Tabloid Teknokra Unila Edisi 150

Page 1

Halaman 6

Halaman 10

Halaman 11

Ikuti kompetisi Paduan Suara Internasional Canta Al Mar 2014 di Calella-Barcelona, Spanyol, PSM Unila pulang disambut tagihan hutang.

Subeki (Staff Pengajar Lab Pengawasan Mutu Hasil Pertanian (PMHP)) beserta rekannya memilih singkong untuk mengolah­ nya menjadi makanan pokok pengganti nasi.

Sebagai penulis baru, cemooh dan kritikan sudah menjadi makanan sehari-hari baginya. Namun, hal tersebut membuat Eriska semakin semangat dalam berkarya.

Tabloid Mahasiswa Universitas Lampung

Teknologi,Inovasi,Kreativitas dan Aktivitas

Tetap Berpikir Merdeka !

Ilmiah Bisa,Populer juga Boleh

Prestasi

MENGIKIS MATERI


2

No.150 Tahun XVII Edisi April 2017

KOMITMEN

Tabik Pun

Menanti Langkah Pasti

P BERGERAK !

S

eorang mahasiswa tak ha­ nya memiliki tugas untuk belajar, tetapi juga membawa misi agent of change bagi ma­syarakat. Perkembangan dunia yang semakin dinamis dari segala sisi ini memunculkan berbagai perma­ salahan ditengah masyarakat. Seperti perdebatan ideologi, maraknya berita hoax, dan semakin hilangnya budaya ­toleransi. Pandji Pragiwaksono dalam jurnal “Nasional Is Me” pernah mengatakan, “Ha­ nya ada dua jenis anak muda di dunia, mereka yang menuntut perubahan dan mereka yang menciptakan perubahan,”. Tak ingin hanya menjadi penuntut perubahan, kami juga ingin terlibat dalam menciptakan perubahan melalui tulisan. Media memiliki banyak peran, sebagai media informasi, hiburan, serta kontrol sosial. Melalui kontrol sosial inilah Teknokra ikut mengambil peran dalam menciptakan perubahan. Keberanian dan menjaga integritas menjadi bekal utama kami dalam me­ nyajikan berita-berita yang menguak sisi positif Universitas Lampung dan menjadi kontrol kebijakan kampus yang tidak pro-mahasiswa. Tak heran, terkadang membuat kami sering kesulitan untuk menembus narasumber. Hal ini juga

memunculkan pertanyaan oleh pem­ baca “kapan Teknokra terbit lagi?” “me­ ngapa belum terbit?” “Teknokra kurang update”. Bukan tanpa alasan, bukan pula mencari pembenaran sulitnya akses menemui petinggi rektorat membuat liputan utama dan beberapa rubrik lainnya tak kunjung selesai. Undang-Undang nomor 40 Tahun 2008 tentang Ke­ terbukaan Informasi Publik tak cukup menjadi aturan yang bisa dimengerti narasumber. Kami tak bisa menyalahkan pemikiran seperti itu, bagi pembaca yang tak paham dengan aktivitas Teknokra, wajar saja menganggap kami hanya bersantai tanpa melakukan apa-apa. Sebagai Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa, Teknokra tidak hanya melakukan kerja jurnalistik tetapi juga aktif dalam berkegiatan. Belum lama ini kami telah melaksanakan Open Recruitment ke-59 dan tengah disibukkan persiapan kegiatan Workshop Jurnalistik Mahasiswa 29 April mendatang. Siang malam kami lewati di pojok PKM dengan berkegiatan, mencari berita, menulis berita, hingga mengedit berita kerap membuat kami lupa bahwa kami juga manusia yang butuh istirahat. Profesional kerja

coba kami buktikan lewat bergulat de­ ngan malam demi menghasilkan sebuah karya. Sebagai wadah belajar jurnalistik dan berorganisasi, Teknokra tak anti-kritik. Kami masih membutuhkan kritik dari pembaca sebagai bahan evaluasi untuk kami menghasilkan karya yang lebih berkualitas. Kritik adalah sebuah bentuk perhatian pembaca untuk kami. Ketika kami menerima banyak kritik dan saran artinya Teknokra masih dipedulikan. Lewat tabloid Teknokra edisi 150 ini, kami mengajak civitas akademika Unila untuk menyoroti penyelesaian hutang Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Unila kepada Kopdit Mekarsari yang digunakan untuk perlombaan paduan suara di Spanyol pada tahun 2014 yang tak kunjung usai. Selain itu, kami juga menyajikan informasi tentang inovasi pengolahan singkong menjadi nasi dan menyimak bagaimana perjalanan Erisca Febriani, penulis novel muda bergenre teenlit yang karyanya tengah nongkrong di bioskop seluruh Indonesia, serta beberapa informasi seputar kampus yang kami rangkum dalam kampus ikam. Lewat karya ini tak henti kami mengajak pembaca sekalian untuk Tetap Berpikir Merdeka!!! =

Judul : Prestasi Mengikis Materi

restasi mahasiswa menjadi salah satu indikator penilaian akreditasi perguruan tinggi negeri. Tak hanya prestasi di bidang akademik, prestasi non-akademik juga menjadi penyumbang skor penilaian. Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Unila yang merupakan salah satu organisasi di Unila, memiliki pe­ ran penting dalam mengharumkan nama kampus hijau. Berbagai prestasi sudah ditorehkan, baik dari kompetisi di tingkat nasional maupun internasional. Yang tentu tidak mudah untuk didapatkan. Butuh kerja keras untuk menyatukan berbagai macam pita suara manusia supaya menghasilkan harmonisasi yang indah untuk didengar. Butuh pengorbanan yang tak main-main jika ingin membuahkan hasil. Waktu, tenaga, pikiran, dan uang harus direlakan demi sebuah hasil yang memuaskan. Belum lagi banyak kendala yang dihadapi PSM untuk mempersiapkan kompetisi yang diikuti, seperti saat latihan PSM pun harus menumpang latihan di Lab. Gulma Fakultas Pertanian Unila demi mendapat suasana latihan yang tenang. Lantaran ruang sidang gedung PKM Grha Kemahasiswaan yang digunakan untuk latihan harus bergantian dengan penghuni Grha yang lain. Akibat­ nya, PSM Unila harus rela berpindah-pindah tempat latihan setiap harinya. Tak hanya itu, permasalahan biaya akomodasi, biaya latihan, biaya konsumsi, biaya penginapan, biaya pendaftaran, dan biaya kostum sudah menjadi hal yang krusial ketika PSM akan mengikuti perlombaan. Belum lagi sulitnya proses pencairan dana dari rektorat Unila. Walhasil, PSM harus mengamen, menjual keripik, hingga merogoh kocek pribadi demi mengumpulkan dana yang dibutuhkan. Tak hanya sampai disitu, untuk mengikuti kompetisi Paduan Suara Internasional Canta Al Mar 2014 di Calella-Barcelona, Spanyol, PSM Unila terpaksa berhutang sebesar 225 juta ke KSP KOPDIT Mekar Sai Pahoman, Teluk Betung, Bandar Lampung. Hutang itu dipergunakan untuk menutup dana yang dibutuhkan untuk mengikuti perlombaan paduan suara. Meski beban hutang yang begitu besar, sedikit terlupa dengan dibawanya dua medali emas hasil kemenangan dalam kategori folklore dan mixed choire. Senang dan bangga hanya selintas saja. kewajiban membayar hutang harus tetap dijalankan. Sadar akan posisi mahasiswa yang tak berpenghasilan, mengadu kepada pimpinanmenjadi jalan keluar. Namun, pihak kampus yang harusnya memberikan penyelesaian malah seolah lepas tangan. Aksi saling lempar pun terjadi di jajaran pimpinan. Padahal di masalah ini ada nasib tanah yang terancam dilelang. Mau tidak mau Unila juga akan terbawa ketika hutang tak juga terbayarkan. Seharusnya, sudah bukan waktunya untuk mengulur dan mempelajari persoalan hutang piutang. Karena semakin hari bunga hutang akan semakin bertambah dan tanpa disadari hutang akan menumpuk. Diharapkan petinggi Unila dapat duduk bersama untuk mengatasi masalah utang yang sudah menjerat sejak tiga tahun terakhir. Pemangku kepentingan bukan lagi menebar janji untuk segera diselesaikan. Namun, langkah pasti yang harus digalakkan.=

