Tabloid Teknokra 138

Page 1

Halaman 5

Jadwal keberangkatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang terlambat satu minggu mengganggu perkuliahan mahasiswa.

Halaman 7

Tabloid Mahasiswa Universitas Lampung

www.teknokra.com FB: Teknokra Unila @TeknokraUnila

No 138 Tahun XIV Trimingguan Edisi Oktober 2014

Teknologi, Inovasi, Kreativitas dan Aktivitas

Halaman 12

Kebiasaan tak mau ambil pusing mengurusi sampah membuat masyarakat membuangnya begitu saja.

Demi melihat sepasang kakek nenek itu, Dhia 足Fadhilah Fatin yang dibonceng rekannya bergegas turun membawa dua bungkus nasi ditangannya.

Tetap Berpikir Merdeka!

Ilmiah Bisa, Populer Juga Boleh


2

Comment

Salam Kami

No 138 Tahun XIV Trimingguan Edisi Oktober 2014

V

isi Universitas Lampung menjadi top ten university 2025 santer ter­ de­ngar. Di setiap event, pimpinan universitas selalu mengingatkan visi itu. Kalimat tersebut menjadi semacam cita-cita kampus hijau 11 tahun mendatang. Tentu, cita-cita ini membutuhkan dukungan dari ber­ bagai elemen kampus. Melihat perkembangan Unila, visi top ten university 2025 rasanya kian jauh dari harapan. Indikator kemunduran ini dapat dilihat dari berbagai as­ pek. Dari peringkat webometric saja, Unila mengalami kemunduran. Tahun 2007, Unila pernah bertengger diurutan ke-17, namun kini justru terlem­ par ke-42−sumber lain mencatat Unila berada di urutan 41 dan 43. Point pentingnya, Unila bahkan dilewati oleh berbagai universitas negeri yang usianya lebih muda, seperti Universitas Bengkulu. Kenyataan ini tak boleh dianggap remeh karena aspek keberadaan halaman publikasi elek­tronik seperti website menjadi eleman penting dalam penilaian top ten university. Aspek lain yang perlu diperhatikan untuk mencapai peringkat, dian­ taranya infrastruktur dan fasilitas yang memadai, kualitas sumber daya dosen dan mahasiswa, keterlibatan kampus dikancah nasional dan interna­ sional, jurnal ilmiah, sampai aspek keterbukaaan dan transparansi. Di usia 49 tahun, rasanya Unila belum mencakup aspek penilaian untuk menjadi sebuah universitas bergelar top ten university. Fasilitas belajar yang menjadi poin penting belum disoroti secara serius. Padahal, setiap tahun jumlah mahasiswa Unila kian membludak. Sayang­ nya, Unila hanya mengeluarkan kebijakan penambahan jadwal wisuda tan­ pa ingin memperbaikinya dari dalam. Padahal, ini tak menjadi solusi yang diharapkan mahasiswa karena yang mereka ingin adalah kenyamanan be­ lajar. Keterlibatan Unila mengikuti ajang Pekan Kreativitas Mahasiswa juga belum terlalu menyenangkan. Target mengirimkan 1000 proposal bahkan belum tercapai. Jumlah ini masih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah mahasiswa Unila yang mencapai 25.000. Pimpinan tertinggi Unila justru menilai kampus ini telah memiliki posisi yang baik. Sayangnya, penilaian itu hanya didasarkan pada aspek kuantitas tanpa memperhatikan aspek kualitas. Unila dipandang baik dari banyaknya jumlah peminat yang datang, jumlah lulusan yang diwisuda, dan jumlah guru besar. Pertanyaannya, apakah peminat yang mendaftar adalah orangorang yang patut diperhitungkan? Kemana lulusan Unila selepas mendapat gelar? Apa saja kontribusi guru besar untuk memperbaiki kondisi Unila? Berbagai ketimpangan ini menjadi semacam pekerjaan rumah dan catatan para pemegang kebijakan. Unila seharusnya tak mudah terlena dengan berbagai pencapaian. Kampus ini harus selalu berbenah demi men­ capai cita-cita itu. Beberapa fakultas yang sudah berhasil memperbaiki diri dapat dijadikan contoh. Modal visi besar top ten university seharusnya dibarengi dengan misi yang lebih besar agar hal itu tak sekadar khayalan. Mau atau tidak, ­pimpi­­­­n­an kampus mempunyai tanggung jawab untuk tercapainya visi. Meskipun, tanggungjawab membenahi Unila bukanlah tanggung jawab satu atau dua pimpinan saja. Namun, tak bisa dipungkiri, pimpinan tertinggi memegang peranan penting untuk menggerakkan semua civitas akademika. Tanpa membesar-besarkan peran pemimpin, kebijakan yang diambil harus­lah menuju pencapaian top ten university. Semua elemen dosen, mahasiswa, dan karyawan harus disadarkan untuk sama-sama berbenah diri. =

Foto Kurnia Mahardika

Masih Banyak PR

Demi Sebuah Perbaikan

M

enyandang status sebagai lem­ baga pers mahasiswa, kami menyadari kewajiban kami adalah menyuarakan fakta. Fakta ini tentulah harus berangkat dari sebuah kebenaran. Demi menjaga kebenaran itu, kami berkewajiban melakukan reportase. Apa yang dikatakan nara­ sumber, kemudian kami tulis sebagai sebuah berita yang sampai ke tangan pembaca sekalian. Begitulah proses penggarapan tab­ loid Teknokra selama ini. Kami bekerja bak penyambung lidah dari narasum­ ber. Teknokra juga membuka ruang bagi mahasiswa untuk menyuarakan aspirasinya melalui SMS yang kami muat dalam rubrik Suara Mahasiswa. Rubrik ini seringkali memberikan kami informasi dan kami angkat sebagai se­ buah berita. Ruang aspirasi ini sesung­ guhnya sebagai pembuktian bahwa apa yang kami lakukan berkiblat pada kepentingan publik. Menohok rasanya apabila Teknokra dicap sebagai media yang berpihak atau memiliki kepenti­ ngan pribadi. Bukan tak mau menerima masukan, tapi pendapat itu rasanya menodai kerja keras kami sebagai pers. Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran. Elemen jurnalisme yang pertama ini selalu kami terapkan dalam pemberitaan. Tak pernah sekalipun kami membuat bokeh kebenaran dalam berita kami. Kami berusaha menjadi lembaga

pers yang profesional. Ideologi pers kampus yang selalu independen tak pernah kami tanggalkan dalam setiap pemberitaan kami. Hak jawab, hak to­ lak, dan hak koreksi, ketiga anasir pen­ ting ini juga tak pernah kami lupakan. Itu semua kami maknai sebagai lo­ yalitas. Pemaknaan yang menuntut kami memberikan waktu luang diselasela perkuliahan. Semua itu kami laku­ kan bukan untuk kepentingan pribadi, tapi demi kebermanfaatan bagi perbai­ kan kampus hijau Unila. Pemberitaan yang kami sajikan se­ sungguhnya upaya untuk mengoreksi, memerbaiki, dan meluruskan apa yang keluar dari jalurnya. Kesalahan dalam redaksional mungkin masih sering kami lakukan. Namun, kami selalu memerbaiki kemampuan kami dalam kepenulisan. Melalui Tabloid Teknokra edisi 138 ini kami kembali membukti­ kan hasil dari proses kami belajar. Dari pojok PKM kami tak pernah bosan un­ tuk menyampaikan informasi seputar Unila. Kami mengucapkan terimakasih ke­ pada para pembaca tabloid Teknokra yang mengoreksi setiap terbitan kami. Tanpa koreksi dari para pembaca, kami tak akan pernah berkembang. Masukan demi masukan akan selalu kami terima. Kini, dengan bangga kami persembah­ kan tabloid Teknokra edisi 138. Tetap Berpikir Merdeka! =

TABLOID TRI MINGGUAN diterbitkan oleh Unit Kegiatan ­­­­­Penerbitan ­­ Mahasiswa (UKPM) TEKNOKRA Universitas Lampung Alamat Grha Kemahasiswaan Lt. 1 Jl. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145 Telp. (0721) 788717 Website www.teknokra.com e-Mail ukpmteknokraunila@yahoo.co.id Pelindung: Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Harianto, MS Penasihat: Prof. Dr. Sunarto, SH, MH Dewan Pembi­­na: Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo, M.Sc A­ nggota Dewan Pembina: Asep Unik, SE. ME., Drs. M. Toha B. Sampurna Jaya, M.S., Ir. Anshori Djausal, MT. MA., Dr. Yuswanto, SH. MH., Dr. Eddi Rifai, SH. MH., Maulana Mukhlis, S.Sos. MIP., Asrian Hendi Caya, SE. ME., Dr. Yoke Moelgini, M.Sc, Irsan Dalimunte, SE. M.Si. MA., Dr. Dedy Hermawan, S.Sos. M.Si., Dr. Nanang Trenggono M.Si., Dr. H. Sulton Djasmi, M.Si., Syafarrudin, S.Sos. MA., Toni Wijaya, S.Sos. MA., Rudiyansyah, Rikawati, S.Sos., Rukuan Sujuda, S.Pd.

Cover

Ide & Desain Retno Wulandari

Pemimpin Umum Muhamad Burhan Pemimpin Redaksi Vina ­Oktavia Pemimpin Usaha Yurike Pratiwi Kepala Pusat Penelitian dan ­Pengembangan Novalinda Silviana Kepala Kesekretarian Fitri Wahyuningsih Redaktur Pelaksana: ­Aprohan Saputra, Hayatun Nisa, Yovi Lusiana (Non Aktif) Redaktur Berita Ayu Yuni Antika Reporter : Fahmi Bastiar, Siti Sufia, Rika A, Yola Septika Redaktur Foto ­Kurnia Mahardika Fotografer Lia Vivi F Redaktur Artistik Imam ­Gunawan (Non Aktif) Staf Artistik Retno Wulandari Kameramen Kurnia ­Mahardika W ­ ebmaster Khorik Istiana Manajer Keuangan Faris Yursanto Manajer Usaha Imam Gunawan Staf Keuangan Yola Savitri Staf Periklanan - Staf Pemasaran ­Wawan Taryanto Staf Kesekretariatan Fitria Wulandari, Staf Pusat Penelitian dan ­­Pe­ngembangan: Hayatun Nisa, Fajar Nurrohmah Magang: Ahmad R, Ana Pratiwi M, Diah Permatasari, Kurnia Dwi P.S, Meri Herlina, M. Erig R, M. Ziea U.A, Nur Kholik, Purwo Kuncoro, Ridha P, Riska Martina, Annisa, Defika P.N, Fitri A, Tiara I.S.

Fitri Wayhuningsih


Kampus Ikam 3

No 138 Tahun XIV Trimingguan Edisi Oktober 2014

Mimpi Berlaga Ke Rusia Terkendala Biaya Oleh Yola Septika

Foto Lia Vivi Farida

Berserakan. Seorang tukang bangunan tengah melewati tumpukan sampah dilahan kosong depan ge­ dung pasca sarjana FKIP. Musim kemarau yang datang membuat sampah plastik berserakan saat tertiup angin. Foto diambil, Rabu (24/9).

1000 Proposal PKM Belum Capai Target Oleh: Annisa, Tiara Unila-Tek: Kesempatan ber­ kompetisi di Program Kreati­ vitas Mahasiswa (PKM) yang digagas Dirjen Dikti belum terlalu dilirik mahasiswa. Dari target 1000 proposal, Univer­ sitas Lampung hanya mengi­ rim 513 proposal. Meski be­ gitu, jumlah ini masih lebih tinggi dari tahun-tahun se­ belumnya. Tahun 2012, Unila hanya mengirimkan 200 pro­ posal, sementara tahun 2013 sebanyak 400 proposal. “Kita bukannya belum berhasil, na­ mun hanya belum mencapai target,” ujar Badrul Huda se­ laku Kepala Humas Unila saat ditemui di ruang ­ kerjanya. Menurutnya, Unila hanya da­ pat mendorong antusiasme mahasiswa, namun tidak bisa memaksa mahasiswa untuk ikut. Rizki Bahagia Utama (Ke­ hutanan ’13) mengaku sudah mengetahui program PKM. Namun, ia belum tertarik mengikuti program ini. “Saya belum ada niatan untuk ikut PKM. Sosialisasinya kurang nih. Teman saya yg ikut PKM masih kebingungan untuk cari informasinya,” ujarnya. Meski­ pun mengetahui bahwa dise­ diakan uang mencapai 12 juta rupiah untuk menjalankan program, Rizki tetap enggan ikut berkompetisi. Minimnya sosialisasi juga disampai­ kan Alan Nurcahya (Teknik Mesin’14). Ia mengaku tidak mengetahui informasi PKM.

