AKAR RUMPUT ZINE VOL. #1

BOBOTOH AS POWER atas nama asmara mari bertindak dengan tepat

5 GOLDEN ERA JANGAN RUSAK SURGA KAMI

OUR CULTURE IS THE GREATEST AND ALWAYS BE THE GREATEST aKAR RUMPUT ZINE

VIKINGCIPARAY X VIKINGBOYS X viking kng VIKINGJERMAN X NISBAR23 COLLABS

AKAR RUMPUT ZINE "Betapa dahsyat daya sebuah impian itu, impian itu membimbing anak yang belum bisa apa-apa, menjadi luar biasa. Impian itu membangkitkan semangat yang telat mati menjadi hidup kembali. Impian membuat apa yang tidak mungkin menjadi mungkin." Kutipan Romo shindunata di dalam three lions Roar (amukan singa luka) sungguh membuat bulu kuduk merinding. Betapa tidak, di tengah impian sejak awal musim, tim Persib dengan tagline the golden era nya harus diakhiri dengan sekelumit kisah mengharukan.

Hancur! Ya, kita hancur musim ini. Gerutu beberapa teman-teman pun tak terelakkan berseliweran di lini massa, apalagi yang menjadi jawara liga 1 ini adalah tim kloningan yang tak pernah diunggulkan sebelumnya.

Berbagai spekulasi bermunculan, sampai tudingan keterlibatan mafia sepakbola. Ah, saya tidak ingin mengetahui hal itu, apalagi sampai memikirkannya. Malah bisa bikin hati tambah runyam saja.

Sepakbola, hari ini, barangkali bukan hanya sekedar rebutan bola antar kedua kesebelasan, namun kini berkembang menjadi beragam pembicaraan mulai dari budaya, ekonomi, politik, dan sosial. Saya beruntung masih menikmati era digitalisasi dimana informasi tentang apapun bisa anda ketahui hanya dengan bekal kuota yang memadai.

Beberapa hari kebelakang Bobotoh merayakan 711, ya 3 tahun sudah kita merasakan lagi sensasi menjadi juara. Timeline media sosial kembali ramai dengan aksi merawat ingatan yang dilakukan temanteman dengan memposting foto-foto mereka ketika 3 tahun silam. Entah apa yang mendasarinya, mungkin karena teman-teman bobotoh merindukan permainan Persib di bawah komando bang Firman Utina tersebut. ** Sudah sejak lama saya mempunyai gagasan untuk membuat sesuatu yang unik dan lebih bermanfaat, selain karena pengerjaan nya relatif mudah. Saya putuskan bersama Taufik untuk menerbitkan Zine ini.

Awalnya berdua saja, itupun dengan bahan sedikit merevisi tulisan saya yang telah di publish di web vikingpersib.co.id agar sesuai dengan relevansinya.

Sadar bahwa itu masih kurang, saya mengajak rekan asal Kuningan Dani Nugraha dan Eka untuk bersama-sama mengerjakan sesuatu yang dilakukan dengan iseng ini, juga Nisbar Anggraeni Pertiwi, seorang Bobotoh perempuan, mahasiswi Universitas Widyatama asal Ciwastra yang membantu kami dalam segala prosesnya.

Saya sangat beruntung bisa bersua dengan mereka semua, ke enam orang yang bergairah diskusi dengan beragam persfektif tentang Persib dan segala unsur yang ada didalamnya. Akhir kata saya ingin mengucapkan terimakasih untuk teman-teman semua yang telah memberikan energi nya untuk pengerjaan Zine ini. Taufik, Dani, Eka, Nisbar, dan juga Iqbal. Tanpa kontribusi kalian, Zine ini mungkin tidak akan terbit.

Semoga gusti Allah SWT memberkahi kita semua.

Bandung, 9 November 2017 Yogi Esa Sukma Nugraha

PAGE HALAMAN

BOBOTOH AS POWER

1

6 Lord

2

7

PERSIB ADALAH CANDU

DITULIS OLEH DANI NUGRAHA

4

9

PANJANG UMUR SOLIDARITAS YOGI ESA NUGRAHA

THE GREATEST

5

11

NIGHTMARE SEASON

Malam di Bekasi

OUR CULTURE IS AND ALWAYS BE

Bandung, 07 November 2017 Nisbar Anggraenie Pertiwi

IQBAL NAUFAL

PENULIS YOGI ESA NUGRAHA

jupe !

Perempuan dan Sepakbola Ditulis saat Bandung sedang hujan, ditemani coklat hangat dan ingatan PERSIB juara di Palembang 3 tahun yang lalu.

Eka Chandra Kusuma

Ban Kapten Akhirnya Melingkar

PENULIS, DANI NUGRAHA

“Sometimes words have 2 meanings” ~ Led Zeppelin

YOGI ESA NUGRAHA

i

BOBOTOH AS POWER Eka Chandra Kusuma Sebagai Bangsa pendongeng biasanya para media maupun sekolah-sekolah membahas kisah heroik mendekati perayaan hari Pahlawan di bulan Nopember ini. Baik itu secara historis, geografis maupun keteladanan didalamnya.

Begitu hebat nyatanya perjuangan bangsa ini dalam berjuang seperti yang dikisahkan orangorang terdahulu dan beberapa buku sejarah. Lalu apa yang mendasari para pahlawan sehingga bisa berjuang mati-matian untuk memperjuangkan kemerdekaan?. Seorang kerabat yang sedang kasmaran pernah berkata bahwasanya modal para pahlawan memperjuangkan bangsa ini adalah ASMARA. Mengapa asmara? Berbicara tentang asmara, Pram pernah berkata “Asmara selamanya merupakan tenaga perkasa yang pernah dipergunakan orang dalam hidupnya”. Sebagai suatu 'tenaga perkasa' tentu dapat dibayangkan seperti apa dampak untuk orang yang memilikinya.