Ide & Konsep : Retnoningayu Janji Utami

PELINDUNG Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., PENASEHAT Prof. Dr. Karomani, M. Si., DEWAN PEMBINA Prof. Dr. Muhajir Utomo, M. Sc., ANGGOTA DEWAN PEMBINA Dr. M. Thoha B. Sampurna Jaya, M. S., Asep Unik SE., ME., Dr. Eddy Riva’I SH., M.H., Ir. Anshori Djausal, M.T., M.A., Prof. Dr. Yuswanto, SH., M. Hum, Asrian Hendi Caya, SE, Dr. Yoke Moelgini, M. Si., Irsan Dalimunte, SE., M.Si., MA., Dr. Dedy Hermawan, S. Sos., M. Si., Maulana Mukhlis, S. Sos., M.IP., Dr. H. Sulton Djasmi, M. Si., Syafaruddin, S. Sos., MA., Toni Wijaya, S. Sos., MA., Kurnia Mahardika, Ayu Yuni Antika, Fitria Wulandari PEMIMPIN UMUM Fajar Nurrohmah PEMIMPIN REDAKSI Rika Andriani REDAKTUR PELAKSANA Wawan Taryanto, Retnoningayu Janji Utami REDAKTUR BERITA Alfany Pratama Fauzy REDAKTUR FOTO Arif Sabarudin REDAKTUR ARTISTIK Retnoningayu Janji Utami REDAKTUR DALAM JARINGAN Ariz Nisrina, Kalista Setiawan KAMERAMEN Silviana, Rohimatus Salamah FOTOGRAFER Trias Suci Puspa Ningrum, Andi Saputra STAF ARTISTIK Rahmad Hidayatulloh REPORTER Tuti Nur Khomariah, Fahimah Andini PEMIMPIN USAHA Yola Savitri MANAJER USAHA Arif Sabarudin MANAJER KEUANGAN Faiza Ukhti Annisa STAF IKLAN DAN PEMASARAN Faiza Ukhti Annisa, M. G. Aji Satriantara STAF KEUANGAN Tuti Nur Khomariah KEPALA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Yola Septika STAF ANALISIS DAN PERPUSTAKAAN Alfanny Pratama F STAF PENGKADERAN DAN SDM Silviana KEPALA KESEKRETARIATAN Fajar Nurrohmah STAF KESEKRETARIATAN Kalista Setiawan MAGANG : Deny Prayoga, Erick Lionar, Anggraeni P.D, Atika Fahimah Z, Danu Sasmita, Ghuffrony Rezaldhy, Inatsan Qurrota A.D., Keti Pritania, Mitha Setiana Asih, Arvina Gita Gustia.

MAJALAH TEKNOKRA diterbitkan oleh Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra Universitas Lampung. Alamat Grha Kemahasiswaan Lt 1 Jl.Soemantri Brodjonegoro No 1 Bandarlampung 35145 Telp.(0721) 788717 Website www.teknokra.com email: ukpmteknokraunila@yahoo.co.id


No.150 Tahun XVII Edisi April 2017

KAMPUS IKAM

UKM Penelitian Raih Juara 1 Oleh Kalista Setiawan

Unila- Tek : Cangkang Biji Karet dapat Mengawetkan Makanan, berhasil membawa Unit ­ Kegiatan Mahasiswa (UKM) Penelitian Unila merebut juara pertama pada ajang Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) Festival Ilmiah Siswa Nasional (FISN) 2017. Acara yang diikuti 9 tim ini dilaksanakan di Universitas Hasanudin Makasar, 17-20 Maret lalu. Penelitian yang dilakukan sejak 2014 ini diketuai oleh Toni Chanigia (Teknik Sipil ’14) ­ ­bersama rekannya, Valentino Budi Pratama (Kimia ’15), Sinta A ­ lfianti (Agroteknologi ’15), dan Narani Widyawati (Kimia ’16). Sebelum­ nya penelitian ini pernah mendapat juara dua di ajang perlombaan

karya ilmiah di Universitas Sriwijaya tahun 2016. Pemanfaatan cakang biji karet yang tidak banyak orang tahu ini menjadi alasan bagi Toni dan rekannya untuk menciptakan bahan pengawet makanan yang ­ sehat untuk dikonsumsi tubuh. Selain tidak adanya pemanfaatan ­ biji karet yang dianggap sampah, Toni bersama rekannya merasa prihatin dengan maraknya bahan pengawet makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat. Menurutnya bahan pengawet yang mengandung bahan kimia akan berbahaya jika dikonsumsi terus-menerus. “Jadi pohon karet tak hanya diambil getahnya saja, tetapi petani bisa mengolah biji

karet yang melimpah serta menolong anak-anaknya dari jenis pegawet makanan yang berba­haya,” ujarnya. Toni Chanigia (Teknik Sipil ’14) memaparkan proses pengolahannya, pertama cangkang biji karet yang mengandung lignin ini dibakar terlebih dahulu, sehingga pemutusan ikatan Fenil Propona menghasilkan fenol (arang). Kemudian asap dari pembakaran ini dikondensasikan menjadi benda cair. “Cairan ini terdapat dua jenis grade, grade satu untuk makanan seperti baso, sedangkan grade dua untuk makanan yang prosesnya dibakar seperti ayam bakar, jagung bakar, dan lain-lain yang dibakar,” paparnya.=

Terdakwa Pidana Narkoba Terancam DO Oleh Faiza Ukhti Annisa

Foto Alfanny Pratama F

Unila-Tek: Masih melekat dalam ingatan. Enam mahasiswa Unila dan satu orang tukang parkir tertangkap tangan sedang mengonsumsi narkoba jenis ganja di toilet gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Graha Kemahasiswaan Unila, Jumat, 19 Agustus tahun lalu. Ditres Narkoba Polisi Daerah Lampung menemukan barang bukti berupa 1 kilogram paket ganja, gergaji, timbangan, pisau, golok, dan alat hisap. Semula barang bukti disembunyikan oleh salah seorang terdakwa yang bersembunyi di kamar mandi. Setelah dipaksa keluar oleh salah seorang dari tim Ditres Narkoba Polda Lampung, ditemukan seorang dari ketujuh orang tersebut tengah menghilangkan barang bukti berupa ganja yang dimasukkan ke dalam lubang WC. Ketika dimintai keterangan oleh tim Ditres Narkoba Polda Lampung, salah seorang dari pemakai mengaku mendapatkan ganja dari seorang penjual di Way Huwi. Ketujuh terdakwa tersebut adalah

Panji Bangkit (Sosiologi ’12), Richard Hero (Sosiologi ’12), Rachmad Ramadhan (Sosiologi ’12), Alvin Qomarudin (Hubungan Internasional ’14), Ali Sujatmiko (Ilmu Pemerintahan ’14), M. Iqbal Yunanda (Ilmu Komunikasi ’12), dan Muhammad Raziv (tukang parkir). Delapan bulan kasus tersebut ditangani oleh Pengadilan Negeri Tanjung Karang. Dilansir dari portal berita tribunlampung.com Senin (23/1) sidang pertama digelar. Jaksa Penuntut Umum, Roosman Yusa mendakwa ketujuh terdakwa dengan pasal berlapis, yaitu pasal 114 ayat (1) jo, pasal 111 ayat (1) jo, dan terakhir pasal 127 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Narkotika. Terdakwa terancam hukuman pidana seumur hidup. Namun, pada sidang kedua, Senin (13/3) Jaksa Penuntut Umum berpendapat, dari tiga pasal yang didakwakan sebelumnya, terdakwa terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dalam pasal 114 ayat (1) jo pasal 132 ayat

(1) Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Narkotika. Yusa pun menuntut ketujuh terdakwa dengan tindak pidana dengan hukuman enam tahun penjara dan denda sebesar Rp1 Miliar. Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FISIP, Dadang Karya Bakti mengaku sempat kaget mendengar ditangkapnya keenam mahasiswa tersebut, lantaran mereka tidak pernah memiliki sanksi akademik dan selalu berperilaku baik. “Mungkin itu karena pergaulan yang salah, kita berharap yang terbaik saja,” ujarnya. Menyikapi proses sidang tersebut, ia mengatakan sudah terbit Surat Keputusan Rektor Unila Nomor 583/UN26/KM/2016 tentang pemberhentian sementara status sebagai mahasiswa FISIP Unila. Dalam surat tersebut diputuskan, Jika mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan terbukti bersalah, maka akan diberikan sanksi sesuai tingkatan kesalahannya hingga pencabutan status mahasiswanya secara permanen. Kemudian, apabila ma-

Aksi. Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi BEM seluruh Indonesia menggelar aksi menolak represifitas pemerintah di By Pass Unila , foto dibidik Selasa, (12/4).

