
6 minute read
Bentangkan Sayap Muhammadiyah di Negeri Tirai Bambu
banyak, baik warga maupun persyarikatan, baik di Tiongkok maupun Indonesia,” paparnya.
Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Tiongkok dirintis dalam sebuah gagasan mahasiswa-mahasiswa Muhammadiyah yang berkuliah di Tionghoa pada tahun 2016. Kala itu, dikumpulkan para mahasiswa yang pernah bersinggungan dengan Muhammadiyah. Tidak peduli apakah “hanya” berafiliasi dengan Muhammadiyah karena faktor keturunan keluarga Muhammadiyah, faktor pendidikan melalui sekolah-sekolah Muhammadiyah, atau relasi-relasi sosial seperti tergabung dengan organisasi otonom Muhammadiyah.
Advertisement
Ir Endy Saiful Alim MSc, dosen
UHAMKA pada saat itu menjadi Ketua
PCIM Tiongkok pertama saat didirikannya pada tahun 2017. Ketika pergantian roda kepemimpinan dua tahun kemudian, terpilihlah Muhammad Aziz, dosen
UAD yang mengenyam studi lanjut di Hohai University, Nanjing, Tiongkok. Redaksi Warta PTM melakukan wawancara dengan Aziz untuk mengisahkan sepak terjang dan perjalanan merentangkan sayap dakwah Muhammadiyah di Negeri Tirai Bambu.
PCIM Tiongkok Kian Bertumbuh dan Menjalin Relasi
Dalam masa-masa awal pertumbuhannya, salah satu prioritas pertama yang dilakukan oleh PCIM Tiongkok adalah menjalin relasi. Relasi-relasi yang dibangun di antaranya adalah dengan KBRI di Beijing, PPIT, dan PCINU. Muhammad Aziz menyampaikan bahwa keberhasilan relasi yang baik oleh PCIM Tiongkok tidak dapat terlepaskan dari komunikasi yang telah berjalan antara Muhammadiyah dengan China Islamic Association (CIA) sejak 2019.
“Bahkan, komunikasi di antara kedua pihak sudah membicarakan tentang kemajuan Islam di Tiongkok, kesuksesan CIA dalam membangun masjid-masjid di seluruh Tiongkok, dan pengadaan madrasah atau sekolah Islam di Kota Beijing,” demikian yang disampaikan oleh Aziz.
Sehubungan dengan tujuan untuk mempererat relasi yang telah terbangun, PCIM Tiongkok mengimplementasikannya dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan. “Jadi, kami memastikan bahwa kegiatan-kegiatan PCIM Tiongkok berdampak pada orang
Kegiatan-kegiatan itu di antaranya adalah pengadaan kajian-kajian secara rutin di beberapa kota di Tiongkok, sosialisasi kepada para pelajar di Indonesia mengenai kiat-kiat memperoleh beasiswa, baik Sarjana, Master, maupun Doktoral di Tiongkok, hingga penggalangan donasi yang nantinya akan langsung disalurkan ke LazisMu setiap ada bencana alam. Di PCIM Tiongkok sendiri memang memiliki LazisMu di bawah koordinasi PCIM Tiongkok yang telah memberikan bantuan terhadap bencana bagi Indonesia, seperti banjir di Banten, bencana di Palu, termasuk korban pandemi COVID-19. “Ada sekitar 82 mahasiswa Indonesia yang terjebak di Kota Wuhan ketika awal-awal COVID-19. PCIM Tiongkok memberi bantuan kepada mereka,” ujar Aziz.
Relasi yang berusaha dibangun oleh PCIM Tiongkok tidak hanya terbentang dalam ruang lingkup Tiongkok saja, tetapi juga Indonesia. Sebagai contoh, PCIM Tiongkok terus secara masif mengadakan mediasi dalam penandatanganan mutual of understanding (MoU) antara perguruan tinggi di Tiongkok dengan perguruan tinggi Muhammadiyah atau ‘Aisyiyah (PTMA) di Indonesia.
Selain relasi-relasi dengan lembaga, salah satu relasi yang disorot oleh Aziz adalah antara PCIM Tiongkok dengan Duta Besar Indonesia di Tiongkok. Ia mengakui bahwa rekognisi dan dukungan dari Dubes RI di Tiongkok merupakan hal yang besar dan berarti bagi PCIM Tiongkok. Bahkan, hal yang diapresiasi lagi adalah kehadiran Dubes RI dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan sebagai bentuk pengakuan terhadap kegiatan dan aktivitas PCIM Tiongkok di ruang lingkup Ti- ongkok. “Nggak hanya itu, tapi Dubes RI untuk Tiongkok juga bersedia untuk memfasilitasi dan menjembatani kebutuhan-kebutuhan lainnya. Selama itu satu tujuan dengan perluasan jaringan Muhammadiyah di mana PCIM Tiongkok menjadi organisasi otonom Muhammadiyah di Tiongkok,” tambahnya.
Akan tetapi, bukan berarti relasi yang dijalin oleh PCIM Tiongkok selesai sampai di situ. Ke depannya, Aziz mencanangkan akan memperluas relasi dengan kelompok masyarakat ekonomi syariah. Sebab, PCIM Tiongkok dinilai dapat berperan penting untuk masuk ke dalam celah di masyarakat dan hadir sebagai pemberi dakwah Islam dan Kemuhammadiyahan kepada global. “Nantinya, relasi-relasi yang direncanakan untuk dijalin juga bisa dipertegas dalam bentuk program pengabdian masyarakat internasional,” lanjut Aziz.
Konsisten terhadap Komitmen
Berdakwah
Saat ini, PCIM Tiongkok memiliki belasan PCIM Tiongkok Regional yang setingkat dengan Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah (PRIM) di beberapa kota di Tiongkok. Di antaranya adalah PCIMT Regional Beijing, PCIMT
Regional Nanjing, PCIMT Regional Wuhan, PCIMT Regional Shanghai, PCIMT Regional Hangzhou, PCIMT Regional
Changchun, PCIMT Regional Harbin, PCIMT Regional Kunming, PCIMT Regional Xi’an, PCIMT Regional Nanning, dan PCIMT Regional Fuzhou.
Lebih lanjut, secara pribadi, Aziz menyoroti keunikan dan keteguhan yang ia dapatkan ketika mengamati sendiri bagaimana dakwah-dakwah Islam digaungkan oleh komunitas-komunitas Muslim di Tiongkok. Salah satu hal yang unik adalah adanya lantunan adzan dalam bahasa Mandarin. Selain itu, kegiatan-kegiatan keagamaan juga masih banyak dilakukan. “Bahkan, Indonesia itu cukup dikenal di kalangan masyarakat Tionghoa. Warga-warga di Tiongkok kebanyakan tahu kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta atau Surabaya,” ujarnya berkisah. Hal ini meningkatkan ghirah baginya dan PCIM Tiongkok secara umum dalam meninggalkan jejak kebaikan melalui dakwah Kemuhammadiyahan.

