berada di dalamnya. Visi dan misi adalah falsafah hidup organisasi. Maka dari itu terkadang ditemukan seorang individu yang tidak betah dalam suatu organisasi yang baru ia masuki, hal ini disebabkan oleh perbedaan antara falsafah hidup individu tersebut dengan falsafah hidup organisasi.
TATARAN MASSA
Kumpulan individu dalam suatu wilayah akan disebut masyarakat. Kumpulan masyarakat dalam suatu wilayah berdaulat akan membentuk negara. Demikian
pula negara akan memiliki suatu falsafah hidup, dalam hal ini indonesia memiliki
falsafah hidup yakni pancasila. Sebagaimana tataran individu, falsafah hidup suatu
negara juga dilihat dengan mengkaji 3 persoalan pokok agar menemukan
kebahagiaan dalam kehidupan bernegara. 18
G. HAKIKAT KOMUNIKASI MANUSIA
Secara Etimologis, komunikasi berasal dari bahasa latin "communicatio". Istilah
ini bersumberdari kata "communis" yang berarti sama;maksudnya sama makna
atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan antara komunikatordan komunikan. Hovland mendefinisikan proses
komunikasi sebagai proses dimana seseorang dapat mengutarakan stimulus untuk mengubah perilaku orang lain.19 Komunikasi yang berhasil adalah ketika
tercapainya kesamaan makna antara komunikator dan komunikan. Sehingga
hakikat dari terjadinya sebuah komunikasi adalah untuk mencapai persamaan
makna antara orang-orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut. Dalam artian
bahwa pesan yang sedang disampaikan oleh komunikator dapat dipahami dengan
baik oleh komunikan agar pesan yang ingin disampaikan dapat dipahami dengan
lancar dan efektif. 20. Pada pembahasan yang lebih lanjut dijelaskan bahwa
komunikasi memiliki arti yang lebih luas yakni sebagai seni untuk menyampaikan serta menukar data, fakta, dan ide antara individu. 21 .
Proses pertukaran informasi, gagasan, dan emosi ini melibatkan komunikasi dua arah antara pengirim dan penerima. Komunikasi bukan hanya tentang
menyampaikan pesan, tetapi juga tentang memahami dan merespons pesan yang diterima. Selama proses ini, persepsi, penafsiran, dan pengkodean pesan oleh
pengirim, serta dekoding dan interpretasi oleh penerima, memainkan peran penting dalam pemahaman yang saling tercapai. Selain itu, konteks komunikasi juga
18 Vardiansyah.
19 Juita Paujiah et al., Etika dan Filsafat Komunikasi dalam Realita Sosial (Mahakarya Citra Utama Group, 2023).
20 Ibid
21 “11. b) BAB 2.Pdf,” accessed May 13, 2023, http://repository.unj.ac.id/1565/6/11.%20b%29%20BAB%202.pdf.
mempengaruhi gaya berkomunikasi. Konteks komunikasi ini meliputi faktor budaya, latar belakang sosial, dan norma yang berlaku pada masyarakat. Oleh
karena itu, hakikat komunikasi ini sangat melibatkan kesadaran akan konteks tersebut. Pemahaman konteks yang tepat membantu dalam memahami pesan
secara lebih akurat dan menghindari kesalahpahaman.
H. ASUMSI ONTOLOGIS KOMUNIKASI
Ontologi adalah salah satu cabang filsafat yang berkaitan dengan hakikat dari apa yang ingin kita ketahui. Hal ini dikarenakan pemahaman kita tentang pegetahuan tentu tergantung pula pada bagaimana kita memahami realitas. Dalam
ilmu sosial, ontologi membahas tentang hakikat eksistensi manusia, sedangkan dalam ilmu komunikasi, ontologi fokus pada pemahaman hakikat interaksi sosial manusia.22 Dalam menjalankan perannya, komunikasi memiliki beberapa asumsi yang relevan dalam konteks komunikasi yakni sebagai berikut:
1. Realisme: Berasumsi bahwa benda yang diamati sebagai apa adanya. Komunikasi berdiri tanpa campur tangan dari si pengamat. Komunikasi dipandang sebagai alat untuk memperoleh pemahaman yang baik dan benar tentang kehidupan di sekitar kita.
