TABLOID TEKNOKRA EDISI 156 2019

Page 1

Halaman 8

Halaman 10

Halaman 11

Dosen sekaligus Sekertaris Jurusan Teknik Pertanian ciptakan inovasi briket berbahan baku limbah batang singkong. Penggunanan briket batang singkong 65% lebih efisien dari bahan bakar minyak tanah, gas, dan kayu.

“Semuanya tak mudah untuk memperbaiki diri, perlu istiqomah terus mendekatkan dengan Allah niscaya akan dirangkul oleh-Nya” ujar Abdul.

“Sebagai makhluk tuhan, tidak boleh putus asa karena semua tentu ada maksudnya. Semua yang terbaik semoga bisa menggugurkan dosa. Saya ingin sembuh agar tetap bisa bermanfaat untuk semua,” kata Tri Dewi.

Teknokra Unila Teknokra Unila Teknokra Unila

www.teknokra.com Edisi Agustus 2019 No 156 XIX 2019


2

KOMITMEN

No. 156 XV Bulanan | Edisi Agustus 2019

Tabik Pun

Bukan Prioritas

Maknai Dua Pekikan Khas Mahasiswa Hiruk pikuk sejak pukul 06.00 WIB, sekitar 6142 mahasiswa baru sudah berjalan menuju ke Gedung Serba Guna (GSG) Universitas Lampung untuk mengikuti progam Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB). Selama empat hari diisi dengan rangkaian kegiatan dari tingkat universitas-progam studi. Mahasiswa baru pun langsung dibentengi dengan materi penanggulangan intoleransi, aksi bela negara, radikalisme, hingga pemahaman bahaya narkoba. Salah satu alasannya, berbagai macam ideologi hidup di kampus. Hal tersebut upaya pihak universitas supaya tidak terpapar dengan ideologi yang tidak sesuai dengan landasan Pancasila. PKKMB pun tambah bising dengan suara pekikan khas mahasiswa “Hidup Mahasiswa” dan “Hidup Rakyat Indonesia” yang dikenalkan oleh kakak tingkat.Mahasiswabarupunmanut-manut saja dan mengikuti instruksi perintah untuk mengujarkan hal tersebut. Bila dimaknai kata-kata tersebut tak semudah diujarkan. Maka, mahasiswa harus bergerak sebagai tanda mahasiswa itu hidup tidak mati. Peran-peran sudah menanti untuk penyandang gelar mahasiswa baru. Susahnya lagi, harus mampu menjadi penyambung lidah rakyat dimulai dari penggusuran, hak asasi manusia, stabilitas ekonomi rakyat,

suarakan buruh, dan banyak lainnya. Menilik kebelakang zaman Soeharto mahasiswa melalui pergerakan mampu menggulingkan presiden kedua Indonesia tersebut. Pergerakan perlu melalui tahap-tahapannya supaya teriakan khas mahasiswa tak jadi buaian kosong semata. Caranya, membaca buku, banyak diskusi dengan memperoleh banyak sudut pandang. Serta paling penting pekakanlah seluruh indra yang ada diberi Tuhan terhadap kita. Supaya mahasiswa bisa ambil sikap melihat permasalahan yang ada. Peran agen perubahan, kontrol sosial, dan pemimpin masa depan. Serta, banyak peran lainnya. Pergerakan dapat dimulai dengan berani menyuarakan keresahan diri sendiri terlebih dulu, mendengar keluhan teman, peka kebijakan yang merugikan mahasiswa oleh rektorat, serta mahalnya biaya pendidikan perguruan tinggi negeri saat ini. Barulah meningkat ke lingkup daerah permasalahan rakyat, penggusuran, sampah di TPA Bakung, sanitasi buruk di Lampung, melihat naiknya harga pokok makanan, dan banyak lainnya. Serta permasalahan hattrick-nya kepala daerah di Lampung ditahan Komisi Pemberantas Korupsi. Barulah kita menaik ke isu permasalahan nasional. Dengan berjenjang

seperti itu pergerakan tidak hanya eksistensi saja. Perubahan-perubahan hasil dari pergerakan tak harus dari isu nasional. Cukup perubahan kecil dan bermanfaat bagi masyarakat secara langsung pun tak masalah. Sebab itu, melalui pena kami pers mahasiswa Teknokra tak sekadar lantang berteriak dua jargon tersebut. Melalui karya jurnalistik bukti nyata sebagai kontrol sosial menjadi anjing penjaga kampus (watchdog). Lewat Tabloid Teknokra, kami bergerak mengkonfirmasi dan mencari data untuk berita laporan utama. Pembahasan tentang di balik turunnya prestasi mahasiswa karena kendala pendanaan dari rektorat. Tak hanya itu, memberitakan kurangnya dana Masjid Al-Wasii dari swadaya masyarakat membuat terbengkalai. Kebijakan tiga wajib pokok pembayaran bila ingin huni Rusunawa. Selanjutnya, membahas sosok dosen yang mengalami sakit kanker tak patah arang untuk mengajar. Serta, mengabarkan mahasiswa baru saat PKKMB tak pakai almamater Unila. Hasil goresan tinta dari anak-anak Pojok PKM Graha Kemahasiswaan Unila sebuah karya produk jurnalistik yang akan abadi. Karya produk kami pun diapresiasi juara tiga Aliansi Jurnalis Independen Indonesia=

Satu hari sebelum peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-74. Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) mengunggah pemeringkatan universitas se-Indonesia. Tahun ini, Universitas Lampung (Unila) mengalami terjun bebas. Semula Unila menduduki peringkat ke-21 sekarang ke-46. Lima hari setelah pengunggahan, semua Unit Kegiatan Mahasiswaan (UKM) tingkat universitas dikumpulkan di ruang kerja Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof. Karomani. Semua diminta menyampaikan keluhan-keluhan yang dianggap menurunkan semangat untuk berprestasi. Hampir semua UKM bersuara pada forum itu, Ketua UKM Taekwondo, Lailatul Mukaromah mengaku telah menyerahkan proposal kegiatan empat bulan lalu, namun hingga sekarang belum juga didanai. Ia juga mengeluhkan dana yang diajukan tidak sesuai dengan yang dicairkan. Ketua Korps Sukarela (KSR),Yogi Zandika juga mempertanyakan besaran dana kemahasiswaan per UKM. Menanggapi persoalan dana yang kurang, Kepala Subbagian Minat, Penalaran, dan Informasi, Rohana Sari menjelaskan di Bagian Akademik Kemahasiswaan (BAK) ada 5 bidang yang harus didanai, salah satunya bidang minat, bakat, penalaran dan informasi kemahasiswaan. “Secara teori ke-5 bidang itu mendapatkan dana yang rata. Kenyataannya ada beberapa bidang yang meminta dana lebih, sehingga dana kemahasiswaan kurang,” ujar Rohana. Dari sinilah kegiatan UKM tidak diprioritaskan. Pembaruan sistem pencairan dana kemahasiswaan membuat kalang kabut UKM. Pentingnya output kegiatan, menjadi standar prioritas pancairan anggaran. Akbatnya, kegiatan bersifat internal terancam tidak didanai. Perguruan tinggi menambuk UKM agar terus meningkatkan kegiatan minat bakat dan prestasi. Padahal anggaran yang tersedia tidak sesuai dengan realitas kebutuhan. Harusnya BAK khususnya bidang minat, bakat, penalaran dan informasi kemahasiswaan lebih cekatan dalam menyesuaikan diri dengan sistem keuangan yang baru, agar kegiatan UKM tidak terhambat. Sehingga UKM bisa terus berprestasi dan bisa mewujudkan visi Unila “Tahun 2025 Unila menjadi 10 terbaik di Indonesia”=

Judul :

Krisis Dana Stimulan Ide dan Desain :

Chairul Rahman Arif

PELINDUNG Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. PENASEHAT Prof. Dr. Karomani, M.Si. DEWAN PEMBINA Dr. M. Thoha B.sampurna Jaya, M.S. ANGGOTA DEWAN PEMBINA Prof. Dr. Muhajir Utomo, M.Sc., Asep Unik SE., ME., Dr. Eddy Riva’i SH., M.H., Ir. Anshori Djausal, M.T., M.A., Prof. Dr. Yuswanto, SH., M.Hum , Maulana Mukhlis, S.Sos., M.IP.,Asrian Hendi Caya, SE., ME., Dr. Yoke Moelgini, M.Si, Irsan Dalimunte, SE., M.Si., MA., Dr. Dedy Hermawan, S. Sos., M.Si., Dr. H. Sulton Djasmi, M.Si., Syafaruddin, S.Sos. MA, Toni Wijaya, S.Sos., MA. Arif Sabarudin, Retnoningayu Janji Utami. PEMIMPIN UMUM Alfanny Pratama PEMIMPIN REDAKSI Tuti Nurkhomariyah REDAKTUR BERITA Fahimah Andini, Faiza Ukhti Annisa REDAKTUR ARTISTIK Chairul Rahman Arif REDAKTUR DALAM JARINGAN Mitha Setiani Asih, KAMERAMEN Shandy Dwiantoro, Nofia Mastuti FOTOGRAFER Ria Shinta Maya STAF ARTISTIK, Windy Sevia W. REPORTER Siti Haliza (Non-Aktif), Indah Ari Kusmiati (Non-Aktif), PEMIMPIN USAHA Kalista Setiawan MANAJER OPERASIONAL Chairul Rahman Arif, Faiza Ukhti Annisa (non-aktif) STAFF IKLAN DAN PEMASARAN Shandy Dwiantoro STAFF KEUANGAN Windy Sevia Wulandary KEPALA PUSAT DAN PENGEMBANGAN Silviana STAFF LITBANG Mitha Setiani Asih, Ria Shinta Maya KEPALA KESEKRETARIATAN Alfanny Pratama F, STAFF KESEKRETARIATAN Nofia Mastuti MAGANG Ronaldo D.P, Rifqa A.Z, Sri Ayu I.M, Aghnia N.A, Banjar D, M. Akbar K.S, Adzra A.I, Dhea C.S, Yola M., Annisa Diah P., Tifalia Nur Amira, Nunik Febrianti, Eka Oktaviana, Galuh Putri K., Angga Ramadan, Eldo Noprizal, Antisya Azzahra, Deswara Aguelera, Eliezer Parulian P., P. Jolan Sinaga., Imas Salamah., Rizki Amalia D.H., Nunik Febrianti, Lailul Hajrianti.