Ke depannya, PCIM Tiongkok bertekad untuk terus melangsungkan kegiatan-kegiatan yang telah diadakan sebelumnya, termasuk kegiatan-kegiatan yang sempat tertahan akibat pandemi. Sebagai penutup, Aziz menyampaikan bahwa hal yang menjadi ciri khas bagi komunitas dan organisasi agama yang minoritas di suatu lingkungan—termasuk Tiongkok yang notabene mayoritas nonmuslim—adalah ikatan persaudaraan Muslim di Tiongkok yang begitu kuat. Hal itu ditunjukkan dari sambutan hangat bagi PCIM Tiongkok, dan juga keramaian serta kemeriahan ketika salat Jum’at atau memasuki bulan Ramadhan. “Tetap ramai dan ramah,” demikian Aziz menyampaikan kesannya. Kemudian, produk dari salah satu program kerja dalam PCIM Tiongkok yang sedang diupayakan oleh Aziz dan teman-teman agar selesai adalah penyusunan buku. Ini menjadi bagian dari komitmen PCIM Tiongkok untuk dapat meneguhkan tekad dalam memperlebar bentangan sayap dakwah Muhammadiyah. “Kami juga sedang menyusun buku tentang Muhammadiyah dan Tiongkok. Mudah-mudahan bisa selesai,” ujarnya menutup wawancara bersama Tim Redaksi Warta PTM dengan harapan.[] RAS

Nakadzia Rika Andriani mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) berhasil mendapat gelar Bachelor of Communication setelah menyelesaikan Program Double Degree di Dong-A University, Korea Selatan. Program ini, lanjutnya, merupakan program yang dapat diikuti oleh mahasiswa double degree UMS dan nantinya akan mendapatkan dua gelar, gelar yang ada di Indonesia yaitu S.I.Kom dan gelar ketika menyelesaikan studi di Korea yaitu Bachelor of Communication.