2. Konstruktivisme: Berasumsi bahwa realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, namun juga tidak turun karena campur tangan tuhan. Tapi sebaliknya, ia dibuat dan dikonstruksi. Dengan demikian, realitas yang sama dapat dipahami, dimaknai secara berbeda-beda karena setiap orang memiliki pengalaman, pendidikan, pergaulannya masing-masing.23
3. Idealisme: Asumsi bahwa realitas tergantung pada pemikiran atau kesadaran individu. Komunikasi dipahami sebagai ekspresi atau pemancaran ide dan makna subjektif.
22 Muhamad Mufid, Etika dan Filsafat Komunikasi (Prenada Media, 2012).
23 Febry Ichwan Butsi, “MEMAHAMI PENDEKATAN POSITIVIS, KONSTRUKTIVIS DAN KRITIS DALAM
METODE PENELITIAN KOMUNIKASI,” Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi Communique 2, no. 1 (October 9, 2019): 48–55.
4. Positivisme: Asumsi bahwa realitas dapat diukur, diamati, dan dijelaskan melalui metode ilmiah. Pandangan paradigma ini didasarkan pada hukum-hukum dan prosedur-prosedur yang baku24
5. Fenomenologis: Dalam konteks ini seorang peneliti tidak lebih mengetahui dari seorang pelaku. Maka cara terbaik untuk memahami makna ini adalah dengan masuk dalam dunia fenomena yang ingin diketahuinya dan berpartisipasi dalam masalah seakan akan ia sudah termasuk dalam fenomena tersebut.25 Oleh karena itu , tidak salah apabila fenomenologi juga diartikan sebagai studi tentang makna, dimana makna itu lebih luas dari sekedar bahasa yang mewakilinya26
24 Muslim Muslim, “VARIAN-VARIAN PARADIGMA, PENDEKATAN, METODE, DAN JENIS PENELITIAN DALAM ILMU KOMUNIKASI,” Media Bahasa, Sastra, Dan Budaya Wahana 1, no. 10 (March 5, 2018), https://doi.org/10.33751/wahana.v1i10.654.
25 Butsi, “MEMAHAMI PENDEKATAN POSITIVIS, KONSTRUKTIVIS DAN KRITIS DALAM METODE PENELITIAN KOMUNIKASI.”
26 Hadiono Afdjani and Soleh Soemirat, “MAKNA IKLAN TELEVISI (STUDI FENOMENOLOGI PEMIRSA DI
JAKARTA TERHADAP IKLAN TELEVISI MINUMAN ‘KUKU BIMA ENERGI’ VERSI KOLAM SUSU ),” Jurnal Ilmu Komunikasi 8 (2010).
A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari integrasi ketiga ringkasan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Filsafat Komunikasi: Filsafat dan komunikasi memiliki keterkaitan dalam memberi makna pada sebuah kehidupan, pengetahuan, dan juga interaksi sesama manusia. Maka dari itu, filsafat komunikasi merupakan disiplin ilmu yang menganalisis teori dan proses komunikasi secara holistik.
2 Aksiologi Komunikasi dan akar tindak komunikasi: Aksiologi
komunikasi membahas tentang nilai-nilai yang terkait dengan komunikasi. Sementara akar tindak komunikasi adalah falsafag hidup terhadap cara berkomunikasi dalam individu, organisasi bahkan masyarakat.
3. Asumsi ontologis dan hakikat manusia: Komunikasi manusia bertujuan untuk mencapai persamaan makna antara pembicara dan pendengar. Sedangkan asumsi ontologis melibatkan realisme, konstruktivisme, idealisme, positivisme, dan fenomenologis sebagai suatu pendekatan untuk memhami hakikat komunikasi.
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
, M.Pd., Dr. Dra. Erni Murniarti. “SEJARAH KOMUNIKASI, PENGARUH PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI, SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU KOMUNIKASI DAN TEORI-TEORI KOMUNIKASI,” 2019.
http://repository.uki.ac.id/2907/1/BahanAjar32019.pdf.