Berbicara tentang bulan Nopember berbicara pula bagaimana musim kompetisi 2017 Liga Go-Jek Traveloka sudah memasuki babak akhir dengan kampiun yang nyatanya jauh dari ekspektasi publik sepakbola Jawa Barat bahkan Nusantara. Musim yang digembor-gemborkan sebagai 'Golden Era' kita nyatanya matak era. Bagaimana tidak, target menjadi Juara di awal musim berubah target menjadi lolos dari zona degradasi di akhir musim. matak bingung, keuheul, sagala karasa ngabandunganana intinya saya tahu kita sama sama ingin geura-geura nyanghareupan musim hareup alias hayang geura mup on.

Berbicara mengenai tenaga perkasa atau yang secara mudah dipahami dengan istilah kekuatan, Theodore Brameld dalam bukunya Education as power mengungkapkan bahwa setiap kekuatan bisa diibaratkan sebagai 2 sisi

mata uang, didalamnya pasti terdapat sisi positif maupun sisi negatif. Begitupun dengan Power yang dimiliki oleh bobotoh dewasa ini seakan menegaskan bahwa tengah terjadi transisi terhadap kebiasaan maupun sudut pandang mengenai Cintanya terhadap Persib. Suatu hal yang cukup menarik dari musim ini yaitu terkait bagaimana Asmara dari para Bobotoh terhadap klub kebanggaan kita semua dinyatakan dengan adanya perbedaan pandangan dan hal tersebut kerap kali menimbulkan budaya saling cibir dan paomong-omong kamana daek antar Bobotoh yang berdampak pada karakter bobotoh itu sendiri.

Padahal jika melihat secara historis adanya propaganda, pergerakan dan kritikan-kritikan telah banyak disuarakan sejak dulu dan itulah yang menjadi ciri budaya sepakbola kita sebagai bukti kepedulian demi menghindari Ambon Sorangan ka PERSIB. Dengan adanya pergerakan tersebut bisa disebut sebagai suatu ketepatan tindak dan merawat apa yang menjadi karakter bobotoh.

Sejarah pun mencatat, Kritik Bobotoh pernah (dibaca: sering) menyelamatkan PERSIB. Jadi siapa yang salah?

Seperti diungkapkan Pram dalam buku Jejak Langkah “bahwa kasih sayang tradisional yang tidak diarahkan pada masa datang yang lebih pelik dan beragam adalah juga kekeliruan yang harus dibetulkan” selanjutnya Pram juga mengungkapkan “untuk membetulkan kasih sayang pun dibutuhkan pergulatan, keberapian, dan ketepatan tindak”. Maka dari itu mari untuk musim depan yang lebih baik agar menghindari kekeliruan atas cobaan yang tengah menimpa kita musim ini, atas nama Asmara mari bertindak dengan tepat.

1

PENULIS YOGI ESA NUGRAHA

Tak ada yang meragukan kapasitas Bobotoh dalam mendukung Persib, Selasa, 17/10/2017, mereka menggelar aksi damai dengan melakukan long march dari Saparua menuju Sulanjana. Aksi yang diinisiasi barudak viking frontline dan beberapa elemen bobotoh lainnya dilakukan tak lain tak bukan adalah hanya atas dasar kecintaan terhadap Persib.

Siang itu hujan deras yang mengguyuri kota kembang tak menyurutkan semangat mereka untuk menyampaikan aspirasi nya. Entah berapa massa aksi yang hadir dari berbagai elemen Bobotoh kemarin, tapi yang jelas, mereka memang sudah benar-benar jengah atas keterpurukan tim kesayangan kita semua musim ini. Beberapa tuntutan mereka sampaikan, ada poin yang saya pikir, sangat penting, yaitu menyadari fungsi supporter. Bobotoh paham betul apa yang harus mereka lakukan, Kami (Bobotoh) tidak ingin terbuai oleh catatan sejarah gemilang Persib di masa lalu, dan kami sadar, meskipun roda sepakbola industri sedang berputar kencang, kami (bobotoh) hanya ingin proses hegemoni kapital tersebut harus diimbangi dengan prestasi tim. Hari itu, saya memantau pergerakan rekan-rekan di Bandung lewat media sosial dan beberapa kali menghubungi rekan yang sedang mengikuti aksi tersebut lewat layar gawai karena kebetulan saya sedang berada di Makassar.

Tak terasa malam datang, untuk lebih menikmati suasana kota ini, saya memilih singgah

ke warkop yang sedang memutar pertandingan Persiba vs Bhayangkara, sekilas saya memperhatikan anak kecil dan seorang perempuan begitu serius menyaksikan pertandingan tersebut. mereka berdua sangat fokus menyaksikan pertandingan yang mempengaruhi posisi klasemen tim kesayangan mereka dan sangat ingin Persiba menang, hal itu untuk memuluskan langkah tim kesayangan mereka, PSM menjadi juara. Keren betul menurut saya (ngomongna Jero hate, meskipun pada akhirnya mereka harus merelakan gelar juara itu terhadap tim lain).

Begitu kuat kultur sepakbola di sini membuat saya teringat kota Bandung tercinta yang sama-sama mempunyai akar budaya sepakbola yang kuat. Jujur, saya iri melihat hal tersebut. Terlebih karena perform Persib sedang menurun musim ini.Tapi saya berani jamin, hal itu takan membuat Bobotoh meninggal kan Persib. Karena, ya, Ini Bandung, bung! di Bandung sebagian orang rela meninggalkan hal-hal lain yg menurut orang kebanyakan, penting, untuk memilih pergi ke stadion nonton Persib, disana kebanyakan muda-mudi memilih merayakan hari libur mereka untuk mengajak pacar ke stadion Siliwangi daripada ke bioskop.

Dan Persib bukan Gee IF (klub swedia) yang merayakan kemenangan atas kalmar FF di depan supporter mereka yg hanya berjumlah satu orang!

