PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN buku penunjang mahasiswa

PERUMAHAN & PERMUKIMAN

BUKU PENDUKUNG BELAJAR BAGI MAHASISWA

SRI SURYANI YUPRAPTI WINASIH NINIEK ANGGRIANI

2021

PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KATALOG DALAM TERBITAN ( KDT ) PERUMAHAN & PERMUKIMAN BUKU PENDUKUNG BELAJAR BAGI MAHASISWA

Penulis Sri Suryani Yuprapti Winasih Niniek Anggriani Desain Cover Nadiahz Yusuf Ana Layout Mohammad Soeroso, BE Copyright © 2021 PMN Surabaya

Diterbitkan & Dicetak Oleh CV. Putra Media Nusantara (PMN), Surabaya 2021 Jl. Griya Kebraon Tengah XVII Blok FI - 10, Surabaya Telp/WA : 085645678944 E-mail : penerbitpmn@gmail.com Anggota IKAPI no.125/JTI/2010 ISBN

: 9786236611340

Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang Ketentuan Pidana Pasal 112 - 119 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.

Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit

KATA PENGANTAR Buku Perumahan dan Permukiman ini kami susun dengan tujuan memudahkan mahasiswa dalam mempelajari perkembangan rumah dan lingkungan permukimannya. Membahas perumahan tentunya tidak terlepas dari rumah sebagai kebutuhan dasar manusia akan papan. Rumah merupakan bagian dari perumahan dan permukiman yang perlu ditata agar dapat berkelanjutan serta dapat meningkatkan kesejahteraan penghuni didalamnya.

Mata kuliah perumahan dan permukiman memberikan pembelajaran kepada mahasiswa dalam proses perkembangan rumah khususnya bagi MBR sehingga mahasiswa mampu merumuskan gagasan pengembangan perumahan dan permukiman yang terpadu, terarah, terencana dan berkesinambungan. Sebagai manusia biasa Kami menyadari bahwa dalam menyusun buku ajar ini masih ada yang kurang sempurna. Lingkupnya yang sempit, semoga dapat memperluas pemikiran mahasiswa, yang pasti buku ini kami susun dengan kesungguhan hati sehingga kami tetap berharap bahwa dengan adanya buku ini proses pembelajaran tentang perumahan dan permukiman menjadi lebih mudah dipahami dan diaplikasikan. Kepada Ka. LPPM UPN “Veteran” Jawa Timur kami ucapkan terima kasih yang telah memberikan kesempatan pada kami menerima dana hibah UBER BUKU. Kepada Dekan FAD yang tidak henti-hentinya memberikan support. Terima kasih juga kepada Niniek Anggriani sebagai anggota Tim atas masukan-masukan materi kuliah dalam menyusun buku ini. Tak lupa juga Kepada penerbit yang telah menerbitkan buku ini. Semoga tersusunnya buku ini dapat meningkatkan pengetahuan kita semua, setidaknya pengetahuan tentang perkembangan rumah dan lingkungan perumahan masyarakat berpenghasilan rendah.

Surabaya, September 2021 Penyusun

KATA PENGANTAR & DAFTAR ISI | iii

iv | KATA PENGANTAR & DAFTAR ISI

DAFTAR ISI Halaman Judul…………………………………………………….

Kata Pengantar …………………………………………………….

Daftar Isi …………………………………………………………..

Daftar Gambar …………………………………………………….

Daftar Tabel ………………………………………………………

i iii v vii xi

TINJAUAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN 1. Latar Belakang ………………………………………………….

2. Definisi dan Pengertian …………………………………………..

3. Undang-Undang Dan Kebijakan Pembangunan Peru-Mahan Dan Permukiman………………………………………………………

4. Masalah kebutuhan Perumahan Rakyat ………………………….

5. Pendekatan Masalah Perumahan …………………………………

6. Pembiayaan Perumahan ………………………………………….

7. Perencanaan Lingkungan (Neighbourhood Planning) …………..

6 11 34 41 46

INDUSTRIALISASI PERUMAHAN 1. Latar Belakang ………………………………………………….

2. Definisi & Istilah dalam Industrialisasi .…………………………

3. Tingkat Industrialisasi ……………………………………………

4. Teknologi Perumahan di Indonesia …………………………….

51 53 54 64

TINJAUAN RUMAH SUSUN 1. Latar Belakang …………………………………………………

2. Pengertian rumah susun ………………………………………..

3. Landasan, Kebijakan dan Tujuan Rumah Susun ………………

4. Asa-asas pembangunan Rumah Susun …………………………

5. Pola Pembangunan Rumah Susun ……………………………..

6. Standar Perencanaan Rumah Susun ……………………………

7. Persyaratan Pembangunan Rumah Susun ………………………

8. Jenis Rumah Susun di Indonesia ………………………………..

9. Sarana, Prasarana dan Utilitas Umum Lingkungan Rumah Susun ………………………………………………..

1 2

75 76 79 80 81 82 84 88 90

KATA PENGANTAR & DAFTAR ISI | v

PEMBANGUNAN GLOBAL DAN BERKELANJUTAN 1. Latar Belakang ……………………………………………….....

2. Konsep dan Definisi …………………………………………….

3. Masalah pembangunan Berkelanjutan ………………………….

4. Pembangunan Berkelanjutan sebagai kerangka pembangunan nasional ke depan ……………………………….

5. Rumah Ramah Lingkungan ……………………………………..

6. Eco Property …………………………………………….………

7. Green City ……………………………………………………….

vi | KATA PENGANTAR & DAFTAR ISI

103 107 110 112 116 121 131

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.

Gambar 2.

Gambar 3.

Gambar 4.

Gambar 5.

Gambar 6.

Gambar 7.

Gambar 8.

Gambar 9 Gambar 10 Gambar 11 Gambar 12 Gambar 13 Gambar 14 Gambar 15 Gambar 16 Gambar 17 Gambar 18 Gambar 19 Gambar 20 Gambar 21 Gambar 22 Gambar 23 Gambar 24 Gambar 25 Gambar 26 Gambar 27 Gambar 28 Gambar 29 Gambar 30 Gambar 31 Gambar 32 Gambar 33 Gambar 34

Permukiman Padat ………...…………………………..

Piramida Maslow …………………………………….

Kampung Kumuh Di Surabaya ……………………….

Kampung Kumuh Di Sepanjang Rel KA ………………

Lingkungan Permukiman Kumuh ……………………..

Rumah Susun Sederhana ………………………………

Kampung Kumuh Pinggir Sungai ……………………..

Permukiman Di Desa ………………………………….

Perumahan Instansi ……………………………………

Perumahan Oleh Yayasan Koperasi ………………...

Perumahan Sederhana .……………………………….

Sketsa Rumah Tumbuh ……………………………….

Prefab Housing ……………………………………..…

Mass Housing …………………………………………

Rumah Murah …………………………………………

Siklus Perkembangan Rumah …………………………

Skema Pembiayaan Perumahan Formal ………………

Model Pembiayaan Perumahan MBR…………………

Perencanaan Perumahan Baru………………………...

Industrialisasi Membangun ……………………………

Pembangunan Rumah Secara Tradisional…………….

Teknologi Lift slab dan Precast ………………………

Pembangunan Rumah Dengan Teknologi Menengah…

Grafik Skema Pembangunan………………………….

Rumah Pabrikasi ………………………………………

Produksi Komponen Bangunan………………………..

Perakitan Komponen Bangunan……………………….

Konstruksi RISHA……………………………………..

Rumah RISHA………………………….………………

Aplikasi Model HOMESE Dengan Metoda CAP……..

Desan Rumah HOSE ………………………………….

Rumah Susun…………………………………………..

Rumah Susun Sombo Surabaya………………………..

Rumah Susun Klender…………………………………

1 3 15 18 18 19 20 22 26 27 28 30 31 31 32 38 45 46 47 51 56 59 60 61 63 64 64 66 66 69 71 75 82 89

KATA PENGANTAR & DAFTAR ISI | vii

Gambar 35 Gambar 36 Gambar 37 Gambar 38 Gambar 39 Gambar 40 Gambar 41 Gambar 42 Gambar 43 Gambar 44 Gambar 45 Gambar 46 Gambar 47 Gambar 48

Rumah Susun Tebet Barat………………………………

Apartemen Mewah……………………………….……..

Pembangunan Berwawasan Lingkungan……………….

Konsep Pembangunan Berkelanjutan…………………..

Panel Surya sebagai Sumber Energi ...………………..

Desain Rumah dengan banyak Bukaan .………………

Penggunaan Atap Tanaman & penampung air hujan ….

Bangunan dengan Material Alami …………….……….

Eco Apartment …………………………………………

Rumah dengan Material Bambu ….……………………

Bermacam Ruang Terbuka Hijau .....…………………..

Rumah dengan Ventilasi baik ….………………………

Rumah Hemat Energi ………………………………….

Prinsip Solar Window………………………………..…

viii | KATA PENGANTAR & DAFTAR ISI

89 90 103 109 118 118 119 119 120 120 122 123 123 124

DAFTAR TABEL Tabel 1.

Table 2 Table 3 Table 4 Table 5 Table 6 Table 7 Table 8 Table 9 Table 10 Table 11 Table 12 Table 13 Table 14 Table 15 Table 16 Table 17 Table 18 Table 19 Table 20

Persentase Rata-Rata Rumah Tangga Dengan Luas <7.2 M2 Perkapita Dikota Besar Indonesia …………………………

Persentase Rumah Tnagga Di Indonesia Tahun 2019-2020 Standar Kebutuhan Sarama Umum ………………………..

Standar Kebutuhan Sarana Pendidikan ……………………

Standar Kebutuhan Sarana Kesehatan …………………….

Standar Kebutuhan Sarana Perekonomian ………………..

Standar Kebutuhan Sarana Pemerintahan …………………

Perbandingan Model Rumah Honei ………………………

Klasifikasi MBR …………………………………………..

Luas Lahan Untuk Fasum Rusun …………………………

Tabel Fasilitas Niaga/Tempat Kerja ………………………

Fasiitas Pendidikan ………………………………………..

Fasilitas Kesehatan ………………………………………..

Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan Umum ……………

Fasilitas Ruang Terbuka …………………………………..

Fungsi Ruang Terbuka ……………………………………

Sasaran Dan Indikator SDGs Perumahan ………………

Ketentuan Rumah Sehat ………………………………..

Indikator Global Dan Nasional …………………………

Kriteria Hunian Layak Dan SDGs ……………………..

15 16 33 33 33 34 34 70 78 91 92 92 93 94 95 96 112 114 115 115

KATA PENGANTAR & DAFTAR ISI | ix

TUJUAN PEMBELAJARAN/ LEARNING OBJECTIVES Memberikan pemahaman tentang berbagai teori perumahan dan permukiman serta analisa keunggulan dan kekurangannya dalam penerapan dan pemecahan masalah, khususnya Perumahan dan Permukiman bagi masyarakat berpenghasilan rendah dalam konteks negara sedang berkembang.

To provide understanding of housing and settlement theories and to analyse its application in order to solve housing problems particularly for low income community in developing country KOMPETENSI/ COMPETENCY  Mampu melakukan analisa tentang keunggulan dan kelemahan berbagai teori dan model Perumahan Permukiman serta penerapannya pada konteks negara sedang berkembang Ability to analyse various theories and type of housing and settlement and its application in developing countries  Mampu mengumpulkan, menguji, merekam dan menerapkan informasi yang relevan dalam kajian Perumahan dan Permukiman serta menggunakannya dalam analisis berdasarkan teori yang digunakan.

Ability to collect, assess, keep and apply relevant information on housing and settlement studies and used them for analysis based on applied theory  Mampu merumuskan gagasan pemecahan masalah Perumahan dan Permukiman berdasarkan teori yang dipilih serta mampu mengkomunikasikannya secara lesan, tertulis dan media lainnya.

Ability to formulate ideas to solve housing and settlement problems based on selected theory and to present them through oral, written and other media

x | KATA PENGANTAR & DAFTAR ISI

POKOK BAHASAN/ SUBJECTS  Prinsip-prinsip perumahan sebagai proses (Teori Housing as Process dan Housing by People) dan penerapannya dalam perbaikan perumahan masyarakat berpenghasilan rendah di Kampung Kota.

Principles of housing as process (Housing as Process and Housing by People Theories) and its application on low income housing improvement program in urban kampung  Model industri perumahan yang sesuai dengan negara sedang berkembang.

Mass housing model for developing country  Prinsip pengadaan perumahan yang terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah (Affordable Housing).

Principles of housing delivery affordable for low income community  Perancangan perumahan dengan modul yang fleksibel (Support Housing – Habraken) Flexible module housing design (Support Housing theory by Habraken)  Model pembangunan permukiman dalam konteks globalisasi dan pembangunan berkelanjutan Settlement development model from globalisation and sustainable development contexts

KATA PENGANTAR & DAFTAR ISI | xi

xii | KATA PENGANTAR & DAFTAR ISI

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Gambar 1. Permukiman Padat Sumber : (matiusmanik.blogspot.com)

1. LATAR BELAKANG Rumah dapat dipahami sebagai ruang dimana manusia hidup dan melakukan aktifitas kehidupan dan bebas dari gangguan fisik maupun psikhis. Menurut Klaber1, seorang ahli perumahan dari Amerika perumahan mempunyai pengertian yang lebih luas dari rumah, yaitu hubungan antara rumah kerumah, rumah ke lingkungan dan rumah ke masyarakat. Melihat kemakmuran suatu negara, jangan melihat keberadaan Gedung pencakarlangitnya, pertokoan dan toserbanya, taman-tamannya yang megah, tetapi harus melihat perumahannya, bagaimana penduduk kota hidup dan mengasuh anak-anak mereka yang kelak akan mengurus kota tersebut.

Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia, idealnya rumah harus dimiliki oleh setiap keluarga, terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah dan bagi masyarakat yang tinggal di daerah padat penduduk di perkotaan. Negara juga bertanggung jawab dalam menyediakan dan 1

Eugene H. Klaber, Housing Design,Reinhold Publishing Corp., New York, 1954.

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN | 1

memberikan kemudahan perolehan rumah bagi masyarakat melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman serta keswadayaan masyarakat.

Penyediaan dan kemuadahan perolehan rumah merupakan satu kesatuan fungsional dalam wujud tata ruang, kehidupan ekonomi dan sosial budaya yang mapu menjamin kelestarian lingkungan hidup sejalan dengan semangat demokrasi, otonomi daerah dan keterbukaan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam kehidupannya kebutuhan manusia dibagi dalam kebutuhan primer berupa pangan dan sandang, kebutuhan sekunder, yaitu wisma (rumah tinggal), karya (sarana kerja), marga (sarana komunikasi) dan suka (sarana rekreasi).

2. DEFINISI DAN PENGERTIAN 2a. Pengertian Rumah Menurut UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman pasal 1 ayat 6 : - Rumah adalah bangunan Gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat pernghuninya serta asset bagi pemiliknya.

Menurut Kebijakan dan strategi nasional penyelenggaraan perumahan dan permukiman (Depkimpraskim) menyebutkan bahwa : - Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia disamping pangan, sandang, Pendidikan dan kesehatan. Selain berfungsi sebagai tempat berlindung dari gangguan alam/cua dan makhluk lain rumah memiliki peran sosial budaya sebagai pusat Pendidikan keluarga, persemaian budaya dan nilai kehidupan, menyiapkan generasi muda dan sebagai manifestasi jati diri. Kualitas perumahan dan permukiman menentukan kualitas sumberdaya manusia dimasa yang akan datang.

Menurut Siswono Yudohusodo2 (Rumah Untuk Seluruh Rakyat, 1991: 432) : - Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah merupakan tempat awal pengembangan kehidupan 2

Siswono Yudohusodo: Rumah Untuk Seluruh Rakyat, 1991: 432

2 | PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Rumah sebagai kebutuhan dasar manusia perwujudannya bervariasi menurut penghuni. Berdasarkan hierarchy of need3 (maslow 1954) kebutuhan akan rumah dapat didekati sebagai : - Physiological needs (kebutuhan akan makan dan minum), merupakan kebutuhan biologis yang hampir sama untuk setiap orang juga merupakan kebutuhan terpenting selain rumah, sandang, dan pangan.

- Safety or security needs (kebutuhan akan keamanan), merupakan tempat berlindung bagi penghuni dari gangguan manusia dan lingkungan yang tidak diinginkan.

- Sosial or afiliation needs (kebutuhan berinteraksi), sebagai tempat untuk berinteraksi dengan keluarga dan teman.

- Esteem needs, (kebutuhan akan penghargaan), merupakan penghargaan status diri - Self actualiztion needs (kebutuhan akan ekspresi diri), rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal, tetapi menjadi tempat untuk mengaktualisasikan diri.

Gambar 2. Piramida maslow Sumber : A Theory Of Human Motivation

2b. Pengertian Perumahan Menurut UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, pasal 1 ayat 1 menyebutkan : 3

Maslow, 1954:10; Hierarchy of need

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN | 3

- perumahan dan Kawasan permukiman adalah satu kesatuan system yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan system pembiayaan serta peran masyarakat. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman baik perkotaan maupun perdesaan yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan utilutas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.

Pembangunan perumahan diyakini mampu mendorong kegiatan industry lebih dari seratus macam yang berkaitan dengan bidang perumahan daan permukiman. (kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman Departemen Permukiman dan Prasarana Permukiman ) Menurut GBHN Tahun 1993 - perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Perumahan merupakan kebutuhan yang mendasar bagi kesejahteraan fisik, psikologi, sosial dan ekonomi penduduk, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan dimana kehadiran lingkungan perumahan mempengaruhi struktur ruang perkotaan maupun desa.

WHO memberikan definisi perumahan sebagai berikut “lingkungan perumahan yang sehat dapat dirumuskan sebagai suatu tempat dimana keluarga dapat tinggal, berkembang dan bertumbuh baik secara fisik, mental dan sosial”.

2c. Pengertian Permukiman Disebutkan dalam UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, pasal 1 ayat 5 dan ayat 3 menyebutkan : - permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain dikawasan perkotaan atau Kawasan perdesaan.

- Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar Kawasan lindung baik berupa Kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

4 | PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

2d. Lingkungan Permukiman Lingkungan permukiman merupakan suatu system yang terdiri dari lima elemen, yaitu ( - Nature atau unsur alami, mencakup sumber daya alam seperti topografi, hidrologi, tanah, iklim maupun unsur hayati yaitu vegetasi dan fauna.

- Man yaitu manusia sebagai individu, mencakup segala kebutuhan pribadinya seperti kebutuhan biologis, emosional, nilai-nilai moral, perasaan dan persepsinya.

- Society atau masyarakat. Manusia sebagai bagian kelompok masyarakat.

- Shell atau tempat dimana manusia sebagai individu maupun kelompok melangsungkan kehidupannya.

- Network atau jaringan, yaitu system alami maupun buatan manusia yang menunjang berfungsinya lingkungan permukiman seperti jalan, air bersih, listrik dan sebagainya.

Lebih jauh penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa suatu permukiman terdiri atas dua kelompok besar yaitub: - Wadah atau container Yang berwujud lingkungan fisik permukiman, merupakan wadah bagi kehidupan manusia, pengejawantahan tata nilai, sistem sosial, dan budaya masyarakat yang membentuk suatu komunitas sebagai bagian dari lingkungan permukiman.

- isi (Contents) yaitu manusia sebagai individu maupun dalam masyarakat.

3. UNDANG-UNDANG dan KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN. Pembangunan dan perkembangan perumahan di Indonesia diatur dalam Undang-undang dan kebijakan oleh pemerintah. Undang-Undang bidang perumahan merupakan dasar hukum kebijaksanaan pemerintah dalam upaya bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan Kawasan permukiman agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan terjangkau didalam perumahan yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan diseluruh wilayah Indonesia. Perlunya undang-undang dan kebijakan yang mengatur pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman dengan pertimbangan bahwa PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN | 5

pemerintah perlu lebih berperan dalam menyediakan dan memberikan kemudahan dan bantuan perumahan dan Kawasan permukiman bagi masyarakat melalui penyelenggaraan perumahan dan Kawasan permukiman yang berbasis kawasan serta keswadayaan msyarakat sehingga merupakan satu kesatuan fungsional dalam wujud dan tata ruang fisik, kelestarian lingkungan hidup sejalan dengan semangat demokrasi, otonomi daerah dan keterbukaan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Undang-Undang pembangunan perumahan disempurnakan melalui Undang-Undang no 1 tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Perumahan dan Kawasan permukiman diselenggarakan dengan berasaskan kesejahteraan, keadilan dan pemerataan, kanasionalan, keefisienan dan kemanfaatan, keterjangkauan dan kemudahan, kemandirian dan kebersamaan, kemitraan, keserasian dan keseimbangan, keterpaduan, Kesehatan, kelestarian dan keberlanjutan dan keselamatan, keamanan, ketertiban dan keteraturan.

Penyelenggaraan rumah dan perumahan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia bagi peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Penyelenggaraan rumah dan perumahan dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah untuk menjamin hak setiap warga negara untuk menepati, menikmati dan memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur.

Kegiatan penyelenggaraan perumahan oleh pemerintah meliputi perencanaan perumahan, pembangunan perumahan, pemanfaatan perumahan dan pengendalian perumahan. Sedangkan tujuan penyelenggaraan perumahan dan Kawasan permukiman untuk : - Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan Kawasan permukiman - Mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan Kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan terutama bagi MBR. - Meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan baik Kawasan perkotaan maupun perdesaan.

- Memberdayakan pemangku kepentingan dibidang ekonomi, sosial dan budaya, 6 | PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

- Menunjang terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu dan berkelanjutan.

Pembangunan perumahan dan permukiman diselenggarakan berdasarkan rencana tata ruang wilayah perkotaan dan rencana tata ruang wilayah bukan perkotaan secara menyeluruh dan terpadu yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang terkait serta rencana program dan prioritas pembangunan perumahan dan permukiman. Penyelenggaraan Kawasan permukiman dilakukan untuk mewujudkan wilayah yang berfungsi sebagai lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan yang terencana, menyeluruh, terpadu dan berkelanjutan sesuai dengan rencana tata ruang. Tujuan penyelenggaraan Kawasan permukiman adalah untuk memenuhi hak warga negara atas tempat tinggal yang layak dalam lingkungan sehat, aman, serasi dan teratur serta menjamin kepastian bermukim. Penyelenggaraan kawasan permukiman wajib dilaksanakan sesuai dengan arahan pengembangan kawasan permukiman yang terpadu dan berkelanjutan. Arahan pengembangan kawasan permukiman meliputi : - Hubungan antar kawasan fungsional sebagai bagian lingkungan hidup diluar kawasan lindung - Keterkaitan lingkungan hunian perkotaan dengan lingkungan hunian perdesaan - Keterkaitan antara pengembangan lingkungan hunian perkotaan dan pengembangan kawasan perkotaan - Keterkaitan antara pengembangan lingkungan hunian perdesaan dan pengembangan kawasan perdesaan.

- Keserasian antara kehidupan manusia dengan lingkungan hidup, - Keseimbangan antara kepentingan publik dan kepentingan setiap orang, - Lembaga yang mengkoordinasikan pengembangan kawasan permukiman.

Penyelenggaraan kawasan permukiman dilakukan melalui pengembangan yang telah ada, pembangunan baru atau pembangunan kembali.

Lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman menurut UU no 1 tahun 2011 meliputi pembinaan, tugas dan wewenang, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN | 7

kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan pembiayaan, hak dan kewajiban serta peran masyarakat. Bentuk undang-undang dan kebijakan yang mengatur tentang pembangunan dan pengembangan bidang perumahan dan permukiman diantaranya adalah : - Undang-undang No. 1 tahun 2011 tentang perumahan dan Kawasan permukiman.

- Undang-undang no. 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun.

- PP no 14 tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman - PP no 13 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Rumah Susun - PP no 25 tahun 2011 tentang Pedoman Penyelenggaraan Rumah Murah - Permen PU no 12 tahun 2020 tentang Peran Serta Masyarakat dalam Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman 3a. Tugas dan Wewenang Pemerintah Di Bidang Perumahan.

Disebutkan dalam Undang-Undang no. 1 tahun 2011, pemerintah dalam melaksanakan pembinaan penyelenggaraan perumahan dan Kawasan permukiman mempunyai tugas dan wewenang. Tugas dan wewenang tersebut dilakukan baik oleh pemerintah pusat, pemerintah propinsi maupun pemerintah daerah/kabupaten/kota. Adapun tugas pemerintah dibidang perumahan adalah sebagai berikut : - Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi nasional dibidang perumahan dan Kawasan permukiman.

- Merumuskan dan menetapkan kebijakan nasional tentang pendayagunaan dan pemanfaatan hasil rekayasa teknologi bidang perumahan dan Kawasan permukiman.

- Merumuskan dan menetapkan kebijakan nasional tentang penyediaan kasiba dan lisiba - Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dibidang perumahan dan Kawasan permukiman.

- Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan nasional penyediaan rumah dan pengembangan lingkungan hunian dan Kawasan permukiman.

- Mengalokasikan dana biaya pembangunan untuk terwujudnya perumahan bagi MBR.

8 | PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

- Memfasilitasi penyediaan perumahan dan permukiman untuk bagi masyarakat terutama bagi MBR. - Menfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat nasional - Melakukan dan mendorong penelitian dan pengembangan penyelenggaraan perumahan dan Kawasan permukiman.

- Melakukan sertifikasi, kualifikasi, klasifikasi dan registrasi keahlian kepada orang atau badan yang menyelenggarakan pembangunan perumahan dankawasan permukiman.

- Menyelenggarakan Pendidikan dan pelatihan dibidang perumahan dan Kawasan permukiman.

Sedangkan wewenang pemerintah dibidang perumahan adalah : - menyusun dan menetapkan norma, standar, pedoman, dan kriteria rumah, perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang layak, sehat, dan aman; - menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman; - menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman; - memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat nasional; - melaksanakan koordinasi, sinkronisasi, dan sosialisasi peraturan perundangundangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dalam rangka mewujudkan jaminan dan kepastian hukum dan pelindungan hukum dalam bermukim; - mengkoordinasikan pemanfaatan teknologi dan rancang bangun yang ramah lingkungan serta pemanfaatan industri bahan bangunan yang menguta-makan sumber daya dalam negeri dan kearifan lokal; - mengkoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundangundangan bidang perumahan dan kawasan permukiman; - mengevaluasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat nasional; - mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan strategi di bidang perumahan dan kawasan permukiman; - memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh; PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN | 9

- menetapkan kebijakan dan strategi nasional dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman; - memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman; dan - memfasilitasi kerja sama tingkat nasional dan internasional antara Pemerintah dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.

3b. Kepentingan dan Peranan Masyarakat.

Mengingat keterbatasan pemerintah dalam menyediakan kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah, maka diperlukan peranan perusahaan/ instansi dan masyarakat sendiri untuk memenuhi kebutuhan rumah. Beberapa alternatif bisa ditempuh dalam mengupayakan kebutuhan rumah, misalnya dikembangkan usaha-usaha koperasi yang dapat membantu pembangunan perumahan. Untuk mendukung hal tersebut pemerintah perlu menciptakan strategi yang menarik dalam bidang penanaman modal usaha perumahan, serta memberikan fasilitas bimbingan dan bantuan lainnya kepada masyarakat dalam mengusahakan sendiri rumahnya.

Masyarakat juga wajib mengetahui pengetahuan terkait pembangunan rumah dan juga kesadaran akan perumahan yang sehat, tertib dan teratur.

Masyarakat juga harus memahami rencana-rencana pemerintah mengenai usaha perumahan, pengaturan lingkungan tempat tinggal dan tata tertib pembangunan perumahan. Usaha dan bantuan yang dapat dilakukan masyarakat misalnya memelihara kerusakan fasilitas lingkungan perumahan seperti saluran yang mampet, taman yang indah agar selalu terjaga dan terawatt dengan baik.

Undang-undang no 1 tahun 2011 pasal 131 membahas tentang Peran masyarakat dalam penyelenggaraan perumahan dan Kawasan permukiman.

Peran masyarakat dalam penyelenggaraan perumahan dan Kawasan permukiman dengan memberikan masukan : - penyusunan rencana pembangunan perumahan dan kawasan permukiman - pelaksanaan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman - pemanfaatan perumahan dan kawasan permukiman - pemeliharaan dan perbaikan perumahan dan kawasan permukiman - pengendalian penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman

10 | PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

peran tersebut diwadahi dengan membentuk forum pengembangan perumahan dan Kawasan permukiman. Forum yang dibentuk ini beranggotakan unsurunsur yang berasal dari : - instansi pemerintah yang terkait dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman - asosiasi perusahaan penyelenggara perumahan dan kawasan permukiman - asosiasi profesi penyelenggara perumahan dan kawasan permukiman - asosiasi perusahaan barang dan jasa mitra usaha penyelenggara perumahan dan kawasan permukiman; e. pakar di bidang perumahan dan kawasan permukiman - lembaga swadaya masyarakat dan/atau yang mewakili konsumen yang berkaitan dengan penyelenggaraan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman.

Forum ini mempunyai fungsi menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, membahas dan merumuskan pemikiran arah pengembangan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman, meningkatkan peran dan pengawasan masyarakat; memberikan masukan kepada Pemerintah, melakukan peran arbitrase dan mediasi di bidang penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.

4. MASALAH KEBUTUHAN PERUMAHAN RAKYAT 4a. Masalah Perumahan dalam Pembangunan Nasional Perumahan sebagai kebutuhan sekunder yang utama. Perumahan merupakan salah satu unsur kesejahteraan rakyat didalam masyarakat yang adil dan makmur. Rumah adalah kebutuhan yang mutlak yang tidak dapat ditundatunda bagaimanapun keadaan tingkat kehidupan sosial ekonomi keluarga.

Rumah berfungsi sebagai pusat kegiatan suatu keluarga dan tempat perlindungan terhadap alam sekitarnya. Dalam pengertian lebih luas, perumahan bukan hanya rumah sebagai bangunan (struktur) semata, tetapi lebih diartikan sebagai tempat kediaman dalam suatu lingkungan yang memenuhi syarat-syarat kehidupan keluarga yang layak dipandang dari berbagai kehidupan masyarakat.

Dalam kehidupan bangsa, perumahan merupakan masalah nasional. Persoalan perumahan menyangkut berbagai faktor yang amat luas dan kompleks, yaitu faktor sosial, ekonomi, politik dan teknik yang satu dengan lainnya erat hubungannya dan saling mempengaruhi. Usaha pemecahan masalah perumahan PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN | 11

harus ditinjau secara menyeluruh (over all) sehingga dapat memperoleh suatu pemecahan yang optimal.  Perumahan adalah masalah kesejahteraan sosial dan kepribadian bangsa.

