VISUAL IMAGERY

Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, nikmat dan karunianya yang terlimpah curah sehingga kami dapat menyelesaikan proyek majalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Psikologi Kognitif, yang terhormat, ibu Ifa Hanifah Misbach, S Psi , M A , Psikolog, yang sudah memberikan bimbingan selama ini kepada kami sehingga membantu dalam proses pengerjaan proyek majalah ini.
Adapun mungkin masih banyak kekurangan dalam penulisan majalah ini. Maka dari itu, kami menerima segala bentuk kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, agar membantu kami kedepannya untuk menjadi lebih baik.
Isi majalah ini merupakan informasi mengenai “Visual Imagery”, serta beberapa karya seni dari seniman Popo Iskandar dan Sunaryo. Oleh karena itu, kami berharap karya kami dapat menambah wawasan bagi para pembaca Akhir kata, kami ucapkan terimakasih
Popo Iskandar (17 Desember 1927 – 29 Januari 2000) merupakan seorang
seniman lukis, salah satu tokoh pendidik
seni Indonesia, kritikus Sastra Sunda, dan penulis esai.
Popo merupakan lulusan jurusan seni
rupa ITB dan murid dari Ries Mulder.
Karena itu, pada awalnya ia banyak
terpengaruh oleh guru berkebangsaan
Belanda tersebut yang beraliran
kubisme dan abstrak.
Saya percaya bahwa setiap
karya seni adalah sebuah
cerita, dan saya berharap
dapat mengekspresikan
pesan yang positif melalui
karya-karya saya.
Sunaryo lahir pada 15 Mei 1943 di Banyumas, Jawa Tengah. Ia kemudian mendapat
pendidikan seni di Fakultas Seni Rupa, Institut
Teknologi Bandung (1962-1969) dan Studi
Patung Marmer di Marble Technology, Carrara, Italia (1975).
Secara umum, karya-karya Sunaryo mengungkapkan perenungan mendalam
tentang hubungan manusia dengan alam.
Karya-karyanya yang berangkat dari
pengamatan atas fenomena kerusakan
lingkungan seringkali mengandung komentar
maupun kritik atas ambisi antroposentris
sekaligus ketakberdayaan manusia dalam
menghadapi derasnya perubahan-perubahan
akibat modernitas,
S u n a r y o
Seni bukan hanya tentang
menciptakan keindahan visual, tetapi juga mengajak orang
untuk berpikir dan merenung
tentang kehidupan dan dunia di sekitar kita.
Vealey dan Greenleaf (2001)
mendefinisikan imagery sebagai
“
penggunaan seluruh indra untuk
menciptakan atau menciptakan
kembali sebuah pengalaman di dalam pikiran”.
Visual imagery atau citraan penglihatan adalah citraan yang ditimbulkan akibat rangsangan yang diterima oleh indra penglihatan Visual imagery bisa digunakan pengarang untuk melukiskan keadaan, tempat, pemandangan, atau bangunan.
Visual imagery itu mengusik indra penglihatan pembaca sehingga akan membangkitkan imajinasinya untuk memahami karya sastra.
Perasaan estetis akan lebih mudah terangsang melalui citraan visual itu (Imron, 2009: 79)
Visual imagery sangat penting
untuk mengingat. Usaha sengaja
untuk membentuk gambaran dari
bahan yang akan diingat
biasanya membantu ingatan.
Visual imagery juga tampaknya
memainkan peran dalam
episodic memory dan kenangan
dari episode-episode
sebelumnya, sering mengambil
bentuk gambar dari episodeepisode tersebut.
Visual imagery sangat penting
dalam bidang seni dan desain.
Seperti yang kita tahu, dalam
proses pembuatan sebuah seni
membutuhkan imajinasi. Imajinasi
didapat dari pengalaman
sebelumnya atau bahkan hal
yang bukan pengalamannya
sendiri. Dalam menuangkan
imajinasi tersebut melalui proses
visual imagery.
Visual imagery tentunya memiliki pengaruh terhadap kehidupan
manusia. Visual imagery dapat
membantu manusia untuk memahami
konsep yang rumit dan abstrak. Selain
itu, dengan menggunakan visual imagery dapat memicu kreativitas, menghasilkan ide-ide baru, dan mengembangkan konsep-konsep yang
lebih kompleks.
