WARTA UNUSA EDISI 4

WARTA FOTO

MAJALAH UNUSA

04- 2019

WARTA FOTO

28

MAJALAH UNUSA

01- 2018

EDITORIAL

A

ANUGERAH TERINDAH

ssalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Kouin ya no gotoshi (Waktu berlalu bagaikan anak panah lepas dari busurnya). Pepatah Jepang tersebut seakan memberi inspirasi kepada civitas akademika Unusa, agar selalu berpikir cepat, bersikap cepat, dan bertindak cepat. Kecepatan merupakan modal dasar kampus yang baru berumur 5 tahun ini, agar sejajar dengan kampuskampus favorit yang lebih dulu ada.

Bahkan, melampaui reputasi kampuskampus yang lebih tua usianya.

di awal tahun 2019 adalah Unusa berhasil mendapatkan penghargaan bergengsi, predikat Perguruan Tinggi NU Terbaik Pertama se-Indonesia.

Subhanalloh, prestasi demi prestasi yang diukir oleh Unusa, sekaligus menjawab keraguan sebagian masyarakat apakah Unusa mampu menjadi perguruan tinggi yang layak untuk sejajar dengan perguruan tinggi favorit di Indonesia. Dengan berbagai capaian prestasi tersebut, masyarakat semakin yakin dan tidak akan ragu lagi mempercayakan pendidikan putra-

Masih segar dalam ingatan kita, Unusa resmi didirikan pada bulan Juli 2013, waktu yang belum lama berlalu.

Namun saat ini, 15 dari 17 program studi sudah terakreditasi B. Akreditasi Institusi juga sudah B. Unusa menjadi satu-satunya perguruan tinggi swasta di Jawa Timur yang memiliki program studi Magister Terapan Keperawatan dengan akreditasi B. Peringkat Unusa melejit dari tahun ke tahun. Pada tahun 2016 Unusa berada di posisi 2.085 dari 3.244 perguruan tinggi se-Indonesia.

Pada tahun 2017 Unusa berada pada posisi 359 dari 3.244 perguruan tinggi seIndonesia, dan pada tahun 2018 Unusa berhasil menduduki peringkat ke-236 dari 2.010 perguruan tinggi se-Indonesia.

Pada akhir 2018 Unusa dinobatkan sebagai Kampus dengan Manajemen Perubahan Tercepat di Jawa Timur.

Penghargaan tersebut diberikan oleh Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah Jawa Timur. Anugerah terindah

putrinya di kampus Unusa.

Unusa memiliki masa lalu dan juga masa depan yang gemilang. Di masa kejayaan Stikes Yarsis (2006-2013), Prodi keperawatan dan kebidanan menjadi primadona masyarakat Jawa Timur. Saat ini banyak alumni Stikes Yarsis yang menjadi pimpinan di instansi kesehatan yang tersebar di Jawa Timur. Untuk itulah Unusa yang merupakan konversi dari Stikes Yarsis menjadikan rumpun kesehatan sebagai core business program studi yang diselenggarakan. Namun, bukan hanya kedokteran, keperawatan, kebidanan, dan rumpun kesehatan lainnya yang mendapat perhatian serius, di Unusa program studi sistem informasi, manajemen, akuntansi, keguruan dan ilmu pendidikan mendapat perhatian yang sungguh-sungguh untuk pengembangan ilmu baik secara teoritis maupun praktis.

Dalam waktu singkat Prodi sistem informasi berhasil membuat karya berupa

ISSN: 2621-6965 SUSUNAN REDAKSI PELINDUNG: Rektor Universitas NU Surabaya

oleh: Mohammad Ghofirin Pemimpin Umum Majalah Unusa Campus Cybergate dan e-sorogan sebagai portal informasi dan media pembelajaran civitas akademika Unusa. Prodi manajemen menghasilkan konsep Entrepreneur Plus (rahmatan lil alamin) sebagai wadah belajar dan berpraktik wirausaha yang bukan hanya berorientasi pada profit, namun juga berorientasi sosial dan nilai-nilai Islam.

Prodi pendidikan guru SD seakan tidak mau ketinggalan, saat ini sudah dipercaya sebagai Prodi penyelenggara Pendidikan Profesi Guru (PPG) oleh Kemenristek Dikti.

Akhirnya kami ucapkan selamat membaca. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan lahir dan batin kepada kita dalam menyiapkan generasi penerus bangsa, generasi rahmatan lil alamin.

Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamith Thorieq, Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

REDAKSI

SEKRETARIS REDAKSI: Hanny Rizky Maulidiya, A.Md

DISTRIBUTOR: Djoko Sudjarwo, S.E

REDAKTUR EKSEKUTIF: Sukemi

DESIGN/LAYOUT: @arohmanmail

REDAKTUR: Mubasir Aidi, Abdur Rohman

DITERBITKAN OLEH Humas Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

KONTRIBUTOR: Budi Prasetyo, Muhammad Nur Amin, SE,

ALAMAT REDAKSI: Kantor Humas Lantai 4 Unusa Tower Kampus B Jemursari Surabaya Jl. Raya Jemursari 51-57 Surabaya (Komplek Rumah Sakit Islam (RSI) Jemursari Surabaya)

PEMIMPIN UMUM: Mohammad Ghofirin, M.Pd

PELAKSANA & TATA USAHA: Ayu Intan Agustina, A.Md.Keb., Syafa’atul Udzmah, A.Md.Kep

PEMIMPIN REDAKSI: Rudi Umar Susanto, M.Pd.

PENANGGUNG JAWAB PRODUKSI: Afriandi Eka Darta, A.Md

Telp. 0800-1-401531 (Bebas Pulsa) Email: humas@unusa.ac.id

MAJALAH UNUSA

04- 2019

3

DAFTAR ISI

EDISI INI 03

Editorial

05

Laporan Utama

Subhanalloh, prestasi demi prestasi yang diukir Unusa, menjawab keraguan sebagian masyarakat. Dengan berbagai capaian prestasi tersebut, masyarakat semakin yakin dan tidak akan ragu lagi mempercayakan pendidikan putra-putrinya di kampus Unusa.

Universitas Universitas Nahdlatul Ulama meski tercatat sebagai kampus yang belum lama berdiri, namun telah berhasil menduduki peringkat satu Perguruan Tingga Nahdlatul Ulama berdasarkan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME).

12

Prestasi

14

Sosok & Kiprah

16

Alumni

32

Resensi Buku

Melinda Fatsagunar, mahasiswa semester VI di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) berkesempatan mengikuti program Sea Teacher Project 7 SEAMEO di ASTC, salah satu sekolah di Central Luzon state Univeristy (CLSU) Filipina.

Ikuti keseruan ceritanya di edisi ini.

Diberi kepercayaan menimba ilmu di luar negeri, menjadi kesempatan berharga bagi Maharani Pertiwi K. S.Si., M. Biotech., Ph.D. dosen Fakultas Kesehatan Universitas Nahdlatul Ulama. Bagaimana pengalaman sang dosen Unusa ini berburu ilmu ke luar negeri?

09

Bincang Utama

Rahasia keberhasilan Unusa tak lepas dari kinerja lembaga dan personel yang menggawanginya. Salah satunya adalah Satuan Penjaminan Mutu Internal. Tak salah bila edisi ini kami suguhkan bincangbincang dengan Ketua SPMI Unusa, Wesiana Heris Santy, Ners, S.Kep, M.Kep.

11

Spot News

Bulan April 2019 sejarah baru ditorehkan Universitas Nahdlatul Ulama (Unusa) dengan menggelar prosesi wisuda di Aula baru di Tower Kampus B Jemursari Surabaya. Sebanyak 81 mahasiswa diwisuda di sana, antara lain dari DIII kebidanan, DIII Keperawatan, Profesi Ners, S1 Gizi, S1 Keperawatan, S1 Manajemen, S1 Guru PAUD, S1 Pendidikan Guru dan S1 Sistem Informasi.

4

MAJALAH UNUSA

04- 2019

Awalnya, Setiadi sangat ingin berkarier di dunia militer.

Namun jalan takdir membawanya terjun di dunia keperawatan, yang membuatnya jatuh cinta sepenuh jiwa raga. Apa sebenarnya yang dialami oleh Setiadi S.Kep,NS, M.Kep, alumni Akper Tahun 1996 ini?

Buku terbitan Unusa Press yang satu ini sangat luar biasa, karena berisi kisah penuh inspirasi para mahasiswa Unusa sewaktu mengikuti KKN. Pengalaman hidup seumur hidup sekali yang nyata adanya dan perlu dibaca oleh siapa saja.

Baca selengkapnya...

LAPORAN Utama

PERINGKAT PERTAMA: Penyerahan piagam Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) sebagai Peringkat Satu PTNU (Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama) di Indonesia.

Unusa sebagai Kampus Pertumbuhan Tercepat Peringkat Satu PTNU se-Indonesia, 2026 Target Semua Prodi Terakreditasi A Universitas Nahdlatul Ulama patut berbangga. Meski tercatat sebagai kampus yang belum lama berdiri, namun pertumbuhannya patut mendapatkan apresiasi. Belum lama ini, kampus yang berlokasi di Jemurasi Surabaya itu berhasil menduduki peringkat satu Perguruan Tingga Nahdlatul Ulama berdasarkan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME).

P

engumuman peringkat tersebut disampaikan dalam acara Rapat Kerja Nasional (Rakornas) LPTNU yang digelar di Bandung dan dihadiri Menristekdikti, Prof. Mohamad Nasir, Ph.D, Ak yang juga sebagai Ketua LPTNU. Unusa berada di peringkat pertama, disusul Universitas Islam Malang, Universitas Wahid Hasyim Semarang, Universitas Islam NU Jepara, UNU Lampung, Universitas Sains Al Quran Wonosobo, UNU Al Ghazali Cilacap, UNU

Sidoarjo dan UNU Surakarta.

Rektor Unusa, Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng mengucapkan terima kasih kepada LPTNU dan Kementerian atas penghargaan tersebut dan akan menjadikan penghargaan itu sebagai motivasi untuk meningkatkan kualitas institusi.

Rektor mengatakan, Sistem Penjaminan Mutu di perguruan tinggi sangatlah penting, karena mulai dari penjaminan mutu itulah, institusi dapat menjadi lebih baik dan terarah.

Lebih lanjut, Rektor mengungkapkan, Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) merupakan salah satu solusi untuk menjawab berbagai permasalahan pendidikan tinggi di Indonesia. SPMI dianggap mampu menjawab tantangan pendidikan tinggi.

Hal itulah yang diterapkan Unusa sehingga berhasil memeroleh penghargaan dari Menristekdikti sebagai Kampus NU terbaik dalam penerapan penjaminan mutu.

Wakil Ketua LPTNU, Muhammad Afifi mengungkapkan kriteria penghargaan MAJALAH UNUSA

04- 2019

5

LAPORAN Utama

Rektor Unusa, Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng mengucapkan terima kasih kepada LPTNU dan Kementerian atas penghargaan tersebut dan akan menjadikan penghargaan itu sebagai motivasi untuk meningkatkan kualitas institusi.

PIAGAM: Bukti piagam penghargaan untuk Unusa sebagai PTNU Terbaik I dalam Menerapkan Sistem Penjaminan Mutu

Internal (SPMI). bagi Perguruan Tinggi tersebut dinilai baik dalam penjaminan mutu internal maupun eksternal. Kriterianya berdasarkan penilaian standar

penjaminan mutu Kemristekdikti yang sudah dirangking secara nasional.

“LPTNU merangking sembilan PTNU terbaik di Indonesia dan Unusa memperoleh peringkat pertama. Meskipun usianya baru 5 tahun, tapi komitmen untuk meningkatkan pelayanan dan penjaminan mutu Unusa yang terbaik,” katanya saat menyampaikan pengumuman dalam Rakornas LPTNU di Bandung.

Afifi menambahkan, LPTNU berkomitmen akan meningkatkan terus mutu pendidikan di lingkungan NU. Hal itu sesuai permintaan Ketua LPTNU yang juga Menristekdikti. Upaya untuk meningkatkan kualitas, terang Afifi, telah dilakukan sejak 2015 melalui klinik akreditasi. Ia mencontohkan, bagi perguruan tinggi yang belum terakreditasi, didorong menjadi terakreditasi, yang terakreditasi C didorong menjadi B, dan yang B didorong menjadi A.

KEBANGGAAN BERSAMA

Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng

6

MAJALAH UNUSA

04- 2019

Penghargaan sebagai perguruan tinggi terbaik itu membuat bangga semua warga Unusa.

Ubaidillah Zuhdi, dosen Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) mengaku bangga dengan prestasi yang diraih Unusa. Menurut

dia, prestasi yang dicapai itu berkat kerja keras antara semua sivitas akademika baik dosen, mahasiswa maupun tenaga pendidikan dalam proses belajar mengajar sehingga perkuliahan berjalan maksimal, dan kualitas pendidikan meningkat.

Dosen lulusan S1 Teknik Industri ITB yang pernah menjadi pengajar di University of Technology Polandia itu berharap para dosen Unusa lebih meningkatkan kemampuan dan skill mahasiswa, sehingga ketika mereka lulus bisa terserap di pasar kerja.

“Saya juga bisa belajar dari mahasiswa saya. Contohnya adalah saat ada mahasiswa yang menceritakan pengalaman kerja di perusahaan yang bergerak di bidang jasa. saya jadi paham bagaimana perusahaan tersebut membidi kawula muda sebagai tenaga kerja,” tambahnya.

Selain itu, kata Ubaid, Unusa juga harus meningkatkan kegiatan riset mahasiswa dan pengajar. Riset atau metode penelitian akan menjadi faktor penting, untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

“Saya pribadi berpendapat bahwa riset memegang faktor penting agar Unusa bisa memperoleh prestasi tersebut.