Perumahan pemegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan bangsa. Keadaan perumahan mencerminkan dan menjadi salah satu ukuran tarap hidup dan peradaban suatu bangsa. Sebagai lingkungan hidup seharihari, perumahan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan jiwa dan pribadi seseorang. Kesehatan, prestasi kerja serta kesejahteraan seluruh keluarga. Dengan demikian berarti sangat penting dalam pembinaan watak dan kepribadian bangsa.  Perumahan adalah masalah ekonomi.

Dalam pembangunan nasional perumahan adalah bagian dari investasi nasional. Perumahan merupakan faktor penting dalam peningkatan produksi Nasional, keadaan perumahan yang baik akan mempertinggi prestasi kerja seseorang, yang berarti mempertinggi produksi pada umumnya, mulai poduksi bidang ekonomi, pemerintahan, industri, perusahaan-perusaahan dan pelaksanaan proyek pembangunan. Penyediaan perumahan merupakan salah satu fasilitas dasar yang mempengaruhi berhasilnya rencana pembangunan nasional. Dengan demikian pembangunan perumahan dapat kita pandang sebagai serangkaian kegiatan pembangunan ekonomi secara luas, dan dapat membuka lapangan kerja yang amat besar untuk mendorong perkembangan sector ekonomi lainnya seperti industri dan perusahaan bahan bangunan, perlengkapan bangunan, perusahaan pembangunan. Mudah dipahami bahwa keadaan dan tingkat kemajuan ekonomi merupakan faktor yang penting serta besar pengaruhnya dalam pembangunan perumahan.

Terkait aspek pembiayaan perumahan dimana kondisi ekonomi masyarakat dengan penghasilan rata-rata sangat rendah dibandingkan dengan biaya untuk memenuhi kebutuhan perumahannya, maka kondisi perumahan yang baik akan mendorong perkembangan kemajuan ekonomi, dan perbaikan ekonomi akan meningkatkan keadaan perumahan.  Perumahan adalah masalah teknik.

Pemerintah dalam usaha memecahkan masalah perumahan, terkait dengan tuntutan faktor sosial ekonomi mendorong pemikiran-pemikiran dan 12 | PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

kegiatan-kegiatan dibidang teknik dan teknologi seperti cara-cara perencanaan konstruksi, produksi dan pemakaian bahan bangunan, tata pelaksanaan dan sebagainya harus melayani dan menyesuaikan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Perkembangan teknis teknologi merupakan faktor yang sangat penting dalam pembangunan perumahan, meskipun masalah pembangunan perumahan bukan semata-mata masalah teknik. Pembangunan perumahan secara besar besaran di kota sangat kita rasakan perlunya keteknikan modern, maka di pedesaan masih harus kita kembangkan dan sempurnakan cara-cara pembangunan tradisional setempat secara gotong royong dan sebagainya. Sehingga dapat dicapai hasil yang maksimal sesuai dengan keadaan sosial ekonomi masyarakat.  Perumahan adalah masalah politik.

Perumahan sebagai salah satu unsur pokok kesejahteraan masyarakat, mempunyai aspek-aspek politik. Perbedaan-perbedaan tingkat penghidupan yang terdapat dalam masyarakat, termasuk keadaan perumahannya, apabila amat menyolok dapat menimbulkan suatu “polical unrest”. Dalam suatu negara merdeka yang memperjuangkan masyarakat yang adil dan makmur baik material maupun spiritual serta kemajuan-kemajuan yang telah dicapai dalam masyarakat diberbagai bidang kehidupan, mendorong tuntutan masyarakat kearah tingkatan hidup yang lebih tinggi, dan dalam hal ini perumahan merupakan faktor yang amat penting. Dengan demikian, maka perlu diadakan penegasan-penegasan dan policy pemerintah mengenai bidang perumahan dengan segala aspek-aspeknya.

4b. Gambaran Besarnya Masalah Perumahan Masalah kekurangan maupun kesulitan perumahan disebabkan berbagai hal yang komplek, erat hubungannya dengan keadaan sosial ekonomi rakyat pada umumnya, sehingga titik berat terletak pada masalah sosial ekonomi.

Penghasilan rata-rata masyarakat masih terlalu rendah untuk dapat mencapai tingkat perumahan yang layak, baik dengan membangun sendiri, membeli atau menyewa. Masalah pokok adalah bagaimana menutup perbedaan (gap) yang besar antara kemampuan dan kebutuhan.

Sampai kini, pembangunan perumahan belum mendapat prioritas dalam program pemerintah, dan tidak menarik bagi usaha swasta karena investasi jangka panjang proyek perumahan kurang menguntungkan. Dari data-data yang dikumpulkan dapat diketahui bahwa pembangunan perumahan baru jauh sekali PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN | 13

dari yang diperlukan sehingga dari tahun ketahun keadaan ini makin menjauh dan menjadi backlog perumahan.  Masalah Perumahan Di Kota Masalah perumahan di kota-kota besar terutama disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk yang besar. Pertambahan ini disebabkan angka kelahiran (demografi) dan arus urbanisasi penduduk dari daerah ke kota. Pesatnya pertambahan penduduk di kota-kota besar telah menjadi gejala di seluruh dunia, lebih-lebih setelah perang dunia kedua. Di Indonesia, pertambahan jumlah perpindahan penduduk dari desa ke kota, merupakan akibat dari beberapa faktor yang kompleks, yaitu perkembangan Industri, perusahaan-perusahaan, pembangunan-pembangunan kegiatan pemerintah, pendidikan di kota-kota membuka lapangan kerja baru dan menjadi daya tarik bagi orang luar. Disamping itu keadaan ekonomi rakyat di daerah pedesan yang buruk dan tidak menjamin penghidupan sehari-hari mendorong orang berpindah ke kota untuk berspekulasi guna perbaikan hidupnya, dan tidak mempertimbangkan ketersediaan lapangan kerja baru secara teratur.

Pertambahan penduduk kota yang pesat, yang tidak dapat diimbangi dengan pembangunan perumahan yang cukup, mengakibatkan berbagai masalah perumahan seperti penghuni yang berjubel (overcrowding) dan pertumbuhan perkampungan yang buruk dan pembangunan gubug-gubug liar (slums) yang sukar dikendalikan. Kesemuanya membawa akibat negatif di bidang kemasyarakatan seperti bahaya kebakaran, penularan penyakit, kriminalitas, kerusakan akhlak yang sangat merugikan. Disamping itu pertambahan penduduk yang pesat dan tidak teratur itu menimbulkan berbagai masalah perkotaan dan fasilitas-fasilitas perumahan lebih luas lagi, seperti kesulitan air minum, pembuangan kotoran, penyehatan lingkungan, kemacetan lalu lintas yang membawa kearah kehidupan kota yang tidak efisien.

14 | PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Gambar 3. Kondisi Kampung Kumuh di Surabaya Sumber : Diambil Dari Berbagai Sumber Di Internet

Keterbatasan tanah dan kesulitan mendapatkan tanah untuk pembangunan permukiman merupakan salah satu masalah pokok yang menghambat usahausaha pembangunan perumahan di kota. Hal ini mengakibatkan terjadinya pembangunan-perumahan yang tidak tertib, sukar diawasi dan tidak sesuai dengan rencana-rencana perkembangan kota.

Tabel 1. Persentase Rata-Rata Rumah Tangga Dengan Luas Hunian < 7.2 M2 Perkapita Di Kota Besar Indonesia Tahun 2019 2020

Urban 9,86 9,24

Rural 6,49 6,07

Urban+Rural 8,38 7,85

Sumber: BPS-RI, Susenas 1993-2020

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN | 15

Tabel 2. Presentase Rumah Tangga di Indonesia tahun 2019-2020 Indikator Persentase Rumah Tangga menurut Status Kepemilikan Rumah Milik Sendiri Persentase Rumah Tangga menurut Status Kepemilikan Rumah Kontrak/sewa Persentase Rumah Tangga menurut Atap Terluas Bukan Ijuk/Lainnya Persentase Rumah Tangga menurut Dinding Terluas bukan Bambu/lainnya Persentase Rumah Tangga menurut Lantai Terluas bukan Tanah Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Air Minum Layak1) Persentase Rumah Tangga menurut Sanitasi Layak2) Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Penerangan dari Listrik Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Penerangan dari Listrik PLN Persentase Rumah Tangga menurut Luas Hunian per kapita < =7,2m2 3)

Tahun 2019 2020 80,07

80,1

9,64

9,27

88,54

89,1

97,95

98,2

95,46

95,88

89,27 77,39

90,21 79,53

98,85

98,98

96,73

96,95

8,38

7,85

Sumber: BPS-RI, Susenas 1993-2020

Sebagai gambaran tentang kepadatan penghuni perumahan, maka berdasarkan sensus tahun 2020, di seluruh Indonesia rata-rata tiap orang menempati luas ruang kurang dari 7,2 m2 . Hal ini menunjukkan bahwa titik berat masalah di kota adalah semakin berkurangnya luas hunian perkapita yang pada dasarnya harus diatasi dengan usaha-usaha membangun tambahan ruang tempat tinggal untuk mengurangi tambahan kebutuhan perumahan baru.

Permukiman Kumuh Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan hunian dan bangunan yang tinggi dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat.

Sedangkan perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan 16 | PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

kualitas fungsi sebagai tempat hunian4. Wilayah kumuh menurut Bank Dunia (1999) merupakan bagian yang terabaikan dalam pembangunan perkotaan yang ditunjukkan dengan kepadatan penduduk yang tinggi, kondisi lingkungan yang tidak layak huni dan tidak memenuhi syarat serta minimnya fasilitas pendidikan, kesehatan dan sarana prasarana sosial budaya. WHO mendefinisikan permukiman kumuh sebagai suatu Kawasan permukiman maupun bukan yang dijadikan sebagai tempat tinggal dengan kondisi bangunan tidak layak dan dihuni oleh penduduk miskin dengan jumlah yang padat. Permukiman kumuh atau slum merupakan kondisi permukiman dengan kualitas buruk dan tidak sehat, tempat perlindungan bagi kegiatan marjinal serta sumber penyakit epidemic yang akhirnya akan menular ke wilayah perkotaan (UN Habitat, 2010) Kawasan kumuh dapat ditemui diberbagai kota besar di dunia. Kawasan kumuh seringkali dihubungkan dengan tingkat kemiskinan dan pengangguran tinggi. Permukiman kumuh tumbuh akibat pertambahan jumlah penduduk (urbanisasi) yang tidak terkendali dan tidak diimbangi dengan pembangunan sarana dan prasarana kota dan peningkatan pelayanan kota. Munculnya permukiman kumuh dibeberapa wilayah kota merupakan hal yang tidak dapat dihindari, tidak direncanakan dan tumbuh sebagai proses alami. Studi yang dilakukan oleh Laboratorium Permukiman ITS, melihat permukiman kumuh berdasarkan dua standar, yaitu  Kondisi rumah, dengan melihat struktur bangunan rumah, pemisahan fungsi ruang, kepadatan hunian dan bangunan, tatanan bangunan.  Ketersediaan prasarana dasar lingkungan, ketersediaan air bersih, sanitasi, ketersediaan fasilitas Pendidikan, Kesehatan, sarana ekonomi serta ketersediaan ruang terbuka diluar perumahan.

Menurut Johan Silas permukiman kumuh memiliki karakteristik :  Keadaan rumah dibawah standar dengan luas rata-rata 6 m2/kapita. Tidak dilayani fasilitas kota secara langsung, namun karena lokasinya dekat dengan permukiman yang ada maka tidak sulit untuk mendapatkan fasilitas lingkungan.  Secara fisik memberikan manfaat pokok yaitu dekat dengan tempat mencari nafkah (opportunity value) dan harga rumah murah (asas keterjangkauan), aksesibilitas tinggi yang berarti semua orang dapat masuk dan diterima tanpa 4

UU no 1 tahun 2011 pasal 1 (13-14)

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN | 17

syarat yang bertele-tele termasuk masyarakat residu seperti residivis, WTS, dan lain-lain.

Berdasarkan proses terjadinya, permukiman kumuh dapat dibedakan menjadi tiga, pertama kumuh bangunan (created), hunian masyarakat ekonomi lemah dengan ciri fisik bangunan mudah dipindah karena dibangun dengan bahan seadanya dan sebagian besar dibangun sendiri oleh penghuni (kumuh sejak awal).

Stekotiarchi.blogspot.com www.kompasiana.com Gambar4. Permukiman Kumuh Di Sepanjang Rel Dan Bantaran Sungai

Kedua Kumuh turunan (generated), yaitu rumah-rumah yang semula dibangun dengan ijin pada bagian kota lama yang kondisinya semakin memburuk hingga menjadi kumuh karena kurang pemeliharaan. Dan desa lama yang terkepung oleh pemekaran kota yang cepat.

Gambar 5. Lingkungan permukiman kumuh Sumber: Stekotiarchi.blogspot.com

Ketiga Kumuh dalam Proyek Perumahan (In Project Housing) yaitu kelompok proyek perumahan yang disediakan oleh pemerintah bagi masyarakat ekonomi lemah serta perluasan rumah yang dilakukan sendiri oleh penghuni dengan pemeliharaan yang buruk sehingga mengakibatkan kemerosotan prasarana lingkungan.

18 | PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Gambar 6. Rumah Susun Sederhana Sumber : newsdetik.com

Ciri-ciri permukiman kumuh Banyak peneliti dan pengamat permukiman yang menulis tentang permukiman kumuh. Menurut mereka keadaan kumuh suatu permukiman mencerminkan kondisi ekonomi, sosial, budaya para penghuni permukiman tersebut. Ciri-ciri Kawasan permukiman kumuh tercermin dari : - Penampilan fisik bangunan yang makin konstruktif, yaitu banyaknya bangunan temporer yang berdiri serta tidak terurus dan tanpa perawatan.

Umur bangunan sudah terlalu tua, tidak terorganisasi, ventilasi dan pencahayaan kurang.

- Kepadatan bangunan tinggi, dapat dilihat dari jarak antar bangunan yang berdempetan.

- Tidak terdapat ruang terbuka hijau (open space) dan tidak terdapat fasilitas rekreasi keluarga - Sistim sanitasi sangat minim dan dalam kondisi buruk serta tidak terawat.

- Sarana dan prasaran lingkungan tidak terencana dengan baik.

- Struktur masyarakatnya heterogeny dan berpenghasilan dari sector informal - Kondisi sosial tidak baik, banyaknya tindak kejahatan maupun criminal di daerah tersebut.

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN | 19

Gambar7. Kampung Kumuh Pinggir Sungai Sumber : Stekotiarchi.blogspot.com

Penyebab Tumbuhnya Permukiman Kumuh Seiring dengan pertumbuhan baik ekonomi, sosial dan budaya maka kehidupan manusia juga akan berubah dan berkeinginan memiliki kehidupan yang lebih baik termasuk perubahan gaya hidup dan bentuk hunian yang ditinggali. Perubahan hunian akibat penambahan ruang akan merubah wajah dan benyuk bangunan dan berpengaruh terhadap penyediaan fasilitas sarana dan prasarana lingkungan. Keterbatasan ekonomi menjadi factor utama bagi masyarakat kurang mampu untuk memelihara rumah tinggal dan lingkungannya sehingga menimbulkan kondisi kumuh dilingkungannya. Doxiadis (1968) menyebutkan, pertumbuhan permukiman kumuh dipengaruhi oleh : - Pertambahan penduduk (growth density), pertambahan penduduk akibat kelahiran menyebabkan kebutuhan tempat tinggal juga bertambah, lebih jauh akan menyebabkan pertumbuhan perumahan dan permukiman. Terbatasnya lahan permukiman menyebabkan kepadatan bangunan tinggi sebagai akibat pembangunan baru dilingkungan tersebut. Hal ini dapat dilihat tidak adanya jarak antar bangunan.

- Urbanisasi, daya tarik kota besar menyebabkan migrasi penduduk dari desa ke kota khususnya yang dilakukan oleh masyarakat berpenghasilan rendah.

Keinginan untuk meningkatkan taraf hidup dikota serta isu kemudahan mencari kerja dikota mendorong masyarakat berbondong bondong ke kota.

Hal ini tidak diimbangi dengan penyediaan tempat tinggal bagi mereka.

Akibatnya mereka menempati lahan kosong disekitar tempat kerja sebagai pemukiman liar.

Strategi Penangan Permukiman Kumuh Strategi meningkatkan kualitas permukiman kumuh bertujuan mutu kehidupan dan penghidupan penghuni. Kegiatan ini wajib dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah/kota dan setiap warga negara. Kegiatan 20 | PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

dilakukan melalui pengawasan, pengendalian dan pemberdayaan masyarakat.

Peningkatan kualitas permukiman kumuh berdasarkan prinsip kepastiaan bermukim yang menjamin setiap warga negara untuk menempati tempat tinggal yang layak sesuai peraturan perundang-undangan. Pencegahan dilakukan dengan cara pengawasan dan pengendalian tumbuh dan berkembangnya permukiman kumuh baru Pola penanganan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman kumuh dilakukan melalui pemugaran, peremajaan dan pemukiman kembali dengan berpedoman pada pola penanganaan yang manusiawi, berbudaya, berkeadilan dan ekonomis.  Masalah Perumahan Di Desa Sebagian besar rakyat Indonesia bertempat tinggal di daerah pedesaan.

Umumnya tata cara hidup masyarakat desa, didasarkan atas perekonomian desa yang bersumber pada kegiatan pertanian atau agraria. Masyarakat desa kebanyakan mendiami rumah-rumah yang sederhana. Tetapi dalam kenyataannya, apabila dibandingkan dengan keadaan perumahan di kampung-kampung dan gubug-gubug liar yang berjubel di kota-kota besar kondisi rumahnya relatif lebih baik dan lebih luas halamannya. Sedangkan keadaan perumahan yang masih buruk di perdesaan amat erat hubungannya dengan keadaan ekonomi dan tingkat penghasilan masyarakat desa yang ratarata rendah, sehingga sulit untuk memiliki rumah yang layak. Tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat juga merupakan faktor penting yang berkaitan dengan kondisi perumahan desa. Pendidikan yang rendah merupakan penyebab tingkat pemahaman masyarakat terhadap rumah masih terbatas sebagai tempat beristirahat dan berlindung dari panas dan hujan.

Bila dirinci lebih jauh, masalah perumahan desa terutama terletak pada Kekurangan dalam hal kwalitas keteknikan rumah, khususnya menyangkut cara membangun rumah. Aspek privasi juga kurang diperhatikan, hal ini berkaitan dengan hubungan sosial masyarakat desa yang memegang teguh adat dan budaya setempat. Kondisi Kesehatan rumah dan lingkungan juga kurang mendapat perhatian seperti kebutuhan MCK dan sirkulasi udara dalam rumah.

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN | 21

Gambar 8. Permukiman Di Desa Sumber: a. faktakalimantan.co.id/kifu.desa.id

Sebagai gambaran keadaan perumahan di desa, di Jawa berdasarkan datadata dari Biro Pusat Statistik adalah sebagai berikut : - Sumber Air diluar pekarangan rumah 68 % - Lantai Tanah 73 % - Mempunyai Kakus sendiri 12 % - Mempunyai kamar mandi sendiri 23 % - Atap dari bahan organis 12 % - Dinding dari bahan organis 87 % Program perumahan desa terutama harus ditujukan kepada rehabilitasi dan peningkatan mutu dari rumah-rumah yang telah ada sehingga dapat dicapai suatu standard yang secara minimal layak dilihat dari segi teknis, sosial dan terutama kesehatan. Usaha-usaha perbaikan dan pembangunan perumahan desa harus dapat dijalankan dalam rangka perbaikan ekonomi dan tingkat penghidupan masyarakat desa pada umunya, sehingga hal itu akan menghambat mengalirnya orang ke kota-kota (urbanisasi).

Mengingat besarnya persoalan dan perbedaan kehidupan sosial, kebudayaan serta adat istiadat diberbagai daerah pedesaan, maka masalah perumahan desa tidak dapat dipecahkan semata-mata dengan penerapan teknologi modern. Pemecahan harus didasarkan pada potensi masyarakat sendiri dengan sifat-sifat dan semangat gotong royong yang telah menjadi kepribadian masyarakat desa.

Hingga saat ini satu tantangan besar pembangunan desa di Indonesia adalah pemerataan. Pembangunan desa di Indonesia selama ini lebih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Hal ini terjadi karena pulau Jawa memiliki 22 | PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

dukungan paling lengkap untuk mengembangkan perekonomian dibanding pulau lain di seluruh Indonesia. Akibatnya sebagian besar wilayah Indonesia terutama di Indonesia bagian timur, mengalami perkembangan yang lamban, meskipun sebenarnya banyak potensi yang tersimpan di luar Jawa terutama kekayaan sumber alam, namun belum tergarap dengan baik. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah perlu melaksanakan pembangunan yang merata.

Pembangunan yang merata harus dirancang sejak awal sehingga pembangunan tak lagi hanya terpusat di kota.

Ketimpangan juga terjadi antara desa dengan kota. Selama ini daerah perkotaan mendapatkan lebih banyak porsi membangun dibanding desa sehingga perkembangan di wilayah pedesaan sangat lambat. Kondisi ini salah satu yang memicu anak-anak muda desa lebih tertarik hidup dan bekerja di kota dibanding di desanya. Ketimpangan lainnya adalah terjadinya penguasaan sumber daya alam di daerah yang belum mampu mengelolanya dan justru dikuasai oleh kekuatan modal dari daerah lain. Hal ini mengakibatkan daerah penghasil sumber daya alam yang seharusnya mendapatkan porsi besar malah hanya menjadi penonton. Untuk mengurangi ketimpangan tersebut pemerintah mengeluarkan Program Dana Desa di seluruh Indonesia. Dana desa mengusung banyak perubahan bagi desa karena memberikan wewenang sepenuhnya pada desa mengembangkan kesejahteraan ekonomi berbasis pada potensi dan aset yang dimilikinya.

Penyelenggaraan lingkungan hunian perdesaan dilakukan melalui pengembangan lingkungan hunian perdesaan, pembangunan lingkungan hunian baru perdesaan dan pembangunan kembali lingkungan hunian perdesaan.

Pengembangan lingkungan hunian perdesaan mencakup peningkatan efisiensi potensi lingkungan hunian perdesaan dengan memperhatikan fungsi dan peranan perdesaan, peningkatan pelayanan lingkungan hunian perdesaan, peningkatan keterpaduan prasarana, sarana, dan utilitas umum lingkungan hunian perdesaan, penetapan bagian lingkungan hunian perdesaan yang dibatasi dan yang didorong pengembangannya, peningkatan kelestarian alam dan potensi sumber daya perdesaan dan pengurangan kesenjangan antara kawasan perkotaan dan perdesaan. sedangkan pembangunan lingkungan hunian baru perdesaan mencakup penyediaan lokasi permukiman, penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas umum permukimandan penyediaan lokasi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN | 23

Mengingat besar persoalan, kehidupan sosial, kebudayaan serta adat istiadat yang berbeda-beda di daerah pedesaan, maka masalah perumahan desa tidak dapat dipecahkan dengan cara-cara pembangunan yang modern seperti halnya di daerah kota. Pemecahan perumahan harus didasarkan kesadaran penduduk desa sendiri dengan memanfaatkan potensi setempat seperti usaha gotong royong, arisan dan sebagainya. Mengingat tingkat pendidikan di desa masih rendah, maka usaha pemerintah harus ditujukan dengan membimbing masyarakat desa sekaligus dalam rangka perbaikan ekonomi dan tingkat kehidupan masyarakat desa.

Usaha-usaha pemerintah untuk mendorong dan mengembangkan pembangunan perumahan desa oleh rakyat sendiri dapat berupa : - Mengadakan proyek-proyek demonstrasi agar dapat di contoh.

- Memberikan bimbingan secara berkala dan bahan-bahan penerangan.

- Mengadakan penyuluhan dalam hal keteknikan.

- Mengembangkan bahan-bahan bangunan setempat.

- Membantu menyediakan bahan-bahan yang tidak ada di tempat serta bantuan keuangan.

4c. Usaha Penanggulangan Kebutuhan Perumahan  Pola Umum Tata Pembangunan Perumahan Perumahan merupakan masalah nasional yang mampunyai dampak luas dalam kehidupan sosial ekonomi bangsa, karena itu tiap negara mempunyai program-program perumahan yang bersifat nasional. Pada umumnya suatu kebijakan perumahan nasional berkembang ke arah makin luasnya peranan pemerintah. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian utama dalam menetapkan suatu program perumahan adalah :  Penilaian kebutuhan perumahan dan evaluasi kemungkinan-kemung-kinan sumber yang ada untuk memecahkan masalah perumahan.  Menempatkan masalah perumahan sebagai bagian dari pembangunan sosial ekonomi secara keseluruhan.  Menyesuaikan usaha perumahan dengan usaha-usaha di bidang ekonomi.  Memikirkan tujuan-tujuan sosial dari perumahan.  Menetapkan prioritas, secara geografis atau golongan masyarakat.  Penetapan peran pemerintah, yang dapat mendorong inisiatip daerah dan usaha-usaha swasta.

24 | PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Dalam pola umum tata perumahan, terdapat unsur-unsur penting yang terlibat dalam pembangunan perumahan sebagai berikut : Policy maker yaitu pemerintah yang dijalankan oleh departemen tertentu atau baan yang khusus dibentuk (misalnya : Perumnas). Unsur-unsur ini mempunyai kebijaksanaan untuk merancang, mengatur an mengawasi pelaksanaan policy pemerintah di bidang perumahan.

Pembiayaan perumahan (Financer) yaitu unsur-unsur yang membiayai pembangunan perumahan untuk maksud-maksud tertentu, dalam hal ini bisa pemerintah, swasta (housing estates) bank, perorangan dan lain-lain.

Pembangun Perumahan (Producer) yaitu unsur-unsur yang memprodusir rumah-rumah, pemerintah, industri/perusahaan pembangunan, koperasi/ yayasan perumahan, serta masyarakat perorangan.

Pemakai Perumahan (Consumer) yaitu unsur yang berkepentingan dalam menghuni rumah-rumah dan mungkin terdiri dari instansi pemerintah, perusahaan- perusahaan dan masyarakat perorangan.

Dalam kenyataan, sering terjadi overlap atau rangkap peran diantara unsur-unsur diatas, misalnya dalam pembangunan perumahan pegawai negeri, pemerintah dapat sekaligus bertindak sebagai policy maker, financer dan consumer.

Penyediaan kebutuhan perumahan di kota besar mengalami banyak kesulitan, maka untuk menanggulanginya diperlukan usaha-usaha berencana yang diatur secara khusus dan disesuaikan dengan masing-masing golongan dengan penghasilan tertentu. Berikut beberapa bentuk usaha penyediaan perumahan di Indonesia : Perumahan Instansi (Service Housing).

Perumahan yang dibangun dan dibiayai oleh perusahaan maupun pemerintah dan diperuntukkan bagi karyawannya. Pada umumnya dipinjamkan kepada karyawan atau pegawai untuk ditempati sebagai salah satu fasilitas kerja.

Jumlah perumahan instansi sangat terbatas dan umumnya dimiliki oleh instansi pemerintah yaitu ABRI/Pegawai Negeri.

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN | 25

Gambar 9. Perumahan Instansi Sumber : newsdetik.com

Koperasi dan Yayasan Perumahan Usaha lain penyediaan rumah dilakukan melalui koperasi dan Yayasan.

Rumah yang disediakan oleh koperasi dan Yayasan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan perumahan bagi anggotanya dengan biaya ringan tanpa mencari keuntungan (non profit housing organization). Organisasi perumahan merupakan hal baru, tetapi usaha pembangunan yang bersifak koperatif sudah ada dalam bentuk Yayasan, seperti Yayasan Kas Pembangunan (YKP) yang dibentuk oleh Pemerintah Kota/Kabupaten atas anjuran Jawatan Perumahan Rakyat. Yayasan ini berbentuk badan hukum dan diketuai oleh Walikota atau Bupaki Kepala Daerah.

Yayasan Kas Pembangunan kota Surabaya dibentuk tahun 1952. Lembaga ini bertujuan membantu pemerintah daerah khususnya Pemkot Surabaya dalam memenuhi kebutuhan akan perumahan. Pada awal pembentukannya, YKP mendapatkan modal 3.048 persil tanah yang merupakan tanah negara bekas Eigendom Verponding. Untuk pembangunan rumah, YKP mendapat kredit jangka Panjang dari pemerintah. Bagi anggota yang ingin memiliki rumah wajib menabung minimal sebesar 50% dari harga rumah. Bila sudah memenuhi akan mendapatkan jatah rumah dan selisih harga diangsur selama 80 bulan (Y.K.P./ Surabaya).

26 | PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Gambar 10. Perumahan Oleh Yayasan Koperasi (YKP) Sumber : rumah mitula dan rumah.com

Perusahaan Pembangunan Perumahan (Housing Development Corp).

Usaha-usaha perumahan di Indonesia yang bersifat sosial tidak menarik usaha-usaha swasta, dengan pertimbangan ini pemerintah membentuk perusahaan perumahan untuk membantu memenuhi kebutuhan perumahan masyarakat. Salah satu perusahaan pembangunan perumahan milik negara adalah Perum Perumnas. Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional atau disebut Perum Perumnas dibentuk tahun 1974 melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 29 Tahun 1974. Selanjutnya Perum Perumnas mengalami beberapa kali penyempurnaan, yaitu melalui PP Nomor 12 Tahun 1988, dan disempurnakan melalui PP Nomor 15 Tahun 2005 tanggal 10 Mei 2004. Maksud didirikannya Perum Perumnas adalah sebagai solusi pemerintah dalam menyediakan perumahan yang layak huni bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Sebagai badan usaha milik negara (BUMN) pengembang dengan jangkauan usaha nasional, Perum Perumnas mempunyai 7 wilayah usaha hingga Regional Rusunawa (rumah susun sederhana sewa). Perum Perumnas juga telah merintis beberapa pemukiman skala besar hingga menjadi kota baru.

Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek) merupakan salah satu contoh pembangunan kota baru, yang kini berkembang pesat sebagai kawasan strategis penyangga ibukota.

Perum Perumnas memulai sejarahnya pada tahun 1974-1985 dengan merintis pembangunan kota baru. Kemudian dilanjutkan tahun 1985-1995, Perumnas menciptakan kawasan dengan konsep lowrise. Berikutnya pada 19952005, Perumnas melanjutkan kinerjanya dengan meningkatkan kapasitas hunian di kota besar Indonesia melalui konsep bangunan bertingkat (highrise). Pada

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN | 27

tahun 2005-2010, Perumnas turut mendukung program 1.000 tower yang dikeluarkan pada era pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Disamping BUMN, perusahaan pengembang swasta juga turut andi dalam menyediakan kebutuhan rumah. Untuk mengurangi harga jual yang tinggi perusahaan swasta hanya menyediakan tanah dan menyediakan fasilitas-fasilitas lingkungan saja, dan menjualnya kepada para pembangun menjadi suatu Housing and Land Development Corporation atau penyediaan kavling tanah matang.