“Saya kan masih Maba, jadi ha­ rusnya dapat sosialisasi dong,” ujarnya. Sementara itu, Melia Devita (Pendidikan Kimia’12) yang mengirimkan proposal PKM mengaku merasakan kendala dalam meg-upload proposal­ nya. “Butuh kesabaran ekstra,” ujarnya. Meski begitu, ia ber­ harap proposalnya dapat lolos seleksi. Nur Istiqomah (Pendi­ dikan Ekonomi’12) yang mem­ buat PKM Kewirausahaan juga berharap proposal yang ia ajukan bisa lolos PIMNAS dan rencana usahanya terlaksana. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang me­nargetkan 300 proposal PKM, hanya ter­ kumpul 51 proposal sampai akhir pengumpulannya pada (24/9). Hal ini diungkapkan oleh salah satu panitia posko PKM FKIP, Linda Nur Fitriyani (Matematika’12). Menurut­ nya, panitia telah membuka Posko sebagai pusat informasi bagi mahasiswa. “Posko pelay­ anan PKM dari mahasiswa FKIP berada di pelataran ge­ dung F,” ujarnya. Pembantu Dekan III FKIP, Iskandar Syah mengatakan, meskipun proposal yang di­ kumpulkan belum mencapai target, namun animo ma­ hasiswa tahun ini jauh lebih baik. Hal ini terlihat dari ada peningkatan jumlah proposal. “Tahun ini PKM Kewirausa­ haan lebih banyak dipilih oleh mahasiswa FKIP Unila,”

ujarnya. Hartono yang menjadi pa­ nitia PKM Unila sekaligus tim kerja WR III Unila Bidang Kemahasiswaan dan Alumni mengatakan pihaknya sudah melakukan sosialisasi ke se­ tiap fakultas. “Bahkan kami telah memasang baliho-baliho besar di tempat yang stra­ tegis,” ujarnya. Menurutnya, kendala minimnya partisipasi PKM bukan karena mininya sosialisasi, namun kurangnya kepedulian mahasiswa. Maha­ siswa baru juga pernah diberi­ kan informasi soal PKM saat Propti universitas, namun belum begitu luas. “Banyak mahasiswa yang tidak berminat untuk berprestasi,” lanjutnya. Tim kerja PKM akan terus beru­ saha meningkatkan minat dan semangat mahasiswa. “Untuk ke depannya akan diadakan PKM tingkat universitas. Rencana ini sudah terprogramkan. In­ syaallah akan terealisasi tahun selanjutnya,” ujarnya. Senada de­ ngan Hartono, Badrul juga me­ ngatakan Unila telah me­ lakukan sosialisasi. Namun, ia tak menampik bahwa sos­ ialisasi yang dilakukan belum maksimal. Ia berharap tahun depan lebih banyak maha­ siswa yang mengumpulkan proposal PKM. Rencananya, ke depan Unila akan fokus men­ dorong mahasiswa bidik misi untuk ikut program ini. “Ma­ hasiswa bidik misi lebih dapat terpantau,” ujarnya =

FT-Tek: Tim Robotik Him­ punan Mahasiswa Elektro (Himatro) Universitas Lam­ pung mendapat kesempatan menampilkan robot rakitan buatannya ke kancah inter­ nasional lewat ajang World Robotic Olympiad. Kegiatan yang digelar pada 21-23 No­ vember mendatang adalah kompetisi tahunan yang dii­ kuti sekitar 56 tim dari ber­ bagai negara. Adhitya Oktaviandra (Tek­ nik Elektro ’14) menjadi salah satu kandidiat dari Indonesia. Ia mengaku telah memper­ siapkan perlomban ini sejak empat bulan lalu. Menyandang juara kedua pada perlom­ baan Indonesia Robotic Olympiad di Jakarta Agustus 2014 membuka kesempatan untuk berangkat ke Rusia. Namun, mimpi mempresentasikan ro­ bot peluncur roket ciptaannya masih terkendala biaya. Hingga saat ini, dana yang terkumpul belum mencapai 50 persen. Ia mengaku tengah mencari bantuan dana dari berbagai pihak. Menurutnya, bantuan dana dari Unila belum cukup untuk memberangkat­

kannya ke Rusia. Novitiyono Wisnu H. (Teknik Elektro ’12) yang juga pengurus Himatro mengaku akan membantu Aditya dengan mengirimkan proposal bantuan dana. “Dari Universitas terbatas. Kita aju­ kan proposal ke beberapa pe­ rusahaan swasta di Lampung,” ujarnya. Dosen pembimbing tim ro­ botik, Sri Ratna S. mengatakan jurusan tak bisa menyisihkan banyak dana. “Pihak jurusan membantu untuk penguru­ san visa,” katanya. Bantuan dari universitas juga belum mampu menutupi kekura­ngan dana yang mencapai 154 juta rupiah. Ia menambahkan, pi­ haknya tengah mengajukan proposal ke Dikti, Kemen­ ristek, Wakil Gubernur, serta beberapa perusahaan swasta nasional. Meski belum mendapat dana yang cukup, Aditya dan timnya optimis dapat berlaga ke Rusia. Ia ingin mengharum­ kan nama Unila dan Indone­ sia. “Bisa membawa nama Universitas Lampung di level internasional,” ujarnya berse­ mangat.=

Perpustakaan Terapkan Sistem Upload Skripsi Oleh Ahmad Roihan

Unila-Tek : Unit Pelaksana Tek­ nis (UPT) Perpustakaan Uni­ versitas Lampung membenahi sistem penyerahan dokumen skripsi mahasiswa. Kini, maha­ siswa tak perlu lagi menyerah­ kan skripsi dalam bentuk ce­ takan. Mahasiswa hanya perlu mengumpulkan softcopy dan mengupload dokumen skripsi di website digilib.unila.acid. “Kebijakan upload skripsi mu­ lai diterapkan sejak wisuda periode September. Sekarang memang arahnya sudah ke digital,” ungkap Eng Mardiana yang belum lama menjabat Ke­ pala Perpustakaan Unila. Saat ditemui pada Rabu (24/9), ia mengatakan kebi­ jakan ini diterapkan karena perpustakaan tak mampu lagi menampung skripsi dalam bentuk cetak. Selain itu, in­ ternet juga telah banyak digu­ nakan dan memermudah ma­ hasiswa karena dapat diakses dimana pun. Ia menjelaskan, sebelum mengumpulkan CD mahasiswa perlu mengecek legalitas dan kelengkapan skripsi. Selanjut­ nya, mahasiswa akan diberikan login dan password oleh petu­

gas untuk dapat mengupload skripsi dan berhak mendapat kartu bebas perpustakaan. Ia mengatakan perpustakaan su­ dah mempersiapkan sistem ini dengan matang. Namun, ia tak menampik perlunya evaluasi. “Kesalahan atau keluhan yang datang dari mahasiswa akan didokumentasikan. Namanya sistem tidak langsung bagus. Semuanya membutuhkan wak­­tu dan perkembangan,” ujarnya. Andi Kusnadi (Hukum Tata Negara ‘10) menilai baik lang­ kah ini karena dapat meri­ ngankan beban cetak skripsi. Namun, ia berpesan agar petu­ gas memerhatikan sistem de­ ngan baik. “Soalnya, ada teman saya pada saat ingin meng­ upload skripsi cukup kesulitan karena mengalami gangguan jaringan,” ungkapnya. Dwi Hardoyo (Ilmu komu­ nikasi ‘10) membenarkan pendapat Andi. Ia khawatir sistem yang kurang baik jus­ tru mempersulit mahasiswa. Dwi berharap sistem ini terus meng­ alami perbaikan agar tujuan penerapannya terca­ pai.=


4 Kampus Ikam Rektor : Unila Inginkan Pembinaan Oleh: Ayu Yuni Antika, Vina Oktavia

Unila-Tek: Sampai saat ini, kelanjutan pelaporan sejumlah orang tua mahasiswa baru ke Unila terkait adanya indikasi perpeloncoan yang dilaku­ kan oknum mahasiswa ma­ sih menunggu putusan Unila. Ditemui di ruangannya pada (1/10) Rektor Unila, Prof. Su­ geng P. Harianto menjelaskan bahwa hasil investigasi peri­ hal polemik yang terjadi di Jurusan Teknik Sipil tersebut ia serahkan kepada Wakil Rek­ tor III. Ia mengungkapkan jika terbukti ada pelanggaran akan segera ditindaklanjuti. Sugeng menyatakan bahwa bukan hal mudah untuk me­ nentukan sanksi pada kejadian tersebut sebelum me­ lihat ke­ benaran dan sisi k ­esalahan yang dilakukan. Secara ­lang­­­sung, Sugeng mengung­ kapkan bahwa pembinaan jauh lebih baik diberikan dari pada sanksi hukuman. “Kita di du­ nia pendidikan, lebih penting untuk melakukan pembinaan bukan hukuman,” ungkapnya. Ia menyayangkan ­pemberitaan media yang menurutnya terlalu berlebihan. Ia juga tak menga­ tahui bagaimana Closed-circuit Television (CCTV) yang seharus­ nya untuk keperluan investigasi dapat beredar ke media. Sebagai pimpinan tertinggi, Sugeng mengharapkan agar kejadian serupa tidak teru­ lang di jurusan atau fakultas lain. “Kita harus sadari mental mahasiswa Unila harus bagus, tertib, rajin, dan disiplin. Kalau tidak disiplin, ya dihukum pan­ tas-pantas aja. Tapi tetap harus sesuai dengan batas-batas ter­ tentu,” ujarnya. Ia juga menam­ bahkan bahwa seluruh civitas akademika Unila harus merasa memilki Unila dan berusaha keras untuk tidak mencemari nama baik Unila. Arya Nugraha (Teknik Sipil ’12) selaku ketua umum Him­ punan Mahasiswa Teknik Sipil mengatakan sampai saat ini pihaknya belum mendapatkan panggilan dari pihak Dekanat atau Rektorat. Saat dikonfir­ masi mengenai video CCTV yang beredar, ia membenarkan bahwa peristiwa yang terekam dalam CCTV itu adalah keg­ iatan mahasiswa Teknik Sipil Unila. Namun, ia membatah ke­ benaran video lainnya.“Kalau video yang CCTV itu memang kita, tapi video lain yang bawa bambu-bambu segala macem

itu bukan kita,” ujarnya. Senada dengan Sugeng, Arya juga me­ nyayangkan banyaknya pem­ beritaan media yang berlebi­ han sehingga memperkeruh suasana. Menurutnya, kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa baru selepas adanya surat la­ rangan Dekan nomor 2695/ UN26/KM/2014 digelar atas persetujuan mahasiswa. Arya mengaku Dekan dan Ketua Jurusan sempat menghadang mereka untuk berangkat. Demi adanya titik temu, ­ akhirnya konsep Makrab diubah men­ jadi pertemuan keluarga be­ sar Jurusan Teknik Sipil. Ma­ hasiswa Jurusan Teknik Sipil tetap melakukan kegiatan pe­ ngenalan mahasiswa baru di dusun Podomoro II, Pringsewu pada (12-13/9). Jadwal ini lebih cepat satu hari dari jad­ wal seharusnya yang mereka ajukan ke kelurahan setempat. Kepala Dusun Podomoro II, Turino (40) mengaku kaget mendengar pemberitaan di televisi. Ia mengaku tidak me­ ngetahui bahwa rombongan mahasiswa yang akan melaku­ kan kegiatan di desanya ramai diberitakan. Turino mengaku sempat memantau kegiatan yang dilakukan mahasiswa pada malam hari meski hanya sebentar. “Saat saya ke sana jam 11 malam, sudah pada ti­ dur. Aman-aman saja,” ujarnya. Turino mengatakan memang ada pihak kepolisian Pring­ sewu yang memantau ke­ giatan mahasiswa. Turino tak khawatir karena sebelumnya mahasiswa telah melakukan kegiatan bakti sosial di desa tersebut dan berjalan lancar. Peristiwa ini sempat ra­ mai di beberapa media se­ jak ada orang tua mahasiswa baru yang melapor ke pihak fakultas. Syamsir Syamsu yang juga salah seorang dosen Fakultas Hukum Unila mel­ apor karena merasa anaknya meng­alami tekanan fisik dan psikis. Meski anaknya enggan bercerita, Syamsir mengaku me­ ngetahui tekanan itu dari rekan anaknya saat menitip­ kan surat izin sakit. Sejak melapor pada (8/9) lalu, Syamsir menyayangkan respon Unila yang lambat meng­ urus kasus ini sehingga beredar luas. Sebagai orang tua, ia hanya ingin adanya eva­luasi tentang kegiatan ke­