Unila Rawan Pembobol Oleh Alfanny Pratama F

3

FKIP-Tek : Universitas Lampung masih jauh dari kata aman. Terbukti Jumat (27/3), dua kantin di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unila dibobol kawanan pencuri. Aksi yang dilakukan pada malam hari ini, baru diketahui oleh pemilik kantin saat pagi harinya. Pemilik kantin, Basrin HS ­me­­­ng­aku terkejut saat melihat pintu kantinnya setengah terbuka dan gerendelnya sudah rusak. Setelah diperiksa laptop, printer canon, rokok, makanan ringan, dan uang tunai sebesar Rp3 juta sudah raib tak tersisa. “Sebelumnya juga baru belanja banyak dagangan untuk distok. Kalau dihitung kerugian sekitar Rp10 juta,” akunya dengan wajah kecewa. Meski begitu, Basri tak melaporkan kasus pencurian tersebut ke pihak kepolisian. Baginya selain mengurus laporan yang begitu sulit, melapor juga tidak akan mengembalikan barang-barang yang sudah terlanjur hilang. Tak hanya Basri, kantin milik Jamiati juga sempat mengulang

dirusak pintunya. Namun beruntung tidak ada barang yang hilang. “Alhamdulillah gak ada yang diambil setelah dicek-cek hanya dirusak aja pintunya, selain itu duit juga enggak pernah ditinggal,” tutur Jamiati. Kejadian yang sama juga dialami oleh Unit kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra Unila. Minggu (9/4) sekitar pukul 03.40 dini hari, satu orang pencuri yang mengenakan pakaian bewarna hitam memasukkan tanganya melalui kaca jendela dan mengambil satu buah handphone milik kru Teknokra. Pemimpin Redaksi, Rika Andriani yang terbangun lantaran akan meneruskan mengedit berita langsung teriak dan membangunkan rekannya. Namun, pencuri langsung melarikan diri tanpa sempat terlihat wajahnya. Kejadian tersebut sudah dilaporkan kepada Satpam Unila yang sedang berjaga malam itu. Namun hingga kini pencuri tidak dapat dilacak keberadaannya.=

hasiswa tersebut tidak bersalah atau hanya sebagai korban, maka akan dipulihkan statusnya sebagai mahasiswa. Hal itu dibenarkan oleh Prof. Bujang Rahman (Wakil Rektor Bidang Akademik) Unila. Menurutnya Narkoba adalah permasalahan nasional sehingga tidak dapat diteloransi. “Kalau tidak terbukti bersalah, kita akan rehabilitasi tetapi kalau terbukti bersalah kita akan berhentikan permanen, titik!” tegasnya. Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof. Karomani menjelaskan sanksi untuk

mahasiswa pengguna narkoba sudah diatur dalam Keputusan Rektor Universitas Lampung No.359/ UN26/DT/2012 tentang Tata Pergaulan Warga dan Sanksi Serta Penghargaan di Universitas Lampung. Namun, peraturan itu masih perlu disempurnakan. Untuk itu, Rabu (19/4) mendatang akan diadakan rapat untuk menyempurnakan payung hukum tentang Tata Pergaulan Warga dan Sanksi Serta Penghargaan di Universitas Lampung. “Agar setiap perbuatan nantinya akan semakin jelas sanksinya,” terangnya.=

Proposal Penelitian Dosen Marak Kesalahan Oleh Anggraeni PD

Unila-Tek: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unila mengadakan Kuliah Umum tentang “Kebijakan Kemenristekdikti dalam Penguatan Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat untuk Akselerasi Peningkatan Daya Saing Bangsa” Sabtu (8/4). Acara yang berlangsung di Ruang Sidang Lantai 2 Gedung Rektorat ini dihadiri oleh 86 dosen yang ada di Unila. Sebagai universitas yang menyandang akreditasi A, Unila masih memiliki kekurangan dalam hal penelitian dosen. Seringnya kesalahan proposal yang tidak sesuai dengan buku pedoman pun menjadi topik bahasan. Sebagai pemateri, Muhammad Dimayati menyayangkan masih terdapat banyak kesalahan dalam penyusunan proposal penelitian dosen. Hal ini lantaran peneliti tidak berpedoman pada tata cara penyusunan dan pelaksanaan penilaian standar biaya pengeluaran. “Penelitian harus mengacu pada

pedoman PMK 69 dan 106 kedua yang dikeluarkan Kemenristekdikti,” tuturnya. “Kesalahan masih sering terjadi pada penelitian profesional, apalagi yang pemula banyak kesalahan, sehingga saat terjadi kesalahan ­be­rakibatkan gagal dipublikasikan;” tambahnya. Ia berharap dengan ini para dosen akan lebih mengerti letak kesalahan proposalnya dan dapat memperbaiki pada penelitian selanjutnya. Sekretaris LPPM, Hartoyo me­ ngatakan acara tersebut betujuan untuk memberikan referensi sebagai bahan pembelajaran penelitian bagi para dosen. Harapannya setelah kegiatan ini, dosen dapat lebih termotivasi untuk melakukan penelitian demi mempertahankan akreditasi Unila. Ia juga berpesan, kedepan dosen Unila dapat lebih teliti dalam membuat proposal penelitian, supaya hasil penelitiannya dapat bersaing di kancah nasional maupun internasional.=


4

No.150 Tahun XVII Edisi April 2017

KAMPUS IKAM Marsudi Siap Kembalikan Posisi Webomatrics Unila Oleh Faiza Ukhti Annisa

Unila-Tek: Marsudi resmi dilantik sebagai Kepala Sub Bagian Hubu­ ngan Masyarakat (Kasubbag Humas) Unila menggantikan Badrul Huda, Senin (20/3). Mengembalikan posisi Unila ke Top Ten University versi Webomatrics menjadi visinya kali ini. Menurutnya posisi webomatrics Unila terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Pasalnya Unila yang pernah berada di urutan ke-10 tahun 2015, mengalami penurunan di tahun 2016 yang berada pada urutan ke-13. Lebih parahnya lagi tahun ini Unila berada di urutan ke-14 versi webomatrics. Untuk mengembalikan posisi bahkan meningkatkan webomatrics Unila, Marsudi akan melakukan terobosan mulai dengan mengajak seluruh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Unila dapat bersama-sama menyeragamkan penyusunan website supaya saling terintegrasi satu sama lain. “Kami akan menghubungi pengelola website fakultas dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) agar dapat menyambungkan websitenya ke website Unila,” ungkapnya saat ditemui di ruangannya, Senin (3/4). Ia juga menjelaskan tugas Humas Unila adalah menginformasikan setiap kegiatan di lingkup kampus. Namun, tak jarang Humas mendapat kendala ketika meminta informasi kegiatan mahasiswa di Unila. “Staff saya bilang kalo kita (Humas) dipandang sebelah mata ketika datang minta informasi. Kita tidak dilayani sedangkan media lokal dilayani. Padahal di rumah sendiri istilahnya” keluhnya. Untuk itu, pihaknya akan terus mengajak seluruh mahasiswa untuk bekerjasama dalam memublikasikan setiap kegiatannya yang ada di Unila. Ia pun berharap seluruh civitas akademika mau diajak untuk saling bekerjasama dalam meningkatkan posisi webomatrics kampus hijau. =