Gambar 11. Perumahan Sederhana bagi MBR Sumber : Perum Perumnas

Berdasarkan pelaku pembangunan dan penghunian, jenis rumah dibedakan menjadi : 1. Rumah komersial, rumah yang diselenggarakan untuk mendapatkan keuntungan sesuai dengan kebutuhan masyarakat 2. Rumah umum, rumah yang diselenggarakan untuk kebutuhan memenuhi keburuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Terkait penyelenggaraan rumah umum pemerintah akan memberikan bantuan atau kemudahan baik oleh pemerintah maupun pemerintah daerah melalui program perencanaan pembangunan perumahan secara bertahap dan berkelanjutan. Kemudahan atau bantuan yang diberikan dapat berupa subsidi perolehan rumah, stimulan rumah swadaya, intensif perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan bidang perpajakan, perijinan, asuransi dan jaminan, penyediaan tanah, dan prasarana, sarana utilitas umum.

3. Rumah swadaya, adalah rumah yang diselenggarakan atas prakarsa dan upaya masyarakat, baik secara sendiri maupun berkelompok. Penyelenggaraan rumah swadaya dapat memperoleh bantuan dan kemudahan dari pemerintah dan atau pemerintah daerah.

4. Rumah khusus, adalah rumah yang diselenggarakan dalam rangka untuk me28 | PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

menuhi kebutuhan khusus seperti penanggulangan bencana alam, wabah pandemi dan sebagainya. Penyelenggaraan rumah khusus dan rumah negara disediakan oleeh pemerintah dan atau pemerintah daerah.

Bentuk rumah berdasarkan hubungan atau keterikatan antar bangunan dibedakan menjadi rumah tunggal, rumah deret dan rumah susun. Rumah tunggal dan rumah deret memiliki kuran paling sedikit 36 m2.  Pemecahan Sistem Pembangunan Rumah Dalam mengatasi kesulitan-kesulitan penyediaan rumah yang mendesak, beberapa sistem pembangunan rumah dapat dikerjakan diantaranya : Perluasan rumah Salah satu usaha menambah luas ruangan adalah dengan peluasan rumah, tetapi di mana-mana ternyata timbul kegiatan perluasan dan penambahan luas ruangan secara tidak layak, sehingga mengakibatkan lingkungan perumahan menjurus ke arah slum. Faktor yang menjadi penyebab kecenderungan ini adalah bertambahnya jumlah anak, meningkatnya usia anak-anak menjadi dewasa, ikut tinggalnya sanak keluarga yang merupakan kebiasaan/adat pada kelompok masyarakat tertentu, kebiasaan mempunyai pembantu rumah tangga yang ngamar atau tinggal bersama, adanya anak-anak yang mondok atau kos untuk menambah penghasilan, serta makin baiknya tingkat sosial/ekonomi keluarga bersangkutan.

Peluasan/penambahan yang tidak teratur ini menimbulkan kepadatan tidak teratur dan menyebabkan over-crowding atau kondisi berjejal-jejal sehingga mengakibatkan dampak negatif seperti kebersihan dan kesehatan lingkungan, keindahan lingkungan dan kenikmatan lingkungan. Untuk mengatasi kecenderungan-kecenderungan yang demikian dilakukan usaha pembangunan rumah tumbuh yang lebih teratur.

Rumah tumbuh Konsep Rumah tumbuh timbul sebagai langkah perencanaan untuk menanggulangi kesulitan yang seringkali muncul akibat perluasan ruang yang tidak teratur. Konsep rumah tumbuh proses pembangunan rumah disipkan suatu perencanaan yang lengkap tetapi dapat dibangun secara bertahap, sehingga calon penghuni dapat mengembangkan rumah sesuai dengan keaPERUMAHAN DAN PERMUKIMAN | 29

daan ekonomi dan kebutuhan keluarga. Susunan denah diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan perluasan atau penambahan ruang sesuai dengan kebutuhan. Keuntungan sistem ini pembangunan dapat disesuaikan dengan kebutuhan keluarga dan kemampuan ekonomi penghuni.

Gambar 12. Sketsa Rumah Tumbuh Sumber : Paparan Asnawi Manaf Dalam Kamus Istilah Perumahan

Prefab Housing Yang dimaksud prefab housing adalah rumah yang dibangun dengan mempersiapkan komponen-komponen bangunan baik sebagian atau seluruhnya di pabrik dan tinggal menyetel di tempat bangunan. Alasan prefabrikasi perumahan : 1. Penghematan tenaga terlatih.

2. Mendapatkan rumah-rumah secara cepat.

3. Pemakaian bahan/tehnik khusus untuk merendahkan biaya.

Suatu prefabrikasi perumahan akan lebih terjamin hasilnya jika didukung oleh pabrik atau perusahaan-perusahaan alat bangunan, diantaranya : 1. Pabrik bahan bangunan.

2. Pabrik alat-alat pembangunan.

3. Pabrik perabot rumah tangga.

4. Pabrik alat-alat dapur.

Pelaksanaan Prefabrikasi dapat dilakukan dengan baik bila tenaga ahli atau pekerja-pekerja yang faham mengenai konstruksi dan cara pelaksanaan tersedia.

Prefabrikasi juga dapat menghemat kebutuhan tenaga-tenaga kerja berpendidikan tinggi karena cukup menggunakan tenaga-tenaga menengah. Tetapi dalam prefabrikasi harus dipikirkan bahwa bahwa sistem ini baru menguntungkan bila jumlah pembangunan dilakukan dalam skala besar.

30 | PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Gambar 13. Proses Pembangunan Prefab Housing Sumber : newhomecourse.com ; ikons.id

Mass housing Salah satu usaha menanggulangi kebutuhan perumahan yang mendesak adalah pembangunan perumahan secara masal. Mass housing umumnya direncanakan secara minimal, tetapi sesuai dan memenuhi syarat-syarat kesehatan, kenyamanan, keindahan dan kontruksi. Mass housing dapat dilaksanakan dengan cara sederhana dan perlengkapan yang cukup. Perhitungan kebutuhan Luas lantai bangunan cukup 6 m²/per capita dengan kepadatan 200400 jiwa/ha. Pembangunan Mass housing harus merupakan suatu lingkungan permukiman yang nyaman, karenanya harus dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas lingkungan seperti Water supply atau penyediaan air bersih, Sanitasi, waste disposal ( tempat penampungan sampah sementara dan akses pembuangan sampah-sampah), Fasilitas-fasilitas lingkungan lain seperti taman, sekolah, pasar, Jalan masuk, parkir dan lain-lain.

Gambar 14. Mass Housing Sumber :projectreporter.co.id

Low Cost Housing Low Cost Housing atau rumah murah adalah rumah subsidi yang merupakan bentuk upaya pemerintah dalam menyediakan rumah layak huni dan PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN | 31

terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Hal ini sesuai dengan amanat dalam Undang-undang no 1 tahun 2011 tentang perumahan dan Kawasan permukiman. Disebutkan bahwa rumah merupakan kebutuhan dasar bagi setiap warga negara dan negara bertanggung jawab untuk memastikan setiap orang menghuni rumah yang layak dan terjangkau. Untuk itu pemerintah mengupayakan dengan membangun rumah murah. Rumah murah atau Low cost housing dapat dilakukan dengan syarat : 1. Perencanaan atas dasar syarat-syarat fungsional.

2. Mengeliminir cara-cara kontruksi tradisional/mahal.

3. Menghemat bahan-bahan dengan cara kontruksi sederhana dan efisien.

4. Menghemat biaya bahan dengan mass production.

5. Menghemat biaya lewat perbaikan organisasi pembangunan.

Perencanaan rumah murah di Indonesia diatur dalam peraturan Menteri negara perumahan rakyat RI no. 25 tahun 20011 tentang pedoman penyelenggaraan perumahan murah.

Gambar 15. Rumah Murah Yang Dibangun Oleh Pemerintah Sumber : (bp.blogspot.com)

Pada perencanaan rumah murah harus memenuhi standar kebutuhan sarana minimum, seperti tabel berikut :

32 | PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Tabel 3. Standar Kebutuhan Sarana Umum no 1 2 3 4 5

Penduduk Sarana Umum pendukung (jiwa) Taman Lingkungan 200 Taman umum 2.000 Lapangan Olah 20.000 Raga Parkir lingkungan 2.000 Shelter angkutan 30.000 umum

Jumlah rumah (unit) 50 500 5.000 500 7.500

Luas minimal standar (m2) Rumah Lahan M2/jiwa 200 1,000 1.000 0,500 2.000 0,100 10

100 30

0,050 0,001

Sumber : permenpera no. 25 tahun 2011

Tabel 4. Standar Kebutuhan Sarana Pendidikan no 1 2 3 4 5

Sarana Pendidikan TK SD SLTP SLTA Taman Bacaan

Penduduk pendukung (jiwa) 1.250 1.600 4.800 4.800 2.500

Jumlah rumah (unit) 313 400 1.200 1.200 625

Luas minimal standar 2 (m ) Rumah Lahan M2/jiwa 242 500 0,28 633 2.000 1,25 2.282 9.000 1,88 3.835 12.500 2,60 72 150 0,09

Sumber : permenpera no. 25 tahun 2011

Tabel 5. Standar Kebutuhan Sarana Kesehatan Penduduk no Sarana Umum pendukung (jiwa) 1 Posyandu 1.250 2 Balai Pengobatan 2.500 3 Tempat Parkir dokter 5.000 4 Puskesmas Pembantu 30.000 5 Apotik 30.000

Jumlah rumah (unit) 312 625 1.250 7.500 7.500

Luas minimal standar (m2) Rumah Lahan M2/jiwa 36 60 0,048 150 300 0,120 18 150 300 0,00 120 250 0,025

Sumber : permenpera no. 25 tahun 2011

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN | 33

Tabel 6. Standar Kebutuhan Sarana Perekonomian no 1 2

Sarana Umum Took/Warung Pertokoan

Penduduk pendukung (jiwa) 250 6.000

Jumlah rumah (unit) 312 1.500

Luas minimal standar (m2) Rumah Lahan M2/jiwa 50 100 0,40 1.200 3.000 0.50

Sumber : permenpera no. 25 tahun 2011

Tabel 7. Standar Kebutuhan Sarana Pemerintahan no 1 2 3 4 5

Sarana Umum Kantor RT Kantor RW Pos hansip/siskamling Pos Polisi Gedung Serba Guna

Penduduk pendukung (jiwa) 200 2.000 200

Jumlah rumah (unit) 50 500 50

200 1.000

50 250

Luas minimal standar (m2) Rumah Lahan M2/jiwa 21 60 0,300 21 60 0,030 4 6 0,030 36 250

60 500

0,300 0,500

Sumber : permenpera no. 25 tahun 2011

5. PENDEKATAN MASALAH PERUMAHAN 5a. Pendekatan Yang Berorientasi Pada Produk Manusia untuk menjalani kehidupan dan penghidupannya membutuhkan rumah, pendidikan, kesehatan, rekreasi dan sebagainya. Semua kebutuhan tersebut diidentifikasikan sebagai kebutuhan fasilitas fisik yang berupa produk.

Misalnya kebutuhan akan rumah (tempat tinggal) dipenuhi dengan menyediakan unit rumah dan kemampuan menyediakan rumah dalam jumlah yang banyak.

Kebutuhan akan Pendidikan dipenuhi dengan mendirikan sekolah atau Lembaga Pendidikan yang memberikan ijazah. Kebutuhan akan Kesehatan dipenuhi dengan menyediakan rumah sakit, yang semuanya berorientasi pada produk fisik.

Pendekatan masalah perumahan yang berorientasi pada produk didasarkan atas anggapan lama bahwa nilai rumah adalah nilai fisik material rumah. Rumah dengan standar material tinggi adalah rumah yang terbaik. Masalah perumahan yang terjadi adalah kondisi rumah dibawah standar dan jumlah rumah tangga 34 | PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

yang membutuhkan unit rumah standar pada daerah tertentu dengan kepadatan yang layak. Untuk menyelesaikan masalah ini dengan mengganti rumah dibawah standar dengan rumah standar dan membangun rumah standar untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Perhitungan ini dapat dianggap bahwa rumah merupakan barang komoditi yang dapat diproduksi dengan harga murah. Anggapan bahwa rumah sebagai barang dagangan maka hubungan antara penyedia rumah (supplier) dan kebutuhan masyarakat (demand) terpisah. Masyarakat sebagai demand menerima rumah dalam keadaan jadi tanpa mengikuti proses pembangunan rumah. Kecenderungan pendekatan ini adalah pembangunan perumahan dengan efisiensi tinggi untuk menghasilkan rumah dalam jumlah banyak dengan harga murah dan dalam waktu singkat. Hal ini dapat ditempuh dengan cara industrialisasi yang dilayani organisasi besar dan sentralisasi produksi. Cara ini hanya mementingkan perhitungan ekonomis untuk kepentingan supplier, sedangkan kepentingan demand hanya diperhatikan kemampuan belinya.

Pendekatan yang berorientasi pada produk, nilai rumah ditetapkan berdasarkan standar materi rumah. Hal ini berbeda dengan pendekatan yang berorientasi pada proses. Nilai standar meterial rumah merupakan salah satu faktor yang terkait dalam masalah perumahan.

5b. Pendekatan Rumah Berorientasi Pada Proses.

John F.C Turner, 1972, dalam bukunya Freedom to Built mengatakan….."rumah bukan merupakan hasil fisik sekali jadi, tetapi merupakan proses yang terus berkembang dan terkait erat dengan mobilitas sosial ekonomi penghuni dalam satu kurun waktu".

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa dalam proses pembangunan rumah yang dilakukan oleh masyarakat, bukan merupakan hasil yang langsung jadi, tetapi bertahap yang disesuaikan dengan kondisi ekonomi penghuni. Pendekatan rumah yang berorientasi pada proses lebih kepada bagaimana kita merumahkan diri sendiri. Hasil yang berupa unit rumah merupakan konsekuensi dari proses yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan penghuni. Lebih jauh dijelaskan “Rumah adalah bagian yang utuh dari permukiman, dan bukan hasil fisik semata, melainkan suatu proses yang terus berkembang dan terkait dengan mobilitas sosial ekonomi penghuninya dalam satu kurun waktu. Yang terpenting dari rumah adalah dampak terhadap penghuni, bukan wujud atau standar fisiknya. Interaksi yang terjadi antara rumah dan penghuni adalah apa yang PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN | 35

diberikan rumah kepada penghuni serta apa yang dilakukan penghuni terhadap rumah”.

Selanjutnya Turner mengatakan tentang Fungsi Rumah5, menurutnya terdapat tiga fungsi yang terkandung dalam rumah: - Rumah sebagai penunjang identitas keluarga, yang diwujudkan dalam kualitas hunian atau perlindungan yang diberikan rumah. Kebutuhan tempat tinggal dimaksudkan agar penghuni mempunyai tempat tinggal atau berteduh secukupnya untuk melindungi keluarga dari iklim setempat.

- Rumah sebagai penunjang kesempatan keluarga untuk berkembang dalam kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi atau fungsi pengembangan keluarga. Fungsi ini diwujudkan dalam lokasi tempat rumah itu didirikan.

Kebutuhan berupa akses ini diterjemahkan dalam pemenuhan kebutuhan sosial dan kemudahan ke tempat kerja guna mendapatkan sumber penghasilan.

- Rumah sebagai penunjang rasa aman dalam arti terjaminnya kehidupan keluarga di masa depan setelah mendapatkan rumah, jaminan keamanan lingkungan perumahan yang ditempati serta jaminan keamanan berupa kepemilikan rumah dan lahan.  Faktor Pendorong Timbulnya Konsep Housing As A Process Ketidak Tepatan "Supply dan Demand" Dalam Perumahan.

Kebijaksanaan perumahan modern pada umumnya didasarkan pada anggapan rumah sebagai barang dagangan sehingga harus dilayani oleh organisasi besar dengan struktur pyramid dan dengan sentralisasi teknologi.

Perhitungaan akan permintaan rumah selalu salah. Hal ini didasarkan pada anggapan yang keliru bahwa suatu rumah tangga akan menyisihkan sebagian uangnya untuk memenuhi kebutuhan rumah. Memang berdasarkan perhitungan setiap keluarga akan mampu mengeluarkan Sebagian pendapatannya untuk perumahan, tetapi kenyatan belum tentu mau mengeluarkannya. Masing-masingkeluarga mempunyai prioritas tersendiri yang berbeda dengaan yang lain. Oleh sebab itu bila dilakukan generalisasi meskipun dalam tingkat penghasilan yang sama untuk menentukan kategori supply perumahan akan mengalami kemelesetan terhadap permintaan rumah sesungguhnya.

5

John F.C Turner, 1972, Freedom To Build (164-167)

36 | PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Ketidakmampuan Organisasi Besar Menerima Masukan Lokal Dan Perorangan.

Dalam jangka Panjang kelangsungan hidup suatu system perumahan tergantung pada usaha pemakai. Oleh karenanya tergantung pada kemauan berinvestasi dan bukan pada kemampuan berinvestasi. Kemauan berinvestasi tergantung pada tingkat kepuasan terhadap pelayanan yang dirasakan atau yang dapat diharapkan. Bila terjadi ketidaksesuaian pelayanan perumahan dengan prioritas kebutuhan pemakai maka kelangsungan hidup system perumahan akan terancam. Ketidak sepadanan supply dengan demand perumahan berbanding lurus dengan derajat heteronomy dari system perumahan. Maakin besar ketergantungan system perumahan pada system hirarki, makin besar ketidaksesuaian, dan makin besar hambatan masuknya sumberdaya pemakai.

Kebanyakaan perumahan yang ditangani dengan system sentralisasi administrasi akan makin besar hambatan masukan perorangan dan lokal.

Ketidak Ekonomisan dan Penyelewengan Fungsi.

Karakteristik perumahan dengan system sentralisasi sulit bagi pemakai dan Lembaga lokal untuk berpartisipasi, oleh karenanya tidak pernah ada partisipasi.

Tidak adanya partisipasi dapat mengancam kelangsungan hidup perumahan itu sendiri karena keterasingan penghuni dalam rumahnya. Keterasingan itu bisa berupa hubungan dengan sesama manusia, bisa juga terhadap pencapaian sumber penghasilan. Akibatnya produktifitas, tanggung jawab dan usaha perawatan menurun.

Pada perumahan dengan system sentralisasi memiliki bentuk dan ukuran yang sama. Secara estetik bentuk dan ukuran yang sama secara emosi membosankan. Sentralisasi teknologi dengan biaya mahal dan mementingkan keuntungan tidak bermanfaat bagi mayoritas masyarakat disamping itu penggunaan energi tinggi secara boros akan mempercepat habisnya sumber daya langka.  Faktor Yang Menjadi Titik Tolak Pendekatan Housing As A Process Nilai rumah.

Secara konvensional, nilai rumah diartikan sebagai nilai material yang diukur dengan besarnya nilai uang. Dalam kenyataan pengertian nilai rumah yang dimaksud bukan nilai material saja. Nilai rumah menyangkut nilai pasar (harga jual) unit rumah serta nilai manusiawi dan nilai sosial dari proses pembuatan dan perawatan rumah. Dengan pengertian nilai rumah tersebut PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN | 37

maka masalah perumahan bukan sejumlah kekurangan rumah dibawah standar, tetapi lebih menyangkut nilai manusiawi dan nilai sosial dari proses pembuatan rumah.

Perumahan harus diartikan sebagai proses yang memasukkan produk.

Nilai nyata terletak dalam hubungan antara elemen-elemen kegiatan perumahan yaitu pelaku (aktor), aktifitasnya (activities) dan prestasi atau hasilnya (achievement). Perumahan dapat dianggap sebagai sistem yang memiliki elemen-elemen. Dalam Proses perumahan nilai rumah memiliki tiga elemen yaitu orang, benda yang dikerjakan dan hubungan antara keduanya.

Menurut Geddes hal itu dinyatakan sebagai organism, function dan environment, dimana function merupakan hubungan antara organism dan environment.

Dalam pengertian sederhana proses perumahan dapat digambarkan sebagai interaksi antara orang (actor) dengan produknya (achievement) melalui perantara peran dan tanggung jawab (activities), yang berlangsung dalam suatu konteks yang lebih luas yang menunjukkan dimana actor tinggal dan dimana achievement berada. Selanjutnya terdapat tiga elemen lain yang terlibat yaitu pre-axistant context, modified context dan hubungan langsung dari keduanya yang melampaui proses utama. Bartalanffy6 mengartikan hubungan langsung tersebut dalam sebuah sistem umum sebagai feedback dan feed forward. Dalam proses perumahan menunjukkan harapan masa depan aktor dari pengalaman masa lalunya. Berikut adalah gambar yang menunjukkan sistem tersebut.

Feed Forward From PAST EXPERIANCE

Previous CONTEXT

Organism or

ACTORS

Function or ACTIVITIES

Environment or

Modified CONTEXT

ACHIEVEME

Feed-Back-From FUTURE

EXPECTATIONS

Gambar 16. Siklus proses pengembangan rumah Sumber : theory foundation 6

Bertalanffy von Ludwig; General System Theory, Foundation, development,Applications, University of alberta Edmonton, Canada.

38 | PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Pada gambar tersebut dapat dilihat, masalah perumahan timbul jika proses perumahan, yaitu rumah dan pelayanan rumah serta cara dan pelayanan yang disediakan, berhenti menjadi sarana pemenuhan saja.

Ada dua faktor yang menjadi indikasi masalah perumahan, yaitu : - faktor keuangan terukur (moneter), yaitu pendapatan rumah tangga dalam hubungannya dengan harga bayar (untuk sewa atau angsuran, biaya dan seterusnya), biaya pelayanan yang diberikan oleh supplier (tanah, bangunan dan pelayanan lain) dan modal yang dimiliki oleh penghuni.

- faktor non moneter, meliputi pencapaian (geografis dan sosial), keamanan bertempat tinggal (kelanjutan dan pengoperan) dan standar fisik bangunan dan lingkungan.

Dengan demikian permasalahan perumahan dapat didefinisikan sebagai fungsi dari : - Ketidaksepadanan antara situasi sosial ekonomi dan kultural masyarakat dengan proses dan produk perumahan mereka - Keborosan, kesalahgunaan, ketidakgunaan dari sumber daya yang tersedia untuk perumahan.

Ekonomi Perumahan Nilai ekonomis perumahan dapat ditinjau dari dua sudut pandang yaitu efisiensi dan produktifitas supplier dan pemanfaatan sumber daya yang tersedia.

Berdasarkan efisiensi dan produktifitas supplier, untuk menghasilkan perumahan yang ekonomis diperlukan pengoperasian industrialisasi dengan organisasi besar sehingga dihasilkan produktifitas yang sangat tinggi. Kenyataan menunjukkan industrialisasi penuh dengan organisasi besar membutuhkan sumber energi sangat besar dan tergantung pada non renewable recources yang justru merupakan pemborosan. Produk yang dihasilkan berupa paket-paket kaku tanpa alternatif pilihan. Kondisi yang diinginkan, pembangunan perumahan yang ekonomis menitikberatkan pada pemanfaatan sumber daya yang tersedia terutama yang dimiliki masyarakat, yang umumnya merupakan renewable resources. Dengan demikian masalah ekonomi perumahan bukan fungsi dari produktifitas organisasi besar tetapi suatu cara penggunaan sumber daya yang tersedia secara efisien.

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN | 39

Wewenang Atas Rumah Bagian terbesar sumber daya yang diinvestasikan untuk perumahan adalah yang dimiliki dan dikontrol oleh penghuni. Kelangsungan hidup bangunan dalam jangka panjang membutuhkan inisiatif dan kemauan penghuni untuk merawatnya. Sedangkan yang menentukan kemauan penghuni untuk menginvestasikan waktu, usaha, ketrampilan dan uang untuk rumahnya adalah kepuasan yang mereka rasakan dari rumah karena sesuai dengan kebutuhannya.

Hal ini menunjukkan bahwa kontrol dan wewenang atas perumahan itu ada pada kemauan penghuni secara penuh, bukan pengaruh dari luar.  Azas Perumahan Berdasarkan Pendekatan Proses Azas Self Government Dalam Perumahan Kesimpulan bahwa nilai rumah merupakan manfaat rumah itu bagi penghuninya bukan standar fisiknya saja menimbulkan asas self government dalam perumahan. Hanya jika perumahan ditentukan oleh penghuni, Lembaga lokal dan perusahaan yang dapat mereka control dapatlah dipenuhi kebutuhan variasi dalam lingkungan perumahan sesuai dengan kebutuhan.

Supply bisa sepadan dengan demand dan oleh karenanya bisa memuaskan penghuni mau menginvestasikan sumber daya mereka yang relative melimpah dan bersifat renewable.

Asaz Teknologi Tepat Bagi Perumahan Kesimpulan bahwa ekonomi perumahan adalag cara pemanfaatan sumber daya local daan perorangan seefisien mungkin bukan produktifitas industry dengan sentralisasi control menimbulkan asas teknologi tepat bagi perumahan. Hanya jika alat mekanik dan manajerial yang tersedia dipergunakan oleh perorangan dan organisasi kecil dapatlah sumber daya local yang tersedia bisa digunakan secara efektif.

Asas Perencanaan Perumahan Melalui Pembatasan.

Kesimpulan bahwa orang memiliki wewenang penuh atas rumah sebagaimana investasi dan perawatan tergantung pada sumber daya yang mereka gunakan secara ekonomis, menimbulkan asas perencanaan perumahan melalui pembatasan. Dalam kaitan dengan ini diperlukan perencanaan yang memberikan kesempatan pada masyarakat untuk berbuat sesuai kebutuhan dan keinginan masing-masing dengan tidak melanggar peraturan/ batas yang ditentukan. Bukan perencanaan yang mengharuskan masyarakat melakukan pengembangan rumah berdasarkan petunjuk yang diberikan.

40 | PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

6. PEMBIAYAAN PERUMAHAN. Rumah berdasakan Sistem penyediaannya dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu perumahan formal dan perumahan swadaya. Perumahan formal adalah perumahan yang dibangun dan disiapkan oleh institusi atau Lembaga berbadan hukum melalui proses perijinan sesuai dengan peraturan perundangundangan. Perumahan formal dibangun oleh kontraktor atau developer dan banyak di terapkan di perkotaan. Perumahan formal lebih memperhatikan supply side approach, dimana nilai jual menjadi pertimbangan utama dibanding nilai guna.

Perumahan informal atau perumahan swadaya adalah perumahan yang disiapkan dan dibangunan sendiri oleh masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya yang mereka miliki. Rumah swadaya dibangun atas Prakarsa masyarakat secara individu maupun kolektif, biasanya dilakukan oleh masyarakat pedesaan yang guyub. Perumahan swadaya menekankan pada aspek demand driven development, dimana nilai guna menjadi pertimbangan utama dibandingkan nilai jual.

Cara memenuhi kebutuhan tempat tinggal seseorang berbeda-beda, ada yang memiliki dengan membeli secara tunai, membeli dengan kredit/KPR melaui bank atau Lembaga keuangan, membangun secara bertahap dan menyewa atau kontrak. Perbedaan cara perolehan rumah bergantung tingkat kemampuan finansial yang dimiliki. Pembiayaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah khususnya dinegara sedang berkembang sangat sulit dilakukan, mengingat kemampuan finansial masyarakat rendah dan kemampuan pemerintah juga terbatas.

Sumber pembiayaan perumahan di Indonesia dapat diperoleh melalui pemerintah, industri perusahaan , Bank atau asuransi, perorangan dan gabungan dari kemungkinan-kemungkinan diatas. Masyarakat dalam hubungan dengan pembiayaan perumahan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok masyarakat mampu yang dapat membiayai sendiri kebutuhan rumahnya, namun perlu diatur dan dibimbing, kelompok karyawan yang terbatas kemampuannya sehingga perlu bantuan pinjaman dari Lembaga keuangan dan kelompok masyarakat berpenghasilan rendah yang tidak mampu membangun rumah layak huni. Kelompok terakhir ini merupakan bagian terbesar dari masyarakat umumnya, untuk memecahkan permasalahan tersebut pemerintah perlu memberikan bimbingan, bantuan fasilitas dan bantuan Teknik dalam mengusahakan rumahnya.

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN | 41

Pembiayaan perumahan oleh pemerintah menurut sifat fan tingkatannya dibedakan menjadi : - Investasi langsung. Pemerintah menyediakan perumahan secara langsung melalui anggaran belanja negara. Perumahan yang disediakan berupa rumah dinas bagi pegawai negeri atau ABRI. Selain membaangun rumah pemerintah juga menyiapkan kavling tanah matang dan fasilitas pendukung lingkungan yang cukup besar.

- Subsidi dan jaminan-jaminan pemerintah. Dalam hal ini pemerintah memberikan Subsidi dan jaminan berupa kredit dengan syarat ringan kepada organisasi pembangun perumahan, koperasi dan Yayasan meupun perorangan yang tidak mencari untung (non profit). Pemerintah juga menyediakan bank perumahan yang secara khusus membantu bidang ini.

- Pembiayaaan secara tidak langsung, pembiayaan tidak langsung berupa pembiayaan untuk riset, Pendidikan, penerangan, penyuluhan yang bertujuan mengembangkan kegiatan pembangunan perumahan.

Kombinasi pembiayaan pemerintah dan masyarakat merupakan cara-cara yang perlu mendapat perhatian serta dipelajari kemungkinan yang bisa dilakukan.

Peran pemerintah harus lebih mendorong dan membina usaha bersama ini untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, khususnya bantuan Teknik dan pada batas tertentu dengan memberikan bantuan modal serta mengusahakan bahan-bahan yang tidak tersedia ditempat.

6a. Skema Pembiayaan pada Perumahan Formal  KPR (Kredit Pemilikan Rumah) Pembiayaan perumahan formal dilakukan dalam beberapa skema, yaitu pembiayaan oleh Bank melalui Kredit Pemilikan Rumah baik konvensional maupun Syariah. KPR adalah fasilitas yang diberikan oleh Lembaga perbankan kepada nasabah perorangan yang akan membeli atau merenovasi rumah. Bantuan KPR juga dapat dilakukan oleh perusahaan yang menyalurkan pembiayaan dari Lembaga sekunder untuk pembiayaan rumah (housing financing). Prinsip KPR adalah dengan membiayai atau membayar lebih dulu biaya pembelian atau pembangunan rumah yang kemuadian diangsur untuk pembayaran balik.

