TRIBUNKALTIM - 06 OKTOBER 2010

Page 13

14

RABU 6 OKTOBER 2010

tribun samarinda

Waspadai Keputihan dan Pendarahan

● Bisa Jadi Itu Gejala Terkena Kanker Mulut Rahim ”Penyebabnya bisa karena virus, zat kimia atau bahan pengawet tertentu seperti rokok, bedak, zat pewarna dan zat radio aktif” Syafardi Ibrahim Ahli Kandungan RS AWS

SAMARINDA, TRIBUN Anda pernah mengalami keputihan? Atau mengalami pendarahan usai senggama. Waspadalah. Bukan tidak mungkin itu adalah tandatanda Anda terkena tumor ganas alias kanker mulut rahim. Memang tidak semua pendarahan dan keputihan adalah berarti terkena kanker. Tetapi tidak ada salahnya kalau Anda mengalami gejala-gejala itu, segera periksakan diri ke dokter. Sebab kanker pada alat reproduksi masih menduduki peringkat pertama penyakit kanker yang menyerang wanita. Dua per tiga kasus kanker umumnya terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut dr Syafardi Ibrahim SPOG pada seminar Kesehatan Reproduksi Wanita di Hotel Grand Victoria Samarinda, Senin (4/ 10), kanker bisa disembuhkan, jika terdeteksi sejak dini. Agar terdeteksi sejak dini, setiap wanita perlu waspada dan mengenali

gejalanya. Caranya sesering mungkin melakukan pemeriksaan kesehatan di dokter kebidanan dan kandungan. Pertumbuhan sel yang tak normal pada alat reproduksi, tambah Syafardi menyebabkan perubahan bentuk dan pembesaran pada bagian tubuh atau disebut tumor. Tumor terbagi dua, ada yang jinak dan ganas (kanker). “Penyebabnya bisa karena virus, zat kimia atau bahan pengawet tertentu seperti rokok, bedak, zat pewarna dan zat radio aktif,” ugkapnya. Adapun yang disebut alat reproduksi wanita adalah rahim yang terdiri dari mulut atau leher rahim, badan rahim, indung telur (ovarium), saluran telur dan liang kemaluan (vagina). Leher rahim merupakan bagian terendah dari rahim yang berbentuk kanal (saluran). “Panjangnya sepertiga panjang rahim,”ujar Syafardi. Dikemukakan, salah satu faktor risiko dari kanker leher rahim adalah hubungan seksual dan menikah muda di usia kurang dari 20 tahun. Banyak pasangan seksual kurang merawat kebersihan alat kelamin dan suka merokok. Sedangkan kanker leher rahim menurut dia perkembangannya bertahap, mulai dari prakanker meliputi displasia ringan (lima tahun), displasia sedang

(tiga tahun) dan displasia berat (satu tahun) hingga menjadi kanker stadium 0. Tahap prakanker seringkali tidak menimbulkan gejala. Sedangkan ketika memasuki tahap kanker invasif berupa kanker stadium I sampai IV biasanya sudah ada gejala seperti perdarahan pasca senggama, keputihan, nyeri pinggul, gangguan buang air besar dan kecil, berat badan turun, lemah atau kurang darah akibat perdarahan. “Jadi, perjalanan penyakitnya tergantung dari keganasan virus, kondisi tubuh, dan status gizi kita,” tutur Syafardi. Tapi lanjut dia kita tak perlu panik, karena tidak semua perdarahan dan keputihan berarti gejala kanker. “Wanita yang telah menikah atau melakukan hubungan seksual perlu melakukan Pap smear setahun sekali sampai usia 65 tahun,” ujarnya. Ditambahkan upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan pola hidup sehat, gizi seimbang, banyak sayuran dan buah, tidak merokok dan minum alkohol, berperilaku seksual aman, melakukan pemeriksaan rutin (Pap smear) serta segera memeriksakan diri jika merasakan kelainan atau benjolan pada tubuh, pungkasnya. (m28)

MBS Bantah Kelola Subsidi Ongkos Angkut SAMARINDA, TRIBUN Direktur Utama Perusahaan Daerah (Perusda) Melati Bhakti Satya (MBS) Sabri Ramdhany membantah pihaknya mengelola dana subsidi ongkos angkut ke daerah pedalaman dan perbatasan. Ia hanya mengakui, MBS pernah disubsidi pada tahun 2007 sebesar Rp 3 miliar. Ini dikemukakan Sabri kepada Tribun guna menjawab pernyataan Wakil Ketua Komisi III DPRD Kaltim Darlis Pattalongi, Senin (4/10) lalu. Melalui pesan singkat, Sabri mengatakan, selama ini Perusda MBS tidak pernah disubsidi. “Perusda MBS diserahi mengelola 4 unit pesawat Airvan yang dibeli dengan APBD dan ditujukan untuk membuka isolasi wilayah pedalaman dan perbatasan. Tidak benar bahwa subsidi ongkos angkut selama ini dikelola oleh Perusda MBS. Karena sejak tahun 2008 sampai saat ini, kami tidak pernah menerima dana subsidi tersebut. Kecuali tahun 2007 sebesar Rp 3 miliar,” kata Sabri kepada Tribun, Senin (4/10) malam. Kata dia, Airvan selama