IPK tidak Menjamin Kesuksesan Oleh Inatsan Qurrota A’yun Dz

FP-Tek: “Menjadi sukses itu tidak mudah. IPK tinggi tidak menjamin kesuksesan jika kita tidak dapat mengubah pola pikir dan sikap hidup mulai dari diri sendiri,” terang Christina Agustin dalam Seminar Nasional Kewirausahaan yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (Himaseperta) di Aula Pertanian, Sabtu (8/4). Pemateri dari Kementerian Koperasi dan UKM RI ini menjelaskan bahwa IPK tidak dapat dijadikan sebagai parameter kesuksesan seseorang. Menurutnya IPK harus dibarengi dengan wawasan serta pengalaman yang siap dibawa ke dunia kerja nantinya. Ia juga mengajak mahasiswa untuk dapat berwirausaha sejak muda daripada menghabiskan waktu untuk nongkrong dan hura-hura. “Wirausaha yes wira-wiri no!” serunya yang diikuti oleh puluhan mahasiswa. Acara bertema “Meningkatkan Peran Pemuda dalam Metamorfosa Perekonomian Bangsa” ini juga menghadirkan Adi Pramudya, seorang pengusaha muda sekaligus owner CV. Anugrah Adi Jaya. Ia mengatakan untuk menjadi seorang pengusaha kuncinya harus jujur, kreatif, serta inovatif. “Orang yang tidak jujur pada akhirnya akan jatuh dan hancur. Saat jatuh harus langsung bangkit bukan putus asa dan mundur. Dan jangan pernah mengulang kesalahan yang sama,” ungkapnya. Mendengar materi yang disampaikan, Erika mahasiswa Universitas Muhammadiyah Lampung (UML) mengaku tertarik untuk mencoba terjun ke bisnis. “Materinya bermanfaat banget nih! Membuka pikiran saya bahwa peluang bisnis terbuka dimana-mana,” ujarnya. =

Capai Prestasi Butuh Sinergi Oleh Andi Saputra

Unila-Tek: Qadar Hasani melantik dan mengesahkan anggota baru Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Sains dan Teknologi (Saintek) di ruang Sidang Grha Kemahsiswaan Lantai 2, Sabtu (8/4). Pelantikan bertema “Tingkatkan Konsolidasi Menuju Saintek Kreatif Berprestasi” ini dihadiri oleh perwakilan dari masing-masing anggota UKM universitas. Dalam sambutannya, Qadar Hasani berpesan agar di kepengurusan yang baru UKM Saintek dapat memberikan prestasi terbaiknya untuk Unila. “UKMUKM di Unila mempunyai tanggung jawab besar untuk dapat menghasilkan prestasi. Karena eksistensi sebuah perguruan tinggi didukung oleh prestasi,” paparnya. Ketua pelaksana, Egit Noviansyah (Teknologi Hasil Pertanian ’15) mengatakan butuh sinergisitas dan

kolaborasi antar para anggota untuk menghasilkan karya baik dalam bentuk prototype maupun karya tulis ilmiah. Menurutnya, mahasiswa harus dapat merealisasikan perannya sebagai agent of change, social control, dan iron stock. “UKM Saintek adalah wadah untuk mengeksplor berbagai minat dan bakat di bidang akademik. Untuk membangun kader yang berkualitas, cerdas intelektual, spiritual, sosial, kepemimpinan dan berintregitas. Mari tuangkan ide sesuai minat dan bakat kita untuk menghasilkan problem solver bagi masyarakat banyak,” tambahnya. Presiden Baru, Ganjar Andulangi (MIPA Kimia ’14) telah menyiapkan berbagai program kerja untuk mendorong kemajuan UKM Saintek, salah satunya ialah english day, dimana pada hari tertentu setiap anggota diwajibkan menggunakan bahasa

inggris dalam berkomunikasi. “Dengan program baru tersebut saya berharap para anggota dapat saling berkontribusi menyumbangkan ide-ide nya untuk kemajuan UKM U Saintek Unila,” jelasnya. Presiden demisioner, Septian Wulan Dari (Pend. Fisika ’13) menyayangkan UKM Saintek belum juga memiliki kesekretariatan hingga sekarang. Hal inilah yang memicu sulitnya anggota untuk berkumpul dan berdiskusi. Ia berharap agar UKM Saintek segera mendapatkan sekret dan dapat menciptakan kreasi-kreasi terbaru untuk mencapai goalnya yaitu prestasi. “Di zaman saya dulu kami kumpul di balrek untuk berdiskusi. Hal itu dirasa kurang nyaman, semoga cepet dapet sekret biar enak ngobrolnya,” keluhnya.=

Penurunan Kuota KKN Kebangsaan Oleh Rohimatus Salamah

Unila-Tek: Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kebangsaan Unila mengalami penurunan kuota setiap tahunnya. Tahun 2015 Unila mengirim 30 mahasiswa dan 16 mahasiswa di tahun 2016. Namun tahun ini, kuota kembali menurun dengan hanya lima dari ribuan mahasiswa pendaftar yang dapat mengikuti KKN kebangsaan di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo pada 10 Juli-10 Agustus mendatang. Penurunan ini sudah menjadi ketetapan dari Sistem ­ Informasi Pembelajaran dan KemahasiswaanRiset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Simbel­mawa-Ristekdikti). Adapun persyarat­an untuk mengikuti KKN Kebangsaan diantaranya, mahasiswa sudah mengambil minimal 110 SKS, IPK minimal 3,00, melampirkan surat aktif organisasi, menandatangani perjanji-

an untuk bersedia ditempatkan di lokasi yang ditentukan, dan memperoleh Surat Keputusan Rektor sebagai peserta KKN Kebangsaan. Sebanyak 2008 mahasiswa sudah mendaftar untuk mengikuti KKN Kebangsaan ini. Pendaftaran akan dibuka sampai bulai Mei mendatang. Nantinya mahasiswa akan melewati proses seleksi wawancara seputar pengetahuan tentang Lampung dan Unila. “Konservasi” menjadi tema KKN Kebangsaan tahun ini. Tema tersebut bertujuan untuk membuka pandangan terhadap efek ekonomi dari adanya kawasan hutan lindung dan hutan nasional, serta mengedukasi masyarakat sekitar untuk meminimalisir kerusakan lingkungan. Koordinator Bidang Pendidikan dan Pelatihan, Gusri Ahyar mengatakan sebelum dilepaskan ke lokasi KKN Kebangsaan, mahasiswa akan

dibekali berbagai materi seperti, metodologi, kreatifitas, bakti kampus, serta bimbingan mengenai penyusunan program kerja. “Materinya lebih kepada yang praktis untuk memberdayakan masyarakat desa dimana mereka KKN,” ­ujarnya. Ketua Umum Badan Pelaksana KKN (BP-KKN) Unila, Sri Waluyo mengungkapkan, saat ini lebih mudah untuk memantau kegiatan KKN di lapangan. Hal itu lantaran sudah dikembangkannya aplikasi KKN Android yang dapat langsung mengakses hasil laporan dan mengevaluasi penulisan jurnal harian mahasiswa. “Semoga lima mahasiswa yang terpilih nantinya dapat bersaing dalam hal program kerja dengan seluruh mahasiswa dari perguruan tinggi di Indonesia, dan dapat membawa nama Unila di kancah nasional,” ujarnya.=