Dalam setiap laga tandang yang dilakoni persib, selalu ada puluhan bahkan ratusan Bobotoh yang menemani baik yang berdomisili di tempat tersebut maupun yang sengaja datang dari kota asal mereka. Silahkan kalian buka akun media sosial, lalu cek tagar #awaydays atau #bobotohontour di setiap laga tandang Persib untuk melihat lebih detail. Bahkan ada rekan kental saya yang antik dari Viking Karawang, bernama Rai Kandika yang dengan gagah melabeli diri dan rekan rekannya si spesialis tandang, dia rela menghabiskan pendapatannya hanya untuk menonton 2x45 menit pertandingan persib di Hanoi (Vietnam) dan Jayapura. Gelo pisan anjir! (Teu kapikiran) Sungguh impian yang sulit dijangkau untuk seorang anak yang tumbuh di lingkungan keluarga sederhana (pas-pasan) seperti saya.

2

Jangankan ke Vietnam, kapanggih mabal sakola pas nonton persib ka Tangerang saja tidak ada ruang negoisasi bagi saya, dan langsung dicabok ku kolot. Hehehe. Tapi saya yakin, terlepas dari banyak nya silang pendapat diantara beberapa bobotoh yang terkadang membuat bingung, kita semua sama mencintai Persib. Apakah Bobotoh menuntut untuk menang di setiap pertandingan?

Saya pikir: tidak! Kami hanya ingin sinkronisasi antar stakeholder di tubuh persib. Dari mulai manajemen, pelatih, pemain, media, dan bobotoh sendiri. Untuk itu saya harap semua bisa menyikapi nya dengan bijak.

Agnes Monica benar, cinta kadang tak ada logika, Cinta sejati Bobotoh terhadap Persib tak pernah mati. Dan kami pun sadar tidak ada yang instan, karena segala sesuatunya membutuhkan

VOX BOBOTOH VOX DEI

proses. Saya ambil rujukan; Bryan Clough dengan Nottingham forest nya untuk berjuang meraih kesuksesan pun, mereka harus bekerja sama selama 14 tahun!

Harus disadari pula bahwa sebagian besar bobotoh sejak kecil sudah punya tautan dengan stadion siliwangi, siaran langsung TVRI, dan laporan pandangan mata RRI nya Bung Pujo, serta kemudian lewat halaman olahraga edisi Persib Pikiran Rakyat. Oleh karena itu, menurut saya, adalah hal wajar bila sebagian bobotoh sangat terganggu pikirannya bila merasa ada hal aneh di tubuh tim Persib. Justru manajemenlah yang harusnya dituntut kepekaannya dalam hal mengelola polemik yang sedang mencuat ini. #maap. Maka, izinkan saya barang sekali saja menganalogikan surga dan sepakbola, tolong jangan rusak surga kami (Bobotoh), demi kepentingan pribadi. Mari kita benahi bersama untuk Tim kebanggaan kita ini menjadi lebih baik, Jayalah Persibku!

3

jupe !

Malam di Bekasi Di malam itu, ribuan Bobotoh yang memadati Stadion Patriot Chandrabhaga Bekasi seolah tidak percaya, Si Bocah cepat dari Maluku, Ilhamudin Armayin menjebol gawang Persib, 2-0 Persib tertinggal dari tuan rumah Bhayangkara FC. Sontak tanpa dikomandoi Pitch Invasion pun terjadi pasca gol tersebut, seolah mereka yang melakukan pitch invasion sangat mewakili perasaan Bobotoh yang hadir dan maupun yang menonton melalui layar kaca pada malam itu. Sedih, Kesal, Marah, Jengkel melihat permainan yang diperagakan oleh Persib, apalagi saya, semalam sebelumnya tim kebanggaan kedua dari bagian bumi lainnya kalah di Final UCL, rasanya dunia seperti membenci, disaat kisah asmara selalu kandas.

Balik lagi dengan Persib, ya pluit tanda berakhir pertandingan dibunyikan, skor akhir pada malam itu 2-0. Lagi-lagi tanpa dikomandoi ada beberapa Bobotoh yang melakukan Pitch Invasion yang kedua kalinya malam itu, dan Saya pun ikut turun, tidak ada rasa cemas, ataupun takut. Satu persatu pemain memasuki lorong ganti dengan penjagaan yang ketat oleh pihak pengamanan.

Ada yang aneh pada malam itu, applause untuk Kim Kurniawan, Supardi, Toncip dan Ahmad Jufriyanto yang memilih untuk menghampiri Bobotoh memberikan gesture meminta maaf dan memberikan pelukan terhadap Bobotoh. Terlihat dengan jelas, saat saya memeluk Jufriyanto yang berjalan sempoyongan dan tertunduk memasuki lorong Stadion, saya berkata "Bermain pakai hati, Bang", sembari menepuk dada sebelah kiri, tak lama bang Jupe pun menoleh, ternyata matanya berkacakaca terpancar meneteskan air mata. Saya pun terkejut! Percayalah, air mata yang terpancar tersebut tulus sungguh alami, tidak dibuat-buat. Air matanya memiliki arti yang teramat dalam. Ya begitulah bila sudah melibatkan hati dan perasaan, air mata dan cinta seolah tidak bisa terpisahkan, karena cinta selalu menyediakan air mata.

DITULIS OLEH DANI NUGRAHA

Ban Kapten Akhirnya Melingkar Kalah, draw, draw, menang, draw lagi...

Begitulah hasil pertandingan Persib pada musim ini, seperti kapal terombang ambing ditengah laut, Nahkoda pengganti Djanur pun absurd, tidak jelas seperti apa pola bermain atau pun siapa yang memberikan intruksi dipinggir lapangan dan siapa pula pelatih realnya. Entahlah.

