SERVER MEMBELUDAK, KULIAH TERSENDAT

Page 1


2 S

No. 162 XX Bulanan Edisi November 2020

KOMITMEN

Tabik Pun

LAWAS

udah hampir dua semester, Universitas Lampung (Unila) menerapkan perkuliahan daring. Perkuliahan daring semester lalu dinilai sebagai tahap percobaan serta pembelajaran bagi semua civitas academica Unila. Namun, praktik saat ini perkuliahan daring masih menemukan kendala yang sama dengan sebelumnya. Infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dinilai masih minim. Virtual class (Vclass) yang disediakan Unila belum bisa menampung seluruh mahasiswa. Ditambah, Website yang kerap kali down. Dengan begitu, menghambat perkuliahan daring. Hal ini dikarenkan server lawas yang ketinggalan zaman. Saat pandemi Covid-19, mengharuskan Unila menerapkan perkuliahan daring. Server Vclass Unila tidak sanggup memenuhi tuntutan. Contohnya kelas milik Nur Afifah (Pendidikan Sejarah ’18) yang harus tertunda ditengah perkuliahan. Jelas cerita seperti ini akan dirasakan mahasiswa pengguna Vclass Unila. Ketika server Vclass Unila membludak. Siakadu Unila yang menjadi alternatif absensi daring, malah menjadi masalah. Sebab, absensi harus memindai kode QR. Sedangkan, tidak semua mahasiswa memiliki dua perangkat yang tersambung internet. Selain ketidaksiapan infrastruktur Unila, masih ada dosen yang belum bisa menyesuaikan diri dengan teknologi. Ditambah, perkuliahan praktikum yang tidak bisa dilakukan secara daring. Sehingga, hal ini menjadi permasalahan baru dalam perkuliahan. Hambatan-hambatan ini dapat menyebabkan perkuliahan tidak maksimal. Dengan begitu, dibutuhkan evaluasi secara menyeluruh. Kemudian, eksekusi yang nyata guna menyelesaikan kendala-kendala ini. Server lawas Vclass Unila harus digantikan dengan server baru. Hal tersebut menjadi kebutuhan yang harus diselesaikan. Pasalnya, perkuliahan yang terpencar di pelbagai aplikasi dapat menimbulkan penyelewengan. Jika dalam satu ruang aplikasi, dapat mempermudah akademik Unila mengontrol jalannya perkuliahan. Dosen dan mahasiswa harus mendapatkan pelatihan cara menggunakan aplikasi yang menunjang perkulihan daring. Sebab, kemampuan menggunakan teknologi, membuat perkuliahan daring tidak hanya menggunakan aplikasi Whatsapp=

Judul: SERVER MEMBELUDAK, KULIAH TERSENDAT

Demokrasi

A

ksi demonstrasi dalam negara demokrasi seharusnya merupakan hal yang lumrah. Karena demonstrasi merupakan salah satu bentuk partisipasi rakyat yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam bernegara. Selain itu, demonstrasi juga merupakan bentuk dari kebebasan berekspresi dan berpendapat sebagai kontrol sosial bagi penguasa. Kebebasan berpendapat merupakan hak yang dimiliki setiap orang sejak lahir. Namun, beberapa peristiwa aksi sering kali mendapat penggambaran buruk oleh media. Hal ini dikarenakan dalam berjalan aksi kerap diwarnai dengan kericuhan. Sehingga, kericuhannya yang

justru sering disorot dan digembor-gemborkan. Media yang fokus menyorot pada kericuhan saat aksi, membuat demonstrasi menjadi tontonan publik. Dengan begitu, masyarakat jadi lupa esensi dari tuntutan para demonstran. Banyak cara untuk mengemukan pendapat baik secara lisan mau pun tulisan. Jika para demonstran aksi langsung turun ke jalan sebagai bentuk ekspresi mereka dalam menyuarakan pendapat. Maka, Teknokra memiliki caranya sendiri untuk berekspresi yakni melalui tulisan-tulisan yang dimuat. Sebagai jurnalis yang mengabarkan informasi, teknokra harus tetap

bersikap independen serta harus memihak kepada kebenaran dalam tiap berita yang dimuat. Kami kembali menyapa kalian dengan Tabloid edisi 162. Kami sajikan informasi permasalahan perkuliahan daring yang sudah berlangsung hampir dua semester. Selain itu, terdapat wawancara khusus yang membahas UU Cipta Kerja. Dari pojok PKM tiada hentinya kami mengajak pembaca agar tetap berani kritis. Supaya dalam keadaan yang selalu berubah-ubah tanpa bisa diprediksi ini ,kita tetap bisa bertahan. Tetap Berpikir Merdeka!=

KYAY JAMO ADIEN

Ide dan Desain: Azhar Azkiya dan Dhea Putri Utami

PEMIMPIN UMUM Chairul Rahman Arif PEMIMPIN REDAKSI Mitha Setiani Asih REDAKTUR DALAM JARINGAN Sri Ayu Indah Mawarni REDAKTUR BERITA Andre Prasetyo Nugroho REDAKTUR ARTISTIK Dhea Putri Utami EDITOR Yesi Sarika, Eka Oktaviana FOTOGRAFER Aghnia Nur Anisa, M. Faizzi Ardhitara STAF ARTISTIK Azhar Azkiya, Ihwana Haulan REPORTER Rahel Azzahra PEMIMPIN USAHA Fahimah Andini MANAJER OPERASIONAL Anissa Diah Pertiwi STAF IKLAN DAN PEMASARAN Rahel Azzahra STAF KEUANGAN Azhar Azkiya KEPALA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Ria Shinta Maya STAF PUSLITBANG Annisa Diah Pertiwi, M. Faizzi Ardhitara KEPALA KESEKRETARIATAN Chairul Rahman Arif STAF KESEKRETARIATAN Yesi Sarika, Aghnia Nur Anissa MAGANG Sofia N., Maria C., Galih P. W.,Henny M., Yolla A.P., Shofy A.A., Fajar H.J., Sandra P., Buliano A. B., Rizki A., Ridho D.S., Armanda A. A., Farid R., Pratiwi D. L., Diah P.,Silvia A., Adji A., Ahmad F., Ridho E., Shinta A.

MAJALAH TEKNOKRA diterbitkan oleh Unit Kegiatan Penebitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra Universitas Lampung. Alamat : Gerha Kemahasiswaan Lt.1 Jl. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung 3541 Email : teknokratv@gmail.com Website : www. teknokra.com Telp : (0721) 778717

Ilustrasi: Ridho Dwi Saputra

PELINDUNG Prof. Dr. Karomani, M.Si. PENASEHAT Prof. Dr. Yulianto, M.Si., Hero Satrian Arif, S.E., M.H. DEWAN PEMBINA Dr. M. Thoha B. Sampurna Jaya, M.S. ANGGOTA DEWAN PEMBINA Prof. Dr. Muhajir Utomo, M.Sc., Dr. Eddy Riva’i SH.,Prof. Dr. Yuswanto, SH., M.Hum., Dr. Maulana Mukhlis, S.Sos., M.IP., Asrian Hendi Caya, SE., ME., Dr. Yoke Moelgini, M.Si., Irsan Dalimunte, SE., M.Si., MA., Dr. Dedy Hermawan, S.Sos., M.Si., Dr. H. Sulton Djasmi, M.Si., Syafaruddin, S.Sos. MA., Toni Wijaya, S.Sos., MA.s.


No. 162 XX Bulanan Edisi November 2020

KAMPUS IKAM

Aksi Tolak Omnibus Law, Diwarnai Tindakan Represif

3

Oleh: Andre Prasetya Nugroho

lasikan kebijakan yang merugikan rakyat, dan pada hari ini mahasiswa berkumpul untuk menggagalkan apa yang pemerintah sahkan,” katanya. Yozi Rizal, Ketua Komisi I menuturkan DPRD Provinsi Lampung tidak punya wewenang untuk membatalkan Omnibus Law. “Tidak bisa, kita nggak punya kekuatan untuk itu (membatalkan), paling kalau mau kita sama-sama kesana kepung istana negara baru bisa,” jelasnya. Aksi Diwarnai Tindakan Represif Aparat Berdasarkan pantauan reporter teknokra, sekitar pukul 16.00 WIB, masa aksi melempari gedung DPRD Provinsi Lampung. Aparat Kepolisian menggunakan water canon guna membubarkan aksi tersebut. Selain itu, aparat juga menembaki masa aksi dengan gas air mata. Kodri Ubaidillah selaku Kepala Divisi Advokasi Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandar Lampung mengatakan ada 16 orang yang menjadi korban luka-luka dalam aksi tolak Omnibus law.

“Dari 16 orang tersebut, 6 orang diduga terluka karena tindakan represif dari kepolisian,” katanya. Kodri menambahkan masih ada 19 orang yang ditangkap dan ditahan oleh pihak kepolisian. “Yang baru kedata ada 19 dari pelajar maupun mahasiswa.

Namun belum bisa bertemu dengan mereka oleh pihak kepolisian dengan alasan yang tidak saya tahu,”jelasnya. Tim advokasi LBH Bandar Lampung sudah meminta alasan peserta aksi yang ditangkap dan ditahan sejak kemarin. Namun, tidak ada jawaban dari pihak kepolisian.

