11216

Page 8

BERITA SEPUTAR KOTA ‘BUDAYA’ KAMIS, 1 DESEMBER 2016

8

Tegur Siswi, Dedi Dirisak Netizen Twitter Bupati Banjir Komentar BUPATI Purwakarta Dedi Mulyadi, Selasa (29/11) malam, mengunggah postingan tentang tegurannya kepada salah satu siswi SMP di Purwakarta yang diketahui mengendarai kendaraan bermotor tanpa menggunakan helm dan dilengkapi surat-surat resmi.

P

osting yang diunggah pada akun Twitter resmi miliknya, @DediMulyadi71 sekitar pukul 20.00 WIB tersebut mengundang beragam komentar dari para pengguna twitter yang lain. Komentar bernada bully-an tersebut diakibatkan oleh salah satu foto yang diunggah oleh pria yang selalu mengenakan pakaian khas Sunda tersebut terlihat memegang bagian paha siswi yang dia tegur. Dalam keterangan persnya, Rabu (30/11) di rumah dinasnya, Dedi menjelaskan kronologis kejadian yang ia unggah di akun twitter miliknya. Kejadian berawal saat dirinya melakukan inspeksi pelaksanaan program vokasional yang mengharuskan para pelajar mendampingi orang tuanya

bekerja di Desa Sukatani, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta. Dalam perjalanan, ia melihat seorang anak perempuan mengendarai kendaraan roda dua tanpa mengenakan helm, kontan saat itu juga ia memberhentikan anak tersebut yang diketahui berstatus sebagai siswi salah satu SMP di wilayah Kecamatan setempat. Saat dihampiri, anak perempuan tersebut malah menangis sambil menutup wajahnya, pertanyaan yang dilontarkan oleh Bupati itu pun malah dijawabnya dengan tangisan yang lebih keras. “Saya tanya dia, kenapa kok gak membantu orang tua bekerja, malah naik motor, gak pake helm lagi, eh nangisnya malah makin kencang,” jelas Dedi menceritakan. Dedi pun sempat memperhatikan pakaian yang dike-

nakan oleh siswi tersebut, ia merasa heran karena pakaian itu tidak selaras. Siswi tersebut diketahui mengenakan jilbab syar’i sekaligus celana ripped jeans (model sobek-sobek). “Saya memahami itu mode, tetapi menurut saya tidak jelas, gak sinkron antara jilbab dengan celananya,” ujarnya. Melihat keganjilan cara berpakaian siswi tersebut, Dedi kemudian menunjukan-

nya kepada guru, kepala sekolah, kepala dinas pendidikan dan warga yang kebetulan menemani Dedi dalam kegiatan inspeksi tersebut. Hal ini bertujuan untuk memberikan penjelasan atas ketidaksesuaian pakaian yang dikenakan oleh siswi itu. “Saya tunjukan ini loh bagian yang tidak sesuai itu, tujuannya untuk pendidikan. Tetapi apabila langkah saya memberikan pendidikan itu

dianggap keliru, saya meminta maaf dan saya akan hapus postingan itu,” pungkasnya. Sementara Kadisdikpora Purwakarta H. Rasmita menjelaskan pada Selasa (29/11), jajaran Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Purwakarta bersama dengan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi melakukan pemantauan pelaksanaan program pendidikan vokasional di Desa Sukatani, Kecamatan Sukatani, Kabupa-

jadinya. Melihat cara berpakaian siswi tersebut yang tidak sesuai dengan normal berpakaian pelajar pada umumnya, Kang Dedi menunjukan kepada kami yang hadir dan menyaksikan kejadian tersebut bahwa cara berpakaian siswi ini harus diperbaiki,” paparnya. “Siswi yang mengenakan jilbab syar’i tetapi dengan celana ripped jeans. Kami diarahkan oleh Kang Dedi untuk memperbaiki cara berpakaian siswi tersebut. Hal ini dilakukan oleh Kang Dedi dalam rangka menanamkan pendidikan berpakaian kepada siswi tersebut,” jelasnya. “Jika hari ini beredar komentar bernada bully-an kepada Kang Dedi, kami rasa, itu karena mereka tidak mengetahui kejadian sebenarnya sehingga memahaminya dengan pemahaman yang tidak pas. Bupati merespon persoalan apapun dengan cepat, termasuk persoalan yang oleh sementara orang dianggap sepele, namun jika dirunut secara jernih, persoalan yang ditindaklanjuti oleh Kang Dedi sarat pemahaman nilai moral untuk ditindaklanjuti oleh para orang tua siswa dan kami selalu pendidik,” pungkasnya. (trg/fzy)

Apel Nusantara Bersatu Dihadiri Puluhan Ribu Warga

SOROT

Omzet mengiurkan PKL Makin Menjamur

MENYEMPIT. Puluhan pedagang sayuran dan sembako menggelar dagangannya di bahu jalan sehingga membuat jalan menyempit.