Semakin banyak menghasilkan riset yang berkualitas, maka akan semakin tinggi level Unusa,” katanya lagi.

Oleh karena itu, jelasnya, usahausaha untuk meningkatkan kualitas riset di Unusa semisal dengan berlangganan jurnal-jurnal internasional bereputasi tinggi perlu dilakukan. Selain itu, hal yang

MENRISTEKDIKTI: Menristekdikti, Prof. Mohamad Nasir, Ph.D, Ak yang juga Ketua LPTNU, saat menyampaikan sambutan

dalam Rapat Kerja Nasional (Rakornas) LPTNU yang digelar di Bandung, Februari 2019. tidak kalah pentingnya adalah kebiasaan dan semangat menulis dosen dan mahasiswa perlu ditingkatkan.

Dia masih ingat, pada awal-awal mengajar, masih menggunakan sistem manual.

Belakangan, proses belajar mengajar mulai berkembang menjadi sistem online dengan menggunakan e-sorogan. Perubahan pembelajaran itu membuat mahasiswa senang karena berbasis teknologi dan memudahkan proses belajar mengajar.

“Sekarang sudah berbasis digital.

Mahasiswa dan dosen sudah dibekali esorogan. Kuis bisa dilakukan secara online dan mahasiswa lagsung mengetahui nilainya. Dosen juga mudah merekap nilai mahasiswa,” tambahnya.

Menurut dia, Unusa sudah banyak memacu semangat mahasiswa dengan memberikan kesempatan mahasiswa dan

mun perlahan tapi pasti dapat menunjukkan eksistensinya di dunia pendidikan.

Ini bisa juga memotivasi PT NU lainnya,” katanya.

Menurut dia, prestasi itu membuat semangat mahasiswa meningkat. Ia berharap kualitas Unusa semakin meningkat dan tak lama lagi bisa memeroleh akreditasi A. Menurut dia, selama beberapa tahun, sejak didirikan, Unusa Surabaya memang mengalami perkembangan yang pesat baik dalam bidang internal maupun eksternal.

dosen berkembang. Kondisi itu membuat mahasiswa dan dosen bersemangat meningkatkan mutu mereka.

Friska Ayu, mahasiswa Unusa yang mengetahui prestasi Unusa sewaktu melihat siaran di salah satu stasiun televisi swasta mengaku bangga dengan prestasi yang berhasil diraih Unusa. Betapa tidak, meski tergolong perguruan tinggi yang baru, namun mampu menyalip perguruan tinggi NU lain yang lebih dulu berdiri.

“Bangga karena perguruan tinggi swasta yang masih tergolong baru, na-

pihaknya menargetkan pada tahun 2026 semua prodi di Unusa sudah terakreditasi A. Untuk mewujudkan target tersebut, semua elemen yang terlibat dalam proses belajar mengajar hasrus sudah melakukan persiapan dengan maksimal.

“Secara internal, Unusa memunyai target bahwa sampai dengan tahun 2022 itu nanti seluruh program studi sudah terakreditasi minimal B dan maksimal A. Lalu, tahun 2026, Unusa menargetkan sudah akreditasi A,” katanya.

Menurut dia, pihaknya menggelar

2026, DITARGETKAN SEMUA PRODI TERAKREDITASI A Di tempat terpisah, Direktur Perencanaan Pengembangan dan Kerja Sama Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, Wiwik Afrida, SKM, M.Kes menjelaskan,

audit internal secara rutin terhadap seluruh program studi di Unusa. Hal itu untuk mengetahui proses input dan output, sehingga dapat diketahui kelemahan masing-masing prodi. Setelah itu, pembenahan akan dilakukan agar proses belajar bisa berjalan dengan maksimal.

Dia mengakui, perkembangan Unusa Surabaya dalam beberapa tahun ini berjalan sangat cepat, melebihi perkembangan beberapa perguruan tinggi yang berada di bawah naungan Nahdlatul Ulama lainnya. Saat ini, sudah ada 16 program studi yang terakreditasi B. Tahun 2017, pihaknya sudah mencanangkan sebagai tahun akreditasi sehingga seluruh elemen di kampus Unusa diharapkan bekerja keras mewujudkan target tersebut.

Wiwik menjelaskan, tahun ini sudah ada empat program studi baru yang diajukan akeditasi ke Kemenristekdikti.

Keempat prodi tersbut adalah Profesi Kebidanan, Profesi Dokter, K3 dan PPG. “Kami berharap, semua prodi itu bisa mencapai akreditasi A pada tahun 2026,” tandasnya.

Agar target ke depan bisa teralisasi, terang Wiwik, pihaknya melakukan Audit Mutu Internal (AMI) dengan ketat. Standar penilaian dan evaluasi pun akan diterapkan secara periodik setiap tahun. Setiap prodi akan dievaluasi proses belajar mengajarnya dengan standar penilaian yang komprehensip.

“Audit Mutu Internal (AMI) ini seperti yang saya sampaikan tadi, merupakan evaluai secara tahunan terhadap identifikasi fakultas atau prodi masing-masing dengan standar penilaian atau borang,” tegasnya.

TERAPKAN HYBRID LEARNING PPG Selain meraih peringkat terbaik Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) se Indonesia, Unusa juga mendapat kepercayaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyelenggarakan Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam jabatan.

Unusa menyelenggarakan PPG dalam jabatan, yang dikhususkan bagi para guru Sekolah Dasar (SD) di Jawa Timur (Jatim).

Untuk memulai program itu, pada tahap awal, Kemendikbud mengirim 80 mahasiswa yang semuanya sudah berprofesi sebagai guru SD, namun belum memiliki sertifikat profesi guru. Mereka berasal dari 16 kabupaten dan kota di Jatim, ter-

MAJALAH UNUSA

04- 2019

7

LAPORAN Utama masuk satu kabupaten dari Jawa Tengah (Jateng), yakni Kabupaten Brebes, dengan melibatkan 73 sekolah dasar.

Salah satu langkah untuk meningkatkan kualitas Unusa adalah dengan menerapkan metode hybrid learning. Prof. Jazidie, Rektor Unusa menjelaskan, dalam perkuliahan PPG dalam Jabatan ini, Unusa menerapkan metode pembelajaran hybrid learning.

Penerapan sistem itu untuk mengenalkan sekaligus mengantisipasi terhadap dunia pendidikan di era industri 4.0.

“Terhadap sistem hybrid learning Unusa telah mengirim beberapa staf untuk mengikuti workshop dan pendalaman yang diselenggarakan oleh Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti. Selama ini beberapa program studi di Unusa juga telah melaksanakan pembelajaran hybrid learning,” kata Rektor mengungkapkan.

Pendalaman materi pedagogik dan profesional, kata Jazidie, dilakukan secara online (daring). Sedangkan lokakarya dilakukan melalui tatap muka di kampus dan PPL di sekolah mitra Unusa.

“Dipilihnya sistem blended learning atau hybrid learning bertujuan agar guru tidak terlalu lama meninggalkan sekolah,” katanya.

Program PPG dalam jabatan ini, diyakini mampu melahirkan dan mencetak guru yang dapat memimpin kelas dengan baik, sehingga bisa menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan berkualitas.

Achmad Jazidie memaparkan, untuk menunjang pelaksanaan program tersebut, Unusa telah menyusun satu kurikulum yang mampu mendukung dan mewujudkan tujuan yang diharapkan, yaitu mengacu pada Peraturan Menristekdikti No. 55 tahun 2017 tentang Standar Pendidikan Guru.

Dalam kurikulum tersebut telah ditentukan bahwa beban belajar Program PPG dalam jabatan paling sedikit 24 satuan kredit semester (SKS) yang diurai dalam tiga bentuk pembelajaran, yakni penguatan (pendalaman) materi akademik, lokakarya, dan praktik pengalaman lapangan (PPL).

“Struktur kurikulum PPG dalam jabatan ini dirancang untuk memfasilitasi mahasiswa program PPG dalam jabatan mencapai standar kompetensi lulusan, yang dinyatakan dalam Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) pada bidang studi atau program keahlian masing-masing,” pungkas Jazidie. n (BUD)

8

MAJALAH UNUSA

04- 2019

TANGKAL MARAKNYA ‘HOAX’, UNUSA GELAR SARASEHAN HARI PERS 2019

APRESIASI: Unusa memberikan apresiasi berupa piagam penghargaan kepada sejumlah media yang turut

menginformasikan berbagai kegiatan dan kelembagaan Unusa sehingga semakin dikenal masyarakat.

M

araknya informasi hoax menginsipirasi Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) dalam memeriahkan puncak peringatan Hari Pers 2019 yang di pusatkan di Surabaya untuk menggelar sarasehan.

Berita hoax yang menyebar di tengah masyarakat lewat media sosial atau portal-portal berita, menimbulkan keresahan dan rasa ketidakpercayaan masyarakat terhadap sebuah informasi.

“Sejatinya informasi itu netral adanya, hanya saja di tangan-tangan orang yang tidak bertanggungjawab informasi diolah sedemikian rupa dan disalahgunakan sehingga menjadi hoax,” kata Prof. Mohammad Nuh, Anggota Dewan Pers terpilih sebagai keynote dalam sarasehan yang digelar di kafe fastron lantai 3 tower Unusa Kampus B Jemursari

Surabaya, Kamis (7/2) siang.

Nuh mengatakan, sesuai tema yang diambil dalam sarasehan yakni “Membangun Pencitraan Institusi Melalui Pers di Era Revolusi Industri 4.0”, institusi harus siap dalam memasuki era industri media yang tentu berbeda dari era sebelumnya.

“Saya melihat dalam era revolusi industri 4.0, yang membedakan sesungguhnya hanya pada cara penyampaian atau media yang digunakan, sedang informasinya tetap.

Karena itu bagaimana memilih informasi dengan cermat sehingga tidak dijadikan hoax oleh mereka yang tidak bertanggungjawab,” katanya.

Hadir sebagai pembicara dalam acara sarasehan ini dua pembicara masing-masing, Zainal Arifin Emka selaku Dewan Penasehat PWI Jatim, dan Sapto Anggoro selaku praktisi media online dan pendiri media www.tirto.id. n (HUMAS UNUSA)

BINCANG UTAMA

WAWANCARA DENGAN KETUA SPMI UNUSA WESIANA HERIS SANTY

Prestasi Buah Kerja Sama Lintas Sektoral Di antara perguruan tinggi di bawah pengelolahan NU, Unusa menorehkan prestasi yang gemilang. Meski masih terbilang muda karena baru lima tahun sebagai perguruan tinggi, namun perkembangan Unusa boleh dibilang luar biasa pesat.

Terbaru, Unusa mendapatkan nilai tertinggi di antara sembilang sembilan Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) se Indonesia berdasarkan hasil penilaian Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME) yang dilakukan oleh Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU). Berikut bincangbincang reporter majalah Unusa dengan Ketua Satuan Penjaminan Mutu Internal, Wesiana Heris Santy, Ners, S.Kep, M.Kep.

KETUA: Sosok Ketua Satuan Penjaminan Mutu Internal, Wesiana Heris Santy, Ners, S.Kep, M.Kep.

MAJALAH UNUSA

04- 2019

9

BINCANG UTAMA

Bagaimana prosesnya hingga Unusa ditetapkan sebagai perguruan terbaik di LPTNU? Unusa Surabaya berhasil ditetapkan sebagai perguruan tinggi Nahdlatul Ulama (NU) berdasarkan impelmentasi penjamin mutu terbaik di LPTNU. Kriteria penilaian terbaik di LPTNU berdasarkankan pemetaan sistem penjaminan mutu setiap tahun. Jadi, kita melakukan program penjaminan mutu mulai dari isian kuesioner yang harus diisi. Hal itu merupakan implementasi dari semua perguruan tinggi di Indonesia.

Implementasi penjamin mutu itu berdasaran standar nasional pendidikan tinggi yang terdiri atas 24 item, meliputi delapan standar pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Salah satunya dokumen mutu meliputi kebijakan mutu, manual mutu, standar mutu. Selain itu, ada data prestasi kemahasiswaan, e-learning, blanderd learning, dan audit mutu internal.

Setelah itu bagaimana proses di LPTNU? Data itu diperingkat oleh direktorat jenderal penjamin mutu. LPTNU minta data duluan dari Direktorat Jenderal Penjamin mutu. Ternyata, setelah diproses Unusa Surabaya mendapat peringkat satu.

Bagaimana proses yang dilakukan internal Unusa sehingga mampu meraih peringkat pertama?

Prestasi itu merupakan kerja tim yang menjadi bagian dari semua lintas dan sektor. Kita menerbitkan dokumen audit mutu penjamin internal setiap satu tahun sekali dengan mengisi secara online. Kita sudah menyusun instrumen dan menunjuk auditor dan woro woro setiap tahun.

Yang teraudit mengisi kuesioner yang diaudit secara online mengisi data dan didatangi oleh auditor. Biasanya, perprodi didatangi oleh dua auditor dan menentukan skor, serta memgumumkan audit terbaik dalam peninjauan manajamen.

Ketika kita melakukan audit, setiap audit yang hasilnya terbaik, diberi penghargaan oleh rektor Bagaimana hasil audit internal tersebut?