42 | PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

 KPR Bersubsidi KPR bersubsidi adalah kredit pembiayaan pemilikan rumah yang mendapat bantuan kemudahan perolehan rumah bagi pemerintah berupa dana murah jangka Panjang dan subsidi perolehan rumah yang diterbitkan oleh bank pelaksanna baik secara konvensional mapun prinsip Syariah. Jenis subsidi yang diberikan meliputi : - KPR SSB (Selisih Suku Bunga) adalah kredit pemilikan rumah yang diterbitkan oleh bank pelaksana secara konvensional yang mendapat pengurangan suku bunga melalui subsidi bunga kredit perumahan.

- KPR SSM (Subsidi Selisih Marjin) adalah pembiayaan pemilikan rumah yang diterbitkan oleh bank pelaksana dengan prinsip Syariah yang mendapat pengurangan marjin melalui subsidi bunga kredit perumahan.

- Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM) adalah subsidi pemerintah yang diberikan kepada masyarakat berpenghasilan rendah dalam rangka pemenuhan sebagian/seluruh uang muka perolehan rumah. adalah - Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) adalah dukungan fasiltas likuiditas pembiayaan perumahan kepada MBR yang pengelolaannya dilaksanakan oleh kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.  Tapera/Bapetarum – PNS Tabungan perumahan rakyat (Tapera) adalah penyimpanan yang dilakukan oleh peserta secara periodic dalam jangka waktu tertentu yang hanya dapat dimanfaatkan untuk pembiayaan perumahan dan/atau dikembalikan berikut hasil pemupukannya setelah kesertaan berakhir (PP no.25 tahun 2020). Tapera bertujuan menghimpun dan menyediakan dana murahjangka Panjang yang berkelanjutan untuk pembiayaan perumahan dalam rangka memenuhi kebutuhan rumah layak dan terjangkau bagi peserta.

Pengelolaan Tapera meliputi pengerahan dana Tapera yang dikumpulkan dari dana peserta, pemupukan dana Tapera yang dilakukan untuk meningkatkan nilai dana Tapera dan pemabfaatan dana Tapera yang dilakukan untuk pembiayaan perumahan bagi peserta.

6b. Skema Pembiayaan pada Perumahan Swadaya  Pembiayaan Melalui Koperasi/Lembaga Keuangan Non Bank Pembiayaan rumah swadaya melalui pinjaman koperasi atau Lembaga keuangan non bank menjadi salah satu cara masyarakat untuk mendapatkan PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN | 43

pembiayaan perumahan tanpa memikirkan bunga bank yang tinggi.

Contohnya adalah Koperasi Pegawai Negeri yang dikelola oleh induk koperasi pegawai negeri (IKPN). Koperasi ini menyediakan kredit pemugaran rumah bagi anggotanya dengan Bungan 15% pertahun dengan ketentuan bahwa angsuran perbulan tidak melebihi 25% gaji bulanan untuk jangka waktu 30 bulan. Beberapa koperasi menyediakan kredit pemilikan rumah dalam jangka waktu lima belas sampai dengan dua puluh tahun  Pembiayaan Swadaya Micro Perumahan (PSMP) Pembiayaan swadaya micro perumahan (PSMP) merupakan skema pembiayaan swadaya mikro perumahan hadir agar MBR dapat memiliki kesempatan untuk mendapat pinjaman perumahan dari Lembaga jasa keuangan dengan cara mengurangi tenor atau masa pinjaman maksimum hanya 5 tahun. Agar cicilan lebih terjangkau, maka nilai pinjaman dikurangi hingga maksimal Rp. 50 juta untuk sekali pinjaman.

Pemanfaatan pembiayaan mikro perumahan sangat fleksibel mulai dari pembelian kavling tanah, pembuatan sertifikat tanah, pemagaran, konstruksi bangunan, perbaikan rumah, perluasan rumah dan sebagainya sepanjang untuk kepentingan rumah. Intervensi pemerintah dalam skema pembiayaan mikro perumahan berupa pembinaan kepada Lembaga jasa keuangan untuk mengembangkan produk baru dan kepada pokja perumahan dan Kawasan permukiman (PKP) yang ada di provinsi, kabupaten/Kota.  Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) Bangunan stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) adalah bantuan pemerintah berupa stimulant bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk meningkatkan keswadayaan dalam pembangunan atau peningkatan kualitas rumah beserta prasarana, sarana, dan utilitas umum. BSPS memiliki 3 kategori yaitu Pembangunan Baru (PB), Peningkatan Kualitas (PK) dan Pembangunan Prasarana, Sarana, dan Utilitas (PSU).

- Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya selanjutnya disingkat PKRS adalah kegiatan memperbaiki rumah tidak layak huni menjadi layak huni yang diselenggarakan atas Prakarsa dan upaya masyarakat baik secara perseorangan atau berkelompok.

- Pembangunan Baru Rumah Swadaya yang selanjutnya disingkat PBRS adalah kegiatan pembangunan rumah baru yang layak huni yang diselenggarakan atas Prakarsa dan upaya masyarakat baik secara perse44 | PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

orangan atau berkelompok.

- Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum yang selanjutnya disingkat PSU adalah kelengkapan dasar fisik, fasilitas dan Kelengkapan penunjang yang dibutuhkan agar perumahan dapat berfungsi secara sehat, aman, dan nyaman.  Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT) Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT) adalah program bantuan pemerintah yang diberikan kepada masyarakat berpenghasilan rendah yang telah mempunyai tabungan dalam rangka pemenuhan Sebagian uang muka perolehan Rumah atau sebagian uang muka perolehan Rumah atau sebagian dana untuk pembangunan Rumah swadaya melalui kredit atau pembiayaan bank pelaksana. Dana BP2BT adalah bantuan pemerintah yang diberikan satu kali untuk pembayaran uang muka atas pembelian Rumah atau sebagian biaya atas pembangunan Rumah swadaya melalui BP2BT yang disalurkan kepada MBR yang memenuhi persyaratan.

Gambar 17. Skema Pembiayaan Perumahan Formal.

Sumber: Asnawi Manaf, 2019

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN | 45

Gambar 18. Model Pembiayaan Perumahan untuk MBR. Sumber : Asnawi Manaf, 2019

-

Pabrik bahan bangunan.

Pabrik alat-alat pembangunan Pabrik perabot rumah tangga.

Pabrik alat-alat dapur.

Pelaksanaan Prefabrikasi dapat dilakukan dengan baik bila ketersediaan tenaga ahli atau pekerja-pekerja yang faham mengenai konstruksi dan cara pelaksanaan. Prefabrikasi juga dapat menghemat kebutuhan tenaga kerja berpendidikan tinggi karena cukup menggunakan tenaga menengah yang terampil. Tetapi dalam prefabrikasi harus dipikirkan bahwa sistim ini baru menguntungkan bila jumlah pembagunan dilakukan dalam skala besar.

7. PERENCANAAN LINGKUNGAN (NEIGHTBOURHOOD PLANNING) Perencanaan lingkungan perumahan dapat dilakukan melalui 2 (dua) cara yaitu perbaikan perumahan yang ada dan pembangunan perumahan baru.

Perbaikan perumahan atau disebut dengan Improvement Programe (KIP) adalah upaya untuk meningkatkan kondisi lingkungan perumahan menjadi lebih baik dari kondisi awal. Pembangunan perumahan baru (renewal) dilakukan dengan cara membangun perumahan baru mulai dari penyiapan lahan, proses pemba46 | PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

ngunan sampai dengan penghunian. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pembangunan perumahan baru adalah : - Tersedianya tanah yang murah/baik, dalam hal ini diperlukan sekali kesadaran pemilik tanah dan juga usaha pemerintah dalam menguasai tanah untuk menghindari spekulasi tanah misalnya dengan perundang-undangan.

- Rancangan kota dan perencanaan. Perencanaan kota harus merupakan tujuan akhir hingga perkembangna kota dapat diatur. Perencanaan kota disusun dalam masterplan atau rencana induk pengembangan.

- Rencana rumah, perencanaan rumah minimal dengan 2 kamar tidur, atau rumah tumbuh dan jika harga tanah terlalu tinggi dapat diusahakan perumahan bertingkat atau prefab housing untuk mengurangi biaya pembangunan.

Gambar 19. Perencanaan Perumahan Baru Sumber: laporanku121.blogspot.com

Sedangkan improvement program dilakukan dengan cara : - Perbaikan/pembuatan baru fasilitas-fasilitas lingkungan seperti pelebaran jalan/ledeng/riolering/listrik.

- Perbaikan kontruksi rumah dengan pemberian lubang-lubang ventilasi/ jendela-jendela penerangan perbaikan kelembapan/asap dapur/vector control (pembersih sudut-sudut rumah).

- Perbaikan kehidupan sosial lingkungan dengan penyediaan tempat berkumpul, lapangan olah raga/sekolah/pasar.

- Mengurangi kepadatan perkampungan dengan membongkar yang rusak / berbahaya.

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN | 47

7a. Persyaratan Umum Dalam penentuan lokasi suatu permukiman, perlu adanya kriteria atau persyaratan untuk menjadikan suatu lokasi sebagai lokasi permukiman. Kriteria tersebut antara lain :  Tersedianya lahan yang cukup bagi pembangunan lingkungan dan dilengkapi dengan prasarana lingkungan, utilitas umum dan fasilitas sosial.  Bebas dari pencemaran air, pencemaran udara dan kebisingan, baik yang berasal dari sumber daya buatan atau dari sumber daya alam (gas beracun, sumber air beracun, dsb).  Terjamin tercapainya tingkat kualitas lingkungan hidup yang sehat bagi pembinaan individu dan masyarakat penghuni.  Kondisi tanahnya bebas banjir dan memiliki kemiringan tanah 0-15%, sehingga dapat dibuat sistem saluran air hujan (drainase) yang baik serta memiliki daya dukung yang memungkinkan untuk dibangun perumahan.  Adanya kepastian hulum bagi masyarakat penghuni terhadap tanah dan bangunan diatasnya yang sesuai dengan dengan peraturan perunfangundangan yang berlaku, yaitu : - Lokasinya harus strategis dan tidak terganggu oleh kegiatan lainnya.

- Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan, seperti pelayanan Kesehatan, perdagangan, dan pendidikan.

- Mempunyai fasilitas drainase, yang dapat mengalirkan air hujan dengan cepat dan tidak sampai menimbulkan genangan air.

- Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan distribusi yang siap untuk disalurkan ke masing-masing rumah.

- Dilengkapi dengan fasilitas pembuangan air kotor, yang dapat dibuat dengan sistem individual yaitu tanki septik dan lapangan rembesan, ataupun tanki septik komunal.

- Permukiman harus dilayani oleh fasilitas pembungan sampah secara teratur agar lingkungan permukiman tetap nyaman.

- Dilengkapi dengan fasilitas umum, seperti taman bermain untuk anak, lapangan atau taman, tempat beribadah, Pendidikan dan Kesehatan sesuai dengan skala besarnya permukiman tersebut.

- Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon.

48 | PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

7b. Faktor Perencanaan Lingkungan  Kesehatan Lingkungan Kesehatan lingkungan perumahan diukur berdasarkan tingkat kepadatan rumah, yaitu perbadingan antara ruang hunian per Ha dengan tinggi. Istilah yang perlu dipahami terkait Kesehatan lingkungan adalah : - Congestion – kepadatan rumah, rapat tidaknya pembangunan rumah (ratio ruang per ha tinggi).

- Over crowding – hidup berjejal-jejal (ratio orang per ruang tinggi).

- Structural decay – bahan-bahan bangunan organis yang mudah diserang serangga.

- Sanitation – Kesehatan rumah dalam hal ini barang-barang buangan seperti tinja, sampah dan lain-lain.

Berkaitan dengan Kesehatan lingkungan, WHO menetapkan 2 prinsip Kesehatan perumahan di daerah tropis yaitu : - Tiap keluarga harus mempunyai KM/WC sendiri, juga saluran air minum sendiri.

- Dalam hal pembunagan kotoran manusia (tinja) harus dijaga syarat-syarat keamanannya saluran tertutup (riool) / septic tank.  Fasilitas Lingkungan Suatu lingkungan perumahan yang sehat dan segar harus dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas : - Air Minum, listrik, drainage (air kotor/air hujan), sampah.

- Udara bersih, tak berbau/beracun (karena asap industri).

- Penjagaan keamanan, pemadam kebakaran, dan penyapu jalan.

- Fasilitas sosial seperti pasar, industri, perdagangan, kebudayaan, pendidikan, kesehatan, ibadah, rekreasi.

- Fasilitas jalan/transport.

- Fasilitas penghijauan seperti taman-taman/tempat bermain.  Keadaan Tanah Keadaan tanah yang harus di tolak.

- Banjir kronis.

- Kabut tebal.

- Tanah yang tidak stabil.

- Asap dan bau-bau industri.

- Gangguan bunyi.

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN | 49

Keadaan tanah yang harus diperhatikan : - Topography (keadaan tanah), tanah miring menambah biaya.

- Keadaan tanah yang jelek memerlukan biaya pondasi yang lebih besar.

- Kalau ada rencana jalan berat/padat harus dihindarkan jalan yang lebih ringan perlu direncanakan.

- Fasilitas jalan keliling meringankan biaya pembuatan jalan.

- Jika diperlukan jalan keliling (perimeter road), bentuk tanah bujur sangkar lebih ekonomis dari pada segi panjang.

- Pohon-pohon yang sudah ada sangat bernilai sesuaikan rencana dengan mengikutsertakan pohon-pohon yang sudah ada.

50 | PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

INDUSTRIALISASI PERUMAHAN

Gambar 20. Industrialisasi pembangunan Sumber : (staticflickr.com)

1. LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi membangun merupakan proses yang bersinambungan secara lambat maupun cepat. Metode membangun juga merupakan peleburan dari cara pengendalian sumber-sumber aktifitas membangun.

Umumnya keberhasilan industrialisasi perumahan dinegara maju sangat menarik pemerintah di negara sedang berkembang, sehingga pemerintah berupaya menerapkan industrialisasi perumahan di negaranya untuk mengatasi masalah kebutuhan perumahan yang ada. Keberhasilan industri perumahan di negara maju memberikan harapan besar bagi negara berkembang hal ini tercermin dari beberapa keistimewaan industrialisasi, yaitu : - Kecepatan konstruksi.

Dengan industrialisasi waktu konstruksi pembangunan rumah dapat dikurangi 40- 50%, sedangkan untuk pembangunan rumah susun dapat dikurangi 2540%. Penghematan waktu konstruksi memungkinkan untuk mengembalikaan modal lebih cepat. Pada kasus perumahan yang dibiayai oleh pemerintah penghematan waktu berarti penghematan biaya.

- Pengurangan biaya Penghematan bahan bangunan dan ketrampilan pekerja yang melakukan pekerjaan secara berulang dapat mengurangi biaya pembangunan sebesar 1025% dalam jangka Panjang. Investasi besar yang dibutuhkan merupakan investasi modal yang bila diangsur dalam jangka Panjang, maka biaya konstruksi menjadi lebih murah.

INDUSTRIALISASI PERUMAHAN | 51

- Pengawasan Kualitas Mesin dengan tingkat ketepatan kerja tinggi bekerja secara otomatis dan teratur dapat menghasilkan produksi dengan kualitas sama dan terstandar sangat menentukan kekuatan struktur bangunan dan akhirnya mengurangi biaya perawatan dimasa yang akan datang.

- Efisiensi Organisasi Industrialisasi menuntut efisiensi organisasi karena proses produksi dilakukan dipabrik dengan produktifitas tinggi serta resiko kecelakaan (kesalahan) rendah. Disamping itu proses pembangunan tidak terhambat oleh cuaca (misalnya saat mencetak/cor lantai) Kenyataan menunjukkan keistimewaan industrialisasi yang diterapkan di negara maju tidak semuanya dapat dicapai oleh negara sedang berkembang. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi negara berkembang sehingga menimbulkan hambatan pelaksanaan industrialisasi. Beberapa hambatan yang ada diantaranya adalah terbatasnya dana dan langkanya investasi, kurangnya tenaga terampil serta melimpahnya tenaga kerja tidak terampil, sehingga kekurangan tenaga ahli disemua bidang dan tingkatan. Kondisi ini menyebabkan penerapan industrialisasi dinegara sedang berkembang banyak menimbulkan masalah.

Masalah industrialisasi dinegara sedang berkembang yang pertama adalah masalah Biaya. Biaya pembangunan perumahan terdiri dari biaya tanah, pematangan tanah, biaya konstruksi serta biaya overhead pemborong dan keuntungan. Akibat industrialisasi, yang mengalami banyak perubahan adalah biaya konstruksi yang meliputi biaya pekerja dan material. Masalah kedua adalah Penghematan tenaga kerja yang mencapai 75% sangat tidak menguntungkan bagi negara berkembang, mengingat jumlah tenaga terampil yang dimiliki sedikit sedangkan jumlah tenaga kerja melimpah. Kondisi ini semakin memperbesar jumlah pengangguran. Kebutuhan tenaga manajerial yang tangguh, tenaga pengawasan dipenuhi dengan cara impor tenaga ahli yang memerlukan biaya besar. Masalah ketiga adalah kelemahan pekerjaan masal dengan menggunakan mesin bila terjadi kesalahan dengan cepat terulang dan dalam jumlah besar, yang umumnya diketahui agak terlambat. Hal ini dapat disimpulkan bahwa keterbatasan pengalaman industrialisasi dinegara sedang berkembang yang belum memiliki sejarah dalam sistim ekonomi dan sosial yang mendukung industrialisasi maka banyak efek samping yang justru merugikan bila industrialisasi dilaksanakan secara penuh.

52 | INDUSTRIALISASI PERUMAHAN

2. PENGERTIAN DAN ISTILAH DALAM INDUSTRIALISASI Berikut pengertian dan beberapa istilah yang umum dipakai dalam industrialisasi. Pengertian dan istilah ini dikutip dari definisi yang dibuat oleh Ian Donald Terner dan JFC. Turner.

- Sistemisasi Proses perancangan yang diberikan untuk suatu rakitan komponen konstruksi yang distandarisasi dipergunakan untuk membentuk unit tempat tinggal dengan cara bagian konstruksi yang sengaja dirasionalisasi dan diatur, biasanya untuk kepentingan ekonomi, kecepatan dan pengawasan kualitas.

- Industrialisasi Proses yang seringkali menunjuk pada produksi masal, dibuat dalam jumlah besar dengan seperangkat proses baru yang biasanya meliputi standarisasi produk akhir, spesialisasi pekerja, konsentrasi produksi, pembelian dan pemasaran serta mekanisasi atau otomatisasi proses produksi.

- Standarisasi Proses dimana Sebagian produk dibuat dengan cara sedemikian hingga cukup sama, dapat dipertukarkan dan setara dan simpangan yang ditentukandalam nilai ukuran, bentuk,berat, kualitas, kekuatan daan sebagainya.

- Spesialisasi pekerja Perubahan keahlian kerja kedalam operasi komponen dan distribusinya diatur pada jumlah pekerja sehingga menghasilkan efisiensi dan ketrampilan dalam sub keahlian yang lebih sederhana.

- Konsentrasi Pengumpulan aspek pembuatan, pembelian dan pemasaran kedalam lokasi yang disatukan agar memberi pengaruh besar pada pengawasan produksi, ekonomis dalam skala dan penggabungannya serta potensi pasar lebih efisien dan terkonsolidasi.

- Mekanisasi Penggantian pekerja dengan menggunakan mesin baik fisik maupun mental.

Pengertian mekanisasi dibedakan; a) Mekanisasi di pabrik; b) Mekanisasi aktivitas di dalam site bangunan. Sampai saat ini tingkat mekanisasi tertinggi yang telah dilakukan terdapat dalam perdagangan bahan mentah untuk sektor bangunan tradisional/ konvensional.

- Komponentisasi Pemisahan proses konstruksi kedalam struktur yang relatife terpisah atau INDUSTRIALISASI PERUMAHAN | 53

-

-

-

-

otonom atau sub sistem yang fungsional. Jika sub sistem atau sekelompok komponen dihubungkan dalam sistem perumahan, masing-masing komponen dapat dimodifikasi tanpa perubahan atau perubahannya sudah diperhitungkan mengikuti sistem keseluruhan.

Prefabrikasi Umumnya produksi ini dikerjakan dipabrik atau tempa kerja yang jauh dari tempat bangunan. Pengertian prefabrikasi sebenarnya amat sempit, yaitu hanya menyangkut bagian-bagian bangunan yang dibuat/diproduksi didalam pabrik. Hal ini sebenarnya terdapat masalah "tingkat" prefabrikasi, menurut ukuran bagian yang disiapkan terlebih dahulu. Prefabrikasi tidak sama dengan industrilisasi, walaupun sering diindentikan.

Koordinasi modul Pelaksanaan khusus dari standarisasi dalam industri konstruksi sedemikian hingga bahan bangunan dan komponen bangunan dirancang dapat dipertukarkan dengan memiliki dimensi kunci yang sesuai dengan kelipatan penuh dari ukuran yang disepakati. Umumnya modul yang dianjurkan 10 cm atau 4".

Sistim tertutup Sistem bangunan industri yang kedalam coocok, tapi tidak dapat digabungkan dengan sistem yang sama secara fungsional dan tidak memungkinkan penggabungan campuran.

Sistim terbuka Sistem bangunan industri yang dibuat dari komponen yang dapat dipertukarkan dengan sistem lain melalui koordinasi modul dan melalui Teknik penyambungan yang cocok dan terstandarisasi.

3. TINGKAT INDUSTRIALISASI PERUMAHAN Tingkat industrialisasi perumahan dapat dilihat dari 2 aspek yaitu aspek proses pembuatan rumah atau komponen rumah dan aspek produk rumah atau komponen rumah. Perkembangan Teknologi membangun berdasarkan proses dan hasil produksinya dapat dibedakan menjadi tiga periode, yaitu :  periode pra industri atau non industri, disebut juga teknologi tradisional yang lebih mengandalkaan keahlian tangan;  periode transisi/rasionalisasi atau industrialisasi sebagian dengan teknologi menengah (intermediate technologi) dan 54 | INDUSTRIALISASI PERUMAHAN

 periode modern atau periode industrial, disebut juga industrialisai penuh produksi masal (fully industrialized mass production) yang menggunakaan teknologi tinggi.

3a. Periode Pra Industri (Teknologi Tradisional /keahlian tangan) Periode pra industri disebut juga periode teknologi tradisional/konvensional. Pengertian teknologi tradisional bersifat relatif, tergantung keadaan dan tingkat kemajuan teknologi membangunan yang berlaku di negara yang bersangkutan. Suatu teknologi mungkin menjadi hal yang bagi suatu negara, tetapi telah dilaksanakan lama di negara lain. Maka pengertian tradisional perlu diperjelas dengan istilah indigenous. Istilah indigenous mengandung pengertian pembawaan asal atau turun temurun. Dalam dunia arsitektur dikenal dengan arsitektur "vernakular" atau folk popular dan folk tradition (Rapoport). Hal ini membedakan dengan bangunan primitive yang oleh ahli anthropologi disebut sebagai primitive menyangkut peradaban masyarakat. Istilah primitif tidak menyangkut maksud atau tujuan tetapi lebih kepada peradaban atau budaya masyarakatnya.

Cara membangun indigenous umumnya mengandalkan keahlian tangan dengan pengalaman turun-temurun dari generasi satu ke generasi berikutnya.

Dalam seni bangunan tradisional bahkan diturunkan ke tenaga-tenaga pembantu yang tidak memiliki keahlian bangunan. Produk dari cara membangun ini memiliki ciri : - Bangunan yang sekali jadi, - Direncanakan dan dibangun untuk kebutuhan dan tempat yang spesifik.

- Umumnya terdapat suatu model tradisional yang diketahui dan dimaklumi bersama.

- Organisasi pembangunan biasanya diatur oleh pemilik bangunan yang sekaligus berperan sebagai perencana. Tukang berpengalaman dengan beberapa pembantunya berperan sebagai pelaksana.

- Antara pemilik dan pelaksana memiliki aturan-aturan tidak tertulis yang disepakati dan dijalankan bersama.

- Organisasi kerja dan hal yang bersangkutan diketahui benar oleh seluruh pihak yang terlibat. Tenaga-tenaga kerja yang berpengalaman selain mengenali isi dan aturan kerjanya, tetapi juga paham benar akan hubungan kegiatan yang satu dengan kegiatan lain.

INDUSTRIALISASI PERUMAHAN | 55

Membangun cara tradisional umumnya mulai proses pembuatan komponen bangunan, pemasangan atau perakitan komponen tersebut dilakukan langsung dilapangan atau on site dan ditempat bangunan atau in site. Seiring perkembangan proses pembuatan komponen bangunan yang dikerjakan dilapangan menjadi berkurang dengan semakin banyaknya produk komponen bangunan yang dibuat secara industri (prefabricated), khususnya komponen bangunan yang bersifat tinggal menggabungkan seperti pintu, jendela dan perlengkapan lainnya.

Gambar 21. Pembangunan Rumah Cara Tradisional Sumber: seratusdesainrumah.blogspot.com

Metode konvensional disebut juga post-tradisional, merupakan perkembangan Teknik membangun yang lebih maju dari metode indigenous. Cara ini masih melibatkan keahlian-keahlian lama yang dikembangkan dengan teknikteknik yang baru karena munculnya bahan bangunan baru khususnya semen.

Teknologi Post-Tradisional mempunyai ciri : - Skala bangunan lebih besar sehingga skala pekerjaan yang dilaksanakan makin besar, akibatnya mulai difikirkan perencanaan dan organisasi pekerja yang lebih baik.

- Mulai membutuhkan tenaga terlatih dengan Pendidikan bangunan khusus.

- Pengendalian tenaga kerja bervariasi, biasanya dengan kelompok-kelompok kerja yang dikoordinir oleh tukang kepala didalam wadah usaha kecil maupun besar.

- Masih menggunakan peralatan-peralatan yang biasa dipakai oleh tukang tradisional, yang dikombinasikan dengan penggunaan peralatan mekanis ringan seperti mesin pengaduk beton, mesin slep lantai.

56 | INDUSTRIALISASI PERUMAHAN

- Bahan bangunan yang tersedia dipasaran sudah distandarkan ukurannya, seperti keramik, pintu, jendela, plat kalsiboard dan sebagainya.

- Dibandungkan dengan metode indigenous penggunaan tenaga kerja manusia mulai berkurang meskipun masih bergantung pada tenaga buruh bangunan.

Hal ini terjadi karena sudah mulai bergantung pada penggunaan peralatan mekanis. Kebutuhan tenaga kerja sebatas pada cara mengoperasikan peralatn mekasis tersebut.

- Walaupun cara membangun metode konvensional ini sebagian besar menyangkut organisasi penyediaan bahan dan pemasangan bahan, namun secara sistematik untuk menghasilkan bangunan tertentu belum banyak melibatkan peran disain bangunan (arsitek) pada proses tersebut.

Proses membangun dengan cara konvensional memberikan keuntungan diantaranya disain bervariasi, merupakan sarana pendidikan non formal bagi tukang, melalui pengalaman kerja yang dilakukan fokus pada satu jenis pekerjaan, padat karya dan menumbuhkan usaha-usaha kecil komponen bangunan.Selain keuntungan metode konvensional juga memberikan kerugian yaitu efektifitas penggunaan waktu pelaksanaan khususnya bila koordinasi bahan bangunan tidak tepat, memerlukan pengawasan yang lebih karena pembagian pekerjaan yang bervariasi dan membutuhkan tenaga ahli yang berpengalaman.

3b. Periode Transisi/Rasionalisasi (Teknologi Menengah/Industrialisasi Sebagian) Industrialisasi adalah suatu proses yang memiliki variable bebas terdiri dari standarisasi, spesialisasi pekerja, konsentrasi dan mekanisasi. Industrialisasi adalah proses industri yang menggunakan hanya sebagian aspek industrialisasi sedang aspek lainnya tidak digunakan.

Periode Industrialisasi sebagian atau periode rasionalisasi digolongkan sebagai salah satu generasi pertama industrialisasi bangunan, meskipun banyak yang menganggap rasionalisasi sebagai bentuk lebih lanjut dari metode konvensional/tradisional. Rational trandisional merupakan bentuk pertahanan (menolak) terhadap teknologi baru elemen bangunan, karena kekhawatiran pengurangan tenaga kerja yang menimbulkan pengangguran. Periode ini merupakan jenis industrialisasi bangunan generasi pertama yang berkembang antara tahun 1945-1956 di Perancis dan Skandinavia serta pembangunan secara besar-besaran setelah Perang Dunia II di Eropa.

Rasionalisasi memiliki dua langkah yang berbeda dibandingkan periode tradisional, yaitu : INDUSTRIALISASI PERUMAHAN | 57

 Perbaikan Organisatoris yaitu usaha perbaikan yang berkaitan dengan pengembangan, perbaikan maupun penyesuaian yang meliputi struktur, teknologi, metode kerja dan sistem manajemen. Perbaikan organisasi merupakan strategi untuk memenuhi tujuan organisasi. Pengembangan organisasi merupakan proses terencana untuk mengembangkan kemampuan organisasi dalam kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berubah untuk mencapai kinerja yang optimal yang dilaksanakan oleh seluruh anggota organisasi. Pendekatan organisasi merupakan tindakan yang sistematik, terpadu dan terencana untuk meningkatkan efektifitas organisasi. Untuk menuju rasionalisasi, metode konvensional memberikan perhatian penuh terhadap tiga kemungkinan perbaikan yaitu Peningkatan mekanisasi didalam site; Menggunakan hasil prefabrikasi bagian-bagian bangunan yang kecil, tetapi menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar (labour intensive) dan melakukan perbaikan organisasi, seperti : - Perbaikan ukuran bahan bangunan dengan standar yang ergonomis untuk meningkatkan aktifitas membangun. Misalnya Teknik pemasangan bata, yaitu dengan menyamakan ukuran bata baik dimensi maaupun berat. Bata dengan berat rata-rata 3 kg masih dapat diangkat dan dipasang dengan mudah oleh satu orang.

- Pemanfaatan efek pengulangan (repetitiveness) dalam aktivitas yang berulang. Bila seseorang mengulangi aktivitas yang sama , waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan akan lebih sedikit. Urutan kerja yang praktis dan teratur, hal ini bukan berarti bahwa untuk mencapai efek itu diadakan pengulangan bangunan yang persis sama, melainkan tipe yang serupa dengan detail-detail aristektur yang sama. Peranan arsitek, disain ekonomis dengan memungkinkan detailing yang berulang pada tipe rumah yang serupa (tidak perlu persis sama). 100 sampai 150 rumah dengan pintu, jendela yang sama, 1000 rumah yang sama block elemennya; - Pengendalian proses pembangunan dengan penggunaan Teknik-teknik tertentu, seperti Network Planning, critical path; Line of balance, precedence method, dan; Layout site yang efisien; - Mengatasi "kehilangan waktu" secara efisien. Dalam sector bangunan banyak kehilangan man-hour terutama akibat iklim (misalnya hujan) dan kehilangan-kehilangan lainnya akibat a, b, c, di atas. Semua perbaikan 58 | INDUSTRIALISASI PERUMAHAN

bersifat organisasi ini sering di sebut link stack building method atau RATRAD.  Mekanisasi (equipment oriented).