Kyay jamo Adien Oleh : Chairul Rahman Arif

TABLOID TEKNOKRA diterbitkan oleh Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra Universitas Lampung. Alamat Grha Kemahasiswaan Lt 1 Jl.Soemantri Brodjonegoro No 1 Bandarlampung 35145 Telp.(0721) 788717 Website www.teknokra.com email: ukpmteknokraunila@yahoo. co.id


KAMPUS IKAM No. 156 XV Bulanan | Edisi Agustus 2019

Tiga Pembayaran Wajib Rusunawa Baru

3

Oleh: Alfanny Pratama F.

Unila-Tek: Standar operasional prosedur (SOP) Rusunawa telah rampung. Tiga hal wajib yang harus dibayar oleh para penghuni Rusunawa baru ke Badan Pengelola Usaha Universitas Lampung. Diantaranya, dari Surat Edaran Nomor: 4365/UN26/LK01.02/2019. Hal pertama iuran operasional Rusunawa Rp 960 ribu per semester sudah termasuk kebersihan, air, listrik, keamanan, perawatan ringan, kegiatan pembinaan, dan subsidi kakak asuh. Lalu, penghuni diwajibkan biaya dua kali makan sehari senilai Rp 500 ribu untuk dua puluh hari saja. Ditambah dengan cuci pakaian Rp 100 ribu tiap bulan. Koordinator BPU Rusunawa, Ilim mengatakan Rusunawa baru dan lama diperuntukkan mahasiswa baru dan berprestasi. Rusunawa baru berkapasitas 50 kamar untuk 196 mahasiswa. Sedangkan, yang lama 48 kamar 192 mahasiswa. “Semua untuk perempuan yang Rusunawa baru. Kalau yang lama dibagi dua untuk pria dan wanita. Kami ingin menertibkan penghuni agar tidak menjemur

di jendela kamar. Tetapi, Rusunawa lama tak diwajibkan biaya makan dan cuci pakaian, “ ungkapnya Ilim menambahkan untuk seleksi penghuni rusunawa harus melampirkan bukti terima di Unila, sertifikat kejuaraan, nilai rata-rata NEM. Selanjutnya, surat keterangan aktif organisasi SMA, mempunyai kemampuan bahasa asing melalui bukti TOEFL atau ikut lomba bahasa asing. “Kami ingin menciptakan lingkungan yang baik. Ditambah nanti akan ada kakak asuh yang berprestasi untuk membina mereka,” ujarnya. Kebijakan SOP baru Rusunawa tersebut menuai tanggapan Yulina Winda Rahma (Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia ‘16). Ia mengatakan Rusunawa kini untuk prioritas orang kalangan mahasiswa berprestasi tapi menengah ke atas. Sedangkan untuk mahasiswa berprestasi tapi kalangan bawah tidak akan mampu membayar uang makan dan cuci pakaian. “Anak bidikmisi kan seleksi syaratnya berprestasi saat SMA. Tapi, tidak nutup uang bidikmisi

untuk menghuni Rusunawa dengan kewajiban tersebut,” ungkapnya. Mantan penghuni Rusunawa ini juga keberatan dengan nominal

kewajiban makan dan cuci pakaian. Sebab, Ia dalam dua puluh hari habis beras tiga kilogram dan sekali makan beli lauk tiga ribu. “Tapi

tetep kalangan menengah ke atas yang mampu bayar itu. Kalau kayak saya mah harus hemat,” paparnya=

Foto: Alfanny Pratama F.

Maba. Gedung Serba Guna (GSG) Universitas Lampung kembali digunakan tempat penyelenggaran PKKMB 2019 pasca rehabilitasi. Tahun ini Unila menerima 6142 mahasiswa. Namun kapasitas GSG tak mampu menampung semuanya. Akibatnya, harus membuat tenda untuk maba yang tak kebagian tempat di dalam. (13/10)

Polemik Denda UKT Oleh: Alfanny Pratama F.

Unila-Tek: Rektor Universitas Lampung (Unila) mengeluarkan kebijakan memberikan keringanan denda uang kuliah tunggal (UKT) bagi mahasiswa sarjana, pascasarjana, dan doktor yang telat membayar. Mahasiswa dikenakan denda cukup bayar tiga bulan saja untuk setiap semester bagi mahasiswa yang terlambat hingga lebih dari triwulan. Menurut Kepala Bagian Informasi dan Hubungan Masyarakat, Suratno mengatakan benar sudah keluar Surat Keputusan (SK) Rektor pada 8 Juli 2019 Tentang Pemberian Keringanan Sanksi Denda Bagi Mahasiswa Progam Sarjana dan Paascasarjana (S2 dan S3) Universitas Lampung Terkait Keterlambatan Pembayaran UKT/ SPP/Uang Kuliah Mahasiswa. “Salah satu isi Surat Keputusan (SK) ini Rektor menimbang adanya keputusan ini bahwa agar mahasiswa tidak terkena putus studi diperlukan regulasi yang jelas.

Lalu, bagi mahasiswa diharapkan patuh untuk tepat waktu karena itu untuk dana operasional pelayanan pendidikan,” ungkapnya. Suratno pun menerangkan tiap bulan denda UKT sejumlah Rp 150 ribu per bulan. Sedangkan, untuk mengajukan keringanan persyaratannya surat pengantar bayar UKT dari fakultas, surat keterangan aktif dari wakil dekan bidang akademik, fotokopi KTM, dan fotokopi slip legalisir UKT terakhir. “Jadi yang telat udah lama segera bayar batas waktu, hingga 30 November 2019 masa keringanan denda berlaku,” terangnya. Keputusan tersebut membuat Ranadya Habsari (Pend. Bahasa dan Seni ‘15) merasa senang. Pasalnya ia telat hampir enam bulan bayar UKT. “Saat ini saya belum semester delapan karena berat bayar dendanya. Alhamdulillah mahasiswa seperti aku ini ada keringanan karena cari uang UKTnya sendiri jadi butuh keringan

banget,” ungkapnya. Namun, tragisnya menimpa Maghrani Astri K. (Pend. Bahasa dan Seni ‘15) mengeluhkan besarnya denda telat UKT membuatnya tak kuat membayar, hingga akhirnya drop out. “UKT saya Rp.3.400.000 saya sudah tidak punya orang tua. Terus, cuman tinggal numpang om dan tante. Lalu, om operasi tulang jadi perekonomian ikutan mereka,” kata Maghrani. Ia pun sudah berusaha menghadap pimpinan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) untuk mendapat keringanan, tapi tak mendapatkan bantuan. “Saya sudah mengumpulkan bukti rontgen om saya, ceritain saya sudah tidak punya siapa-siapa lagi, cuman numpang,” tuturnya. Akrab disapa Maghrani pun berharap kampus hijau memberikan UKT tepat sasaran. Lalu, memerhatikan latar belakang

ekonomi mahasiswa. Serta, denda UKT jangan terlalu besar. “Keadaan ekonomi orang berubah-ubah jangan pukul rata Uang Kuliah Tunggal (UKT). Kebijakan keringanan denda bagus cukup tiga bulan. Tapi, saya sudah tidak bisa lagi. Lebih baik denda kalau

bisa cukup Rp.50 ribu saja supaya tidak ada drop out lagi karena tak kuat membayar,” harapnya. Berdasarkan Surat Keputusan dari rektor tentang keringanan membayar UKT bagi mahasiswa yang terlambat bayar UKT hanya berlaku sampai November 2019=

Saya

hari ini 23.00

Hai, Apa kabar?

|Ketik pesan

SUARA MAHASISWA

Sampaikan keluhanmu lewat whatsapp dengan format Nama_Jurusan/angkatan_komentarmu. kirim ke 085312307785 (WA) Tanggapanmu akan dimuat dalam tabloid edisi selanjutnya. Mari berani bersuara. Grha Kemahasiswaan Lt 1 Jl.Soemantri Brodjonegoro No 1 Bandarlampung 35145 Telp.(0721) 788717 Website: www.teknokra.com email: ukpmteknokraunila@ yahoo.co.id


4

KAMPUS IKAM No. 156 XV Bulanan | Edisi Agustus 2019

Toilet Gerha Kemahasiswaan Kembali Diperbaiki

Foto : Alfanny Pratama F.

Oleh: Tuti Nurkhomariyah

Ibadah. Mahasiswa baru Universitas Lampung melakukan ibadah Salat Zuhur bersama di pelataran GSG Unila. Di sisi lainnya terdapat pula mahasiswa yang non-muslim melakukan ibadah (14/8). Hal tersebut sebagai bentuk toleransi di kampus Unila.

FISIP Bangun Student Center

Unila Perlu Alat Penunjang Penelitian yang Mumpuni

Oleh: Paulus Jolan P. Sinaga

FISIP-Tek: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung membangun Gedung Student Center dan peremajaan Gedung B. Menurut Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama, Denden Kurnia Drajat pembangunan dilakukan dalam rangka meningkatkan akreditasi internasional. “Program kita itu kan menyediakan berbagai fasilitas diantaranya adalah gedung. Nah ini yang satu adalah renovasi Gedung B dalam rangka mengikuti akreditasi internasional, dan satu lagi adalah pembangunan Student Center,” ungkap Denden saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat, (2/8). Pembangunan ini sudah dimulai

sejak Bulan Juni dengan meratakan kantin lama. Nantinya Gedung Student Center akan dibangun 3 lantai. Lantai 1 digunakan untuk food court khusus staff dan mahasiswa Fisip, lantai 2 digunakan untuk kegiatan lembaga-lembaga kemahasiswaan dan lantai 3 digunakan untuk mahasiswa berdiskusi dan bertukar pikiran. “Pembangunan Gedung Student Center akan selesai dalam waktu 3 tahun. Anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan dan peremajaan gedung sebesar 9.6 milyar,” jelas Denden. Wiwin (Administrasi Bisnis ’15) mengaku kesusahan dalam mencari makan, karena kantin digusur

untuk pembangunan Gedung Student Center. “Sebenarnya agak susah ya, karena kan bakal nunggu lama untuk pembangunannya, jadi kalau mau makan harus pergi dulu keluar dan katanya gedungnya bakal jadi lebih bagus dan takutnya makananya jadi lebih mahal juga,” kata Wiwin. Hal senada juga diungkapkan oleh Marsya Fitriani Takim (Ilmu Komunikasi ‘12), ia mengaku akan kesusahan dalam mencari makan. “Palingan nanti bakalan makan di kelas atau keluar tempat lain. Harapan saya sih semoga tempatnya jadi lebih nyaman dan lebih bagus lagi,” ujarnya=

