TRIBUNKALTIM - 01 SEPTEMBER 2009

Page 25

Sehari Bersama Panettiere dan Lumba-lumba

FOTO/AP

Hayden Panettiere

AKTRIS Hayden Panettiere punya cara dalam menggalang dana untuk kampanye penghentian perburuan serta lumba-lumba dan paus. Aktris cantik ini memberi kesempatan kepada siapa pun untuk menikmati laut seharian bersama dirinya, dan lumbalumba. Acara “satu hari bersama lumba-lumba” itu akan dilelang di sebuah situs lelang. Bintang film Heroes yang lahir 21 Agustus 1989 di Palisades, New York, AS, ini memang dikenal sebagai aktivis peduli penyelamatan lumba-lumba. Bahkan, tahun 2007 dia ditangkap aparat keamanan di Jepang karena ikut dalam sebuah demonstrasi dramatis di kota Taiji. Ia ikut memprotes penyembelihan lumba-lumba yang di Jepang mencapai ribuan (Persda Network/kompas.com) ekor setiap tahun.(Persda

● Gossip of the Day! SELASA, 1 SEPTEMBER 2009

z HALAMAN 27

Masak dan Nyuci Sendiri

Nama Tanggal

lahir lahir Nama lain Pekerjaan Tem pat empat

Tahun aktif Orang tua Universitas Melbourne Bidang studi

BIOFILE : Alyssa Soebandono : 25 Desember 1991 : Jakarta, Indonesia : Icha : Aktris : 2000 - sekarang : JP Soebandono Angki W Soebandono : Monash College University : Bachelor of Art Film

“Janus: Prajurit Terakhir” (2003)

“Inikah Rasanya Cinta ?” (2005)

“Petualangan Sherina” (2000)

Sinetron (antara lain) “Pengantin Remaja” (2006) “Aisyah” (2007) “Baby Doll” (2007) “Kakakku Iparku 17 Tahun” (2007) “Upik Abu dan Laura” (2008) “Alisa” (2008) Iklan XON-CE , Sunsilk , Pewangi SO Klin , Antimo Calpico Mcd ,Susu Bendera

TINGGAL jauh dari sang ibunda, harus masak sahur sendiri, dan berjuang menahan lapar serta dahaga selama 16 jam dalam gigitan udara Melbourne yang dingin. Begitulah sejumput pengalaman sedih aktris cantik Alyssa Soebandono yang tinggal sendirian di negeri orang. Sejak dua bulan lalu, Icha — demikian perempuan bernama lengkap Anindya Alyssa Soebandono ini biasa disapa-- tinggal di Melbourne, Australia. Ia pergi ke negeri Kangguru untuk mengejar citacita. Kuliah di Monash College University Melbourne mengambil bidang studi Bachelor of Art jurusan komunikasi media. Inilah pengalaman pertama dara kelahiran Jakarta 25 Desember 1991 tersebut berpuasa negeri orang, sendirian pula. Bagaimana rasanya? “Kangen berat dengan suasana di Indonesia. Di sini tak terasa sama sekali suasana puasanya,” ujar Icha seperti ditulis di twitter-nya. Memang, atmosfer puasa itulah yang lebih membuat Icha merasa ngelangut. Terkangen-kangen dengan saat-saat ngabuburit bersama teman-teman, suara azan maghrib yang bergema di seluruh pelosok Jakarta, serta riuhnya suasana saat orang berbuka. Hal itu sama sekali tak didapatinya di Melbourne. “Sepi. Seperti hari biasa-biasa saja. Jujur, hal itu membuatku sempat kangen pulang kampung,” akunya. Namun kalau untuk urusan menahan lapar dan dahaga, Icha adalah jagonya. Baginya, bukan persoalan besar meski harus sahur dengan menu seadanya. Bukan masalah pula jika harus berpuasa sampai 16 jam (lantaran waktu matahari terbenam di Melborne bisa sampai pukul 21.00). Dinginnya cuaca di negeri Kangguru yang cepat membuat perut keroncongan pun tak menggoyahkannya. “Aku sudah mengenal puasa sejak usia tujuh tahun. Dan Alhamdulillah nggak pernah bocor kecuali kalau sakit, atau haid. Jadi benar-benar sudah terkondisikan meski sekarang lingkungannya berbeda,” ujarnya. Icha tinggal di Melbourne bersama

budenya. Kendati demikian, ia memosisikan diri sebagai anak kost yang hidup mandiri. Artinya, ia memasak, mencuci baju, mencuci piring sendiri, tanpa mengandalkan bantuan orang lain. Baginya, melakukan hal seperti itu adalah pengalaman dahsyat di dunia nyata. Pasalnya, selama ini Icha hanya melakukan peran seperti itu saat sedang syuting --berhubung perannya pun selalu jadi gadis baikbaik, calon ibu rumah tangga yang baik. Sedang di kehidupan nyata, Icha mengaku jarang sekali melakukan hal seperti demikian. “Jujur, saat di Jakarta, Icha tidak pernah memasak. Bahkan bisa dibilang nggak bisa masak. Selain karena waktu Icha kebanyakan habiskan di luar rumah untuk syuting, Icha pun tidak ada niat untuk belajar. Tetapi, lain hal pula di sini. Icha pun mulai belajar memasak dan Alhamdulillah, Icha bisa,” ungkapnya. Nah, bagaimana dengan sahur misalnya? Apakah ia juga memasak sendiri? Dan seperti apa menunya? “Pastinya. Tapi aku hanya masak yang gampang-gampang saja kok. Enggak yang ribet-ribet, soalnya nggak bisa hehe,” kata Icha. Seperti inilah menu yang dimasak Icha untuk sahurnya: mini Omellette dicampur dengan irisan keju. Segelas cokelat panas, dan bihun goreng sebagai pengganti nasi. Lantas untuk menu berbuka, ia memilih tindakan praktis dengan mendatangi sejumlah restoran cepat saji yang banyak berada di Melbourne. Untuk urusan berbuka ini, Icha mengaku sangat merindukan aneka takjil kesukaannya: blewah, kolak pisang, dan cendol. “Nggak ada takjil di sini. Paling minum soft drink, atau air putih saja,” ujarnya. Satu hal, ia bisa memuaskan kerinduannya akan aneka takjil itu saat menjelang hari Lebaran nanti. Rencananya, jika tak ada aral melintang, Icha akan mudik pada hari Idul Fitri untuk berkumpul berkumpul bersama keluarga di rumah neneknya di Malang. (Persda Network/den)

FOTO/KAPANLAGI

Alyssa Soebandono


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.