Isu Kependudukan dalam Data IFLS oleh: Sando Sasako Jakarta, 1 Mei 2018 Bagi yang biasa berkecimpung dan bermain dengan data, mulai dari pengumpulan, kompilasi, sampai pada penyajian dan interpretasi data kependudukan, data IFLS bukan merupakan data yang siap pakai. Perlu kerja keras, ketekunan, dan ketelitian super untuk mendapatkan data siap pakai. Dua pertanyaan dasar: bagaimana cara mendapatkan data siap pakai?, dan darimana memulainya? Dua pertanyaan, satu jawaban. Caranya dimulai dari menempatkan penduduk dan kependudukan sebagai objek penelitian. Perspektif pertama yang harus dipakai adalah dengan dengan memahami siklus hidup manusia, yakni lahir, hidup, dan mati. Perspektif dan kontekstualitas kedua yang harus dibenamkan adalah apa dan bagaimana lingkungan fisik dan psikis yang mengelilingi dan terlibat. Dalam bahasa IFLS, lingkungan fisik dan psikis dikategorikan, direkam, dicatat, dan dikodifikasikan sebagai komfas, community and facility (CF). Siklus kehidupan seseorang dicatat dalam buku rumah tangga, household (HH). Perspektif ketiga yang harus dipegang teguh dan dijalankan sepenuhnya adalah kemauan dan kemampuan pewawancara untuk konsisten menjadi gold digger yang baik. Rabbit hole yang harus digali pun memerlukan kemampuan pigeon holing dengan pemakaian ukuran cut-off yang tidak mudah berubah seperti bunglon. Kemampuan objektivitas dan subjektivitas pun bisa berseberangan dan berlawanan arah. Apalagi ketika disisipi dan berhadapan dengan kepentingan yang terselubung. Ketika lahir, kontekstualitas seseorang terekspos ke dalam profil kesehatan diri dan keluarganya. Dalam konteks IFLS, silsilah kehidupan orang tersebut atau genealogy report bisa ditelusuri sampai IFLS-1, yakni di tahun 1993/1994. Termasuk didalamnya riwayat kesehatan, perkawinan, penyakit (morbiditas), kelahiran (natalitas), dan kematian (mortalitas). Penelusuran dan ekstraksi data dari IFLS-1 sampai IFLS-5 bukan merupakan hal mudah. Perubahan nama file dan nama variabel biasanya diiringi dengan berbagai faktor penyesuai. Jawaban yang lebih banyak dan variatif merefleksikan kompleksitas isu dan pertanyaan yang telah disampaikan kepada responden. Pertanyaan yang terstruktur dalam kuesioner pun memiliki seni tersendiri ketika jawaban yang disampaikan ternyata bisa dimasukkan kedalam beragam tabel turunan yang saling terkoneksi. Disain penelitian dan penyampaian pertanyaan pun membutuhkan metode dan disiplin tersendiri. Tidak menyudutkan, tidak menghakimi, dan berbagai aura negatif lainnya menuntut seni komunikasi yang mumpuni. Aspek kehidupan manusia yang umum diklasifikasikan adalah ipoleksosbud-hankamnas. Sementara dalam aspek kehidupan sehari-hari, klasifikasi yang umum dipakai adalah kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Aspek ekonomi bisa dibagi lagi menjadi aspek produksi, konsumsi, dan distribusi. Aspek ekonomi pun biasanya sering dikaitkan dengan unsur tempat dan/atau transportasi. Faktor lingkungan buatan alam dan buatan manusia pun menjadi suatu keniscayaan pemilihan lokasi untuk hidup, bekerja, berkembang biak. Daya tarik dan daya dorong seseorang untuk bermigrasi pun menjadi suatu pertimbangan pokok keberadaan seseorang dan/atau kaum di suatu tempat. Ketika kontekstualitas ini bisa dipetakan, voila, pembaca akan langsung bisa memahami dan meng-ekstrak data yang ada dalam IFLS.