Namun, visual imagery juga dapat
memiliki pengaruh negatif terhadap
kehidupan manusia. Misalnya, gambaran visual yang tidak realistis
atau tidak akurat dapat menyebabkan
stereotip atau prasangka yang
merugikan Oleh karena itu, sangat
penting untuk menggunakan visual imagery dengan bijak dan bertanggung jawab.
Penelitian yang dilakukan Luo Wen, dkk menemukan bahwa visual imagery yang berbeda akan dihasilkan oleh warna, komposisi, dan tema poster yang berbeda. Audience akan memiliki pemahaman yang lebih tinggi tentang poster yang memiliki visual imagery yang konsisten dalam proses melihat.
Hasilnya menunjukkan bahwa poster bertema perempuan dan anak akan membangkitkan kelembutan penonton, yang dapat dibantu dengan warna yang lebih lembut dan komposisi yang stabil. Efek visual yang kuat dan bertentangan akan lebih kondusif untuk ekspresi tema-tema sosial seperti perlindungan lingkungan dan kompetisi sosial.
Kesimpulannya, visual imagery yang sama atau serupa pada aspek teknis dan aspek makna mendorong khalayak untuk bereksplorasi dan berpikir lebih jauh. Poster yang menjaga visual imagery tetap koheren dapat menghasilkan efek yang lebih baik.
Seorang profesor psikologi di University of Western Ontario dan mantan binaragawan.
Teori pengkodean ganda adalah teori kognitif yang diusulkan Allan Paivio pada tahun 1971.
Menurut Paivio, ada dua cara di mana seseorang dapat memperluas apa yang mereka pelajari dengan asosiasi verbal dan gambar visual. Teori pengkodean ganda menyatakan bahwa seseorang dapat menggunakan data visual dan verbal untuk merepresentasikan informasi.
Seorang psikolog dan ilmuwan saraf
Amerika. Kosslyn terkenal akan karyanya
tentang kognisi visual dan ilmu pembelajaran
Menurut Kosslyn, visual imagery merupakan proses mental di mana individu menciptakan dan memanipulasi gambaran mental dari objek, situasi, atau pengalaman dalam pikiran mereka.
Stephen Kosslyn Allan PaivioVisual imagery seniman
tentunya berperan dalam hasil
karya seninya. Hasil karya
seninya menjadi lebih hidup dan
tampak dimengerti oleh
penikmat seni. Selain itu, pemanfaatan imagery memang
mampu menghidupkan imaji para penikmatnya.
Ketika seniman menciptakan sebuah karya seni dengan berbagai macam bentuk, maka secara tidak langsung seniman tersebut menciptakan citra dalam karya tersebut. Maka dari itu, ketika kita melihat karya seni, penglihatan kita menyalurkan itu ke otak melalui impuls saraf, yang membuat kita mampu merasakan karya seni tersebut Sebagai contoh, karya seni, misalnya lukisan, yang berisi objek pedesaan dengan pemandangan indah di pagi hari, akan menimbulkan rasa damai, tenang, sejuk kepada para penikmatnya.
Kucing Bermata Hijau, 1993
Menurut Stephen
Kosslyn, salah satu
karakteristik visual imagery adalah
analog code, dimana gambaran
visual ini mirip
dengan objek
fisiknya.
Dalam penglihatan
penulis, lukisan
tersebut memang memang
menggambarkan
kucing warna hitam
dan bermata hijau, meskipun kucing
tersebut sekilas tidak
seperti kucing yang
biasa
ditemui, karena
matanya yang hijau.
Bouquet, 1962
Vealey & Greenleaf
(2006:2) menjelaskan
bahwa imagery dapat
digunakan untuk
menciptakan
pengalaman internal
baru dengan
menyusun potongan-
potongan gambar
dalam berbagai
bentuk.
Saat melihat lukisan ini, penulis teringat akan sebuah kolam
ikan yang didalmnya terdapat ikan hias beraneka warna.