Kembangkan Budaya Lampung Oleh Erick Lionar

FKIP- Tek: Wakil Dekan Kemahasiswaan dan Alumni FKIP Unila, Supriyadi resmi melantik pengurus baru Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKMF) Kelompok Studi Seni (KSS) FKIP periode 20172018 di Gedung F1 FKIP, Senin (3/4). Dalam sambutannya, Supriyadi berharap dengan adanya UKM KSS di Unila, budaya Lampung yang sudah mulai pudar dapat dikenalkan kembali khususnya pada kalangan mahasiswa. “Saya harap U ­ KMF KSS ini untuk fokus terhadap kesenian tradisional. Kita berada di Lampung maka kesenian tradisonal Lampung lah yang perlu kita hidupkan kembali. Mari kita tumbuh kembangkan baik itu tari tradisional, pantun, dan lainnya,” ujarnya. Acara yang mengusung tema “Gotong Royong” ini bertujuan untuk mengajak seluruh pengurus baru KSS dapat saling bekerja sama dalam menyukseskan program kerja yang sudah direncanakan. Ketua pelaksana, Agung Yuda Caturizal (Penjaskesrek ’13) mengatakan dalam berkesenian butuh usaha dan kerja keras dari seluruh pengurus KSS untuk mendapatkan sebuah prestasi. “Semoga pengurus baru bisa menjalankan keduanya baik organisasi dan dapat prestasi dearah atau dan nasional,” harapnya. Ketua Umum terpilih, Nanang Saputro (PGSD ’14) mengaku optimis dapat menjadikan UKMF KSS menjadi organisasi yang unggul, demokratis, dan kompetitif di bawah kepemimpinanya. Ia berharap tahun ini dapat menggali potensi dan bakat dari masing-masing anggota baru serta lebih total dalam berkesenian. =

Foto Andi Saputra

Pameran. Pengunjung sedang mengamati foto salah seorang fotografer pada ajang pameran fotografi UKM Zoom Unila di Lampung Walk. Foto dibidik Sabtu (8/4).


No.150 Tahun XVII Edisi April 2017

KAMPUS IKAM

Nakhoda Baru Menwa Oleh : Rahmad Hidayatulloh

Unila-Tek: Rektor Universitas Lampung, Prof. Hasriadi Mat Akin resmi melantik kepengurusan Unit Kegiatan Mahasiswa Resimen Mahasiswa Unila (UKM Menwa Unila) periode 2017 di belakang gedung Rektorat Unila, Kamis (9/3). Yogi Prayanda (FMIPA Fisika ’12) dan Shindi Dwiyanti (FMIPA Matematika ’14) ditetapkan sebagai Komandan dan Wakil Komandan Batalyon 201/Pemukul periode 2017 berdasarkan musyawarah besar yang digelar pada 17-18 Januari lalu. Acara yang diisi dengan serah terima jabatan (sertijab) kepengurusan periode tahun 2016 ke periode tahun 2017 ini, dihadiri oleh perwakilan Komando Resort Militer (Korem) 043 Garuda Hitam (Gatam), Komando Distrik Militer (Kodim) 0410/KBL, Komando Rayon Militer (Koramil) Kedaton, Yusuf Kohar (wakil wali kota Bandarlampung), Bintara Pembina desa (Babinsa), UKM internal Unila, Menwa se-Lampung serta Ikatan Alumni Resimen Mahasiswa

Indonesia (Ikarmi). Yogi Prayanda sebagai Komandan terpilih mengaku sudah menyiapkan program kerja unggulan dibawah kepemimpinannya. “Progja pelatihan SAR, pelatihan scuba diving, glady Posko seLampung dan diakhir tahun akan menyelenggarakan semarak bela Negara,” ungkapnya. Ia juga menambahkan program kerja ini bertujuan untuk lebih meningkatkan eksistensi Menwa Unila. Menyadari banyaknya tantangan untuk suskesnya program kerja kedepan, Yogi ingin membekali setiap anggotanya untuk siap dalam kegiatan nasional dan menjalin kerja sama dengan Dinas Pertahanan Indonesia. I Gusti Ngurah Arjuna Indrayana (alumni Menwa) berharap Menwa lebih eksis lagi di kancah nasioanal. “Mengabdi kepada negara melalui universitas semoga Menwa tambah maju lagi, tambah jaya lagi, dan anggotanya lebih banyak lagi,” ujarnya=

Daftar EPT Menuai Keluhan Oleh Retnoningayu Janji Utami

Unila-Tek: Senin (5/4) puluhan mahasiswa memadati gedung UPT. Balai Bahasa. Mahasiswa yang ma­yoritas semester akhir ini rela meng­ antre dari pagi untuk mendaftar English Proficiency Test (EPT) sebagai salah satu syarat kelulusan. Pendaftaran yang hanya dibuka setiap Senin dan Selasa dari pukul 07.00-12.00 WIB sejak akhir Februari ini banyak menuai keluhan dari mahasiswa. Helin (D3 Informatika ’14) me­ ngaku sudah mengantre di Balai

Bahasa Unila sejak pukul 06.30 pagi. Menurutnya jika datang kesiangan maka peluang untuk mendapatkan nomor antrian akan hilang. ”Minggu kemarin datang jam sepuluh enggak dapat nomor antrean,” u ­ngkapnya. Ia berharap Unila dapat menyediakan pendaf­ taran EPT secara online supaya waktu mahasiswa untuk mengantre dapat digunakan untuk melakukan hal lain. “Kalau bisa daftar online tinggal bayarnya disini dengan menunjukan nomor pendaftaran

5

Foto Andi Saputra

Sidak. Prof. Karomani (Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni) bersama Wakil Dekan 3 seluruh Fakultas melakukan peninjauan ke sekretariat seluruh UKM yang ada di Unila. Foto Dibidik Senin (10/4).

aja,” tukasnya membayangkan. Hal yang sama juga dikeluhkan oleh Rosyad Kamil (Ilmu Kompu­ ter’13). Menurut mahasiswa semester delapan ini sistem pendaftaran tes toefl Unila masih berantakan. Hal tersebut menyebabkan banyak mahasiswa yang saling menyerobot nomor antrean. Ia pun baru mendapat nomor antrean setelah tiga minggu mengantre di Balai Bahasa. “Sistem pendaftaranya kurang bagus. Seharusnya di- change yang sebelumnya sudah ikut. Jadi yang daftar enggak yang ini-ini aja dari sebelumnya,” keluhnya. Kepala UPT Balai Bahasa Unila, Muhammad Sukirlan mengatakan membludaknya pendaftar EPT disebabkan adanya sterilisasi dua Lab yang akan digunakan untuk tes online. “Lab Balai Bahasa sebelumnya ada empat, namun karena dua labnya sedang dalam persiapan untuk sistem online, maka harus disterilisasikan dulu.” ujarnya. Ia juga menjelaskan, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Bahasa Unila melayani mahasiswa yang ingin mengikuti Institutional Testing Program (IPT) dan English Proficiency Test (EPT). Bedanya hasil ujian IPT dapat digunakan untuk pengajuan beasiswa keluar negeri dengan membayar sebesar

Rp500.000, sedangkan ujian EPT digunakan sebagai persyaratan wisuda dengan membayar Rp 20.000 untuk mahasiswa S1 dan Diploma serta Rp100.000 untuk mahasiswa S2. Tes EPT digelar setiap Rabu dan Kamis dengan kuota sebanyak 360 peserta. Peserta harus mampu menuntaskan ujian reading, listening dan structure selama 120 menit. Peserta yang dinyatakan lolos EPT jika skor minimalnya sebanyak 450. skor minimal EPT ini setara dengan TOEFL, sehingga jika mahasiswa mampu melewati skor minimal EPT ini dianggap mampu berbahasa inggris dengan baik. “Jika tes EPT bisa lulus, dipastikan anak tersebut bisa mengerjakan tes TOEFL,” ungkapnya. Namun, skor minimal tersebut juga masih menjadi salah satu kendala bagi mahasiswa Unila. Tak sedikit yang harus mengikuti beberapa kali tes untuk dapat melampaui batas minimal skor tersebut. Hal ini yang dialami oleh Esti Media Tanza, mahasiswa PGSD 2013 ini akan melakukan ujian EPT untuk kedua

kalinya. “Skor sebelumnya kurang 60 lagi, sebelumnya memang kurang persiapan. Nanti kalau tidak lulus ya akan coba lagi,” akunya. Banyaknya mahasiswa yang tidak lulus EPT dalam sekali ujian ini, Sukirlan akan merencanakan program les bahasa inggris. Les bahasa inggris ini dipatok dengan biaya Rp 300.000 (S1 dan diploma) dan Rp500.000 untuk (S2). Syaratnya, mahasiswa yang akan mengikuti les harus terlebih dahulu mengalami kegagalan sebanyak tiga kali. Selain itu, Sukirlan juga bertekad akan meningkatkan kemampuan berbahasa inggris mahasiswa Unila lewat program English Extracuriculer. Program ini melibatkan mahasiswa Unila yang diambil secara acak setiap fakultas untuk mendapatkan pelatihan berbahasa inggris selama 16 kali pertemuan secara gratis. Setiap fakultas mendapatkan kuota sebanyak 60 peserta. Kegiatan ini akan dibantu oleh dosen pengajar dan tutor yang berstatus sebagai volunteer. Tahun ini, English extracuriculer telah berlangsung selama dua kali pertemuan.=