Tunggu PMBP, Al-Wasi’i Terbengkalai Oleh: Tuti Nurkhomariyah

Unila-Tek: Rektor Universitas Lampung (Unila), Prof. Hasriadi Mat Akin mengubah sistem pandanaan renovasi Masjid Al-Wasi’i dari dana swadaya menjadi dana Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Hal ini dilakukan karena sulitnya mencari dana swadaya. “Kalau masjid Unila direnovasi hanya menggunakan swadaya itu tidak bisa. Karena tidak jalan gerakan infak bersama, tidak seperti di UIN Raden Inten (membangun masjid dengan dana infak),” kata Prof. Hasriadi saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (9/8). Ia menambahkan tahun ini dana

NGE KHIBAS

PNBP masih dalam proses perencanaan. Dana baru bisa turun tahun depan. “Diperkirakan Maret 2020 lah paling cepat dananya turun sekitar 10 miliar, dan proses renovasi akan selesai 2-3 tahun setelah dana turun,” ujar Prof. Hasriadi. Bendahara Renovasi Masjid Al-Wasi’i sekaligus Ketua Peribadahan dan Dakwah, Ahmad Dzakwan mengatakan telah mencari dana swadaya ke beberapa pihak. “Dana swadaya yang terkumpul kurang lebih 1,6 miliar, dan sudah digunakan untuk pembuatan sumur kolom, kolom tiang dan pengecoran

Unila-Tek: Toilet Gerha Kemahasiswaan Universitas Lampung kembali diperbaiki. Pasalnya saluran pembuangan sering mampet. Ketua Mapala, Yunita Irawati Solin (Adminitrasi Negara ‘15) menyayangkan hal tersebut. “Mending uangnya untuk kegiatan UKM. Soalnya mau direnovasi atau tidak toiletnya akan tetap kotor. Perlu adanya penjaga kebersihan toilet kayak tahun-tahun lalu,” ujar Yunita. Hal senada juga disampaikan oleh Raihan Muharam selaku anggota Paduan Suara Mahasiswa (PSM). “Mau direnovasi atau tidak, itu tergantung sama penggunanya. Jika penggunanya bersih maka toiletnya juga akan bersih,” ujarnya. Raihan berharap setelah direnovasi toiletnya menjadi bersih dan air terus mengalir. “Dulu kalau malam airnya sering habis. Semoga setelah renovasi airnya selalu ada,” harapnya. Ketua Pejabat Pembuat Komitmen, M. Sarkowi mengatakan nantinya akan ada petugas pembersih toilet. “Harus ada yang tugas membersihkan toilet setiap hari,” kata Sarkowi=

dak,” kata Dzakwan. Setelah berubahnya sistem pendanaan ini, Haitomi (Agroteknologi ’15) berharap semoga pembangunan lebih cepat. “Agar menjadi pusat peradaban serta dapat mendukung program Unila,” ujarnya. Majid Al-Wasi’i mulai direnovasi Desember 2017. Ditargetkan selesai tahun ini dengan dana yang dibutuhkan sekitar Rp.36,69 miliar. Nantinya akan ada parkiran pada lantai dasar, food court, tempat ibadah, penginapan, gedung pertemuan, dan area olahraga pada bagian luar=

1. Prestasi mahasiswa menurun? Wajar, dana aja seret! 2. Huni Rusunawa wajib iuran makan dan laundry? Unila monopoli penjualan tuh, raup keuntungan! 3. PKKMB 2019 tak pakai almamater? Huh, gak bisa pamer di medsos dong!

Oleh: Tuti Nurkhomariyah

Unila-Tek: Universitas Lampung memerlukan alat-alat penunjang penelitian yang mumpuni. Hal ini disampaikan oleh Paul Benyamin Timotiwu selaku Ketua Unit Pelaksana Teknik Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi. “Harus ada penyesuaian dengan penelitian yang sudah modern, ditunjang dengan alat yang canggih. Sehingga dapat meningkatkan Science and Technology Index (Sinta),” kata Paul dalam seminar dan workshop photosynthesis system a new experience in gas exchange research LI-COR 2019 di Ruang Sidang lantai 4, Gedung Rektorat. Rabu-Kamis (7-8/8). Menurutnya Unila saat ini hanya mempunyai dua produk terbaru dari LI-COR. “Unila sudah mempunyai alat terbaru dari Li-Cor yaitu photosynthesis system dan leaf area meter. Baru tiga universitas yang mempunyai alat itu (Unila, IPB, dan Unhas),” ujarnya. Paul berharap Unila dapat memanfaatkan Corporate Social Responsibility (CSR). “Tidak melulu beasiswa saja. tapi juga bisa membeli alat-alat ini. Fakultas-fakultas yang berkaitkan dengan lab harus memerhatikan teaching lab,” ujarnya. Syamsoel Hadi selaku peserta mengatakan acaranya sangat bagus, karena dengan adanya alat tersebut dapat memudahkan menganalisis hasil penelitian. Acara ini menghadirkan Rick Gaicia selaku ilmuan dan Brent Claassen selaku Director Internasional Group LI-COR=

CheCare, Pengabdian HIMAKI untuk Masyarakat Oleh: Tuti Nurkhomariyah

FIMPA-Tek: Himpunan Mahasiswa Jurusan Kimia (Himaki) FMIPA Unila mengadakan Chemistry Care (CheCare). Acara ini berlangsung di Desa Sumber Sari, Kecamatan Mandah, Natar, Selasa-Rabu (6-7/8). Mengusung tema “Penerapan Ilmu Kimia dalam Pembangunan Desa yang Ramah Lingkungan”. Rangkaian acara meliputi penyuluhan pembuatan pupuk organik cair, pembuatan sabun cair, penanaman pohon, senam sehat, kerja bakti, pembuatan fasilitas umum, dan pembagian sembako. “Ada 20 pohon yang ditanam,” kata Rusdi Iskandar selaku Ketua Pelaksana. Ia menambahkan masyarakat cukup antusias dalam mengikuti setiap acara yang diadakan. “Sekitar 30 warga yang turut berpartisipasi,” ujar Rusdi. Ketua Himaki, Muhammad Rezal Fahlefi berharap acara ini bisa menebar manfaat untuk masyarakat sekitar. “Acara ini bisa menjadi media untuk mengembangkan diri bagi mahasiswa khususnya pengurus Himaki,” kata Rezal. CheCare adalah salah satu rangkaian acara Chemistry Expo ke 23. Rangkaian acara Chemistry Expo meliputi olimpiade kimia Indonesia khusus SMA se-Lampung dan Banten, lomba esai, bazar, gebyar Himaki, lomba chemistry Instagram (chemgram), dan liga kimia=


KAMPUS IKAM No. 156 XV Bulanan | Edisi Agustus 2019

Bara di Hamparan Salju

HIV Tidak Mudah Menular

Oleh: Tuti Nurkhomariyah

Oleh : Tuti Nurkhomariyah

Unila-Tek: Human Immunodeficiency Virus (HIV) tidak mudah menular karena harus melalui 4 tahap penularan. Meliputi keluar, cukup, hidup dan masuk. Hal ini disampaikan oleh Koordinator Pelaksana Hibah Indonesia Aids Coalition (IAC), A. Agus Riyadi. “Tahap pertama adalah keluar, cairan yang mengandung HIV keluar melalui darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu (Asi),” kata Agus saat memberikan pelatihan media dan Civil Society Organization (CSO) di Hotel Novotel, Senin-Rabu (5-7/8). Agus menjelaskan, tahap selanjutnya adalah cukup, artinya cairan yang mengandung virus harus cukup untuk menginfeksi. Jika kandungan virusnya sedikit maka tidak terjadi penularan. Tahapan berikutnya yaitu hidup,

cairan yang mengandung virus harus dalam keadaan hidup agar bisa menginfeksi. “Cairan (mengandung HIV) yang keluar dari tubuh tidak akan bertahan lama (mati),” ujarnya. Tahapan terakhir yakni masuk. Penularan virus HIV masuk melalui luka terbuka. “Jika tidak terjadi luka terbuka, kecil kemungkinan virus HIV dapat menular,” jelas Agus. Menurutnya penularan HIV dapat terjadi melalui hubungan seks tanpa kondom, penggunaan jarum suntik secara bergantian, peralatan medis yang tidak steril, transfusi darah. Serta penularan ibu ke anak melalui ASI. “Penularan ini dapat dicegah dengan tidak melakukan hubungan seks sama sekali, atau setia pada pasangan, atau menggunakan kondom. Tidak menggunakan narkoba dan edukasi,” jelasnya. Ia menambahkan, virus yang

melemahkan sistem kekebalan tubuh dengan menyerang sel darah putih, sehingga rentang terhadap segala penyakit ini dapat ditekan dengan Antiretroviral Theraphy (ARV). “9 bulan sekali dilakukan pengecekan untuk melihat apakah ARV berhasil atau gagal,” ujarnya. Terapi ARV adalah terapi yang mampu memulihkan dan memelihara fungsi kekebalan tubuh, meningkatkan CD4, mengurangi perjalanan HIV dan mengurangi morbiditas (tingkat terinfeksi HIV) dan mortalitas (tingkat kematian akibat HIV). Pencegahan penularan ibu ke anak atau dari orang yang terdeteksi ke orang tak terdeteksi. “Bandar Lampung sudah ada dua rumah sakit yang melayani ARV, yaitu RS. Abdul Moeloek dan RS. Tjokrodipo,” ungkapnya=

