TRIBUNKALTIM - 02 SEPTEMBER 2009

Page 4

CMYK

4

RABU 2 SEPTEMBER 2009

tribun finance & investment

Modal Eximbank Rp 6 Triliun JAKARTA - Pemerintah menetapkan modal awal untuk Indonesia Eximbank sebesar Rp 4 triliun dan pada APBN 2010 mendatang modalnya direncanakan akan ditambah lagi sebesar Rp 2 triliun, sehingga total modalnya mencapai Rp 6 triliun. Menteri Keuangan merangkap Pelaksana Tugas Menko Perekonomian, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan hal tersebut pada acara peresmian Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau disebut juga Indonesia Eximbank di

Jakarta, Selasa (1/9). Dengan peresmian ini maka perasional LPEI dapat direalisasikan kurang dari 8 bulan sejak UU No 2 Tahun 2009 tentang LPEI resmi diundangkan pada 12 Januari 2009. Realisasi ini lebih cepat dari amana pasal 48 UU tersebut yang menyatakan paling lama 9 bulan sejak UU itu diundangkan LPEI bisa beroperasi. Menurut Sri, Indonesia Exim Bank berfungsi sebagai Export Credit Agency (ECA) dalam format yang sama dengan yang dimiliki oleh banyak negara

Mahendra Siregar Nakhoda Pertama SIAP A nakhoda pertama yang memimpin Indonesia Eximbank? SIAPA Dia adalah Mahendra Siregar. Mahendra bukan orang baru di lingkungan kantor Menko Perekonomian. Dia selama ini menjabat sebagai Deputi Menko Perekonomian Bidang Kerjasama Ekonomi dan Pembiayaan Internasional dan merangkap sebagai Ketua Dewan Direktur merangkap Direktur Eksekutif Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). Dia sebelumnya pernah menjadi Staf Ahli Menko Perekonomian di era Menko Perekonomian Dorodjatun Kuntjoro-Jakti. Menurut Sri, Mahendra dipilih karena memiliki status kewibawaan yang cukup baik dari pemerintah dan luar pemerintah. Dalam menjalankan Indonesia Eximbang, Mahendra dibantu anggota dewan direktur. Mereka diangkat dari latar belakang departemen berbeda. Mereka adalah Dirjen Kekayaan Negara Depar temen Keuangan, Hadiyanto; Sekretaris Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Ngalim Sawega; dan Kepala Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) Hesti Indah Kresnarini. Penetapan empat Dewan Direktur itu lebih kecil jumlahnya dari jumlah maksimum 10 orang yang terdapat dalam UU Nomor 2 Tahun 2009 tentang LPEI. Tujuannya agar lembaga (fin) ini bisa segera beroperasi dan lincah.(fin)

maju dan sedang berkembang. Yakni, lembaga yang dapat memberikan jasa pembiayaan, penjaminan, asuransi serta jasa konsultasi yang terkait ekspor. Sebagai kepanjangan tangan Pemerintah dengan sovereign status yang dimilikinya, Sri Mulyani berharap LPEI dapat memperoleh akses pendanaan yang relatif lebih murah sehingga dapat memberikan pembiayaan yang lebih kompetitif. “Dengan beroperasinya Indonesia Eximbang ini maka PT Bank Ekspor Indonesia (Persero) atau BEI kita nyatakan dibubarkan dan semua aktiva dan pasiva serta hak dan kewajiban hukum pada BEI menjadi aktiva dan pasiva serta hak dan kewajiban hukum LPEI,” paparnya. Dia juga menambahkan, dengan kontraksi ekonomi global tahun ini diperkirakan menyebabkan pertumbuhan volume perdagangan dunia mencapai minus 12,2 persen. Kondisi yang serba sulit bagi eksportir itu diperburuk oleh tingkat kepercayaan lembaga keuangan yang belum pulih, khususnya kepada industri yang berorientasi ekspor. Akibatnya, ketersediaan pembiayaan kerap menjadi kendala yang dihadapi banyak eksportir Indonesia. “Indonesia Eximbank diharapkan bisa mendukung diversifikasi ekspor Indonesia ke negara-negara tujuan baru serta bisa mendukung pembiayaan bagi industri penghasil barang dan jasa ekspor yang relatif baru, termasuk industri kreatif,” tegas Sri Mulyani.(Persda Network/aco)