Dari hasil audit internal, kita temukan itu ada yang bagus dan ada yang masih

10

MAJALAH UNUSA

04- 2019

PRESTASI: Wesiana Heris Santy, Ners, S.Kep, M.Kep. di ruang kerjanya.

kurang. Kalau temuan itu bagus akan menjadi contoh prodi lain, sedangkan temuan yang kurang bagus biasanya dicek lagi apakah prodi tersebut sudah melakukan perbaikan atau belum. Jadi, kita melakukan seperti itu yang disebut siklus PEPP atau Penetapan Standar Pelaksanaan, Evaluasi, Pengendalian, Peningkatan Standart. Kalau dijabarkan lagi kita punya 24 standar siklus PEPP yang harus dilakukan secara kontinyu Ke depan, target apa yang dilakukan dan bagaimana mewujudkannya?

Begini, setiap tahun kita bekerja sama dengan direktorat perencanaan pengembangan. Kita sudah melewati lima tahun tahap pertama dan lima tahun tahap kedua. Pada tahap kedua ini, universitas dan pak rektor menargetkan agar bisa mencapai akreditasi univeritas itu A. Target meningkatkman capaian di semua prodi agar mencapai akreditas A. Apa saja yang dilakukan untuk mencapai target tersebut?

Ada langkah-langkah internal dan eksternal yang dilakukan. Kalau eksternal kita meningkatkan sektor pendidikan dan pengabdian. Di sektor pendidikan kita akan evaluasi bagaimana pendidikannya, kurikulumnya bagaimana, prestasi mahasiswa seperti apa, berapa jumlah dosen yang meneliti, bagimana dengan jurnal publik. Sedangkan terkait Pengabdian, kita akan evaluasi berapa dosen yang sudah melakukan pengabdian masyarakat, adakah buku ajar yang dicetak,

apakah mahasiswa dan dosen ada karya yang dimuat di media masa dan jurnal internasional.

Kalau di sektor internal?

Di sektor internal, kita melakukan pembenahan dan peningkatan kualitas SDA. Sekarang minimal dosen harus S2 dan S3. Jabatan dosen minimal lektor.

Selama ini, ada yang asisten ahli, kita akan tingkatkan jenjang pendidikannya.

Kita akan terus meningkatan dosen yang tersertifikasi Bagaimana kendala yang dihadapi?

Kendala yang dihadapi adalah ketika kali pertama menjalani SPMI sama-sama tidak paham. Namun, setelah belajar dan latihan kami akhirnya bisa memahami.

Semua mutu itu tidak hanya SPMI yang bekerja. Yang paling penting adalah bagaimana mengoordinir bahwa standar yang ada di setiap sub tercapai. Bidang mahasiswa itu harus ada prestasi nasional. kemudian kerja sama. Standar kerja sama harus ada aplikasi ke mahasiswa, tidak hanya MoU. Penjamin mutu itu kerja tim bersama dan itu menempel di semua bidang. Selama ini, kita mampu bekerja sama dengan tim. Pencapaian itu tidak semudah membalik telapak tangan. Di Unusa sangat didukung oleh sistem. Pak Rektor selalu mengawasi dan bagaimana target. Penjamin mutu harus dikerjakan bersama-sama. n (BUD)

SPOT NEWS

Wisudawan Unusa Dibekali Hard Skill dan Soft Kill Universitas Nahdlatul Ulama (Unusa) mewisuda 81 mahasiswa pada bulan April 2019.

Mereka terdiri dari DIII kebidanan, DIII Keperawatan, Profesi Ners, S1 Gizi, S1 Keperawatan, S1 Manajemen, S1 Guru PAUD, S1 Pendidikan Guru dan S1 Sistem Informasi.

D

emikian dikatakan Direktur Akademik dan Kemahasiswaan Unusa, Umdatus Saleha. Dia mengatakan, lulusan tersebut diharapkan bisa terserap di pasar kerja, sesuai dengan ketrampilan yang dimiliki.

Selama ini, kata Umdatus, semua mahasiswa sudah berusaha keras dan maksimal dalam menempuh pendidikan di Unusa.

“Jumlah 81 itu dari beberapa program, namun tidak semua program studi. Mudah-mudahan, nanti setelah diwisuda akan cepat terserap di dunia kerja seperti itu,” tambahnya.

Dia mengatakan, Unusa Surabaya sudah menyiapkan para mahasiswa dengan bekal dan ilmu sesuai dengan jurusan yang ditempuhnya. Mereka diberi keterampilan dasar dan soft skill sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.

“Intinya, yang pertama mendapatkan kompoetensi hard skill dan soft skill capaian pembelajaran harus dicapai ketika di bangku kuliahl,” tandasnya.

Selain itu, kata Umdatus, para pengajar di Unusa juga memberikan bekal lain seperti ketrampilan teknologi, bahasa dan pendidikan karakter, yang diharapkan bisa menunjang karier mahasiswa yang sudah menamatkan bejalar di Unusa. Menurut dia, selain ketrampilan dasar, berbagai kompetensi itu sangat

sangat efektif dalam rangka mengembangkan karier mahasiswa atau lulusan Unusa.

“Unusa memiliki Unusa Career Center sebagai Pusat Pengembangan Karier yang ada di Unusa. Fungsi unit tersebut membekali mahasiswa dalam rangka pengembangan karier termausk lulusan melalui workshop, seminar, curiculum vitae,” tegasnya.

Lembaga itu juga mengadakan kegiatan pelatihan bagaimana melakukan teknik wawancara kerja melalui seminar

diperlakukan ketika akan bersaing di pasar kerja.

“Keterampilan lain juga kita ajarkan, misalnya meliputi kemampuan berkomunikasi, pemanfaatan teknologi informasi, lulusan memiliki karakter integritas yang baik dibekali dengan harapan nanti bisa menerapkan hard skill dan soft kill yang didapatkan,” tambahnya.

Dikatakan Umdatus, pihaknya berupaya keras meningkatkan kualitas lulusan yang ada di Unusa, mengingat persaingan di dunia kerja semakin sengit. Mahasiswa harus diberi ruang untuk mengembangkan kreativitasnya supaya bisa berkembang dan mengasah skill.

Disamping itu, Umdatus juga mendorong agar mahasiswa Unusa bisa mengasah kemampuan dan daya kritis, serta meningkatkan kemampuan dalam bekerja secara tim.

Unusa juga punya lembaga untuk menyalurkan lulusan agar bisa diserap di dunia kerja. Selama ini, lembaga tersebut dirasa

kerja untuk membuka wawasan mereka sesuai profesi. Juga, memberikan informasi kepada lulusan jika ada lowongan kerja,” pungkasnya. n (BUD)

Umdatus Saleha MAJALAH UNUSA

04- 2019

11

PRESTASI MAHASISWA

CERITA MELINDA MENGIKUTI PROGRAM SEA TEACHER PROJECT 7 SEAMEO

Perkenalkan Reog Ponorogo ke Siswa ASTC Filipina

KEBERANGKATAM: Melinda

bersama rekan-rekan saat hendak bertolak ke Filipina.

Melinda Fatsagunar, mahasiswa semester VI di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) terlihat berdiri di depan kelas. Dia lalu menyapa puluhan murid Agricultural Science and Teknologi School (ASTC), Filipina, yang duduk di depannya. “Good morning,” kata Melinda.

12

MAJALAH UNUSA

04- 2019

S

ambutan itu berbalas. Puluhan murid terdengar membalasnya dengan serentak. Bahkan, salah satu murid sekolah itu yang bernama Karen Diana D Penuliar menanyakan arti Good Morning dalam bahasa Indonesia.

“Lalu, saya bilang selamat pagi,” tambahnya berkelakar.

Ya, itu adalah cerita hari ketiga yang dialami Melinda ketika mengikuti program di Sea Teacher Project 7 SEAMEO di ASTC, salah satu sekolah di Central Luzon state Univeristy (CLSU) Filipina. Dia mengatakan, mengikuti program tersebut selama sebulan penuh di Filipina.

“Saya diberangkatkan Unusa pada tanggal 12 Januari 2019 dengan durasi waktu satu bulan sampai tanggal 10 Februari 2019. Ada beberapa kegiatan dikhususkan mahasiswa PPL tetapi tingkat internasional di lingkup Asia Tenggara,” katanya.

Dijelaskannya, sebelum memulai mengajar, dia bersama seorang guru pendamping, melakukan observasi di ruangan sekolah. Sambutan guru dan dan staf lain di sekolah itu memang cukup ramah. Bahkan, dia dibantu dan untuk mengenal satu persatu elemen di sekolah tersebut.

Obeservasi disambut kepala sekolah selama dua hari. Di sana, Melinda diajak berkeliling melihat fasilitas sekolah dan

Pasalnya, sambutan dari murid dan guru sangat baik dan hangat. Mungkin kendala hanya saat mengajar hari pertama yang agak susah membuat mereka fokus,” katanya.

BERUSAHA SURVIVE DI TENGAH SULITNYA MAKANAN HALAL

BANGGA : Melinda foto bersama rekannya ketika berada di RSTC Hotel saat mengikuti program Sea Teacher Project 7 SEAMEO

di ASTC, salah satu sekolah di Central Luzon state Univeristy (CLSU) Filipina. sarana dan prasarana. Hal itu dilakukan agar tidak kikuk selama latihan praktik mengajar dan perkenalan dengan guru-guru dan staf.

Menurut Melinda, murid-murid yang diajarnya di sekolah tersebut benar-benar tertarik dengan budaya Indonesia. Bahkan, sepanjang mengajar, mereka sering menginterupsi, sekedar menanyakan terjemahan bahasa Filipina menjadi Indonesia. Saat mengajar tersebut, Melinda didampingi oleh guru pemantau yang duduk di belakang ruangan.

“Mereka benar-benar menarik perhatian terus fokus dan ingin tahu tinggi banget,” tambahnya.

Kepada murid-murid di Filipina, Melinda mengenalkan banyak budaya Indonesia. Salah satunya adalah Reog Ponorogo dan sejarah kesenian itu. Tak disangka, murid-murid yang ada di Filpina ternyata sangat tertarik dengan keberadaan Reog Ponorogo. Bahkan, mereka sempat histeris dan heboh, ketika Melinda memutar video reog Ponorogo yang dibawa dari Indonesia.

“Hari pertama mengajar saya menggunakan

legend of Reog Ponorogo. Ketika itu sungguh sangat tertarik apalagi saya juga memberikan video terdapat mendukung mereka lebih paham lagi apa sih reog ponorogo. Setelah mereka dapat materi berjalannya wakru saya membeikan tugas tugas ke mereka menjawab soal ke mereka menganalisis, dan tanya jawab tentang itu,” tambahnya.

Selain sejarah reog, Melinda juga mengajarkan mengenai sastra Afrika yang berjudul Karma. Sastra itu adalah terjemahan dalam bahasa Inggris dan Afrika, yang ada dalam kurikulum sekolah tersebut.

“Kalau kurikulum di sana pakai reading skill science sama cerita literatur dari Afrika tentang sastra Afrika judulnya Karma. Sastra yang dipakai di sini sastra Afrika dari bahasa Afrika yang ditransletkan ke bahasa Inggris.

Kari ketiga langsung mengajar sendiri di dalam kelas. Ada guru pamong di belakang mencatat segala apa saja yang saya lakukan di kelas,” jelasnya.

Melinda mengaku tidak ada kendala berarti ketika mengajar di tempat tersebut.

Melinda mengaku kendala utama di Filipina adalah minimnya makanan halal di negara itu.

Pasalnya, hampir semua warung atau restoran di tempat itu menyajikan masakan daging babi sebagai menunya. Kondisi itu membuatnya ragu membeli masakan untuk makanan sehari-hari.

Untuk menyiasati hal itu, Melinda memang sejak awal membawa makanan kemasan dari rumah yang bisa bertahan lama. Untuk makan sehari-hari, Melinda cukup membeli nasi putih di warung dekat kampusnya. Bahkan, karena bekal masakan sudah habis, beberapa minggu Melinda hanya makan mie instan dan nasi putih yang dibeli dari warung terdekat.

“Jadi ya kita bawa makanan kering dari indonesia gitu seperti sambel goreng tempe, sambel, kerupuk dan mie instan,” tambahnya.

Melinda berharap agar mahasiswa yang berangkat ke CLSU benar-benar melakukan persiapan, terutama soal makanan. Ia berharap ke depan dengan program Seateacher Project untuk selanjutnya bisa satu tahun dua kali,” katanya lagi.

Dia mengaku, program mengajar di Filipina memang menambah wawasannya sebagai tenaga pengajar. Terutama, mental dan keberanian dalam menghadapi orang banyak ketika proses belajar mengajar.

“Pertama yang harus dipersiapkan adalah mental karena menjadi minoritas di negara orang akan benar-benar membuka wawasan yang luas sehingga melihat sesuatu tidak hanya dari satu sudut pandang saja. Ada juga perbedaan budaya, kebiasaan dan lain-lain,” tandasnya.

Kendala lain yang dirasakan adalah perbedaan kurikulum antara di Indonesia dan Filpina. Melinda bertutur, di Filipina, setiap sekolah dapat membuat kurikum sendiri. Di sekolahnya mengajar, kurikulumnya memang dititikberatkan pada agricultural enterpreneur.

“Yang paling saya rasakan kurikulumnya berbeda. Setiap sekoah berbeda-beda. Kalau di sana, rata-rata tingkat SMP dan SMA sudah ada penjurusan. Kurikulum di sekolah saya ampu agricultural enterpreneur. fokus pagi hari wajib berkebun dan bertani pukul lima sampai tujuh, habis itu mereka kembali ke pelajaran akademik,” pungkasnya. l (BUD) MAJALAH UNUSA

04- 2019

13

SOSOK & KIPRAH

MAHARANI PERTIWI K. S.Si., M. Biotech., Ph.D. DOSEN FAKULTAS KESEHATAN IKUTI WORKSHOP DI TAIWAN

Bangga Diberi Kepercayaan Menimba Ilmu di Luar Negeri

14

MAJALAH UNUSA

0404 - 2019

SOSOK & KIPRAH

Diberi kepercayaan menimba ilmu di luar negeri, tentu menjadi kesempatan yang berharga bagi Maharani, dosen Fakultas Kesehatan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya. Ia mengaku banyak mendapat ilmu dari kegiatan yang diikuti dokter, dosen, mahasiswa S2/S3, dan praktisi bidang kesehatan yang berasal dari Indonesia, Vietnam, dan Taiwan tersebut.