Pembagian Almamater Unila Terhambat Kontrak Oleh : Silviana

Unila-Tek: Mahasiswa baru wajib ikut Program Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) tahun ajaran 2019 Universitas Lampung. Penerimaan maba dengan ditandai pemasangan almameter oleh Rektor Unila Prof. Hasriadi Mat Akin, menjadi momen sakral. Sayang, sebagian besar mahasiswa tidak bisa menggunakan almamaternya pada acara sakral tersebut. Hanya, jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) yang mendapat almamater universitas. Sedangkan pada jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), Mandiri, PMPAP, serta jalur masuk lainnya tidak menggunakan almamater. Hal tersebut tentu saja membuat bingung mahasiswa baru yang baru saja di kukuhkan oleh Rektor Universitas Lampung pada Selasa, (13/08). Beberapa mahasiswa

baru merasa kecewa lantaran tidak adanya kejelasan dari pihak universitas terkait keterlambatan pembagian almamater. Nisya (Manajemen’19) merasa dibedakan dengan mahasiswa jalur SNMPTN. “Sebenernya agak kecewa dan jadi kurang semangat gitu belum dapet almamater, karena yang dapet itu kan dari jalur undangan jadi harapannya almamaternya cepat jadi dan kita makin semangat,” ujar Nisya. Senada dengan Nisya, Anggi Pangestu (Geografi’19) juga menyayangkan kejadian ini dan berharap tidak akan terulang kembali kedepannya. “Kita akan merasa bangga dan semangat dalam mengikuti PKKMB kalau dari awal sudah mendapatkan almamater,” tegasnya. PKKMB yang berlangsung selama empat hari. Jumat, (16/8) Mahasiswa baru jalur SBMPTN baru

5

mendapatkan almamater. Saat ditemui oleh kru Teknokra, Ainul Hudzni selaku Kepala Sub Bagian Registrasi dan Statistik, mengatakan keterlambatan pembagian almamater untuk mahasiswa baru ini disebabkan kontrak dengan pihak konveksi yang belum terselesaikan dan masih banyak mahaiswa jalur mandiri yang belum membayar. “Saya akan terus memantau perkembangan almamater dan segera membagikannya pada mahasiswa baru tahun ajaran 2019,” kata Ainul. Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof. Karomani berharap kejadian seperti ini tidak terulang kembali. “Perkara keterlambatan saya tidak tau persis, saya kira itu dijadikan pembelajaran di tahun yang akan datang, jangan terjadi seperti itu lagi,” kata Prof. Karomani saat ditemui di ruang kerjanya=

Foto : Ria Shinta Maya Pembangunan. Pekerja banggunan menggunakan alat berat membersihkan puing-puing bangunan. Sebab, tepat berselebahan kantin Fakultas Hukum (FH) sedang akan pembangunan Gedung B Universitas Lampung, Jumat (16/8).

Unila-Tek: Cahaya perlahan menyorot ke tengah panggung diiringi suara tembakan dan suara helikopter. Seorang perempuan berpakaian tebal berwarna hitam dengan kaki yang membeku, duduk sambil membaca ayat suci Al-Qur’an. Perempuan itu adalah Aisyah, gadis Aljazair yang hidup dari segala harapan dalam suatu negara jajahan. “15 hari, salju ini telah mengurungku dan seluruh penghuni desa ini. 15 hari pula pasukan besar pengintai Perancis dan berputar-putar di atas sana. Salju ini telah cukup membuat kami ini lumpuh dan tak berdaya, tak perlu kalian tambahkan kebengisan kalian menjarah negeri orang,” teriak Aisyah sambil berdiri dengan tongkat. Sepenggal kisah Bara di Hamparan Salju karya Osman Saadi berhasil dipentaskan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS), dalam monolog studi keaktoran presentasi 2. Acara ini dilangsungkan di Gerha Kemahasiswaan lantai 1, Jumat (9/8). Ketua Divisi Teater dan Sastra, Arrizky Rian Fadella mengatakan telah berlatih 1 bulan lalu, “Awal Juli kami mulai latihan dari olah tubuh dan mulai masuk naskah itu pertengahan Juli. Selama proses itu kami membongkar blok malu, dan tidak percaya diri dari masing-masing aktor,” ujar Arrizky atau sering disapa Dewa. Tidak hanya Bara di Hamparan Salju karya Osman Saadi yang berhasil ditampilkan. Namun Perempuan Pilihan karya Iswandi Pratama juga berhasil di tampilkan oleh Tania Nabila. Tria Nur Handayani selaku aktor mengaku kesulitan dalam memerankan Aisyah. “Tubuh saya ini tidak support, naskah yang saya bawakan ini mengandalkan rasa. Jadi jika tidak muncul imajinasi dan gabungin implusnya, pasti putus ditengah-tengah. Nah itu yang bikin sulit,” kata Tria. Hal senada juga disampaikan oleh Tania, yang sulit saat berlatih adalah diri sendiri. “Belum bisa menyulami dan berempati pada naskah itu sendiri,” kata Tania. Nantinya UKMBS juga akan tampil Wanci karya Imas Sobariah, Perempuan Pilihan, Bara di Hamparan Salju, dan Misteri Kota Ningi karya Seno Gumira Ajidarma, di Nuwo Budayo Kota Metro, Jumat (16/8). Sedangkan Senin (26/8), akan tampil kembali di Gedung Teater Tertutup dengan Wanci, dan Misteri Kota Ningi=

Stiker Parkir Tak Terealisasi Oleh: Alfanny Pratama F.

Unila-Tek: Stiker parkir untuk mahasiswa Universitas Lampung (Unila) yang aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) tingkat universitas, belum terealisasikan sejak Februari 2019. Tujuan pembuatan stiker untuk pengurus UKM supaya dapat parkir di Unit Pelayanan Teknis (UPT) Balai Bahasa dan dapat terpantau oleh satuan pengamanan (Satpam). Sebab, aktivitas UKM sampai larut malam. Ketua Umum UKM Taekwondo, Lailatul Mukaromah mengeluhkan kesulitan untuk latihan di belakang Gedung Rektorat karena harus di parkiran terpadu. Lalu, sekretariatnya pun di belakang rumah susun sederhana sewa (Rusunawa). Akhirnya ia selalu mutar, sehingga memperhambat latihannya. “Parkiran terpadu cuman diawasi sampai pukul 17.00 WIB. Kami lebih dari jam segitu, kan jadi kurang aman kalau parkir di situ, “ ungkapnya Mahasiswa Bahasa Perancis ini juga menagih janji pihak rektorat berbulan-bulan dalam pembuatan stiker parkir. “Kami berkegiatan selalu dilarang-larang Satpam untuk masuk. Padahal, janji Rektorat ke pengurus UKM boleh masuk, realisasikan dong jangan cuma wacana, malu dong udah pada ngumpul data motornya ke rektorat,” ujarnya. Sama halnya, Ketua Umum Koperasi Mahasiswa (Kopma) Naufal Al Islami mengatakan ketidakseriusan pihak Rektorat terkait parkir anak UKM. “Saat ini akan mulai ramai Unila, benar-benar atasi permasalahan distribusi motor yang dapat masuk portal mana yang bisa masuk dan tidak. Serta menertibkan lagi dan permasalahan nunggu bus yang lama supaya dapat dibenahi,” tuturnya. Hal tersebut ditanggapi, Kepala Biro Umum dan Keuangan Sariman mengatakan belum jadi stikernya karena belum menerima surat permohonan pembuatan stiker pengurus UKM sejak Februari. “Mana suratnya, saya belum menerima sampai detik ini. Coba saya cek nanti habis Jumatan di Rumah Tangga kalau sudah mengajukan,” kata Sariman=


No. 156 XV Bulanan | Edisi Agustus 2019

Foto: Fahimah Andini

6

REPORTAS

KRISIS DANA STIMULAN Oleh: Windy Sevia Wulandary dan Sri Ayu Indah Mawarni

Pembaruan sistem pencairan dana kemahasiswaan membuat kalang kabut lembaga kemahasiswaan Universitas Lampung. Pentingnya output kegiatan menjadi standar prioritas pencairan anggaran. Akibatnya, kegiatan bersifat internal terancam tidak didanai. Perguruan tinggi mencambuk lembaga kemahasiswaan agar terus meningkatkan kegiatan minat bakat dan prestasi. Padahal anggaran yang tersedia tidak sesuai dengan realitas kebutuhan. Kementrian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi Negeri (Kemenristekdikti) merilis ranking universitas se-Indonesia, Jumat (16/8). Universitas Lampung (Unila) mengalami kemerosotan yang tajam dengan menduduki peringkat ke-46 se-Indonesia. Kampus yang dinakhodai oleh Prof. Hasriadi Mat Akin mengalami penurunan selama tiga tahun berturut-turut. Sebelumnya, Unila menduduki peringkat ke-18 pada tahun 2017 dan peringkat ke-21 pada tahun 2018. Menilik kriteria penilaian Kemenristekdikti, salah satu indikator pemeringkatan adalah kinerja kemahasiswaan dengan kriteria ouput 25%. Kinerja kemahasiswaan salah satunya adalah prestasi mahasiswa. Namun prestasi mahasiswa

Unila juga mengalami kemerosotan. Tahun 2017, mahasiswa Unila memperoleh 27 juara internasional, dan 140 juara nasional. Sedangkan tahun 2018, hanya memperoleh 17 juara internasional, 191 juara nasional dan 46 juara provinsi. Lalu, Januari hingga Juli 2019 hanya memperoleh 13 juara internasional, 73 juara nasional dan 33 juara provinsi. Kemerosotan prestasi mahasiswa juga terjadi pada lomba-lomba yang diselenggarakan oleh Kemenristekdikti. Unila mengirim delegasi Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) mahasiswa nasional ke Aceh. Namun pupus tak mendulang medali. Tidak hanya itu, Olimpiade Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (ON-MIPA) 2019 dan Pemilihan Mahasis-

wa Berprestasi Sarjana dan Diploma Unila juga tidak membawa hasil. Tidak hanya itu pada tahun 2019, Unila hanya mampu lolos satu proposal ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas). Sebelumnya, penurunan ini sudah berlangsung selama tiga tahun. Tahun 2017 Unila lolos 7 proposal ke Pimnas dan tahun 2018 hanya lolos 5 proposal. Penurunan Prestasi UKM Kemerosotan prestasi tingkat internasional terjadi pada Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) ESo Unila. 2018 UKM ESo berhasil membawa pulang 11 kemenangan dalam ajang Asian English Olympic 2018. Diantaranya 2 Quater Finalish of debate Novice Category, 2