“Jadi kita kesulitan mendapat informasi, kita berbicara tentang hak orang, kenapa orang bisa ditangkap dalam menyampaikan pendapat itu menjadi problematika kami,” tambahnya=

Oleh: M. Faizzi Ardhitara

Unila-tek: “Buruh, tani, mahasiwa, rakyat miskin kota Bersatu padu tuntut perubahan Bersatu tekad dalam satu suara Demi tugas suci yang mulia” Terdengar sorak sorai ribuan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Lampung Memanggil menyanyikan lagu Buruh Tani di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) provinsi Lampung (07/10). Mereka menuntut DPR RI mencabut Omnibus Law UU Cipta Kerja yang disahkan pada senin lalu, (05/10). Koordinator Lapangan Aliansi Lampung Memanggil, Irfan Fauzi Rahman (Ilmu Pemerintahan ‘16) mengatakan memilih DPRD provinsi Lampung menjadi tempat aksi, sebab DPRD merupakan representasi rakyat Lampung. Selain itu, aksi ini bukan salah satu ajang untuk memberikan panggung kepada salah satu partai politik. Melainkan, gerakan murni yang diinisiasi mahasiswa. “Pemerintah juga berkumpul, berkumpul untuk memformu-

Terbengkalai. Banyak food court terbengkalai dan rusak. Hal ini diakibatkan tidak terpakai selama pagebluk Covid-19, (15/10).

Pembangunan Graha Baru Tertunda Oleh : Fahimah Andini

Unila-tek: Universitas Lampung memiliki 41 Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) tingkat universitas. Namun, tidak semua UKM memiliki fasilitas sekretariat. Gedung Graha Kemahasiswaan hanya menampung sebanyak 17 UKM yaitu, Mapala, Pramuka, PSM, DPM, Menwa, Hindu, Budha, Zoom, Kristen, Penelitian, KSR PMI, Koin, Eso, BEM, UKMBS, Rakanila dan Teknokra. Sementara UKM lainnya menempati sekret yang terpencar. Sebagian UKM menempati ruangan yang ada di Gedung Serba Guna (GSG) dan Rusunawa Unila . Ketua Umum UKM PSHT, Arasyid Fatmi (Hukum’16) mengatakan ketiadaan sekret cukup membuat PSHT kewalahan karena prestasi yang mereka peroleh seperti medali dan piala tidak ada tempat untuk menyimpan barang-barang tersebut. “Agar memiliki rumah untuk berkumpul, tempat menyim-

pan mendali dan piala yang diperoleh setiap tahunnya karena sampai saat ini barang-barang kami itu masih kocar-kacir. Resiko hilang pasti lebih besar, lalu piala rusak itu positif karena sering berpindah tangan untuk orang yang menyimpan, kami UKM PSHT benar-benar membutuhkan sekret,” ujarnya. Saat ini UKM PSHT sedang meminta bantuan kepada pihak Unila untuk bisa dibangun sekretariat yang tetap. Anggota PSHT juga sudah membuat pengajuan proposal untuk pembangunan sekret tetapi proposal tersebut ditolak dan meminta untuk diperbaiki kembali. “Kami coba masukin proposal pengajuan sekretariat. Tetapi, masih ditolak dengan alasan masih ada sedikit kesalahan dalam penulisan,” kata Arasyid. Arasyid menambahkan jika pihak rektorat mengatakan tidak ada ruangan yang kosong. Dirinya dan anggota PSHT su-

dah tahu terdapat lima lokasi ruangan kosong yang tidak digunakan. “Maka serahkan ke kami biar kami yang rawat,” katanya. Menanggapi rencana pembangunan sekretariat baru UKM. Syahrul Gunawan (Teknik Elektro’16), Ketua Umum KSR PMI (Korp Sukarela Palang Merah Indonesia), mengatakan bahwa pembangunan sekret yang baru bisa disesuaikan dengan kebutuhan UKM tersebut. Dia menjelaskan dari KSR PMI sendiri memiliki peralatan yang dibilang cukup banyak dan besar, seperti tenda lapangan, dan alat kebencanaan lainnya yang memang itu butuh ruang yang cukup luas. “Disamping itu kita juga ada ruang donor darah yang mana memang khusus digunakan saat donor darah. Jadi, kalau misalkan jadi pindah harus sesuai dengan kebutuhan,” kata Syahrul. Hal senada juga disampaikan

oleh Robby Aslam (D3 Keuangan dan Perbankan’17), Ketua UKMBS, mengatakan dirinya berharap saat membuat rancangan pembangunan sekretariat baru tetap mementingkan kebutuhan UKM. “Mulai dari fasilitasnya, termasuk ukuran ruangan sekertariat, karena memang kebutuhan tiap UKM berbeda-beda kan,” ujarnya. Rencana pembangunan sekretariat baru sudah dicanangkan sejak tahun lalu oleh Prof. Karomani yang pada saat itu masih menjabat sebagai Wakil Rektor Kemahasiswaan dan Alumni. Tujuan pembangunan sekretariat tersebut adalah untuk mengumpulkan UKM Universitas Lampung dalam satu gedung sehingga tidak terpencar dan menjadi pusat kegiatan kemahasiswaan. Namun, sampai saat ini pembangunan sekretariat UKM yang direncanakan akan dibangun di lokasi depan Bank BNI Unila ini belum terealisasikan.

Prof. Yulianto, Wakil Rektor Kemahasiswaan dan Alumni menjelaskan belum adanya dana yang cukup untuk membangun merupakan kendala yang dihadapi. “Kita juga tersandera dengan dana. Dana yang mau dikasih pemerintah, mana, janjinya juga belum turun. Apalagi lagi Covid-19 ini, rencana pembangunan diubah semua termasuk anggaran juga untuk mengantisipasi Covid-19,” katanya. Prof. Yulianto juga mengatakan bahwa pembangunan sekretariat baru untuk UKM akan terus diusahakan meskipun belum terealisasikan ditahun ini karena itu merupakan salah satu komitmen Rektor Universitas Lampung, Prof. Karomani. “Dia ingat waktu masih jadi WR III sudah direncanakan, saatnya untuk memenuhi komitmennya itu,” ujarnya=


4

No. 162 XX Bulanan Edisi November 2020

KAMPUS IKAM

Meski Pandemi, Assets Tetap Adakan Desa Binaan Oleh: Andre Prasetyo Nugroho

Oleh: M. Faizzi Ardhitara

Jalur sepeda. Universitas Lampung (Unila) menyediakan jalur sepeda. Jalur sepeda ini berjarak sepanjang dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sampai Perpustakaan Unila, (15/10).

Kebocoran Data Sensitif Makin Masif, Ancam Kerja Jurnalis Oleh: Annisa Diah Pertiwi

Unila-tek: Kebocoran data di era digital seperti sekarang ini sangatlah masif. hal tersebut tidak hanya terjadi pada sektor swasta namun juga sektor publik. Pernyataan itu disampaikan oleh Peneliti ELSAM (Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat), Shevierra Danmadiyah dalam diskusi yang diadakan ELSAM bersama Teknokra pada Jumat (9/10). Diskusi yang disiarkan lewat kanal youtube Perkumpulan ELSAM dengan tajuk “Konsep Keamanan Digital bagi Media” ini mengupas tuntas tentang protokol keamanan digital termasuk keamanan bagi jurnalis. “Perlindungan yang lebih sangat dibutuhkan, terutama untuk data-data pribadi yang sensitif,” ungkapnya. Shevierra menjelaskan bahwa keamanan digital bagi jurnalis saat meliput isu sensitif dapat

dilakukan dengan menggunakan aplikasi pesan yang aman, rajin mencadangkan dan menghapus data di ponsel, menyalakan fitur privasi dua langkah, serta hal yang paling sederhana yaitu dengan membuat password yang tidak mudah diidentifikasi,. “Sebelum mengunggah konten di sosial media, mungkin bisa dicek lagi apakah isu yang diangkat tersebut dapat membahayakan keselamatan diri sendiri maupun orang lain,” jelasnya. Dian Wahyu Kusuma selaku Sekretaris AJI (Aliansi Jurnalis Independen) Bandarlampung mengatakan bahwa keamanan digital diibaratkan sebagai ‘pagar rumah’ yang harusnya dapat menjaga area privasi. Sebuah media memiliki sistematika tersendiri untuk mengamankan data narasumber dan hasil wawancara terutama

liputan mengenai isu sensitif. “Metode paling aman yaitu saat melakukan liputan jangan sampai kita menyalakan lokasi. Hal itu bertujuan untuk mengamankan narasumber dari serangan.” Ia pun menambahkan jurnalis dan teknologi digital sudah sangat berkaitan dengan erat. Maka dari itu, seorang jurnalis juga harus sadar akan pentingnya menjaga keamanan digital. Jurnalis pun harus memahami bagaimana pola-pola serangan digital yang sekarang marak terjadi sehingga menimbulkan sikap waspada. “Jangan mudah percaya dengan aplikasi yang ada diperangkat kita. Jangan juga sembarangan membuka e-mail yang masuk. karena kita tidak pernah tahu siapa pengirim di balik pesan tersebut,” pungkasnya=

Kenapa masih ada yang belum mendapatkan bantuan kuota PJJ? Padahal saya sudah mengikuti langkah” sesuai prosedur untuk melakukan pembaruan data nomor ponsel di Siakadu. Ahmad fauzan_Hubungan Internasional_2019 Selama perkuliahan daring banyak dosen yang memberikan tugas lebih banyak dari perkuliahan tatap muka dan dengan perkuliahan daring di rumah, kita seperti menyatukan 2 “kehidupan” sekaligus, tapi tidak sedikit dosen yg berpikir. Seolah- olah mahasiswa hanya memikirkan perkuliahan, sedangkan kenyataannya kesibukan di rumah juga tidak bisa ditinggalkan. Yudha Leo Fransisco_Hubungan Internasional_2018 Sampaikan keluahanmu lewat pesan whatsapp/Sms dengan format Nama_Jurusan_ Angkatan_komentarmu. Kirim ke 085771829609 (Mitha) atau 0895620690306 (Andre). Tanggapan akan dimuat dalam tabloid edisi selanjutnya

