Lacuo

Page 125

Lacuo dan 9 cerpen pilihan lain

125

“Kau memang pintar Pangeran, namun kau tak cukup pintar untuk menanyakan konsekuensi apabila kau tak sanggup menjawab pertanyaanku ini. Kau tentu telah belajar bahwa ketika seorang pangeran tak mampu menjawab pertanyaan rakyatknya, maka secara ajaib gelar kerajaannya akan hilang. Ditambah dengan konsekuensi yang diajukan oleh si penanya.” Tidak mungkin. Tidak mungkin. Abraha akan hancur jika Jahal yang menguasainya. “Kau memang seorang nasionalis, tapi cukup bodoh untuk menjadi seorang calon Raja Negeri Abraha. Sekarang pergilah dan jangan kembali lagi! HAHAHA!” Saat itu, aku melihat air mata penyesalan, binar mata yang menyurut, harapan yang sirna. Aku melihat rona keputusasaan yang kental, sampai aku benar-benar telah berada jauh di luar Abraha dan terdampar di Rohan. Pembunuh bayaran Jahal mengejarku sampai akhirnya aku mendapatkan kesempatan untuk berlabuh di Rohan dan belajar dari Profesor Havlinkovich. “Bagaimana Kevin? Kita bisa bekerja sama bila hanya kau mau.” Antara percaya dan gundah, senang dan curiga, aku dan semilyar sel di ragaku menyuarakan satu kata, dan kekuatannya tak bisa kutahan lebih lama. Seketika dari mulutku meluncur kata ‘SETUJU’ yang kuanggap sebagai batu loncatan demi kembali pulang ke Abraha. George nyengir puas. *** Perilaku George sangat berbeda dari pikiranku semula, dia telah menyuguhiku dengan makanan dan minuman terbaiknya. Alur pembicaraan yang sangat menyenangkan, berbagai kisah-kisah kami yang ditulis dalam sejarah, sampai rencana perluasan wilayah kekuasaan. Aku


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.