Disaat krisis bermain, skuad yang memploklamirkan diri sebagai Golden Era tapi ngerakeun ini, disaat itu pula satu sosok sentral lahir, berasal bukan dari kalangan pituin, tetapi leader jiwa kepemimpinan, wibawa atau bahkan pride yang ia tampilkan sudah tidak diragukan lagi, ia adalah eksekutor penentu Persib juara ISL 2014 tak lain ia adalah Ahmad Jufriyanto!

Di era sepakbola modern ini, tanpa mengurangi rasa hormat kepada pemain senior, kapten ataupun pemimpin tidak melulu berasal dari suatu kedaerahan yang sama ataupun tidak melulu harus membela panjipanji tim dengan durasi yang lama. Ia bukan Paolo Maldini yang sebagian hidupnya didedikasikan untuk AC Milan, bukan pula Steven Gerrard yang berasal dari kalangan Scouser membela panji Liverpool FC. Debut kapten yang ia jalani tak tanggung, saat melakoni laga tandang melawan mantan timnya, Sriwijaya Fc. Persib menggulung tuan rumah 1-4!

Dalam beberapa kesempatan, ia diplot memimpin pasukan Maung Bandung berlaga, jika kapten pertama dicadangkan. Disetiap ketegangan dengan pemain lawan ataupun wasit di lapangan ia kerap kali muncul di garda terdepan, mengkomandoi pasukan yang sedang berjuang tanpa kompromi, sebagai penyambung yang baik antara pelatih dengan pemain dan yang paling terlihat yaitu mental atau karakter yang ia tunjukkan dilapangan. Memang harus seperti itu, bertanggung jawab terhadap ban yang melingkar di tangannya.

Percayalah, jiwa kepemimpinan Persib yang selama ini hilang pasca hilangnya Firman Utina ada pada diri Jupe, setidaknya paling mendekati. Sekali lagi, tangisan di Bekasi pada malam itu, ia buktikan dilapangan. Pride! #AingPersib

4

OUR CULTURE IS AND ALWAYS BE Perkembangan media sosial semakin pesat, selama ini sejak era media sosial begitu hype disemua kalangan, termasuk kalangan supporter, peranan media sosial ini membentuk karakter tiap supporter menjadi lebih modern. Tidak salah memang, kita tidak bisa melawan arus modern yang semakin hari semakin kencang, dalam hal ini medsos.

Disini tidak akan membahas passion dan fashion, karena bisa saja anda jumpai di beberapa media konvensional ataupun media sosial kesayangan anda.

Media sosial acapkali menjadi ajang show off oleh sebagian banyak orang,Termasuk ketika feeds/timeline Instagram anda ingin terlihat menarik, contohnya ingin terlihat keren dimata gebetan (dan itupun jika punya gebetan). Karena hakikatnya tujuan dari Instagram memang seperti itu, menyampaikan visual yang indah dan keren.

Namun ada suatu keanehan dalam kacamata saya, ketika Bobotoh kerap kali mendapat perbincangan di dunia media sosial, (khususnya IG) akun-akun buzzer yang mengatasnamakan diri ultras id, casual hooliganism id entahhlah ataupun sejenisnya kerap kali mengupload aktiďŹ tas bobotoh, namun porsi dan kualitas konten Bobotoh disini tidak seperti upload (supporter) yang lainnya, sadarkah?

Tak sampai disitu, kerap kali tiap postingannya mengandung muatan tidak baik, dalam hal ini mengadu domba! Sial, Tentunya banyak polisi skena tribun juga disana.

Bukan tanpa alasan, komoditi Bobotoh disini menjadi santapan empuk siapapun untuk berkomentar, ditambah dengan sikap reaktif yang bobotoh tunjukkan di medsos, setidaknya dalam pandangan saya.

THE GREATEST

Entah apa tujuannya, trafďŹ c akun-akun tersebut selalu ramai jika melibatkan postingan Bobotoh.

Ti d a k j a u h b e r b e d a d e n g a n headline di media online yang gemar membawa nama Persib dan Bobotoh nya dalam tajuk utama, maka akan ramai dan laris.

Bobotoh dengan segala ciri k h a s k u l t u r y a n g m e n g a k a r, mempunyai karakter tersendiri, berbanggalah jadi Bobotoh, tidak perlu butuh pengakuan dari akunakun buzzer itu, karena Our culture is the greatest and always be the greatest.

PENULIS DANI NUGRAHA

From Father to Son

5

Perempuan dan Sepakbola Ditulis saat Bandung sedang hujan, ditemani coklat hangat dan ingatan PERSIB juara di Palembang 3 tahun yang lalu.

“Tidak ada satupun kejayaan atau laki agar bisa menonton tim kesayangan kesuksesan di dunia ini yang tidak ada di stadion. Beruntunglah kita yang bisa peran PEREMPUAN di dalamnya” bebas datang ke stadion tanpa dilarang.

-Ali Athiullah.

Namun memang tidak bisa Apakah anda setuju dengan dipungkiri bahwa, tentu saja masih ada quote tesebut jika dikaitkan dengan suporter perempuan yang tidak bisa dunia sepakbola? Well, menurut saya, datang ke stadion. Alasannya bisa suksesnya suatu tim sepakbola itu k a r e n a t i d a k d i b e r i i z i n o l e h memang tidak akan jauh dari peran orangtuanya yang khawatir atau ada sosok perempuan. Salah satu alasan rasa takut melihat kejadian-kejadian pemain sepakbola bermain dengan anarakis di stadion. sangat total dan semangat adalah Sebagai suporter perempuan, adanya dukungan dari ibu/istri/pacar/suporter perempuan. Ya, saya pun sering merasa takut untuk perempuan punya peran penting bagi datang ke stadion. Takut terjadi kesuksesan mereka. Maka dari itu, kerusuhan, takut ada yang berbuat jahat jangan sekali-kali meremehkan peran dan ketakutan-ketakutan lainnya. Pada perempuan dalam kesuksesan anda. awalnya, saya tidak diberi izin oleh Sepakbola adalah olahraga orangtua untuk pergi ke stadion. yang identik dengan laki-laki. Namun Mereka sangat khawatir akan terjadi seiring perubahan zaman, sepakbola sesuatu yang tidak diinginkan. Namun, juga digemari oleh perempuan.