Alamat : Gerha Kemahasiswaan Lt.1 Jl. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung 3541 Email : teknokratv@gmail.com Website : www.teknokra.com Telp : (0721) 778717

FKIP-tek: Association of Economic Education (Assets) Universitas Lampung (Unila) adakan desa binaan (desbin) di tengah pandemi Covid-19. Desbin diadakan di Desa Purwosari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada Sabtu (03/10). Kegiatan yang dilakukan pada desbin kali ini yaitu seminar dan melakukan penyemprotan desinfektan. Bayu Prasetio (Pend.Ekonomi ’17) selaku Ketua Umum Assets Unila mengungkapkan kegiatan yang dilakukan hanya dalam waktu 1 hari dikarenakan pandemi Covid-19. Dengan begitu, Assets Unila harus merombak konsep dari semula. ”Kegiatan yang kami lakukan pada pagi hari yakni 2 seminar, dilanjutkan pemberian sembako kepada warga desa purwosari, dan siang harinya melakukan penyemprotan ke rumah warga, ada sekitar 140 rumah warga yang kami semprot menggunakan desinfektan,” jelasnya Dari kegiatan ini ia berharap meskipun dalam pandemi Covid-19 dapat bermanfaat dan selalu mewujudkan tri darma perguruan tinggi negeri yaitu mengabdi kepada masyarakat. Sugito (56) merasa senang adanya kegiatan desbin ini, menurutnya sangat membantu masyarakat di tengah pandemi.”Kalo bisa tahun depan diadain lagi oleh adik-adik mahasiswanya,”tuturnya=

Saintek Unila Selenggarakan Saintek Expo 2020

Oleh: Diah Prastiwi Unila-tek: Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Sains dan Teknologi Universitas Lampung (Unila) gelar Saintek Expo 2020 (30/10). Acara ini dibagi dua kategori, yaitu National Essay Competition (NEC), Young National Competition (YNC). Untuk NEC diperuntukkan bagi mahasiswa sedangkan YNC untuk siswa. Presiden Saintek, Bambang Catur Pambudi (Akuntansi ‘17) mengatakan Saintek Expo kali ini ada dua kategori lomba. “Ada beberapa rangkaian kegiatan. Untuk tahun ini ada dua kegiatan yaitu lomba essay nasional (tingkat mahasiswa dan siswa) dan webinar,” katanya. Ia juga menjelaskan dua poin tujuan diadakannya kegiatan ini. Pertama, untuk memberikan wadah pemuda Indonesia berkreasi dalam memacu lahirnya gagasan baru yang unik dan inovatif. Kedua, sebagai sarana dalam meningkatkan keterampilan serta kreativitas pemuda. Ketua pelaksana Ikhsan Indrawan (Kimia ‘18) mengungkapkan Saintek Expo ini sudah diadakan sejak tahun lalu. Persyaratan untuk siswa dibuktikan dengan mengirimkan scan Kartu Pelajar, dan untuk mahasiswa dibuktikan dengan mengirimkan scan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM). “Ini adalah kegiatan tahunan yang diadakan saintek untuk mengadakan lomba pada tingkat nasional,” ungkapnya=

Tebar Semangat Kebangsaan, Fordika Gelar Olimpiade Oleh: Sandra Puspita FKIP-tek: Forum Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (Fordika) kembali adakan Olimpiade PPKN (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) Nasional. Olimpiade ini merupakan agenda tahunan program studi PPKN. Berbeda dengan tahun sebelumnya, olimpiade tahun ini terpaksa diselenggarakan secara online akibat adanya pandemi Covid-19. Ahmad Rifai (PPKN’17) selaku Ketua Pelaksana olimpiade PPKN 2020 mengatakan bahwa tetap diadakannya olimpiade di masa pandemi seperti ini merupakan inisiatif dari program studi PPKN bersama Fordika dan Jajaran panitia. “Kita mengusung tema Mengukuhkan Semangat Kebangsaan di Era Adaptasi Kebiasaan Baru.” Menanggapi hal tersebut, Ahman Tosy Hartono (PPKN’17), Ketua Umum Fordika mengatakan bahwa mengadakan Olimpiade PPKN 2020 di tengah situasi pandemi memaksa panitia untuk mengubah skema agenda mulai dari awal lagi. “Pada Olimpiade PPKN tahun ini mau tidak mau dan suka tidak suka rancangan yang sudah dibuat secara offline tiba tiba harus terkubur dengan adanya Covid-19. Sehingga merubah skema agenda menjadi secara Online,” ungkapnya=


WANSUS

No. 162 XX Bulanan Edisi November 2020

5

Omnibus Law, Undang-Undang Sapu Jagat Foto: Dok.

oleh : Mitha Setiani Asih

L

embaga Bantuan Hukum (LBH) Bandarlampung ikut dalam aksi tolak Omnibus Law UU Cipta Kerja pada 7-8 Oktober 2020. Chandra Muliawan, Direktur LBH Bandarlampung menuturkan akan terus mengawal aksi Omnibus Law UU Cipta Kerja. Dengan begitu, LBH Bandarlampung menyediakan tim advokasi guna mendampingi massa aksi yang mengalami tindakan represi. Kepada reporter teknokra, Mitha Setiani Asih, Chandra menjelaskan pengertian Omnibus Law UU Cipta Kerja, kelompok yang dirugikan, hingga cara sebuah UU tidak bisa berlaku. Wawancara dilakukan di Kantor LBH Bandarlampung, Gedong Air, Kecamatan Tanjung Karang Barat, Kota Bandar Lampung (13/10). Apa itu Omnibus Law Undang-Undang (UU) Cipta Kerja? Omnibus Law itu adalah konsep atau teknik menyusun undang-undang. Kalau diterjemahkan bebas ialah undang-undang sapu jagat. Undang-Undang satu lahir mencabut undang-undang lain. Kemudian, dirangkum dalam satu undang-undang. Konteks Omnibus Law yang ada di Indonesia, yang pertama kali yaitu UU Cipta Kerja. Sehingga, Omnibus Law memiliki sejumlah kluster: klaster perizinan, klaster ketenagakerjaan, klaster kesehatan, klaster lingkungan/tanah, klaster kehutanan, klaster pendidikan, klaster perburuhan dan klaster ketenagakerjaan. Sampai saat ini, saya belum bisa memvalidasi klaster-klaster apa yang tetap ada dalam UU yang disahkan kemarin (Senin, 05/10/2020). Secara kolektif kolegial LBH Bandarlampung akan melakukan analisis Omnibus Law UU Cipta Kerja. Namun, kita belum bisa membuat analisanya. Sebab, belum ada UU yang official. Bahkan, yang beredar di media, kertas yang disahkan merupakan kertas kosong. Hal itu, berbahaya. Dengan begitu, hal ini menyulut kemarahan publik. Siapa yang dirugikan dengan adanya Omnibus Law UU Cipta Kerja? Syarat bedirinya sebuah negara ada wilayah, rakyat dan pemerintahan. Kita berangkat dari yang abstrak seperti itu. Lalu, kita buat sesuatu yang konkret. Dari perspektif ekologis, lingkungan merupakan anugrah yang tidak bisa diciptakan manusia. Seperti, laut, gunung, dan hutan. Semua itu, terancam

dirugikan, meskipun lingkungan tidak punya kepentingan. Lingkungan tidak mempunyai kepentingan untuk dirinya sendiri. Namun, kerusakan lingkungan merugikan bagi yang hidup berdampingan dengan lingkungan: tumbuhan, hewan, dan manusia. Kemudian, yang mengatur wilayah dan rakyat adalah pemerintah. Sehingga, yang dirugikan rakyat. Siapa yang diuntungkan adanya Omnibus Law UU Cipta Kerja? Pembuat UU ini adalah pemerintah. Pertanyaanya kita kembalikan. Pemerintah membuat UU tersebut untuk siapa? Apakah itu betul untuk rakyat dan pro pada ekologi? Atau ada kepentingan apa di luar kepentingan membangun negara? Kemudian, Bagaimana dengan klarifikasi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) di akun media sosial yang menjelaskan hoaks yang beredar tentang pembahasan UU Cipta Kerja? Akun media sosial DPR RI mengeluarkan 12 hoaks tentang UU Cipta Kerja. Hanya satu kluster saja yang dibahas, ketenagakerjaan. Postingan tersebut hanya membahas upah minimum, masa kerja, menjadi pegawai kontrak seumur hidup. Semua itu kebohongan. LBH Bandarlampung periksa satusatu kontra narasi milik pemerintah. Misalnya, Perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT). Pada BAB IV: KETENAGAKERJAAN – pasal 89 tentang perubahan terhadap pasal 56 UU 13 Tahun 2003 menyatakan status karyawan tetap masih ada.