“11. b) BAB 2.Pdf.” Accessed May 13, 2023.
http://repository.unj.ac.id/1565/6/11.%20b%29%20BAB%202.pdf.
Abadi, Totok Wahyu. “Aksiologi: Antara Etika, Moral, Dan Estetika:”
Kanal: Jurnal Ilmu Komunikasi 4, no. 2 (March 31, 2016): 187–204. https://doi.org/10.21070/kanal.v4i2.1452.
Afdiquni, Alfiyah Rizzy. “FILSAFAT, ILMU, Dan AGAMA (PENGERTIAN, PERSAMAAAN, Dan PERBEDAAN SERTA RELASINYA).” Philosophy, January 1, 2017.
https://www.academia.edu/40825995/FILSAFAT_ILMU_dan_AG AMA_PENGERTIAN_PERSAMAAAN_dan_PERBEDAAN_SE RTA_RELASINYA_.
Afdjani, Hadiono, and Soleh Soemirat. “MAKNA IKLAN TELEVISI (STUDI FENOMENOLOGI PEMIRSA DI JAKARTA TERHADAP IKLAN TELEVISI MINUMAN ‘KUKU BIMA ENERGI’ VERSI KOLAM SUSU ).” Jurnal Ilmu Komunikasi 8 (2010).
Azmi, Hasril. “Ontologi, Metafisika, Dan Komunikasi.” Accessed March 23, 2023.
https://www.academia.edu/16545318/Ontologi_Metafisika_dan_K omunikasi.
Butsi, Febry Ichwan. “MEMAHAMI PENDEKATAN POSITIVIS, KONSTRUKTIVIS DAN KRITIS DALAM METODE
PENELITIAN KOMUNIKASI.” Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi Communique 2, no. 1 (October 9, 2019): 48–55.
“Filsafat Komunikasi Dr. Aang.Pdf.” Accessed March 22, 2023.
https://etheses.uinsgd.ac.id/39067/1/Filsafat%20Komunikasi%20D r.%20Aang.pdf.
Hardiyansah, Herru, and S. Kom-Prakom Muda pada BKPSDMD. “Perkembangan Dan Kemajuan Teknologi.” Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM Daerah, May 24, 2017.
https://bkpsdmd.babelprov.go.id/content/perkembangan-dankemajuan-teknologi.
Karisna, Nila Noer. “Komponen Filsafat Dalam Ilmu KomunikasI.” IJIC: Indonesian Journal of Islamic Communication 1, no. 2 (2018): 22–35.
Mufid, Muhamad. Etika dan Filsafat Komunikasi. Prenada Media, 2012.
Muslim, Muslim. “VARIAN-VARIAN PARADIGMA, PENDEKATAN, METODE, DAN JENIS PENELITIAN DALAM ILMU
KOMUNIKASI.” Media Bahasa, Sastra, Dan Budaya Wahana 1, no. 10 (March 5, 2018).
https://doi.org/10.33751/wahana.v1i10.654.
Nurroh, Syampadzi. “Doctoral Program, Graduate School of Environment Science,” n.d.
Paujiah, Juita, Mutiara Enzika Humairah, Vivi Nabilah Az-Zahra, Gelvi Anes, Arief Wiratama, Bilqis Maharani Dema Putri, Fardi Fajrin, et al. Etika dan Filsafat Komunikasi dalam Realita Sosial.
Mahakarya Citra Utama Group, 2023.
Sari, Irvilani. “Filsafat Komunikasi.” Accessed March 23, 2023.
https://www.academia.edu/30042259/Filsafat_Komunikasi.
Susanto, A. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis. Bumi Aksara, 2021.
Umayah, Choirotul. “FILSAFAT KOMUNIKASI.” Accessed March 23, 2023.
https://www.academia.edu/12598746/FILSAFAT_KOMUNIKASI.
Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Indeks, 2008.
Yunus, Muhammad -. “ISU AKSIOLOGI DALAM FILSAFAT ILMU
KOMUNIKASI.” khabar 2, no. 1 (June 24, 2020): 43–56.
https://doi.org/10.37092/khabar.v2i1.211.
Zamroni, Mohammad. Filsafat Komunikasi: Pengantar Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis. IRCISOD, n.d.