Tingkatkan Solidaritas di Usia 38 Oleh M.G.Aji Satriatara

Foto Andi Saputra

Donor. UKM Merpati Putih Unila menggelar donor darah gratis untuk memperingati hari jadinya ke-54 di ­­­pelataran GSG Universitas Lampung. Foto Dibidik Minggu (2/4).

FT- Tek: “Mewujudkan Engineer yang Kreatif, Inovatif, serta Bersi­ nergi demi Mempererat Solidaritas antar Civitas Fakultas Teknik Universitas Lampung” menjadi tema digelarnya kegiatan Engineering Expo tahun ini. Acara yang bertujuan untuk memperingati Dies Natalis Fakultas Teknik (FT) Unila ke-38 ini, digelar selama enam hari (2025/3) di belakang gedung Mushola. Seminar nasional tentang “Inovasi Teknologi Terbarukan Menuju Kemandirian Bangsa Indonesia” menjadi pembuka perayaan hari jadi tersebut. Beberapa perlombaan pun ikut digelar, diantaranya lomba the Voice, tenis meja, futsal, fotografi, lomba cerdas cermat , tarik tambang, dan menghias tumpeng. stand galery Engenering yang didirikan Lembaga Kemahasiswaan (LK) FT juga ikut memeriahkan acara. Perayaan

pun ditutup dengan acara fun walk mengelilingi area Unila. Ketua Pelaksana, Riski Azhari (Teknik Elektro ’15) berharap acara tersebut dapat meningkatkan silahturahmi seluruh civitas akademika khususnya fakultas teknik. “Semoga hubungan yang sudah terjalin ini tetap terus dijaga, bahkan ditingkatkan solidaritasnya bukan hanya sesama mahasiswa, namun juga dosen, karyawan, staf serta seluruh petugas keamanan,” ujarnya. Salah satu peserta lomba tenis meja, Azri Pangaribuan (Teknik Geofisika’ 14 -mengaku antusias untuk mengikuti perlombaan yang diadakan fakultas teknik. Menurutnya menang kalah tidak­ lah penting. Ikut berpartisipasi jauh lebih menyenangkan bagi­ nya. “Menang kalah itu hal biasa. Yang penting solidaritas kita terjaga,” paparnya. =


No.150 Tahun XVII Edisi April 2017

Prestasi Mengikis Materi Oleh Tuti Nurkhomariyah

Mengukir prestasi bukan perkara yang mudah. Butuh pengorbanan waktu, tenaga, juga uang. Ketika pengorbanan sudah menjadi keharusan. Kewajiban lain menunggu untuk dituntaskan. Begitu sulitnya ketika prestasi harus dibarengi dengan hutang. “Hee yamko rambe yamko aronawa kombe He yamko rambe yamko aronawa kombe …………………….” Jarum jam menunjuk pukul sepuluh malam. Terdengar suara sopran, mezzo-sopran, alto, tenor, baritone, dan bas saling bersautan. Lantunan lagu semangat membius lorong gelap dan sunyi malam itu. Seperti biasa, Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Grha Kemahasiswaan Unila sepi. Tak ada aktivitas yang berarti. Kotor, gelap, dan bau tepat untuk menggambarkan tempat para aktivis beradu pemikiran ini. Bagi kebanyakan mahasiswa, pasti enggan berlama-lama di tempat yang jauh dari kata nyaman. Namun, bagi mahasiswa yang tak ingin hanya mendapatkan gelar sarjana melainkan berburu pengalaman untuk dibawa ke dunia kerja, di sinilah tempat yang tepat untuk menghabiskan malam. Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Unila contohnya. Menginap dan bergulat dengan malam sudah

menjadi hal biasa. Sehari sekretnya kosong mustahil rasanya. Ruang berukuran sekitar 5x7 meter itu menjadi saksi bisu puluhan mahasiswa mengukir prestasi di bidang tarik suara. Juara nasional maupun internasional sudah pernah dibo­ yongnya. Tak ingin cepat puas, berbagai ajang pun mereka ikuti.

tak dapat berlangsung lama, karena harus bergantian dengan yang lainnya. Tak jarang anggota PSM pun harus menumpang latihan di Lab Gulma Fakultas Pertanian Unila demi mendapat suasana latihan yang tenang. Bagi mereka sudah biasa untuk berpindah-pindah mencari tempat latihan yang nyaman.

Bulan ini saja, PSM Unila sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti kompetisi paduan suara di pulau Bali yang akan diadakan pada 14-20 Juli mendatang. Masih terlalu lama memang. Namun menyatukan berbagai macam jenis dan warna suara bukanlah hal yang mudah. Sehari saja tidak latihan maka suara yang mereka keluarkan pasti akan mengalami perubahan. Butuh kerja keras dan keseriusan untuk menjadi tim paduan suara yang siap bersaing di luar sana.

Kali Pertama Ikuti Ajang Internasional

Tidak adanya ruang khusus untuk latihan terkadang menjadi kendala. Sesekali PSM menggunakan ruang Sidang Grha Kemahasiswaan Lantai 2 Unila untuk sekadar berlatih tarik suara. Namun, hal tersebut

Rentetan prestasi di kancah nasional tak lantas membuat PSM Unila puas dan terlena. Terus berlatih untuk mengikuti berbagai ajang masih terus digalakkan. Bagi mereka cepat berpuas diri menyebabkan organisasi akan sulit berkembang. Ajang internsional pun menjadi target mereka. Tiga tahun lalu PSM pun memutuskan untuk mengikuti kompetisi Paduan Suara Internasional Canta Al Mar 2014 di Calella-Barcelona, Spanyol, tepatnya pada tanggal 20-30 Oktober 2014. Dua tahun berlatih siang malam, tanggal merah pun mereka sempatkan untuk berlatih menyamakan

suara. Mengumpulkan dana dari pintu ke pintu lembaga pemerintahan untuk menebar proposal. Berjualan keripik dan mengamen terus menjadi rutinitas harian. Itu semua dilakukan supaya dapat dana untuk berangkat ke Spanyol. Walhasil, dana yang dibutuhkan terkumpul juga. 35 orang tim PSM Unila pun terbang ke Spanyol dengan perasaan senang sekaligus tegang. Pasalnya, ini kali pertama mereka mengikuti ajang internasional. Dalam ajang tersebut PSM Unila membawakan empat lagu kategori folklore seperti, Marenceng Rencong (Bugis), Penayuhan Bedana (Lampung), Yamko Rambe Yamko (Papua), dan Janger (Bali). Sedangkan untuk kategori mixed choir lagu yang ditampilkan diantaranya, Sik-sik Batu Marikam(Sumatera Utara), Om Mghno Ngterium(Spanyol), Jubiaba (Amerika) dan Take O Take (Prancis). Tepuk tangan penonton tak henti-hentinya mendengar PSM membawakan lagu daerah penuh semangat. Perasaan grogi seketika menghilang melihat antusias pe-

nonton. Kebahagiaan memuncak ketika masuk ke sesi pengumuman, nama PSM Unila masuk sebagai pemenang dalam kategori folklore dan mixed choir mengalahkan 40 kontingen. Tak tanggung-tanggung dua mendali emas mereka boyong. Sungguh sebuah prestasi yang sa­ ngat membanggakan bagi kampus hijau. Meski tak mendapatkan hadiah uang tunai, diraihnya me­ dali emas sudah menjadi kepuasan tersendiri untuk PSM Unila. PSM telah berhasil membawa nama Unila dan Lampung dikenal di mata dunia. Menang Menanggung Hutang Sayangnya rasa bangga dan bahagia atas kemenangan tak berlangsung lama. Kepulangan mereka sontak disambut dengan rentetan tagihan perbulan. Ya hutang! Keberangkatan yang membutuhkan biaya sekitar Rp 1 milliar dengan rincian biaya akomodasi, biaya penginapan selama sepuluh hari, biaya makan, biaya pendaftaran, biaya pelatihan, dan masih banyak biaya lainnya. Sedangkan

Dok.