Hal itu benar diakui dalam UU Cipta Kerja. Tetapi, baca pasal selanjutnya dan pasal sebelumnya. Di pasal selanjutnya, yang disebut dengan pekerjaan waktu tertentu yang pekerja digantungkan dua hal, waktu dan jenis pekerjaan. Saya tidak tahu yang saya baca ini official atau tidak. Tetapi ini UU yang saya terima dan saya baca. Pada pasal selanjutnya, PKWTT itu tidak ada batas waktunya. Selain itu, UU 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan jelas diatur. Jika pekerjaan digantungkan terhadap waktu, masa kerja boleh dua tahun. Kemudian, jika pekerjaan digantungkan dalam proses pekerjaanya atau tingkat kerumitan, masa kerjanya tiga tahun. UU Cipta Kerja tidak mengatur hal tersebut. Hal tersebut harusnya dalam hirearki UU lebih tinggi diatur dalam UU Cipta Kerja.Namun, hal tersebut dalam UU Cipta Kerja di downgrade. Semua itu akan diatur selanjutnya oleh peraturan pemerintah. Peraturan pemerintah (PP) ini tidak perlu persetujuan DPR RI. Sehingga, jenis dan waktu pekerjaan diatur dalam PP. Dengan begitu, bisa membantah pernyataan pemerintah bahwa Omnibus Law UU Cipta Kerja ini penyederhanaan UU. Justru hal ini menambah kerumitan. Setidaknya ada 500 peraturan turunan dari UU Cipta Kerja. Hal ini menjadikan konsep Omnibus Law bubar. Bagaimana tanggapannya terkait pernyataan Pemerintah yang menyatakan belum ada UU Cipta Kerja yang disebarluaskan di publik? Itu cacat formal. Sebuah peraturan perundangan disahkan

melalui rapat paripurna. Artinya, melebihi kesempurnaan. Maka, UU ini cacat secara formal. Dengan begitu, UU Cipta Kerja ini tidak konstitusional. Kita sudah cari UU Cipta Kerja yang final. Tetapi, tidak ada UU Cipta Kerja yang dibahas pada 5 Oktober 2020. Sekarang kita bayangkan, ketika UU diparipurnakan tidak bisa merubahan dengan tukar tambah pasal. Sebab, subtansinya sudah selesai. Sampai saat ini, kita tidak bisa validasi UU tersebut berubah atau tidak. UU Cipta Kerja yang dibahas dan yang disahkan yang mana? Bagaimana seharusnya UU yang sudah final? Apakah bisa diakses oleh publik? Akses publik terhadap penyusunan perundang-undangan bukan menunggu UU final atau tidak final. Sejauh sebelum itu, masyarakat sudah menolak untuk membahas UU Cipta Kerja. Akses masyarakat hanya simbolis, dianggap pemerintah sudah mengakomodir masukan-masukan publik. Apakah masukan-masukan dari kawankawan petani dan buruh diikutsertakan? Bagaiamana seharusnya pembuatan UU yang melibatkan partisipasi masyarakat? Pertama, secara teknik penyusunan berawal dari naskah akademik. Berdasarkan naskah akademik itu lahir draf. Setelah lahirnya draf, masyarakat harus tahu isi draf tersebut. Sebab, masyarakat yang akan terikat dengan UU tersebut. Maka, akses publik dibuka dari itu. Ada yang namanya uji publik, rapat dengan pendapat, hearing. Namun, hal itu tidak dibuka. Diperparah, kondisi in-

donesia yang sedang pandemi. Tidak salah jika ada masyarakat yang bilang UU Cipta Kerja ini dibahas diam-diam dan banyak selundupannya. Bagaimana mekanisme sebuah UU bisa dicabut? Secara teori UU bisa dicabut karena dua hal. Pertama cara formal, melalui proses-proses pengujian di Mahkamah Konstitusi (MK). Namun, hal ini bukan satu-satunya. Kedua, melalui kebijakan yang melekat pada pemegang kekuasaan. Contohnya UU 25 Tahun 1997 Tentang Ketenagakerjaan. UU ini tidak pernah diberlakukan. Cara yang dilakukan melalui cara politik, yaitu keberpihakan dan keinginan pemegang kekuasaan. Selain itu, ada cara lain yaitu dengan pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu). Perpu ini berisi tentang menolak mengesahkan UU tersebut. Tetapi, perlu diingat mungkinkah pemerintah mengeluarkan Perpu tersebut dalam kasus UU Cipta Kerja? Saya tidak yakin, sebab UU ini inisiatif Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Ia adalah orang yang pertama kali menyatakan akan mengusulkan Omnibus Law UU Cipta Kerja. Secara eksistensinya sebagai presiden, tetapi pada saat yang sama ia harus membatalkan UU tersebut. Karena desakan dari masyarakat melalui aksi panjang di setiap daerah-daerah. Aksi ini merupakan respon rakyat terhadap kebijakan pemerintah. Hal ini harus diakomodir dan didengarkan. Sehingga, batalkan UU itu=


6

No. 162 XX Bulanan Edisi November 2020

REPORTASE khusus

SERVER MEMBELUDAK

KULIAH TERSENDAT Oleh: Dhea Putri Utami dan Ahmad Fariz

“Media perkuliahan daring milik Unila masih ketinggalan zaman. Pasalnya di era digitalisasi ini Vclass Unila masih menggunakan server yang lama.”

K

elas mata kuliah Strategi Pembelajaran tertunda sekitar satu jam di tengah perkuliahan. Meski sudah berulang kali website disegarkan, tetapi tidak membuahkan hasil. Hal ini dikarenakan server Vclass Unila down. Cerita ini milik Nur Afifah (Pendidikan Sejarah ’18), pengguna Vclass Unila sejak memulai perkuliahan di semester ganjil 2020/2021. “Kalau kayak gini kan kita sebagai mahasiswa yang mengakses dan melakukan kegiatan perkuliahan dalam room bingung. Dosen enak tinggal mantau doang. Kita mahasiswa yang terjun langsung pusing lihat tulisan-tulisan panjang,” paparnya. Hal yang sama juga dialami Bunga Shinta Nabilla (Teknik Sipil ’18). Selain server yang sering down, Vclass Unila dirasa terlalu banyak tampilan menu. “Menurut saya juga ribet banget. Dosen juga masih menyesuaikan karena mereka juga gak bisa memakai (Vclass Unila) ternyata,” ujarnya.

Unila, tetapi hasilnya seperti itu, belum mendapatkan regulasi jelas. Perkuliahan daring semester kemarin menjadi belum jelas,” tuturnya. Kemudian hasil diskusi ini dibuat kajian sebagai bukti bentuk keresahan mahasiswa. Hasil diskusi tersebut diserahkan ke Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama, Sunyono. Sayangnya, pihak fakultas tidak bisa memberikan kebijakan. Sebab, tetap dibutuhkan Surat Keputusan (SK) yang keluar dari rektorat. “Kenyataanya rektorat belum memberikan regulasi yang jelas. Kami sudah melakukan

audiensi secara daring maupun tatap muka, tetapi regulasi yang jelas belum kunjung ada dari pihak rektorat. Padahal kami sudah melakukan follow up ke rektorat juga,” kata Eko. Kesulitan perkuliahan daring juga dialami di Fakultas Hukum (FH). M. Farrel Ferdiansyah, Pelaksana Tugas (PLT) Gubernur BEM FH menuturkan masih banyak kendala teknis selama perkuliahan daring, seperti distribusi bantuan kuota. Lalu, jangkauan sinyal yang sulit bagi mahasiswa yang bertempat tinggal di pedalaman. Menurutnya, masih banyak dosen yang memberikan terlalu

banyak tugas selama perkuliahan daring semester lalu. Selain itu, terdapat dosen yang kurang optimal menggunakan aplikasi yang berkembang pesat. “Harapanya Unila lebih mengoptimalkan lagi aplikasi yang belum bisa di akses melalui iOS. Secepatnya mengadakan kuliah tatap muka, dikarenakan Bandarlampung bukan lagi menjadi zona merah,” tutur Farrel. Fernando (Teknik Mesin’17), Gubernur BEM Fakultas Teknik (FT) mengatakan perkuliahan semester lalu menjadi uji coba perkuliahan daring. Namun, Unila belum memiliki aplikasi khusus yang disiapkan untuk

perkuliahan daring. Selain itu, dosen dan mahasiswa juga tidak diberikan pelatihan untuk kuliah daring. “Menurut saya perlu adanya regulasi. Karena regulasi ini dapat berisi mengenai perkuliahan yang memiliki standarisasi seperti ketetapan tugas, absen, dan lain-lain. Lalu, dibutuhkan kegiatan tatap muka. Karena selama ini dosen hanya memberikan tugas-tugas melalui Wa (Whatsapp) saja,” kata Fernando. Ia juga menceritakan BEM FT sudah menjaring aspirasi mahasiswa pada bulan Juni lalu. Jaring aspirasi tersebut, BEM

Keresahan mahasiswa terkait perkuliahan daring ini terdengar sampai ke telinga Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung (Unila). Eko Wiyanto (Pendidikan Fisika’17), Gubernur BEM FKIP menuturkan regulasi penerapan kuliah daring belum maksimal pada semester lalu. Selain server Vclass Unila yang sering kali down, perkuliahan daring semester lalu terkadang menyalahi jadwal perkuliahan. Keresahan dan permasalahan yang timbul di semester lalu, membuat BEM FKIP melakukan diskusi dengan mahasiswa FKIP yang diwakili oleh ketua angkatan secara daring. “Kita sudah melakukan audiensi juga dan melakukan dialog dengan seluruh BEM di