KOMPAS

IMAGE/DHONI

SETIAWAN

DIMODALI RP 6 TRILIUN- Aktivitas bongkar-muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Pemerintah menetapkan modal awal untuk beroperasinya lembaga pembiayaan ekspor, Indonesia Eximbank, sebesar Rp 6 triliun. Lembaga ini diharapkan bisa memfasilitasi aktivitas ekspor pengusaha Indonesia sekaligus mendukung diversifikasi negara tujuan ekspor.

Go Public November

Latinusa Lepas 500 Juta Saham JAKARTA- Salah satu anak usaha Krakatau Steel, PT Pelat Timah Nusantara (Latinusa) bakal go public November tahun ini dengan melepas sekitar 20 persen atau setara dengan 500 juta lembar saham kepada publik. Dari pelepasan saham melalui mekanisme penawaran umum perdana di pasar modal atau initial public offering (IPO) ini Latinusa menargetkan bisa meraup dana segar sekitar Rp 400 miliar. Selanjutnya, dana tersebut akan digunakan untuk mem-

bangun pabrik baru, menambah fasilitas dan meningkatkan kapasitas produksi. “Pembangunan pabrik akan dilakukan secara bertahap. Pembangunan fasilitas pabrik membutuhkan dua tahun yang akan dilaksanakan tahun 2010 - 2011. Kemudian optimalisasi produksi akan mulai 2012-2013. Produksi akan meningkat dari 130 ribu ton menjadi 160 ribu ton,” kata Direktur Keuangan Latinusa, Erwin, Selasa (1/9). Proses penawaran umum saham perdana ini ditangani

oleh PT Bahana Securities selaku penjamin pelaksana emisi. Oktober diharapkan sudah mendapat pernyataan efektif dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Latinusa berdiri pada 1982 dan mulai beroperasi 1986. Saat ini, Latinusa menguasai pangsa pasar timah lembaran atau tinplate dalam negeri sebesar 57,5 persen. Saham Latinusa 93,9 persen dikuasai oleh Krakatau Steel dan sesianya 6,13 persen dikuasai oleh PT Baruna Inti Lestari. Saham yang akan dilepas kepublik adalah saham yang dikuasai oleh Kratau Steel. Sampai akhir tahun ini Latinusa menargetkan dapat memperluas pangsa pasar sebesar 2,5

persen menjadi 60 persen dibanding tahun sebelumnya 57,5 persen. Kenaikan pangsa pasar terutama dipicu membaiknya industri konstruksi yang akan mempengaruhi penjualan cat. “Perbaikan sektor konstruksi kami harapkan akan meningkatkan penjualan bahan baku kaleng cat,” ujarnya. Latinusa selama ini menyuplai kebutuhan bahan baku kaleng untuk industri makanan dan minuman, general can, dan kaleng cat. Setiap tahun, Latinusa memproduksi 130 ribu ton pelat timah dari permintaan nasional 200 ribu ton pada 2008. Namun, permintaan pelat timah tahun ini diprediksi menurun menjadi 187 ribu ton. (Persda Network/ugi)

PT Pelat Timah Nusantara KOMPAS

IMAGE/LUCKY

PRANSISKA

PEKERJA PT Krakatau Steel sedang memeriksa baja lembaran yang siap kirim ke pelanggan di pabrik Krakatau Steel, Cilegon Banten. Anak usaha Krakatau Steel, PT Pelat Timah Nusantara November nanti akan go public dengan melepas 20 persen ke masyarakat.

CMYK

● Berdiri tahun 1982 dan mulai beroperasi 1986 ● Merupakan satu dari 10 anak perusahaan PT Krakatau Steel, Cilegon, Banten ● Saat ini menguasai pangsa pasar timah lembaran domestik hingga 57,5 persen. ● Kapasitas produksi pelat timah 130.000 ton per tahun ● Kapasitas ini naik menjadi 160.000 sampai 280.000 ton pasca go public. (fin)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.