mahasiswaan semacam itu. Menurutnya, senior yang melakukan tindakan dengan alasan me­ latih mental tak memiliki standar baku untuk pelatihan mental secara resmi. Ia sebenarnya tak keberatan jika pelatihan mental dilaku­ kan oleh pihak yang memiliki standar resmi seperti marinir atau TNI. ­Syamsir juga sempat kecewa atas pemberitaan me­ dia yang menuduhnya memi­ liki tujuan politik. “Kami meng­ hadap murni sebagai orang tua yang merasa anaknya mengal­ ami tekanan,” ujarnya. Ia hanya ­ingin kegiatan mahasiswa yang digelar taat aturan dan dapat merangkul semua mahasiswa sehingga memunculkan rasa kekeluargaan. Salah satu ibu dari ­mahasiswa baru yang ditemui di rumahnya juga ­ mengaku bahwa anaknya sempat meng­ alami tindakan kurang menye­ nangkan saat kegiatan ori­ entasi di kampus. Ia merasa anaknya mengalami trauma. Anaknya yang dikenal aktif, ce­ ria, dan terbuka menjadi lebih tertutup, berdiam diri, dan se­ sekali menangis di kamarnya. “Dia bilang nggak mau kuliah lagi, saya bingung harus apa? Masuk Unila sulit apalagi UKT yang didapat sudah cukup tinggi,” ujar wanita yang eng­ gan disebut namanya ini. Ahli psikologi, Diah Utaminingsih angkat bicara ­ perihal kejadian yang menim­ pa mahasiswa tersebut. Diah menuturkan bahwa mahasiwa tersebut mungkin mengalami trauma yang cukup mendalam karena sikap serta tindakan yang tak mampu diterimanya. Menurutnya, seseorang yang secara psikologis mengala­ mi trauma mendalam harus mendapatkan konseling. “Jika dibiarkan berlarut-larut akan mengganggu aktivitasnya se­ hari-hari, mengubah cara pan­ dang mereka, dan bahkan bisa membunuh potensi yang ada pada diri mereka,” terangnya. Sementara itu, dosen ahli hu­ kum, Budiono mengatakan bahwa universitas sebena­ rnya sudah bisa memutuskan sanksi dari CCTV yang te­ rekam. Apabila merasa terjadi perbuatan yang tidak sesuai, universitas dapat memanggil okmum mahasiswa tanpa ha­ rus menunggu laporan resmi dari orang tua.=

No 138 Tahun XIV Trimingguan Edisi Oktober 2014

UKM Keluhkan Rencana Relokasi Sekretariat Oleh Rika Andriani

Unila-Tek: Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang berada di Gedung Pusat Komputer (Puskom) Universitas Lampung menyayangkan kebijakan pemindahan lokasi sekretariat. Pa­ salnya, mahasiswa tak diberitahu sebelumnya. Wacana Wakil Rektor III Unila, Prof. Sunarto tentang pengalihan fungsi Ge­ dung Puskom menjadi Pusat Komputer dirasa terlalu cepat tanpa persiapan relokasi tempat. Claudya Cindy Own yang menjabat Ketua UKM Budha men­ gatakan tak ada pemberitahuan resmi dari Unila terkait ren­ cana pemindahan itu. Ia justru mengetahui perintah ini dari tukang bangunan yang meminta sejumlah mahasiswa untuk segera mengosongkan tempat. Bahkan sekretariat UKM Fut­ sal dan basket rata dengan tanah. “Kami aja sampai sekarang belum tau mau kemana,” ujarnya. Ketua UKM Teakwondo, Eko Sujatmiko juga menyayangkan hal ini karena Unila be­ lum mempersiapkan tempat baru. “MCK aja belum beres, kok udah mau digusur lagi,” katanya. Ketua UKM Zoom, Freddy Ronald E.S. membenarkan bahwa UKM telah mengetahui rencana pemindahan sekretariat ke Gedung Seba Guna (GSG) Unila. Namun, ia menyayangkan be­ lum dipersiapkannya tempat oleh pihak Unila. “Katanya mau dipindahin ke GSG, tapi GSG belum diapa-apain tuh,” ujarnya. Ia berharap Rektorat dapat memberikan kejelasan dan me­ nyediakan tempat yang layak. “Paling nggak ya gak lebih bu­ ruk dari ini,” jelasnya. Koordinator Forkum Unila, Imelda Astari membenarkan belum adanya pemberitahuan dari Rektorat terkait pemin­ dahan ini. “Selama ini belum ada surat pemindahan sekret,” ujarnya. Forkom mengaku telah menggelar rapat perdana pada Selasa, (7/10) guna mencari solusi. Mereka mempertan­ yakan relokasi tempat bagi UKM yang terpaksa pindah. Rapat itu menghasilkan kesepakatan beberapa UKM yang akan pin­ dah ke Gedung Graha Kemahasiswaa Unila, Rusunawa, dan GSG. Forkom juga mengajukan permintaan audiensi dengan pihak Rektorat. “Tolonglah lebih diperhatiin lagi UKM itu, su­ paya kita bisa lebih fokus ke kegiatan,” tambah Imelda. Ketika dikonfirmasi, Sunarto menuturkan bahwa ia tidak mengeta­ hui alasan pengerjaan proyek perbaikan Gedung Puskom ber­ langsung secepat ini. Ia mengaku belum diajak berkoordinasi untuk relokasi UKM. =

UKMBS Unila Helat GSPM 2014 Oleh Faris Yursanto

Unila-Tek: Sebagai bentuk eksistensi dan konsistensi, Unit Kegiatan Bidang Seni (UKM-BS) Unila kembali mengadakan Gebyar Seni Pelajar dan Mahasiswa (GSPM) 2014. Acara yang digelar pada (10-12/10) ini diikuti sekitar 300 peserta dari kalangan pelajar dan 85 dari kalangan mahasiswa. Adapun kegiatan yang dilombakan antara lain musikalisasi puisi, mo­ dern dance, tari kreasi, band, solo song putra dan putri, pem­ buatan poster dan penulisan puisi, serta komik strip. Acara Dua tahunan sekali ini juga mengahdirkan perwakilan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung serta pejabat Rektorat Unila. Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama, Teknologi Informasi dan Komunikasi Unila, Prof. Dr. Jhon hendri yang membuka acara ini mengaku mengapresiasi kegiatan UKMBS. Menurutnya, seni merupakan ujung tombak sebuah kemajuan teknologi. “Tanpa seni teknoklogi tidak ada apa apanya,” ujar Wakil Rektor IV yang belum lama dilantik. Dalam laporannya, Ketua pelaksana kegiatan, Edythia Rio Wirawan mengatakan panitia telah mempersiapkan acara selama dua bulan. Persiapan ini dilakukan demi menjaring seluruh perguruan tinggi dan sekolah yang ada di Lampung agar ikut berpartisipasi. Ia berharap, berbagai lomba ini dapat menjadi ajang kompetisi para penggiat seni. Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan dapat menumbuhkan kecintaan masyarakat pada puisi. Dalam sambutannya, Ketua Umum UKMBS, M. Daniel Hadi berharap kegiatan GSPM 2014 dapat berjalan lancar dan sukses. =


Kampus Ikam 5

No 138 Tahun XIV Trimingguan Edisi Oktober 2014

UKM Adakan Pelatihan Anggota Baru Oleh Riska Martina

Foto Kurnia Mahardika

Renovasi. Seorang pekerja menyambung besi plafon teras Gedung Serba Guna (GSG) Unila. Selain pla­ fon, toilet, dan teras merupakan target renovasi yang diharapkan selesai pada bulan depan. Foto dibidik, Selasa (30/9).

Keterlambatan Jadwal KKN Ganggu Perkuliahan Oleh Yola Septika

Unila-Tek: Jadwal keberangka­ tan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang terlambat satu minggu mengganggu perkuliahan ma­ hasiswa. Pasalnya, penarikan mahasiswa dari lokasi KKN baru dilakukan pada (18/9) saat perkuliahan sudah berlangsung. Akibatnya, banyak mahasiswa yang terpaksa tidak dapat mengi­ kuti jadwal tatap muka beberapa kali. Tak hanya itu, mahasiswa juga kesulitan mengisi Kartu Ren­ cana Studi (KRS). Hal ini diungkapkan oleh Mustaqim (Ekonomi Pemba­ ­ ngunan ‘11). Ia dan rekan KKN lain seharusnya sudah berangkat sejak 4 Agustus. Namun, panitia KKN baru memberangkatkannya pada 11 Agustus. Mustaqim merasa hal ini sangat mengganggu kuliah. Lo­ kasi yang jauh juga tak memung­ kinkan ia pulang ke Bandarlam­ pung untuk sekadar mengisi KRS atau meminta izin kepada dosen. Mustaqim harus meminta ban­ tuan rekannya yang ada di Bandar Lampung untuk mengurus KRS karena lokasi KKN-nya yang ada di Dusun Tenabang, Kecamatan Balik Bukit, Lampung Barat ini tak terjangkau sinyal. Ia juga terpaksa tak mengikuti beberapa kali jad­ wal tatap muka di beberapa mata kuliah yang diambilnya. Apalagi, ada dosen yang tidak menerima alasan keterlambatannya. “Beber­ apa dosen memberikan toleransi. Tapi, nggak semua dosen sama,” ujarnya. Hal senada juga diungkapkan Ahmad Yani (Biologi ’11) yang mendapatkan lokasi KKN di Desa Ponco Rejo, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran. Saat dihubungi, Ahmad mengaku kemunduran KKN ini menggang­ gunya karena ia harus mengurus

Kerja Praktek dan menjadi asisten dosen. Peraturan akademik yang membatasi ketidakhadiran ma­ hasiswa sebanyak 20% atau tiga kali pertemuan juga membuat­ nya terancam tak diperkenankan mengikuti ujian akhir. Ia berharap kedepannya, jadwal KKN tidak mengganggu perkuliaahan lagi. Ketua Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengeta­ huan Alam, Nuning Nurcahyanti mengaku belum mendapatkan sosialisasi dalam bentuk apapun perihal keterlambatan jadwal KKN. “Saya tahu ada keterlam­ batan KKN dari mahasiswa,” ka­ tanya. Ia mengambil inisiatif sendi­ri untuk sosialisasi kepada dosen lain tentang keterlambatan ini. Beberapa dosen meres­ pon baik dengan memberikan tole­ ransi, namun sebagian lagi me­ nolak. Tak adanya ketentuan sah dari pihak KKN membuat dosen merasa berhak menjalankan aturan baku sesuai kontrak perkuliahan. Ia menyayangkan keterlambatan ini karena dapat merugikan mahasiswa dan ju­ rusan. “Untuk mahasiswa tentu mereka harus kehilangan jatah SKS-nya, sedangkan akreditasi sebuah jurusan dinilai dari ratarata lama lulus,” ujarnya. Nuning berharap kejadian ini tak terulang pada KKN berikutnya. Sekretaris KKN, Budi Harjo mengatakan alasan keterlam­ batan ini disebabkan oleh jadwal KKN yang mendekati hari raya Idul Fitri. Mahasiswa yang se­ harusnya diberangkatkan pada 4 September urung dilakukan karena hari itu Pemda baru me­ masuki awal dinas. Menurutnya, tim KKN tidak bisa memberang­ katkan karena Pemda belum bisa menyambut. “Mereka sibuk de­

ngan pekerjaan di hari pertama. Kita tidak bisa ke sana tanpa ada yang menerima karena kita ke­ sana mau bertamu,” tutur Dosen Ilmu Pemerintahan ini. Menanggapi sikap beberapa dosen yang tak memberikan to­ leransi, Budi meminta agar dosen dapat memaklumi hal tersebut. Menurutnya, program KKN juga penting untuk melatih maha­ siswa menjadi manusia yang bermartabat. “Harusnya dosen bisa memaklumi. Keterlambatan KKN bukan keinginan kami,” ka­ tanya. Ia mengaku sudah mem­ bicarakan hal ini bersama Wakil Rektor I guna mendapat persetu­ juan. “Kami sudah koordinasi dengan PR I. Kita sudah sampai­ kan kondisi faktual di lapangan berkenaan dengan kegiatan KKN,” lanjut Budi. Ia bahkan meminta Wakil Rektor I Unila membuat surat rekomendasi khusus untuk mahasiswa yang tengah mengi­ kuti KKN agar tetap mengikuti perkuliahan di semester ini walau telah melewati jatah untuk absen. Saat dikonfirmasi, Wakil Rek­ tor I Unila, Hasriadi Mat Akin membenarkan bahwa ia meny­ etujui penundaan pemberang­ katan mahasiswa KKN. Namun, ia mengaku baru mengetahui bahwa keterlambatan jadwal ini menganggu perkuliahan maha­ siswa. Menurutnya, tim KKN bisa memberikan surat dispen­ sasi untuk mahasiswa yang ter­ lambat mengikuti perkuliahan. “Saya masih menunggu, karena itu pekerjaan tim KKN,” katanya. Apabila diperlukan surat itu akan dikirim ke pihak masing-masing fakultas untuk diteruskan ke ke­ tua jurusan. “Selesaikan. Ja­ngan sampai ada yang dirugikan,” ka­ tanya.=