Ilustrasi : Ihwana Haulan

BEM Fakultas Jaring Aspirasi


No. 162 XX Bulanan Edisi November 2020

FT diskusikan bersama pihak Dekanat FT guna mengevaluasi perkuliahan daring. “Sekarang sudah terlihat perkembangan dari apa yang telah didiskusikan dengan dekanat. Seperti kegiatan perkuliahan yang menggunakan aplikasi Zoom, dan juga ditetapkannya tata tertib kuliah daring seperti pakaian rapi dan kesiapan,” ucap Fernando. Havist Prayoga (Kehutanan’15), Gubernur BEM Fakultas Pertanian (FP) mendukung perkuliahan daring diterapkan selama pandemi Covid 19. Meskipun, hasilnya tidak memuaskan. “Adanya regulasi itu merupakan hal yang sangat perlu untuk menjadi suatu dasar. Agar dapat mengetahui kendala-kendala yang ada pada saat perkuliahan terjadi. Kemudian, untuk satu aplikasi tersendiri sangat perlu digunakan karena untuk mengatur jalannya perkuliahan agar tetap tekontrol,” jelas Havist. Ia menambahkan selama perkuliahan daring BEM FP mengupayakan bantuan kuota internet untuk mahasiswa FP. Sebab, banyak mahasiswa yang terkendala masalah jaringan internet dan biaya kuota internet yang terpakai selama kuliah daring. Kuliah Daring Butuh Satu Ruang Aplikasi Thoha B Sampoerna Jaya, Dosen Pendidikan Geografi, mengatakan perkuliahan daring membutuhkan satu ruang aplikasi. Hal ini agar perkuliahan dapat terkontrol dan tidak ada penyelewengan. Menurutnya, Unila harus siap menghadapi perkuliahan daring dari segi regulasi dan fasilitas. Karena, masih ada penyelewengan jadwal perkuliahan. “Kalau mereka (dosen dan mahasiswa) tidak menggunakan aplikasi yang disediakan oleh universitas. Konsekuensinya kan tidak terpantau, tetapi kalau mereka tidak melakukan itu proses pembelajaran tidak akan jalan. Maka, diminta sebagian dosen harus menggunakan Siakadu dan Vclass Unila agar terpantau dan terkait dengan remunisasi,” paparnya. Namun, server infrastruktur teknologi yang ada: Vclass Unila dan Siakadu Unila sering mengalami server down. “Semua secara bersamaan menggunakan aplikasi, yang mengacu pada Siakadu Unila itu akan membuat lemotnya internet yang kita miliki.” Hal yang sama juga diungkapkan Dr. Eng. Admi Syarif, dosen Ilmu Komputer Fakultas

7

REPORTASE khusus Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Menurutnya, perkuliahan daring akan lebih efektif bila terstruktur di satu ruang aplikasi. “Mungkin lebih efisien kalau perkuliahan bisa dikordinir dalam satu layanan terpadu. Sehingga, mudah dikontrol, mudah diakses, dan dapat dilakukan penilaian terhadap kinerja dosen-dosen,” jelasnya. Selain itu, perlu adanya penambahan kemampuan dosen dan mahasiswa menggunakan aplikasi. ketika infrastruktur dipersiapkan, sumber daya manusia juga turut dipersiapkan dengan baik. Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) perlu melakukan sosialisasi terhadap pengguna infrastruktur. “Jangan sampai dosen-dosen masih ada yang tidak bisa pakai. Sosialisasi yang menurut saya lebih penting. Karena, memang ada dosen yang belum bisa diajak menggunakan teknologi terlalu tinggi,” tuturnya. Pengguna Membludak, Server Down Muhammad Komarudin, Ketua Unit Pelaksana Teknis (UPT) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Universitas Lampung (Unila) menjelaskan bahwa Vclass Unila merupakan Learning Management System. Pembelajaran dilakukan secara terpadu menggunakan suatu aplikasi yang masuk ke organisasi nirlaba. Kemudian, terbentuk suatu aplikasi open source. Sehingga, setiap orang di dunia dapat berkontribusi dalam meningkatkan layanannya. Unila sendiri menggunakan aplikasi tersebut dengan nama Vclass Unila. Ia menuturkan Vclass Unila ini berada di server yang sudah dibuat sejak tahun 2013. Lalu, Vclass Unila pindah server pada tahun 2016. “Server tersebut sudah berusia enam tahun. Dulunya tidak ada masalah karena yang menggunakan 20% dosen saja.” Menurutnya, penggunaan vclass unila membludak di bulan Maret lalu, ketika awal terjadinya pandemi Covid 19. Vclass unila menjadi salah satu alternatif dalam proses pembelajaran daring. ”Lebih dari satu juta pengakses pada hari-hari tertentu, karena sifatnya yang belum berkewajiban makanya banyak dosen menggunakan aplikasi lain,” jelasnya. Ia memaparkan Vclass Unila yang seharusnya menjadi kelas daring baru bagi mahasiswa unila belum bisa maksimal. Hal ini dikarenakan, server yang be-

“Lebih dari 1 juta pengakses pada hari-hari tertentu, karena sifatnya yang belum berkewajiban makanya banyak dosen menggunakan aplikasi lain.” Muhammad Komarudin Kepala UPT TIK Universitas Lampung

lum terbaru. Sehingga, seluruh kegiatan perkuliahan daring tidak bisa menggunakan Vclass Unila. “Kalau semua bahan ajar ditaruh di sana. Hal ini memerlukan suatu penyimpanan yang besar termasuk bandwidth. Namun, bisa saja diakali dengan cara menggunakan google drive masing- masing dosen. Bahan ajar tersebut tidak langsung ke Vclass Unila, tetapi ke google drive. Sehingga, tidak membebani jaringan Unila,” paparnya. Vclass Unila Butuh Server Baru Muhammad Komarrudin kembali menjelaskan kemampuan server Vclass Unila perlu ditingkatkan. Salah satunya, dari sisi kemudahan dosen-dosen menggunakan Vclass Unila. Ketika situs tersebut terhubung dengan Siakadu Unila, secara otomatis bisa terhubung juga ke Vclass Unila. Dengan begitu, dosen tidak secara manual memasukan sendiri jadwal. Selain itu, perlunya analisis data yang membuat perkuliahan terasa nyata. Contohnya, dengan mengorganisir mahasiswa yang berada di dalam satu ruang kelas daring. Selanjutnya, Ia mengatakan UPT TIK sudah menganggarkan server baru pada awal perkuliahan semester ganjil 2020/2021. Namun, anggaran tersebut belum terealisasikan. “Sudah pada tahap praperencanaan. Kemudian, dananya sudah dianggarkan dan kami serahkan ke bagian pengadaan barang dan jasa,” katanya. Menurut Ketua UPT TIK ini, penganggaran server baru memerlukan sistem katalog elektronik. Namun, sistem tersebut belum dibuka oleh pusat.

Daring

“Maka, diperlukan terobosan bagaimana pengadaan server yang baru agar cepat terealisasi. Sehingga, dosen dan mahasiswa dapat nyaman dalam menggunakan Vclass Unila.” Suharso, Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerja sama, dan Teknologi Informasi dan Komunikasi menuturkan perencanaan pembelanjaan server baru untuk Vclass Unila memang sudah ada. Namun, terkendala administrasi pembelanjaan. “Kita punya dana pun tidak semudah itu untuk membelanjakan. Lalu, kalau kita mau lelang waktunya tidak cukup dan tidak semudah kita bayangkan,” tuturnya. Menurut Suharso, cara lain untuk membelanjakan server tersebut yaitu belanja di E-Katalog. Sampai saat ini, E-Katalog belum dibuka oleh pemerintah pusat. “Jadi, kita kesulitan untuk membeli barang itu. Ketika, peluang- peluang untuk membelinya tidak bisa kita lakukan.” Ia menambahkan apabila pembelian server vclass tidak terealisasi di tahun ini, akan direalisasikan di tahun depan. Menggunakan anggaran bulan Maret 2021. Dengan begitu, tetap akan dilaksanakan pembaruan. “Tahun depan kita masih punya waktu, berarti ada peluang kita melakukan lelang. Tetapi, melihat kondisi saat ini tidak mungkin juga. Bulan Januari langsung beli, tidak semudah itu. Harus ada penyesuaian kembali dalam perencanaan,” tambahnya. Ada Peraturan Perkuliahan

Wakil Rektor Bidang Akademik, Heryandi mengatakan telah mengevaluasi perkuliahan daring pada semester lalu. Unila telah mempersiapkan kuliah daring bukan hanya selama pandemi Covid-19. Menurut Heryandi, sudah ada peraturan rektor yang mengatur perkuliahan tanpa tatap muka. Peraturan rektor tersebut, mengatur reputasi penilaian dan pendidikan jarak jauh. Ia juga menanggapi dosen yang melakukan perkuliahan di luar mata kuliah. Unila sudah mengeluarkan surat edaran larangan kuliah di malam hari dan tanggal merah. “Saya himbau jika melakukan perkuliahan diluar peraturan yang sudah ditetapkan akan mendapatkan teguran. Asalkan para mahasiswa melaporkan mengenai perkuliahan yang dilakukan di luar jam yang telah ditetapkan. Maka, dosen yang bersangkutan akan mendapatkan teguran dari kami,” ujarnya. Unila Terapkan Adaptasi Baru Heryandi kembali menuturkan Unila sudah menerapkan sistem perkuliahan adaptasi kebiasaan baru. Sehingga, perkuliahan tatap muka bisa dilakukan dengan syarat hanya 30 mahasiswa dalam satu kelas. Selain itu, perkuliahan harus mematuhi protokol kesehatan. “Jika kegiatan perkuliahan yang tidak dapat dihindarkan dalam artian harus benar-benar bertatap muka. Hal ini bisa dilakukan kegiatan tatap muka pada akhir semester, asalkan mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan,” tutur Heryandi=