S

Suatu pagi, ponsel Maharani Pertiwi K. S.Si., M. Biotech., Ph.D., dosen fakultas kesehatan, Univeritas Nahladlatul Ulama (Unusa) Surabaya berdering. Dari layar, terlihat nama Dr. Ima Nadatien, SKM., M. Kes. Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Pengembangan dan Kerja Sama sedang memanggil.

Bergegas, Maharani pun mengangkat ponselnya, meski sedang sibuk mengikuti kegiatan sosialisasi Medline Complete (e-jurnal) di lab CBT lantai 7 kampus B..

“Waktu������������������ ����������������� itu ibu Ima Nadi� tien (WR ) menelopon saya dan menanyakan kesediaan untuk pergi ke sana (Taiwan),» katanya.

Setelah menerima telpon, Maharani sempat kaget.

Antara bangga, bingung dan rasa penasaran bersatu di pikirannya. Ternyata, Unusa memberikan mandat agar mengikuti Workshop in Biomedical Projects pada 3-16 Januari 2019 di Taiwan.

Tepatnya, di kampus Interna� tional Master/Ph.D Program in Medicine, College of Medicine, Taipei Medical University.

“Workshop ini diikuti oleh dokter, dosen, mahasiswa S2/S3, dan praktisi di bidang kesehatan yang berasal dari Indonesia, Vietnam, dan Tai� wan,” katanya.

Tak lama kemudian, Maharani akhirnya terbang ke Taiwan untuk mengikuti work� shop yang pesertanya dari berbagai negara itu. Ada rasa

bangga dalam dirinya, karena diberi kesempatan menimbul ilmu di luar negeri oleh Unusa.

“Pada hari pertama saya menyelesaikan urusan admin� istrasi, perkenalan dengan profesor dan mulai work� shop,” tegasnya.

Menurut dia, workshop tersebut memang bertujuan untuk merancang sebua riset bioteknologi, sehingga bisa bermanfaat bagi kesehatan.

medis. Beberapa materi yang didapatkan antara lain, penerapan biologi molekuler dalam biomedik, kemajuan bioteknologi dalam bidang ilmu dan penelitian biologi medik.

PELAJARI APLIKASI STEM SELL Maharani juga mem� peroleh pengalaman menge� nai berbagai macam trans�

“Saya dapat pengetahuan mengenai parasitologi, polusi udara, perkembangan dan optimasi antigen sebagai agen langsung dalam immunoterapi kanker; Transformasi dan transfeksi sel dalam rekayasa hewan transgenik serta pembuatan hewan model.”

Workshop tersebut bertujuan melatih bagaimana menjadi investigator dan merancang penelitian atau riset terapan dalam Biologi Medik (Biome� dik).

“Beberapa materi yang kami dapat merupakan perkembangan terkini dalam penelitian biologi medik dan bioteknologi terapan kesehat� an,” tambahnya.

Ada berbagai macam materi yang didapat Ma� harani dalam workshop tersebut. Salah satunya adalah kemajuan bioteknologi yang bisa digunakan aplikasi

formasi sel kanker yang ada dalam hewan. Selain itu, juga mengenai aplikasi stem sell yang mulai berkembang di dunia kedokteran. Rangkaian pengetahuan yang didapatkan di dalam workshop itu me� mang dirasa sangat berguna.

“Saya dapat pengetahuan mengenai parasitologi, polusi udara, perkembangan dan optimasi antigen sebagai agen langsung dalam immunoter� api kanker; Transformasi dan transfeksi sel dalam rekayasa hewan transgenik serta pem� buatan hewan model (zebra fish, mencit, tikus),” tuturnya.

Aplikasi stem sell di bidang kedokteran klinis juga diperkenalkan sebagai salah satu metode terkini dalam bidang kedokteran dan kesehatan. Sebagai informasi lanjutan, terang Maharani, ia juga diperkenalkan mengenai biomaterial dan aplikasinya dalam bidang kesehatan, yaitu penggunaan graphene yang dapat diaplikasikan di bidang biomedis.

Rangkaian kegiatan workshop itu juga dilaku� kan berbagai kunjungan, di antaranya ke pusat penelitian dan pengembangan rumah sakit Taipei Medical Univer� sity. Para peserta workshop juga mendapatkan pelatihan analisis biostatistika. Seb� agai arahan dalam penelitian biomedik, ia juga dijelaskan mengenai bagaimana tipe penelitian yang melibatkan objek manusia, termasuk mekanisme perlindungan, izin, “informed consent”.

Kegiatan lainnya adalah kunjungan ke Pusat Penelitian dan Pengembangan Taipei Medical University, dan rumah sakit yang dikelolanya yaitu Medical University Hospital, Taipei Municipal Wanfang Hospital, dan Shuang Ho Hospital.

“Sebagai bagian dari tahap penelitian, kami juga di latih melakukan analisis biostatis� tika, yaitu metode multivariate lanjut, teknik analisis diksrimi� nant dan metode statistika lainnya,” pungkasnya. n (BUD)

MAJALAH UNUSA

04- 2019

15

ALUMNI

SETIADI S.KEP,NS, M.KEP, ALUMNI AKPER TAHUN 1996

Perawat sebagai Ladang Pengabdian Awalnya, Setiadi, demikian panggilan akrabnya, sangat ingin berkarier di dunia militer. Karenanya, begitu lulus Sekolah Menengah Atas (SMA), dia mendaftar di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) di Malang pada tahun 1993. Namun, dia gagal lulus tes. Lalu, jalan takdir membawanya terjun di dunia keperawatan.

P

ria Mojokerto 20 September 1975 itu masih ingat betul ketika ia dinyatakan gagal tes masuk AKABRI. Dengan perasaan sedikit kecewa, Setiadi pulang naik bus damri dari Perak menuju terminal Bungurasih. Di tengah perjalanan, dia menerima brosur pembukaan pendaftaran mahasiswa di Akademi Perawatan (Akper) Rumah Sakit Islam (RSI) Surabaya.

Setiadi akhirnya memutuskan masuk menjadi mahasiswa di Akper RSI Sura-

sehingga saya tetapkan niat di sinilah tempat pengabdian saya. Setelah itu, sudah tidak kepengin yang lain dan fokus sampai sekarang,” tandasnya.

Setiadi mengakui banyak suka dan duka yang dialami ketika menempuh perkuliahan di Akper RSI Jemursari Surabaya. Setiap semester, dia selalu menemui pengalaman berkesan, terutama ketika memperbanyak ilmu tentang kesehatan manusia. Bahkan, ketika menjelang kelulusan, Setiadi harus praktik di UGD RSI Surabaya. Malam

sesuai dengan cita-citanya sejak kecil yang ingin mengabdi kepada masyarakat. “Sudah masuk filosofi hidup saya, di profesi inilah, saya harus mengabdi,” ungkapnya.

Setiadi masih ingat ada satu mata kuliah yang membuatnya tidak bisa tidur nyenyak karena sulit. Mata kuliah itu adalah Biokimia. Mata kuliah itu dirasa sulit karena secara pribadi belum begitu familiar bagi Setiadi. Meski demikian, secara umum hasil akhirnya cukup baik yakni mendapatkan nilai B.

baya. Meski awalnya agak terpaksa, lambat laun dia akhirnya mulai tertarik dan menekuni ilmu keperawatan di Akper RSI Jemursari. “Jadi, simpulannya terseret jalan hidup dan takdir,” tambahnya.

Setelah menekuni dunia keperawatan, Setiadi mulai menyadari jalan hidupnya. Profesi perawat sesungguhnya adalah mulia dan menjadi ladang pengabdian kepada masyarakat. Setiadi pun akhirnya mulai fokus dan menikmati berkuliah di Akper RSI Surabaya. Dia fokus dan bersungguh-sungguh untuk menjadi perawat.

“Setelah masuk, saya mulai paham bahwa profesi perawat itu sangat mulia

itu, dia harus menerima pasien korban kecelakaan yang berdarah-darah.

“Paling berkesan saat awal praktik di UGD, sewaktu lihat luka kecelakaan, mata saya mendadak kepyur (berkunangkunang). Untung ndak pingsan,” jelasnya sembari tersenyum mengingat pengalaman pertama waktu itu.

Dari kejadian itu, perlahan Setiadi mulai terbiasa menghadapi orang sakit.

Beberapa pasien pun dia tangani dengan baik. Hingga akhirnya, ia lulus pada tahun 1996.

Setiadi mengaku sangat tertarik dengan dunia keperawatan karena dapat menjadi ladang pengabdian. Kondisi itu

“Belum biasa, jadi maklum. Saya memang lebih suka ilmu Matematika dan Fisika,“ tegasnya.

16

MAJALAH UNUSA

04- 2019

JENJANG PENDIDIKAN DAN KARIER Lulus dari pendidikan D3 Akademi Keperawatan RSI pada tahun 1995, Setiadi melanjutkan pendidikan Sarjana Keperawatan di Unair. Tahun 2002, ia berhasil menyelesaikan studinya.

Tak berhenti di situ, Setiadi semakin mengupgrade diri dengan melanjutkan studi Profesi Ners di kampus yang sama: Unair. Ia berhasil lulus studi Profesi Ners pada tahun 2003.

Dunia kesehatan terus berkembang seiring perubahan zaman, termasuk di dunia keperawatan. Melihat fenomena itu, Setiadi tak surut untuk menambah wawasan dan kualitas diri. Ia pun kembali menempuh studi lebih lanjut untuk program S2 di Universitas Indonesia. Ia lulus tahun 2009.

Selain jenjang pendidikannya yang tinggi, pria yang tinggal di Desa Simongagrok, Kecamatan Dawar Blandong, Kabupaten Mojokerto Jawa Timur itu memiliki riwayat pekerjaan yang panjang. Tahun 2003-2004, ia dipercaya menjadi Kepala sub bag Penelitian dan pengembangan, Akper Hang Tuah Surabaya. Tahun 20052006, ia dipercaya menjadi Pembantu Direktur I bidang pendidikan Akper Hang Tuah Surabaya. Tahun 2008-2010, dipercaya menjadi KA PRODI DIII Keperawatan, Stikes hang Tuah Surabaya.

Tidak berhenti di situ, Stikes Hang Tuah Surabaya kembali memercayakan Setiadi untuk menjabat Kaprodi SI Keperawatan. Jenjang karier Setiadi semakin meningkat. Tahun 2013 – 2016, ia dipercaya menjadi Ketua 1 Bidang Akademik Stikes Hang Tuah Surabaya. Bahkan, jabatan itu kembali dipercayakan pada Setiadi periode tahun 2017 hingga 2020.

Di bidang oranisasi, Setiadi terbilang aktif berkegiatan. Hal itu terlihat dari rekam jejak aktivitas keorganisasiannya.

Tercatat, ia pernah menjadi Sekretaris FKPKK Jawa Timur periode periode 20032012, bagian hubungan sosial dan politik PPNI Jawa Timur periode 2004-2014, ketua aiptinakes Surabaya periode 20072014, Koordinator sie akademik dan kurikulum AIPDiKI Indonesia periode 20102014, dan pengurus PPNI bagian Diklat PPNI Jawa timur periode 2015-2020.

Sebagai akademisi,Setiadi juga aktif di kegiatan ilmiah dan menghasilkan berbagai produk ilmiah. Beberapa karya buku yang sudah ditulis di antaranya berjudul Pedoman Riset Mahasiswa Keperawatan, Proses Dokumentasi Keperawatan, Anatomi Fisiologi Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan, Kepemimpinan dan Manajemen dalam Keperawatan, Pendidikan Agama untuk Mahasiswa Keperawatan, Misi Hidup dalam Profesi, Konsep Kesehatan Religius dalam Islam, Mudahnya ke Baitulloh, dan Mutiara Petuah Kyai.

Setelah masuk, saya mulai paham bahwa profesi perawat itu sangat mulia sehingga saya tetapkan niat di sinilah tempat pengabdian saya.

Ia juga terlibat di berbagai kegiatan ilmiah. Di antaranya, menjadi asesor BAN PT dan Lamp PT Kes, fasilitator excellent service bagi tenaga keperawatan PPNI, fasilitatror Perawat Ahli PPNI Jawa Timur, motivator kajian agama dan karier yayasan jala berkah, dan tim out bound yayasan jala berkah.n (BUD)

BIODATA SINGKAT NAMA: Setiadi, SKep., Ns., MKep. TEMPAT, TGL LAHIR: Mojokerto 20 september 1975 AGAMA : Islam STATUS PERKAWINAN: Kawin GOLONGAN/PANGKAT: IIIC/Lektor 300 ASAL INSTANSI: Stikes Hang Tuah Surabaya ALAMAT KANTOR: Jl. Gadung No.1 Surabaya, Kompleks Rumah Sakit Angkatan Laut dr. Ramelan ALAMAT RUMAH: Dusun Simo Rukun 01/12, Desa Simongagrok, Kec. Dawar Blandong, Kab. Mojokerto–Jatim RIWAYAT PENDIDIKAN: @ Diploma III keperawatan, AKPER RSI Surabaya lulus 1995 @ Sarjana keperawatan, UNAIR Surabaya lulus 2002 @ Profesi Ners, UNAIR Surabaya lulus 2003 @ S2 keperawatan, Universitas Indonesia lulus 2009.