Mekanisasi bertujuan meningkatkan produktifitas. Dicapai melalui pemanfatan peralatan-peralatan yang amat canggih di dalam site, dengan sedikit tenaga kerja. Teknik ini di Eropa berkembang antara tahun 1960-1970 dengan ide bahwa Sebagian besar kegiatan membangun masih terikat pada tempat, maka rasionalisasi diadakan di lokasi. Ada empat sistem yang ditandai oleh perubahan dari urutan pelaksanaan bangunan yang umum, yaitu bagian bangunan kasar dari bawah ke atas, lalu menyelesaikan bagian halus dari tingkat paling atas ke bawah.

Prosedur Parte Des Lilas (Pelaksanaan pertama kali dikerjakan di daerah subur Paris). Cocok untuk membangunan hunian yang agak tinggi.

Rangka vertikal (biasanya baja) dibuat secara direbahkan dan didirikan disebelah rangka vertikal yang telah terpasang tegak. Pelat-pelat lantai prefab dalam bentuk kotak-kotak, berturut-turut diangkat ke atas dengan rangka itu sendiri. Penyelesaian selanjutnya secara tradisional. Metode dan jenis pelaksanaan konstruksi precast diantaranya adalah dirakit per elemen, sistem Lift Slab, sistem slip form, sistem jack blok dan sistem box - Sistem Lift slab atau Lift up dilakukan dengan cara seluruh pelat lantai dicetak satu-persatu dalam urutan tempatnya pada bangunan. Segmen kolom dimanfaatkan untuk mengangkat ke atas secara mekanis contohnya Gedung Johnstone Hall di Clemson University-South Carolina.

Gambar 22. Teknologi Lift Slab dan pecast Sumber : teknologi pembangunan rumah - Bing images

- Sistem Jack Block, biasanya untuk membangun kantor bertingkat banyak.

Lantai paling atas dibuat terlebih dahulu, lalu secara hidrolis lantai ini dibongkar" satu tingkat ke atas dan lantai berikutnya dibuat dibawahnya dan, INDUSTRIALISASI PERUMAHAN | 59

- Cast Building. Pada dasarnya merupakan sistem dimana struktur dinding slab dibuat dari beton dengan cara yang amat produktif.

Keempat sistem ini secara kuantitatif ternyata tidak menonjol sejauh menyangkut volume bangunan, tetapi hanya menunjukkan bahwa metode bangunan tradisional atau konvensional pada dasarnya bisa diubah.

Sumber : housingestate.id sumber : www.money.id Gambar 23. Pembangunan Rumah Dengan Teknologi Menengah (mekanisasi Sebagian)

Bagi negara-negara yang belum memiliki tradisi industrialisasi, sebaiknya penerapan industri dimulai dari aspek industri yang membutuhkan investasi rendah dengan resiko kecil. Tingkat resiko masing-masing aspek industri berhubungan dengan tingkat pembangunan suatu negara. Derajat resiko variabel industrialisasi dengan tingkat pembangunan dapat digambarkan dalam sebuah grafik. Diagram tersebut menunjukkan bahwa penggunaan empat variabel industri memiliki resiko paling tinggi berturut-turut mekanisasi, konsentrasi, spesialisasi pekerja dan standarisasi. Grafik tersebut menggambarkan masingmasing variabel memiliki derajat resiko lebih tinggi pada tingkat pembangunan rendah, demikian sebaliknya memiliki resiko lebih rendah pada tingkat pembangunan lebih tinggi.

60 | INDUSTRIALISASI PERUMAHAN

Derajat Resiko

4

3 2 1 Tingkat pembangunan Gambar 24. Grafik skema pembangunan Sumber : Catatan Kuliah S1

Keterangan : berturut-turut dari bawah keatas 1. Standarisasi 2. Spesialisasi pekerja 3. Konsentrasi 4. Mekanisasi Perancangan sistem.

Dinegara sedang berkembang perancangan sistem merupakan aspek industrialisasi yang penting. Perancangan sistem membutuhkan investasi modal relatif kecil tanpa perlengkapan mesin impor dan tidak memerlukan lembaga khusus pelayanan industri yang seringkali tidak tersedia di negara berkembang. Perancangan sistem menghasilkan standarisasi yang menimbulkan pekerjaan berulang terus menerus. Pengulangan pekerjaan yang sama mendorong timbulnya spesialisasi pekerja dan dapat meningkatkan kecepatan dan kualitas produksi.

Spesialisai pekerja Spesialisasi pekerja timbul akibat standarisasi. Spesialisasi pekerja akan mendorong peningkatan kecepatan dan kualitas produksi. Spesialisasi pekerja dibedakan menjadi dua kutub yang saling berlawanan, yaitu kerja yang bersifat professional dan kerja kooperatif. Kerja professional adalah sub keahlian yang diperoleh dari pengalaman kerja yang lama membutuhkan INDUSTRIALISASI PERUMAHAN | 61

kreatifitas dan kecakapan. Pekerjaan operatif merupakan pekerjaan otomat, sederhana dan tidak membutuhkan pengalaman, misalnya pekerjaan memasang sekrup dalam satu unit tertentu. Standarisasi dan spesialisasi pekerja dapat diterapkan dalam proses industrialisasi sebagian di negara sedang berkembang.

Konsentrasi dan mekanisasi.

Penerapan konsentrasi dan mekanisasi memerlukan dukungan kelembagaan dan masyarakat industri. Proses ini juga memerlukan investasi besar dan memiliki resiko tinggi. Investasi besar yang dibutuhkan pada konsentrasi produksi disebabkan oleh kebutuhan biaya transportasi bahan mentah ke pabrik (tempat produksi) dan penyebaran hasil produksi ke pasar. Sedangkan mekanisasi kebutuhan investasi besar digunakan untuk biaya peralatan dan mesin yang masih diimpor dari negara maju.

3c. Periode Modern (Industrialisasi Penuh Produksi Masal) Membangun secara industrialisasi muncul karena sistem tradisional/ konvensional tidak lagi mampu memenuhi tuntutan kebutuhan akan bangunan, terutama dalam sektor perumahan. Industrialisasi itu sendiri pada hakekatnya adalah suatu proses organisasi ekonomis, yang menyangkut dua hal, yaitu pertama; software: sosial, ekonomi, politik. Kedua , hardware: Teknik, material.

Industrialisasi penuh menerapkan seluruh aspek industri, sehingga dibutuhkan biaya investasi yang sangat besar. Industrialisasi mengandung pengertian suatu produksi yang terus menerus/kontinyu, melibatkan proses disain yang berlaku umum, hasil produksi yang berlaku umum pula; upaya pengendalian organisasi proses pembangunan menghilangkan batas antara disain dan produksi; Penerapan metode dan Teknik produksi berarti memperbesar mekanisasi dan memperbesar prefabrikasi.

Industrialized building system dikembangkan secara besar-besaran di Eropa setelah perang dunia II. Metode ini dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat yang hancur akibat perang dunia. Merupakan bentuk Industrialisasi yang sebenarnya, dimana semua proses membangun dilaksanakan secara industri mulai tahap perencanaan sampai dengan tahap pelaksanaan. Building system adalah seperangkat bagian bangunan yang dirakit dengan berbagai cara untuk menghasilkan berbagai konfigurasi bangunan yang berlainan. Jadi industrialized building sistem adalah sistem bangunan yang 62 | INDUSTRIALISASI PERUMAHAN

diproduksi dari konfigurasi seperangkat bagian-bagian bangunan.

Metode yang digunakan dalam industrialized building system adalah bangunan elemen yaitu suatu bentuk bangunan berdasarkan room sized.

Motivasi dan tujuan pembangunan dengan metode ini adalah meningkatkan produktifitas secara cepat melalui mekanisasi yang membutuhkan sedikit tenaga ahli,mengurangi biaya pembangunan sehingga harganya terjangkau dan meningkatkan kualitas rumah.

Industrialized building system saat ini dikembangkan dibanyak negara untuk menyelesaikan masalah perumahan dalam jumlah besar. Penelitian terkait sistem industrialisasi bangunan juga dilakukan khususnya dalam menciptakan tenaga kerja yang kompeten bidang industrialisasi bangunan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh pemerintah Malaysia, yang menyatakan : “Construction companies can reduce the number of workers by up to 50% and also save 14% in labour costs through using IBS in their projects.” – Ir Noraini Bahri, General Manager of the IBS & Mechanisation Division, CIDB

Gambar 25. Rumah Pabrikasi yang diproduksi CIBD Sumber: CIBD Malaysia, HEIGHS Vol.3/2016

INDUSTRIALISASI PERUMAHAN | 63

Gambar 26. Produksi Komponen Bangunan The components are produced at the IBS factory, where they undergo standardised manufacturing processes to ensure that stringent quality levels are met.

Sumber : CIBD Malaysia, HEIGHS Vol.3/2016

Gambar 27 . Perakitan Komponen Bangunan On Site Sumber : CIBD Malaysia, HEIGHS Vol.3/2016

4. TEKNOLOGI PERUMAHAN DI INDONESIA 4a. Kemungkinan Industrialisasi di Indonesia Penyelesaian masalah perumahan di Indonesia hamper sama dengan masalah perumahan yang terjadi di negara berkembang lainnya yaitu pertambahan penduduk yang cepat dan terbatasnya dana, kelangkaan tanah dan faktorfaktor lain yang mendukung tumbuhnya industri perumahan. Langkanya faktor pendukung industri perumahan di Indonesia yang pertama adalah masyarakat tidak memiliki sejarah industrialisasi, sehingga kelembagaan yang menunjang maupun ketersediaan tenaga ahli masih langka. Kedua kemampuan pemerintah dalam menyediakan dana terbatas, sedangkan investasi swasta yang diharapkan terhambat, karena investasi bidang perumahan khususnya bagi masyarakat 64 | INDUSTRIALISASI PERUMAHAN

berpenghasilan rendah tidak menguntungkan. Ketiga berlimpahnya tenaga kerja tidak terampil, hal ini mendorong pemerintah untuk melaksanakan pembangunan padat karya. Kondisi tersebut diatas menuntut pemerintah untuk melaksanakan teknis industrialisasi tersendiri yang tidak menimbulkan masalah.  RISHA - Rumah Instan Sederhana Sehat Pertumbuhan penyediaan rumah baru yang mencapai 800.000 unit per tahun tidak sebanding dengan daya beli masyarakat yang rendah. Sebanyak 70% masyarakat termasuk masyarakat berpenghasilan rendah cukup berat untuk mendapatkan rumah layak huni maupun sewa. Teknologi RISHA merupakan jawaban atas permasalahan tersebut. RISHA adalah sebuah penemuan teknologi konstruksi yang dikembangkan oleh balitbang permukiman dinas pekerjaan umum. Pengembangan Teknologi RISHA oleh Balitbang Permukiman Dinas Pekerjaan Umum juga merupakan jawaban atas kekhawatiran akan kerusakan lingkungan akibat konsumsi bahan bangunan yang bersumber dari sumber daya alam sangat tinggi untuk memenuhi pembangunan perumahan beserta infrastrukturnya. Hal ini tidak sepadan dengan kemampuan sumber daya alam untuk memulihkan kembali kondisinya yang berarti bila target penyediaan terpenuhi maka akan berdampak pada kerusakan lingkungan yang akhirnya berdampak pada kestabilan lingkungan.

RISHA menggunakan teknologi konstruksi yang bersifat knockdown.

Penemuan teknologi kontruksi knock down oleh Balitbang PU membantu proses pembangunan dalam waktu cepat sehingga disebut sebagai teknologi instan. Struktur utama RISHA menggunakan bahan beton bertulang. Inovasi teknologi RISHA didasari oleh kebutuhan percepatan penyediaan perumahan dengan harga terjangkau dengan tetap mempertahankan kualitas bangunan sesuai standar SNI.

INDUSTRIALISASI PERUMAHAN | 65

Gambar28 . Konstruksi RISHA Sumber : pu.go.id

Teknologi RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat) mengacu pada ukuran modular. Setiap komponen didesain berulang dan diperhitungkan untuk dapat digunakan pada komponen-komponen yang beragam, seperti komponen dapat digunakan untuk pondasi, sloof, kolom, balok, kuda-kuda termasuk dinding. Beberapa penerapan dilapangan komponen-komponen RISHA juga digunakan untuk pembangunan infrastruktur, seperti tower menara air, kanstin jalan, drainase jalan, pedestrian, kebutuhan lansekap bangku, meja, prasasti, dsb, bahkan landasan helikopter.

Gambar 29. Desain RISHA Sumber : pulausumbawanews.net

Prinsip Kerja RISHA ini dibangun pada dua tempat; yaitu industri komponen dan installing di site. Kedua proses tersebut dapat dilakukan secara parallel, yaitu pada saat lokasi disiapkan pematangan lahan dan pembangunan infrastruktur maka di workshop dibuat komponen-komponennya. Ketika komponen siap dan lokasi telah matang, maka komponen dirakit di site. Produk ini telah 66 | INDUSTRIALISASI PERUMAHAN

digunakan secara massal untuk pembangunan kembali permukiman pasca bencana Tsunami di Nangro Aceh Darussalam dan Nias.

RISHA telah diterapkan dan direplikasikan oleh stakeholder antara lain beberapa UKM. Respon dari pengguna produk ini cukup tinggi, dan saat ini lebih banyak diminati untuk kebutuhan pembangunan vila-vila, banyak yang tertarik untuk memiliki bangunan ini karena keunikan, sedangkan untuk kelompok masyarakat berpenghasilan rendah yang menjadi kendala adalah belum adanya sistem pembiayaan yang mampu memfasilitasi kemampuan mereka, peminatan akan teknologi tersebut cukup tinggi.

Keunggulan Waktu pembangunan instalasi lebih cepat dibandingkan dengan teknologi konvensional, hanya sepuluh kali lebih cepat dari pembangunan rumah biasa. Jumlah tenaga kerja untuk merakit teknologi ini cukup 3 orang saja, dengan waktu yang singkat dan jumlah tenaga yang lebih sedikit, maka teknologi ini merupakan teknologi yang mendorong peningkatan produktifitas kerja. Teknologi ini memiliki kemudahan dalam dalam penjaminan mutu, karena terukur dan terkonsentrasi proses produksinya, terutama pada pembangunan skala masal, mutu antara satu bangunan dengan bangunan lainnya akan sama dari sisi konsumsi bahan bangunan teknologi ini hanya mengkonsumsi sekitar 60% bahan bangunan dibandingkan dengan teknologi konvensional , sehingga teknologi ini lebih ramah lingkungan (hemat sumber daya alam, hemat energi, hemat pemeliharaan, hemat waktu). Kerena mengacu pada ukuran modular, maka bahan bangunan yang terbuang relatif sangat kecil. Membuka peluang lapangan pekerjaan baru, disektor industri komponen bahan bangunan, terutama bagi UKM. Bangunan tahan terhadap gempa. Dapat dikembangkan pada arah horizontal maupun vertikal sampai dengan dua lantai, tanpa harus merubah bagian bawah.

Kelemahan Karena komponennya mengacu pada ukuran modular, maka ukuran denah sangat kaku, dimana ukuran tersebut mengacu pada ukuran kelipatan 3.00 meter dan 1.5 meter. Sehingga bila memiliki lahan dengan ukuran diluar modul tersebut agak repot. Bila dibangun dalam jumlah satuan mahal harganya karena harus berinvestasi pada cetakan, sehingga untuk mencapai BEP disarankan pembangunan sekitar 500 unit untuk tipe 21.

INDUSTRIALISASI PERUMAHAN | 67

Biaya Investasi Pada tahun 2005 biaya investasi RISHA untuk sebuah UKM mencapai 200 juta termasuk di dalamnya untuk workshop, sewa kantor, dan alat pencetaknya dengan perhitungan kemampuan produksi 1 unit rumah tipe 21 perhari. Untuk penerapan bangunan, harga mencapai 1,2 juta/m2 untuk rumah satu lantai siap huni di luar lahan. Pusat Litbang Permukiman telah memiliki software SID RISHA (Sistem Informasi Desain RISHA) untuk menghitung biaya investasi Kawasan, harga per unit, dan target grup. Biaya investasi ini termasuk biaya operasi dan pemeliharaan. Bila dibandingkan dengan teknologi konvensional, maka biaya investasinya relatif sama dengan teknologi konvensional yang memiliki jaminan mutu sesuai dengan SNI. Namun bila ditinjau pada arah pengembangan vertikal, maka teknologi ini akan jauh lebih hemat karena untuk penambahan sampai dengan dua lantai tidak diperlukan biaya tambahan perkuatan lantai dasar. Bila dibandingkan dengan teknologi konvensional, biaya perawatan teknologi ini jauh lebih hemat karena perbaikan kerusakan pada bangunan cukup dengan mengganti komponen-komponen yang rusak saja.  Rumah Tradisional Huni Wamena Rumah tradisional huni Wamena merupakan pengembangan model cluster pembangunan dari rumah Honei yang bertujuan untuk mewujudkan prototip rancang bangun dengan konsep tata fisik bangunan dan tata ruang sesuai prinsip rumah honei. Konsep tersebut meliputi berbagai aspek yaitu besaran, kebutuhan, sirkulasi, lay out, dan persyaratan ruang, pencapaian, struktur dan material, utilitas serta model tata lingkungan perumahan masyarakat yang sehat dan berdasarkan rekomendasi nilai-nilai kearifan lokal Papua.

Honei adalah rumah khas papua berbentuk bulat yang terbuat dari kayu dengan atap berbentuk kerucut yang terbuat dari Jerami atau ilalang. Honei sengaja dibangun sempit atau kecil dan tidak ada jendela yang bertujuan untuk menahan hawa dingin pegunungan papua. Honei biasa dibangun setinggi 2,5 meter dan pada bagian tengah rumah disiapkan tempat untuk membuat api unggun untuk menghangatkan diri. Rumah Honei terbagi dalam tiga tipe, yaitu untuk kaum laki-laki disebut Honei, untuk Wanita disebut Ebay dan kandang babi disebut Wamai.

Dasar dari pengembangan produk ini adalah untuk memenuhi kebutu68 | INDUSTRIALISASI PERUMAHAN

han hunian yang berkualitas dalam arti memenuhi syarat kualitas kesehatan bangunan dan lingkungan, kualitas ruang dengan kebutuhan akan kenyamanan dan Kesehatan ruang, kekuatan bangunan seperti tahan terhadap gempa atau bencana lain dan menggunakan bahan bangunan yang tersedia, murah dan mudah diperoleh.

Gambar 30. Proses pembangunan HOMESE Penerapan model HOMESE dengan metoda CAP (Community Action Plan) membangun bersama-sama rakyat - distrik Pasema Kabupaten Yahukimo sumber : Dinas PU

INDUSTRIALISASI PERUMAHAN | 69

Tabel 8. Perbandingan Model Rumah Honei No 1

2 3 4 5

6 7 8 9

10

Honei Asli

HomeSe

Dinding papan kayu sebagai dinding pemikul beban

Dinding papan kayu sebagai dinding pemikul beban

Bentuk denah lingkaran Pondasi menggunakan susunan batu kali Tinggi plafond setinggi bahu orang laki-laki 150 cm Menggunakan papan cacah dan kayu bulat yang dimensinya tidak terukur

Bentuk denah lingkaran

Dimensi pintu 60 x 100 Teknik sambungan menggunakan tali, rotan atau kulit kayu Tidak terdapat bukaan alami selain dari pintu

Dimensi pintu 60 x 100

Lantai atas menggunakan susunan bamboo kecil (hite) dan alang-alang Rangka atap menggunakan balok kayu dan kayu buah (kayu bulat) ditutup alang-alang

Lantai atas menggunakan susunan bamboo kecil (hite) dan alang-alang Rangka atap menggunakan balok kayu dan kayu buah (kayu bulat) ditutup alang-alang Terdapat aliran asap melalui lapisan plafon dan lantai 2

11 -

Pondasi menggunakan susunan batu kali Tinggi plafond setinggi bahu orang laki-laki 150 cm Menggunakan papan cacah dan kayu bulat yang dimensinya tidak terukur

Teknik sambungan menggunakan tali, rotan atau kulit kayu dan paku Tidak terdapat bukaan alami di lantai atas

70 | INDUSTRIALISASI PERUMAHAN

Hose Rangka balok kayu sebagai structural dan dinding papan sebagai pengisi Bentuk denah segi 12 Pondasi menggunakan umpak beton Tinggi plafond setinggi 200 cm Menggunakan papan dan kayu balok gergaji yang dimensinya terukur (papan 2/20 dan balok 5/10) untuk kayu bulat digunakan untuk reng alang-alang Dimensi pintu diperbesar (60 x 17) Teknik sambungan menggunakan paku Menggunakan pencahayaan alami dilantai atas (Hose) Lantai atas menggunakan papan kayu yang diserut rata Rangka atap menggunakan balok kayu dan kayu buah (kayu bulat) ditutup alang-alang Terdapat aliran asap melalui lapisan plafon dan lantai 2

Gambar 31. Desain Rumah HOSE Sumber: Dinas PU.

Keunggulan Pondasi penyangga rumah terbuat dari tiang balok kayu sage yang ditancapkan ke dalam tanah sehingga dapat mempertahankan kekakuan struktur serta memiliki fleksibilitas untuk bergerak bersama gempa. Dinding menggunakan bahan papan sehingga dapat menerima getaran gempa dengan sangat baik, serta dapat menyerap suhu serta menetralkan suhu udara dingin dan panas.

Konstruksi rumah tradisional papua mengenal sistem sambungan dengan sistem ikat dengan menggunakan tali dari akar sehingga praktis dan cukup kuat Kelemahan Longsoran tanah didaerah pegunungan tidak dapat ditahan sehingga pondasi mudah tergerus dan ambruk mengikuti longsor. Adanya perbedaan suhu membuat daya tahan sifat kayu mudah menyusut dan memuai sehingga menimbulkan celah-celah pada dinding, akibatnya udara dingin dapat masuk kedalam bangunan. Ketahanan tali yang sudah usang bersifat getas sehingga dapat meretaskan kekuatan bahan struktur yang saling mengait.

INDUSTRIALISASI PERUMAHAN | 71

Penerapan Hasil produk ini telah direplikasikan oleh instansi setempat dan bekerja sama dengan masyarakat umum, antara lain oleh Dinas Permukiman, Dinas Pariwisata serta Dinas terkait lainnya yang mendapat respon yang cukup baik dari masyarakat sehingga pihat terkait menyarankan agar diadakan sosialisasi agar pengetahuan akan honei sehat dapat dipahami oleh masyarakat.

Kriteria design Kriteria design menerapkan standarisasi ruang gerak, struktur, bahan baku, ketahanan bangunan terhadap gempa serta pola sistem Kesehatan manusia.

Analisis model cluster di distrik Tangma Kab. Yahukimo PAPUA. 1. Topografi Kondisi keadaan topografi kabupaten Yahukimo sangat bervariasi mulai dari dataran rendah dengan lereng yang landai sampai dengan daerah berbukit dengan kemiringan yang terjal. Sedangkan ketinggiannya berada di antara 100 - 3.000 meter di atas permukaan laut.

2. Struktur dan konstruksi, spesifikasi : - Struktur rangka kayu - Penutup dinding papan - Pondasi umpak beton - Lantai papan kayu serut - Rangka atap kayu buatan - Penutup atap alang-alang 3. Sains Bangunan Pengembangan pembangunan model cluster di desa tangma dilakukan dengan perubahan dimensi ruang sesuai standar ruang gerak, teknik pengolahan material dan bahan bangunan, serta pengolahan pencapaian Kesehatan dalam bangunan.

4. Pola dan tata lingkungan Konsep diciptakan seasri mungkin dengan memanfaatkan tanaman pekarangan rumah dan pembatas jalan juga dilengkapi penyediaan MCK. Biaya investasi dan Pemeliharaan Biaya investasi cukup mahal tetapi untuk bahan tidak sulit didapat, transpotasi pengangkutan bahan baku juga cukup dekat dikarenakan daerah pembangunan berada dipegunungan, untuk pemeliharaan cukup mudah akan 72 | INDUSTRIALISASI PERUMAHAN

tetapi struktur yang menggunakan bahan kayu perlu bahan anti rayap, rangka alang-alang berkisar enam bulan sudah dapat diganti tapi dapat bertahan hingga 3 tahun.

4b. Bimbingan Teknis Dan Pelatihan Rumah Sederhana Dalam realisasi Kerjasama antara Pusat Litbang Permukiman (Puskim) Badan Libang Kementrian Pekerjaan Umum (PU) dengan Perumnas tentang Pembangunan Prototipe Rumah Murah, pada tanggal 14-15 Desember 2012 Puskim menyelenggarakan Bimbimgan Teknis dan Pelatihan Rumah Sederhana Produk Litbang Permukiman. Pelatihan yang diselenggarakan di Kantor Puskim Cileunyi-Bandung tersebut mengambil "tema Percepatan Penanganan Pembangunan Perumahan dalam rangka pemenuhan kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) melalui penerapan teknologi tepat guna berbasis potensi lokal". Adapun tujuan kegiatan ini untuk menyampaikan dan menyebarluaskan hasil litbang bidang permukiman melalui diskusi Teknik dan pelatihan kepada semua kalangan. Dengan teknologi terbaru yang telah dikembangkan Puskim, rumah tidak lagi mahal dan dapat dijangkau semua kalangan masyarakat terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah. Tidak hanya itu, rumah yang dibangun juga lebig tahan terhadap gempa bumi karena sebelumnya telah dilakukan pengujian baik pada skala laboratorium maupun lapangan.

Pengembangan Teknologi oleh Puskim diharapkan dapat memberikan kepastian mengenai kebutuhan rumah murah, teknologi tepat guna, dan teknologi yang memberikan keamanan bagi penggunanya. Pusat Litbang Permukiman merupakan unit kerja di bawah Badan Litbang Kementrian PU yang bertugas untuk melakukan penelitian dan pengembangan di bidang permukiman. Berkantor pusat di Clileunyi, Bandung - Jawa Barat dan memiliki beberapa unit penelitian di beberapa kota yang tersebar di seluruh Indonesia. Puskim juga memberikan pelayanan lainya yakni berupa pengujian skala laboratorium bidang permukiman yang terbuka untuk umum.

INDUSTRIALISASI PERUMAHAN | 73

74 | INDUSTRIALISASI PERUMAHAN

TINJAUAN RUMAH SUSUN

Gambar 32. Rumah Susun Sumber : Dok. Kompu PnP

1. LATAR BELAKANG Terbatasnya lahan untuk permukiman serta memenuhi kebutuhan rumah khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah, pemerintah memberikan alternatif dengan membangun rumah secara vertikal yang disebut Rumah Susun.

Pembangunan rumah susun merupakan salah satu pemecahan maslah kebutuhan perumahan dan permukiman, khususnya di perkotaan yang jumlah penduduknya terus meningkat. Membangun hunian vertikal merupakan prioritas utama pemerintah untuk menyediakan perumahan di lahan terbatas bagi MBR. Rumah susun dinegara maju merupakan hal yang biasa, namun di Indonesia rumah susun belum begitu banyak sehingga belum dikenal oleh masyarakat luas. Pembangunan rumah susun oleh Perumnas mulai mengenalkan rumah susun kepada masyarakat khususnya MBR sebagai target utama pemerintah untuk memenuhi kebutuhan rumah. Pembangunan diprioritaskan pada lokasi permukiman padat penduduk yang cenderung kumuh. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas hunian yang sehat dan nyaman bagi MBR. Pembangunan rumas susun juga diarahkan pada pembangunan perkotaan TINJAUAN RUMAH SUSUN | 75

yang lebih manusiawi dan peningkatan kualitas permukiman dengan ketersediaan sarana dan prasarana dasar bagi perumahan dan permukiman. Pemerintah memberikan prioritas pada masyarakat berpenghasilan rendah untuk menyewa dengan harga murah atau membeli dengan angsuran ringan (PPRI no 4/1988). Pembangunan rumah susun harus memenuhi syarat-syarat minimum pembangunan rumah seperti sebagai tempat berlindung, memberi rasa aman, menjadi wadah sosialisasi dan memberikan suasana yang harmonis. Pembangunan rumah susun diarahkan untuk mempertahankan kesatuan komunitas permukiman kampung selayaknya masyarakat berpenghasilan rendah berkehidupan.

Undang-undang no. 20 tahun 2011 pasal 3 menyebutkan, tujuan pembangunan rumah susun adalah meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan ruang dan tanah, serta menyediakan ruang terbuka hijau di Kawasan perkotaan dalam menciptakan Kawasan permukiman yang lengkap serta serasi dan seimbang.

Tinjauan tentang Rumah Susun dilakukan untuk mengetahui permasalahan perumahan bertingkat di Indonesia, deskripsi Rumah Susun, Landasan dan tujuan Rumah Susun, Pola pembangunan Rumah susun dan jenis-jenis Rumah Susun. Pembangunan perumahan bertingkat banyak bukan saja menyangkut masalah teknologi, tetapi juga mencakup masalah sosial budaya maupun psikologis yang tidak lepas dari tata cara hidup dan kepribadian bangsa Indonesia.

2. PENGERTIAN RUMAH SUSUN Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Rumah Susun merupakan gabungan pengertian kata rumah dan susun. Rumah yaitu bangunan untuk tempat tinggal, sedangkan susun yaitu seperangkat barang yang diatur bertingkat. Jadi pengertian rumah susun adalah bangunan untuk tempat tinggal yang diatur secara bertingkat. Jadi pengertian rumah susun adalah bangunan tempat tinggal yang diatur secara bertingkat.

Menurut Undang-undang nomor 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun, Bab I Ketentuan Umum, memuat beberapa pengertian terkait dengan Rumah Susun yaitu : - Rumah Susun bangunan Gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang 76 | TINJAUAN RUMAH SUSUN

terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam horizontal maupun vertical dan merupakan satuan-satuan yang masingmasing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama.

- Penyelenggara rumah susun Kegiatan perencanaan, pembangunan, penguasaan dan pemanfaatan, pengelolaan, pemeliharaan dan perawatan, pengendalian, kelembagaan, pendanaan dan sistim pembiayaan, sertaa peran serta masyarakat yang dilaksanakan secara sistematis, terpadu, berkelanjutan dan bertanggung jawab.