Octo Finalish of storytelling, Octo Finalish of Speech, 2 Octo Finalish of Newcasting, Octo Finalish of debate Novice Category, dan 2 Participant. Sedangkan tahun ini, UKM ESo hanya membawa pulang 7 kemenangan dalam Asian English Olympic 2019. Diantaranya 1st Runner Up Scrabble, 2nd Runner Up Scrabble, Quarter Finalist Storytelling, Semi Finalist Speech, 4th winner Scrabble, Semi Finalist Newscasting dan quard Finalish Newscasting. Penurunan prestasi juga terjadi pada tingkat nasional, UKM ESo mendapat 18 kemenangan pada tahun 2018. Sedangkan pertengahan tahun 2019 ini, UKM ESo mendapat 14 kemenangan. “Kurangnya persiapan karena kita latihan seadanya, tanpa pelatih dari luar. Kami hanya latihan

sama senior. Sedangkan seharusnya punya pelatih dari nasional, namun tidak ada dana untuk membayar pelatih,� jelas M. Sugi Arto selaku Presiden UKM ESo. Ia juga menambahkan untuk membayar pelatih dibutuhkan dana sekitar Rp. 1 juta per pelatih, sedangkan setiap cabang perlombaan memerlukan minimal satu pelatih. Tak hanya UKM ESo yang mengalami kemerosotan prestasi, UKM Taekwondo juga mengalaminya. 2018, UKM Taekwondo berhasil membawa 3 medali di tingkat nasional. Sedangkan tahun 2019 hanya mampu membawa 1 medali. Berbanding terbalik dengan perolehan tingkat regional. Tahun 2018 UKM Taekwondo mendapat 6 medali. Namun, tahun ini memperoleh 11 medali. “Tahun ini biaya untuk ke-


SE KHUSUS

Dana Kemahasiswaan Cukup

Tidak

Dua bulan lalu, Bagus Kurniawan (Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia ‘18) bersama tiga temannya mewakili Unila dalam ajang UPI Challenge 2019 yang diselenggarakan oleh UKM Taekwondo Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Tiga temannya ialah Desman (Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia ‘15), Samuel Tagorando Situmorang (Akuntasi ‘17) dan Ahmad Luthfian Sander (Teknik Sipil ‘18). Hanya Bagus yang masuk semi final setelah berhasil mengalahkan 3 lawannya. Namun Bagus berhasil dikalahkan oleh Osanandho Naufal Khairuldin dari perwakilan Kota Solo dengan selisih skor yang sedikit yakni 30-32. Pertandingan ini berakhir 3 ronde. Kerja kerasnya selama 4 bulan berlatih akhirnya terbayarkan dengan membawa pulang medali perunggu. Ketua UKM Taekwondo, Lailatul Mukaromah mengaku sempat menyayangkan hanya bisa membawa 4 atlit saja, padahal ia berencana membawa 8 atlit. Hal ini karena keterbatasan dana. Ia mengaku dana yang dicairkan oleh pihak Unila hanya Rp. 4 juta, sedangkan dana yang dibutuhkan Rp. 10 juta. Dana tersebut digunakan untuk biaya registrasi, transportasi, penginapan, dan uang makan. “Karena dana dari Unila tidak cukup, kami mengajukan ke Walikota Bandar Lampung. Lumayan Rp. 3 juta buat tambahan, sisanya kami iuran,” jelas Lailatul. Hal sama juga dirasakan oleh UKM ESo saat mengikuti ajang Asian English Olympic 2019 pada Februari lalu. Dana yang dibutuhkan sekitar Rp 20 juta, namun yang dicairkan oleh pihak rektorat hanya Rp. 7 juta. “Untuk kekurangannya kami menggunakan dana pribadi dan kas dari UKM ESo sendiri,” ujar Sugi. UKM Tapak Suci juga merasakan hal yang serupa. Pada ajang kejuaraan nasional di Universitas Sebelas Maret (UNS), dana yang diberikan Unila masih kurang.

“Uang makan sama beli-beli obat itu kami tanggung sendiri,” jelas Shara Deka Priyati, Bendahara UKM Tapak Suci. Pencairan Dana Lama Lailatul Mukaromah mengatakan tidak hanya dana kemahasiswaan yang kurang, pencairannya pun terlalu lama. Contohnya saat ajang UPI Challenge 2019, Ia sempat menggunakan dana pribadi untuk melakukan pembayaran registrasi. Ditambah dana untuk kejuaraan Taekwondo Championship 2019 belum juga dicairkan. “Sudah 4 bulan mengajukan, namun belum juga dicairkan. Alasannya masih direvisi. Kami merasa tidak diprioritaskan,” kata Lailatul. Senada dengan Lailatul, Shara Deka Priyati (Agronomi ’17) mengatakan telah mengajukan proposal kejuaraan ke rektorat beberapa bulan lalu. Namun sampai sekarang dananya belum cair. “Kan kita banyak mengikuti kegiatan tuh, seperti Lampung Championship, Kejurnas Perti di Solo dan Kejurnas di IBI Darmajaya. Nah dari tiga kegiatan tersebut dananya belum ada yang turun dari rektorat,” jelas Shara. Permasalahan yang sama juga dirasakan oleh UKM Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) saat mengikuti Kejuaraan Pakubumi Open ke-VII Asia Eropa di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada Jumat-Minggu, (23-25/8). Ketua UKM PSHT, Muhammad Abdillah (Kehutanan ‘16) mengaku telah mengajukan proposal dari akhir Juli. Namun sampai keberangkatan, dana dari rekrorat tidak turun. “Sering banget ngecek ke rektorat, namun jawabnnya hanya lagi kosong. Sabar yah pakai dana pribadi dulu. Nanti di ganti,” kata Abdilah mahasiswa Fakultas Pertanian. Tidak hanya itu, beberapa UKM juga mengeluhkan proses pengumpulan Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) sebelum pencairan dana. Dengan sistem seperti itu, Shara mengaku kesulitan untuk mengatur biaya operasional kejuaraan. “Pada saat Kejurnas Perti di Solo, kita mendapatkan uang transportasi dari pihak kampus tetapi untuk biaya makan, penginapan dan pendaftaran menggunakan uang UKM dan uang pribadi,” terangnya. English Society atau yang dikenal sebagai ESo juga mengalami hal serupa. Pencairan dana yang dijanjikan setelah menyerahkan LPJ pun tak kunjung terwujud. Belakangan ini, ESo mengikuti kompetisi ALSA yang diselenggarakan di Universitas Indonesia. “Proposal dan LPJ sudah kita serahkan ke pihak universitas agar dapat diproses. Ya karena mengingat dana yang digunakan merupakan dana pribadi. Jadi besar harapan untuk diganti,” kata Rahma Atika (Hukum ’16) selaku Wakil Presidium

ESo. Menurut Agung Yoga Pangestu, pencairan dana setelah penyerahan LPJ sangat memberatkan mahasiswa. “Agak memberatkan mahasiswa karena biasanya biaya yang digunakan itu biaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ujarnya.

dana seluruh kegiatan UKM, baik kegiatan internal maupun kegiatan nasional dipukul rata Rp. 750 ribu. Menurut Naufal Adjie Riantama (Teknik Elektro ’16) peraturan tersebut sedikit mengganggu. “Dana yang cair untuk UKM sedikit. Setiap UKM pun hanya dikasih 8% untuk program yang diajukan,” ujar Naufal.

Dana Internal Tidak di Danai

Dana Kemahasiswaan hanya Stimulan

Tidak hanya dana kejuaraan yang menurun, bahkan kegiatan internal UKM tidak mendapatkan dana. Yunita Irawati Solin (Administrasi Negara ‘15) selaku Ketua UKM Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) mengatakan kegiatan internal seperti diklat dan open recruitment Mapala Unila membutuhkan waktu yang cukup panjang. Sehingga membutuhkan dana yang tidak sedikit. “Diklat dan open

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof. Karomani mewajarkan keluhan mahasiswa tentang dana yang sedikit. “Wajarlah kurang karena anggaran kita masih terbatas dan mungkin banyak prioritas lain selain dari kemahasiswaan,” ujarnya. Ia menambahkan, penurunan prestasi Unila tidak hanya karena anggaran yang terbatas, namun juga tidak adanya

7

Rohana mengatakan pentingnya pengumpulan LPJ sebagai landasan pembuatan Surat Pertanggung Jawaban (SPJ). Jika UKM terlambat mengumpulkan LPJ, maka pembuatan SPJ pun menjadi lama. Hal ini menjadi penyebab lamanya pencairan dana kemahasiswaan. Lantaran, SPJ menjadi bukti untuk pencairan anggaran di bagian keuangan. “UKM yang mengusulkan proposal harus menunggu UKM lain yang belum menyerahkan SPJ, karena dari SPJ itu dana dapat dicairkan kembali. Imbasnya bisa ke UKM yang mengusulkan proposal baru,” jelas Rohana. Hal ini mulai berlaku Januari 2019. Tepatnya sebelum pelantikan pengurus, UKM dihimbau untuk mengumpulkan program kerja kepengurusan ke pihak rektorat. Namun banyak UKM yang tidak

Di Unila ini pendanaan sesuai aktivitas, perencanaan setahun sebelumnya sudah ada, dan semua pendanaan harus ada output-nya Kedepannya saya minta, UKM itu buat aktivitas apa, butuhnya apa, sasarannya apa,

juaran sangat kecil, sehingga kami kesulitan untuk mengikuti ajang perlombaan,” ujar Ketua UKM Taekwondo, Lailatul Mukaromah. Menurutnya, biaya sangat berpengaruh terhadap peningkatan prestasi. “Jika kita ada bakat, tapi gak ada biaya buat nyalurin bakat, jadikan kehambat,” tambahnya. Ketua UKM Penelitian, Agung Yoga Pangestu mengaku terjadi penurunan prestasi pada UKMnya. “Tahun lalu ada dua tim yang menang ditingkat nasional, namun tahun ini hanya 1 yang menang,” ujarnya. Ia menambahkan, penurunan prestasi terjadi karena kurangnya dana dari rektorat. “Apalagi tahun ini sudah tidak ada lagi dana insentif bagi mahasiswa berprestasi,” tambahnya.