6

REPORTASE KHUSUS


REPORTASE KHUSUS

No.150 Tahun XVII Edisi April 2017

dana yang terkumpul baru sebesar Rp957.616.700 dari swadaya pejabat kampus, dan pelelangan propo­ sal kegiatan. Tak punya pilihan, PSM Unila memutuskan untuk berhutang kepada KSP KOPDIT Mekar Sai di Jl. Ir. H. Juanda, Pahoman, Bandar­lampung sebesar Rp225 juta. Hutang yang jatuh tempo pada 17 Oktober 2015 dengan angsuran perbulan sebesar Rp21.276.000 ditambah bunga 2% tak kunjung lunas hingga sekarang. Sebagai mahasiswa yang hanya ingin berorganisasi, tentu sulit untuk mengumpulkan uang sebesar itu. Tak banyak yang bisa mereka lakukan. Mondar-mandir mengajukan pengaduan ke pejabat birokrat kampus terus dilakukan. Berharap adanya jalan keluar. Namun, masalah hutang tak kunjung usai. Asal Muasal Hutang Tiga hari sebelum terbang ke Spanyol tepatnya Jumat 17 Oktober 2014, PSM Unila mendapat pemberitahuan lewat email dari Interculture. Pesan tersebut berisi tentang denda yang harus dibayarkan sebesar Rp65 juta jika tetap ingin mengikuti kompetisi di Spanyol. Denda tersebut muncul karena di tahun 2011 PSM Unila membatalkan keikutsertaan dalam kompetisi paduan suara di Vietnam tanpa konfirmasi ke panitia. Tak ingin gagal, PSM pun memutuskan untuk menggunakan uang booking tiket pesawat dipakai untuk membayar denda terlebih dahulu. Dana yang semakin defisit, memaksa PSM mengambil langkah akhir, yaitu dengan berhutang. PSM Unila bersama Hermanus (dosen Pembina PSM) dan Ayi Hidayat (Ketua Delegasi PSM) memutuskan untuk meminjam dana ke Koperasi tanpa memberitahu pihak rektorat. Selaku ketua pelaksana, Rio Angra Prayuda (Ilmu Komunikasi ‘08) pun menyetujui keputusan itu. Menurutnya, jika PSM tidak mencari pinjaman sebesar Rp225 juta maka PSM akan menanggung kerugian sebesar Rp957.616.700 juta lantaran uang tersebut sudah digunakan untuk membayar denda dan membayar biaya pelatihan. “Kami juga dapat dana dari para donator. Jika kami gagal pergi, kami bingung untuk memberikan laporan pertanggungjawaban,” tuturnya Jumat (24/3). Rio juga menjelaskan, setiap anggota PSM yang akan berangkat ke Spanyol sudah berkomitmen untuk rela menyumbangkan uang sebesar Rp700.000 per bulan guna membayar cicilan hutang. Tiga bulan pertama, cicilan hutang dapat dibayarkan. Namun setelah bulan keempat hingga sekarang hutang tersebut tak juga dapat terbayar. “Karena terjadi masalah pada setiap individunya seperti berbenturan dengan kuliah dan organisasi. Sehingga anggota PSM tidak membayar hutang ke Kopdit Mekar Sai,” akunya. “Saya bisa apa? Menghubungin teman-teman yang lain sudah, jika saya disuruh membayar semua itu, saya tidak punya uang sebanyak itu, saya hanya siap badan saja,” tambahnya. Tanah Dosen sebagai Jaminan SHM, No. 9217/G.Mg, Desa: Gedong Meneng, SU: No.

197/1994, Tgl 11 Maret 1994, Luas: 320 m2 atas nama: Hermanus Suprapto, M.Sc/IR, terletak di Gedongmeneng, Kedaton, Bandar Lampung, Lampung. Tanah milih Hermanus Suprapto (Dosen Pembinan PSM) harus rela dijadikan jaminan hutang. Sebagai bapak pembina PSM Unila, Hermanus hanya ingin anakanak PSM dapat menunjukkan potensi yang dimiliki di kancah internasional. Ia tak memikirkan kemungkinan terburuk dari keputusannya membiarkan tanah miliknya menjadi jaminan. Namun, melihat hutang yang semakin bertambah besar tanpa ada tanda-tanda pelunasan. Hermanus kerap geram. Pasalnya tanahnya akan dilelang jika hutang tak kunjung dibayar. Ketakutan bertambah karena sebentar lagi ia akan pensiun sebagai dosen Unila. Hutang Harus Tetap Dibayar Manager KSP KOPDIT Mekar Sai, A. Kiman menjelaskan sistem peminjaman di Kopdit Mekar Sai haruslah orang yang terdaftar sebagai anggota. “Peminjam harus menjadi anggota Kopdit Mekar Sai, karena Kopdit ini bukan lembaga peminjaman. Sehingga Hermanus yang meminjam dengan jaminan sertifikat tanah dengan luas 300 m2,” jelasnya saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (15/3). Ia juga membenarkan bahwa Hermanus hanya mampu membayar angsuran hutang pada tiga bulan pertama. Namun setelah itu, tak ada lagi angsuran hutang yang diterima. “Hermanus juga sudah mendapat surat teguran pertama, kedua, dan ketiga. Bahkan surat peringatan satu. Surat itu kami berikan setelah surat teguran tak diindahkan selama 14 hari setelah pengiriman,” terangnya. Sebagai pimpinan koperasi, A. Kiman hanya berharap hutang PSM Unila dapat segera dilunasi, karena sudah tiga tahun tak juga ada tanda-tanda akan dibayar. “Ya kembali ke perjanjian awal aja. Jika memang Hermanus meminjam uang karena perintah rektorat atau lembaga maka seharusnya dari pihak rektorat bertanggung jawab. Tapi jika atas keinginan panitia (red. PSM) mereka harus melunasi pinjaman tersebut sesuai dengan komitmen yang telah disepakati bersama,” paparnya. Kelimpungan Bayar Hutang Bingung untuk bayar hutang. Itulah yang dirasakan oleh PSM Unila. Tak ingin sekadar diam, tahun 2015 Hermanus mengajak Ayi Hidayat untuk menemui Prof. Sunarto (Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni) dan Prof. Dwi Haryono (Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum dan Keuangan) pada masa kepemimpinannya. “Mereka berkomitmen untuk membantu permasalahan keuangan PSM. Saat itu, PSM Unila disaran­ kan untuk menyusun proposal bantuan modal kewirausahaan. Namun setelah proposal dibuat, anggaran belanja Unila telah mencapai batas akhir 2015. Setelah itu pergantian pimpinan universitas,” keluh Hermanus mengenang hilangnya ­ ke­sempatan membayar hutang. Tak mau menyerah dan hanya

menunggu. Seminggu setelah wakil rektor dilantik, Ketua PSM periode 2014-2015, M. Fariz Denis Adinegoro bersama Hermanus menemui Prof. Kamal (Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum dan Keuangan) untuk membicarakan perihal hutang PSM. Ketika itu, Prof. Kamal mengatakan persoalan hutang PSM sudah dibicarakan dengan Prof. Hasriadi (Rektor Unila). Dan PSM Unila diminta untuk menunggu keputusan yang akan diambil pihak birokrat kampus. Beberapa minggu berselang, keputusan dari birokrat kampus tak kunjung datang. Denis dan Hermanus memutuskan untuk kembali menghadap Prof. Kamal lantaran koperasi sudah melayangkan surat teguran penagihan hutang. Lagi-lagi Prof. Kamal hanya bisa memberikan jawaban tanpa kepastian. “Bapak Hermanus mohon sabar ini akan selesai di tahun ini (red. 2016). Namun tidak dalam waktu dekat ini,” ujar Hermanus Senin (6/3) mengenang ucapan Prof. Kamal. Aduan Tak Didengar Gandeng Pengacara Jadi Pilihan Beberapa kali mengadu namun tak juga menemui titik terang. Pada