Mengapa perempuan bisa mencintai seiring berjalannya waktu, orangtua sepakbola? Ah, sudahlah itu pertanyaan saya memberi izin walaupun sesekali yang tidak perlu dijawab. Karena, cinta mereka tetap khawatir. Ya, namanya itu tak butuh alasan. Banyak cara yang juga orangtua, itu adaah salah satu dilakukan oleh para perempuan untuk bentuk sayang mereka. mendukung klub kesayangannya. Ada Salah satu alasan saya pergi ke yang datang langsung ke stadion stadion adalah untuk melepas penat. ataupun hanya menonton dilayar kaya.

Dengan kegiatan yang sangat banyak, Seringkali saya melihat ibu-ibu datang ke stadion. Ada yang datang pertandingan sepakbola bisa menjadi bersama keluarganya dan ada pula yang hiburan untuk saya. Saya bisa berteriak d a t a n g s e n d i r i . M e r e k a r e l a dan bernyanyi untuk mendukung tim meninggalkan pekerjaan rumah untuk kesayangan. Dibalik semua itu, tetap mendukung tim kesayangannya saja ada yang memandang buruk berlaga. Mereka bersorak-sorai saat di perempuan yang datang ke stadion. stadion. Dan yang paling terakhir saya Salah seorang teman pernah bertanya, melihat foto ibu-ibu yang duduk diatas “Kamu tidak takut pergi ke stadion? pagar pembatas di tribun stadion.

Bukannya suka banyak orang yang Luarbiasa, awas jatuh bu!

Para suporter perempuan di mabuk ya, suka rusuh dan anarkis Indonesia harus bersyukur karena bisa gitu.” Saya balas, “Kamu tidak akan bebas datang ke stadion. Di Iran, para pernah tahu rasanya datang ke stadion, perempuan dilarang datang ke stadion. karena kamu bukan bagian dari Di salah satu artikel yang saya baca, kami(suporter).” sampai ada yang menyamar seperti laki Well, memang setiap orang itu

punya hak untuk berkomentar. Akan selalu ada pro dan kontra. Kita tidak bisa menyuruh orang lain untuk menyetujui segala pendapat kita.

Selama kita tidak merugikan orang lain, kita bebas untuk melakukan apapun.

Fenomena perempuan datang ke stadion juga banyak disorot, salah satunya perilaku mereka saat di stadion.

Ada yang menikmati dengan khidmat, ada yang terus bernyanyi sepanjang pertandingan, ada pula yang sibuk selfie. Tapi kita anggap saja mereka semua datang ke stadion dengan tujuan untuk mendukung tim kesayangan.

Tidak ada yang salah dengan perempuan datang ke stadion. Kami punya cara tersendiri untuk membahagiakan diri. Berbeda dengan perempuan lain yang datang ke salon atau mall-mall, kami lebih senang duduk di tribun menikmati pertandingan tim kesayangan.

Saya sangat berharap stadion bisa menjadi tempat yang nyaman bagi para suporter perempuan. Fasilitas seperti toilet yang bersih, masuk tribun dengan tertib, juga penjagaan yang baik dari para aparat. Khususnya saat bigmatch, apalagi para perempuan single fighter aka jomblo, mereka datang ke stadion sendiri dan butuh perlindungan saat ada kerusuhan di tribun.

Akhir kata, saya punya pesan untuk anda semua yang membaca esay ini: Sayangilah perempuan dengan tulus. Perlakukan perempuan seperti perlakuan terhadap klub kesayangan kalian! Saya jadi ingat Alm. Ayi Beutik pernah berkata, “Perlakukanlah perempuan seperti apa yang kau lakukan pada PERSIB, setia dan tak mendua.”

Te r i m a k a s i h . H i d u p p a r a perempuan hebat! Hidup PERSIB! Bandung, 07 November 2017 Nisbar Anggraenie Pertiwi

6

PERSIB ADALAH CANDU IQBAL NAUFAL

Hampir setiap hari di sudutsudut kota, di warung kopi, hingga di kafe-kafe yang sedang hits, nama Persib selalu hangat diperbincangkan. Dari kalangan bawah sampai kelas atas tidak lepas dari informasi seputar Persib.

Satu hal yang tidak ditemukan kota lain. "Kenapa tidak?" Karena saya pernah tinggal di beberapa kota di luar Jawa Barat termasuk Jakarta dan Surabaya, dan tidak menemukan yang seperti ini. Maaf, t a n p a b e r m a k s u d mengesampingkan klub-klub legendaris lain seperti Persija dan Persebaya.

Ada istilah bahwa Persib bukan sekedar tim sepak bola tetapi sudah menjadi budaya dan warisan turun-menurun.Ketika Persib bertanding semua berbondong ke stadion dengan satu "warna" yang sama, BIRU. Tanpa melihat latar belakang masing-masing semua berbaur dalam mendukung dan menyaksikan Persib berlaga.

Semua karena Persib, yang mulanya tidak saling kenal menjadi kenal, maka lahirlah slogan "Kabeh Dulur". Herru Djoko ketua dari salah satu kelompok suporter Persib (Viking Persib Club) menyebut Persib adalah alat pemersatu rakyat Jawa Barat dan masyarakat Sunda

khususnya. Persib adalah jembatan untuk bersilaturahmi. Suka atau tidak suka, Persib yang mempertemukan kita, oleh karena itu, kita (Persib dan Bobotoh) bersama.2 gelar Liga Indonesia (1995 & 2014) menjadi prestasi tertinggi Persib sejak zaman perserikatan berakhir. Persib juga pernah mencapai semiďŹ nal Liga Champions Asia dahulu kala.