8

No. 162 XX Bulanan Edisi November 2020

INOVASI

Rabakong Ubah Limbah Batang Singkong

Oleh: Chairul Rahman Arif dan Pratiwi Dwi Lestari

K

eberadaan limbah batang singkong selama ini dirasa mengganggu masyarakat. Selain mengotori lingkungan, limbah batang singkong juga menjadi sarang tikus, ular, serta sarang hama dan penyakit tanaman. Provinsi Lampung sebagai produsen singkong terbesar nasional, menghasilkan banyak limbah batang singkong yang belum banyak dimanfaatkan. Hal tersebut yang melatarbelakangi Sandi Asmara (dosen Teknik Pertanian) menciptakan alat perajang batang singkong (rabakong). Ia mengasumsikan jika dalam satu hektare lahan tertanam 15 ribu bibit singkong. Dengan begitu, terdapat 15 ribu batang singkong yang akan menjadi limbah. “Keberadaan limbah batang singkong selama ini belum dimanfaatkan dengan maksimal,” jelasnya. Menurut Sandi, jika diolah dengan baik, batang singkong tidak hanya sekadar menjadi limbah. Namun, bisa menjadi produk yang memiliki nilai tambah. “Kami mencoba menghadir-

kan alat yang dapat mengecilkan batang singkong itu dalam bentuk serbuk. Alat itu dinamai dengan RABAKONG,” jelas Sandi. Pemanfaatan batang singkong dapat dilakukan ketika bentuknya menjadi serbuk. Batang singkong dapat diolah menjadi pupuk organik, pakan ternak, obat nyamuk, briket bahan bakar, pot organik, papan komposit, dan lain sebagainya. Cara kerja rabakong adalah mekanisme pemarutan. Saat batang singkong diumpankan ke alat ini, tabung pemarut akan bergerak dengan kecepatan putar 1500— 3000 rpm. Kemudian batang singkong akan menjadi serbuk hingga tingkat kehalusan 0,2 cm. Kapasitas alat ini dapat mencapai hingga 200 kilogram serbuk/jam dengan penggunaan bahan bakar 0,5 liter/jam. “Kalau pemarut kelapa yang bergerak kelapanya, kalau rabakong yang bergerak pemarutnya. Alat ini berputar dengan kecepatan tinggi sehingga hal itu yang mempengaruhi kapasitas kerja,” jelas Sandi. Rabakong terdiri dari beberapa komponen. Komponen-kom-

ponen tersebut antara lain kerangka, perajang, pulley dan vanbelt, bantalan blok, motor penggerak, penutup perajang, meja pengumpan, dan wadah pengeluaran. Alat ini sudah memiliki paten sederhana dari Kemenkumham dan Hak Asasi Manusia dengan nomor paten IDS000002295. Rabakong sudah diuji di delapan kabupaten penghasil singkong di provinsi Lampung. Kabupaten tersebut antara lain Lampung Selatan, Lampung Tengah, Lampung Timur, Mesuji, Tulang Bawang, Tulang Bawang Barat, Lampung Utara, dan Way Kanan. Menurut Sandi, kini rabakong tengah menunggu untuk mendapatkan label Standar Nasional Indonesia (SNI). Meskipun begitu, alat ini sudah siap diaplikasikan di masyarakat. Beberapa daerah yang sudah menggunakan alat ini yaitu Lampung Timur, Tulang Bawang, Lampung Tengah, dan Way Kanan. Sandi berharap rabakong dapat digunakan dan bermanfaat bagi petani. Sehingga, petani tidak hanya menghasilkan singkong

Peran Institusi dalam Kepatuhan Terhadap Protokol Kesehatan

lain di luar singkong,” jelasnya. “Kedepan bisa dimasukan ke e-katalog departemen pertanian. Kalau sudah masuk di e-katalog departemen pertanian bisa dipakai di seluruh Indonesia dan bisa dimanfaatkan instansi pemerintah menggunakan anggaran APBN dan APBD,” ujarnya=

Artikel Tema

Oleh: Budi Kurniawan, Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Lampung

engapa masyarakat Indonesia sulit mematuhi protokol kesehatan dalam menghadapi Covid-19? Apakah orang Indonesia tidak disiplin? Ada sebuah fakta menarik yakni ketika orang Indonesia ke Singapura, maka prilaku pun berubah, mereka langsung tertib tidak merokok sembarangan, tidak meludah sembarangan. Mengapa fakta menarik seperti di atas terjadi? Para ahli ekonomi dan politik mengatakan bahwa tingkah laku manusia itu bisa diatur dengan tegaknya aturan. Ilmuwan ekonomi dan politik menyebutnya institusi. Soal sulitnya orang Indonesia mematuhi protokol kesehatan itu bukan karena orang Indonesia tidak disiplin. Tetapi, karena tidak jelas dan tegasnya aturan. Orang dilarang ke mall tetapi mall buka, orang dilarang mudik tetapi kendaraan boleh lewat, bandara dibuka. Setiap Pemerintah dengan komentarnya

terkesan kendor dan membingungkan maka dengan sendirinya warga negaranya pun ikutan kendor dan bingung. Fakta membuktikan ketika pemerintah menggunakan istilah new normal dan melakukan pelonggaran, maka ketaatan terhadap protokol kesehatan pun menjadi kendur dan menganggap kondisi sudah normal kembali. Peran institusi yakni tegasnya aturan dan adil penegakannya oleh aparat pemerintah dalam merubah karakter penduduk suatu bangsa itu nyata adanya. Dahulu bangsa Jepang yang kita kenal bangsa yang disiplin saat ini, sesungguhnya dahulu bangsa yang malas. Ketika pemerintah Jepang mulai merubah institusinya dimana peran negara central dalam mengatur hidup rakyatnya dengan aturan yang tegas dan penegakkan yang adil maka masyarakat pun berubah. Lalu peran negara dalam memfasilitasi pendidikan karakter mempermudah transformasi mas-

yarakat seperti Jepang hari ini. Kembali ke masalah protokol kesehatan, selama ini pemerintah hanya mengandalkan peran kampanye menggunakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan. Kampanye atau iklan layanan masyarakat dalam istilah teori ilmu ekonomi dan politik disebut dengan nudge. Nudge atau dorangan dalam Bahasa Indonesia adalah sebuah konsep yang dipopulerkan oleh Richard Thaller, seorang ekonom aliran behavioural economics yang meraih nobel ekonomi tahun 2017. Nudge adalah cara merubah prilaku tanpa memaksa masyarakat. Dalam banyak kebijakan publik, pemerintah lebih mengandalkan nudge untuk merubah prilaku ketimbang aturan yang memaksa dengan sangsi yang tegas (baca:institusi). Namun, studi terbaru di Inggris membuktikan bahwa ternyata nudge yang diandalkan pemerintah Inggris tak mampu merubah prilaku masyarakat untuk

Ilustrasi: Dhea Putri Utami

M

,tetapi juga dapat memanfaatkan limbah yang memiliki nilai ekonomi. “Pemanfaatan ini membuat petani dapat lebih rajin membersihkan lahannya sehingga makin subur. Karena kalau ditumpuk tempatnya hama penyakit kalau hal ini dapat diproduksi dalam industri batang singkong kecil-kecilan itu dapat menjadi penghasilan

lebih disiplin menaati protokol kesehatan, nudge hanya merubah niat atau intention, tetapi tidak prilaku. Oleh sebab itu, penelitian terbatu yang dilakukan oleh Michael Sanders (2020) dari King College London menganjurkan pemerintah lebih menekankan peraturan dengan sangsi yang tegas ketimbang hanya berkampanye tentang protocol kesehatan. Inilah kemudian seharusnya

yang dilakukan pemerintah Indonesia agar masyarakatnya taat protokol. Tak hanya memanggil para influencer dan buzzer untuk berkempanye di medsos tentang protocol kesehatan. Tetapi perlu juga peran aturan dan sanksi tegas yang memaksa masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan. mematuhi protokol kesehatan=


No. 162 XX Bulanan Edisi November 2020

Apresiasi

Diskriminasi Oleh: Lu’lu Sekar Atika Putri, Pendidkan Bahasa dan Sastra Indonesia 2019

Terbelenggu sorot Diinjak suara Terpukul cemooh Tidak bisu, bukan bodoh Hanya tuli, buta Ketika berkata Ditikam! Ketika diam Digilas!

Mendung

Bunga Tidur

Oleh: Putri Cantika Helmiana, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2019

di tempat yang kau singgahi kini dingin menjelma bunga rumput dipijak kakimu yang melangkah ke muara dingin memelukmu mengusir cemas yang tersimpan di saku kemeja yang kau tanggalkan malam ini suaranya menggema nyanyian burung mengantarmu menuju batas antara hidup dan mimpi dingin itu dipatuk merpati dibawanya terbang mendaki terjal menuju ruang yang tak kau kenal

9

Oleh: Fatma Maulidya Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia 2019

Semilir angin menyapaku Memeluk jiwaku yang rapuh Menyelimutiku dengan penuh kedamaian Membawa pesan tentang harapan Dan masa depan. Ku hirup udara ini Lalu kuhembuskan Berkata pada diriku Pergi dan memilih Adalah pilihan yang tepat Dengan awan kelabu menjadi saksi Perlahan rintik hujan pun seolah menyemati Keputusanku ini.

ngekhibas 1. Graha kemahasiswaan baru mau dibangun? semoga gak pance ya Pak. 2. Yang kemarin ikut demo jangan pansos ya. 3. Unila ini hidup di tahun berapa sih, kok Vclassnya jadul banget.