- Satuan rumah susun, yang selanjutnya disebut sarusun unit rumah susun yang tujuan utamanya digunakan secara terpisah dengan fungsi utama sebagai tempat hunian dan mempunyai sarana penghubung ke jalan umum.

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat no.

14/PERMEN/M/2007 tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) memberikan pengertian sebagai berikut : - Rumah susun sederhana sewa yang selaanjutnya disebut Rusunawa adalah bangunan Gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertical dan merupakan satuan-satuan yang masingmasing digunakan secara terpisah status penguasaannya sewa serta dibangun dengan menggunakan dana Anggaran pendapatan dan belanja negara dan atau anggaran pendapatan dan belanja daerah dengan fungsi utamanya sebagai hunian - Satuan Rumah Susun Sederhana Sewa yang selanjutnya disebut sarusunawa adalah unit hunian pada rusunawa yang dapat digunakan secara perorangan berdasarkan ketentuan persewaan dan mempunyai sarana penghubung ke jalan umum.

- Pengelolaan adalah upaya terpadu yang dilakukan oleh badan pengelola atas barang milik negara/daerah yang berupa rusunawa dengan melestarikan fungsi rusunawa yang meliputi kebijakan perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian rusunawa.

TINJAUAN RUMAH SUSUN | 77

- Pengelola yang selanjutnya disebut Badan Pengelola adalah instansi pemerintah atau badan hukum atau badan layanan umum yang ditunjuk oleh pemilik rusunawa untuk melaksanakan Sebagian fungsi pengelolaan rusunawa.

- Pemilik rusunawa yang selanjutnya disebut sebagai pemilik, adalah pengguna barang milik negara yang mempunyai penguasaan atas barang milik negara berupa rusunawa.

- Penghuni adalah warga negara Indonesia yang termasuk dalam kelompok MBR sesuai peraturan yang berlaku yang melakukan perjanjian sewa sarusunawa dengan badan pengelola.

- Pengembangan adalah kegiatan penambahan bangunan dan atau komponen bangunan, prasarana dan sarana lingkungan yang tidaak terencana pada waktu pembangunan rusunawa tetapi diperluka setelah bangunan dan lingkungan difungsikan.

- Pendampingan adalah kegiatan yang dilakukan oleh [enerima asset Kelola sementara kepada badan penglola dan penghuni rusunawa meliputi pembinaan, pelatihan dan penyuluhan.

- Pengawasan adalah pemantauan terhadap pelaksanaan penerapan peraturan perundang-undangan mengenai rusunawa dan upaya penegakan hukum.

- Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang selanjutnya disebut MBR adalah masyarakat yang mempunyai penghasilan berdasarkab ketentuan dala peraturan Menteri negara perumahan rakyat Menurut Permenra No. 5/PERMEN/M/2007 masyarakat berpenghasilan rendah adalah masyarakat dengan penghasilan dibawah dua juta lima ratus ribu rupiah per bulan Table 9. Klasifikasi MBR No 1 2 3

Kelompok Sasaran I II III

Batasan Penghasilan (Rp/Bulan) 1.700.000 ≤ Penghasilan ≤ 2.500.000 1.000.000 ≤ Penghasilan ≤ 11.700.000 Penghasilan ≤ 1.000.000

Sumber Permenpera no. 5/PERMEN/M/2007

78 | TINJAUAN RUMAH SUSUN

3. LANDASAN, KEBIJAKAN DAN TUJUAN RUMAH SUSUN 3a. Landasan Kebijakan Kebijakan pemerintah untuk melaksanakan pembangunan rumah susun di kota-kota besar di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh pengalaman negara lain seperti Singapura, Hongkong dalam mengatasi masalah kebutuhan rumah di perkotaan yang diakibatkan urbanisasi. Konsep pembangunan rumah susun pada hakekatnya dimaksudkan untuk mengatasi masalah keterbatasan lahan di kota.

Pembangunan rumah susun di Indonesia berlandaskan pada azas kesejahteraan, keadilan dan pemerataan serta keserasian dan keseimbangan dalam perikehidupan (UU no.16/1985). Sedangkan kebijakan dibidang perumahan dan permukiman dilandasi oleh amanat garis-garis besar Haluan negara (GBHN) tahun 1993 yang menyatakan…" pembangunan perumahan dan permukiman dilanjutkan dan diarahkan untuk meningkatkan kualitas hunian dan lingkungan kehidupan keluarga/masyarakat. Pembangunan perumahan dan permukiman perlu ditingkatkan dan diperluas sehingga dapat menjangkau masyarakat berpenghasilan rendah". Untuk menunjang dan memperkuat kebijaksanaan pembangunan rumah susun pemerintah mengeluarkan undang-undang dan peraturan sebagai berikut : - Undang-Undang nomor 16 tahun 19985 tentang Rumah Susun yang disempurnakan dengan Undang-undang nomor 20 tahun 2011 tentang Rumah susun.

Undang-undang tersebut mengatur dan menegaskan mengenai azas, tujuan, pembinaan, perencanaan, pembangunan, pengelolaan, peningkatan kualitas, pengendalian, kelembagaan, tugas dan wewenang, hak dan kewajiban, pendanaan dan sistim pembiayaan, peran masyarakat, larangan, penyelesaian sengketa, sanksi adminiatratif, ketentuan pidana dan penutup.

- Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 14/Permen/M/2007 tentang Pengelolaan Rumah Susun sederhana Sewa.

- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun.

- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi.

- SNI 03-7013-2004, Badan Standar Nasional Indonesia; Tata Cara Perencanaan Fasilitas Lingkungan Rumah Susun Sederhana.

TINJAUAN RUMAH SUSUN | 79

3b. Tujuan Pembangunan Rumah Susun Adalah : - Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat, terutama golongan masyarakat berpenghasilan rendah yang menjamin kepastian hukum dalam pemanfaatannya - Meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah di daerah perkotaan dengan memperhatikan kelestarian sumber daya alam daan menciptakan pemukian yang lengkap serasi dan seimbang.

- Menjamin terwujudnya rumah susun yang layak huni dan terjangkau dalam lingkup yang sehat, aman, harminis dan berkelanjutan serta menciptakan permukiman yang terpadu guna membangun ketahanan ekonomi, social dan budaya.

- Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan ruang dan tanah serta menyediakan ruang terbuka hijau dikawasan perkotaan dalam menciptakan Kawasan permukiman yang lengkap serta serasi dan seimbang dengan memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

- Mengurangi luasan dan mencegah timbulnya perumahan dan permukiman kumuh - Mengarahkan pengembangan Kawasan perkotaan yang serasi, seimbang efisien dan produktif - Memenuhi kebutuhan social dan ekonomi yang menunjang kehidupan penghuni dan masyarakat dengan tetap mengutamakan tujuan pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman yang layak terutama bagi MBR - Memberdayakan para pemangku kepentingan dibidang pembangunan rumah susun.

- Menjamin terpenuhinya kebutuhan rumah susun yang layak dan terjangkau terutama bagi MBR dalam ligkungan yang sehat, aman, harmonis dan berkelaanjutan dalam suatu sistem tata Kelola perumahan dan permukiman yang terpadu - Memberikan kepastian hukum dalam penyediaan kepenghunian pengelolaan, pengaturan dan pembinaan rumah susun.

4. ASAS-ASAS PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN Asas penyelenggaraan rumah susun sesuai dengan pasal 2 Undang-undang no. 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun adalah : 80 | TINJAUAN RUMAH SUSUN

-

Asas kesejahteraan Asas keadilan dan pemerataan Asas kenasionalan Asas keterjangkauan dan kemudahan Asas keefisienan dan kemanfaatan Asas kemandirian dan kebersamaan Asas kemitraan Asas keserasian dan keseimbangan Asas keterpaduan Asas Kesehatan Asas kelestarian dan keberlanjutan Asas keselamatan, kenyaman dan kemudahan Asas keamanan, ketertiban dan keteraturan.

5. POLA PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN Pembangunan rumah susun di Indonesia dikaitkan dengan dua kegiatan yaitu peremajaan kota dan pembangunan rumah baru.

5a. Program Peremajaan Kota Kebijaksanaan pembangunan rumah susun di Indonesia dihubungkan dengan usaha peremajaan kota, yaitu usaha perbaikan daan peningkatan kualitas lingkungan perumahan kumuh dan padat dipusat kota. Lingkungan kumuhyang dimaksud adalah lingkungan kumuh yang sulit ditingkatkan kualitasnya elalui program perbaikan kampung.

Dipilihnya pusat kota sebagai rumah susun berdasarkan pertimbangan tingkat kemudahan yang tinggi terhadap berbagai fasilitas daan prasaran yang dibutuhkan oleh kelompok sasaran seperti Pendidikan, Kesehatan dan fasilitas lainnya. Pertimbangan lain adalah peningkatan daya guna dan hasil guna di pusat kota yang dibutuhkan untuk menampung dinamika perkembangan kota yang semakin meningkat serta pertimbangan efisiensi penyediaan prasarana kota.

TINJAUAN RUMAH SUSUN | 81

Salah satu contoh adalah pembangunan rumah susun Sombo

Gambar 33. Rumah susun Sombo Surabaya Sumber. Perencanaankota.blogspot.com

5b. Program Pengadaan Perumahan Pembangunan perumahan ditujukan untuk menunjang kebutuhan perumahan dan memberikan akomodasi bagi MBR yang tidak memiliki penghasilan dan pekerjaan menetap. Sejak pembangunan rumah susun dengan sistim kepemilikan, maka dibangun pula rumah susun sewa yang dapat dihuni secara sewa baik harian maupun bulanan.

Pembangunan rumah susun sewa juga dikaitkan dengan program peremajaan kota atau program pembangunan kota terpadu. Rumah susun merupakan alternatif pilihan perumahan dikota akibat keterbatasan lahan daan harga lahaan yang mahal. Pelaksanaan pembangunan rumah susun sewa ditangani oleh BUMD atau Badan Usaha Milik daerah. Pendekatan yang dilakukan dalam pembangunan rumah susun sewa untuk memenuhi aspek-aspek yang menjadi dasar pilihan masyarakat kelompok sasaran yaitu : - Aksesibilitas lokasi rumah susun terhadap fasilitas perkotaan seperti lapaangan pekerjaan, transportasi, Pendidikan, perdagangan, Kesehatan, perbelanjaan.

- Status kepemilikan yang terjamin secara hukum - Harga yang terjangkau oleh masyarakat kelompok sasaran - Lingkungan yang teratur, bersih dan memenuhi syarat sebagai rumah layak huni.

6. STANDAR PERENCANAAN RUMAH SUSUN Agar pemanfaatan bangunan rumah susun memenuhi kebutuhan peru82 | TINJAUAN RUMAH SUSUN

mahan yang layak bagi masyarakat yang menjamin keselamatan, keamanan dan kenyamanan hunian, maka diperlukan standar perencanaan sebagai dasar pembangunan. Standar perencanaan rumah susun dikawasan perkotaan adalah :  Kepadatan Bangunan adalah perbandingan antara luas peruntukan dengan luas lahan. Koefisien dasar bangunan tidak lebih dari 0,4 dan koefisien lantai bangunan tidak kurang dari 1,5 koefisien bagian bersama tidak kurang dari 0,2. Kepadatan bangunan dalam lingkungan harus memperhitungkan dicapainya optimasi daya guna dan hasil guna tanah. Tata letak bangunan harus menunjang kelancaran kegiatan sehari-hari dan harus memperhatikan penetapan batas pemilikan tanah bersama, aspek Kesehatan, pencahayaan, pertukaran udara, serta pencegahan dan pengamanan terhadap bahaya yang mengancam keselamatan bangunan dan lingkungan.  Lokasi Rumah Susun Pemilihan lokasi rumah susun, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : - Lokasi rumah susun harus sesuai dengan peruntukan dan keserasian lingkungan dengan memperhatikan rencana tata ruang dan tata guna tanah - Lokasi harus memungkinkan berfungsinya saluran-saluran pembungan dalam lingkungan ke sistem jaringan pembuangan air hujan dan jaringan air limbah.

- Lokasi harus mudah dicapai angkutan umum baik langsung maupun tidak langsung - Lokasi rumah susun harus dijangkau oleh pelayanan air bersih dan listrik  Tata Letak Tata letak rusun harus mempertimbangkan keterpaduan bangunan, ligkunga, Kawasan dan ruang serta dengan memperhatikan factor-faktor kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan dan keserasian.  Jarak antar bangunan Jarak antar bangunan dan ketinggian ditentukan berdasarkan persyaratan terhadap bahaya kebakaran, pencahayaan dan pertukaran udara secara alami, kenyamanan serta kepadatan bangunan sesuai tata ruang kota  Luas satuan rumah susun Luas sarusun minimum 18 m2 dengan lebar muka sekurang-kurangnya 3 m dengan fungsi utama sebagai ruang tidur/ruang serbaguna dan ruang lain didalam atau diluar ruang utama yang merupakan kesatuan untuk memenuhi TINJAUAN RUMAH SUSUN | 83

keutuhan sehari-hari sesuai fungsi dan penggunaannya.  Kelengkapan rumah susun Rumah susun harus dilngkapi prasarana, sarana dan utilitas yang menunjang kesejahteraan, kelancaran dan kemudahan penghuni dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.  Transportasi vertikal Rumah bertingkat rendah dengan jumlah lantai maksimum 5 menggunakan tangga sebagai transportasi vertikal sedangkan rumah susun bertingkat tinggi dengan jumlah lantai lebih dari 8 lantai menggunakan lift sebagai transportasi vertikal.

7. PERSYARATAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN Sebelum membangun rumah susun pengembang wajib memenuhi persyaratan yang dibutuhkan yang mencakup keamanan, kenyamanan penghuninya.

Pembangunan rumah susun harus mempertimbangkan kekuatan struktur bangunan yang menjamin keamanan dan kenyamanan penghuninya. Pembangunan rumah susun harus dilakukan melalui perencanaan teknis, pelaksanaan dan pengawasan teknis yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Lahan tempat mendirikan bangunan rumah susun juga menjadi pertimbangan dalam pembangunan terkait dengan status lahan dan legalitasnya. Dalam membangun rumah susun pelaku pembangunan wajib memisahkan rumah susun atas sarusun, bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama.

Bagian bersama yang berupa ruang untuk umum, ruang tangga, lift, selasar, harus mempunyai ukuran yang dapat memberikan kemudahan bagi penghuni dalam melakukan kegiatan sehari-hari baik dalam hubungan sesama penghuni maupun dengan pihak lain. Sedangkan benda bersama harus mempunyai dimensi, lokasi, kualitas, kapasitas yang dapat memberikan keserasian lingkungan guna menjamin keamanan dan kenikmatan para penghuni. Benda bersama menjadi bagian bersama jika dibangun sebagai bagian bangunan rumah susun. Pemisahan akan memberikan kejelasan atas : - batas sarusun yang dapat digunakan secara terpisah untuk setiap pemilik.

- Batas dan uraian atas bagian bersama dan benda bersama yang menjadi hak setiap sarusun - batas dan uraian tanah bersama dan besarnya bagian yang menjadi hak setiap sarusun.

84 | TINJAUAN RUMAH SUSUN

Pemisahan rumah susun atas benda bersama, bagian bersama dan tanah bersama dituangkan dalam bentuk gambar dan menjadi dasar untuk menetapkan NPP, SHM sarusun atau SKBG sarusun dan perjanjian peningkatan jual beli.

Persyaratan lain yang harus dipenuhi untuk membangun rumah susun menurut Pasal 24 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun meliputi persyaratan teknis, persyaratan administrative, dan persyaratan ekologis.

7a. Persyaratan Teknis Persyaratan teknis merupakan persyaratan yang berkaitan dengan struktur bangunan, kemananan dan keselamatan bangunan, kesehatan lingkungan, kenyamanan dan lain-lain yang berhubungan dengan rancang bangun.

Persyaratan teknis tidak hanya berkaitan dengan bangunan rumah susun saja melainkan kelengkapan prasarana dan fasilitas lingkungan rumah susun.

Menurut ketentuan Pasal 35 UU Rumah Susun persyaratan teknis pembangunan rumah susun meliputi tata bangunan dan keandalan bangunan.  Tata bangunan yang meliputi: - Persyaratan peruntukan lokasi, yaitu ketentuan tentang jenis fungsi atau kombinasi fungsi bangunan rumah susun yang boleh dibangun pada lokasi atau Kawasan tertentu.

- Intensitas bangunan, adalah ketentuan tenis tentang kepadatan dan tinggi bangunan rumah susun yang dioersyaratkan pada likasi atau Kawasan tertentu yang meliputi koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan dan jumlah lantai bangunan.

- Arsitektur bangunan  Keandalan bangunan yang meliputi: - Persyaratan keselamatan, yaitu kemampuan bangunan rusun untuk mendukung beban muatan serta untuk mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir.

- Persyaratan Kesehatan, meliputi sistim penghawaan, pencahayaan, sanitasi dan penggunaan bahan bangunan.

- Persyaratan kenyamanan meliputi kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang, kondisi udara dalam ruang, pandangan serta pengaruh tingkat getaran dan tingkat kebisingan.

- Persyaratan kemudahan, yaitu kemudahan hubungan ke, dari dan di dalam bangunan rumah susun serta sarana dan prasarana dalam pemanfataan bangunan rumah susun.

TINJAUAN RUMAH SUSUN | 85

7b. Persyaratan Administratif Persyaratan administratif adalah perizinan yang diperlukan sebagai syarat untuk melakukan pembangunan rumah susun. Ada dua syarat administratif yang harus dipenuhi oleh pelaku pembangunan dalam melakukan pembangunan rumah susun, yaitu status tanah dan izin mendirikan bangunan (IMB). Berdasarkan Pasal 29 ayat (1) UU Rumah Susun, membangun rumah susun dan lingkungan rumah susun harus sesuai dengan rencana fungsi dan pemanfaatannya. Rencana fungsi dan pemanfaatan tersebut harus mendapatkan izin dari bupati/walikota dan khusus untuk Provinsi DKI Jakarta harus mendapatkan izin dari gubernur.

Permohonan izin rencana fungsi dan pemanfaatan diajukan dengan melampirkan Sertifikat tanah, Surat keterangan rencana kabupaten/kota, Gambar rencana tapak, Gambar rencana arsitektur yang memuat denah, tampak dan potongan rumah susun yang menunjukkan dengan jelas secara dan horizontal dari satuan rumah susun, Gambar rencana struktur beserta perhitungannya, Gambar rencana yang menunjukkan dengan jelas bagian bersama, benda bersama dan tanah Bersama, Gambar rencana utilitas umum dan instalasi beserta perlengkapannya. Untuk rumah susun yang dibangung di atas tanah sewa juga melampirkan perjanjian tertulis pemanfaatan dan pendayagunaan tanah.

Surat ijin pembangunan yang diperoleh dari bupati/walikota atau gubernur, selanjutnya diajukan ke pemerintah daerah untuk mendapatkan pengesahan tentang pertelaan yang menunjukkan batas yang jelas dari setiap satuan rumah susun, bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama yang dilengkapi dengan uraian nilai perbandingan secara proporsional. Selama proses pembangunan apabila pengembang ingin melakukan perubahan rencana fungsi dan pemanfaatan rumah susun pembangunan melakukan pengubahan rencana fungsi dan pemanfaatan rumah susun yang tidak mengurangi fungsi bagian bersama, benda bersama dan fungsi hunian, maka pengubahan tersebut harus mendapatkan izin dari pemerintah daerah setempat. Namun apabila pengubahan tersebut mengakibatkan pengubahan nilai perbandingan proporsional, maka pertelaannya harus mendapatkan pengesahan bersama dari kepala daerah yang memberikan izin.

Pembangunan rumah susun menurut Pasal 34 UU Rumah Susun juga wajib dilaksanakan dengan perhitungan dan penetapan koefisien lantai bangunan dan koefisien dasar bangunan yang disesuaikan dengan kapasitas daya dukung 86 | TINJAUAN RUMAH SUSUN

dan daya bersama lingkungan dengan mengacu pada rencana tata ruang wilayah.

Koefisien lantai bangunan adalah perbandingan antara luas keseluruhan lantai bangunan bersama dan luas persil/kaveling/blok peruntukan. Sedangkan koefisien dasar bangunan adalah perbandingan antara luas lantai dasar bangunan dan luas persil/kaveling/blok peruntukan. Penentuan koefisien lantai bangunan dan koefisien dasar bangunan harus mengikuti pembatasan ketinggian bangunan yang berhubungan dengan ketentuan keamanan dan keselamatan operasional penerbangan dan memperhatikan Kearifan lokal 7c. Persyaratan Ekologis Persyaratan ekologis adalah persyaratan yang terkait dengan analisis dampak lingkungan (AMDAL) dalam hal pembangunan rumah susun. Persyaratan ekologis menurut ketentuan Pasal 37 UU Rumah Susun mencakup keserasian dan keseimbangan fungsi lingkungan, yaitu keserasian antara lingkungan buatan, lingkungan alam dan sosial budaya, termasuk nilai-nilai budaya bangsa yang perlu dilestarikan. Dalam perencanaan rumah susun menurut Frick & Suskiyanto1, prinsip arsitektur ekologis harus mempertimbangkan waktu, lingkungan alam, sosial-budaya, ruang, serta bangunan.

Arsitektur ekologis bersifat lebih kompleks, padat, dan vital dibandingkan dengan arsitektur pada umumnya. Perencanaan arsitektur ekologis mempertimbangkan beberapa aspek seperti arsitektur biologis (arsitektur kemanusiaan yang mempertimbangkan penghuni), arsitektur alternatif, arsitektur matahari (dengan memanfaatkan energi surya), dan konstruksi yang memperhatikan pembangunan alam), serta pembangunan berkelanjutan2. Pembangunan berkelanjutan, erat kaitannya dengan desain yang berkelanjutan (sustainable design). Sustainable design merupakan desain yang menciptakan sebuah solusi yang menjawab tantangan ekonomi (economy), sosial (community), dan lingkungan (environment) pada proyek secara simultan, dan solusinya digerakkan oleh energi yang berkelanjutan3. (Williams, 2007). Berdasarkan pertimbangan keefektifan penerapan, terdapat 4 aspek yang diterapkan pada Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa), yaitu Tata Guna Tapak dan Lahan 1

Frick, H., & Suskiyanto, B. (2007). Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis. Yogyakarta: Kanisius Cyelfa Ragil Indira, Widi Suroto, Maya Andria Nirawati (2019); Penerapan Prinsip Arsitektur Ekologis Pada Perencanaan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Di Kelurahan Johar Baru, Jurnal SENTHONG UNS. 3 WilIiams, D. E. (2007). Sustainable Design: Ecology, Architecture, and Planning 2

TINJAUAN RUMAH SUSUN | 87

Berkelanjutan (Land Use and Sustainable Site), Energi Berkelanjutan (Sustainable Energy), Material Berkelanjutan (Sustainable Material), dan Masyarakat Berkelanjutan (Sustainable Community).

7d. Sertifikat Laik Fungsi Laik fungsi adalah berfungsinya sebagian atau seluruh bangunan rumah susun, yang mampu menjamin dipenuhinya persyaratan tata bangunan. Hal ini seperti yang disebutkan dalam penjelasan Pasal 39 ayat (1) UU Rumah Susun.

Laik fungsi meliputi keandalan bangunan rumah susun, yang sesuai dengan fungsi ketetapan dalam izin mendirikan bangunan, sehingga prasarana, sarana, dan utilitas umum pada lingkungan rumah susun wajib diperhatikan.

Pembangunan rumah susun memang jauh lebih rumit dan tidak sesederhana rumah biasa pada umumnya. Dan nantinya hak milik pada UU Rumah Susun merupakan HMRS atau hak milik atas rumah susun. Yaitu kepemilikan yang terpisah, dari bagian bersama, tanah bersama, dan benda bersama. Jadi kepemilikan ini nantinya bisa diperoleh dari membeli satuan unit rumah susun.

8. JENIS RUMAH SUSUN DI INDONESIA Jenis Rumah Susun di Indonesia berdasarkan peruntukannya dikelompokkan menjadi rumah susun umum, rumah susun khusus, rumah susun negara dan rumah susun komersial. Rumah susun umum adalah rumah susun yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Rumah susun khusus adalah rumah susun yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan khusus. Rumah susun negara adalah rumah susun yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian , sarana pembinaan keluarga serta penunjang pelaksanaan tugas pejabat dan/atau pegawai negeri. Sedangkan rumah susun komersial adalah rumah susun yang diselenggarakan untuk mendapatkan keuntungan.

Berdasarkan status penghuninya rumah susun dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu sebagai berikut :  Rumah Susun Sederhana (Rusuna), pada umumnya dihuni oleh golongan yang kurang mampu. Biasanya dijual atau disewakan oleh Perumnas (BUMN). Misalnya, Rusuna Klender di Pasar Jumat, Lebak Bulus, Jakarta.

88 | TINJAUAN RUMAH SUSUN

Gambar 34. Rumah Susun Klender Sumber: woordpress.com

Rumah susun sederhana berdasarkan hak kepemilikannya dibedakan menjadi rumah susun sederhana milik (rusunami), rumah susun sewa tanpa subsidi dan rumah susun sewa bersubsidi.  Rumah Susun Menengah (Apartemen), biasanya dijual atau disewakan oleh Perumnas atau Pengembang Swasta kepada masyarakat konsumen menengah ke bawah. Misalnya, Apartemen Taman Rasuna Said, Jakarta Selatan.

Gambar 35. Rumah Susun Tebet Barat Sumber ; DPP REI

 Rumah Susun Mewah (Condonium), selain dijual kepada masyarakat konsumen menengah ke atas juga kepada orang asing atau expatriate oleh Pengembang Swasta. Misalnya Casablanca, Jakarta.

TINJAUAN RUMAH SUSUN | 89

Gambar 36. Apartemen Mewah Sumber :

9. SARANA, PRASARANA DAN UTILITAS UMUM LINGKUNGAN RUMAH SUSUN Untuk menunjang kehidupan para penghuninya, sebuah rumah susun harus dilengkapi dengan sarana, prasarana dan utilitas umum. Sarana adalah fasilitas dalam lingkungan rumah susun yang berfungsi untuk mendukung penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi.

Sarana lingkungan rumah susun meliputi sarana sosial ekonomi seperti sarana pendidikan, kesehatan, peribadatan dan perniagaan serta sarana umum lainnya.

Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian rumah susun yang memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan tempat tinggal yang layak, sehat, aman dan nyaman. Prasarana lingkungan rumah susun meliputi jaringan jalan, drainase, sanitasi, air bersih dan tempat sampah. Utilitas umum pada lingkungan rumah susun adalah kelengkapan penunjang untuk pelayanan lingkungan hunian rumah susun yang mencakup jaringan listrik, jaringan telepon dan jaringan gas.

Pembangunan sarana, prasarana dan utilitas umum pada lingkungan rumah susun harus memenuhi persyaratan: 1. Memberi rasa aman, ketenangan hidup, kenyamanan dan sesuai dengan budaya setempat.

2. Menumbuhkan rasa memiliki dan merubah kebiasaan yang tidak sesuai dengangaya hidup di rumah susun 3. Mengurangi kecenderungan untuk memanfaatkan atau menggunakan fasilitas ligkungan untuk kepentingan pribadi dankelompok tertentu.

4. Menunjang fungsi-fungsi aktifitas penghuni yang paling pokok baik dari segi besaran maupun jenisnya sesuai dengan keadaan lingkungan yang ada.

5. Menampung fungsi-fungsi yang berkaitan dengan penyelenggaraan dan pengembangan aspek ekonomi dan social budaya.

90 | TINJAUAN RUMAH SUSUN

9a. Sarana Lingkungan Sarana lingkungan merupakan fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan social budaya penghuni. Sarana lingkungan berupa bangunan perniagaan (untuk memenuhi aspek ekonomi), lapangan terbuka, fasilitas Pendidikan, Kesehatan, peribadatan, pemerintahan dan pelayanan umu, pertamanan serta pemakaman (lokasinya berada di luar lingkungan rumah susun atau sesuai dengan rencana tata ruang kota).

Berdasarkan berdasarkan SNI 03-7013-2004 tentang Tata cara perencanaan fasilitas lingkungan rumah susun sederhana harus memenuhi ketentuan luas lahan untuk fasilitas lingkungan rumah susun dengan KDB 50%-60% seperti tabel berikut : Tabel 10. Luas Lahan untuk Fasum Rusun dengan KDB 50-60% No 1 2 3 4

Jenis peruntukan Bangunan untuk hunian Bangunan fasilitas Ruang terbuka Prasarana lingkungan

Luas lahan Maksimum (%) Minimum (%) 50 10 20 20

Fasilitas lingkungan yang ditempatkan pada lantai bangunan rumah susun hunian harus memenuhi ketentuan : - Maksimal 30 % dari jumlah luas lantai bangunan - Tidak ditempatkan lebih dari lantai 3 bangunan rumah susun Jenis fasilitas lingkungan rumah susun sederhana, terdiri atas fasilitas niaga/tempat kerja, fasilitas Pendidikan, fasilitas Kesehatan, fasilitas peribadatan, fasilitas pelayanan umum dan ruang terbuka. Untuk merencanakan fasilitas lingkungan tersebut masing-masing mempunyai persyaratan seperti pada tabel berikut.  Fasilitas Niaga/tempat kerja

TINJAUAN RUMAH SUSUN | 91

Tabel 11. Fasilitas Niaga Atau Tempat Kerja Fasilitas yang disediaka n

warung

Jml.minimal penghuni yang dapat dilayani (tiap satuan fasilitas) 250 penghuni/50 KK

Took PD

2500 penghuni

Pusat perbelan jaan

2500 penghuni

fungsi

Penjual sembako

menjual barang kebutuhan sehari hari sandang dan pangan menjual barang kebutuhan sehari hari sandang dan pangan

Lokasi dan jarak maksimal dari unit hunian

Letak dan posisi pada lantaihuni an

Dipusat Ditempatk lingkungan an pada Mudah lantai dicapai dasar Radius maksimal 300 m Di pusat Ditempatk lingkungan an pada Radius bangunan pencapaian tersendiri 500 m Di pusat Ditempatk lingkungan an pada Radius bangunan pencapaian tersendiri 1000 m

Luas lantai

Luas lahan bila merupakan bangunan tersendiri

28-36 m2

72 m2 KDB 50%

50 m2

100 m2 KDB 50%

600 m2

1200 m2 KDB 50%

 Fasilitas Pendidikan Fasilitas Pendidikan mencakup dasar perencanaan, perancangan dan pelaksanaan pembangunan Gedung sekolah sesuai dengan Keputusan Dirjen Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan dan kebudayaan.

Kebutuhan ruang belajar untuk melayani lingkungan rumah susun.