No. 156 XV Bulanan | Edisi Agustus 2019

Prof. Hasriadi Mat Akin - Rektor Unila recruitment bisa sampai 3 bulan, kalo itu tidak di dana iya agak susah, karena itu langkah awal kita merekrut sumber daya manusia. Gimana mau buat anggota berprestasi kalo anggotanya aja nggak ada,” ujarnya. Tidak hanya itu, ia juga mengeluhkan tidak adanya anggaran dana untuk pembelian dan perawatan alat petualang. UKM Mapala memerlukan dana yang tidak sedikit untuk pembelian alat-alat. “Perahu belinya Rp. 20 jutaan lebih. Belinya ya, hasil sana-sini. Nggak pernah didanai Unila sepeser pun,” ujar Yunita. Hal yang sama juga dirasakan oleh UKM Paduan Suara Mahasiswa (PSM). Naufal Adjie Riantama selaku Ketua PSM, mengatakan tahun ini PSM tidak mendapatkan dana untuk pembuatan kostum. Padahal kostum juga menjadi salah satu penilaian saat mengikuti kompetisi. “Tahun lalu pembuatan kostum dapat dana dari rektorat, tapi tahun ini tidak. Sekitar Rp. 16 juta dana yang dibutuhkan untuk pembuatan kostum,” kata Naufal. Walhasil, anggota UKM PSM harus mencari dana dengan mengamen, berjualan, hingga galang dana. Tidak adanya dana untuk kegiatan internal ini mulai berlaku pada tahun 2019. Sebelumnya

reward bagi yang berprestasi. Senada dengan Prof. Karomani, Kepala Sub Bagian Minat, Penalaran, dan Informasi, Rohana Sari mengatakan dana kemahasiswaan yang diberikan Unila hanya stimulan untuk modal awal. “Selebihnya mereka harus bisa mencari dana lain atau mensiasati bagaimana dana yang sedikit itu cukup. Unila bantu seadanya sesuai pagu anggaran,” kata Rohana. Prof. Karomani menjelaskan dana kemahasiswaan Unila berasal dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan rupiah murni sebesar 1,8%. Dana kemahasiswaan per UKM dibawah Rp 10 juta per tahun. Lebih rinci, Rohana menjabarkan tahun ini dana kemahasiswaan untuk kegiatan UKM dianggarkan sekitar Rp. 227 juta. Ia juga mengatakan bahwa pembagian dana per UKM besarnya berbeda-beda. Tergantung kebutuhan dan kegiatan yang akan dilaksanakan. UKM berprestasi akan mendapatkan dana lebih sedikit untuk kegiatan. Sebagian besar dana telah digunakan untuk perlombaan, besarnya sekitar Rp 94 juta. “Alokasi untuk kegiatan sekitar Rp 227 juta lebih itu, untuk 37 UKM dan pembagiannya tidak sama,” ucapnya.

mengumpulkannya. “Jadi saya harus membuat akun yang sama dengan kegiatan tahun sebelumnya,” ujarnya. Ia juga menambahkan, program kerja UKM yang telah terkumpul akan diseleksi dan masuk ke dalam sistem perencanaan anggaran. Lebih lanjut, Prof. Karomani mengatakan penganggaran dana proposal kegiatan dilihat dari seberapa pentingnya output kegiatan bukan lagi jatah. Prof. Karomani berharap kedepannya dana kemahasiswaan harus ada penambahan anggaran. “Harus lebih diperhatikan, program harus bagus, anggarannya harus ditambahin supaya ada ruang yang leluasa untuk mencapai prestasi yang diinginkan,” jelasnya. Menangani keluhan mahasiswa, Rektor Unila, Prof. Hasriadi Mat Akin mengatakan pendanaan yang diberikan kepada mahasiswa harus terencana dan menghasilkan sasaran akhir yang jelas. “Di Unila ini pendanaan sesuai aktivitas, perencanaan setahun sebelumnya sudah ada, dan semua pendanaan harus ada output-nya. Kedepannya saya minta, UKM itu buat aktivitas apa, butuhnya apa, sasarannya apa,” ujar Prof. Hasriadi =


8

INOVASI

No. 156 XV Bulanan | Edisi Agustus 2019

BRIKET BERBAHAN BAKU LIMBAH BATANG SINGKONG Oleh: Nofia Mastuti

S

alah satu dosen sekaligus Sekretaris Jurusan Teknik Pertanian berhasil menciptakan inovasi baru bagi masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan belum pernah ada penemuan sepertiu ini sebelumnya. Ia adalah Sandi Asmara seorang dosen Universitas Lampung (Unila). Sandi mendapat bantuan dana hibah dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Unila untuk melakukan penelitian. Penemuan baru itu ialah pemanfaatan limbah batang singkong yang bisa di jadikan berbagai produk industri rumahan dan juga pertanian. Salah satunya adalah briket. Briket ini tercipta dari upaya pemanfaatan limbah batang singkong sebagai diversifikasi energi alternatif. Sandi menjelaskan bahwa ide penelitian ini muncul karena keprihati-

nannya melihat limbah batang singkong yang selama ini terbuang berhektar-hektar. Limbah batang singkong hanya dibiarkan menumpuk dan dibakar begitu saja. “Sangat disayangkan, penanganan limbah batang singkong selama ini hanya di bakar yang menyebabkan polusi udara, dan ditumpuk yang menyebabkan sarang tikus dan hama penyakit yang mana keduanya sangat merugikan,” ungkapnya. Solusi yang didapat adalah pemanfaatan limbah batang singkong menjadi briket. Tahapan pembuatan briket melalui proses pengecilan limbah batang singkong dengan cara di parut menggunakan alat bernama Rabakong. “Alat itu mengubah batang singkong menjadi serbuk,” jelasnya. Briket berbahan baku limbah batang singkong adalah bahan bakar padat yang dibentuk melalui pros-

es pengempaan (densifikasi) yang terbuat dari serbuk limbah batang singkong dan batu bara yang dicampur dengan bahan pengikat seperti tapioca. Setelah itu pencetakan briket, dan terakhir pengeringan briket. Briket berbahan baku limbah batang singkong berbentuk silinder dengan garis tengah kuran lebih 5cm, panjang 3-10 cm dan berat 20-120 gram. Briket cocok digunakan untuk keperluan memasak rumah tangga penghangat ruangan penghangat anak ayam dan pengeringan. Penggunaan briket berbahan baku limbah batang singkong sebagai bahan bakar padat lebih efisien 65% dari sumber energi penghasil panas seperti minyak tanah, gas, dan kayu. “Hal ini sangat relevan dikarenakan bahan baku yang digunakan dalam pembuatan briket ketersediaannya melim-

Ilustrasi: Chairul Rahman Arif

pah dan teknologi yang digunakan dalam pembuatannya tergolong sederhana,” ujarnya. Sandi Asmara mengharapkan limbah batang singkong ini kedepannya tidak menjadi masalah tetapi menjadi harapan baru

masyarakat. “Saya hanya ingin menunjukkan potensinya batang singkong itu banyak. Supaya bisa jadi perhatian bahwa limbah batang singkong ini sudah bisa dibuat sesuatu yang bermanfaat,” harapnya=

:A Ilustrasi

F. ratama lfanny P

ARTIKEL TEMA

K

eberadaan media dalam kehidupan manusia saat ini tidak bisa dielakkan, sehari-hari kita dikepung oleh berbagai macam informasi dari beragam media. Banjir informasi membuat publik bingung, manakah yang akan dipilih dan apakah yang dipilih itu benar. Persoalan seperti ini merupakan dampak dari melimpahnya informasi di tengah literasi media publik yang belum memadai. Media sebagai penyalur informasi, jembatan penghubung sumber informasi kepada publik mempunyai peranan penting dalam memberikan pencerahan untuk kemajuan suatu masyarakat. Oleh karena itu media perlu

KEPERCAYAAN PUBLIK PADA MEDIA memiliki kredibilitas dihadapan masyarakatnya. Kredibilitas media dibutuhkan selain memberikan pencerahan juga untuk membuat keputusan yang tepat, mempertahankan eksistensi jurnalis dan bisnis media. Di tengah maraknya media sosial, media mainstream (arus utama), ternyata masih dipercaya masyarakat Indonesia. Dalam laporan 2018 Edelman Trust Barometer menunjukkan bahwa dari 28 negara yang dilakukan survei, hanya enam yang memiliki tingkat kepercayaan terhadap media mainstream di atas 50%. Sisanya mengalami ketidakpercayaan terhadap media mainstream dengan tingkat keper-

cayaan di bawah 50%. Di Indonesia, media mainstream (media cetak, media penyiaran) masih menjadi referensi bagi publik untuk mencari informasi. Ini tercermin dari kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap media yang mencapai 68%. Angka tersebut menempatkan kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap media berada di urutan kedua setelah Tiongkok yang memiliki tingkat kepercayaan 71%. Maraknya hoax (berita bohong) membuat kepercayaan publik terhadap platform (media sosial dan mesin pencari) turun. tingkat kepercayaan publik terhadap platform pada tahun 2018 turun 2 poin persen menjadi 51% dibanding tahun

Oleh:

Andy Corry Wardhani Dosen Program Studi Magister Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung

sebelumnya sebesar 53% (https:// databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/05/08). Mencermati riset dari Edelman tersebut, media massa konvensional memiliki peluang yang bagus dan dapat dijadikan modal oleh jurnalis maupun pemilik media di Indonesia, untuk mempertahankan kepercayaan masyarakat yang ada. Hal ini penting, di tengah banyak yang pesimis dengan media mainstream. Apalagi di tengah tertatihnya media cetak, kepercayaan masyarakat ternyata masih tinggi. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pengelola media massa agar kredibilitas itu tetap terjaga. Pertama hoaks tumbuh subur di media sosial. Media massa tidak boleh

terpengaruh dengan ikut-ikutan memuat berita hoaks. Oleh karena itu kualitas berita merupakan prioritas yang tidak dapat ditawar. Kedua kepercayaan publik pada media massa karena isinya sahih, pilihan publik bukan pada medianya tetapi pada isi. Jika isinya baik dan sesuai dengan kebutuhan, publik akan mengaksesnya. Ketiga kualitas jurnalis perlu terus menerus ditingkatkan, dia tidak hanya memberitakan tetapi mempunyai kemampuan menjalankan misi kemanusian dalam tulisannya untuk melakukan perubahan dalam masyarakat ke arah yang lebih baik. Jurnalis juga harus mampu memberikan apa yang tidak didapatkan publik di media sosial=


APRESIASI

No. 156 XV Bulanan | Edisi Agustus 2019

9

SYAIR LAMPUNG Oleh: Novri Rahman (Mahasiswa Pendidkan Sejarah/FKIP ‘15)

Ditinggal Kundang Mati Ya allah huu tuhaan..