MAJALAH MAJALAH UNUSA UNUSA04-04 2019 - 2019

17

WARTA FOTO

MENKO KEMARITIMAN AJAK MAHASISWA UNUSA JAGA MARWAH NU MENTERI Koordinator (Menko) Bidang Kamaritiman, Luhut Binsar Pandjahitan mengajak mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menjaga marwah NU. “Sebagai mahasiswa yang memiliki intelektualitas, kalian harus dapat menjaga marwah NU,“ demikian disampaikan Luhut dalam kuliah umum yang digelar di Kampus Unusa, Kamis (7/2/2019) sore.

“Kalian sebagai mahasiswa NU, sebagai generasi muda NU harus mampu menjaga marwah dan nama baik NU,“ imbuhnya.

Dalam materi kuliah umumnya, Luhut menjelaskan tentang keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai dan menjadi landasan pemerintah dalam periode Presiden Joko Widodo. n (HUMAS UNUSA) KULIAH UMUM: Rektor Unusa, Prof. Dr. Ir Achmad Jazidie, MEng.

menyerahkan cinderamata kepada Menko Bidang Kamaritiman Luhut Binsar Pandjahitan. Turut hadir Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar, Prof.

Mohammad Nuh (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Periode 2009-2014), dan Profil Dr. Alwi Shihab (Menteri Luar Negeri RI Periode 1999-2001).

PPG UNUSA DALAM JABATAN TAHUN 2019 MAHASISWA PPG UNUSA Dalam Jabatan Tahun 2019 menerima materi langsung dari para pakarnya, di antaranya dari Prof. Mohammad Nuh (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Periode 2009-2014).

(HUMAS UNUSA)

18

MAJALAH UNUSA

04- 2019

WAWASAN

DARI KAJIAN PPMPI UNUSA

GAGAS GERAKAN LINGKUNGAN PEDULI SAMPAH PLASTIK Problem sampah plastik kian meresahkan. Data terbaru, Indonesia berada di urutan kedua sebagai penghasil sampah plastik terbesar setelah Tiongkok. Fenomena itu tentu harus menjadi perhatian serius semua pihak. Salah satu caranya dengan melakukan gerakan pengurangan penggunaan sampah plastik.

T

erkait problem sampah plastik itulah, Pusat Pengembangan Masyarakat dan Peradaban Seketaris Pusat Pengembangan

Masyarakat dan Peradaban Islam (PPMPI) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) Mohammad Afwan Romdloni mengatakan, pihaknya bersama dengan sejumlah elemen telah merancang gerakan menjaga lingkungan dengan mengurangi penggunaan sampah plastik. Langkah itu, kata Afwan, perlu dilakukan karena konsumsi plastik di Indonesia telah menempati urutan kedua setelah Cina.

Afwan yang dikonfirmasi pada Sabtu 16 Maret 2019 mengatakan, gerakan itu akan melibatkan semua elemen. Selain sivitas akademika di Unusa, PPMPI juga akan merangkul kampus lain seperti Unair dan ITS Surabaya untuk bersama-sama menanggulangi dengan meminimalisir penggunaan sampah plastik di Indonesia.

Bekerja bersama dengan meminimalisir penggunaan sampah plastik harus dilakukan bersama untuk menjaga lingkungan agar tetap sehat. Pasalnya, kalau tidak dimulai gerakan itu, dikhawatirkan penggunaan sampah plastik semakin marak dan limngkungan menjadi tidak sehat.

Afwan menuturkan, gerakan meminimalisir sampah plastik itu bisa dimulai dari hulu yakni rumah tangga. Masyarakat harus disadarkan agar memilah sampah dan berlanjut sampai TPS. Sehingga, sampah tidak bercampur dan bisa diurai ulang. Selama ini ada kecenderungan sampah plastik dan organik dicampur begitu saja sampai tempat pembuanga akhir, sehingga menimbulkan masalah lingkungan di sekitar TPA. “Kita juga mengintruksikan pemilahan sampah dari rumah tangga sudah ada pemilahan dan TPA sudah harus kita pantau. Jangan

Lingkungan menjadi rusak dan akan menyengsarakan manusia di kemudian hari.

Di Kampus Unusa, gerakan meminimalisir penggunaan plastik mulai digagas. Nanti-

M Afwan Romdloni sampai di rumah dipisah, di TPA dicampur proses dan prosedurnya,” jelasnya.

Untuk mengawali program itu, dalam waktu dekat, pihaknya akan menggelar FGD dengan beberapa LSM yang konsen dalam bidang lingkungan. Nantinya, rumusan gerakan itu akan diwujudkan dengan menggandeng pemerintah supaya bisa berjalan maksimal.

“Dalam waktu dekat ini akan melakukan konsolidasi dengan Walhi, ecoton, KLH,selain itu beberapa akan merangkul prodi yang fokus di lingkungan juga, di antaranya ada IKM,” tandasnya.

Afwan mengakui, tema itu sengaja diambil karena perkembangan di masyarakat yang terjadi akhir-akhir ini sungguh meresahkan.

Perubahan gaya hidup emak-emak yang dulunya ke pasar membawa tempat belanja, kini berganti dengan mengandalkan plastik sebagai pembungkusnya.

Bisa dibayangkam, kata Afwan, kalau setiap hari penggunaan plastik itu terus dilakukan, maka pencemaran semakin masif.

nya, diharapkan ada kebijakan dari kampus yang menyediakan air galon di setiap sudut ruangan kampus. Sehingga, para peserta didik dan pengajar bisa membawa botol isi ulang, supaya tidak meminum air dari botol dan gelas plastik.

Afwan mengatakan, plastik yang tidak bisa diurai akan sangat berbahaya. Terutama yang nantinya akan masuk ke laut dan menjadi mikroplanton. Pasalnya, mikroplankton dari plastik itu akan dimakan ikan, yang nantinya dikonsumsi manusia. Kondisi itu dikhawatirkan akan membahayakan kesehatan tubuh.

“Plastik yang teruari pun akan menjadi mikro plastik, pada masanya akan menjadi plankton di perairan dan dimakan ikan. Ketika dimakan manusia akan menimbulkan penyakit,” katanya lagi.

Gerakan peduli lingkungan sampah plastik itu rencananya akan diajukan ke pemprov Jawa Timur untuk penangan lingkungan. Sebabm jika tidak dibentengi akan sulit. Contoh perusahaan dan pabrik ada yang mengekang mereka terus produksi.

Afwan juga mendesak agar Pemprov Jatim menurunkan regulasi yang ramah lingkungan dan meminimalisir penggunaan kantong plastik. Dengan menunjukkan data- data, Afwanb ada sebuah regulasi dari pemprov mengenai masalah pabrik plastik dan industri yang menggunakan plastik sekali pakai.

“Perubahan itu akan dimulai dari kampus yakni dengan memulai penggunaan galon di masing-masing ruangan kerja di kampus.

Selain itu, diharapkan masing-masing dosen dan karyawan menggunakan tuperware,” tuturnya.l (BUD)

MAJALAH UNUSA

03- 2018

19

ARTIKEL WAWASAN

Unusa Harus Menjadi Pelopor Masa Kejayaan Islam (Islamic Golden Age) di Bidang Ilmu Pengetahuan OLEH Ahmad Cholis Hamzah*)

Kita para civitas akademika UNUSA sebagai kader-kader ilmuwan Islam, haruslah mempelajari temuan-temuan para ilmuwan Islam zaman keemasan dulu, agar bisa menjadi motivasi untuk kemajuan ke depannya dan meneruskan karya-karya besar mereka. Perlu juga dipahami bahwa UNUSA yang memiliki nilai-niai luhur Ahlul Sunnah Wal Jamaah Al- Nadhliniyah ini menekankan pada kemajuan ilmu pengetahuan.

D

i penghujung Perang Dunia II, ada pertempuran hebat yang menentukan berakhirnya PD II itu antara pasukan Nazi Jerman dan pasukan Uni Soviet (yang sekarang menjadi Rusia). Namanya Pertempuran Stalingrad atau the Battle of Stalingrad pada 23 Agustus 1042 – 2 Februari 1943. Pertempuran itu merupakan pertempuran paling besar dalam sejarah PD II. Pertempuran tersebut berlangsung lebih dari lima bulan, melibatkan 2,2 juta tentara dan menelan korban jiwa 1,8-2 juta orang. Pertempuran masif itu merupakan pertempuran dalam berbagai front, darat, udara, sampai satu lawan satu di dalam kota Stalingrad (sekarang namanya Volgograd). Pertempuran itulah yang menyebabkan kota Berlin jatuh setelah tentara Soviet menyerbun dan membuat Nazi Jerman menyerah.

Namun, karena media global ini dikuasai negara-negara barat (Amerika Serikat dan sekutunya) maka berita pertempuran Stalingrad itu menjadi berita kecil. Sebagai gantinya, pertempuran–pertempuran yang dilakukan pihak barat melawan Nazi itu yang dibesar-besarkan, seperti pertempuran di pantai Normandy Perancis, pertempuran tank di Al-Alamein Mesir dan pendaratan pasukan AS di Iwojima Jepang. Sejarah Perang Dunia II akhirnya narasinya didominasi barat.

Tulisan ini, tentu tidak membahas tentang pertempuranpertempuran masa lalu. Namun, hanya ingin menunjukkan bahwa sejarah itu ditulis oleh pihak yang berkuasa (siapapun yang berkuasa). Hal itu juga terjadi pada kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan di dunia Islam sejak wafatnya Sayidina Rasulullah Muhammad Saw. Karena dunia Islam dikuasai (dijajah) oleh negara-negara barat, terutama dari Eropa, maka berita atau informasi tentang kemajuan Islam itu dikecilkan. Berita tentang Islam sering menjadi bias. Padahal, ilmu pengetahuan modern

20

MAJALAH UNUSA

04- 2019

saat ini, di berbagai bidang (sampai algoritme) banyak berasal dari pemikiran dan ilmuwan Islam masa lalu.

Misalkan, di dunia ilmu kimia, dunia pendidikan dan penelitian dimanapun termasuk di Indonesia ini, mengenal namanama ilmuwan barat seperti Louis Pasteur, George Washington Carver, Joseph Priestley, Antoine Lavoisier, John Dalton dan Amadeo Avogadro yang menjadikan ilmu kimia sebagai ilmu modern. Tapi, apakah orang tahu siapa itu Muhammad Ibnu Zakariya al-Razi (Rhazes) atau Jabir Ibny Hayyan (Geber) atau Abu Yusuf Yaqub IbnuIshaq al-Kindi, dan sebagainya.

Seorang ilmuwan Amerika Serikat Benjamin Huddle, Ph.D pada pertemuan nasional ke 238 – American Chemical Society (yang memiliki anggota lebih dari 150.000) mengatakan pada para peserta pertemuan, “Anda harus tahu mereka ini” (Kita orang Islam seharusnya lebih wajib mengetahui mereka itu), karena mereka adalah para imuwan ahli ilmu kimia dari dunia Islam di Timur Tengah pada abad ke-8 sampai ke-13. Para ilmuwan Islam itulah yang mengembangkan ilmu pengetahuan, kedokteran dari Eropa bagian selatan melalui Afrika utara sampai ke Asia Tengah dan India serta belahan dunia lainnya, dan ilmu mereka menjadi dasar bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kedokteran modern di Eropa. Karena dominasi barat terhadap Negara-negara Islam, maka ilmu pengetahuan dari dunia Islam itu sengaja dilupakan atau dianggap sebagai ilmu abal-abal. Pak Benyamin Hudletadi mengatakan: “ “We are rediscovering the fact that from 750 to 1258 A.D. the best science in the world was being done by Arabic-speaking peoples. In chemistry we use language from the Arabs, apparatus and techniques, many chemicals (especially perfumes), and many materials.”

Salim TS al-Hassani Profesor Emiritus di Universitas Manchester Inggris, dan Mohammad Abattouy, Profesor di bidang Sejarah dan Filasat Ilmu Pengetahuanpada Mohammed V University Rabat,Maroko dan peneliti senior pada Foundation for Science, Technology and Civilisation, Manchester Inggris dalam artikelnya “The Advent of Scientific Chemistry mengatakan bahwa kata alchemy yang dikenal di dunia barat itu (dalam bahasa Perancis disebut “la chimie”) sebenarnya dari kata bahasa Arab Kimmiya (yang bermakna “Kuantitas”) dan akhirnya menjadi alKimiya yang berartiil mukimia.

Arabic manuscript held in the British Library showing the distillation process in a treatise of chemistry. © The British Library, London.

Ilmu kimia ini adalah ilmu yang berdasarkan pada penelitian dan percobaan-percobaan (experiment) yang merubah suatu zat menjadi zat lain lewat laboratorium. Dan hal itu kata kedua illmuwan ini adalah pekerjaan orang Islam; karena pembuktian suatu yang tidak/belum jelas atau meragukan adalah tradisi ummat Islam sejak dulu misalkan dalam hal ilmu Hadis. Suatu Hadis harus dicek secara cermat “Sanat-Rowinya”, asal usulnya, siapa yang yang membicarakan pertama, kalau ada penutur Hadis yang ternyata adalah orang yang diragukan integritasnya misalnya pembohong, maka Hadis itu tidak bisa dipercaya kebenarannya. Pembuktian-pembuktian sebagai tradisi Islam ini dipakai oleh para ilmuwan Islam dalam menenmukan teori-teori ilmu kimia seperti yang dilakukan oleh Al-Razi yang dianggap sebagai “the father of modern chemistry”.