Unila-Tek: Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pramuka Uni­ versitas Lampung mengadakan Latihan Pendidikan Dasar (Ladiksar) bagi mahasiswa baru. Acara yang setiap tahun dia­ dakan oleh UKM pramuka ini berlangsung selama dua hari, pada (27-28/9). Acara yang diikuti oleh 27 peserta itu bertu­ juan untuk mendidik serta memerkenalkan Pramuka kepada seluruh calon anggota baru UKM Pramuka. Dalam pembeka­ lan materi, UKM Pramuka bekerjasama dengan UKM Korp Sukarela (KSR) dan Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala). Para peserta antusias mengikuti rangkaian acara. ”Makin mandiri, kompak, dan ilmunya bertambah,” ujar Sunarti, Mahasiswa PGSD ’14 yang merupakan salah satu peserta. Ketua pelaksana kegiatan, Rina Intan Sari (Pend. Bimbingan Konseling ‘13)berharap semua peserta dapat mengaplikasi­ kan materi pelatihan semaksimal mungkin. “Semoga berman­ faat bagi semuanya,” ujarnya. UKM Resimen Mahasiswa (Menwa) juga menggelar acara serupa demi rekrutmen anggota baru pada (27-28/9). Ke­ giatan ini diikuti oleh 16 mahasiswa baru. Sebelumnya, UKM Menwa juga telah menggelar acara yang sama untuk maha­ siswa Jurusan D3 Perkebunan. UKM Menwa melakukan pela­ tihan mental dan kedisplinan anggota melalui pendidikan dasar. Peserta juga diberikan bekal tentang pentingnya or­ ganisasi bagi mahasiswa melalui rangkaian tes. “Tes wawan­ cara bertujuan melihat motivasi, minat, potensi, loyalitas, serta kepemimpinan tiap peserta,” ujar Arief Dwi Permana (Agroekoteknologi ’11) selaku ketua pelaksana. Salah seorang peserta, Shindy Dwiyanti (Matematika ’14) mengatakan pela­ tihan yang diadakan UKM Menwa membuatnya lebih percaya diri. “Acara ini membuat saya merasa lebih berani, tidak cang­ gung,” ujarnya.=

Unila Punya Jatah Ikuti KKN Kebangsaan Oleh : Annisa, Yola Septika

Unila-Tek: Kesempatan mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kebangsaan yang menjadi anggota tahunan Direktorat Jen­ deral Perguruan Tinggi dapat diikuti oleh mahasiswa Uni­ la. Tahun ini, Universitas Lampung memberangkatkan 9 mahasiswa­ke Universitas Tanjung Pura, Kalimantan Barat. Perwakilan itu berasal dari Jurusan Kimia FMIPA sebanyak 7 orang, Fisika FMIPA 1 orang, dan 1 mahasiswa dari Juru­ san Teknik kimia. Minimnya info tentang KKN Kebangsaan membuat mahasiswa dari fakultas lain belum mengetahui program ini. Umi Fadilah (Kimia ‘11), salah satu wakil mengaku me­ ngetahui info KKN kebangsaan justru dari temannya di Per­ guruan Tinggi yang ada di Pulau Jawa. Ia lalu mengkonfir­ masi info tersebut ke pihak KKN. Umi mengatakan, pihak KKN tidak mempublikasikan info ini secara luas. “Bagi yang ­ingin mengikuti KKN kebangsaan bisa mencari informasi sendiri dan langsung mendaftar di Sekret KKN-nya masingmasing,” ujar Umi menirukan jawaban panitia KKN. Tangga­ pan kecewa juga muncul dari Pita (Pend. Kewarganegaraan ‘12) yang merasa sedih karena tidak mendapat kesempatan mengikuti KKN Kebangsaan. “Akan banyak pengalaman luar biasa,” ujarnya. Budi Harjo, Sekertaris tim pelaksana KKN mengatakan Uni­ la sebenarnya mendapat jatah 10 kuota, namun satu mahasiswa gagal berangkat karena syarat adminitratifnya tak lengkap. Ia mengakui, tim KKN belum melakukan sosialisasi secara me­ nyeluruh. “Hingga saat ini sosialisasi baru sebatas mulut ke mulut,” ujarnya. Ke depan, tim KKN akan memuat informasi di website tim pelaksana KKN Unila. Ia menambahkan, maha­ siswa FKIP memang agak sulit mengikuti program ini karena jadwal KKN mahasiswa bersamaan dengan jadwal Program Pe­ngalaman Lapangan (PPL). Budi berharap mahasiswa yang telah mengikuti KKN Ke­ bangsaan dapat menginfokannya ke mahasiswa lain. “Tak ada perbedaan dalam hal persyaratan. Persyaratan lengkap­ nya dapat dilihat di website Dikti,” tutur Budi Harjo.=


6

Reportase Khusus

CATATAN di Usia 49 Oleh : Ayu Yuni A., Fajar Nurrohmah

23 September 2014, Unila genap berusia 49 tahun. Visi menggapai Top Ten University masih menjadi target. Lalu bagaimana posisi Unila sekarang? Makin dekatkah dengan visi atau justru target itu hanya akan menjadi mimpi?

P

agi itu (21/9) di tengah kegembiraan civitas aka­ demika merayakan hari jadi Unila ke-49 tahun, Rektor kembali diingatkan soal visi top ten university. Sugeng P. Hariyanto yang menjabat Rek­ tor dua periode mantap meng­ amini doa agar visi ini terwu­ jud tahun 2025 selepas acara jalan sehat di Unila. Visi yang menjadi warisan pemimpin sebelumnya ini se­ benarnya sudah terpatri dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Unila 20052025. Memasuki setengah abad usianya, Unila hanya pu­ nya waktu 11 tahun untuk ber­ benah. Sebagai salah satu lang­ kah, tema dies natalis digadang sebagai momentum untuk me­ ningkatkan kualitas tridarma perguruan tinggi menuju Unila emas 2015. Belum cukup, dalam pidatonya, Rektor Unila, Sugeng P. Harianto tegas men­ gungkapkan visi bahwa akhir tahun 2015 Unila mencapai dua puluh besar PTN terbaik di Indonesia. Tentu saja, visi 2015 terse­ but tak serta-merta lahir tanpa alasan. Keberanian Sugeng menargetkan visi itu terce­ tus karena pelbagai pencapa­ ian besar. Di periode kedua kepemimpinannya ini, banyak prestasi yang diakui Sugeng sebagai batu loncatan men­ capai visi 2015, seperti resmi dibukanya dua program studi doktor secara mandiri, pering­ kat ke tiga universitas terbaik kategori pemakalahan forum ilmiah, posisi ke delapan kat­ egori penyelenggaraan forum ilmiah, dan peringkat sembi­ lan dalam kategori publikasi jurnal ilmiah. Kebanggaan lain yang didapat Unila merupakan keberhasilan masuknya 6.220 mahasiswa di tahun ajaran 2014/2015 ini. Keberhasilan tersebut mengantarkan Unila menjadi lima besar perguruan tinggi yang paling diminati ta­ hun ini.

Namun, di tengah perjalanan mendapat gelar itu, berbagai pertanyaan mengenai kualitas Unila masih menjadi ganjalan. Pasalnya, bukan rahasia lagi bahwa hal kenaikan jum­ lah mahasiswa rupanya tak seband­ ing dengan peningka­ tan jumlah ruang bela­ jar dan fasi­ litas lain­ nya. Hal ini menjadi salah satu masalah

yang dikeluhkan mahasiswa. Salah satunya, Catur Hadi Siswondo (Agribisnis ’12) yang mengaku bahwa Unila hanya sedikit mengalami ke­ majuan. Ia menilai masih banyak hal yang harus dicer­ mati, seperti tak rampungnya pendirian Rumah Sakit Pen­ didikan (RSP), ketidakjela­ san koperasi karyawan Unila, kondisi gedung yang sudah tua, dan jumlah mahasiswa yang terus meningkat tanpa di­ barengi jumlah ruang belajar. Catur berharap agar di tahun terakhirnya sebagai Rektor, Sugeng dapat memperhatikan masalah keamanan dan akre­ ditasi universitas. “Harapan untuk Unila supaya keamanan lebih ditingkatkan, yang lebih penting agar akreditasi Unila bisa A,” ujarnya. Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Unila, Ahmad Khai­ rudin Syam juga menilai miris visi top ten university apabila melihat kondisi saat ini. Ia mengatakan keadaan birokrasi dan fasilitas Unila masih jauh tertinggal jika dibandingkan

dengan universitas di Pulau Jawa yag sudah menyandang top ten university. Menurutnya, belum ada perubahan yang signifikan selam 10 tahun tera­ khir. “Mungkin saja Unila bisa jadi Top Ten University, kalau rektor selanjutnya bisa lebih baik,” ujarnya. Ia berharap Unila dapat benar-benar menerapkan layanan prima yang sudah digadang-gadang. Unila juga harus segera memperbaiki fasilitas belajar yang sudah ada. “Selain fasilitas, tatanan birokrasi Unila juga perlu di­ perbaiki,” tambahnya. Syam menilai, meskipun Unila ma­ sih mempunyai permasalahan keter­ batasan fasilitas, maha­ siswa Unila sudah banyak mengukir prestasi. Rektor periode sebelumnya, Prof. Muhajir Utomo memberi­ kan pandangannya mengenai kondisi Unila saat ini. Ditemui di ruangannya pada Kamis, (2/10) ia mengatakan Unila mengalami kemunduran. Indi­ kator kemunduran itu terlihat dari berbagai aspek. Menu­

No 138 Tahun XIV Trimingguan Edisi Oktober 2014

rutnya, peringkat webomatrik Unila saat ini yang berada di posisi 42 jauh merosot diban­ dingkan pada tahun 2007 yang ada di peringkat 17. Kenyata­ an ini yang menurut Muhajir menjadikan Unila semakin jauh dari visi Top Ten University. Ia mengatakan, prestasi webomatrik di tahun 2007 men­ jadi salah satu latar belakang tercetusnya visi tersebut. “Untuk berada di top ten university, Unila hanya butuh 1718 tahun jika setiap tahunnya bisa meningkat satu posisi,” ujarnya mengenang target tu­ juh tahun lalu. Ketika memimpin, Muhajir mengaku getol mengampanyekan pro­ gram green campus. Tak hanya lingkungan, tetapi kurikulumnya juga ber­ basis green campus. Bah­ kan, dahulu Unila mem­ punyai data banyaknya pohon, kupu-ku­ pu, dan bu­ rung yang ada di Uni­ la. “Dulu tidak bisa menebang p o h o n semba­ r a n g a n ,” t a m ­

bahnya. Ia juga mengatakan ketika awal menjabat, jumlah profesor di Unila masih se­ dikit sehingga membuatnya menggagas program sertifi­ kasi profesor. “Ada program Du, Qu, Hets, Semiqu,” ujarnya merinci. Sejak itu, banyak dosen yang ingin manjadi pro­ fesor dan dapat mendorong mening­ katnya jumlah profe­ sor di Unila. Selain itu, Unila pernah melaksanakan banyak program hibah level nasional dan internasional. Ia berpendapat, mahasiswa juga harus ambil peran agar visi Unila tercapai. Mahasiswa dituntut tak hanya pintar di bidang akademik, tetapi juga aktif mengikuti organisasi. Menurutnya, lulusan yang akan berhasil nantinya adalah mahasiswa yang berorganisa­ si. “Universitas maju jika ma­ hasiswa tidak hanya jadi kutu buku, tapi juga ikuti organisa­ si,” ungkapnya. Ia menghim­ bau agar mahasiswa dirang­ kul agar tidak selalu berbeda pendapat dengan pimpinan. Dukungan dan kepedulian