Cadang hatiku cadang Tinggal diri tenggalan

Mak ku sangka sekali Juk reji cerita ni Niku andanan hati Mulang mak moloh lagi

Tinggal diri tenggalan Ngabiti kisah diri Kilu kilu di tuhan Di kuat ko ni hati

Mulang mak moloh lagi Lantakhan sai kuasa Nyani nyak cadang hati Kik engok kham dinana Kik engok kham dinana Lalawi senang hati Ganta tinggal cerita Mak mungkin ga terjadi Ya allah hu ya rabbii

Di kuat ko ni hati Jaoh segala bala Niku pembabang hati Di tempatko di surga

a F. ratam anny P

si: Alf Ilustra

Du’a ku di sai kuasa Ampun segala dusa Kalau wi kita khua Tungga nanti di surga *Aswinsyah

Cawa mu dinyak sayang Kham haga bulambanan

Lampung Sai Kaya Raya Bulimpah palawija Atakh gunung pesagi Miyos nihan tikhasa Tikhasa nimpa dikhi

Di ujung barat Lampung Pesisir barat adok ni Adat seni ti pegung Dang nekham lupa dikhi

Lamon hasil bumi Warisan anjak tumbai Cangkeh, lada khek kupi Sunyinni ulun pandai

Tikhasa nimpa dikhi Sikop ni pemandangan Helau nihan lawok ni Turis ni bukhatongan

Dang nekham lupa dikhi Jaga adat budaya Sai tuha sai ngukha ni Jejama kham ngejaga

Sunyinni ulun pandai Kham Lampung sangun jaya Subur makmur alam ni Bulimpah palawija

Turis ni bukhatongan Menok lawok kham agung Wat si bu selancakhan Di ujung barat Lampung

Jejama ngejaga ni Alam khek budaya ni Mak nekham sapa lagi Mak ganta kapan lagi

Ilustrasi: Kalista Setiawan

Uncuk ni sumatera Wat Lampung ya gelakhni Tanoh sai kaya raya Lamon hasil bumi ni

Puisi Jangan Mau Jadi Orang Miskin Jangan mau jadi orang miskin Orang miskin itu lemah

Mereka hidup tanpa aturan Tapi jauh di dalam sana

Tidak Punya kuasa Cuma mengandalkan relasi

Aku melihat orang miskin Dia tidak punya apa-apa

Kalau maju tak berani sendiri Bukan manusia mandiri

Sehingga dia membenci dirinya

Jangan mau jadi orang miskin Orang miskin itu hina

Setengah hari dia bekerja Sisanya untuk meratapi nasib

Bahkan menghina sesama Alih-alih mereka manusia

Dan itu aku .

Padahal mereka binatang Bagaimana tidak

Wajar saja dia kan miskin

Oleh: Paulus Jolan Power Sinaga (Ekonomi Pembanguanan ‘18)

Berubah Timur jadi Barat Timur ganti Barat Timur hilang, Karena Barat Barat melekat, Timur minggat Indonesia sekarat

Anak-Anak Broken Home Sayatan belati menusuk hingga merobek kulitku Semakin mereka berteriak, Semakin menusuk ia. Saben hari kudapati mulut Bercekcok tak kenal ujung

Hampir Mati karena akhlak

Ah, rasa-rasa aku ingin Menggantungkan tubuh Ditali

Oleh: Eka Oktaviana (Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia ‘18)

Terlalu banyak antidepresan yang kutuguk setiap pagi

Hingga teriakan itu tak dapat Kudengar lagi Ah, apa aku mendadak tuli? Atau sudah tak bernadi Sudahlah, mereka tak Pernah peduli Apalagi hanya disabilitastas yang tak bisa berdiri sendiri Oleh: Deshwara Aguelera (Sosiologi ‘18)


10

LIFE STYLE

No. 156 XV Bulanan | Edisi Agustus 2019

Juang Tutup Aurat Oleh: Alfanny Pratama Fauzy

S

60 ribu. Sedangkan untuk cadar Rp 15 ribu dan niqab Rp 65 ribu. Alasan Siti merubah gaya pakainnya karena melihat lingkungan teman-temannya. Lalu, Ia mengikrarkan diri untuk berhijrah. “Kawan-kawan pada pakai gamis terus rasa pengin juga seperti itu dan ikutan beli juga,” katanya. Sedangkan, untuk menjaga konsistensinya berhijrah. Ia bergabung dengan teman-teman yang mendukungnya untuk bersama-sama belajar akhlak lebih baik. “Keduanya harus selaras pakaian dan dalam diri atau akhlak. Iman jugakan naik turun maka temanlah yang mengingatkan juga ketika iman turun,” pungkasnya. Namun, merubah gaya pakaian Siti belum dapat dukungan dari keluarga. Akibatnya, belum pernah dibelikan pakaian syar’i oleh orang tuanya. “Dari ibu sendiri sih yang bilang tidak setuju pakai cadar atau niqab dibilang beliau kayak teroris. Sedangkan ayah marah aja kalau aku ikut banyak kajian gitu, tapi Alhamdulilah adikku mendukung segala proses hijrahku,” tuturnya. Lain halnya, pengalaman Lutfhi Azizah (Kimia ‘17) proses menggunakan pakaian syar’i mendapat

dukungan orang tua. Namun lingkungan sekitar rumahnya, Ia mendapat ucapan, muka sinis, dan celaan karena jilbab lebarnya. “Setiap pulang kampung jadi tanda tanya besar bagi masyarakat di sana karena jilbab saya lebar. Mereka beranggapan saya ikut aliran yang gak bener dan dimanfaatkan golongan tersebut. Butuh satu tahun menyakini masyarakat, sehingga diterima,” ungkapnya. Dahulunya Lutfhi belajar menggunakan pakaian syar’i butuh adaptasi. Ia belajar menggunakan rok terlebih dulu. Setelah itu, memakai jilbab yang lebih lebar. “Agak susah saya orangnya suka naik motor dan olahraga buat susah adaptasi belajar pakai rok. Lalu untuk beli pakainnya saya sisihkan dari uang bidikmisi,” tuturnya. Sedangkan, Heni Pertiwi (Akutansi ‘15) kesulitannya adaptasi pakaian syar’i adalah dari hati. Supaya tak dianggap ikut-ikutan kekinian atau trend menggunakan gamis. “Padahal, hakikatnya itu wajib menutup aurat yang sempurna,” tegasnya. Heni pun mengatakan pakaian gamis lebih mahal. Sebab itu, Ia tak berlebihan membeli pakaian

Ilustrasi: Chairul Rahman Arif

eorang muslimah menutup aurat yang sesuai ajaran agama yang dianutnya memerlukan perjuangan. Terlebih lagi para pengguna jilbab syar’i. Sebab, harus merogoh kocek lumayan besar untuk membeli pakaiannya. Seperti, jilbab lebar, cadar, gamis, legging, handsock, dan kaos kaki. Hal di atas dialamai Siti Mutiah (Pend. Bahasa Perancis ‘16) yang sejak Januari 2019 mulai merubah penampilan pakaiannya ke syar’i. Ia harus menyicil untuk membeli gamis terlebih dulu yang harganya sekitar Rp 65 ribu – Rp 135 ribu. Setelah itu, membeli handsock Rp 35 ribu dan kaos kaki Rp 15 ribu. “Pas awal itu saya membeli empat gamis dan sampai sekarang total punya sembilan gamis. Godaan membeli gamis yang cantik-cantik apalagi dengan adanya online shop pasti ada. Tapi ketika rasa terlintas dalam benak nanti akan dihisab pakainnya kalau banyak yang tak terpakai jadi tidak jadi beli,” ungkapnya. Selain berstatus Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unila, Siti mengajar di Insan Kamadiya. Sehingga, penghasilannya disisihkan untuk membeli jilbab lebar harganya Rp 45 ribu - Rp

sebelum baju rusak dan benar-benar tak layak pakai. “Baju gamis ini yang saya pakai Rp 135 ribuan kalau rusak dibenerin, kalau bolong ditambal, terus kalau udah tidak layak jadiin yang manfaat seperti lap. Baju saya cuman enam udah cukup sebab nanti akan dihisab di akhirat,” jelasnya. Menanggapi mahasiswa yang menggunakan pakain syar’i, Abdul Kadir (56) mengatakan yang penting niat itu semata-mata untuk peroleh berkah Allah SWT. Penceramah keliling ini juga menekankan jangan ikut-ikutan trend. Semua itu butuh

belajar terlebih dulu. Supaya, terbiasa menggunakan pakain syar’i. “Cobaan akan datang dari diri pribadi dan luar. Kalau instan nanti tak betah merasa gerah menggunakan pakain itu. Lalu, dari luar bisa keluarga, lingkungan, dan teman, “ menurutnya. Namun, Abdul mengatakan kalau berjalan di jalan Allah SWT. Semua kesulitan ada hikmahnya. “Semuanya tak mudah untuk memperbaiki diri, perlu istiqomah terus mendekatkan dengan Allah niscaya akan dirangkul oleh-Nya,” ungkapnya=

ZONA AKTIVIS Menagih Janji yang Terbawa Mati

Foto : Doc

Oleh: Paulus Jolan Power Saputra Sinaga

M

ulanya sedan putih berhenti di depan rumah tua itu, Bagus (Isaac Terence) bersama istrinya Sarah (Amalia Nur Safitri) turun dari mobil. Rumah tua itu adalah rumah neneknya yang telah meninggal, mereka kesana untuk membahas harta warisan. “Aku mau rumah ini dibersihin dulu, aku gak mau tinggal di rumah kotor gini,”

ujar Sarah saat melihat rumah tua yang tak terawat itu. Adegan itu adalah mukadimah film pendek “Patang Puluh Wengi” yang berdurasi 8.43 menit. Film ini digarap oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi (HMJ Ilkom) yang merupakan program tahunan. Namun, ini kali pertamanya HMJ Ilkom membuat film genre horor.