Sementara itu pada zaman-zaman tersebut para ilmuwan dari Yunani membahas ilmu kimia berdasarkan perkiraan-perkiraan metafisik; bukan berdasarkan pembuktian lewat percobaan laboratorium.

Ibnu Sina dan Ibnu Khaldun misalnya adalah ilmuwan yang diragukan dan ditolak penemuannya pada Zaman dulu, misalnya penemuan mengubah metal sederhana menjadi emas. Namun dengan tradisi Islam yang selalu mendasarkan penemuannya dengan fakta, ditopang dengan scientific evidence, mereka berhasil membuktikan penemuannya itu.

Sementara itu ilmuwan barat, Jean Mathe dalam bukunya “The Civilization of Islam” menyimpulkan penemuan-penemuan gemilang ilmuwan Islam di bidang ilmu kimia, antara lain menemukan alkohol, asam sulphur (sulphuric acids), potassium, silver nitrate dan banyak lagi. Mereka juga menemukan teknikteknik sublimasi, kristalisasi dan distilasi. Tak kalah pentingnya temuan mereka juga di bidang kimia ini banyak dipakai di dunia industry tekstil maupun pertanian, parfum. Bahkan ada ilmuwan Inggris yang mengatakan bahwa pembuatan sabun sampai

parfum itu dilakukan ilmuwan Islam berdasarkan ritual wudhu, mensucikan diri sebelum sholat. Jadi factor mengutamakan kebersihan dalam ajaran Islam telah menghasilkan temuantemuan ilmiah di industry sabun dan parfum.

Para ilmuwan Islam di bidang ilmu kimia ini seperti Jabir, AlRazidan Al-Majriti juga menulis ratusan buku ilmu pengetahuan, Jabir misalnya menulis “AlKhwass al-kabir” (the Great Book of Chemical Properties), Al-Miaj menulis tentang Chemical Combination; dia juga membuat timbangan yang persisinya tinggi menimbang zat yang sangat sangat kecil yang ibaratnya tidak bisa dilihat mata telanjang. Sementara Al-Razi menciptakan laboratorium dengan lebih dari 20 instrument yang sebagian besar digunakan dalam laboratorium modern zaman sekarang ini.

Kita para civitas akademika UNUSA sebagai kader-kader ilmuwan Islam, haruslah mempelajari temuan-temuan para ilmuwan Islam zaman keemasan dulu, agar bisa menjadi motivasi untuk kemajuan ke depannya dan meneruskan karyakarya besar mereka. Perlu juga di pahami bahwa UNUSA yang memiliki nilai-niai luhur Ahlul Sunnah Wal Jamaah Al- Nadhliniyah ini menekankan pada kemajuan ilmu pengetahuan. Para ulama NU sejak awal berdirinya sudah membahas dan mendiskusikan dunia kemajuan seperti pendirian Klinik NU di Jombang pada tahun1937 an, mendiskusikan perekonomian dan kewirausahaan nasional, eksport-import, perdagangan internasional dan sebagainya dalam pertemuan-pertemuan penting seperti Muktamar.

Para ilmuwan Islam dulu itu mempelajari nilai-nilai luhur agama Islam yang di dalamnya mengajarkan tentang ilmu pengetahun dan menggunakan nilai-nilai itu menjadi penemuan ilmu pengetahuan yang gemilang. UNUSA dalam berbagai hal juga melakukan hal yang sama, seperti nilai-nilai Sorogan – sebuah proses ajar mengajar di pesatren telah diadopsi menjadi E-Sorogan. Dan perlu disadari UNUSA memiliki infrastruktur yang sudah bagus untuk menelorkan penemuan-penemuan ilmu pengetahuan selanjutnya misalnya di bidang kedokteran, keperawatan, ekonomi, pusat peradaban Islam dan sebagainya.

Yang penting diperhatikan adalah semua “positive achievements” umat Islam/UNUSA haruslah diketahui ummat, masyarakat Indonesia termasuk masyarakat global, kalua tidak maka akan terjadi seperti sekarang, ummat Islam hafal dengan penemuanpenemuan orang lain namun lupa dengan kemajuan para ilmuwan Islam sendiri.

Semoga kader-kader dari UNUSA menjadi bagian dari ummat Islam yang membangkitkan lagi the Islamic Golden Age atau kejayaan Islam di dunia ilmu pengetahuan demi kemaslahatan dunia, ummat dan bangsa Indonesia.

Insya Allah.n

*)Penulis adalah Manajer Keuangan dan Kerja Sama Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya, Alumni Unair dan University of London UK.

MAJALAH UNUSA

04- 2018 01 2019

21

SEPUTAR

ENPLUS Rektor Unusa, Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng. (tengah) saat menyampaikan keterangan pers kepada media tentang Enplus Festival 2019.

Enplus Festival 2019 Ajang Entrepreneurship Mahasiswa

M

enyikapi era globalisasi seka­ ligus untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan di kalangan mahasiswa, perguruan tinggi dituntut mampu membekali kemampuan mahasiswanya di segala bidang, utamanya bidang kewirausahaan. Hal itulah yang dilaku­ kan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Uni­ versitas Nahdlatul Ulama Surabaya (­Unusa) dengan menggelar Entrepreneur Plus (Enplus) Festival atau Enplus Festival 2019.

Ratusan mahasiswa dengan berbagai booth produk nampak antusias mengikuti kegiatan yang di gelar di DBL Arena Sura­ baya, pada Kamis 7 Maret 2019). Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unusa, Dr. M. Yusak Anshori mengungkapkan, menumbuhkan jiwa entrepreneurship di kalangan mahasiswa akan mendorong tumbuhnya perekonomian Indonesia teru­ tama di sektor industri kreatif.

Terbatasnya lapangan pekerjaan

yang tidak terserap oleh perusahaan-peru­ sahaan yang ada.

“Jika sudah seperti itu, mahasiswa jangan sampai bergantung pada situasi yang ada saat ini. Selain menguasai teori di bangku kuliah, diharapkan mahasiswa juga bisa memiliki jiwa menciptakan sendiri lapangan pekerjaan. Itulah salah satu ala­ san terciptanya Enplus Festival,” ungkapnya saat acara Press Conference di Tower Unusa Kampus B Jemursari Surabaya pada Rabu 6 Maret 2019.

Ia mengungkapkan, kegiatan tersebut merupakan kegiatan tahunan yang diper­ luas cakupannya setiap tahun agar menjadi lebih besar sehingga memberikan dampak positif terhadap ekonomi masyarakat.

“Saya berterima kasih kepada kampus yang telah berpartisipasi dan bersinergi mewujudkan kegiatan ini. Ke depan, kami ingin mengajak lebih banyak lagi maha­ siswa baik yang di Surabaya maupun di

kewirausahaan,” ungkapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Rektor Unusa, Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng mengungkapkan, gema kewirausahaan di Indonesia sudah merambah ke semua lini pendidikan. Hampir seluruh jenjang pendidikan di Indonesia telah mengap­ likasikan kurikulum kewirausahaan untuk siswa-siswinya.

Jazidie menambahkan, pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang sangat vital atau penting dalam suatu negara. Per­ tarungan antara kesediaan tenaga kerja merupakan salah satu faktor pentingnya pertumbuhan ekonomi. Ada jutaan tiap ta­ hun wisudawan baru dan lulusan SMK yang berniat untuk kerja sementara kebutuhan tenaga kerja itu tidak klop.

“Ditambah lagi, ada yang senang menggu­ nakan tenaga kerja asing. Menyadari itu Unusa dalam visinya merumuskan secara eksplisit menyiapkan SDM yang berjiwa entrepreneur

membuat kita harus bisa mempunyai jiwa untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru. Terbatasnya lapangan pekerjaan tidak sebanding dengan jumlah lulusan mahasiswa, sehingga banyak mahasiswa

Jawa Timur untuk ambil bagian. Pemilihan tema Dream Big and Make Impact dilakukan agar generasi muda memiliki impian yang besar dan memunyai imbas yang besar di masyarakat. Salah satunya melalui bidang

berjati diri Islami,” terang Prof Jazidie.

Mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa diharapkan memiliki jiwa kepe­ mimpinan yang penuh tanggung jawab dan berjiwa kewirausahaan. n (HUMAS UNUSA)

22

MAJALAH UNUSA

04- 2019

Tips Jadi Entrepeneur ala Ernest Prakasa

E

ntrepreneur Plus (Enplus) Festival 2019 yang diseleng­ garakan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) berlangsung sema­ rak. Acara ini menghadirkan talkshow dengan nara sumber

Ernest, menambahkan saat berusaha jangan takut merasa gagal, karena gagal akan selalu ada pada setiap usaha hanya tinggal bagaima­ na seseorang mengambil pe­ lajaran dari kegagalan untuk melangkah ke depan. “Maju

juga punya kesempatan yang sama dalam hal binis dan mengatur keuangan untuk mandiri. “Menurut penelitian 85 persen keuangan rumah tangga di pegang oleh perem­ puan, jadi perempuan harus tahu bagaimana pengatur

Ernest Prakasa (enterpreneur dan penulis), Novita Hardini (Founder Surabaya Maula) serta Jaka Nopansyah.

Acara yang berlangsung di DBL Arena Surabaya ini, dipadati dengan puluhan anak muda yang siap mendengar­ kan bagaimana cara memulai suatu usaha atau menjadi enterpreneur. Ernest Prakasa, salah satu narasumber Festi­ val Enplus 2019 mengatakan, dalam membuat karya atau produk maupun jasa ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu, jujur dan konsisten.

“Jujur, maksudnya kita jujur sama diri sendiri apa yang mau dilakukan harus sesuai dengan kesenangan dan tidak meniru orang lain. Konsisten artinya butuh waktu dalam setiap usaha dan harus dilaku­ kan displin,” kata Sutradara film Cek Toko Sebelah ini.

Sutradara Film Mili dan Mamet ini juga menambahkan untuk memulai usaha harus dilakukan dari kecil dan terus konsisten serta melewati prosesnya. “Lakukan aja mulai sekarang dari yang kecil-kecil dulu, bukan gak mungkin dari yang cuma 10 orang bisa menjadi 10 ribu dan seterus­ nya,” kata Ernest Parakasa.

aja, yang namanya gagal pasti ada kalau kita usaha dan hidup, bukan berarti setelah gagal lalu jadi sukses dan mu­ lus perjalanannya. Tidak juga, yang penting bagaimana kita belajar dari kegagalan itu,” katanya sambil memberikan semangat pada audiens yang hadir.

Menurut Ernest, untuk menjadi entrepreneur era sekarang sangat mudah.

Karena dengan adanya e-commerce memudahkan seseorang untuk memasarkan produknya dengan modal yang minim. “Yang paling penting lakukan sesuatu hal yang kalian sukai. Misal aku (Ernest) suka komedi semua karyaku berhubungan dengan komedi. Nulis, film semuanya berbau komedi,” ujarnya bersemangat.

Hal senada, diungkap­ kan Jaka Nopansyah, bahwa memulai sebuah usaha yang terpenting adalah tidak menunda. “Jangan takut gagal, asalkan itu positif kalian mulai saja dulu, karena kegagalan yang terbesar adalah menun­ da,” kata Jaka Nopansyah.

Sementara, Novita Har­ dini, Founder Surabaya Maula, mengungkapkan, perempuan

finansial dan bisnis akan membuat perempuan lebih berguna dan bisa memper­ dayakan sesamanya,” kata ibu rumah tangga yang juga pebisnis ini.

Selain talkshow enterpreneur Enplus Festival juga menghadirkan tenantenan inovasi mahasiswa untuk mendorong para mahasiswa mempunyai jiwa enterpreneur. (pts) . (HUMAS UNUSA)

MAJALAH 2019 MAJALAHUNUSA UNUSA 04042019

23

SEPUTAR

PROFESI Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (FKK) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) saat menggelar try out Uji Kompetensi (Ukom) bagi lulusan D3 Kebidanan Unusa maupun di luar Unusa hasil kerja sama dengan AIPKIND (Asosiasi Institusi Pendidikan Kebidanan Indonesia).

Unusa Buka Prodi S1 Kebidanan dan Pendidikan Profesi Bidan

U

niversitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) membuka program studi baru yakni S1

Kebidanan dan Pendidikan Profesi Bidan. Prodi ini mulai dibuka untuk mahasiswa baru (maba) angkatan 2019 – 2020 ini. Pendaftaran pun mulai dibuka di kampus B Unusa Jalan Jemursari Surabaya.

Ketua Tim penyusun Pengajuan Prodi Baru S1 Kebidanan, Fritria Dwi Anggraini mengatakan kuota untuk prodi ini hanya 40 mahasiswa. “Daya tampung sementara sebanyak itu, kami sesuaikan dengan ke­ tentuan yang ada,” ujar Fritri, Selasa (12/3).

Selama ini, Unusa memiliki jurusan kebidanan hanya untuk jenjang D3 (Diplo­ ma 3). Prodi yang ada ini tidak dihapus, namun Unusa mengantisipasi kebutuhan bidan di kemudian hari dengan adanya

24

MAJALAH UNUSA

04- 2019

regulasi-regulasi baru di bidang itu.

Karena dengan adanya Undang-Undang Kebidanan yang baru, nantinya kebutu­

Rektor I Unusa, Prof Kacung Mari­ jan mengatakan Unusa mempersiapkan mahasiswa untuk bisa menghadapi

han ada dua yakni vokasi yakni lulusan D3 dan profesi yang lulusan S1 ditambah pendidikan profesi.