PARA pedagang kaki lima (PKL) di jalan raya Cibogo semakin hari semakin menjamur. Mereka beralasan tempat tersebut strategis untuk menjajakan barang dagangan. Pantauan KORAN BERITA di lapangan, puluhan pedagang sayuran dan sembako menggelar dagangannya di bahu jalan sehingga membuat jalan menyempit. Apalagi, kondisi tersebut diperparah dengan banyaknya kendaraan roda dua dan roda empat yang parkir di badan jalan hingga mengakibatkan arus lalu lintas terganggu. Padahal, sudah beberapa kali tempat tersebut ditertibkan polisi pamong praja (Pol PP) Purwakarta. “Ya macet apalagi kalau akhir pekan jalanan suka semrawut tidak tertib dan menghambat kami pengguna jalan,’’ kata Ujang Ali (30) salah satu pengguna jalan. Rabu (30/11) kemarin. Dia mengatakan, semakin hari jumlah pedagang di sepanjang jalan tersebut terus bertambah. “Bisa dilihat sendiri mereka buat tenda-tenda di sepanjang jalan lumayan bikin macet,’’ katanya. Sementara Ipan (30) salah satu pedagang ayam potong mengaku, tidak 24 jam berjualan di jalan Plered. “Kita jualan di sini dari mulai subuh hingga pukul

TIDAK LAYAK. Bupati saat mendapati siswa yang menggunakan kendaraan dan berpakaian tidak layak.

ten Purwakarta. Program ini baru diluncurkan oleh Bupati Purwakarta dalam rangka menumbuhkembangkan sikap empati pelajar kepada orang tua, melalui program ini pelajar diajak berpartisipasi aktif dalam pekerjaan yang dilakoni oleh orang tua sehari-hari. “Dalam perjalanannya, kami beserta rombongan yang juga terdiri dari Kepala Desa Sukatani, para guru di Sukatani dan warga sekitar, mendapati seorang anak perempuan yang mengendarai kendaraan roda dua tanpa mengenakan helm dan mengenakan pakaian yang bukan seragam sekolah,” jelas Rasmita. “Sudah menjadi kebiasaan Kang Dedi, selalu responsif terhadap fenomena penyimpangan yang ada di sekitarnya. Refleks, ia menghentikan laju kendaraan yang dikendarai oleh anak perempuan yang diketahui berstatus sebagai siswa di salah satu SMPN di Kecamatan tersebut,” ujarnya. “Mengetahui kendarannya dihentikan oleh Bupati, siswi tersebut menangis, Dedi berusaha mengambil kunci motornya namun ia berontak dan menolak kuncinya diambil dengan cara menangis sejadi-

9 pagi jarang sampai sore,’’ ujarnya. Menurutnya, sengaja menjajakan barang dagangan di sepanjang jalan Plered, kata dia, karena pengunjung mampir untuk membeli barang yang ia jual relatif banyak. Dalam satu hari saja, dirinya mengaku mampu menjual 30 hingga 40 ekor ayam potong. “Dibandingkan di tempat lain di jalan ini kita bisa cepat jual ayam potong meski harga sama karena mungkin karena strategis,’’ katanya. Hal yang sama di atas juga dikatakan Erna (40) pedagang lainya. Pengunjung banyak ditambah tempat strategis menjadi alasan ia sengaja berjualan di tempat tersebut. Meski begitu, dalam menjajakan barang dagangan di jalan Plered kata dia, tidaklah gratis. Pasalnya ia harus sewa kepada pemilik tempat berjualan. “Kita di sini sewa loh. Hitungannya satu tahun ada yang Rp 3 juta bahkan Rp 5 juta kepada pemilik toko,’’ katanya. Dia mengatakan, meski menyadari berjulanan bukan pada tempatnya, namun, dia mengaku tetap memilih berdagang di tempat tersebut. “Dulu pernah ada penertiban dan kita pun nurut tetapi mau gimana lagi di sini memang banyak beli,’’ pungkasnya. (cr8/fzy)