pimpinan harus diperlihatkan dengan jelas. Muhajir meyakini adanya kemunduran di semua lini. Menurutnya, pimpinan Unila terlihat kurang kompak serta tidak sinerginya antara pe­ mimpin dan lembaga kemaha­ siswaan. Ia mengkritisi minim­ nya pimpinan universitas yang melibatkan anggota senat demi kemajuan Unila. “Anggota senat Unila saat ini bahkan tidak megetahui perihal pe­ ningkatan jumlah mahasiswa, penentuan SPP, dan lainnya,” ujarnya. Sebagai salah satu anggota senat, ia pun mengaku tidak jelas dengan langkahlangkah yang akan dilakukan Unila untuk mencapai top ten university. Menurut Muhajir, Unila seha­ rusnya fokus untuk memper­ baiki fasilitas pembelajaran, sistem Siakad, dan kebersihan yang harus disesuaikan den­ gan green matriks. Ia meng­ harapkan adanya usaha dari pemimpin agar Unila lebih baik. Ia mengharapkan rektor Unila berikutnya dapat melan­ jutkan visi 2025. Ditemui di ruangannya pada Rabu, (1/10) tak menampik keluhan yang diungkapkan mahasiswa. Sugeng mengaku bahwa bertambahnya jumlah mahasiswa baru tahun ini di­ latarbelakangi upaya pening­ katan Angka Partisipasi Kasar (APK). Menurutnya, Unila ti­ dak bisa serta-merta dapat me­ nambah jumlah gedung karena anggaran pembangunannya bergantung pada pemerintah. “Memang betul jumlah terse­ but tidak dibarengi pembangu­ nan fisik. Itu tergantung angga­ ran pemerintah. Jadi pakai apa adanya dulu,” ungkapnya. Me­ ngenai pembangunan Rumah Sakit Pendidikan yang mandeg, Sugeng mengaku anggaran ma­ sih menjadi kendalanya. “RSP hanya 19 PTN yang dapat, kita salah satunya. 430 miliar per RSP dianggarkan oleh Kemen­ dikbud. Wajar kalau mandeg begini,” ujarnya. Dalam waktu dekat, Sugeng berkomitmen untuk menai­ kkan akreditasi universitas. Akreditasi Unila yang sejak 2008 diakuinya masih C se­ hingga membuat lulusan Unila menemui kendala saat menca­ ri pekerjaan. Sejak awal men­ jadi rektor, ia mengaku hanya memfokuskan diri untuk me­ ningkatkan akreditasi pro­ gram studi saja. Meski men­ janjikan perolehan akreditasi B di akhir tahun 2014 ini, Su­ geng me­ngaku seluruh civitas akademika harus mendukung tercapainya keinginan ini. “Semua harus turut ambil ba­ gian dalam usaha peningkatan akreditasi Unila,” ujarnya.=


Wansus

No 138 Tahun XIV Trimingguan Edisi Oktober 2014

Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S. :

Unila Sudah Dipandang Oleh Ayu Yuni Antika

T

ak terasa, hampir setengah abad Unila berdiri. Memimpin Unila selama dua periode, Sugeng P. Harianto mengaku sudah banyak melakukan perubahan di Unila. Menuju usia emas sekaligus tahun terakhir kepemimpinannya sebagai Rektor, Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S. menyampaikan pendapatnya tentang perkembangan Unila. Reporter Teknokra Ayu Yuni Antika mendapat kesempatan mewawancarainya di ruangan pada Rabu, (1/10). Berikut hasil wawancaranya: Bagaimana pendapat Anda tentang kondisi Unila saat ini? Sudah cukup baik. Kemauan kerja dosen dan karyawan dinilai sudah semakin baik. Hal itu juga ditunjukkan mahasiswa, 99% lulus dengan nilai yang baik dan tepat waktu. Meski mahasiswa terus

bertambah, mahasiswa yang diwisuda pun tiap tahunnya bertambah, bedanya tipis antara input dan output.

Bagaimana posisi Unila jika dibandingkan univer­ sitas lain? Unila sudah memiliki banyak peminat dari berbagai daerah. Ini menjadikan Unila lima terbesar nasional sebagai pilihan calon mahasiswa. Dari fakultasnya, FEB sudah mencapai lima terbaik di Indonesia, Fakultas Pertanian tujuh terbaik di Indonesia, Kedokteran enam belas terbaik dan banyak yang lainnya. Unila sudah dipandang. Mengenai kondisi SDM di Unila saat ini? Alhamdulillah, guru besar kita tahun ini sudah banyak. Sampai tahun ini 48 aktif, dua orang pensiun. Jumlah ini insyaallah akan bertambah

lagi akhir tahun. Selain itu, semua karyawan sudah mendapatkan pelatihan. Saya menargetkan 2015 dosen tidak ada yang S1. Kalau ada kita pindahkan jadi karyawan. Ini sebagai bentuk keseriusan kita.

Akreditasi Unila cukup menjadi sorotan, tangga­ pan Anda? Sejak 2008 akreditasi Unila masih C. Sekarang sedang proses pengajuan peningkatan akreditasi institusi. Sejak dulu saya memang fokus untuk meningkatkan akreditasi program studi saja. Tapi insyaallah, akhir tahun ini kita mampu dapat B. Jumlah mahasiswa tak sebanding dengan jumlah ruang belajar. Apa tang­ gapan Anda? Hal itu memang betul. Peningkatan jumlah mahasiswa tahun ini karena

target Angka Partisipasi Kasar (APK) yang ingin dicapai tahun ini. Karena jika jumlahnya dibatasi, berapa banyak warga yang tidak bisa kuliah tahun ini. Hal ini juga menjadi pertimbangan. Jadi, untuk saat ini kita pakai dulu yang ada.

Bagaimana tanggapan Anda terhadap minimnya minat baca mahasiswa? Saya akui itu. saya lihat perpustakaan itu sepi dan banyak buku yang selalu rapih seperti nggak pernah dibaca. Ini terkait pelayanan karyawan sendiri, saya akan terus mengawasi. Perpustakaan harus semakin maju. Budaya mengakses internet, belajar, dan membaca mahasiswa harus semakin meningkat. Ini juga perlu kerjasama dosen. Memasuki usia emas Unila (2015), apa yang ingin dibenahi? Kita masih belum menyusun statuta. Akreditasi institusi pun masih C. Kita masih terus berusaha meningkatkan akreditasi. Selain itu, saya juga bercita-cita agar seluruh disertasi dosen Unila mampu

7

dipublikasikan di tingkat internasional. Saya juga berharap seluruh profesor memiliki buku ajarnya sendiri. Agar mampu mengajar mahasiswa dengan buku tersebut.

Apa pesan yang ingin Anda sampaikan untuk para dosen dan kary­ awan? Penguatan kelembagaan harus terus ditingkatkan. Mental bekerja juga harus diperbaiki. Banyak dosen yang aktif di luar kampus tanpa izin Rektor. Begitu terkena masalah baru meminta perlindungan. PNS Unila jika ada pekerjaan apapun dan dimana pun harus izin. Saya sangat menghimbau kepada dosen untuk izin terlebih dahulu saat ada aktivitas di luar jam kerja atau jadwal di Unila. Untuk mahasiswa? Belajarlah dengan baik. Ingat, belajar tidak hanya ada di dalam ruang kelas saja. Belajar sosial kemasyarakatan itu juga hal yang penting. Lulusan terbaik tidak ada gunanya jika tidak mengenal lingkungan sosialnya.=

inovasi

Mekanikal Barsrin,

Terinspirasi Dari Sampah Oleh Lia Vivi Farida

S

ampah selalu saja men­ jadi masalah bagi ling­ kungan. Kebiasaan tak mau ambil pusing mengurusi sampah membuat masyarakat hanya membuangnya begitu saja. Kesadaran masyarakat In­ donesia untuk menjaga su­ngai juga minim. Banyak yang jus­ tru menjadikan sungai seba­ gai tempat yang cocok untuk membuang sampah. Padahal, kebiasaan ini dapat mengaki­ batkan pencemaran. Tercatat, 55,5% sampah di Kota Bandar Lampung dibuang

IlustrasiRetnoWulandari

Pencemaran sungai yang disebabkan oleh sampah industri atau rumah tangga menjadi masalah menahun bangsa ini. Alat penyaring yang tak memerlukan bahan bakar ini digadang menjadi solusi terbarukan.

ke saluran drainase dan su­ ngai-sungai. Sampah tersebut merupakan sampah rumah tangga dan pasar tradisional. Banyaknya sampah yang me­ numpuk di saluran drainase membuat petugas kebersihan kewalahan memilah sampah un­tuk di bawa ke Tempat Pem­ buangan Akhir (TPA). Tak ja­ rang, petugas terpaksa membi­ arkan sampah menumpuk dan mencemari sungai. Hal ini mejadi pemicu bagi Haki Midia A. dan kawan-ka­ wan­nya membuat inovasi alat

penyaring sampah. Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro itu me­ manfaatkan sistem dual stage clean drainage. Alat yang mer­ eka gunakan dinamai mekani­ kal barsrin dan elektro koagu­ lasi. Pengoprerasian kedua alat ini menggunakan tenaga arus air menggunakan turbin. Cara ini efektif karena tak perlu arus listrik untuk pemasa­ngannya. Mekanikal barsrin sebenar­ nya sudah digunakan sebagai penyaring pada aliran sungaisungai, besar seperti Sungai Musi. Namun, pengoprerasian

alat ini membutuhkan daya yang relatif besar sehingga tak efesien untuk sungai kecil. Untuk itu, Haki dan temantemannya membuat inovasi mekanikal barsrin mini yang menggunakan daya kincir air sebagai penggerak. Alat ini telah diuji coba pada drainase yang ada di Pasar Tugu, Bandarlampung. Drain­ ase Pasar Tugu dianggap se­ bagai drainase yang memiliki tingkat pencemaran tinggi. Per­ cobaan yang dilakukan pada bu­ lan Maret hingga Agustus 2014 ini menunjukkan hasil baik. Inovasi Haki ternyata mampu menyaring sampah sehingga tak terbawa aliran sungai. Cara kerja dari alat ini meng­ andalkan arus listrik yang di­ hasilkan oleh turbin. Turbin pada alat ini memanfaatkan aliran drainase sebagai sum­ ber energi. Mekanikal Barsrin akan bekerja dengan menya­ ring sampah yang melewati­ nya. Sampah kemudian di­ angkat oleh bak berkatrol dan ditampung pada bawah kotak sampah. Setelah sampah ter­ pisah, air tidak langsung bisa masuk ke sungai. Air masih ha­

rus melewati filter yang akan mengendapkan kotoran yang ada di air. Sistem kerja filter ini menggunakan prinsip koagu­ lasi elektro. Adanya perbedaan medan listrik dapat membuat koloid yang ada di air sungai terendapkan sehingga air men­ jadi jernih. Air yang telah me­ lewati alat tersebut dipastikan minim pencemar. Kehadiran alat ini menjadi solusi efektif bagi sungai-­ sungai kecil yang membutuh­ kan alat penyaring. Petugas kebersihan juga akan terbantu karena hanya perlu mengang­ kut sampah yang telah dipisah­ kan. Apalagi, biaya pembuatan produk ini hanya 10 juta se­ hingga masih terjangkau. Haki berharap alat yang telah dia buat bersama temantemannya dapat bermanfaat un­ tuk mengurangi pencema­ ran sampah terhadap air su­ ngai. Ia mengaku telah sering menciptakan alat yang di ikut­ kan pada ajang Pekan Kreativi­ tas Mahasiswa (PKM). “Bahkan hampir setiap tahun selalu lo­los Pimnas. Tahun lalu alat yang kami buat telah dipaten­ kan oleh Dikti,” ujarnya.=


8 Regional

No 138 Tahun XIV Trimingguan Edisi Oktober 2014

PR Untuk Pemimpin Muda Oleh Hayatun Nisa Fahmiyati

Turunkan harga secepatnya Berikan kami pekerjaan Tegakkan hukum setegak tegaknya Adil dan tegas tak pandang bulu Pasti kuangkat engkau Menjadi manusia setengah dewa Wahai gubernur kami yang baru Kamu harus dengar suara ini

L

agu berjudul Manusia Setengah Dewa milik Iwan Fals yang diaransemen liriknya dilantunkan oleh grub musik Oi. Lirik lagu ini seolah mewakili ha­ rapan warga Lampung terhadap pemimpin barunya. Lagu ini sengaja dipilih demi mengiringi kadatangan Gubernur Lampung Ridho Ficardo di Aula Lampung Post pada (17/9). Ridho tanpa segan menyambar microphone dan ikut bersenandung bersama vokalis. Di acara itu, ia datang bersama wakilnya, Bachtiar Basri demi menghadiri sebuah acara bedah buku.