Nantinya, bidan vokasi hanya boleh memberikan pelayanan di tempat pelay­ anan kesehatan tidak boleh melakukan lainnya. Sementara untuk bidan profesi bisa melakukan pelayanan di tempat pelayanan kesehatan dan juga bisa mem­ buka praktik mandiri.

“Jadi kami ingin nantinya bidan lulusan Unusa bisa melakukan menjalani dua hal itu, bisa kerja di rumah sakit atau layanan kesehatan serta bisa juga melakukan praktik mandiri,” jelasnya.

Dengan dibukanya prodi ini, Wakil

tantangan kebutuhan bidan ke depannya.

“Jadi untuk S1 Bidan ini lama studinya empat tahun atau 3,5 tahun untuk men­ empuh pendidikan akademik ditambah program pendidikan profesinya selama 1,5 tahun,” jelasnya.

Prodi S1 Kebidanan dan Profesi Bidan Unusa ini berbeda dari yang lain. Karena Unusa didukung dua rumah sakit yang sangat kompeten yang bisa dijadikan tempat praktik bagi mahasiswa yakni RSI Surabaya Ahmad Yani dan Jemursari.

Selain itu, keunggulan lain adalah Unusa memiliki Fakultas Kedokteran yang men­ gantongi akreditasi B serta jumlah dan kualifikasi dosen memadai.n (END/RUD)

WARTA FOTO

TALK SHOW HARI DOWN SYNDROME SE-DUNIA DI ROYAL PLAZA DALAM rangka bersimpati terhadap penyandang down syndrome, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) memeringati Hari Down Syndrome se-Dunia di Royal Plaza Surabaya, dengan menggelar talk show guna mengedukasi orang tua dan menghapus stigma negatif dengan memperhatikan para kaum down syndrome. (HUMAS UNUSA)

SARASEHAN IKATAN KELUARGA ORANG TUA MAHASISWA (IKOMA) FAKULTAS KEDOKTERAN (FK) UNUSA MAJALAH UNUSA

04- 2019

25

KOLOM REKTOR

UPAYA MENJAGA PREDIKAT PTS BARU DENGAN PERTUMBUHAN TERCEPAT

T

-

Unusa butuh komitmen dan keberanian melakukan perubahan pada masing-masing individu warga kampus.

Mahasiswa harus dikondisikan untuk berinovasi; dosen

-

dituntut inovatif dalam segala hal, termasuk dalam menjalankan tri dharma perguruan tinggi lainnya. oleh: Prof Dr Ir Achmad Jazidie., M.Eng Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

M

engawali tulisan ini saya ingin mengajak segenap sivitas akademika Unusa untuk memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas dilimpahkannya nikmat yang tak terkira dari NYA kepada Unusa, dalam bentuk beberapa prestasi dan penghargaan yang luar biasa bagi sebuah perguruan tinggi yang baru memasuki usia lima tahun pada 2018 lalu.

Ajakan ini sengaja saya sampaikan agar kita tidak besar kepala dan menepuk dada dalam menerima itu semua, sebaliknya mari kita berintrospeksi diri dan merenung terhadap apa yang telah kita capai, agar ke depan Unusa bisa lebih baik lagi.

Kenapa saya sampaikan ini, karena kita tengah bangkit ketika di belahan dunia lain (baca: Amerika Serikat), perguruan tinggi sedang memasuki masamasa sulit. Seorang Profesor dari Harvard Business School, Prof Clayton Christensen meramalkan, bahwa 50% dari perguruan tinggi AS akan bangkrut dalam 10

n

26

MAJALAH UNUSA

04- 2019

sampai 15 tahun ke depan.

Kenapa? Berangkat dari The Theory of Disruptive Innovation yang dikembangkannya di buku The Innovator’s Dilemma, Christensen melihat bahwa perguruan tinggi merupakan salah satu industri yang selama beberapa abad tidak pernah terganggu. Namun kehadiran pembelajaran online telah membalikkan keadaan itu.

Katanya, pendidikan online akan menjadi cara yang paling hemat biaya bagi siswa yang ingin mengenyam pendidikan tinggi. Secara efektif hal ini akan merusak model bisnis perguruan tinggi tradisional dan itu menyebabkan mereka akan keluar dari percaturan bisnis pendidikan.

Christensen berpendapat bahwa ketersediaan materi pendidikan secara online yang sering bisa diperoleh dengan gratis akan menyebabkan perguruan tinggi tradisional akan tutup atau bangkrut. The U.S. Department of Education dan Moody’s Investors Service memproyreksikan bahwa dalam tahun-tahun mendatang,

tingkat penutupan perguruan tinggi akan tiga kali lipat.

Itulah sebabnya saya ingin mengajak sivitas akademika Unusa untuk tetap mawas diri di tengah kita memperoleh berbagai macam prestasi seperti terpilih sebagai Perguruan Tinggi Swasta Baru dengan Pertumbuhan Tercepat dari Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah VII Jawa Timur di tahun 2018 lalu. Sementara dalam peringkat kampus berdasarkan UniRank --pemeringkat terbaik dunia berdasarkan popularitas situs website-- Unusa berada di urutan ke 201 se-Indonesia atau 15 besar di Jatim dan 10 besar di Surabaya.

Bukan hanya itu dalam perhelatan rapat kerja Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) se-Indonesia yang digelar di Bandung, Unusa juga diberi penghargaan sebagai perguruan tinggi peringkat pertama berdasarkan laporan kinerja SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal).

SPMI adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Mari kita jaga kepercayaan atas prestasi-prestasi itu semua. Dengan cara apa kita menjaganya? Melalui upaya sekuat tenaga dan dengan kesadaran tinggi untuk mempertahankan dan meningkatkan semuanya itu menjadi lebih baik lagi di masa depan. Cukupkah dengan itu? Tentu tidak, karena itu saya ingin mengajak kita semua, segenap civitas akademika Unusa untuk berpikir jauh ke depan, tentang masa depan Unusa, masa depan tata kelola, masa depan pembelajaran, serta masa depan sebuah institusi perguruan tinggi yang ingin tetap hidup, eksis, berdiri, dan berjaya di era revolusi industri 4.0, di era disruption. **** Pembelajaran daring memang sudah kita mulai rintis dan berikan di beberapa program studi. Tujuannya selain untuk mengantisipasi apa yang diramalkan oleh Christensen itu, tidak lain juga karena tuntutan ke depan memang seperti itu. Kemenristekdikti bahkan mendorong perguruan tinggi negeri maupun swasta yang sudah bagus akreditasinya untuk dapat menyelenggarakan online learning di Indonesia, disamping pembelajaran tatap muka sebagaimana yang sudah berlangsung.

Ditargetkan tahun ajaran baru 2019 – 2020 sudah banyak prodi online yang diselenggarakan secara masif dan dengan mutu yang bagus. Ini diperkirakan memakan waktu yang lama���������������������������� , karena kita ingin memastikan bahwa online learning yang dilaksanakan ini mutunya bagus. Diiharapkan, online learning ini tidak hanya untuk meningkatkan APK tetapi juga bisa menyelenggarakan sistem pendidikan yang lebih efisien dan berkualitas.

Dalam UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menetapkan bahwa rumah sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah Sakit Pendidikan setelah memenuhi persyaratan dan standar Rumah Sakit Pendidikan.

Dari aspek regulasi, penyelenggaran Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sudah diatur dalam Permenristekdikti Nomor 51 Tahun 2018 dalam Bab VII tentang pasal 38 ayat 1, bahwa PJJ mempunyai karakteristik: terbuka, belajar mandiri, belajar dimana dan kapan saja, dan berbasis pada teknologi informasi dan komunikasi.

Pembelajaran jarak jauh secara online adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari lagi karena ini merupakan semangat global yang sudah berkembang di dunia pendidikan internasional.

Yang menarik adalah disruption telah menimbulkan peristiwa-peristiwa shifting yang tidak kecil. Pada titik inilah kita dituntut untuk tidak hanya berpikir konvergen, tapi juga divergen.

Saat ini gaya berpikir konvergen cenderung lebih menonjol. Karena kultur akademik kita lebih berpihak pada perilaku konformis. Padahal dunia berubah sangat cepat.

Untuk menjawab ini dibutuhkan berpikir kritis, berpikir lateral, kreatif dan berpikir divergen.

Berpikir konvergen memang masih dibutuhkan untuk pengembangan berpikir logik dan linier. Untuk menanamkan nilai-nilai yang bersifat konservatif, baik itu nilai religius, kemanusiaan, sosial maupun kebangsaan. Tapi sebaliknya, berpikir divergen sangat dibutuhkan saat ini dan mendatang, sebagai sebuah kecakapan berpikir yang dibutuhkan di era disruption. Era yang kental dengan perubahan dan kemajuan.

Kecakapan berpikir divergen juga menanamkan kecakapan evaluatif, kritis, kreatif dan inovatif, yang kini sering disebut sebagai kecakapan Higher Order Thinking (HOT). Kecakapan berpikir divergen ini harus dimiliki oleh semua warga kampus agar Unusa tetap hidup, eksis, berdiri, dan berjaya di era industri 4.0, di era disruption.

Pada titik inilah Unusa butuh komitmen dan keberanian melakukan perubahan pada masing-masing individu warga kampus. Mahasiswa harus dikondisikan untuk berinovasi; dosen dituntut inovatif dalam segala hal, tidak hanya cara mengajarnya saja, tapi juga dalam menjalankan tri dharma perguruan tinggi lainnya seperti pengabdian pada masyarakat dan penelitian.

Dengan begitu kiranya predikat sebagai Perguruan Tinggi Swasta Baru dengan Pertumbuhan Tercepat, bisa kita jaga dan pertahankan. Semoga! n

MAJALAH UNUSA

0401 - 2018 2019

27

[UNUSA PEDULI]

DONASI Wakil Rektor Bidang Akademik Dan Kemahasiswaan Unusa, Prof. Kacung Marijan, Drs., MA., Ph.D (tengah) didampingi Ketua Unusa Peduli Mohammad Ghofirin (kanan) menyerahkan bantuan secara simbolis untuk korban tsunami Banten dan Lampung.

SALURKAN BANTUAN KORBAN TSUNAMI BANTEN & LAMPUNG Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) melalui Unit Aksi Tanggap Kemanusian yang diberi nama Unusa Peduli, terus menggalang dana bagi korban bencana di Indonesia. Sejumlah elemen kampus yang terdiri rektorat, fakultas, pusat studi hingga Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Himpunan Mahasiswa (Hima) bahu membahu mengumpulkan dana guna membantu korban bencana di gempa Lombok, Donggala Palu dan Banten.

K

etua Unusa Peduli Mohammad Ghofirin menjelaskan fungsi dari lembaga ini. Ia mengaku lembaga yang ia dirikan tersebut memang khusus dibentuk untuk membantu korban bencana maupun kaum dhuafa yang ada di seluruh Indonesia.

“Biasanya, kalau ada bencana baru ngadain penggalangan dana.

Tapi ini tidak, lembaga ini dibentuk dan bekerja selamanya. Artinya. selama Unusa ada, dan selama kita masih hidup, selama itu Unusa Peduli tetap berjuang,” katanya ketika dikonfirmasi di Unusa Tower Kampus B Jalan Jemursari Surabaya, pada Senin 14 Januari 2019.

Dalam proses pengumpulan dana, Unusa Peduli menerima uluran dari berbagai donatur, infaq, sodaqoh hingga waqaf. Bahkan mereka berkeliling kampus guna menerima sumbangan dari para donatur dan sumbangan tersebut baik berupa uang maupun barang. Selain itu posko-posko penerima bantuan juga disiapkan di berbagai sudut kampus untuk memudahkan sivitas akademika menyalurkan bantuannya.

Ghofirin melanjutkan, momentum-momentum seperti adanya bencana menjadi kesempatan yang tepat untuk menyalurkan dana-dana yang sudah terkumpul.

28

MAJALAH UNUSA

04- 2019

“Ada bencana, kita langsung himpun dana dan salurkan. Tapi kalaupun tidak ada bencana tetap kami akan salurkan. Misalnya, ada seorang orang tua yang bingung anaknya ingin dikhitan, jadi tidak fokus hanya bencana alam saja, lebih tepatnya aksi kemanusiaan,” ceritanya.

Selain menerima donatur Unusa Peduli juga menggalakkan mahasiswa, sivitas akademik serta dana CSR Unusa. Elemen-elemen itulah yang manfaatkan untuk membantu korban-korban bencana alam maupun dhuafa yang membutuhkan saluran dana ini.

“Jadi, kita bicaranya permomentum. Di Lombok, dulu kita sampai 200 juta. Ini tadi sekitar 15 juta sudah terkumpul untuk Perairan Selat Sunda Banten dan Lampung melalui PWNU,” tuturnya.

Sementara itu, Rektor Unusa, Achmad Jazidie menyampaikan rasa bangganya atas kepdulian dari semua kalangan, khususnya kepada sivitas akademik Unusa yang rela menyumbangkan dan menyisihkan hartanya untuk korban bencana di seluruh Indonesia.

“Mudah mudahan bantuan ini bisa meringankan beban yang ditanggung saudara-saydara kita yang ada disana. Sekali lagi terimakasih semoga bermanfaat dan menjadi jariyah,” pungkas Jazidie. n (SUR/ANO/YAN)

MAJALAH UNUSA

04- 2019

27

[LEMBAGA]

DEKAN: Dr Muhammad Thamrin, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Univeritas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa).

PGSD FKIP UNUSA YANG TERUS BERINOVASI

DIPERCAYA KELOLA PPG DALAM JABATAN GURU SD Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya semakin berbenah. Selain terus mengembangkan inovasi pembelajaran, prodi pencetak guru SD itu kini mendapat kepercayaan untuk program sertifikasi Pendidikan Profesi Guru (PPG).