Hehehe... Naik-turunnya prestasi (bahkan pernah hampir degradasi) tidak menyurutkan dukungan Bobotoh pada klub kebanggaannya ini. Dari masa ke masa, generasi ke generasi, Persib tetaplah Persib yang selalu dinantikan penggemarnya.

Tahun 2017 prestasi Persib merosot tajam. Skuad "The Golden Era" tidak menunjukan performa golden seperti sebutannya.

Masalah internal seperti disharmonisasi pemain - pelatih manajemen - suporter seakan-akan semakin memperdalam luka.

Perekrutan pemain bukan oleh pelatih, pengunduran diri pelatih, manajemen menunjuk pelatih boneka, drama antara pemain dan suporter, dan masih banyak lagi. "Apa yang

salah? Siapa yang salah?" Hanya "beliau" dan Tuhan yang tau.

Sebagai bobotoh tentunya kita kecewa. Ekspektasi tinggi selalu ada, tetapi kenyataannya duka yang kini terasa. Sebenarnya bobotoh tidak menuntut Persib untuk selalu menang, tapi setidaknya bermainlah dengan semangat jiwa Maung agar kita senang. Apakah tekanan bobotoh yang membuat permainan kalian tidak berkembang? "Ah.. rasanya tidak". Mencintai sepakbola pada hal ini Persib bukan berarti mementingkan urusan kalah menang saja, tapi saya melihat peluang untuk "berpolitik" dan soliditas bisa dipupuk antara Bobotoh dan Klub . Namun apa daya, Persib saat ini justru dijadikan tameng dalam urusan politik.

Kediktatoran lahir saat budaya kritik dibungkam, bahkan yang terkecil mengkritik saat tim mengalami kekalahan. Ungkapan “Jika enggan mendukung saat tim mengalami kekalahan, jangan bersorak saat tim mengalami kemenangan� adalah bentuk penyederhanaan yang bisa

Lord

7

membutakan. yang secara ďŹ skal terasa agresif dan anarkis. Ada yang bilang ketika Bobotoh bereaksi konyol dengan berontak dalam stadion saat kesebelasannya bermain buruk adalah bukan ciri suporter fanatik karena telah keluar dari jalur normatif yang seharusnya tetap mendukung tim saat kalah.

Tapi itu hanya pemahaman sepihak, karena bagaimana pun sikap kritis tersebut adalah spontanitas yang tak mengenal kekalahan sebagai p e m b i a r a n .

Memang benar dalam sepakbola selalu ada yang beruntung untuk menang dan yang sial untuk kalah, tapi bukan berarti kesialan tersebut mendapat pembiaran yang logis.

Salah satu kutipan yang paling sering diulang adalah pernyataan legenda Persib, Adjat Sudrajat,

“Persib besar oleh cacian, pujian adalah racun". Kekalahan disadari berdampak kekecewaan dan berkurangnya hasrat intim antara klub dan suporter. Menjadikan kekalahan sebagai aib adalah budaya sepakbola kita, karena itu anarkisme sulit dipisahkan dalam ciri fanatisme sepakbola.

Kekecewaan Bobotoh setelah menyaksikan klub kesayangannya kalah tidak bisa disamakan dengan kekecewaan penonton ďŹ lm bioskop karena ďŹ lm yang ditunggu-tunggu tak sesuai harapan. Bobotoh punya komitmen yang luar biasa tinggi. Komitmen itu bahkan lebih dari sekadar fanatisme biasa. Ada banyak hal di

luar nalar akal sehat yang seringkali dikorbankan untuk Sang Pangeran.

Bobotoh juga punya kadar kesetiaan lebih dari 24 karat pada tim kebanggaannya. Maka, tak heran jika mereka tetap rela menyisihkan harta, tenaga, dan waktu untuk berbondong-bondong ke stadion, meski sebelumnya sempat kecewa berkali-kali. Bagi kebanyakan orang Sunda, Persib sudah terlanjur menjadi candu.

Bagi kebanyakan orang Sunda Persib sudah terlanjur menjadi candu

8

PANJANG UMUR SOLIDARITAS YOGI ESA NUGRAHA SABTU (9/9/2017), kala pertandingan Persib Bandung menjamu tamunya Semen Padang, ada kejadian yang langsung menjadi sorotan publik. Di Tribun Timur Stadion si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, yang menjadi basis Viking Persib Club, koreografi bertuliskan 'Save Rohingya' terlihat jelas dari Tribun samping Barat, tempat saya dan temanteman Viking Jerman lainnya menikmati permainan tim sepakbola kebanggaan kita semua.

Seketika itu banyak yang memotret koreografi tersebut dan tersebar di dunia Maya. Hal itu memicu timbulnya reaksi dari berbagai kalangan tak terkecuali komdis PSSI. Senin (11/9/2017), mereka memastikan aksi tersebut berdampak sanksi. Sesuai regulasi FIFA memang melarang adanya pesan-pesan politis di luar sepakbola.

Namun jika dilihat kebelakang, aksi-aksi solidaritas bernuansa politis tersebut bukan hal baru bagi para supporter lokal maupun mancanegara.

Tahun lalu, Supporter Celtic (Green Brigade) menunjukan solidaritas dalam bentuk pengibaran bendera Palestina saat menghadapi klub asal Israel, Hapoel Be'er Shava saat laga kualifikasi Liga Champions 2016.

Ada sepenggal kisah heroik ST Pauli fans yang baru baru ini melakukan aksi menentang G20 di Hamburg, kota yang merupakan basis mereka. Kota ini pula yang tak pernah kurang orang untuk meramaikan aksi May Day. Disana mereka berkumpul, bersolidaritas, dengan musik dan seni pertunjukan yang bertajuk "Welcome to the Hell." kandang dari para penantang kapitalisme.

Di Indonesia sendiri, Suporter Sriwijaya FC terlebih dahulu menampilkan koreo Palestina saat bertanding melawan Persipura Jayapura yang berbuntut denda sebesar 30 juta rupiah.