Ilustrasi: Ridho Efendi

Resensi Film Itaewon Class : antara idealis, cinta dan bisnis

I

tewon Class adalah salah satu serial drama yang mengisahkan seputar balas dendam Park Sae Royi dengan Jang Dae Hee, pemilik Jangga. Park Sae Royi harus jatuh bangun dalam membangun usahanya, terkadang bisnisnya selalu disaingi oleh Jangga. Dengan kekuasaan yang dimiliki Jang Dae Hee, ia dapat melakukan apa saja untuk menjagal DanBam, kedai milik Park Sae Royi. Sosok laki-laki dengan rambut kastanye ini adalah orang yang sangat idealis, dan kerap kali menolong orang sekitar. Cobaan yang ia hadapi seperti gedung sewa Danbam yang sudah dibeli oleh Jangga, lalu saat berpindah tempat mereka menyadari bahwa tempat tersebut adalah jalan mati (jarang dilewati pengunjung). Saat Park Sae Royi membuka waralaba juga tersandung oleh batalnya investor yang ingin membantu Park Sae Royi dalam membuka waralabanya. Drama ini tidak hanya menampilkan kisah balas dendam. Tetapi, pola asuh orang tua tunggal yang

saling bertolak belakang. Sikap idealis yang mempertahankan prinsip yang dimiliki Park Sae Royi ialah hasil didikan ayahnya, Park Sung-Yeol. Tokoh orang tua tunggal pertama ini bisa dibilang sebagai orang tua ideal yang akrab dengan anaknya. Sehingga, kita bisa merasakan kedekatan layaknya teman dekat dalam relasi ayah-anak. Lain halnya, dengan Jang Dae Hee, orang tua Jang Geun Soo dan Jang Geun Woo. Pola asuhnya berbanding terbalik dengan ayah Park Sae Royi. Pola asuh dengan kekerasan fisik terlihat saat adegan ia menampar Geun Woo di rapat perusahaan. Sosok ayah yang pempertahankan harga diri demi kejayaan perusahaanya. Saat ia ingin menanamkan nilai prioritas ini pada Geun Woo. Ia menggunakan cara yang sadis. Ia mengajak anak sulungnya itu ke peternakan dan menyuruh putranya memelintir leher ayam. Kemudian, menganggap orang lain layaknya hewan ternak. Jika melawan, majikan berhak me-

makannya. Alhasil, Geun Woo malah memiliki trauma dengan kekerasan tersebut. Ia tidak bisa makan menu ayam. Selain menggambarkan ketidakadilan yang bersumber dari status sosial. Itewon Class juga diwarnai isu ras dan gender. Ditambah keberhasilan kisah cinta bertepuk sebelah tangan milik Yi Seo dengan Park Seo Royi. Membuat Serial 16 episode ini, menarik ditonton selama pagebluk=

Sumber : Istimewah

Oleh: Andre Prasetyo Nugroho

Judul Film : Itaewon Class. Sutradara : Kim Sung-yoon. Produser Eksekutif : Jo Joon-hyung. Produser : Jung Soo-jin, Lee Sang-yoon, Han Suk-won. Durasi : 70 menit. Pemeran : Park Seo-joon, Kim Da-mi, Yoo Jae-myung, Kwon Nara


10

No. 162 XX Bulanan Edisi November 2020

LIFE STYLE

Tren Bioskop Dalam Genggaman Oleh: Rahel Azzahra

T

ren menonton lewat kanal streaming kian menjamur belakangan ini. Ditambah dengan adanya larangan bioskop untuk beroperasi di tengah pandemi Covid-19. Bahkan perusahaan hiburan dan media terbesar di dunia Walt Disney beralih menayangkan film terbaru mereka yang sempat diundur penayangannya Mulan, dialihkan untuk tayang melalui kanal streaming baru mereka Disney+ Hotstar. Rizki Akbar (Ilmu Komunikasi’18) adalah salah satu pengguna aplikasi Netflix. Menurut laki-laki penyuka film fantasy action itu, menonton lewat platform streaming lebih fleksibel karena dapat ditonton di mana saja asalkan ada koneksi internet. Namun, sensasi menonton nya jelas jauh berbeda daripada ketika menonton di bioskop, seperti suasana di studio bioskop dan sound effect yang ditawarkan jika menonton bioskop. “Iya, udah banyak banget yang kangen suasana nonton bioskop, dan film-film yang akan tayang tahun ini pun pada bagus,” tambahnya. Hal yang sama juga diakui oleh salah satu penikmat film bioskop Tasya Prisrie Putri Utami (Agribisnis’17). Ia menjelaskan bahwa semenjak pandemi ia mau tidak mau beralih menggunakan kanal streaming Viu dan Netflix.

“Kalau sebelum pandemi, tergantung filmnya, kalau film yang saya suka saya lebih sering nonton di bioskop, kalau tidak terlalu suka ya nonton di aplikasi streaming. karena pandemi ini lebih sering nonton di aplikasi streaming sih sekarang.” Salah satu pengguna kanal streaming lainnya, Adela Priantika (Agribisnis’18) mengatakan bahwa tidak ada syarat pelayanan tertentu untuk aplikasi yang akan ia gunakan atau tergantung preferensi masing-masing penonton. Tetapi, bagi dirinya sendiri ia lebih memilih menggunakan aplikasi yang harganya terjangkau. “Kalau saya sih pilih aplikasi yang pakai kuota aja bayarnya. kan kita nonton gak nonton juga pasti isi kuota, jadi beli kuotanya sekalian yang unlimited jadi bisa buat apa aja,” jelas pengguna aplikasi streaming Viu itu. Nada Bonang (Ilmu Komunikasi ‘17) selaku Ketua Klub Nonton menuturkan tren bioskop dalam genggaman ini mempercepat Indonesia untuk lebih dekat menuju digitalisasi. Hal ini merupakan suatu kemajuan, karena artinya Sineas dapat memiliki opsi lain untuk mendistribusikan filmnya di tengah situasi pandemi yang tidak memungkinkan bioskop beroperasi. “Melihat kondisi yang seperti sekarang, ya kita gak punya pilihan

Ilustrasi: Ihwana Haulan kalau misalnya film maker mau launching film 2020 di bioskop. Kemudian, tidak bisa karena keadaan. Mereka harus ambil langkah cepat tuh supaya tidak mengalami kerugian, minimal balik modal lah,” tuturnya ketika dihubungi melalui sambungan telpon (22/09). Ia mengatakan untuk Sineas sendiri, mendistribusikan film ke

Rakanila Berkarya di Era Digitalisasi

Zona Aktivis

Oleh: Annisa Diah Pertiwi untuk mendapatkan hiburan dan informasi. Rakanila masih berkomitmen hingga kini untuk tetap berkarya. “Kalau sekarang tentu saja untuk komputer kita tidak lagi menggunakan komputer tabung era 2000, pemutar musiknya juga tidak lagi menggunakan CD atau kaset pita. Sekarang kita menggunakan aplikasi software dan tentu saja alatalat pendukung lain, seperti mic, mixer, headphone, transmitter, dan komputer,” tuturnya. Menurut Rahmad, Radio yang berusia 20 tahun ini, telah beralih siaran dari konvesional menuju digital. Jika sebelumnya Rakanila hanya bisa didengar di saluran 107,7 FM. Kini Rakanila bisa diakses melalui website streaming. rakanila.com dan juga spotify Rakanila Podcast. Tidak sampai di situ saja, UKM

yang bergerak di dunia broadcasting ini, tidak hanya mengotakkan kegiatannya sebatas siaran radio. Rakanila juga kerap mengadakan kegiatan seperti talkshow, sharing seputar dunia siaran dan publik speaking, live streaming Instagram, Podcast, dan lain-lain. Selain itu, Rakanila pun menawarkan jasa Event Organizer, MC, dan publikasi media bagi yang tertarik untuk menjalin kerja sama “Kita juga selalu menjaga hubungan dengan pihak-pihak yang pernah ataupun ingin menjalin kerja sama dengan Rakanila. Dengan begitu, semakin banyak yang mengenal Rakanila kita juga akan mendapat jangkauan pendengar baru yang lebih luas,” kata Rahmad. Saat ini, Rakanila masih konsisten untuk tetap aktif menyapa para “Intelektual Muda” (sebutan untuk pendengar siaran Rakanila)

Foto: Dok.

107,7 FM Rakanila the brave station!, halo intelektual muda, ketemu lagi bareng Sierra Molly di program acara Ragi, Rakanila Pagi. Yang akan nemenin kamu sampai 1 jam kedepan so, stay tune!” suara khas penyiar mulai terdengar saat mengakses streaming.rakanila.com,. Website tersebut milik Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Radio Kampus Unila (Rakanila). UKM Rakanila merupakan radio pelopor pertama di Lampung sejak 19 Januari 2000. Levi Tuzaidi, pendiri UKM Rakanila mendirikan UKM Rakanila sebab radio digandrungi banyak kalangan pada masa itu. Rahmad Septiadi Abdullah (Ilmu Komunikasi ‘17), Direktur Rakanila menuturkan meskipun orangorang sekarang sudah tidak lagi menenteng radio kesana kemari

platform streaming dan bioskop memiliki tata cara yang cukup berbeda. Jika melalui bioskop, Sineas harus membeli ruang untuk menayangkan film nya. Sedangkan, jika melalui kanal streaming tergantung dari kebijakan masing-masing . ”Kembali ke tujuan pembuat filmnya, kalau mereka ingin mengincar penonton dan

mendapat keuntungan sebanyak-banyaknya. Ya mungkin di bioskop akan lebih menguntungkan untuk mereka. Tetapi kalau mereka cuma mau bikin, balik modal, melalui kanal streaming mungkin itu cukup bagi mereka,” katanya. Menurut Nada, dengan adanya tren bioskop dalam genggaman ini, bisa jadi suatu ancaman bagi bisnis bioskop. Sebab, bisa saja menggeser bioskop konvensional menjadi bioskop dalam genggaman yang justru nanti menjadi suatu tren baru dan pilihan yang lebih digemari daripada menonton bioskop. Ia berpesan bagi penonton lebih baik menggunakan platform streaming yang legal karena selain ikut mensejahterakan para pekerja film. Selain itu, menaati peraturan tentang hak cipta dan kekayaan intelektual, yang terpenting adalah untuk mengapresiasi karya pembuat film. Ia juga menambahkan bahwa sudah banyak platform streaming legal yang terjangkau bahkan gratis. “Jadi buat kalian yang masih pakai streaming ilegal tuh menurut aku norak sih, karena semua akses udah dipermudah tinggal kamunya (penonton) aja punya kesadaran untuk mengapresiasi filmnya atau enggak,” pungkasnya=

dari hari Senin sampai Sabtu. Siaran yang dimulai dari pukul 07.00-18.00 WIB tersebut memiliki tujuh sampai delapan program dalam sehari. Program acara tersebut meliputi, informasi, pendidikan, kebudayaan, hiburan dan seni, hingga layanan masyarakat.