Ketua HMJ Ilkom, Askiandi Pradipta (Ilmu Komunikasi ’16) mengatakan terinspirasi dari kisah-kisah horor dari tanah Jawa. “Sebagian besar anak-anak HMJ bersuku Jawa, jadi kita mengangkat kisah-kisah horror dari tanah Jawa. Kebanyakan masyarakat suku jawa masih percaya dengan hal-hal mistis,” kata Askiandi.

Setelah adegan singkat, Patang Puluh Wengi mengajak kita ke teras rumah tua itu, dimana Sarah sedang menikmati secangkir teh. Sarah melihat sosok pria berpakaian serba hitam, mengenakan blangkon di kepalanya yang juga mengamati Sarah. Sarah yang penasaran akhirnya menanyakan kepada Bagus. “Tidak ada siapa-siapa, Sar,” ujar Bagus. Beberapa hari berikutnya, Alamanda teman kecil bagus menemukan buku peninggalan nenek Bagus. Ia menunjukkan kepada Bagus buku yang berisi perjanjian neneknya dengan iblis dan gambar-gambar makhluk abstrak. Dimalam 40 hari sepeninggalan neneknya. Sarah dikejutkan dengan rumah yang tiba-tiba padam, ketika ia ingin mencari lilin ia melihat pocong. Setelah sarah menemukan lilin, namun ia tersandung dan akhirnya terjatuh dan meninggal. Begitu juga dengan Bagus dan Alamanda. Mereka menjadi tumbal perjanjian neneknya bersama dengan iblis.

Aura ngeri juga dibangun dari suasana rumah tua yang suram, ornamen atau peranti jadul serta alunan musik yang menegangkan berhasil dikemas apik oleh sang sutradara, Ayup Bimantara. Film yang diproduksi akhir tahun 2018 ini hanya memerlukan satu bulan produksi dengan anggaran yang tidak besar. “Anggaran kurang lebih 500 ribu karena kita cuma perlu beli property aja, kalau pemain dan peralatan itu dari anak-anak komunikasi,” kata Ayup. Menurutnya, Film adalah salah satu media yang menarik untuk menyampaikan pesan. Sehingga ia memanfaatkannya untuk itu. Dalam film pendek ini, ia menyampaikan jangan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan harta karena pasti akan ada konsekuensi yang harus dibayar. Ia juga berharap melalui film ini bisa memotivasi teman atau adik-adik HMJ Ilkom untuk terus berkarya. “Semoga bisa mengenalkan Jurusan Komunikasi Unila lewat karya-karya film yang dibuat oleh HMJ komunikasi,” tuturnya=


POJOK PKM

No. 155 XV Bulanan | Edisi Agustus 2019

11

Ekspresi Kanker, Tak Pupuskan Tuk Mengajar Oleh: Eka Oktaviana

“Sebagai makhluk Tuhan, tidak boleh putus asa karena semua tentu ada maksudnya. Semua yang terbaik semoga bisa menggugurkan dosa. Saya ingin sembuh agar tetap bisa bermanfaat untuk semua”

W

aktu menunjukkan pukul 11.00 WIB, Jumat (21/6), matahari sudah bertengger di atas kepala. Udara di perumahan Jalan Swadaya 6 Gunung Terang tidak panas, begitu juga dengan rumah no. lima puluh satu itu. Di halaman depan terdapat pohon mangga yang tergantung bunga anggrek pada cabang batangnya. Di samping pohon terdapat tanaman hias yang tertata rapi pada kerangka besi, serta bagian bawah terdapat rumput gajah mini, menambah keasrian. Rumah tersebut adalah kediaman Tri Dewi Andalasari dosen Fakultas Pertanian Unila. Halaman belakang rumah itu juga begitu luas, terdapat berbagai tanaman buah seperti jambu, sawo, dan kelengkeng. Tak hanya itu, adapula berbagai jenis sayuran daun yang ditanam dengan sistem hidroponik dan vertikultur. Serta beberapa kandang ternak yang tertata rapi. Tri Dewi Andalasari atau yang kerap disapa Tri Dewi mengaku kenal dengan dunia pertanian dari kakeknya. Saat kecil ia sering mengikuti kakeknya ke sawah. “Dari situ saya mulai menyukai dunia pertanian, ditambah dengan seringnya melihat acara di TVRI tentang desa. Sehingga timbul rasa senang, jika menjadi penyuluh yang banyak

disayangi petani,” ujarnya. Selain menyukai dunia pertanian, Tri Dewi juga gemar berbagi ilmu dan pengalaman, sehingga ia menjadi dosen. “Tahun 1990 saya membantu dosen senior untuk mengajar dan praktikum, namun lama-lama saya mendapat jadwal mengajar sendiri,” jelasnya. Kini Ia sudah tidak mengajar. Sebab kanker yang ada di dalam tubuhnya telah menyebar. Bermula dari tahun 1997 saat menyadari adanya tonjolan sebelah kanan payudaranya. Saat itu Tri Dewi hanya mengonsumsi obatan herbal, tonjolan pun berangsur-angsur menghilang. Namun tahun 2004, tonjolan itu kembali muncul. “Karena merasa pengobatan herbal pernah berhasil, maka saya menggunakan obatan herbal kembali,” kata Tri. Pada tahun 2006, tonjolan itu sudah sangat mengganggu. Akhirnya ia memutuskan untuk periksa di Rumah Sakit Sarjito Yokyakarta. “Saat itu saya dinyatakan terkena kanker dan harus operasi.

Mendengar itu semua dunia seolah-olah runtuh. Namun suami dan anak-anak saya tidak tinggal diam. Mendukung dan mendoakan yang berbaik untuk saya. Bahkan mereka meyakinkan saya bahwa semua akan baikbaik saja,” ujarnya. Lima tahun setelah itu, kanker itu sudah menyebar pada bagian tulang. Ia pun menjalakan pengobatan dengan kemoterapi dan penyinaran tulang. “Setiap habis nyetir mobil, tulang paha begitu sakit,” keluh Tri Dewi. Saat menjalani pengobatan untuk penyakitnya, Ia termotivasi dari keluarga, teman dan sahabat untuk sembuh. Ia meyakini bahwa setiap peristiwa pasti ada hikmah yang dapat dipetik untuk menjadi pembelajaran hidup. Kanker tulang memaksanya untuk duduk di kursi roda. Namun hal itu sama sekali tidak menurukan semangatnya untuk menunaikan kewajiban dalam mengajar dengan mahasiswanya. Serta, hobinya berbagi ilmu dan pengalaman yang dimiliki. “Mahasiswa saya anggap sebagai salah satu sumber semangat,” tambahnya. Kini Tri Dewi menjalankan perawatan intensif di rumah. Ia tidak dianjurkan untuk melakukan aktivitas yang mengeluarkan banyak tenaga=

Kalista Setiawan Pemimpin Usaha

TEORI KONSPIRASI Diskusi terkait konspirasi memang mampu membuat individu terjerumus masuk ke dalam pikiran berkalut. Bahkan bisa menjadi candu yang mengungkung emosi pikiran. Toh, memang kita hidup bersama teori konspirasi. Berbagai teori persengkokolan itu pun berhasil memengaruhi logika sebagian orang dan mengakui bahwa itu bersifat benar dan nyata. Seperti keberadaan UFO, kekuasaan illuminati, pendaratan manusia pertama di bulan (The Great Moon Hoax). Bahkan hingga teori konspirasi presiden Indonesia, Joko Widodo turut serta dalam jajarannya. Pernyataan kuatnya adalah hal yang bisa kita tangkap kejanggalannya dan itu mempertegas jawabannya. Salah satu contohnya pendaratan Neil Amstrong dan Buzz Aldrin (kru Apollo 11) ke bulan atas titah John F. Kennedy (presiden AS ke-35). Berbagai dokumentasi penjelajahannya disebar oleh NASA sebagai pembuktian. Lalu tahun 1974, seseorang bernama Bill Kaysing menerbitkan sebuah buku berjudul We Never Went to the Moon: America’s Thirty Billion Dollar Swindle. Isinya mengatakan bahwa Amerika telah memalsukan pendaratan di bulan. Hasil investigasinya didasarkan pada kejanggalan yang ada pada rekaman dan foto-foto yang dirilis oleh NASA. Sejak itu, teori konspirasi pendaratan bulan lahir. Beberapa buku ditulis dan mengusulkan ide yang sama. Setelah itu buku-buku atau situs yang membela pendaratan di bulan juga bermunculan. Namun, pembelaan itu tidak pernah dibahas sebanyak teori konspirasinya. Teori konspirasi bukanlah sesuatu yang baru. Hal ini terus membayangi selama paling tidak 100 tahun, kata Profesor Joe Uscinski, penulis American Conspiracy Theories. Teori ini juga menyebar lebih luas dari yang diperkirakan. “Setiap orang meyakini paling tidak satu dan mungkin juga beberapa teori ini,” katanya. Pada dasarnya, teori konspirasi hanyalah sebuah cerita manipulatif dari sejumlah peristiwa besar dan secara kebetulan berkaitan dengan sejumlah argumentasi yang dirasa kuat. Teori itu menjadi menarik karena berisi pembenaran dan penyangkalan yang berkaitan dengan semua hal yang tidak kita sukai. “Kita sangat ahli dalam menyadari adanya pola dan keteraturan. Tetapi kadang-kadang kita terlalu berlebihan. Kita berpikir telah melihat arti dan signifikansi yang sebenarnya tidak ada,” kata Profesor Chris French, psikolog di Universitas Goldsmith, London. Banyak orang akhirnya terpengaruh dengan kekuatan teori tidak jelas yang ternyata malah mengendalikan unsur politik dari peristiwa berkaitan. Seharusnya kita juga perlu memikirkan dan menganalisis unsur kejiwaan di balik teori konspirasi tersebut. Tak ada salahnya mengeluarkan berbagai paham pemikiran. Toh, teori konspirasi malah turut memperkaya dan mengasah otak dalam mencari pembenaran. Namun sebelum termakan teori konspirasi yang menarik, argumentasi penyangkalan maupun pembenaran harus berdasar pada pembuktian secara ilmiah. Jika asal kemakan teori konspirasi, ujung-ujungnya malah menumpulkan pikiran kritis= Tetap Berpikir Merdeka!



Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.