Namun jika dilihat dari judul lukisan tersebut, Seniman Popo
memvisual imagery-kan sebuah buket bunga dalam
membuatnya. Hal ini berarti visual imagery dapat berbeda-
beda sesuai dengan pengalaman setiap orang.
Popo IskandarGadis, 1976
Menurut Allan Palvio, ternyata berdasarkan
pengalaman atau
memori, kita lebih
mudah mengingat
benda yang bisa
dibayangkan, daripada sesuatu yang abstrak.
Popo Iskandar
Dalam lukisan yang berjudul "Gadis" ini, cukup jelas tergambar
seorang wanita yang menggunakan dress berwarna merah.
Lukisan ini mudah untuk ditebak dan dijelaskan, karena
visualnya yang bukan abstrak, sehingga berdasarkan
pengetahuan serta pengalaman penulis, penulis bisa dengan
mudah menggambarkan bahwa objek lukisan ini adalah
seorang gadis.
Pada lukisan ini, Sunaryo mencoba
memvisualkan imajanasi dia tentang
seseorang dalam kesendirian yang dia
salurkan menjadi figur wanita di lukisan sebelah kanan dan tentang
keributan yang dia salurkan menjadi
kain bermotif tulisan dan lukisan
sebongkah batu. Kedua lukisan ini
saling mengandaikan, berinteraksi dan
dapat menghasilkan impresi dan
makna yang berbeda-beda sesuai
dengan pengalaman setiap orang.
Dalam pembuatan lukisan ini dapat dihubungkan dengan teori visual imagery dari Stephen Kosslyn. Menurutnya, ketika kita membayangkan suatu situasi (contohnya dalam lukisan ini kesendirian dan keributan) kita secara tidak sadar menciptakan representasi mental yang mirip dengan pengalaman visual nyata.
Ini berarti bahwa pikiran kita mampu menggambarkan objek atau gambar dalam pikiran kita dengan bagaimana kita melihatnya dalam dunia nyata.
Ketika meilhat lukisan di bawah ini mungkin kita berpikir lukisan tersebut sedang menggambarkan suasana kelas yang berisik dan berantakan. Tetapi Sunaryo menggambarkan hal yang berbeda. Karya ini menampilkan kritik tentang mentalitas dan tingkah laku aparat pemerintah yang merugikan negara, antara lain praktik korupsi dan tindakan-tindakan penyalahgunaan wewenang lainnya Sunaryo memvisualkan imajinasi dia tentang kinerja pemerintah yang merugikan negara itu menjadi lukisan sederhana yang menggambarkan suasana kelas yang berantakan dan murid-muridnya yang seperti merusak fasilitas kelas dan merugikan sekolah.
Seperti yang Stephen Kosslyn jelaskan mengenai visual imagery, yaitu merupakan proses mental di mana individu menciptakan dan memanipulasi gambaran mental dari objek, situasi, atau pengalaman dalam pikiran mereka. Dalam pembuatan lukisan, Sunaryo menggunakan aspek penting dalam visual imgery yang seperti Kosslyn jelaskan, yaitu representasi mental, proses pengolahan mental, persepsi dan imajinasi, dan fungsi kognitif.
Lukisan ini nampaknya seperti lukisan manusia dengan organ dalamnya dan seperti lukisan pada umumnya. Tetapi faktanya lukisan ini merupakan karya "seni mutilasi" yang pernah menjuarai lomba Indofood Art Awards (IIA) pada tahun 2002. Dan sebagian besar karya yang masuk, apalagi yang akhirnya terkategori sebagai finalis, mampu mengolah secara simultan apa yang disebut "3H", atau head, heart, dan hand. Yakni menerbitkan gagasan, mendenyutkan sifat liris atau perasaan, dan mengolah potensi tangan dengan mengangkat tinggi keterampilan.
Gambar ini dapat dikaitkan dengan Teori Dual-Coding yang dikemukakan Allan Paivio. Teori Dual-Coding menyatakan bahwa seseorang dapat menggunakan data visual untuk merepresentasikan informasi. Disini Sunaryo mempunyai pengetahuan tentang organ tubuh manusia, lalu ia merubah pengetahuan tersebut menjadi sebuah seni yang memberikan infomasi organ tubuh manusia menggunakan visual imagery.