Nakadzia menceritakan ketertarikannya pada program ini muncul saat ia masih duduk di semester tiga. “Mengetahui tawaran tersebut, saya konsultasikan dengan dosen terlebih dahulu,” papar Nakadzia, Jumat (24/02). Ia mengaku, sempat kaget dengan kebudayaan disana. Sistem belajar mahasiswa korea sama seperti apa yang ia lihat dari drama korea pada umumnya. “Ternyata orangnya ambis-ambis kalau masalah pendidikan,” tambahnya.
Mahasiswa asal Cilegon itu juga menyampaikan jika Satuan Kredit Semester (SKS) mahasiswa sudah terpenuhi mahasiswa dapat mendaftar wisuda dengan syarat kelulusan dapat memilih antara mengerjakan skripsi atau menggunakan sertifikat bahasa. “Saya mengambil sertifikat bahasa sebagai syarat kelulusan,” paparnya.
Selain berkuliah, Nakadzia juga turut mengambil part time dan bekerja paruh waktu disana. “Di sini saya kerja paruh waktu setiap Sabtu-Minggu, sudah cukup untuk membiayai kuliah, kos, makan, dan lain sebagainya. Kalau waktu untuk bekerja Sabtu-Minggu, jadi selama Senin sampai Jumat saya fokus belajar dan menyelesaikan semua tugas-tugas kuliah. Sehingga sejauh ini tidak ada kendala,” katanya. Ia juga menyampaikan belum tau kapan akan kembali ke Indonesia karena sudah mendapatkan pekerjaan disana.
Ia turut berpesan bagi mahasiswa yang ingin mengikuti program Double Degree terutama tujuan negaranya bukan menggunakan Bahasa Inggris, bisa
Mahasiswa UMS Lulus
Double Degree di Dong-A University dan Dapatkan
Tawaran Kerja di Korea
dimaksimalkan belajar bahasanya di Tanah Air saja. Karena akan kesulitan dalam berkomunikasi sehari-hari, kalau mau kursus di luar negeri biayanya lebih mahal. Selain itu persiapan mental itu juga menjadi sangat penting.
Keberhasilan ini juga tidak lepas dari dukungan yang diberikan oleh Program Studi Ilmu Komunikasi dan Biro Kerjasama dan Urusan Internasional (BKUI) UMS dalam membantu administrasi. Kepala BKUI, Andy Dwi Bayu Bawono, Ph.D mengapresiasi keberhasilan Nakadzia di Dong A Korea. “Peluang kerja di Korea, jauh lebih besar jika ambil double degree di UMS,” paparnya. []APR
Unmuh Babel Borong Medali Emas dan Perak pada Ajang Karate
Kabar bahagia kembali diperoleh tiga mahasiswa Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung
(UnMuh Babel) pada ajang “Kejuaraan Karate Master Gi Cup 1 Open”. Salah satunya yakni mahasiswa dari FKIP, Rahilda yang berhasil meraih 2 medali emas. Rahilda memperoleh 2 emas pada kategori Kata Perorangan Senior Putri, dan Kata Beregu Senior Putri. Mahasiswi kelahiran Bangka Tengah, 28 Juli 2003 ini turut bersyukur atas prestasi yang diraih. Selama mempersiapkan pertandingan Rahilda sempat mendapatkan cedera saat latihan. Namun mengakui kerja keras dan latihan yang dilakukan dengan serius dapat membuahkan hasil yang maksimal pula.
“Latihan rutin dilakukan dari awal September 2022 hingga Februari tahun ini. Sebenarnya 2 minggu sebelum tanding, saya mendapatkan cedera di leher sewaktu latihan Kata Beregu. Ikhtiar dan berobat pun dilakukan sembari latihan rutin yang tidak ada hentinya. Alhamdulillah ketika hari H, Allah SWT mempermudah jalannya pertandingan”, ucap Rahilda.
Selain Rahilda, dalam Kata Beregu Senior Putri, 1 emas lainnya diperoleh mahasiswi PGSD semester 4, atas nama Bunga Ayu Rahmadita. Bunga dan Rahilda masuk dalam satu tim yang menambah poin emas dalam kejuaraan Karate Master Gi Cup 1 Open.
Sementara itu, Nadya Lestari, mahasiswi PJKR mempersembahkan Perunggu (juara 3) dalam Kumite Senior 55 kg putri dan Kumite Beregu Senior Putri. Ia turut serta dalam kejuaraan karate yang diikuti oleh 1.200 peserta dengan 1.800 kelas tersebut.

Prestasi yang diraih mahasiswa UnMuh Babel ini menunjukkan bahwa kampus ini juga dapat bersaing dengan atlet baik pada kancah nasional maupun internasional. “Ini merupakan langkah bagus untuk mahasiswa dan prodi agar lebih dikenal di kancah nasional. Dan besar harapan kami lebih banyak lagi mahasiswa yang bisa berprestasi di setiap even nasional maupun internasional,” pungkas Erick Prayogo Walton MOr Kaprodi PJKR UnMuh BaBel.[] APR
Mahasiswa Universitas Ahmad
Dahlan, Zidna Navela Kamelia berkesempatan menjadi salah satu presenter pada acara Simposium
Internasional Mahasiswa Indonesia di Turki 2023 (SIMIT). Kegiatan yang diselenggarakan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Turki tersebut diadakan di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Ankara, Turki.

Zidna, mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Arab berhasil lolos dan berkesempatan mengikuti forum internasional tersebut bersama 26 peserta dari berbagai negara di seluruh dunia. Kegiatan dengan tema “Menuju Indonesia
Emas 2045: Peran Diaspora Diaspora
Indonesia dalam Bidang Sosial, Teknologi, dan Moderasi Beragama” ini diikuti mahasiswa baik pada program sarjana, diploma, dan doktoral multidisipliner. Pada forum internasional tersebut, Zidna mempresentasikan materi bertajuk Muhammadiyah dengan judul “Diaspora Muhammadiyah sebagai Representasi Indonesia dalam Menghadapi Tantangan Benturan Peradaban Dunia”. Zidna berhasil mempresentasikan tulis-