PARADE dan Apel Kebangsaan bertajuk ‘Nusantara Bersatu’, Rabu (30/11) digelar di Purwakarta. Acara yang serentak digelar untuk merekatkan Kebhinnekaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tersebut diikuti oleh tak kurang dari 30 ribu peserta yang berasal dari seluruh penjuru Purwakarta. Unsur forum komunikasi pemerintah daerah, tokoh agama, tokoh masyarakat, pegawai, pelajar hingga masyarakat biasa terlihat antusias mengikuti kegiatan ini. Mereka melakukan aksi long march dari perempatan patung egrang di Jalan Jenderal Sudirman Purwakarta menuju Taman Pesanggrahan Padjadjaran atau Alun-alun Kian Santang di depan kompleks Sekretariat Daerah Kabupaten Purwakarta. Acara yang dimulai sejak pukul 08.00 WIB pagi tadi itu dibuka dengan pembacaan Surat al Fatihah dan pekik takbir yang langsung dikomandani oleh Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. Sepanjang rute parade tersebut, seluruh peserta tak henti meneriakan semboyan “NKRI Harga Mati”. Dalam orasinya, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi me-

APEL. Suasana parade Apel kebangsaan.

ngatakan kegiatan ini merupakan bagian dari kecintaan masyarakat Purwakarta terhadap Kebhinnekaan yang tumbuh dalam relung kehidupan anak bangsa. Ia menegaskan semangat ini harus diperkuat demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Bangsa kita harus bersatu tanpa melihat latar belakang kelompok apapun. NKRI harus tetap berdiri kokoh,” ujar Dedi. Selain itu, menurut dia, Kebhinnekaan dalam bingkai persatuan merupakan modal utama untuk meraih kesuk-

sesan pembangunan. Melalui semangat ini, bangsa Indonesia dapat mensejajarkan diri dengan bangsa-bangsa lain di seluruh dunia. “Kebhinnekaan itu energi besar, persatuan itu energi besar, energi ini harus dimanfaatkan untuk pembangunan,

energi ini tidak boleh habis hanya karena meributkan hal-hal kecil yang cenderung mengancam integrasi kita sebagai bangsa,” tegasnya. Salah seorang warga Purwakarta yang mengikuti kegiatan ini, Asep (28) mengapresiasi atas penyelenggaraan kegiatan yang dihelat oleh Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Purwakarta ini. Ia mengaku mengikuti iringiringan rombongan sepanjang 3 KM tersebut tanpa sedikit pun merasa lelah. “Senang sekali pak, ini wajah Indonesia yang sesungguhnya, rukun, tenteram dan damai, orang Indonesia sebenarnya gak suka berkelahi, senengnya musyawarah mufakat,” ujar pria yang sehari-hari berprofesi sebagai pelayan toko ini. Dalam kegiatan ini turut hadir Kapolres Purwakarta AKBP Trunoyudo Wisnu Andiko dan Komandan Distrik Militer 0619 Purwakarta Letnan Kolonel Infanteri Depia Maulana Mapangga. Mereka berdua mengapresiasi kegiatan ini dan menilai bahwa Parade dan Apel Nusantara Bersatu di Purwakarta merupakan yang terbesar di Jawa Barat. (trg/fzy)

PENDIDIKAN

SMAN 1 Plered Mantap Berwirausaha PERALIHAN pengelolaan SMA ke provinsi namun, tetap harus ikut serta menyukseskan program pemerintah daerah. Itulah yang diungkapkan oleh Kepala SMAN 1 Plered H. Ipit Rahmiati, S.Pd., MM. Pihaknya tetap menjalankan program-program pemerintah Kabupaten Purwakarta, salah satunya menanamkan kegiatan belajar di luar kelas kepada para siswa. “Para siswa kita arah-

kan untuk belajar memanen padi, itu adalah merupakan pendidikan berkarakter berbasis kebudayaan yang diterapkan oleh pemerintah daerah Purwakarta,” ujarnya kepada awak media, Rabu (30/11) kemarin. Menurutnya, Para siswa melaksanakan kegiatan pemanenan padi ini adalah pola pendidikan mengajarkan anak tidak terus belajar di kelas namun, lebih pada produktivitas. “Dengan cara membantu warga memanen padi tidak jauh dari sekolah, para

siwa akan semakin kreatif dan akan timbul rasa ingin berwirausaha,” katanya. Selain itu, kata ia, panen kali inipun menjadi bagian dari pelajaran lingkungan hidup yang berkesinambungan. Sehingga ke depan dirinya merencanakan akan memiliki lahan sendiri yang nantinya dikelola oleh para siswa. “Kita akan usahakan sekolah memiliki lahan sendiri baik sawah, perkebunan atau pun peternakan ikan yang dikelola langsung oleh siswa,” ujarnya. Meksi demikian, kepsek

berharap, para siswa semakin kreatif serta mencintai lingkungan yang ada di sekitar.

“Sehingga ke depan harus dapat berwirausaha yang menghasilkan,” harapnya. (cr8/fzy)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.