ini beroperasi secara rutin di Kabupaten Nunukan dari hasil memenangkan tender dari dana APBD Nunukan. “Sudah sewajarnya Airvan diberi subsidi setiap tahun agar pemanfaatannya bisa optimal sesuai maksud diadakannya pesawat tersebut,” ujarnya. Menurut Sabri, pesawat Airvan sangat cocok di pedalaman untuk mengangkut penumpang dan barang termasuk orang sakit. Namun biaya operasionalnya tinggi, karena menggunakan bahan bakar Avgas dan kapasitas angkut terbatas maksimal 500 kilogram. “Jadi sulit bersaing secara komersial,” tambahnya. Kendala lain, lanjut dia, Airvan tidak memiliki AOC atau izin operasi pesawat sehingga harus bekerjasama dengan perusahaan penerbangan lain. “Disamping itu, tingginya biaya operasional dan asuransi. Karena fungsinya yang sangat penting untuk membantu warga pedalaman atau perbatasan,” katanya. Sabri mengusulkan, agar pesawat Airvan dapat dikelola oleh Badan Perbatasan atau Badan Layanan Umum

Daerah (BLUD), agar Perusda MBS bisa fokus sebagai profit center untuk menyumbang kepada PAD. Terpisah, Darlis Pattalongi saat dikonfirmasi Tribun mengatakan, bahwa konteks dalam anggaran di dewan hanya menyangkut subsidi ongkos angkut di wilayah perbatasan. “Bukan soal subsidi Airvan, tapi subsidi ongkos angkut. Ini berdasarkan keluhan dari masyarakat di perbatasan, bahwa masih dibutuhkan subsidi itu,” jelas Darlis. Lebih jauh, Darlis menambahkan, dewan akan meningkatkan subsidi ongkos angkut. Menurutnya, soal apakah pemerintah setempat menggunakan pesawat Airvan atau yang lain itu terserah daerah. “Nyatanya, untuk ke Kubar harus didukung dengan armada pesawat lain. Dan Airvan juga katanya terkendala dengan izin operasional dan awalnya pesawat itu untuk sosial oriented, bukan profit oriented. Itukan perlu dukungan armada pesawat lain. Justru kalau Airvan itu dikelola Perusda akan membebani Perusda itu sendiri,” tegas Darlis.(bud)

SD Negeri 024 Terancam Roboh ■ Tiga Ruang Kelas Terpaksa Ditopang Tiang Kayu ■ Bangunan Kayu yang Dibangun Sejak Tahun 1984 SAMARINDA, TRIBUN Sekitar 360 murid kelas I, II dan III SDN 024 Jl Maninjau Samarinda Ilir, terpaksa bergantian menempati tiga ruang kelas yang kondisinya cukup mengkhawatirkan. Pasalnya, ruang kelas yang terletak di lantai dasar bangunan sekolah itu kini ditopang dengan tiang kayu sebagai penyangga, karena dikhawatirkan akan roboh. Dari pantauan Tribun, Selasa (5/10) siang, sekitar 120 murid kelas II tengah belajar di tiga ruangan kelas tersebut. Mereka tak terganggu dengan keberadaan tiang kayu yang menjadi penyangga ruangan kelas mereka. “Karena bangunannya ‘lentur’, jadi harus ditopang dengan kayu penopang ini. Kami sebenarnya khawatir dengan kondisi ini, apalagi ketika murid-murid yang menempati kelas di lantai dua menyapu kotoran, masuk ke plafon ruangan kelas di bawahnya. Plafonnya tidak begitu tebal. Itu juga mengkhawatirkan kami,” kata Suhartini, Kepala SDN 024 Samarinda Ilir saat ditemui Tribun dan wartawan lainnya, Selasa (5/10). Kondisi tiga ruang kelas yang harus ditopang dengan kayu, disebabkan karena kondisi bangunan yang sudah tua. Wajar saja, bangunan sekolah ini dibangun sejak tahun 1984 lalu dan hanya sempat diperbaiki dua kali beberapa tahun lalu. Tiga kelas itu bahkan digunakan bergantian murid kelas I, II

IST

Murid kelas II SDN 024 Jl Maninjau belajar di ruang kelas yang ditopang dengan tiang kayu, agar tak roboh. Kondisi ini mengkhawatirkan dan perlu mendapat perhatian segera Pemkot Samarinda.