Acara ini mendapat perhatian khusus dari gubernur muda itu karena buku berjudul Dari Oedin ke Ridho berisi pemikiran berbagai kalangan mengenai kondisi Lampung. Buku ini menjadi semacam PR sekaligus masukan bagi Ridho yang akan memimpin Lampung lima tahun ke depan. Diskusi dimulai dengan pemaparan empat pembi­ cara di bidang pendidikan, pemerintahan, birokrasi, dan budaya. Ada semacam ketakutan bahwa Ridho tak dapat membawa Lampung menjadi lebih maju. Namun, ada juga yang mengutarakan harapan bahwa gaya kepemimpinan mudanya dapat melayani rakyat sama seperti janji politiknya ketika kampanye. Prof. Sudjarwo yang menjabat Direktur Pascasar­ jana Unila lebih dulu menyinggung tentang pendidi­ kan. Ia mengkritisi Ridho yang lebih condong ke arah pembangunan infrastruktur. Ia meminta agar peme­ rintah tetap mengedepankan bidang pendidikan. Ia menganggap kemajuan pendidikan adalah awal dari kemajuan setiap aspek. Bedah buku yang juga menghadirkan para penulis­ nya tersebut menjadi ajang tanya jawab. Banyak yang menjadi sorotan, terutama program 100 hari pemer­ intahan Ridho dan Bachtiar. Banyak PR tentunya yang harus segera diselesaikan oleh pemerintahan yang baru, seperti yang disinggung oleh Hertanto dosen Ilmu Pemerintahan Fisip Unila yang menjadi salah satu penulis dalam buku tersebut. Rolling jabatan setiap bulan sering dilakukan pemerintah sebelumnya diharapkan tak lagi dilaku­ kan. Hal itu dianggap menghambat perkembangan

serta kerja pemerintahan. Hertanto juga berharap Ridho dapat menjaga interaksi dengan pihak luar se­ hingga Lampung bisa lebih berkembang. Ia menam­ bahkan, tranformasi nilai-nilai budaya Lampung juga perlu disegarkan. “Kebudayaan itu penting dan Lam­ pung punya begitu banyak tapi tidak dipakai,” kata Hertanto. Menanggapi hal itu, Ridho mengatakan bahwa per­ an pengendalian birokrasi akan ia serahkan kepada wakilnya. Ia berpendapat, Bachtiar memiliki pengala­ man birokrasi yang baik saat memimpin Kabupaten Tulang Bawang Barat. Ia menjelaskan, kebijakannya membatalan proyek pembangunan kantor Gunernur karena masyarakat lebih membutuhkan perbaikan in­ frastruktur jalan. “Kebijakan pembangunan ke depan sesuai dengan kebutuhan masyarakat,” ujarnya. Ridho mengakui, try and error akan selalu menjadi ancaman ketika mengambil kebijakan. Untuk itu, ia tak mau gegabah dalam mengambil sikap. Dalam kesempatan itu Bachtiar juga ikut bicara. Ia mengatakan bahwa selama tiga bulan menjabat, Rid­ ho menjadi pendengar yang baik. Gaya-gaya trobosan juga akan segera dilakukan. “Istilah anak muda GPL,” ujar Bachtiar sambil berkelekar. Mengahiri diskusi dalam bedah buku tersebut, Ridho mengatakan dirinya akan sangat terbuka den­ gan semua masukan yang membangun. Menurutnya, diskusi semacam ini dapat menjadi media yang tepat untuk saling bertukar pikiran dan memberi masukan untuk kepemimpinannya. “Boleh lain kali diadakan diskusi seperti ini lagi,” ujarnya mengakhiri. =

Zona Aktivis

UKM Koin Unila,

Membentuk Karakter Anti Korupsi

Oleh Yola Savitri

J

ika kita melewati bundaran air mancur Universi­ tas Lampung, terlihat baliho berhiaskan wajah Cak Lontong bertuliskan ”Nyontek itu tidak haram! Tapi, buat apa sekolah tinggi-tinggi sampai kuliah ka­ lau cuma untuk nyontek?”. Baliho yang cukup menarik perhatian setiap mata ini digagas oleh UKM Komuni­ tas Integritas (Koin). UKM Koin merupakan unit kegiatan mahasiswa

Unila yang bergerak di bidang pendidikan integritas. Pemasangan baliho ini tak lain bertujuan untuk me­ nyebarluaskan integritas kepada civitas Unila. Tak hanya satu, empat baliho serupa pun sudah terpam­ pang di beberapa titik lain sekitar Unila. UKM Koin yang belum genap satu tahun resmi berdiri ini mengkaji dan menganalisis masalah sosial yang relevan. Tak hanya lingkup Unila, pemerintahan

dan masyarakat di Lampung turut dikaji. Solusi yang didapat akan menjadi referensi bagi anggota Koin un­ tuk bersikap kedepannya. Sebelum diresmikan menjadi UKM pada 22 Okto­ ber 2013, KOIN merupakan komunitas eksternal yang dibentuk satu tahun sebelumnya. Pencetusnya meru­ pakan Sembilan orang mahasiswa FISIP Unila angka­ tan 2009. Sempat tujuh kali mengalami penolaka un­ tuk menjadikan salah satu UKM di Unila, baru di masa kepemimpinan Diki Thantawi (Ilmu Pemerintahan ’11) cita-cita itu terwujud. Dengan Visi ‘Menciptakan Lampung Dengan Ma­ syarakatnya Yang Anti Korupsi Pada Tahun 2050’, UKM Koin berusaha memberikan pemahaman tentang makna integritas. Integritas yang dimaksud adalah ke­ sesuaian lisan, sikap dengan nilai, norma, dan hukum yang berlaku. Anggotanya dibentuk untuk menjadi trendsetter sebagai mahasiswa yang berintegritas. Penanaman karakter integritas di UKM Koin tak melulu masalah anti korupsi uang, namun juga anti korupsi waktu, ti­ dak menyontek, tidak mencuri dan sebagainya. Kegiatan UKM Koin bersifat tentatif berlandaskan prinsip efektif, efisien, fleksibel, dan inovatif. Maka dari itu, penerimaan anggota barunya pun berbeda dari konsep open recruitment pada umumnya. Seperti tahun lalu, Koin menggelar Open Recruitmentnya di Waroeng Nongkrong dengan konsep yang dikemas dalam suguhan stand up comedy. Dari acara tersebut, jumlah pendaftar membludak sebanyak 240 orang. Meski demikian, UKM Koin tetap serius dan ketat dalam menyaring calon anggotanya. Walau terbilang muda, UKM Koin telah ­membuktikan eksistensinya melalui banyak kegiatan yang ­sukses di­ gelar, seperti Try Out yang dihadiri siswa-siswi SMA se-Lampung, seminar kememimpinan dan pendidikan integritas, workshop internal, serta Koin forum.=


Apresiasi 9

No 138 Tahun XIV Trimingguan Edisi Oktober 2014

Surat Kecil Sang Pengadil

Yang Terlupakan

Hening malam Geliat kehidupan terhenti sejenak Sunyi senyap Gelap dan gulita

Matahari engkau terlalu cerah menatap kami

Ditemani Semilir angin malam Dengan cahaya petromak Air mata bergulir Tuhan, Apakah hambamu ini mampu Mengibarkan pedang keadilan di muka bumi ini Hambamu ini takut Tuhan, Kami yang katanya wakilmu di muka bumi Wakil untuk menegakkan keadilan Apakah pilihan ini benar ataukah ini salah? Kami hanya melakukan tugas kami dengan sebaik-baiknya Karena hanya engkau Tuhan, Pengadil yang paling adil Ketika hukum bertentangan dengan nurani Mana yang harus kami lakukan Ketika mata dibutakan dengan peraturan Jalan mana yang harus kami pilih Ketika pedang keadilan itu tertancap ke bawah Bagaimana kami mengangkatnya

Maha Surga Ibunda

Hingga kami terlalu kuasa untuk menghadapi kisah ini Rembulan malam kenapa kau hanya diam saat kami salah Maafkan kami wahai sang hijau Kami egois dan serakah atas cinta ini Kami buta dan tuli, saat kau menjerit dan menangis kesakitan Serakah ini membunuh hati dan nurani kami Ribuan orang mati karena kami sibuk mecuri sana-sini Tak lagi ingat akan waktu senja yang menunggu kami Maafkan Tuhan, cinta ini tak kuat kuberikan untuk-Mu Kami gila akan semua cinta sesaat ini hingga melupakan-Mu Menginjak injak semua usaha dan pengorbananmu pejuang Mengakali teknologi hanya untuk merebuat perjuanganmu selama ini Mengabaikan bakti mu, atas darah yang telah mengalir Engkau telah berjuang demi sehelai kain, demi kami yang serakah ini

Aku tenggelam bersama jingga di ujung senja. Berharap menemukan potongan cita di ujung samudera. Menyatukannya dalam sebuah kejayaan bersama surya. Melahirkan secercah cahaya di setiap redupnya cita. Aku rapuh tanpa do’a dari engkau maha surga ibunda. Aku lemah tanpa penopang agungmu ibunda. Citaku ada bersama cintamu... Do’amu melebihi indahnya pesona aurora diambang fajar. Beriring bersama cita yang kukejar. Merengkuh masa depan yang akan berpijar. Aku tenggelam bersama jingga diujung senja. Terlahir untuk berpijar bersama langkah tak gentar. Terlahir untuk menjadikan butir air mata menjadi permata. Terlahir untuk membawa cintamu menjadi cita ibunda. Aku tenggelam bersama jingga di ujung senja. Jauh dari suryamu ibunda... Aku akan kembali ketika fajar di timur itu menyapa.

Mata telah tertutup, akan janji yang tergadaikan Melupakan mu wahai pejuang, yang mati demi kehormatan Jasamu, selalu hadir dalam nuansa jiwa para pemudamu,

Erni Melvina FKIP Geografi 2012

yang terlupakan Walau hanya seberkas cerita di masa lalu, kau tetap Akan selalu kukenang wahai pahlawan‌

Ketika kami didik menjadi seorang birokrat Nurani ini, harus kami bawa kemana Dan ketika kami dicegoki dengan hal-hal ini Tidakkah kami akan menjadi biang korupsi Apa yang harus kami lakukan Tuhan Kami berontak, nyawa menghilang Kami marah, dikucilkan Kami diam, meraka menjadi-jadi Jalan mana yang harus kami pilih Di negeri yang kau sebut Indonesia ini Sulit membedakan baik dan buruk Indikator apa yang harus kami gunakan Hati nurani Ataukah peraturan... Utia Meylina Fakultas Hukum

Ngekhibas KKN Kebangsaan? Masih minim informasi...

Relokasi sekretariat UKM bermasalah! Terus anak-anak mau dibawa kemana, pak? Gerakan 1000 PKM belum sampai target. Wah, pada kemana mahasiswa? Tahun ini usia Unila 49 tahun. Tercapai nggak ya Top Ten University 2025?

Suara Mahasiswa Sampaikan keluhanmu lewat SMS Mahasiswa, dengan format Nama_Jurusan/Angkatan_Komentar. Kirim ke 085380905884/ 08982252881

Redaksi hanya akan memuat SMS/Komentar yang disertai identias lengkap dan bisa dipertanggungjawabkan, Nama/Jurusan/Fakultas/Angkatan. Kami mencocokkannya dengan data siakad Unila.