Tabel 12. Fasilitas Pendidikan Fasilitas ruang belajar

Pra belajar (TK)

Jumlah minimal penghuni yang mendukung

1500 jiwa dimana anak-anak usia 5-6 tahun sebanyak 8%

Fungsi

letak

Menampung Ditengah pelaksanaan kelompok Pendidikan keluarga atau di pra sekolah gabung dengan usia 5-6 tahun taman tempat bermain di RT/RW

92 | TINJAUAN RUMAH SUSUN

Jarak

Luas lantai Luas Kebutuhan yang dibutuh lahan jumlah ruang kan yang kelas dibutuh kan

Mudah dicapai Dihitung 125 m2 radius berdasarkan 1,5 m2 per pencapaian 500 sistim siswa m dihitung dari Pendidikan unit terjauh dari SD 5-6 lantai tertinggi tahun dengan

250 m2

SD

1600 jiwa

Menampung pelaksanaan Pendidikan SD

Sekolah lanjutan pertama

4800 jiwa

Menampung pelaksanaan Pendidikan sekolah lanjutan pertama

SMU sekolah menengah umum

4800 jiwa

Menampung pelaksanaan Pendidikan SMU

Tidak menyebrang jalan lingkungan Ditengah kelompok keluarga Tidak dipusat lingkungan dapat digabung dengan lapangan OR atau digabung dengan sarana Pendidikan lain Dapat digabung dengan lapangan OR dan digabung dengan fasilitas Pendidikan Tidak dipusat lingkungan

Mudah dicapai radius pencapaian 1000 m dihitung dari unit terjauh dari lantai tertinggi Radius maksimum 100 m

Radius maksimum 3 km dari unit yang dilayani

rumus (1) Dihitung dengan rumus (2)

1,5 m2 per siiswa

2000 m2

Dihitung dengan rumus (3)

1,75 m per siswa

9.000 m2

Dihitung dengan rumus (4)

1,75m2 per siswa

SMU 1 lantai 12.500 m2 SMU 2 lantai 8.000 m2 SMU 3 lantai 5000 m2

Luas lantai yang dibutuh kan 30 m2

Luas lahan yang dibutuh kan 60 m2 KDB 50%

150 m2

300 m2 KDB 50%

600 m2

1200 m2 KDB 50%

350 m2

-

 Fasilitas Kesehatan Tabel 13. Fasilitas Kesehatan Fasilitas ruang belajar

Jumlah minimal penghuni yang mendukung

Posyandu

1000 jiwa

Balai pengobatan

1000 jiwa

BKIA & rumah bersalin

10.000 jiwa

Puskesma

30.000 jiwa

Fungsi

letak

Jarak

Kebutuhan jumlah ruang kelas

Memberikan Terletak Mudah Sebuah pelayanan ditengah dicapai radius ruangan yg Kesehatan lingkungan maksimum dapat anak usia keluarga dapat 2000 m dari menampung balita menyatu unit terjaauh aktifitas dengan kantor dan lantai kesehatan RT/RW tertinggi Pelayan Ditengah Mudah Kesehatan lingkungan dicapai kepaada keluarga, Radius penduduk dekat dengan maksimum kantor 400 m dari RT/RW unit terjauh dan lantai tertinggi Pelayan ibu Di pusat Mudah Minimal hamil dan kawasan dicapai radius ruang periksa melahirkan maksimum dan ruang dan kesehatan 1000 m dari tunggu anak sampai unit terjauh usia 6 tahun dan lantai tertinggi

Pelayanan

Dipusat

Mudah

Minimal

TINJAUAN RUMAH SUSUN | 93

s

Praktek dokter

5000 jiwa

apotik

10.000 jiwa

lengkap Kesehatan penduduk mencakup dr. spesialis anak dr. gigi dan pelayan anak sampai usia 6 tahun Pelayanan pertama penduduk bidang Kesehatan umum/ spesialis Melayani penduduk dalam pengadaan obat

lingkungan dekat pelayanan pemerintah dapat Bersatu dengan fasilitas Kesehatan lain Ditengah kelompok keluarga dan Bersatu dengan fasilitas lain atau di lantai dasar Berada diantara kelompok unit hunian

dicapai ruang radius periksa maksimum dokter dan 1000 m dari periksa gigi unit terjauh serta ruang dan lantai tunggu tertinggi

Mudah Sebuah Minimu dicapai ruang m 18 radius periksa dan m2 maksimum ruang 1000 m dari tunggu unit terjauh dan lantai tertinggi Mudah Sebuahruan Minimu dicapai g penjualan, m 36 radius ruang m2 maksimum peracik obat 1000 m dari dan ruang unit terjauh tunggu dan lantai tertinggi

-

-

 Fasilitas pribadatan - Harus disediakan setiap blok.

- dapat disatukan dengan ruang serbaguna atau ruang komunal - jumlah penghuni minimal 40 KK untuk setiap satu fasilitas peribadatan - disediakan satu mushola untup setiap blok dengan luas 9-360 m2 - untuk satu fasilitas peribadatan kecil jumlah penghuni minimal 400 KK  Fasiitas Pemerintah Dan Pelayanan Umum Tabel 14. Fasilitas Pemerintahan Dan Pelayanan Umum Fasilitas Jumlah yang maksimum yang disediakan dapat dilayani Kantor RT 250 penghuni Kantor/ balai RW

1000 penghuni

Pos hansip/ siskamling Pos polisi

200 penghuni

2000 penghuni

Lokasi dan jarak Letak posisi pada Luas lantai Luas lantai minimal maksimum dari lantai bangunan minimal (bangunan unit hunian tersendiri) Berada ditengah Dapat berada pada 18-36 m2 lingkungan rusun lantai unit hunian Ditengah Dapat berada pada 36 m2 lingkungan dan laantai unit hunian menjadi satu dengan ruang serbaguna Ditengah Dapat diletakkan 4 m2 6 m2 lingkungan jarak pada lantai dasar maksimal 200 m unit hunian Berada pada Diletakkan pada 36 m2 72 m2

94 | TINJAUAN RUMAH SUSUN

bagian depan atau antara lingkungan Telepon umum

200 jiwa

Gedung serbaguna

1000 jiwa

Ruang terbuka

200 jiwa

Kantor Pos

1000 jiwa

lantai dasar bangunan unit hunian Pada lantai dasar

Dekat dengan pelayanan umum lainnya Ditengah Pada lantai dasar lingkungan dengan jarak maksima 500 m Dapat menjadi Pada lantai dasar satu atau menggunakan ruang serbaguna Dibagian depan Ditempatkan pada tiap bangunan lantai dasar hunian

60x60 cm

-

250 m2

500m2

100 m2

-

-

-

 Ruang Terbuka Tabel 15. Fasilitas Ruang terbuka Rumah Susun Maksimal Jarak Fasilitas yang dapat pelayanan Luas yang dilayani maksimal lantai Lokasi disediak (tiap satuan yang dapat minimal an fasilitas) dilayani (m) (K) Taman 40-100 400-800 60-150  Antar keluarga bangunan  Pada batas periferi lingkungan rumah susun  Bersatu dengan tempat bermain dan OR

Tempat bermain

12-30

400-800

250 keluarga

400-800

70-180  Antar bangunan  Pada ujung cluster yang diawasi

450

 Dapat disatukan dengan

Fungsi

Ketentuan dan persyaratan

 Keseimbangaa  Merupakan taman n lingkungan yang dapat  Kenyamanvisu digunakan oleh al dan audial berbagai  Kontak dengan kelompok usia alam secara  Dapat digunakan maksimal untuk rekreasi  Berinteraksi aktif atau pasif social  Mencakup area  Pelayan social untuk berjalan budaya atau tempat duduk atau digabung dengan tempat bermain  Tempat  mudah dicapai dan bermain untuk mudah diawasi anak usia 1-5 dsari unit hunian tahun karena kelompok usia baalita masih  Menyediakan rekreasi aktif membutuhkan pengawasn ketat dan pasif  0,3 anak usia balita  berinteraksi tiaap 1 keluarga  1,8 m2 tiap 1 anak  Tempat  Harus dilengkapi bermain untuk dengan permainan anak usia 6-12 yang aman dan

TINJAUAN RUMAH SUSUN | 95

sekolah

Lapanga Minimal n OR 30.000 jiwa

1000

90.000

Pelatara n usaha

400-100 keluarga

600

40-100

Tempat parkir penghun i Makam

-

-

-

-

-

Minimal 10-15% dari area tanah lingkung an rumah susun

tahun sesuai usia pengguna  Menunjang Pendidikan dan  1,8 m2 tiap kesehatan keluarga  Memberikan rekreasi pasif dan aktif  Berinteraksi sosial Melayani salah Fasilitas ini  Dipusat disediakan bila lingkungan satu atau gabungan OR penduduk mencapai atau basket,badminto jumlah lebih dari  Digabung n, kasti, senam, 30.000 jiwa dengan aerobic sekolah Pada tempat Memenuhi  Menjajakan yang persyaratan dagangan memungkinkan Kesehatan, pada lokasi untuk yang bersifat keamanan, digunakan pada kenyamanan dan temporer waktu tertentu  Berinteraksi kebersihan sosial -

Pada area pemakaman yang telah disediakan pemerintah daerah setempaat

-

Setiap pengembang wajib menyediakan lahan pemakaman dengan luas dan lokasi sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku serta tata ruang kota

 Fungsi Ruang Terbuka Tabel 16. Fungsi Ruang Terbuka Rumah Susun Fungsi

Rekreasi dan komunikasi sosial

Aktifitas

Wadah Kegiatan

1. Berinteraksi social

Ruang yang digunakan bersama oleh penghuni untukpelayan social budaya serta melakukan interaksi social sesuaai dengan keadaan social budaya setempat

2. Memperoleh kenyamanan alami dan kontak dengan alam secara maksimal

Taman yang memenuhi :  Kebutuhan visual maupun audial yaitu keindahan kenyamanan, memberikaan kesan perspektif, vista,

96 | TINJAUAN RUMAH SUSUN

Komponen dan Elemen Ruang Terbuka  Komponen: mencakup seluruh komponen dari fungsi 1 dan 2  Elemen : Seluruh elemen dari fungsi 1 dan 2  Berinteraksi social Memperoleh kenyamanan alaami dan kontak dengan alam secara maksimal





3. Bermain

 



Fungsi

Aktifitas

pelembut, arsitektural, meredam gaduh, memciptakaan bentuk Kawasan untuk menyaatukan site daan mengikat masa bangunan Kebutuhan ekologis lingkungan yaitu menetralisir polusi udara, penyediaan cahaya matahari dan sirkulasi udara, pengendali banjir.

Kebutuhan rekreasi yaitu area lansekap yang ditata untuk rekreasi pasif yang membutuhkan ketenangan sampai aktifitas bermain aktif Tempat bermain Tempat bermain anak usia 1-5 tahun, yaitu tempat duduk untuk anak yang masih membutuhkan pengawasan langsung dari orang dewasa Tempat bermain untuk anak usia 6-12 tahun, yaitu tempat bermaain untuk anak yang tidak membutuhkan pengawasan langsung dari orang dewasa.

Wadah Kegiatan

Komponen mencakup  Tempat bermain Elemen mencakup:  Tanaman rumput, berbunga, semak, pelindung, peneduh  Kran air, bangku duduk dan meja  Permainan aktif, pasif kreatif, bak pasir, ayunan, luncuran, panjatan, papan jungkit  Penanda Komponen dan Elemen Ruang Terbuka

4. Berolah raga basket dan Lapangan olah raga badminton dan atau kasti dan atau senam

Pelayanan

1. menjajakan dagangan (pelayanan ekonomi)

2. Menghubungkan satu tempat ke tempat lain dengan roda kendaraan

Komponen mencakup  Lapangan yang memungkinkan untuk olah raga Elemen mencakup:  Rumput sebagai penutup permukaan atau perkerasan  Perlengkapan olah raga, tempat duduk, penerangan  penanda Peralatan usaha bersifat Komponen mencakup temporer, merupakan tempat  pelataran dengan untuk menjajakan dagangan pada perkerasan lokasi yang tepat, kenyamanan Elemen mencakup: dan kesehatan  kran air bersih, kran kebakaran, saluran drainase, tempat sampah  pennanda Jalur penghubung jalan Komponen mencakup kendaraan dan jalur jalan kaki  Jalan kendaraan roda 4 Tempat parkir dan 2

TINJAUAN RUMAH SUSUN | 97

maupun berjalan kaki

3. ruang untuk kebutuhan pelayanan utilitas

 Jalur pejalan kaki  Tempat parkir kendaraan roda 4 dan roda 2 Elemen mencakup:  Tanaman pelindung, peneduh  Lahan parkir, tempat duduk  Lampu penerangan  penanda Ruang terbuka akibat kebutuhan Komponen mencakup tanah untuk pelayanan utilitas  Ruang terbuka dengan atau tanpa perkerasan Elemen mencakup:  Telpon umum  Parabola  Jaringan utilitas  Tempat pembuangan sampah sementara  WC umum  penanda

Untuk penghuni : aman dan mudah diawasi dari unit hunian Pengunjung : terbatas pada kendaraan tamu dan utnuk bangunan fasilitas yang dibutuhkan

9b. Prasarana dan Utilitas Umum Lingkungan Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan rumah susun dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Utilitas umum merupakan sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan rumah susun. Kelengkapan utilitas rumah susun harus memenuhi persyaratan : - jaringan air bersih yang memenuhi persyaratan perpipaan dan perlengkapannya termasuk meter air, pengaturan tekanan air dan tangki air dalam bangunan.

- Jaringan listrik yang memenuhi persyaratan kabel dan perlengkapannya termasuk meter listrik dan pembatas arus serta pengaman terhadap timbulnya konsleting.

- Jaringan gas yang memenuhi persyaratan beserta kelengkapannya termasuk meter gas, pengatur arus dan pengamanannya.

- Saluran pembuangan pembuangan air hujan yang memenuhi persyaratan kualitas kuantitas dan pemasangan.

- Saluran pembuangan air lmbah yang memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitas pemasangannya - Saluran dan tempat pembuangan sampah yang memenuhi persyaratan terhadap kebersihan, Kesehatan dan kemudahan.

- Alat transportasi vertical berupa lift, tangga atau escalator dengan tingkat keperluan dan persyaratan yang berlaku.

98 | TINJAUAN RUMAH SUSUN

- Pintu dan tangga darurat, alat pemadam kebakaran, pintu kedap asap pada jarak tertentu.

- Generator listrik untuk rumah susun yang menggunakan lift.

Prasarana lingkungan berupa jalan, tangga, selasar, air bersih, drainase, sistim air limbah, dan pengolahan sampah. Perencanaan prasarana lingkungan harus mempertimbangkan kemudahan dan keserasian hubungan dan pengamanan. Tinjauan prasarana berdasarkan PermenPU no. 05/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi adalah sebagai berikut :  Sistem Air Minum Sistem air minum direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan sumber air minum, kualitas air bersih, sistem distribusi dan penampungan. Sumber air minum diperoleh dari sumber air berlangganan dan/atau sumber air lainnya yang memenuhi persyaratan Kesehatan sesuai pedoman dan standar teknis yang berlaku. Perencanaan sistem distribusi air minum dalam bangunan Gedung harus memenuhi debit air dan tekanan minimal yang disyaratkan. Penampungan air minum dalam bangunan Gedung diupayakan sedemikian rupa agar menjamin kualitas air. Penampungan air minum harus memenuhi persyaratan kelayakan bangunan.  Sistem Air Limbah Sistem pembangunan air limbah atau air kotor harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan jenis dan tingkat bahayanya.

Pertimbangan jenis air limbah dan air kotor diwujudkan dalam bentuk pemilihan sistem pengaliran dan penggunaan peralatan yang dibutuhkan.

Pertimbangan tingkat bahaya air limbah dan air kotor diwujudkan dalam bentuk sistem pengolahan dan pembuangan.

Air limbah yang mengandung bahan beracun dan berbahaya tidak boleh digabung dengan air domestic dan harus diproses lebih dahulu sesuai ketentuan yang berlaku. Air limbah domestic sebelum dibuaang ke saluran terbuka harus diproses sesuai pedoman dan standar teknis yang berlaku. Tata cara perencanaan pemasangan dan pemeliharaan sistem pembuangan air limbah dan air kotor pada bangunan Gedung mengikuti standar baku serta ketentuan teknis yang berlaku.

TINJAUAN RUMAH SUSUN | 99

 Drainase Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi dan pekarangannya harus dilengkapi dengan sistem penyaluran air hujan. Sistem penyaluran air hujan direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan ketinggian permukaan air tanah daya serap tanah dan ketersediaan jaringan drainase lingkungan. Pada daerah tertentu air hujan harus diresapkan kedalam tanah pekarangan atau ke sumur penampungan sebelum dialirkan ke jaringan drainase sesuai dengan ketentuanyang berlaku.

Pemanfaatan air hujan diperbolehkan dengan mengikuti ketentuan yang berlaku. Sistem pematusan air hujan harus dipelihara untuk mencegah terjadinya endapan dan penyumbatan.  Pengolahan Sampah.

Sistem pembuangan sampah padat direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan fasilitas penampungan dan jenisnya.pertimbangan fasilitas penampungan diwujudkan dalam bentuk penyediaan tempat penampunan kotoran dan sampah pada masing-masing bangunan rusuna bertingkat tinggi yang diperhitungkan berdasarkan jumlah penghuni dan volume sampah. Pertimbangan jenis sampah padat diwujudkan dalam bentuk penempatan wadah dan pengolahannya yang tidak mengganggu Kesehatan penghuni, masyarakat dan lingkungan. Bagi pengembang perumahan wajib menyediakan wadah sampah, alat pengumpul dan tempat pembuangan sampah sementara, sedangkan pengangkutan dan pembuangan akhir sampah padat dapat dilakukan dengan mendaur ulang, memanfaatkan Kembali jenis sampah seperti botol bekas, kertas, kertas koran, kardus, aluminium, kaleng, wadah plastic dan sebagainya. Sampah padat kecuali sampah bahan beracun dan berbahaya harus dibakar dengan incinerator yang tidak mengganggu lingkungan.  Persyaratan Terhadap Bahaya Kebakaran Bangunan rusuna bertingkat tinggi harus dilengkapi dengan sistem proteksi pasif dan sistem proteksi aktif terhadap bahaya kebakaran.

- Sistem Proteksi Pasif Penerapan sistem proteksi pasif didasarkan pada fungsi/klasifikasi resiko kebakaran, geometri ruang, bahan bangunan terpasang , jumlah dan kondisi penghuni dalam Gedung. Pada sistem proteksi pasif yang perlu diperhatikan meliputi persyaratan kinerja, ketahan api dan stabilitas, tipe 100 | TINJAUAN RUMAH SUSUN

konstruksi tahan api, tipe konstruksi yang diwajibkan, kompartemen dan pemisahan serta perlindungan bukaan. Sistem proteksi pasif harus mengikuti SNI 03-1736-2000 tentang Tata Cara perencanaan sistem proteksi pasif untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan Gedung edisi terbaru dan SNI 03-1746-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan ke luar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung, atau edisi terbaru.  Sistem Proteksi Aktif.

Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi, harus dilindungi terhadap bahaya kebakaran dengan proteksi aktif. Penerapan sistem proteksi aktif didasarkan pada fungsi, klasifikasi, luas, ketinggian, volume bangunan, dan/atau jumlah dan kondisi penghuni dalam bangunan rusuna bertingkat tinggi. Pada sistem proteksi aktif yang perlu diperhatikan meliputi: a. Sistem Pemadam Kebakaran baik berupa APAR, sprinkler, hidran box maupun hidran pilar/halaman; b. Sistem Deteksi & Alarm Kebakaran; c. Sistem Pengendalian Asap Kebakaran; dan d. Pusat Pengendali Kebakaran Sistem proteksi aktif tersebut harus mengikuti standar nasional Indonesia tentang proteksi pencegahan bahaya kebakaran

TINJAUAN RUMAH SUSUN | 101

102 | TINJAUAN RUMAH SUSUN

PERUMAHAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Gambar 37. Pembangunan Berwawasan Lingkungan Sumber : gurupendidikaan.go.id

1. LATAR BELAKANG Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk menata kehidupan keluarga dan kelangsungan hidup generasi.

Kenyataan ini menjadi dasar pemikiran betapa pentingnya pembangunan perumahan dan Kawasan permukiman sebagai wujud dasar tatanan kehidupan sosial kemasyarakatan dan cerminan tingkat kesejahteraan rakyat.

Pada pasal 3 undang-undang no 1 tahun 2011 tentang perumahan dan Kawasan permukiman menyebutkan bahwa Perumahan dan kawasan permukiman diselenggarakan untuk: - Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan Kawasan permukiman - Mendukung penaatn dan pengembangan wilayah serta penyebaran penduduk yang prporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan Kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

PERUMAHAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN | 103

- Meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan fungsi lingkungan baik dikawasan perkotaan maupun Kawasan perdesaan.

- Memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan perumahan dan Kawasan permukiman.

- Menunjang pembangunan dibidang ekonomi, social dan budaya - Menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur, terencana, terpadu dan berkelanjutan.

Pembangunan berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang terencana dan berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup. Terlaksananya pembangunan berwawasannlingkungan dan terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana merupakan tujuan utama pengelolaan lingkungan hidup. Peringatan Hari Habitat Dunia (HDD) dilaksanakan setiap hari Senin pertama bulan Oktober. Indonesia termasuk salah satu negara yang memberikan kontribusi besar pada hari habitat tersebut. Sejak tahun 2014 Indonesia menjadi mitra terdepan PBB dalam proses menuju konferensi Habitat II. Sebagai anggota Biro Prepcom 3 dan menjadi Lead Country Indonesia bertugas menjaring masukan dari negara-negara dalam penyusunan Draft New Urban Agenda di Kawasan Asia Pasifik.

Peran aktif Indonesia dalam pertemuan internasional untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran merupakan wujud nyata dalam mendorong terwujudnya pembangunan berkelanjutan. Peran penting Indonesia dalam konferensi Habitat 3 yang diselenggarakan PBB di Quito Equador adalah menyiapkan draft New Urban Agenda atau Draf Agenda Baru Perkotaan yang digagas pada Preparatory Committee di Surabaya. Konferensi di Surabaya tersebut dihadiri oleh 193 negara yang bertujuan mempersiapkan isu perkotaan atau zero Draft New Urban Agenda (ZD NUA). Kontribusi Indonesia pada draft tersebut terkait penekanan pembangunan di pesisir dan pulau-pulau kecil, peran komunitas lokal, peran pemangku kepentingan dan pembiayaan perumahan. Dalam pembangunan perlu peran aktif masyarakat lokal dan bantuan pembiayaan dari dunia internasional untuk menciptakan permukiman layak huni bagi masyarakat disegala lapisan.

104 | PERUMAHAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Konferensi Habitat tersebut menetapkan Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals dengan mengusung tema “Mengubah Dunia Kita: Agenda 2030 untuk Pembanguna Berkelanjutan” atau “Transforming Our World: The 2030 for Sustainable Development”.

Hal tersebut merupakan rencana aksi selama 20 tahun mulai tahun 20162036. Kesepakatan ini berlaku universal, yang berarti semua negara termasuk negara maju mempunyai kewajiban moral untuk mencapai tujuan dan target SDGs. SDGs dirancang secara partisipatif dengan melibatkan seluruh akor pembangunan dan stakeholder bekerjasama dan berkolaborasi untuk mengakhiri kemiskinan, menciptakan bumi yang lebih lama bagi semua umat manusia, dan segera menentukan Langkah yang pasti untuk pembangunan berkelanjutan demi terjaminnya kualitas hidup generasi yang akan datang.

Tujuan dan sasaran yang ditetapkan dalam SDGs dilanjutkan dengan merumuskan indikator global. Indikator global tersebut kemudian dijabarkan ke dalam indikator regional dan nasional yang dikembangkan sendiri oleh masing-masing negara. Adanya indikator lokal menjadi alternatif yang sangat bermanfaat, karena tidak seluruh indikator global didukung oleh data yang memadai di tiap negara. Indikator global yang dikembangkan cukup sederhana, namun kuat dalam menjawab tujuan dan target yang dicanangkan dalam SDGs. Untuk itu diperlukan strategi dan Langkah yang tepat dengan : - Menyusun rencana dan program yang lebih tepat guna dan tepat sasaran - Pelaksanaan program, pemantauan dan evaluasi hingga pelaporan TPB/SDGs yang lebih bersinergi.

- Pengukuran kinerja capaian program pusat dan daerah.

- Penentuan prioritas wilayah intervensi beserta potensi dan kendala masing-masing dengan prinsip "No One Left Behind" (tidak ada satupun yang ditinggal) SDGs harus mampu menjawab dua hal yaitu keadilan prosedural dimana seluruh pihak termasuk yang tertinggal terlibat dalam proses pembangunan, dan keadilan substansial yang menjamin kebijakan dan program pembangunan mampu menjawab persoalan-persoalan masyarakat, terutama kelompok tertinggal. Komitmen SDGs diterapkan ke dalam 17 tujuan, yaitu : - Tanpa Kemiskinan, yang berarti mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk dimanapun.

PERUMAHAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN | 105

- Tanpa kelaparan, mengakhiri kelaparan untuk mencapai ketahanan pangan dan nutrisi yang lebih baik dan mendukung pertanian berkelanjutan - Kehidupan sejahtera dan sehat. Memastikan kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua untuk semua usia - Pendidikan berkualitas. Memastikan pendidikan yang inklusif dan berkualitas setara, juga mendukung kesempatan belajar seumur hidup bagi semua - Kesetaraan gender. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan serta anak perempuan - Air bersih dan sanitasi layak. Memastikan ketersediaan dan manajemen air bersih yang berkelanjutan dan sanitasi bagi semua - Energi bersih dan terjangkau. Memastikan akses terhadap energi yang terjangkau, dapat diandalkan, berkelanjutan dan modern bagi semua - Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi. Mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, tenaga kerja penuh dan produktif, dan pekerjaan yang layak bagi semua - Industry, inovasi dan infrastruktur. Membangun infrastruktur yang tangguh, mendukung industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan dan membantu perkembangan inovasi - Berkurangnya kesenjangan sosial. Mengurangi ketimpangan di dalam dan antar negara - Kota dan komunitas berkelanjutan. Membangun kota dan pemukiman yang inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan - Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab. Memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan - Penanganan perubahan iklim. Mengambil aksi segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya - Ekosistem laut. Mengkonservasi dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumberdaya laut, samudra dan maritim untuk pembangunan berkelanjutan - Ekosistem daratan. Melindungi, memulihkan, dan mendukung penggunaan yang berkelanjutan terhadap ekosistem daratan, mengelola hutan secara berkelanjutan, memerangi desertifikasi (penguurunan), serta menghambat dan mengembalikan degradasi tanah dan menghambat hilangnya keanekaragaman hayati - Perdamaian, keadilan dn kelembagaan yang Tangguh. Mendukung masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan, 106 | PERUMAHAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

menyediakan akses terhadap keadilan bagi semua dan membangun institusi-institusi yang efektif, akuntabel, dan inklusif di semua level - Kemitraan untuk mencapai tujuan. Menguatkan ukuran implementasi dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan yang berkelanjutan.

2. KONSEP DAN DEFINISI Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan atau perkembangan yang memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa membahayakan kemampunan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Pembangunan berkelanjutan mengandung arti sudah tercapainya keadilan social dari generasi ke generasi. Pada dasarnya konsep pembangunan berkelanjutan merupakan strategi pembangunan yang memberikan Batasan pada laju pemanfaatan ekosistem alamiah dan sumberdaya yang ada didalamnya.

Pembangunan berkelanjutan merupakan strategi dalam pemanfaatan ekosistem alamiah dengan cara tertentu sehingga kapasitas fungsionalnya tidak rusak untuk memberikan manfaat bagi kehidupan umat manusia.

Keberhasilan penerapan pembangunan berkelanjutan memerlukan kebijakan, perencanaan dan proses pembelajaran sodial secara terpadu.

Keberhasilan pembangunan berkelanjutan bergantung penuh pada dukungan masyarakat melalui pemerintah, Lembaga social dan kegiatan dunia usaha.

Proses pembangunan berkelanjutan bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat baik secara spiritual maupun material.

2a. Hakekat Pembangunan Berkelanjutan.

Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup perlu memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara cermat dan bijaksana. Sumber daya alam mencakup air, tanah, udara, hutan, kandungan mineral dan keanekaragaman hayati. Sumber daya manusia mencakup jumlah penduduk, Pendidikan, Kesehatan, ketrampilan dan kebudayaan. Ilmu pengetahuan dan teknologi mencakup transportasi, informasi, komunikasi dan hasil-hasil ilmu pengetahuan dan tekologi lainnya. Sumber daya tersebut sifatnya terbatas sehigga dalam penggunaannya harus cermat dan bijaksana. Ketidakcermatan dalam penggunaan sumber daya dapat menimbulkan beragam masalah seperti polusi lingkungan, kerusakan sumber daya alam dan timbulnya masalah permukiman.

PERUMAHAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN | 107

Pembangunan berwawasan lignkungan yang dikenal dengan pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan manusia melalui pemanfaatan sumber daya secara bijaksana, efisiensi, dan memperhatikan pemanfaatannya dengan memperhatikan terjaminnya pemerataan dan keadilan, menghargai keanekaragaman hayati, menggunakan pendekatan integratif yang memungkinkan keterkaitan yang kompleks antara manusia dan lingkungan untuk masa kini dan masa yang akan datang. Menggunakan pandangan jangka Panjang dalam pengelolaan pemanfaatan sumber daya yang mendukung pembangua agar secara berlanjut dapat digunaka dan dimanfaatkan.

2b. Ciri-ciri Pembangunan Berkelanjutan.

Pembangunan yang berkelanjutan harus mencerminkan tindakan yang mampu melestarikan ligkungan alam. Pembangunan berkelanjutan mempunyai ciri-ciri :  Memberi kemungkinan pada kelangsungan hidup dengan jalan melestarikan fungsi dan kemampuan ekosistem yang mendukung .  Memaanfaatkan sumber daya alam dengan memanfaatkan teknologi yang tidak merusak lingkungan.  Memberikan kesempatan berbagai sector untuk berkembang bersama disetiap daerah secara berkesinambungan.  Meningkatkan dan melestarikan kemampuan dan fungsi ekosistem untuk memasok, melindungi serta mendukung sumber alam bagi kehidupan secara berkesinambungan.  Menggunakan prosedur dan tata cara yang memperhatika kelestarian fungsi dan kemampuan ekosiste untuk mendukung kehidupan masa kini dan masa yang akan datang.