dan III SDN 024 Samarinda Ilir. “Kayu penyangga itu dipasang sekitar lima tahun lalu,” kata Suhartini menambahkan. Pihak sekolah mau tak mau tetap menggunakan ruangan kelas itu, karena perbaikan ruangan kelas belum bisa dilakukan. Padahal, seluruh bangunan yang terdiri atas tujuh kelas dibangun tahun 1984 lalu dan hanya sempat dua kali diperbaiki. “Pernah rehab dua kali, yakni rehab lantai dan rehab saat membuat penopang kayu itu. Itu sekitar lima tahun lalu, saat kepala sekolah yang lama masih menjabat,” ujarnya. Suhartini sangat berharap agar ruangan kelas bisa segera diperbaiki. Bahkan, kalau memang bisa diperbaiki secara

keseluruhan. “Kalau kami ada dana, walaupun sedikit kami perbaiki. Kami pernah menggunakan sedikit dana untuk mengecat bangunan sekolah,” ujarnya. SDN 024 yang kini menjadi tempat belajar 660 murid ini ternyata juga menjadi tujuan orangtua murid untuk menyekolahkan anak mereka. Salah satunya, karena prestasi yang ditunjukkan melalui nilai UASBN (Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional) mampu meraih peringkat ke-14 di Kecamatan Samarinda Ilir. Sayangnya, belum didukung bangunan sekolah yang memadai. “Nilai UASBN di Kecamatan Samarinda Ilir mendapat peringkat 14. Kami cukup bangga, karena di

kawasan ini cukup banyak sekolah dan telah dilengkapi dengan gedung yang bagus, tetapi kami masih bisa mendapat peringkat UASBN di atasnya,” kata Suhartini. Sementara itu, Isfiani Kabid Pendidikan Dasar Disdik Samarinda menuturkan SDN 024 Samarinda Ilir telah menjadi prioritas Disdik dalam usulan program 2011 mendatang. Selain SDN 024 Samarinda Ilir, Disdik juga akan memprioritaskan SDN 005 Samarinda Utara. Sebelumnya, SDN 024 dan SDN 005 telah dimasukkan dalam usulan program 2010 namun belum terealisasi dalam anggaran 2010. “Kalaupun diperbaiki, maka termasuk dalam rehab berat,” ujarnya. (may)

Lima Sekolah Dapat Jatah Perbaikan

● Pusat Glontorkan Dana Rp 3,86 Miliar ● APBD 2010 hanya Alokasikan Rp 400 Juta SAMARINDA, TRIBUN Lima sekolah di Samarinda mendapat jatah Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Pendidikan (DPPIP) 2010. Lima sekolah itu adalah SDN 042 Samarinda Utara, SDN 001 Samarinda Seberang, SDN 017 Samarinda Ulu, SDN 007 Sei Kunjang dan SMPN 8 Samarinda. Menurut Isfiani, Kabid Pendidikan Dasar Disdik Samarinda, DPPIP merupakan dana yang diberikan dari pemerintah pusat ke seluruh wilayah di Indonesia. Samarinda kebagian dana sebesar Rp 3.868.000.000, yang ditujukan untuk membangun sekolah yang terbakar atau mangkrak. Dari keseluruhan dana

yang digelontorkan APBN, SMPN 8 mendapat jatah terbesar yakni Rp 1.068.000.000, sedangkan empat SD lainnya masingmasing Rp 850 Juta untuk SDN 007 Sei Kunjang, Rp 800 Juta untuk SDN 017 Samarinda Ulu, Rp 650 juta untuk SDN 042 Utara dan Rp 500 Juta untuk SDN 001 Samarinda Seberang. “Untuk SDN 042, SDN 001 dan SDN 017 diberikan dana untuk melanjutkan pembangunan ruangan kelas yang belum selesai. Sedangkan untuk SDN 007 karena sebagian ruang kelas terbakar dan akan dibangunkan lima ruang kelas. Selanjutnya, SMP 8 diberikan dana karena ruangan pernah terbakar. Dana yang dialokasikan untuk SMP 8

lebih besar karena ukuran kelas juga lebih besar dan harus selesai. Bangunan juga berupa bangunan beton,” kata Isfiani, saat ditemui wartawan, Selasa (5/10). DPPIP juga dibarengi dengan dana pendamping dari APBD Samarinda sebesar Rp 150 Juta yang digunakan untuk perencanaan serta proses pelelangan. Rencana pembangunan di lima sekolah, kata Isfiani kini tengah dalam proses pelelangan. Meskipun waktu yang tersisa beberapa bulan lagi namun pihaknya optimis, pembangunan bisa terkejar. Dalam kesempatan sama, Isfiani memaparkan APBD kota Samarinda mengalokasikan dana sebesar Rp 400 Juta untuk pengadaan

mebeler (kursi dan meja belajar) dan pengadaan raport khusus bidang pendidikan dasar. “Pembangunan fisik di bidang pendidikan dasar sudah kami ajukan, namun untuk sementara ini ditunda dulu. Selanjutnya, anggaran yang disetujui adalah pengadaan mebeller sebesar Rp 300 Juta dan pengadaan raport sebesar Rp 100 Juta,” kata Isfi, didampingi para stafnya. Rencananya, pengadaan mebeller berupa 500 kursi dan 500 meja belajar akan diberikan pada empat sekolah yakni SDN 001 Samarinda Seberang, SDN 008 Samarinda Utara, SDN 042 Samarinda Utara dan SDN 017 Samarinda Ulu. (may)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.