Gambar ini merupakan contoh dari visual imagery yang fokusnya pada aspek pola. Salah satu tokoh yang dapat dikaitkan adalah Rudolf Arnheim.
Rudolf Arnheim (1966), seorang psikolog dan seniman, berpendapat bahwa visual imagery melibatkan pengenalan pola-pola yang terorganisir dalam stimulus visual Ia menyatakan bahwa melalui pengenalan dan pemahaman pola, kita dapat menginterpretasikan dan memahami dunia visual di sekitar kita.
Terlihat jelas di foto, terdapat lubang-lubang yang membentuk suatu pola, yaitu membentuk sebuah kursi. Gambar ini membuat imajinasi visual kita bermain, jika memang tidak diberi kotak pola tersebut, imajinasi visual kita tidak akan terbatas karena kita tidak tahu sebenarnya paku-paku tersebut membentu apa
Sama seperti gambar sebelumnya, gambar ini melibatkan pola-pola dalam memvisualisasikan imajinasi kita seperti yang disebutkan oleh Rudolf Arnheim.
Dalam gambar ini terlihat dua buah seni yang masing-masing terbuat dari besi dan membentuk suatu pola yang terlihat jelas seperti kepala manusia. Walaupun sudah jelas seni tersebut membentuk sebuah kepala manusia, tapi kita tidak tahu sebenarnya bagaimana tampilan mata, hidung, mulut, telinga, dan rambutnya.
Maka dari itu, berdasarkan data visual berupa pola-pola yang diberi, imajinasi visual kita bergerak untuk mencoba membentuk bagaimana tampilan wajah dan kepalanya berdasarkan pola tersebut.
Bisa dilihat, gambar ini memberikan data visual yang sangat sedikit untuk orang yang melihatnya. Ada seorang tokoh psikologi kogntif yang menjelaskan situasi ini. David Marks (1986), seorang psikolog kognitif, menyatakan bahwa visual imagery lebih aktif dan kaya saat informasi visual yang tersedia terbatas. Ia berpendapat bahwa ketika kita memiliki sedikit atau terbatas data visual, kita cenderung menggunakan imajinasi dan memproduksi gambaran mental yang lebih detail dan kreatif.
Dalam situasi di mana informasi visual yang tersedia terbatas, Marks berpendapat bahwa kemampuan kita untuk membayangkan gambaran mental secara lebih detail dan kreatif meningkat Ini berarti bahwa visual imagery kita menjadi lebih aktif dan produktif dalam menghasilkan representasi visual yang lebih kuat dan intens.
Cerita ini berkisah tentang seorang gadis bernama Kerudung Merah, yang mengenakan kerudung atau jubah merah. Gadis itu berjalan melalui hutan untuk memberikan makanan kepada neneknya yang sedang sakit (jus anggur dan roti pisang).
Seekor serigala ingin memakan gadis itu, dan roti pisang dalam keranjang, tetapi takut dengan anjing kecil yang dibawanya. Serigala itu mendekati si Kerudung Merah dan bertanya ke mana gadis itu pergi. Dia menyarankan gadis itu untuk memilih beberapa bunga. Sementara itu, serigala pergi ke rumah nenek dan berhasil masuk dengan berpura-pura menjadi gadis itu. Dia mengunci nenek di dalam lemari, dan menunggu gadis itu dengan menyamar sebagai nenek.
Ketika gadis itu tiba, dia melihat neneknya terlihat sangat aneh. Si Kerudung Merah kemudian berkata, "Telinga Nenek besar sekali!," ("Supaya aku bisa mendengar suaramu lebih jelas", jawab serigala), "Tapi, Nek, mata Nenek besar sekali!," ("Supaya aku bisa melihatmu lebih jelas", jawab serigala), "Tapi Nek tangan Nenek besar sekali!," ("Supaya aku bisa memelukmu dengan erat", jawab serigala) dan terakhir "Tapi Nek mulutmu besar sekali!" ("Supaya aku dengan gampang memakanmu!", jawab serigala). Serigala langsung melompat dari tempat tidur dan menelan si Kerudung Merah, kemudian tertidur lelap.