2c.Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana merupakan tujuan utama pengelolaan lingkungan hidup. Pembangunan berkelanjutan memiliki tiga tujuan utama yaitu :  Economically viable, pembangunan ekonomi yang dinamis  Socially-politically acceptable and culturally sensitive, pembangunan yang secara social dapat diterima serta peka terhadap aspek-aspek budaya 108 | PERUMAHAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

 Environmental friendly, ramah lingkungan.

Konsep pembangunan berkelanjutan dirumuskan untuk mencegah atau mengurangi dampat pemekaran kota yang tidak terstruktur (urban sprawl) sehingga kota menjadi tidak efisien dan efektif dalam melayani kehidupan didalamnya.

Gambar 38. Konsep Pembangunan Berkelanjutan Sumber: Kota Hijau (pu.go.id)

Untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan memiliki tiga pilar utama yang saling berkesinambungan yaitu : - Pertumbuhan ekonomi, menjaga pertumbuhan ekonomi yang stabil dengan merestrukturisasi system produksi untuk menghemat sumber daya daan energi.

- Keberlanjutan sosial, menjamin keadilan social danlaam distribusi kekayaan dan pelayanan social.

- Keberlanjutan lingkungan, dengan menjaga lingkungan tempat tinggal agar nyaman dan aman melalui zero emission.

Secara rinci tujuan pembangunan berkelanjutan adalah :  Menyelesaikan segala bentuk masalah kemiskinan pada seluruh tempat (baik pada di desa maupun di kota.  Membuat kepastian Pendidikan yang layak, berkualitas dan inklusif yang mendorong kesempatan belajar seumur hidup untuk semua orang  Tercapainya kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, mengakhiri PERUMAHAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN | 109

     

kelaparan dengan menggalakan pertanian berkelanjutan untuk mencapai ketahanan pangan dan perbaikan nutrisi.

Menjamin akses air bersih dan sanitasi untuk semua orang.

Menggalakkan hidup sehat dan mendukung kesejahteraan untuk semua umur.

Memastikan akses energi yang terjangkau yang bisa diandalkan dan berkelanjutan.

Mengurangi kesenjangan sosial baik didalam maupun antar negara Pembangunan infrastruktur yang kuat dengan mempromosikan industri yang berkelanjutan serta mendorong inovasi Melakukan promosi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif dan lapangan kerja yang layak untuk semua orang

3. MASALAH PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Konsep pembangunan berkelanjutan dikenalkan sebagai hasil debat antara pendukung pembangunan dan pendukung lingkungan. Konsep pembangunan berkelanjutan harus dilihat sebagai interaksi dari tiga sistem yaitu sistim biologis dan sumberdaya, sistem ekonomi dan sistem sosial. Budiman dalam bunga rampai (2005:375-377) menjelaskaan konsep pembangunan berkelanjutan dengan membandingkan perkembangan kota Jakarta dengan kota-kota lain di Asia, seperti Bangkok, Singapura, Tokyo yang memiliki kualitas pembangunan berkelanjutan yaitu cara berpikir yang integrative, perspektif jangka Panjang, mempertimbangkan keanekaraman dan distribusi keadilan sosial ekonomi.

Melihat tujuan pembangunan berkelanjutan yaitu mencapai masyarakat sejahtera dalam lingkungan hidup yang berkelanjutan maka kemiskinan dan kerusakan lingkungan hidup merupakan ancaman utama pembangunan. Tiga masalah yang merupakan hambatan dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan adalah kemiskinan, kualitas lingkungan hidup dan masalah keamanan dan ketertiban.  Masalah kemiskinan Kemiskinan merupakan contoh ketidakadilan yang dialami suatu kelompok khususnya masyarakat pra sejahtera. Kemiskinan terdapat dimanamana baik dinegara maju maupun dinegara berkembang. Ketidakadilan terlihat dari tidak terpenuhinya kebutuhan masyarakat pra sejahtera dalam mengakses pelayanan publik seperti kebutuhan air bersih, sanitasi yang sehat, pelayanan 110 | PERUMAHAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

kesehatan, pelayanan Pendidikan dan rumah yang sehat, termasuk kesulitan untuk mendapatkan akses kepemilikan hak atas tanah yang mereka huni. Akibat yang terjadi mereka sulit mendapatkan akses pekerjaan yang baik dan stabil.

Ketidak adilan ini menyebabkan masyarakat miskin tetap miskin dan mengancam proses pembangunan berkelanjutan. Kerusakan lingkungan, kondisi permukiman yang buruk dan kumuh dalam suatu Kawasan memperlihatkan bahwa Kawasan tersebut sedang dalam proses tidak berkelanjutan.

Penelitian-penelitian terbaru menunjukkan bahwa kemiskinan bersifat tidak statis. Orang miskin bukan orang yang pasif, ia adalah manajer seperangkat asset yang ada diseputar mereka. Kebijakan pengurangan kemiskinan yang selama ini dilakukan secara top-down dirubah menjadi bottom-up dengan cara melibatkan partisipasi masyarakaat melalui dialog-dialog yang demokratis, menghargai perbedaan dan kesetaraan gender.  Masalah kualitas lingkungan hidup Pembangunan pada hakekatnya adalah perubahan lingkungan, yaitu mengurangi resiko lingkungan dan memperbesar manfaat lingkungan.

Pembangunan berkelanjutan pada hakekatnya tidak bisa dilepaskan dari pembangunan manusia, karena manusia adalah subyek sekaligus obyek pembangunan. Pembangunan dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup manusia. Disisi lain pembangunan yang terus meningkat juga memberikan dampak menurunnya kondisi lingkungan akibat pencemaran maupun kerusakan lingkungan, untuk itu dituntut tanggung jawab dan perannya untuk memelihara dan meningkatkan daya dukung lingkungan. Keberlanjutan pembangunan harus memadukan lingkungan hidup, serta pengembangan sumber daya buatan untuk mencapai keberlanjutan pembangunan. Lebih penting lagi menjamin kesejahteraan mutu hidup generasi yang akan datang.  Masalah keamanan dan ketertiban Masalah keamanan dan ketertiban terjadi akibat pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat, seperti pelanggaran berlalu lintas. Demikian juga munculnya demonstrasi yang dilakukan oleh masyarakat terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang dibuat oleh pemerintah, khususnya di kota-kota besar. Hal ini terjadi karena berbagai hal seperti kurangnya sosialisasi dari pemerintah terhadap kebijakan yang dijalankan, kurangnya pelibatan masyarakat dalam pembangunan dan kurangnya pemahaman hak-hak dan tanggung jawab masyarakat dalam pembangunan.

PERUMAHAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN | 111

4. PEMBANGUNAN PERUMAHAN BERKELANJUTAN SEBAGAI KERANGKA PEMBANGUNAN NASIONAL KE DEPAN Sesuai dengan agenda SDGs sampai pada tahun 2030, Pemerintah Indonesia berkomitmen melanjutkan target dan indikator SDGs yang terintegrasi ke dalam RPJMN 2020 – 2024. Komitmen ini diatur dalam beberapa peraturan yang ditetapkan untuk memudahkan pelaksanaan mulai tingkat pusat sampai tingkat daerah. Peraturan tersebut adalah :  Undang–Undang No 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.  Undang-Undang No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.  Peraturan Presiden No 2 tahun 2015 Tentang RPJMN akan dijalankan dalam kerangka Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.  Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

Tabel 17. Sasaran Dan Indikator Sdgs Bidang Perumahan Dan Permukiman Sasaran

6.1

6.2

11.1

Indikator

Tujuan 6: Menjamin ketersediaan serta pengelolaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua Pada tahun 2030, mencapai akses Persentase rumah tangga 6.1.1.(A) universal dan merata terhadap air yang memiliki akses minum yang aman dan terjangkau bagi terhadap layanan sumber air semua minum layak dan berkelanjutan.

Pada tahun 2030, mencapai akses Persentase rumah tangga 6.2.1.(B) terhadap sanitasi dan kebersihan yang yang memiliki akses memadai dan merata bagi semua, dan terhadap layanan sanitasi menghentikan praktik buang air besar di layak dan berkelanjutan tempat terbuka, dengan memberikan perhatian khusus pada kebutuhan kaum perempuan, serta kelompok masyarakat rentan.

Tujuan 11: Menjadikan kota dan permukiman inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan Pada tahun 2030, menjamin akses bagi 11.1.1.(A) Persentase rumah tangga semua terhadap perumahan yang layak, yang memiliki akses aman, terjangkau, termasuk penataan terhadap hunian yang layak kawasan kumuh serta akses terhadap dan terjangkau pelayanan dasar perkotaan.

112 | PERUMAHAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Mengacu pada tujuan pembangunan berkelanjutan, maka perlu dilakukan pergeseran sasaran dan indikator pembangunan perumahan dan permukiman dari berbasis berbasis output seperti produksi rumah mennjadi sasaran dan indikator berbasis hasil (outcome), yaitu akses terhadap rumah yang layak, aman dan terjangkau. Pengertian ini kemudian diterjemahkan ke dalam indikator utama dan indikator tambahan. Indikator utama adalah persentase rumah tangga yang mampu mengakses dan tinggal dirumah layak berdasarkan ketahanan konstruksi, akses air minum, akses sanitasi, dan luas perkapita. Sedangkan indikator tambahan adalah berkurangnya permukiman kumuh, angka kepemilikan rumah, keterjangkauan dan keamanan bermukim.

Pembangunan berkelanjutan melibatkan tiga komponen, pertama perumahan, yaitu rumah yang berfungsi sebagai lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana. Kedua masyarakat dan aktifitasnya, yaitu seluruh kegiatan sosial dan ekonomi dari seluruh masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya. Ketiga adalah lingkungan, yaitu tempat dimana masyarakat tinggal bersama.

Rumah yang baik tidak harus besar dan mewah, rumah yang baik harus memenuhi syarat Kesehatan. Di Indonesia kriteria rumah sehat ditetapkan melalui : a. Kepmen Kimpraswil no. 403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sehat (Rs. Sehat). b. Kepmen Kesehatan RI no. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan.

Ketentuan persyaratan Kesehatan rumah tinggal berdasarkan beberapa faktor seperti bahan bangunan yang digunakan, kondisi dan penataan ruang, pencahayaan dalam rumah, kualitas udara (terkait dengan pencemaran udara lingkungan), ventilasi, vector penyakit, penyediaan air bersih, pembuangan limbah dan kepadatan hunian. Seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut :

PERUMAHAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN | 113

Tabel 18. Ketentuan Rumah Sehat Berdasarkan Kemenkes 829 Tahun 1999 No.

Komponen

Ketentuan

1

Bahan Bangunan 1. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat y ang dapat membahayakan kesehatan, antara lain:  Debu total kurang dari 150 mg per meter persegi;  Asbestos kurang dari 0,5 serat per kubik, per 24 jam;  Timbal (Pb) kurang dari 300 mg per kg bahan;  Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh  dan berkembangnya mikroorganisme patogen.

2

Komponen dan Penataan Ruang

 Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;  Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan mudah dibersihkan;

 Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan;  Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir;  Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan 3peruntukannya;  Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap 3

Pencahayaan

4

Kualitas Udara

5

Ventilasi

Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata.  Suhu udara nyaman, antara 18 – 30 oC;  Kelembaban udara, antara 40 – 70 %;  Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm per 24 jam;  Pertukaran udara 5 kali 3 per menit untuk setiap penghuni;  Gas CO kurang dari 100 ppm per 8 jam;  Gas formaldehid kurang dari 120 mg per meter kubik.

Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai

6

Vektor Penyakit

Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.

No.

Komponen

7

Penyediaan Air

8

Pembuangan Limbah

9

Kepadatan Hunian

Ketentuan  Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter per orang setiap hari;  Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.  Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;  Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan  tanah dan air tanah.  Luas kamar tidur minimal 8 meter persegi, dan  dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang tidur.

Sumber: Kepmenkes No. 829 Tahun 1999

114 | PERUMAHAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Rumah layak huni dan terjangkau dalam konteks pemukiman kumuh berdasarkan kerangka kerja monitoring SDGs harus memenuhi 5 kriteria, yaitu ketahanan bangunan, kecukupan luas tempat tinggal, akses air minum yang layak, akses sanitasi yang layak dan keamanan bermukim.

Tabel 19. Indikator Global dan Nasional untuk Akses Hunian layak dan Terjangkau Global Indikator

Definisi Operasional

Nasional

Proportion of urban population living in Proporsi rumah tangga yang slums, informal settlements, or inadequate memiliki akses terhadap hunian housing yang layak dan terjangkau Slum households are defined as those that lack one or more of the following: 1. Durability of Housing 2. Sufficient Living Space 3. Access to Improved Water 4. Access to adequate sanitation 5. Security of Tenure

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Ketahanan bangunan Kecukupan luas tempat tinggal Akses air minum layak Akses sanitasi layak Keamanan bermukim Keterjangkauan

Table 20. Kriteria Hunian Layak dan SDGs No.

Komponen

1

Ketahanan Bangunan

2 3

Kecukupan luas tempat tinggal Akses terhadap air minum layak

4

Akses terhadap sanitasi layak

Kriteria  Bahan bangunan atap terluas adalag genteng, beton, kayu/sirap dan seng  Bahan bangunan dinding terluas adalah tembok/GRC Board, plesteran anyaman bamboo/kawat, kayu/papan dan batang kayu  Bahan bangunan lantai terluas adalah marmer/granit, keramik, parkit/vinil/karpet, ubin/tegel/teraso, kayu/papan dan semen/bata merah Luas lantai per kapita ≥ 7,2 m2 Mengikuti indikator dan metode perhitungan sasaran 6.1.1 (a) terkait akses air minum layak Mengikuti indikator dan metoda perhitungan sasaran 6.2.1(b) terkait akses sanitasi layak

Sumber: Metadata SDGs Indonesia, 2017

Pelaksanaan Pembangunan berkelanjutan berpedoman pada empat prinsip dasar pembangunan khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Empat prinsip dasar itu adalah : PERUMAHAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN | 115

 Pemerataan atau equity, semua masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh akses ke perumahan, infrastruktur dan sumber daya.  Keberpihakan pada penduduk miskin (pro-poor) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, khususnya MBR.  Berkelanjutan (sustainable), untuk tujuan social dan ekonomi yang sejalan dengan prinsip dasar pembangunan berkelanjutan.  Menggunakan pendekatan pemberdayaan (enabling approach), dalam hal ini masyarakat dilibatkan dalam seluruh proses pembangunan, mulai dari persiapan, pelaksanaan dan pemeliharaan.

Untuk mencapai pembangunan perumahan berkelanjutan fokus kegiatan dikhususkan pada :  Tata Guna Lahan berkelanjutan, pemerintah menetapkan perencanaan dan pola tata guna lahan yang berkelanjutan. Mengembangkan sistim informasi tata ruang, yang dapat diakses oleh MBR dan menciptakan kerangka regulasi.  Pembangunan sosial (urban sociology) yang bertujuan mengurangi kemiskinan serta memberikan akses yang sama bagi seluruh masyarakat terhadap kesempatan ekonomi.  Pembatasan pergerakan penduduk, menangani isu urbanisasi dengan pembangunan yang berimbang antara pedesaan dan perkotaan.  Menciptakan lingkungan yang sehat dengan pengendalian kualitas sanitasi lingkungan. Sistim pengelolaan limbah rumah tangga, drainase dan sampah yang terintegrasi, penyediaan air minum yang terjangkau dan memadai, pencegahan polusi udara dan konservasi.  Penggunaan sumber energi yang berkelanjutan dengan meningkatkan efisiensi energi, menggunakan energi alternatif dan penggunaan transportasi masal.  Menggunakan sistim komunikasi dan transportasi berkelanjutan dengan cara mengintegrasikan sistim transportasi dan tata guna lahan, mengurangi bangkitan lalu lintas serta pengenalan transportasi intermodal.  Peningkatan ekonomi perkotaan, dengan menciptakan lapangan kerja dan menserasikan sektor formal dan informal 5. RUMAH RAMAH LINGKUNGAN Rumah ramah lingkungan atau Eco House adalah rumah yang didesain secara khusus dengan memperhatikan faktor lingkungan mulai dari penggunaan 116 | PERUMAHAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

energi, lingkungan hijau dan aspek ramah ligkungan lainnya. Konsep rumah ramah lingkungan atau disebut juga rumah hijau memiliki tujuan utama mengurangi penggunaan energi yang berlebihan. Konsep rumah ramah lingkungan merupakan usaha untuk mengurangi isu-isu lingkungan yang berkembang saat ini,misalnya pemanasan global, melindungi kesehatan penghuninya, mengurangi kerusakan lingkungan, pembangunan yang ekonomis.

Konsep rumah ramah lingkungan yang diterapkan pada bangunan tempat tinggal maupun kawasan perumahan bertujuan menghemat penggunaan energi listrik, dan kenyamanan yang diperoleh akan lebih baik. Dengan Konsep rumah ramah lingkungan maka penataan suatu kawasan akan lebih rapi, indah dan asri. Penghematan energi menggunakan konsep rumah ramah lingkungan dicapai dengan mengoptimalkan bukaan-bukaan dan lubang-lubang ventilasi pada bangunan rumah, tujuannya untuk mengurangi penggunaan energi listrik yang digunakan untuk penerangan dan sirkulasi udara. Rancangan bangunan yang cenderung terbuka dan menyatu dengan alam mendukung kualitas hunian yang sehat. Aplikasi rancangan rumah ramah lingkungan dapat dilihat pada penggunaan roof garden dan green roof. Cara mewujudkan rumah ramah lingkungan diantaranya dengan :  Menanam pohon di rumah. Lansekap yang baik sangat penting agar rumah lebih bersahabat dengan alam. Pohon dan semak yang lebat membantu menyejukkan udara didalam rumah, sehingga dapat mengurangi penggunaan kipas angin dan AC pada saat udara panas.  Merancang ventilasi udara yang lancar. Sirkulasi udara dalam ruang yang baik dapat mengurangi penggunaan AC dan kipas angin, bahkan bisa dihilangkan. Agar sirkulasi udara dapat berjalan dengan lancer, dicapai dengan meninggikan atap dan langit-langit rumah, ruang yang digunakan sebagai tempat berkumpul dirancang tanpa sekat (ruang tamu, ruang keluarga).  Menggunakan peralatan rumah tangga yang hemat energi, yaitu dengan memilih perabot yang berlabel "energy star", yang artinya alat tersebut mengkonsumsi energi lebih sedikit dibanding peralatan yang tidak menggunakan symbol tersebut.  Menggunakan kipas angin. Penggunaan kipas angin untuk membantu sirkulasi udara di rumah lebih hemat dibandingkan penggunaan AC. Kipas Angin tidak mengeluarkan zat emisi karbon dan biaya operasionalnya lebih rendah.

PERUMAHAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN | 117

 Menggunakan lampu hemat energi, lampu fluorescent membutuhkan energi lebih sedikit dibandingkan lampu model lama, meski harganya lebih mahal namun masa hidupnya lebih Panjang dan konsumsi energi lebih sedikit.

Gambar 39. Memanfaatkan Panel Surya Sebagai Sumber Listrik Sumber : Types of Eco-Friendly Houses - Home Stratosphere

Gambar 40. Desain Rumah Dengan Banyak Bukaan Untuk mengurangi konsumsi energi Sumber : : Types of Eco-Friendly Houses - Home Stratosphere

118 | PERUMAHAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Gambar 41. Penggunaan atap tanaman dan menampung air hujan Sumber : Types of Eco-Friendly Houses - Home Stratosphere

Rumah yang di desain di lahan bukit dikelilingi danau yang luas, bangunan terdiri dari 3 lantai dengan memanfaatkan ketinggian topografi yang ada, menggunakan bahan bangunan yang berasal dari lingkungan sekitar.

Gambar 42. Bangunan dengan material alami Sumber : 25 Eco-Friendly Houses Made With Natural Materials (designyourway.net)

PERUMAHAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN | 119

Gambar 43 . Eco Apartments Memanfaatkan cahaya matahari untu penerangan Sumber : 25 Eco-Friendly Houses Made With Natural Materials (designyourway.net)

Gambar 44 . Rumah Dengan Bahan Dasar Bambu Sumber : 25 Eco-Friendly Houses Made With Natural Materials (designyourway.net)

120 | PERUMAHAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

6. ECO PROPERTY Kebutuhan kehidupan manusia mencakup pembangunan permukiman.

Salah satu tujuan penting dari pembangunan permukiman adalah perlindungan terhadap penghuni. Selama ini Pembangunan proyek besar termasuk di Indonesia lebih banyak memperhatikan masalah teknis dibandingkan lahan bangunan untuk kenyamanan dan perlindungan penghuni. Pembangunan yang bersifat teknis secara berlebihan mengakibatkan krisis ekologi. Untuk menetralisir keadaan kritis tersebut, Eco Property menggunakan teknologi yang menyesuaikan dengan alam dan dibutuhkan penyelesaian interdisiplin. Eco Property merupakan penghubung antara manusia dengan lingkungannya.

Keseimbangan harmonis antara alam, manusia dan lingkungan menyebabkan kualitas lingkungan meningkat. Terdapat tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam Eco Property, yaitu seimbang dengan alam, dengan lebih memperhatikan kondisi alam yang ada. seimbang dengan manusia, dengan lebih perhatian pada faktor kesehatan, keamanan, pendidikan, jalan air, udara dan sebagainya dan Seimbang dengan lingkungan, dengan memperhatikan BCR/building Coverage Ratio, ruang terbuka hijau, disain, penggunaan bahan bangunan, konstruksi dan sebagainya.

Keseimbangan Eco Property juga menuntut keseimbangan antara lingkungan dan teknologi. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh pengembang dalam memenuhi kebutuhan perumahan adalah :  Penentuan Lokasi Yang Tepat.

Lokasi perumahan sering menjadi faktor utama keberhasilan proses pembangunan. Seperti yang di sebutkan Catanese dan Snyder (1992),……. keberhasilan dan nilai suatu proyek ditentukan oleh tiga hal yaitu: Lokasi, lokasi dan lokasi. Selama kebijakan tentang lokasi perumahan belum dirumuskan dengan baik, maka perkembangan lokasi perumahan termasuk sarana dan prasarananya akan cenderung berjalan sendiri-sendiri tanpa keterpaduan yang harmonis dengan elemen lainnya. Banyaknya pengembang baru yang bermunculan juga mendorong perkembangan lokasi perumahan baru tumbuh secara acak. Menentukan lokasi yang tepat wajib dilakukan oleh pengembang perumahan ramah lingkungan. Perumahan ramah lingkungan tidak cocok bila dibangun dilokasi daerah resapan air, bantaran sungai atau dekat dengan area pembuangan sampah. Pembangunan hunian diarea bantaran sungai dan daerah resapan air akan mengganggu siklus daur air yang mengakibatkan banjir, dan PERUMAHAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN | 121

pembangunan perumahan dekat area pembuangan sampah mengakibatkan hunian sangat berpotensi mengalami pencemaran udara maupun pencemaran air tanah. Selain pilihan lokasi yang tepat juga harus efisien. Hal ini berkaitan dengan jarak lokasi perumahan ke tempat-tempat tertentu yang dibutuhkan oleh penghuni seperti pusat perbelanjaan, sekolah, maupun kantor. Semakin dekat jarak lokasi , maka jejak karbon yg dihasilkan oleh aktifitas penghuni semakin kecil. Jejak karbon adalah jumlah emisi karbon yng diproduksi oleh suatu organisme atau produk dari berbagai aktifitas sehari-hari mulai dari penggunaan alat listrik, pola makan dan cara bepergian. Emisi karbon yang tinggi dapat meningkatkan pemanasan global.  Memiliki Area Terbuka Hijau Ciri penting perimahan ramah lingkungan adalah tersedianya ruang terbuka hijau di area perumahan. Minimal pengembang harus menyediakan 30% dari luas lahan perumahan untuk area terbuka hijau yang dilengkapi dengan berbagai tumbuhan. Ruang terbuka hijau tidak hanya dibuat di area sekitar rumah, atap rumahpun dapat dijadikan ruang terbuka hijau dengan desain rooftop garden yang biasa terdapat di Gedung pencakar langit.

Architecturebeast.com

freshome.com

www.cari-kost.com Gambar 45. Berbagai Ruang terbuka hijau di perumahan Sumber: dekoruma.com ; image.searh.yahoo.com

122 | PERUMAHAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

 Pertukaran udara yang baik.

Perencanaan perumahan ramah lingkungan memiliki pola sirkulasi udara yang baik. Pertukaran udara dari luar rumah dengan udara dari dalam rumah harus berjalan lancar. Salah satu ciri lingkungan perumahan yang sehat adalah disain rumah yang memperhatikan ventilasi udara dengan lebar jendela yang cukup dan desain ruang dengan sedikit sekat. Hal ini untuk menunjang agar sirkulasi udara berlangsung merata diseluruh ruangan. Rumah yang sehat dapat dipastikan tidak memiliki ruang yang pengap.

baufritz.com bohaute.com Gambar 46. Rumah Dengan Ventilasi Baik

 Hemat Energi Upaya hemat energi dilakukan dengan memaksimalkan energi terbarukan seperti sinar matahari. Disain rumah ramah lingkungan dibuat sedemikian rupa agar sinar matahari dapat menjadi sumber pencahayan utama bagi seluruh rumah. Panas matahari juga dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik dengan memasang panel surya pada atap rumah. Pemakain kaca penghasil listrik atau solar window juga dapat diterapkan pada desain rumah ramah lingkungan.

Naturalnews.com

3blindmiceusa.com zeniad.wordpress.com Gambar 47. Rumah Hemat Energi

PERUMAHAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN | 123

www.cuebed.com www.industrytap.com Gambar 48. Prinsip Solar Window

 Pengelolaan Limbah yang Baik Perumahan ramah lingkungan harus memilik system pengelolaan limbah yang baik. Cara mengelola limbah dilingkungan perumahan dengan menyediakan tempat penampungan sampah sementara yang tertutup sehingga meminimalisir resiko pencemaran udara dan bau. Sampah juga dipisahkan antara sampah organik dan non organik. Sedangkan limbah cair dari aktifitas mandi dan mencuci disalurkan ke sumur resapan yang didasarnya terdapat lapisan ijuk, batu kerikil dan pasir sebagai pemurni air. Air limbah yang sudah dimurnikan diserap tanah disekitar rumah, sehingga tidak dibuang begitu saja.

7. GREEN CITY. Kota merupakan suatu wilayah administrasi yang ditetapkan oleh pemerintah dengan ciri kepadatan penduduknya tinggi. Sebagian besar wilayah merupakan daerah terbangun dengan jalur lalu lintas dan transportasi dan kegiataan ekonomi non pertanian. Kota di Indonesia umumnya berkembang secara laissez faire tanpa dilandasi perencanaan menyeluruh dan terpadu. Kota berkelanjutan disebut juga green city yaitu kota yang direncanakan dengan strategi pembangunan yang seimbang antara pertumbuhan ekonomi, kehidupan sosial dan perlindungan lingkungan, sehingga kota menjadi tempat yang layak huni bagi generasi saat ini maupun generasi akan datang.

Green City sebagai salah satu konsep Kota berkelanjutan bertujuan menghasilkan pembangunan kota yang meminimalisir dampak negatif pembangunan terhadap lingkungan. Konsep kota ramah lingkungan menerapkan prinsip pemanfaatan sumber daya dan energi dengan efektif dan efisien, mengurangi limbah, menerapkan sistim transportasi terpadu, menjamin adanya Kesehatan dan mampu mensinergikan lingkungan alami dan buatan. Konsep 124 | PERUMAHAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

tersebut dikenal sebagai sustainable urbanism atau kota yang berkelanjutan.

Green City memiliki delapan elemen, yaitu  Green planning and design, suatu perencanaan tata guna lahan dan tata bangunan yang ramah lingkungan serta penciptaan ruang yang atraktif dan estetik  Green open space atau ruang terbuka hijau, berfungsi sebagai paru-paru kota dan menambah estetika kota.  Green waste, system pengolahan sampah yang berprinsip pada 3 R (Reduce, Reuse Dan Recycle)  Green transportation, penggunaan transportasi masal dan mengurangi pengurangan kendaraan pribadi, serta mencipakan ruang jalan yang ramah bagi pejalan kaki dan pengguna sepeda.  Green water, penerapan hemat air dan menciptakan air yang berkualitas.  Green energy, mengurangi tingkat konsumsi energi dengan memanfaatkan listrik tenaga surya, listrik tenaga angin dan listrik tenaga methana (hasil pengolahan sampah)  Green building, prinsip rancangan bangunan yang ramah lingkungan  Green community, strategi melibatkan stakeholder dalam menciptakan kota hijau melalui partisipasi nyata

PERUMAHAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN | 125

DAFTAR PUSTAKA Eugene H. Klaber, Housing Design,Reinhold Publishing Corp., New York, 1954.

Cyelfa Ragil Indira, Widi Suroto, Maya Andria Nirawati (2019); Penerapan Prinsip Arsitektur Ekologis Pada Perencanaan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Di Kelurahan Johar Baru, Jurnal SENTHONG UNS. Frick, H., & Suskiyanto, B. (2007). Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis.

Yogyakarta: Kanisius John F.C Turner, 1972, Freedom To Build (164-167) Kurnia Novianti (20116); Kota Berkelanjutan: Antara Ide dan Implementasi dalam Perspektif Pemangku Kepentingan Patrawidya, Vol. 17, No. 3, Desember 2016 Maslow, 1954:10; Hierarchy of need Siswono Yudohusodo: Rumah Untuk Seluruh Rakyat, 1991: 432 WilIiams, D. E. (2007). Sustainable Design: Ecology, Architecture, and Planning UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman Undang-undang no. 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun.

PP no 14 tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman PP no 13 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Rumah Susun PP no 25 tahun 2011 tentang Pedoman Penyelenggaraan Rumah Murah Permen PU no 12 tahun 2020 tentang Peran Serta Masyarakat dalam Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman Kepmen Kimpraswil no. 403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sehat (Rs. Sehat).

Kepmen Kesehatan RI no. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan.

DAFTAR PUSTAKA | 127

Undang–Undang No 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Undang-Undang No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

Peraturan Presiden No 2 tahun 2015 Tentang RPJMN akan dijalankan dalam kerangka Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

Metadata SDGs Indonesia, 2017 http://www.gurupendidikan.co.id/Pembangunan-berkelanjutan/

https://www.mustikaland.co.id https://nazarul14.wordpress.com/greencityarsitektur dan lingkungan; diunduh 16-09-2021 http://sim.ciptakarya.pu.go.id/p2kh/knowledge/detail/pembangunanberkelanjutan 12 Types of Eco-Friendly Houses - Home Stratosphere 25 Eco-Friendly Houses Made With Natural Materials (designyourway.net) dekoruma.com ; image.searh.yahoo.com

128 | DAFTAR PUSTAKA