Redaksi menerima kritikan dan saran serta kiriman berupa: artikel atau opini, surat pembaca, dan informasi seputar Unila (diketik huruf cambria, ukuran 12 pt). Tulisan yang masuk menjadi milik redaksi dan redaksi berhak menyunting naskah sepanjang tidak me­ngubah makna tulisan. Redaksi juga membuka Rubrik Konsultasi. Rubrik ini diasuh oleh dosen Bimbingan Konseling, Diah Utaminingsih, S.Psi, M.A, Psi. Lulusan psikologi UGM ini akan menjawab pertanyaan seputar akademik, kejiwaan, dan pertanyaan lain yang diajukan. Silahkan kirim kritik, saran, dan pertanyaan anda ke email ukpmteknokraunila@yahoo.co.id


10 Artikel Tema

No 138 Tahun XIV Trimingguan Edisi Oktober 2014

Membangun Rasa Kekeluargaan

Dalam Propti Oleh Joko Budianto*

P

engumuman ujian na­ sional serempak di se­ luruh Indonesia meru­ pakan babak baru bagi siswa. Ini menjadi langkah pertama mereka mengenal kehidupan yang lebih nyata alias ‘dunia kampus’. Seleksi nasional yang diselenggarakan serempak di seluruh PTN menjaring ma­ hasiswa yang akan duduk di bangku perkuliahan. Tidak dapat dipungkiri, dunia kam­ pus memiliki daya tarik yang luar biasa. Lika-liku aktivitas dengan segudang prestasi dan masalahnya menjadi dinamika tersendiri. Propti atau program orien­ tasi perguruan tinggi meru­ pakan kegiatan awal mahaiswa baru memasuki kampus secara formal dan legal. Propti akan memperkenalkan universitas dan fakultas secara menyelu­ ruh kepada mahasiswa. Pro­ gram ini juga sering disebut

dengan Ospek−singkatan Ori­ entasi Studi dan Pengenalan Kampus. Propti atau Ospek sesungguhnya memiliki per­ anan dan manfaat yang sa­ngat baik bagi mahasiswa baru, diantaranya mengenalkan lingkungan, sarana dan prasa­ rana, kode etik yang dijalan­ kan, hingga wawasan tentang tri dharma perguruan tinggi . Namun, tidak semua pihak memahami makna Propti atau Ospek terutama kalangan ma­ hasiswa. Masih saja banyak mahasiswa yang menganggap bahwa propti ataupun ospek merupakan program dimana mereka dapat memperlaku­ kan mahasiswa baru semau­ nya dengan dalih untuk saling mengangkrabkan. Hasilnya pun dapat ditebak. Di dalam Propti terjadi kekerasan, in­ timidasi, ancaman, hingga jatuhnya korban yang seha­ rusnya tidak terjadi jika semua

Wansus

memahami hakikat Propti. Setidaknya, ada empat pro­ gram yang dapat dijalankan dalam Propti yang mengede­ pankan wawasan, intelektual, dan sisi pendidikan. Program pertama dengan melakukan Karya Wisata Ilmiah atau Desa Binaan. Program ini di­ rangkai sedemikian rupa agar kakak tingkat dan mahasiswa baru lebih dekat. Dimana ma­ hasiswa melakukan program sosial di suatu daerah dengan berkelompok dan menginap di rumah warga. Program ini dapat semakin mengeratkan hubungan kakak tingkat de­ ngan mahasiswa baru dan membangun komunikasi dalam menyongsong masa perkuliahan. Di sela-sela ke­ giatan, mahasiswa dapat di­ berikan penjelasan tentang tri dharma perguruan tinggi yang langsung di implementa­ sikan pada karya wisata ilmiah

Diah Utaminingsih, S.Psi, M.A, Psi

Ini Justru Membunuh Potensi yang Ada Oleh Ayu Yuni Antika

P

ertengahan ­September 2014 lalu, Universi­ tas Lampung sempat menggegerkan dunia pendidi­ kan dengan munculnya video CCTV perihal kegiatan orien­ tasi mahasiswa baru. Pengad­ uan orang tua mahasiswa yang menduga adanya tindak per­ peloncoan sehingga membuat anaknya sakit dan trauma juga marak diberitakan televisi na­ sional. Melihat fenomena ini, Teknokra mengkajinya dari sisi psikologis. Reporter Teknokra, Ayu Yuni Antika mewawanca­ rai seorang ahli psikologi lulu­ san Universitas Gadjah Mada, Diah Utaminingsih, S.Psi, M.A, Psi. Berikut petikan wawan­ caranya: Menurut anda, Bagaimana seharusnya program orien­ tasi mahasiswa dilakukan?

Orientasi seharusnya meng­ arah ke hal-hal yang mendidik, mengenalkan lingkungan, dan menambah pengetahuan tentang civitas akademika Unila. Selain itu, mahasiswa baru harus diarahkan untuk mampu beradaptasi terhadap hal-hal apa saja yang akan dihadapi saat sudah menjadi mahasiswa. Bukan malah kegi­ atan bersifat kekerasan yang mengakibatkan trauma bagi mahasiswa baru. Apakah Anda sudah melihat Video CCTV yang sempat meluas di media? Jika Ya, Bagaimana tang­ gapan Anda? Kalau untuk CCTV belum. Tapi saya yakin, tidak ada satu pun civitas akademika yang menginginkan hal itu terjadi. Tidak ada tujuan yang baik

dari kegiatan tersebut. Kalau tujuannya melatih fisik, bukan begitu. Kalau untuk melatih mental, tapi malah menim­ bulkan trauma. Jadi, perlu dipertanyakan dampak dari pelatihan mental yang dilaku­ kan tersebut.

Ada salah satu orang tua yang mengaku terjadi pe­ rubahan psikologis pada anaknya. Bagaimana tanggapan Anda? Kita tidak tahu apa yang sebenarnya dialami maha­ siswa tersebut di lapangan. Yang pasti, itu sudah menim­ bulkan trauma psikologis yang mendalam kalau sudah meng­

tersebut. Pelestarian lingkungan de­ ngan penanaman pohon ber­ sama di lingkungan kampus juga dapat menjadi program yang dipilih. Kegiatan ini me­ miliki keunggulan, diantaranya komunikasi yang dibangun an­ tara dosen dengan mahasiswa baru dan kakak tingkat dengan mahasiswa baru akan lebih in­ tens. Hal ini dikarenakan maha­ siswa tak hanya menanam po­ hon, melainkan seluruh orang yang terlibat pada program ini bertanggung jawab dengan po­ hon yang ditanamnya. Dengan begitu, setiap peserta diharus­ kan menjalin komunikasi yang baik dan dapat membagi wak­ tu bersama merawat pohon yang ditanamnya. Aktivitas ini akan menumbuhkan rasa tang­ gung jawab terutama bagi ma­ hasiswa baru. Selain itu, ling­ kungan sekitar kampus akan semakin hijau karena tumbuh beragam pepohonan. Program forum keluarga yang mengedepankan kegiatan bertatap wajah secara formal dengan mengadakan seminar juga patut dipertimbangkan. Panitia dapat menghadirkan mahasiswa senior yang ber­ prestasi untuk memotivasi mahasiswa baru agar lebih giat belajar sehingga mendapat­ kan prestasi yang gemilang.

Selanjutnya, dapat diadakan pelatihan yang menghadirkan mahasiswa sekaligus aktivis untuk memberikan gambaran tentang berorganisasi yang baik dan bermanfaat. Kombinasi antara materi kekeluargaan dan kreativitas yang tidak membosankan alias menyenangkan dapat dilaku­ kan melalui kegiatan outbond. Kegiatan ini sangat berman­ faat untuk mengakrabkan ma­ hasiswa baru dengan seluruh elemen kampus. Selain menye­ nangkan, pos-pos yang dilalui mahasiswa baru akan mem­ berikan wawasan. Dosen dan senior dapat dilibatkan dalam kegiatan tersebut. Komunikasi terbangun dan kekelurgaan pun didapatkan dengan hati riang. Itulah empat program yang setidaknya dapat dijalankan dalam Propti maupun Ospek dengan tujuan untuk memberi­ kan wawasan dan menghidup­ kan komunikasi. Kedepannya, mahasiswa diharapkan dapat menjalankan aktivitasnya se­ suai dengan peraturan yang belaku di kampus tanpa ada masalah.=

ganggu pola kehidupannya.

atau trauma dibiarkan ber­ larut-larut akan mengganggu aktivitasnya, cara pandangnya. Ini justru membunuh potensi yang ada pada dirinya. Se­ hingga memerlukan konseling yang berkelanjutan.

Apa penyebab seseorang mengalami trauma psikol­ ogis yang mendalam? Bisa terjadi karena per­ lakuan yang diterima tidak menyenangkan dan tidak sesuai persepsi mereka bahwa tidak ada tindakan seperti itu di dunia pendidikan. Itu juga yang membuat mereka tidak siap secara mentalnya.

Apa kemungkinan dam­ pak negatif dari sisi psikologi terhadap kegi­ atan orientasi yang salah? Kegiatan orientasi yang tidak jelas akan menimbulkan dampak yang panjang. Selain luka fisik yang mungkin diteri­ ma, bagi mereka yang tidak kuat secara mental akan men­ galami trauma psikologis yang mendalam. Trauma psikologis yang mendalam tentu menye­ babkan perubahan pola hidup dan mempengaruhi aktivitas­ nya sehari-hari. Apa yang harus dilakukan untuk mengatasi trauma mental mendalam yang dialami korban? Harus ada bimbingan konseling agar hidupnya bisa normal kembali. Jika tidak

*Mahasiswa Pend. Ekonomi 2010 Wakil Presiden BEM-U KBM Unila Periode 2014-2015

Menurut anda apa yang perlu diperbaiki? Mungkin caranya. Mungkin mereka ingin memperkenalkan bahwa ada kerja keras. Tetapi tidak seperti itu caranya, tidak perlu menggunakan kekerasan. Karena, tanpa mereka ketahui, ada beberapa orang yang lemah secara fisik, bahkan mentalnya. Apa yang sebaiknya dilakukan oleh pimpinan kampus untuk mencegah hal serupa terulang kem­ bali? Kedepan harus ada warning atau batasan-batasan untuk menentukan suatu kegiatan diperbolehkan atau tidak untuk dijalankan. Saat kita membuat program untuk ori­ entasi, maka harus jelas dan dideskripsikan secara detail dalam proposal kegiatan. Ini untuk mengklarifikasi mana yang boleh atau tidak untuk dijalankan. Selain itu, harus ada sanksi yang tegas dari pimpinan.=


No 138 Tahun XIV Trimingguan Edisi Oktober 2014

Life Style

Nano Spray,

Tren Baru Mempercantik Wajah Oleh Hayatun Nisa Fahmiyati

Meski tak murah, nano spray digandrungi kalangan mahasiswa. Produk teranyar ini menawarkan banyak manfaat bagi kecantikan kulit wajah. Diklaim aman digunakan dalam jangka panjang.

P

erempuan dan kecanti­ kan seolah menjadi pak­ et yang tak bisa dipisah­ kan. Bagi sebagian perempuan, kecantikan adalah sebuah ke­ butuhan primer yang wajib di­ penuhi. Salon kecantikan men­ jadi pilihan demi melakukan make over di beberapa bagian tubuh. Meski dengan harga tak murah, salon kecantikan tetap laris dikunjungi peminatnya. Produk kecantikan ber­ teknologi Jepang bernama nano spray belakangan me­ narik minat Relly Yoka. Maha­ siswa Jurusan Ilmu Komuni­ kasi ini mengaku sudah satu bulan menggunakannya. Ia men­ gaku selama pemakaian, kelemb­ aban kulit wajahnya terjaga dan jerawatnya mulai berkurang. “Muka aku kan sensitif jadi mu­ dah timbul jerawat. Selama pake nano lumayan sih jerawatnya mulai berkurang,” ujarnya. Relly mengaku menggu­ nakan nano spray tak hanya demi kecantikan wajah, tapi juga untuk menjaga kesehatan kulitnya. Awalnya, ibunya juga menggunakan nano spray. Namun, karena tidak terlalu rutin, akhirnya ia yang rutin menggunakannya. Tak jarang, Relly menggunakannya saat di kampus. Ia bahkan hampir se­ tiap hari membawa alat spray itu di dalam tasnya. Relly mengaku tak perlu re­ pot menggunakan nano spray karena hanya menyemperot­ kannya ke wajah, ia mendapat­ kan kulit wajah yang lembab dan segar. Alat ini juga dapat Iklan