Dilansir dari tribunsumselnews, Singa Mania (sebutan suporter Sriwijaya FC) mengaku cukup bingung dengan kebijakan tersebut. “Karena ada di beberapa kota lain tidak mendapat denda, kemarin pun aksi kami tidak ada kaitannya dengan politik dan sesuai dengan prinsip bangsa Indonesia,".

"Bahwa sesungguhnya kemerdekaan ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus segera dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan,” ungkap ketua umum Singa Mania, Ariyadi Eko Neori sembari mengutip kalimat dari Undang-Undang Dasar 1945 Republik Indonesia.

Selain itu, dirinya juga menolak anggapan bahwa aksi ini ada kaitannya dengan dukungan terhadap satu kelompok tertentu. “Masalah Palestina bukan soal agama, namun kalaupun harus dikaitkan bukankah penindasan kepada sesama manusia tetap tidak dibenarkan oleh semua agama manapun,” tegasnya.

Sebenarnya masih banyak hal-hal lain yang ditunjukan supporter bahkan pemain. Salah satu contoh Christian Lucarelli, dalam sebuah momen, ia sempat mendedikasikan golnya bagi 400 pekerja pabrik yang di-PHK. Meski tak menolong secara langsung, tapi ia turut prihatin atas kejadian tersebut, dan ia akan selalu mendukung para buruh. Di sisi lain, bersebrangan dengan Lucarelli, ada Paulo di Canio yang dengan tegas menyatakan dirinya seorang fasis.

Jangan lupakan penyataan politis Zvonimir Boban, di kala Branko Bulatovic, sekertaris jenderal Liga Yugoslavia bilang, "kami tidak menginginkan bola dicampur politik", Boban dengan tegas meresponsnya lalu melontarkan ucapan; "Dengan

9

main bola saya ingin membiayai perjuangan di garis depan." Boban adalah anak kroasia, saat direkrut AC Milan dari HaskGradjanski Zagreb, dia menyumbangkan sebagian pendapatannya sekitar 100.000 dollar untuk tanah airnya!

Diakui atau tidak, sepakbola sejak dahulu kala selalu dijadikan panggung politis, dimana orang menumpahkan rasa nasionalismenya. Dulu pernah kepala Terry Butcher, stopper Inggris berdarah karena bertabrakan dengan kepala pemain swedia dalam sebuah duel udara. Manager Bobby Robson menganggap darah Butcher sebagai darah patriot yang tertetes untuk membela tanah airnya. Sungguh pernyataan yang hiperbolis, menurut saya. (untuk tidak melebih-lebihkan cerita, silahkan temukan saja photo dan kisahnya yang bertebaran di internet, atau bisa di baca buku bola dibalik bulan karya romo Shindunata. Karena saya juga nginjem dari seorang rekan yang sering dipanggil Yadi Brekele.)

Kembali ke inti persoalan, konďŹ k yang terjadi saat ini di Rakhine memang sedang jadi perdebatan dunia. Diskriminasi terhadap minoritas etnis Rohingya mengundang simpati dari seluruh penjuru dunia, termasuk pemerintah Indonesia yang dengan tegas meminta otoritas Myanmar menghentikan kekerasan terhadap etnis Rohingya.

Hal di atas yang jadi landasan Bobotoh membuat koreograďŹ 'Save Rohingya' dalam pertandingan melawan Semen Padang. Aksi solidaritas ini adalah cara mengekspresikan rasa kemanusiaan. Apa yang dilakukan Viking Persib Club sudah berada di jalur yamg benar. Kita sebaiknya memberikan kontribusi lanjutan dengan kembali melakukan aksi-aksi kemanusiaan, asalkan tetap pada marwahnya dan jangan sampai bergeser menjadi kendaraan politikus pragmatis di tanah air kita tercinta ini.

Sesekali memang kita perlu bersikap 'kumahasiawe' terhadap regulasi. Mengutip Pramoedya Ananta Toer, "Sia-sia dunia ini, kalau untuk meningkatkan satu orang yang lain mesti diinjak."

Sekarang waktunya supporter sepakbola angkat bicara terhadap isu-isu ketidakadilan. Karena sepakbola bukan hanya soal menang kalah, lebih dari itu, olahraga yang memberi lebih makna, solidaritas terhadap minoritas. Panjang umur solidaritas!

PSSI NU GELO

10

NIGHTMARE SEASON YOGI ESA NUGRAHA

Sehari jelang Hari Ulang Tahun Kota Bandung yang ke-207, tim sepakbola kota ini memberikan kado yg mengecewakan setelah kembali tak mampu meraih kemenangan kandang, hanya bermain imbang melawan Bhayangkara FC 1-1, ini memperpanjang rentetan hasil kurang memuaskan Persib sejak dua laga terakhirnya, berbagi angka dengan Semen Padang dan Bali United.

Hasil mengecewakan bagi kami, dan membuat teman-teman Bobotoh meradang, kululutus di sosial media menjadikan tren baru bagi pendukung Persib postmilenia. Hal ini wajar menurut saya, karena di era kebebasan orang berhak berpendapat tentang apa saja di internet, asalkan tidak berlebihan.

Semalam, saya menjelajal lini masa di Twitter, menemukan data dari salah satu media pemberitaan Persib, Simamaung, bahwa berdasarkan presentase kemenangan Persib, musim ini hanya mencapai 32%, terburuk ke3 setelah musim 2006 (27%) dan 1999/2000 (31%). Apa yg salah dengan Persib musim ini? Mengapa persib yang secara ďŹ nansial sebagai klub kaya raya di Indonesia namun ironisnya harus menghadapi krisis kemenangan?

Karena ini masih menjadi misteri, bolehlah kita berspekulasi tentang apa yang menjadi needs Persib yang diclaim mempunyai 9 juta penggemar (versi Facebook) dan ditopang oleh 15 sponsor di musim 2017 ini.

