TRIBUN KALTIM - 05 SEPTEMBER 2010

Page 9

12

tribun kaltim

MINGGU 5 SEPTEMBER 2010

Sampaikan Komentar Anda melalui Tribun Kaltim Interaktif di Facebook Tribun Facebook adalah media komunikasi antara Tribun Kaltim dengan masyarakat, khususnya di Kaltim. Melalui jejaring Facebook, kami akan menjaring komentar Anda terkait berita dan isu yang sedang marak. Sampaikan gagasan dan pemikiran yang positif untuk membangun negeri ini agar lebih baik. Semua komentar terpilih akan dimuat di Tribun Facebook dengan catatan pendapat yang disampaikan tidak mengandung unsur sara, pornografi dan fitnah. Mari bergabung bersama kami di Tribun Facebook.

,

Topik Besok KPK mengumumkan kembali 26 tersangka penerima suap cek perjalanan terpilihnya Miranda Goeltom menjadi Deputi Senior Gubernur BI di tahun 2004. Mereka adalah bekas anggota DPR RI periode 1999-2004. Sebelumnya, KPK juga menetapkan belasan mantan anggota DPR menjadi tersangka dalam kasus ini. Apa komentar Anda mengenai kasus ini?

Ensemble Choir Samarinda Juara di Tomohon ● Berencana Tampil di WCG Cincinnati AS

HO

Ensemble Choir Samarinda saat berlaga di kompetisi paduan suara internasional di Tomohon.

SAMARINDA, TRIBUNSebanyak 37 orang terdiri dari pelatih, penyanyi dan ofisial Sanggar Paduan Suara Ensemble Choir Samarinda (ECS) pulang ke Kaltim dengan wajah penuh gembira karena berhasil memboyong juara umum untuk katagori mix choir dan perak untuk foklore pada ajang International Choir Competition 2010 di Tomohon, Sulawesi Utara. Yahya Anja, S.Th, pembina Paduan Suara ECS memberi sambutan hangat atas kesuksesan itu. Bahkan dia mengupayakan agar paduan suara ini nantinya bisa mengikuti kompetisi paduan suara internasional yang lebih besar lagi yaitu World Choir Games (WCG) 2012 di Cincinnati, Amerika Serikat. “Saya akan perjuangkan, kalian bisa berangkat ke Amerika,” katanya. ECS dalam ajang kompetisi tahunan 18-22 Agustus 2010, mengikuti dua kategori mixed choir dan folklore. Paduan suara yang anggotanya didominasi mahasiswa Unmul dan pelajar

SMA itu membawakan mixed choir: Lux Arumque (Latin), composer Eric Whitacre dan lagu Daniel, Daniel Servant of The Lord (Lagu Negro Spiritual), arranger Undine S. Moore. Sedangkan katagori folklore Leleng (lagu Dayak Kenyah, Kaltim) diaransir oleh Leo Matheos, dan Sik Sik Sibatumanikkam” (lagu Batak, Sumut). Sebagai konduktor Verna Y. P. Bokau (dari Manado). Mereka berhasil mencuri perhatian sembilan juri yang kesemuanya dari luar negeri. Yosepha Analisa Primasari sebagai Ketua Sanggar Paduan Suara Ensemble Choir, kepada Tribun Sabtu (4/9), mengatakan bahwa kemenangan ini merupakan obat jerih payah grupnya yang sudah menyidapkan diri selama empat bulan. “Bayangkan membawa 37 orang kontingen, tetapi tak punya modal sepeser pun. Kami hanya punya keyakinan dan perjuangan,” katanya. Untuk menutupi ongkos

latihan dan mendatangkan pelatih dari Manado, kelompok ini harus rela ‘ngemen’ dari kafe ke kafe, hotel dan tempat-tempat keramaian. “Lumayan selama empat bulan berlatih dan gamen itu, kami memperoleh dana Rp 22 juta,” katanya. Tetapi uang itu masih jauh dari kebutuhan, karena untuk berangkat ke Tomohon diperlukan sekitar Rp 100 juta. “Beruntung selain mendapat uang dari ngamen, kami memperoleh sumbangan dari pribadipribadi, termasuk yang paling besar dari Bapak Irsan Noor. Karena beliaulah terus terang kami bisa berangkat ke Tohomon. Terima kasih ya, Pak,” kata Lisa. Dia juga mengucapkan terima kasih kepada donatur Sumurung Silaban, Walikota Samarinda Achmad Amins, keluarga Podung, Keluarga Leo Kailola, serta dukungan Gereja GPIB Eben Haezer dan GPIB Immanuel. Ensemble Choir Samarinda merupakan sanggar paduan suara yang baru saja disahkan oleh Notaris No. 11 tanggal 13 April 2010. Sekretariat ECS di Jl. Sentosa Dalam IV No 73 Samarinda, silakan juga klik ensemblechoirsmd@yahoo.com Tomohon International Choir Competition diikuti sebanyak 22 kelompok paduan suara, ada peserta dari Swedia, Sri Lanka dan Filipina. (ps)