S

ebuah pesan whatsup masuk di ponsel Dr Muhammad Thamrin, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Univeritas Nahdlatul Ulama (Unusa) Surabaya. Pesan itu datang dari Kaprodi Pendidikan Guru SD (PGSD), Sri Hartatik, S.Si.,M.Pd. Dalam pesan itu

30

MAJALAH UNUSA

diberitahukan bahwa Unusa mendapat tambahan satu kelas lagi untuk program sertifikasi Pendidikan Profesi Guru (PPG).

Dengan tambahan satu kelas itu, maka FKIP mendapat amanah untuk mengajar lima kelas PPG PGSD. Program yang diberikan Kemenristekdikti itu dijalani prodi PGSD 04- 2019

sejak Januari 2019 lalu.

Menurut dia, kepercayaan itu diberikan karena instansinya bekerja dengan sungguhsungguh dalam menjalankan proses belajar mengajar, untuk menghasilkan lulusan yang baik.

Awalnya, PGSD dalam jabatan hanya dua kelas.

Namun, karena prasarana

dan sarana bagus, kemudian diberi tambahan tiga kelas sekitar 90 mahasiswa dan guru swasta supaya dapat prestasi. “Angkatan pertama itu kami diberi empat angkatan tahun 2019 mulai Januari sampai dengan Desember,� tambahnya.

Menurut dia, mayoritas

murid program PPG adalah para pengajar di Jawa Timur.

Mereka mengikuti program sertifikasi untuk mendapatkan tambahan tunjangan dari pemerintah.

“Dapat serfitikasi guru SD dan rata-rata adalah dari Jawa Timur. Nggak terlalu jauh. Jelas ya kepercayaan ini adalah modal juga kita lakukan dengan sebaik-baiknya.

Walaupun dosennya tidak nutut. Untuk mengejar tahun 2021 mencapai akreditas A untuk prodi PGSD. Kalau ini bagus maka kita punya kans masuk prodi PGSD mendapat nilai,” tandasnya.

Karena berjalan pada tahun yang sama, program sertifikasi guru di Unusa Surabaya tergolong sangat padat. Kondisi itu mengharuskan tenaga pengajar di Unusa Surabaya bekerja lebih keras untuk mengajar mereka.

Meski demikian, para pengajar yang sebagaian besar adalah dosen muda sangat antusias menjalankan program tersebut.

“Satu angkatan tiga kelas.

Sudah meluluskan sebanyak tiga kali ini. Satu kelas lima puluh, kalau empat kelas sudah berapa,” tambahnya.

Thamrin menjelaskan, sebenarnya, program PPG itu harus menjadi prodi tersendiri. Tetapi, karena keterbatasan waktu, program itu akhirnya untuk sementara dimasukkan dalam prodi PGSD. “Belum profesi PPG itu dalam struktur di Jakarta sebenarnya harus prodi sendiri, tapi sementara ini masih di cangkokkan dalam prodi PGSD sebagai keahlian profesi. Sementara ya seperti itu,” jelasnya.

Menurut dia, prodi PPG berusaha keras untuk mewu-

judkan target yang dicanangkan rektor Unusa. Pada tahun 2021, prodi tersebut harus mendapat nilai A, sehingga akan menunjang penilaian Unusa dari Dirjen Dikti. Thamrin menceritakan, mayoroitas dosen PPG di Unusa sangat senang dengan inovasi dan tanggap dengan arahan yang diberikan.

“Saya itu senangnya, di sini dosen-dosen itu masih muda semua, ya paling lama lima tahun. Jadi, mereka masih energik dan kalau ada inovasi baru langsung tanggap,” jelasnya.

Keberhasilan yang didapat adalah salah satu dosen PPG mendapat biaya penelitian sebesar Rp 50 juta dari Dirjen Dikti. Dana tersebut untuk pengembangan metode pembelajaran e sorogan.

“Misalkan pakai e sorogan sampai ada dosen yang dapat biaya Rp 50 juta. model

pengembangan seperti ini.

Saya katakan cepat dihakpatenkan,” tandasnya.

Thamrin mengatakan, sebagai seorang dosen, dia memberi kesempatan kepada mahasiswa PGSD untuk menyampaikan pendapatnya.

Bahkan, metode pembelajaran lebih banyak bottom up, dengan mendengarkan dan memberi kesempatan mahasiswa untuk berpendapat.

Hal itu sangat penting karena kelak mereka akan menjadi pengajar.

“Nah belajar mengajar di kelas banyak variasinya.

Karena mereka akan jadi guru maka harus banyak bicara menyampaikan pendapat, membuat makalah disampaikan begitu. Kalau dosennya ngomong dan dia mendengarkan saja kan dia jadi guru dan nanti ngomongnya glebekglebek,” katanya. n (BUD)

MAJALAH UNUSA

04- 2019

19

[RESENSI BUKU]

Membedah Perspektif Baru Ekstremisme Agama Islam

B

uku ini menawarkan perspektif baru terhadap ekstremisme agama Islam yang dilaporkan meningkat di Indonesia. Penulis mulai dengan argumen tentang perlunya membuka kedok politik penamaan. Oleh karena itu, frasa seperti ‘ekstremisme agama’ perlu didefinisikan secara jelas dan dibersihkan dari nada hegemonik dan ideologis imperial kolonial.

Argumennya menyiratkan untuk membedakan antara (1) kesalehan individu yang ekstrem, (2) ekstremisme kekerasan, dan (3) eksploitasi populis politik terhadap agama. Dia berpendapat bahwa mendefinisikan tingkat kesalehan individu tidak mungkin dilakukan karena sifat sarat nilai. Mengukur seberapa tinggi kesalehan seseorang moderat atau ekstrim tunduk pada pengamat serta religiusitas aktor itu sendiri, dan karenanya, tidak mungkin mencapai standar yang disepakati untuk semua orang.

Dengan demikian, penulis menegaskan perlunya mengenali jebakan terminologis dalam studi semacam ini. Karyanya menolak patologi kesalehan individu dari semua jenis dan menganjurkan penghormatan terhadap keragaman dalam masyarakat Indonesia di mana berbagai tingkat kesalehan harus dianggap sebagai variasi bersama ras, jenis kelamin, etnis, agama, kecenderungan politik dan sebagainya.

Akhirnya, fenomena ekstrimisme agama Muslim di Indonesia dipandang dengan latar belakang kekuatan antiagama yang lebih besar dalam proyek modernisasi dan sekularisasi dalam konteks dunia pasca-kolonial. Korelasi

32

MAJALAH UNUSA

04- 2019

JUDUL : Religious Extremism di Era

Post-Everything; Perspektif

Teori Kritis PENYUSUN : Ir. Wardah Alkatiri, M.A., Ph.D PENERBIT : Akademika-UNUSA Press,

Oktober 2018 HALAMAN : xiv + 228 hlm PERESENSI : Rudi Umar

nyata antara pertumbuhan ekonomi (dan karenanya kekuatan kapitalis), dan sekularisasi di Dunia Ketiga, disinggung.

Dengan wawancara ahli dengan metode penelitian kualitatif, penelitian ini berfokus pada enam belas karya pascasarjana yang telah dilakukan oleh para sarjana Indonesia tentang ekstremisme agama. Ini mengeksplorasi teori-teori

psikologis dan sosiologis untuk menjelaskan apa yang memotivasi perilaku dan kognisi ekstrem pada tingkat individu dan kolektif.

Dengan demikian, dengan cara yang sama seperti ilmu-ilmu manusia telah digunakan di masa lalu dan sekarang untuk mendemistifikasikan pengalaman-pengalaman iman religius, teori-teori psikologis dan sosiologis dalam karya ini digunakan untuk ‘mendemistifikasi’ ekstremisme agama.

Perspektif teori kritis diadopsi untuk menghilangkan kepasifan dan fatalisme Dunia Ketiga berhadapan dengan dominasi kapitalis, dan untuk memungkinkan paradigma anti-positivis yang memberi ruang bagi ilmuilmu sosial interpretatif di mana dunia makna orang non-Barat ‘diakui.

Pada akhirnya, karya ini menggeser diskusi tentang ekstremisme agama Islam dari pokok bahasan Teologi ke pokok bahasan Ilmu Pengetahuan Manusia, dan dari kursi tetap dalam Studi Islam ke yang ada di Studi Pembangunan.

Rekomendasi dapat dibuat untuk penelitian masa depan. Penelitian lebih lanjut tentang ekstremisme agama Sunni Islam di Indonesia perlu mempertimbangkan konflik proksi Iran-Arab Saudi yang baru muncul dan kompetisi SyiahSunni yang terjadi bersamaan, serta meningkatnya kegiatan misionaris Kristen untuk mengkonversi Muslim Indonesia dengan tepat berdasarkan apa yang telah telah dianggap sebagai kekerasan Islam bahwa umat Islam harus mengubah kepercayaan mereka. l

[RESENSI BUKU]

BERAWAL KULIAH KERJA NGOPI: SEBUAH PENGALAMAN YANG UNIK DAN MENARIK

P

engalaman adalah guru terbaik.

Hal ini berlaku untuk siapa pun, di mana pun, dan atas kejadian apa pun. Bahkan tidak jarang suatu kejadian mampu mengubah arah hidup seseorang secara total 360 derajat.

Kejadian demi kejadian dalam kehidupan seseorang seakan menjadi pemandu arah selanjutnya ia melangkah. Rentetan kejadian yang sedang dialami seseorang semakin mempertegas kehendak, ketetapan, dan takdir Allah SWT. Kuliah Kerja Nyata (KKN) bertujuan memberikan pengalaman hidup pada mahasiswa, pengalaman akan dunia sesungguhnya, dan pengalaman akan kejadian nyata yang harus dijalaninya. KKN seakan memberitahukan mahasiswa bahwa di sana ada orang lain,

ada pemikiran lain, dan ada perasaan lain, yang harus berjalan selaras seimbang dengan dirinya, pemikirannya, dan perasaannya. Jika tidak, maka sudah pasti kehadirannya justru akan menyebabkan ketidakseimbangan, bahkan bisa merusak sendi-sendi kehidupan yang sudah berjalan dengan damai dan sejahtera. Suatu skill yang seakan begitu mudah diucapkan, namun belum tentu mudah untuk dilakukan. Oleh karena itu, KKN yang diikuti oleh mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA) ini menjadi fase yang amat penting untuk membina karakter dan mental mahasiswa agar menjadi generasi rahmatan lil alamin.

Buku Cerita Pengalaman KKN ini merupakan buku kedua dari seri perjalanan KKN UNUSA yang dilakukan di 15 desa seKecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur.

Buku ini memberi inspirasi bagi generasi muda bahwa berkarya bisa dimulai dari diri sendiri, mulai dari yang terkecil, dan mulai saat ini.

Pengalaman KKN yang ditulis dengan apik dan asyik oleh para peserta memberi pesan kepada pembaca bahwa mereka melakukan kegiatan KKN dengan penuh arti dan makna, penuh suka dan duka, penuh harapan dan cita-cita.

Awal mereka datang, mahasiswa merasa asing, berada di lingkungan baru, orang-orang baru, adat istiadat baru, teman baru, semuanya baru. Namun, saat pulang, mereka merasa kehilangan, merasa ada

yang tidak biasanya, merasa bahwa apa yang menjadi bagian dari hidupnya segera berakhir. Seakan ada kerinduan mendalam terhadap kejadian demi kejadian yang sehari-hari ia dapatkan selama KKN. Hanya melalui goresan tinta emas inilah mereka mengadukan cerita dan pengalamannya selama KKN demi mengobati rasa rindu, demi berbagi rasa, dan demi memberi inspirasi kepada sesama.

Cerita KKN begitu enak untuk dibaca.

Satu demi satu tulisan mengalir mengisahkan sesuatu yang benar-benar sedang dialami oleh mahasiswa. Memberi kesan bahwa kita sedang ikut di sana, menyaksikan bersama dan larut dalam kisah yang sama. Cerita KKN begitu lucu untuk diceritakan, kejadian menggelikan yang dialami mahasiswa dengan santai disampaikan dalam buku ini, memberi warna berbeda bahwa KKN itu asyik dan mengasyikkan. Cerita KKN begitu indah untuk disenandungkan, karena mahasiwa bercerita kisah-kisah asmara di sela-sela kegiatan yang dilakukannya. Sungguh sebuah buku yang komplit mengisahkan kejadian sesungguhnya (true story) dari anak manusia. Hadirnya buku seri kedua ini sudah dinantikan oleh para pembaca, sambil menunggu hadirnya buku seri ketiga tahun depan, insyaallah. Semoga hadirnya buku ini sesuai dengan harapan para pembaca. Kritik dan saran membangun dari semua pihak sangat kami harapkan. Perbaikan demi perbaikan terus kami lakukan. Semoga dengan membaca buku ini, para pembaca bahagia, para peserta KKN bahagia, masyarakat dan pemerintah bahagia, sivitas akademika UNUSA bahagia, dan Indonesia bahagia. amin. l

JUDUL : Kuliah Kerja Ngopi: Kumpulan Pengalaman Unik

dan Menarik KKN Unusa 2018 PENYUSUN : Mohammad Ghofirin PENERBIT : Unusa Press, 2018 HALAMAN : xiv + 284 hlm PERESENSI : Rudi Umar

MAJALAH MAJALAHUNUSA UNUSA 0304 - 2018 - 2019

33

WARTA FOTO

MAJALAH UNUSA

04- 2019

WARTA FOTO

MAJALAH UNUSA

04- 2019

WARTA FOTO

6

MAJALAH UNUSA

01- 2018