Kesalahan pembelian pemain, menumpuknya pemain Persib di posisi yang sama mungkin menjadi sebab performa Persib menurun jika dibandingkan musim

sebelumnya. Sebagai Bobotoh yang awam, tidak terlalu paham soal apa yang menjadi kebutuhan formasi tim, mungkin saya mempunyai asumsi yang wajar jika hal ini terjadi. Persib krisis striker, boga striker nu cageur ngan hiji, nu hiji geuring, nu hiji cederaan.

Ayeuna, nu hiji akumulasi, teu bisa maen, jadi bingung saha nu rek jadi striker, hehe. Di awal Liga 1 berjalan, justru muncul anggapan jika Michael Essien, Carlton Cole dan Rafa Maitimo adalah pemain pesanan stakeholder 'dunungan' nu gaduh liga.

Dressing room yang tidak harmonis. Ketika muncul regulasi antik ala operator liga yang katanya proffesional dan ngarti kana permengbalan, dimana setiap tim wajib menyertakan dan memainkan pemain U23 berjumlah tiga pemain, minimal satu babak di setiap laga, iklim di ruang ganti Persib agak kurang enjoy, gap antar pemain sangat gamblang terlihat, mun eleh atau draw silih salahkeun, nu disalahkeun barudak ngora, pemaen senior kukulutus soal regulasi nu jadi alesan Persib maen butut. Sampai pelatih pada saat itu, Djajang Nurjaman, yang harusnya 'pasang badan' membela barudak Maung Ngora yang naik kelas, justru membuat mental barudak U23 pecah, alih-alih mereka ingin merasa dilindungi oleh ďŹ gur ayah didalam tim, justru kebalikan, "Mau diapain lagi ini tim, kita bisa lihat pemain U23 yang kita miliki seperti itu," jawaban paling bijaksana keluar dari mulut seorang pelatih sepakbola.

Situasi yang berbeda yang

PENULIS YOGI ESA NUGRAHA

dialami Kim Kuncir disaat Liga Kopi 2015 dimulai, Dejan Antonic, arsitek Persib kala itu, selalu 'pasang badan' membela Elisa, eh, Kim Kuncir dari umpatan Bobotoh, dan Kim Kuncir adalah salah satu produk sukses dari cacian Bobotoh.

Coach Ability dan taktik nu kitu-kitu keneh. Karena saya tidak memiliki lisensi kepelatihan, jadi wajar saya menganalisa secara instan, yah minimal saya punya pengalaman dari maen Pro Evolution Soccer dan Football Manager. Era Djanur, Bobotoh mencibir karena gameplan Persib yang kegawir-gawiran, kurang mengeksplorasi strategi dalam bermain dan penentuan teamsheet yang salah, Djanur hilang datanglah Caretaker, Herrie Jose, sarua keneh kegawir - gawiran, hingga

GOLDEN

5

Instruktur Pelatih A AFC, Guru Besar pelatih TOP Indonesia kembali dipinjam Persib untuk keabsahan syarat Liga Ojeg yang standarisasinya adalah setiap tim harus dilatih oleh yang berlisensi A, masih keneh gawir-minded. Ada umpatan di sosial media yang saya ingat betul semalam, "heran!, pemaen tengah loba pilihan aralus, masih keneh mipir gawir, geus puguh teu efektif,

ERA

11

geus kabaca,".

Sampai ke hal klenik, tuah Stadion GBLA! Banyak Bobotoh beranggapan jika Persib kehilangan magisnya jika bermain di stadion yang berlokasi di Gedebage ini, panpel pun di putaran kedua berinisiatif 'Balik Kandang' ke Stadion Si Jalak Harupat, terbukti Persib tampil trengginas, kesetanan, tapi... Hanya di dua laga saja, sisanya, ya gitu deh, terakhir yang tak habis pikir adalah Bobotoh bak Mama Loren yang bisa mengaitkan waktu pertandingan, 'Maen sore mah hese meunang, ges peuting deui maena' pemikiran macam apapula yang ada di benak mereka, kapanpun dimanapun, main pagi, sore, atau malam, mengbalmah cape, lur, 2 x 45 menit, tambahan waktu 2 x 15 menit, mun draw keneh pipinaltian......

Entahlah, Saya tidak akan mencari kambing hitam, karena lebaran haji sudah lewat. Tetapi yang jelas apa yang hilang dari bobotoh hari-hari ini adalah harapan. Karena bagi sebagian Bobotoh, lalajo mengbal di akhir pekan bisa menjadi suaka untuk melarikan diri dari momen-momen penderitaan seperti, diputuskeun kabogoh, atau kerumitan pekerjaan.

Kemenangan menjadi hiburan dan kelegaan hati di selasela nasib pahit dan getir kehidupan, namun dengan realita ini kami (Bobotoh), terpaksa ngusap dada melihat pupus nya kesempatan persib untuk meraih gelar juara. Saya kira, menang lawan Persija, setidaknya bisa jadi sedikit penawar yang tepat untuk mengobati keterpurukan Persib

musim ini. Akan tetapi, fakta di lapangan berkata lain. Kali ini kita benar-benar harus berdamai dgn kenyataan setelah melihat tim kebanggaan kita yang lagi lagi dicurangi oleh keputusan kontroversial wasit shaun evans goblog.

Sekarang, waktunya kita ucapkan selamat tinggal, "The Golden Era". Semoga kita semua bisa belajar dari sini. teringat perkataan seorang teman; S e s u n g g u h n y a Tu h a n t i d a k menyukai hal-hal yang berlebihan, termasuk dalam akumulasi kapital dan kepercayaan diri berlebihan.

Jayalah Persibku!

SELAMAT TINGGAL GOLDEN ERA Sesungguhnya Tuhan tidak menyukai hal-hal yang berlebihan termasuk dalam akumulasi kapital dan kepercayaan diri berlebihan

12