Pria Asing Nekat Daki Sinabung Topik Besok

■ Debu Masih Terus Menyeruak ■ Diyakini tak Meletus TANAH KARO, TRIBUNSejak Gunung Sinabung meletus, Sabtu (28/8) lalu, pintu pendakian di Lau Kawar ditutup. Namun, seorang pria asing berkewarganegaraan Jerman nekat mendaki gunung Sinabung. Alim, (47), begitu ia mengenalkan dirinya kepada Darta Barus, (39), petugas tiket masuk lokasi pariwisata sekaligus penjaga warung di tepi Danau Lau Kawar. Menurut Darta, dirinya sudah pernah memperingatkan Alim untuk tidak melakukan pendakian karena aktivitas Gunung Sinabung meningkat. Alasannya, kapan saja, bisa terjadi letusan. Tidak ada yang dapat memberikan jaminan keselamatan kepada siapa pun yang ngotot melakukan pendakian. “Tapi dia bilang, itu tidak masalah. Segala risiko akan ditanggungnya sendiri,” kata Darta di warungnya, Sabtu, (4/9) siang. Saat itu, Darta tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk menahannya, selain membiarkannya mendaki. Sejak Gunung Sinabung meletus, Alim, kata Darta, sudah tiga kali melakukan pendakian. Pertama, hari Minggu, (29/8) pagi. Ia datang ke Lau Kawar bersama temannya. Namun, ia mendaki sendirian. Sedang temannya itu tinggal di bawah. Menjelang sore, Alim turun. Kemudian, ia melanjutkannya pada Selasa (1/09), dan Sabtu (4/9) pagi. Menurut Darta, warga negara Jerman yang sudah tinggal di Indonesia selama 18 tahun itu ingin mengabadikan aktivitas Gunung Sinabung dari jarak dekat dengan kamera video. Kebetulan, istri Alim yang orang Indonesia yang berprofesi sebagai jurnalis televisi swasta nasional. “Mungkin dia ingin mendapatkan gambar eksklusif,” ujar Darta. Saat Alim turun dari gunung, Darta lalu menghampirinya dan bercakap-cakap. Dari raut wajahnya, Alim tampak lelah.

TRIBUN MEDAN/DEDYSINUHAJI

Kondisi pengungsi pasca meletusnya Gunung Senabung di Tanah Karo, Sumatera Utara memprihatinkan. Mereka membutuhkan selimut dan obat-obatan.

Ia mengenakan kaus hitam, bercelana pendek abu-abu, dan sepatu kets merek Reebok. Perlengkapannya disimpan dalam tas hitam yang tak lazim untuk seorang pendaki. “Sekarang, kondisi di atas sana kurang bagus. Masih banyak debu,” kata Alim dengan bahasa Indonesia yang begitu fasih diucapkannya. Alim mengaku berani melakukan pendakian tersebut karena memiliki pengetahuan seputar geografi. Jadi, bukan asal nekat. Ia punya perhitungan matang, kapan harus mendaki atau tidak.

Termasuk dari rute mana pendakian dilakukan. Arah angin ikut menentukan. Menurutnya, sebuah gunung tidak akan meletus begitu saja. Melainkan ada tanda-tanda dan siklusnya. “Kalau gunung itu sedang menyemburkan asap tebal, terjadi gemuruh, atau meletus , saya juga tidak berani melakukan pendakian,” ujar Alim yang saat turun dari gunung, tampak tidak menggunakan masker itu. Ia memilih rute pendakian dari Lau Kawar karena dinilai aman ketimbang rute lainnya. Lau Kawar sama sekali tidak terkena dampak letusan

gunung. Semburan asap pun tidak sampai ke sana. Lihat saja rumput-rumput di sini, sama sekali tidak terkena debu. Kerbau-kerbau memakannya. “Walaupun lokasi Lau Kawar berjarak sangat dekat dari letusan gunung Sinabung, udaranya malahan jauh lebih bersih daripada Kota Medan. Udara di Medan payah. Sudah tercemar polusi. Kotor. Banyak asap kendaraan dan pabrik. Kalau di suruh pilih, saya memilih tinggal di Lau Kawar daripada tinggal di Medan meskipun banyak orang-orang mengungsi dari sini,” ujarnya. (Tribunnews/wj)

Tifatul Bantu Selimut MENTERI Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring mengunjungi pengungsi korban meletusnya Gunung Sinabung di Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Dalam kunjungan itu, Tifatul Sembiring menyerahkan bantuan obat-obatan senilai Rp 15 juta melalui posko utama di pendopo Pemkab Tanah Karo. Selain itu, Menkominfo yang juga beretnis Karo tersebut juga memberikan bantuan selimut sebanyak 1.500 helai, jaket 750 potong dan beras sebanyak 10 ton. Didampingi Wakil Gubernur Sumut Gatot Pudjo Nugroho dan Wakil Ketua DPRD Sumut Sigit Pramono Asri, Tifatul mengunjungi dan berdialog dengan pengungsi yang berada Mesjid Agung. Mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera

(PKS) itu juga mengunjungi pengungsi Jambur Taras di Berastagi. Dalam setiap pertemuan itu, Tifatul selalu mengingatkan kepada ribuan pengungsi tersebut agar selalu sabar dan berbesar hati dalam menghadapi kondisi yang sedang terjadi. Menkominfo selalu mengingatkan kepada ribuan pengungsi tersebut bahwa meski terkesan seperti bencana tetapi peristiwa meletusnya Gunung Sinabung itu mengandung hikmah tertentu bagi manusia. Menurut catatan, Gunung Sinabung mulai mengeluarkan asap dan debu vulkanik sejak 29 Agustus 2010. Bahkan, gunung api yang sudah ratusan tahun tidak pernah aktif itu pada 31 Agustus meletus dan menyemburkan lava pijar serta debu vulkanik. (ant)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.