Seorang penebang pohon, datang untuk menyelamatkan mereka dan membuka perut serigala yang masih tertidur dengan kapaknya. Si Kerudung Merah dan neneknya keluar tanpa terluka. Lalu mereka mengisi tubuh serigala dengan batubatu berat. Serigala terbangun dan mencoba melarikan diri, tetapi batu-batu itu menyebabkan dia ambruk dan mati.
Visual Imagery merupakan hal baru untuk saya Dari project-based ini saya menyadari bahwa visual imagery adalah kekuatan yang luar biasa dalam seni dan ekspresi kreatif, melalui penggunaan elemen visual seperti warna, bentuk, tekstur, dan komposisi, seniman dapat menciptakan gambaran mental yang menggugah imajinasi dan dapat berkomunikasi secara universal menggunakan seni. Visual imagery adalah jendela ke dunia yang indah dan kompleks yang dapat membuka pikiran dan hati kita kepada pengalaman-pengalaman yang luar biasa.
Banyak sekali hal yang saya dapatkan selama pembuatan projek ini. Mencari tahu bagaimana visual imagery bekerja, bagaimana menemukan dan mengimplementasikannya dalam kehidupan nyata yang sering sekali saya tidak menyadari dan melewatkannya Pembuatan projek ini tidak mudah dan banyak kesulitan dan hambatan, namun saya tahu ini adalah bagian dari proses belajar dan saya senang melakukannya Saya senang dapat mengexplore lebih banyak sebagai bagian dari pengembangan diri
Selama proses pembuatan majalah ini, saya menyadari bahwa visual imagery memiliki peran penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk kreativitas Kemampuan untuk membayangkan dan memvisualisasikan gambaran juga memberikan kontribusi besar dalam memahami informasi, mengingat, dan memproses ide secara lebih efektif Saya senang karena dari pembuatan majalah ini kita dapat mengerti pentingnya visual imagery dalam kehidupan manusia
Selama ini, saya belum menyadari bahwa ternyata dalam kehidupan manusia itu ada keterlibatan “visual imagery”. Setelah saya mengerjakan project ini, saya menjadi tahu bahwa ternyata cara kerja kognitif manusia itu rumit dan mengesankan. Meskipun banyak sekali hambatan dalam proses pengerjaan project ini, namun banyak hal yang saya dapatkan, selain pengetahuan saya yang bertambah, saya juga bisa menjadi lebih bersyukur atas pemberian Tuhan
Lahir di Tangerang, 21 Oktober 2002. Saya merupakan mahasiswa jurusan Psikolgi Universitas Pendidikan Indonesia yang mempunyai minat yang besar terhadap bidang Psikologi, Sosial, dan Olahraga.
(2103932)
Lahir di Jakarta, 28 Desember 2002, merupakan salah satu mahasiswa undergraduate di Psikologi UPI yang memiliki minat pada buku, film, dan menekuni bidang psikologi.
Lahir di Bandung, 17 Januari 2004. Saya mahasiswa jurusan Psikologi, Universitas
Pendidikan Indonesia. Memilki minat di bidang musik, olahraga, dan psikologi.
(2107847)
Lahir di Garut, 24 Januari, 2003. Merupakan seorang Mahasiswi semester
4, Program Studi Psikologi, Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung.
Baddeley, A.D. (2007). Working Memory: Thought and Action. Oxford : Oxford University Press.
Matlin, M. W. (1994)). Cognition (Third Edition). USA : John Willey, & Sons Inc.
Braisby, Nick, Gellatly, Angus. (2012). Cognitive psychology (2nd Ed.).
Oxford: Oxford University Press.
Arnheim, R. (1966). Toward a Psychology of Art: Collected Essays. University of California Press.
Marks, David F. (1986). Theories of Image Formation.
Wen, Luo & Jingjing, Wang & Chen, Wang & Luyu, Sun. (2022). Research on the Visual Imagery of Posters Based on the Culture Code Theory of Design. Frontiers in Psychology. 13. 861366. 10.3389/fpsyg.2022.861366.