digunakan untuk bagian ku­ lit yang memiliki masalah se­ perti kulit kering, kusam, ber­ jerawat, iritasi, bahkan luka bakar. Meski harus merogoh kocek hingga 2,4 juta, Relly mengaku tak keberatan. Harga nano spray yang ter­ golong mahal untuk kalangan mahasiswa ini juga tak menjadi masalah bagi Ayu Aprilia. Ma­ hasiswi Fakultas Kedokte­ ran ini menganggap biaya tersebut masih lebih murah dibanding dengan perawatan kulit setiap bulan. “Itu lebih murah diban­ dingken dengan perawatan facial dan lai-lain yang perbu­ lannya enggak cukup 500 ribu,” ujar Ayu. Ia menggunakan nano spray sejak Oktober 2013. Ayu mengaku memakai nano spray karena ingin menghilangkan jerawat kecil di dahi. Selain jerawatnya menghilang, ia juga mengaku kulit wajahnya men­ jadi lebih bersih dan kencang. Ia senang karena produk ini juga tidak ada efek samping. Keberhasilan penggunaan nano spray ternyata tak dirasa­ kan Puput Syahfiti. Ia mengaku sudah memakai nano spray selama setahun namun tak ada perubahan yang terlalu terlihat di wajahnya. “Cuma ngerasa lebih adem sih. Tapi perubahan yang lain gak ter­ lalu terasa,” jelas mahasiswa Jurusan Akutansi itu. Menurut Fisca Kurniasih selaku dokter kecantikan yang sekaligus owner Rumah Kecanti­kan Anigia Skin Care, untuk melihat hasil pengguna­

an nano spray memang butuh waktu lama. Hasil Produk ke­ cantikan ini juga memiliki efek yang berbeda bagi setiap pe­ makainya. Ada yang merasakan kulit kering hingga mengelupas atau detoksifikasi seperti tim­ bul jerawat yang tak wajar. Na­ mun, efek pemakaian itu akan segera hilang apabila rutin menggunakan nano spray. Fiska mengatakan produk berbahan dasar air tidak ber­ bahaya meskipun digunakan jangka panjang. Nano spray dapat disemprotkan selama 30 detik melalui filter yang dapat merubah partikel air menjadi ukuran nano dan semburan halus tersebut dapat terserap hingga ke dalam kulit. Untuk hasil maksimal, ia menganjur­ kan memakai air beroksigen yang bisa dibeli di minimar­ ket terdekat. Menurutnya, produk ini laris karena dapat membuat wajah terlihat lebih cantik meskipun dijual de­ ngan harga tinggi. “Cantik itu­ kan impian setiap perempuan. Walaupun kecantikan juga tak hanya dinilai dari fisik, tapi orang akan menilai oleh orang lain pertama kali dari fisiknya,” ujar Fisca. Meski rumah ke­ cantikannya juga menjual produk perawatan dengan harga mahal, ia mengatakan bahwa menjadi cantik tak ha­ rus mahal. “Asal rutin dalam merawat kulit, fokus, serta tak mudah berganti-ganti produk kecantik­an, kulit akan menjadi cantik. Perawatan kulit secara alami juga banyak,” ujarnya.=

Pojok PKM

11

Degradasi Muhamad Burhan Pemimpin Umum

Jadi mahasiswa itu jangan apatis, malu. Lawan semua bentuk penindasan, re-vo-lu-si Suara lantang keluar dari para aktivis yang sedang melaku­ kan aksi demi mengingatkan pemerintah untuk mengusut tuntas kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) pada Tragedi UBL berdarah 1999 silam yang diperingati pada 29 September 2014. Gerakan ini seolah ingin menunjukan bahwa pemuda adalah ujung tombak kekuatan bangsa untuk terus memperjuangkan yang seharusnya diperjuangkan. Bangsa yang besar ialah bangsa yang memperhatikan pemudanya karena mahasiswa sebagai pemuda yang memi­ liki potensi besar menjadi pilar pengkokoh bangsa. Maha­ siswa dikenal dengan sosok yang cerdas, kuat dan memiliki kemampuan fisik dan mental serta visioner dengan ide-ide yang menjadi harapan bangsa. Pemuda yang mempunyai pemikiran akan nasib bang­ sanya ke depan, seperti aktvis era 98 yang memperjuangkan demokrasi hingga terlahirnya reformasi saat ini. Tak sedikit pula yang menjadi korban dalam perjuangan itu. Di lampung misalnya, dua mahasiswa tewas, yaitu M. Yusuf Rizal, maha­ siswa FISIP Unila dan Saidatul Fitriah mahasiswa FKIP Unila yang juga aktivis lembaga pers mahasiswa Teknokra Unila. Menyandang gelar pahlawan Reformasi sepertinya layak un­ tuk diberikan kepada mereka. Namun, sekarang beda, kenyataannya tidak banyak maha­ siswa yang mau dan mampu untuk meledakkan potensinya yang besar dalam dirinya. Mahasiswa yang sejatinya meru­ pakan agent of change, social control dan iron stock, kini mu­ lai pudar dimakan zaman, zaman yang serba praktis, men­ gubah perilaku menjadi pragmatis juga konsumtif. Seolah mahasiswa sekarang kehilangan rohnya, atau lebih tepatnya mengalami degradasi, mulai dari degradasi mental hingga moral. Mahasiswa yang dulu kritikan hingga perger­ akannya menghasilkan perubahan, namun sekarang entah kritikannya yang kurang menyentil atau yang dikritik yang sudah kebal dengan kritikan. Ada kritik namun, seperti pepatah anjing menggonggong kapilah berlalu. Seolah dianggap remeh dan biasa oleh pe­ mimpinnya. Tak sedikit juga yang dibungkam, diintervensi sampai mengancam, seperti yang dialami aktivis pers maha­ siswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Beberapa bulan kemarin, sebagai media kampus yang mengontrol kebijakan kampus sudah seharusnya pimpinan lembaga menjadikan­ nya pertimbangan dalam mengambil kebijakan bukan malah di bredel untuk mengekang kebebasan berekspresi para ma­ hasiswanya. Mungkin, sistem pendidikan yang study oriented tanpa disadari atau tidak membuat mahasiswa seakan lupa den­ gan fungsinya. Mahasiswa hanya dituntut untuk belajar dan belajar di bangku kuliah, tanpa mencemplungkan diri ke dunia organisasai. Ini adalah sebuah bentuk degradasi yang perlahan akan mematikan kreativitas dan pergerakan dari mahasiswa itu sendiri. ditambah wacana pemerintah membatasi masa studi un­ tuk program S1 yang semula 14 semester kini menjadi 10 se­ mester saja. memang tak ada masalah bagi mahasiswa yang hanya berkonsepkan study oriented, namun bagaimana den­ gan konsepan mahasiswa yang juga sebagai aktivis, yang kesehariannya disibukan dengan kegiatan kegiatan diluar bangku kuliahnya, untuk dijadikan bekal nantinya. karena bagaimanapun juga kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam maupun di luar perguruan tinggi adalah untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat didalmnya Oleh sebab itu janganlah kita menjadikannya alasan untuk bermalas-malasan dengan urusan pengembangan. Mengem­ bangan diri untuk menjadikan jati diri yang lebih mandiri untuk menatap masa depan yang harus mampu berdiri di kaki sendiri. Tetap Berpikir Merdeka! =


12

Ekspresi

No 138 Tahun XIV Trimingguan Edisi Oktober 2014

Dhia Fadhilah Fatin,

Berbagi Nasi Untuk Sesama Oleh Rika Andriani Foto Kurnia Mahardika

J

um’at dini hari (26/9), seorang kakek duduk di sebuah sofa yang sudah koyak sambil mendengar­ kan radio tua. Di sampingnya, wanita paruh baya tertidur pulas berselimutkan sarung kusam. Tak nampak jelas corak maupun warnanya. Di depan sebuah ruko daerah Teluk Be­ tung ini, mereka menghabis­ kan malam. Demi melihat sepasang ka­ kek nenek itu, Dhia Fadhilah Fatin yang dibonceng rekan­ nya bergegas turun membawa dua bungkus nasi ditangannya. Tanpa canggung, gadis yang akrab disapa Dhia ini mencium tangan sang kakek, bak cucu yang mencium tangan biyung­ nya. “Apa kabar kek?,” sapa gadis berdarah minang itu sambil memberikan sebungkus nasi yang dibawanya tadi. Tak ber­ selang lama, Dhia mengham­ piri dan perlahan mencoba membangunkan si nenek tadi dengan penuh kelembutan. Si nenek pun terbangun dan langsung berbincang dengan mahasiswi Jurusan Matema­ tika, FMIPA angkatan 2011 ini. Terlihat sekali keakraban dian­ tara keduanya. Setelah memberikan nasi bungkus sambil berbincang santai, Dhia mulai menyusuri jalanan daerah Teluk Betung bersama rekan-rekannya. Uda­

Iklan

ra dingin yang menusuk hingga tulang tak menyurutkan tekad Dhia. Dibalut jaket hitam mi­ liknya, ia terus menyusuri jala­ nan untuk menemukan orangorang yang terpaksa tinggal di pinggir jalan.

Pencetus Gerakan Berbagi Nasi Lampung Pertemuan pertamanya den­ gan seorang nenek yang ker­ ap tidur di emperan Bambu Kuning menciptakan rasa empati mendalam. Terlebih, nenek renta yang kerap disa­ pa Halimah itu ternyata men­ derita katarak yang sudah membuat penglihatannya ka­ bur. Meski demikian, Halimah tak mau berpangku tangan menunggu belas kasihan ses­ eorang. Jika pagi mulai datang, Halimah bergegas pergi ke bawah Ramayana untuk men­ jaga toilet. Penghasilannya pun ia gunakan untuk membeli makanan. Perjuangan sang nenek itulah yang memotivasi Dhia untuk mulai berbagi kepada orang-orang kurang berun­ tung yang tinggal di jalanan atau emperan toko. Anak ke­ tiga dari lima bersaudara ini, merupakan pencetus gerakan berbagi nasi pertama di Lam­ pung. Menurut gadis kelahiran 23 Agustus 1993 ini, mun­ cul kebahagiaan saat melihat orang-orang memakan nasi

pemberiannya. Rutinitas berbagi nasi yang telah dilakoninya setahun ini membuat jiwa kemanusiannya terus tumbuh. Ia menyadari masih banyak orang yang kurang beruntung. “Jangankan rumah untuk berteduh, sesuap nasi pun masih sulit didapat,” ujarnya. Dhia bertekad akan terus menjalankan misi mulia itu.

Berawal dari Hal Kecil yang Konsisten Bukan tanpa alasan kegiatan berbagi nasi ini dilakukan hingga dini hari. Dhia ingin niat baik anggota komunitas­ nya tak salah sasaran. Ia ingin nasi pemberiannya didapat­ kan oleh orang-orang yang membutuhkan. Besar harapan agar aksi komunitasnya menu­ lar pada orang-orang di luar sana. “Harapannya sih, lebih peka, dan lebih menghargai makanan aja. Soalnya di sini banyak yang kurang makanan,” ujarnya. Menurutnya, kegiatan berbagi nasi ini dapat terus berjalan karena semua ang­ gota konsisten pada niat. Pernah, suatu hari, Dhia menemukan seorang kakek bernama Bajuri. Bajuri yang berprofesi sebagai tukang be­ cak ini ia temui pertama kali di depan salah satu ruko Rama­ yana. Meski terkadang pernah sesekali kakek tua ini terlihat

tidur dalam becaknya. Perantauan asal Palembang ini tidak mempunyai sanaksaudara di Bandar Lampung. Hidup lama tanpa memper­ hatikan kesehatan dan keber­ sihan tubuh membuat tubuh rentanya dihinggapi penyakit kusta. Tak tega melihat pend­ eritaan Bajuri, Dhia dan para pejuang nasi berunding untuk membawa ka­ kek tersebut ke rumah sakit. Setelah dirawat selama seminggu di rumah sakit, Sang kakek akhirnya diperbolehkan keluar. Seketika itu, kebingungan kembali mengge­ layuti Dhia dan rekan-rekan­ nya. Wajar saja, sang kakek yang tak me­ miliki tempat tinggal tidak mungkin dibi­ arkan begitu saja. Melihat kondisi terse­ but, muncul­ lah ide untuk mengemba­ likan sang kakek ke kampung halamannya, di Prabumulih, Sumatera Se­ latan. Setelah mencari dana kesana-sini, bantuan muncul dari Dompet Pedu­ li Umat Daarul Tauhid (DPUDT). Akhirnya, empat anggota berbagi nasi berangkat un­ tuk mendampingi perjalanan Bajuri

hingga sampai tujuan. Pengalaman itu makin membulatkan tekat Dhia un­ tuk membantu sesama. Ia pun meyakini bahwa tak ada kebaikan yang tidak dibalas dengan kebaikan. “Semua hal yang besar, berawal dari hal kecil yang konsisten,” ujarnya meng­akhiri.=


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.