“Harapan saya, semoga Rakanila tetap eksis seiring perubahan jaman, entah zaman apa pun itu. Serta selalu dapat mengedukasi, memberikan informasi, dan menghibur para Intelektual Muda di mana pun berada,” pungkasnya=


No. 162 XX Bulanan Edisi November 2020

POJOK PKM

11

Ekspresi Sulastri, Pelestari Sumber Daya Genetik Khas Lampung

S

elama hampir 13 tahun, semangat Sulastri tidak sedikitpun berkurang. Ia dan Dr. Kusuma Adhianto bersama rekan lainnya terus mengupayakan rumpun kambing saburai agar segera ditetapkan sebagai sumber daya genetik khas Lampung. Dosen Jurusan Peternakan Universitas Lampung ini, terus melakukan persilangan hingga tahun 2010. Saat ini genetik kambing saburai yang sudah mulai stabil. Dengan begitu, penampilan dan performa tidak berubah dari generasi ke generasi. Tidak mudah baginya untuk melakukan hal tersebut. Proposal pertama diajukan ke komisi pembibitan pada tahun 2013, tetapi sempat ditolak karena kurangnya data yang mendukung. Walaupun, populasi kambing saburai sudah banyak. Wanita berusia 59 ta hun ini, bercerita tentang pembentukan kambing saburai yang dilatarbelakangi oleh permintaan Negara-Negara di kawasan Timur Tengah. Negara tersebut menghendaki bobot satu tahun kambing mencapai 40 kg. “Kambing-kambing di Indonesia tidak ada yang mampu mencapai bobot tersebut. Maka, diimpor kambing boer yang laju pertumbuhannya cepat,” ujarnya. Kambing saburai memiliki laju pertumbuhan yang cepat. Bobot umur satu tahun mencapai 40 kg. Kambing ini dapat melakukan perkawinan tanpa mengenal musim kawin. Sehingga, mampu beranak kembar dua sampai empat ekor. Selain itu, kambing tersebut dapat beradaptasi dengan kondisi musim kemarau yang sulit mendapatkan pakan ternak. Dengan begitu, kambing saburai dapat mengonsumsi jenis pakan hijauan yang berkualitas rendah (jerami) sampai tinggi (leguminosa).

Oleh: Sri Ayu Indah Mawarni

“Sepulang saya dan Dr. Kusuma dari kuliah S3 di Fakultas Peternakan UGM (Universitas Gajah Mada), pengajuan proposal kambing saburai dikerjakan lagi. Saya dan pak kusuma meneliti kambing saburai untuk penulisan disertasi. Sehingga, data-data yang terkumpul untuk mendukung penetapan kambing saburai sudah dipandang cukup,” ujarnya. Menurut Sulastri, masih ada yang menertawakan perjuangannya ini. Hal ini disebabkan minimnya pengertahuan masyarakat sekitar tentang sumber daya genetik yang harus dilestarikan. Sehingga, ia tetap gigih memberikan edukasi serta pemahaman bahwa ternak merupakan sumber protein hewani yang harus diupayakan. “Ini sesuai dengan bidang ilmu yang saya tekuni yaitu ilmu pemuliaan ternak (animal breedi n g ) .

Selain itu, saya tertarik untuk berkontribusi dalam melestarikan sumber daya genetik lokal yang terdapat di Provinsi Lampung,” tuturnya. Perjuangan Dosen Peternakan ini membuahkan hasil. Kambing saburai ditetapkan sebagai sumber daya genetik khas Lampung pada tahun 2015. Penggemar Didi Kempot ini menuturkan sumber daya genetik harus terus dilestarikan. Karena hal tersebut menjadi kekayaan alam yang tidak bisa dibuat oleh manusia dan merupakan refleksi keseimbangan alam. Dengan demikian, ternak bisa didapatkan di negeri sendiri. Pemerintah tidak harus mengimpor ternak yang harganya sangat mahal. Selain itu, ternak merupakan penyangga ekonomi masyarakat pedesaan. Penduduk desa selalu memelihara ternak dengan motivasi sebagai tabungan. Oleh sebab itu, tujuan pemeliharaan untuk mendapatkan bakalan kambing. Berkat kegigihannya, kini kambing saburai dikembangkan di Kecamatan Gisting dan Kecamatan Suberejo, Kabupaten Tanggamus. Kambing saburai dihasilkan dari persilangan secara grading up antara kambing boer jantan dengan kambing peranakan etawah (PE). Kambing betina hasil persilangan tersebut dikawinkan dengan kambing boer jantan lain, sehingga menghasilkan kambing saburai. Kini populasi kambing saburai sudah mencapai 20 ribu ekor. Satu kilogram berat hidup kambing saburai dibandrol harga 100 ribu. Kandungan gizi dalam kambing saburai tidak jauh beda dengan kambing-kambing lain. Namun, kandungan lemak pada kambing saburai lebih rendah dari kambing lain. Selain beternak, Sulastri juga hobi berkebun dan menulis. Bahkan sempat menjadi reporter Majalah Warta Ekonomi Biro Yogyakarta pada tahun 1990 hingga 1993. Hingga akhirnya, ia diterima menjadi dosen, dan memutuskan berhenti menjadi reporter= Foto: M. Faizzi Arditara

Ria Shinta Maya

Kapuslitbang

Mahasiswa Merdeka Sejak masa penjajahan, pemuda memiliki peran penting sebagai Avant Garde (Ujung Tombak) bangsa. Sebagai ujung tombak, pemuda memiliki tiga peran, yang pertama Agent of Change, yaitu penggagas, objek pelaku untuk mencapai perubahan tatanan masyarakat yang lebih baik. Sikap kritis pemuda sering membuat sebuah perubahan besar dan membuat para pemimpin yang tidak berkompeten menjadi gerah dan cemas. Peran kedua sebagai Agent of Social Control, terjadi ketika ada hal yang tidak sesuai dalam masyarakat. Pemuda sudah selayaknyamemberontak terhadap kebusukan-kebusukan dalam birokrasi yang selama ini dianggap lazim. Sebagai pemuda seharusnya menumbuhkan jiwa kepedulian sosial yang peduli terhadap masyarakat karena pemuda adalah bagian dari mereka. Kepedulian tersebut tidak hanya diwujudkan dengan demo atau turun ke jalan saja. Melainkan dari pemikiran-pemikiran cemerlang pemuda, diskusi-diskusi, dan melawan ketidakadilan dengan dialog ilmiah. Ketiga, berperan sebagai Iron Stack berarti pemuda sebagai calon pemimpin bangsa masa depan yang akan menggantikan generasi yang telah ada, sehingga tidak cukup hanya dengan memupuk ilmu spesifik saja. Perlu adanya soft skill seperti leadership, kemampuan memposisikan diri, dan sensitivitas yang tinggi. Lengkaplah peran pemuda sebagai pembelajar sekaligus pemberdaya yang didukung dalam tiga peran: agent of change, agent of social control, dan iron stock. Sehingga suatu saat nanti, bangsa ini akan menyadari bahwa pemuda adalah generasi yang ditunggu-tunggu bangsa ini. Hal ini upaya membuat bangsa menjadi benar-benar merdeka. Begitu istimewa menjadi pemuda sekaligus memiliki status mahasiswa. Saat menjadi ‘ujung tombak’ tidak lagi mengandalkan tenaga dan memasang badan saja di barisan terdepan sebagai ‘penyambung lidah’ rakyat. Akan tetapi, harus menggunakan otak pemikiran, sehingga timbul daya kritis, analisis tajam, secara ilmiah untuk membaca gerak-gerik para oligarki di pemerintahan. Contohnya mengenai pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja. Ribuan mahasiswa Lampung turun ke jalan untuk menyampaikan aspirasinya. Mereka, pasti harus sudah berpikir, melakukan analisis, dan keluarkan daya kritis terhadap Omnibus Law tersebut. Sehingga, mereka berani bersikap untuk memutuskan turun ke jalan. Bukan sekadar ikut-ikutan untuk memasang badan saja. Namun, saat menjalankan peran, hal terpenting lainnya adalah pemikiran-pemikiran mahasiswa juga harus merdeka. Supaya tidak egois mementingkan individu, kelompok, organisasinya, bahkan demo hanya jadi pesanan dari partai, politisi, oligarki oposisi, dan lainnya. Intinya mahasiswa harus murni bergerak karena hasil berpikir ilmiah dan diskusi. Itulah baru menjadi ujung tombak bangsa ini yang dibutuhkan. Selain dengan demo, tentu ada cara lain. Salah satunya, dengan menulis berkarya ilmiah, populer, atau fiksi. Kita menulis tidak hanya untuk kepentingan pribadi saja. Saling berjuang, meskipun yang kita lakukan tidak tampak oleh orangorang banyak. Tetapi yang jelas tujuannya sama dan saling mempengaruhi satu sama lain. Jangan sampai saling berusaha untuk menunjukkan sebuah eksistensi semata. Keduanya harus saling melengkapi dan semuanya sama-sama memperjuangkan rakyat. Pokoknya paling penting mahasiswa itu harus merdeka pikirannya. Sudah semestinya sebagai ‘ujung tombak’ bangsa tidak akan diam ketika ada hal yang tidak sesuai dan menyengsarakan rakyat kecil. Tetap Berpikir Merdeka!=



Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.