Internasional Calella Barcelona tahun 2014, Surat pernyataan a.n Prof Sunarto yang menyatakan bahwa PSM Unila akan mengikuti Canta Al Mar Festival Internasional Calella Barcelona tahun 2014, Daftar nama-nama tim PSM Unila yang akan pergi Canta Al Mar Festival Internasional Calella Barcelona tahun 2014, serta surat perjanjian kredit dengan jaminan. Semua berkas tersebut diserahkan pada tanggal 12 Desember 2016 dengan pihak pertama adalah Hermanus Suprapto dan pihak kedua Heni Siswanto. Pada 13 Desember 2016, Hermanus menambahkan berkas lagi berupa surat teguran pertama KSP KOPDIT Mekar Sai kepada saudara Hermanus Suprapto dan Rekening Koran KSP KOPDIT Mekar Sai terkait pinjaman atas nama Hermanus Suprapto. Belum lama ini, Denis juga menyerahkan beberapa berkas ke SPI tepatnya pada 9 Januari lalu. Berkas tersebut berisi proposal kegiatan PSM unila Goes to Canta Al Mar 2014, laporan kegiatan PSM Unila Goes to Canta Al Mar 2014, SK Rektor No. 71/UN26/KM/2016 tentang pengesahan unit kegiatan mahasiswa PSM Unila periode tahun 2016, SK Rektor No. 22/UN26/

7

beban yang harus diemban anggota PSM Unila. Keinginan untuk membantu harus dibenturkan dengan kebingungan mencari jalan keluar. Ia hanya dapat berharap Unila dapat segera mengambil tindakan untuk menyelesaikan permasalahan hutang. Menurutnya PSM sudah berperan dalam meningkatkan akreditasi Unila lantaran dua me­ dali emas internasional yang telah disumbangkan. “Saya sudah tanda tangan surat dari SPI dan saya setuju untuk peyelesaian itu segera dituntaskan. Dengan syarat tidak mengganggu dana kemahasiswaan tahun sekarang agar kegiatan kemahasiswaan tahun ini tetap berjalan, dan untuk dananya juga sudah diplotkan,” ujarnya. “Saya sebagai wakil rektor juga bingung, tidak mungkin saya yang menalangi dana sebanyak itu,” tambahnya. Lain halnya dengan Prof. Kamal yang enggan untuk diwawancarai. Ketika Teknokra menemuinya di ruang kerja, Prof. Kamal tak mau keluar dan hanya berpesan kepada humas Unila agar Teknokra mewawancarai SPI saja. Tak puas dengan jawaban itu, Teknokra memutuskan untuk menunggu Prof. Kamal sampai selesai jam kerja. Tepat pukul

“ Jika mau iuran ya ayok iuran, saya

duluan. Gak mungkin saya sendiri bayar Rp225 juta. Itu banyak juga buat saya” 10 November 2016 lalu, Hermanus memutuskan untuk menggandeng lima orang pengacara dan penasehat hukum untuk mengajukan surat permohonan. Kelima pengacara tersebut adalah, Ngadimin, Mad Here, Indra Gandhi, M. Sohafi, dan Tri Saputra Simanjuntak. Surat permohonan tersebut berisi tentang meminta kepada rektor Unila untuk segera melunasi hutang PSM Unila sebesar Rp225 juta kepada KSP KOPDIT Mekar Sai. Surat itu pun telah diterima oleh Ninik (Sekretaris Rektor Unila) pada 14 November 2016. Tak lama dari itu, Prof. Hasriadi Mat Akin langsung mengeluarkan surat tugas kepada Satuan Pengendalian Internal (SPI) untuk segera memeriksa masalah hutang PSM Unila. Ia meminta tim SPI segera mengidentifikasi masalah hutang PSM dan membahasnya dengan Prof. Kamal. Berkas Hutang Sempat Dikumpu lkan Merasa tindakannya mendapat respon, Hermanus pun merasa ada harapan. Harapan tanahnya akan kembali ke tangan. Seluruh berkas yang diminta SPI langsung dise­ rahkan. Berkas tersebut antara lain, Surat Keputusan (SK) Rektor No. 1019/UN26/KM/2014 tentang penetapan panitia dan tim PSM Unila Canta Al Mar Festival Internasional Calella Barcelona tahun 2014, Surat teguran kepada saudara Hermanus Suprapto, Surat permohonan pelunasan hutan PSM unila, Surat permohonan kantor advokat/pengacara Ngadimin dan rekannya, Surat tugas Ayi Ahadiyat dan Hermanus Suprapto mendampingi PSM Unila dalam acara Canta Al Mar Festival

KM/2015 tentang pengesahan pengurus unit kegiatan mahasiswa PSM Unila periode tahun 2015, dan SK Rektor No. 1162/UN26/ KM/2014 tentang pengesahan pegurus unit kegiatan mahasiswa PSM Unila periode tahun 2014. Denis juga menyerahkan laporan hasil perbincangan antara diri­ nya dan H ­ ermanus bersama Prof. ­Kamal. Hutang PSM bukan Hutang Unila Setelah mempelajari berkas-berkas hutang PSM Unila, Heni Siswanto menyatakan hutang PSM Unila adalah hutang pribadi bukan hutang Unila. Menurutnya Unila tidak ada hubungannya dengan hutang PSM Unila, dan secara hukum tidak ada suatu perjanjian dari pimpinan Unila terkait pembayaran hutang itu. Namun, Heni tak menampik bahwasanya PSM adalah bagian dari Unila. Pihak SPI pun mengusulkan tiga cara untuk menyelesaikan masalah ini, seperti lewat bantuan sosial, bantuan prestasi, dan bantuan sponsor atau donasi lain seperti CSR. “Saya selaku SPI hanya memberikan solusi untuk menyelesaikan masalah ini. Keputusan mana yang akan dipilih itu tergantung hasil koordinasi antara rektor dengan wakil bidang kemahasiswan dan alumni dan yang mengeksekusi adalah wakil bidang administrasi umum dan keuangan,” terangnya ketika ditemui, Jumat (31/3). Pemimpin Lepas Tangan Sebagai bapak mahasiswa, Prof. Karomani merasa kasihan dengan

17.35 WIB Prof. Kamal keluar dari ruang kerjanya. Tanpa pikir panjang Teknokra langsung menemui dan mencecar dengan pertanyaan. Lagi-lagi Prof. Kamal masih terus mengelak dan lanjut berjalan. “Itu akan diselesaikan tahun ini,” katanya sambil menuju mobilnya yang tengah terparkir di depan teras gedung Rektorat Unila. Selaku orang nomor satu di Unila, Prof. Hasriadi Mat Akin pun ikut ambil suara. Meski lagi-lagi ia hanya menyerahkan semua keputusan kepada Prof. Kamal dengan alasan sudah tidak ada anggaran untuk membayar hutang. “Uang Unila banyak tapi tidak dapat diambil begitu saja. Saya mau iuran. Saya bayar Rp10 juta sini. Sampai segitu komitmen saya. Bagaimana cara memasukkan program itu karena ini sudah selesai. Kecuali kedepan. Karena ini 1,5 tahun sebelum saya jadi rektor,” katanya. “Jika mau iuran ya ayok iuran, saya duluan. Gak mungkin saya sendiri bayar Rp225 juta. Itu banyak juga buat saya” ujarnya. “Untuk iurannya kapan itu terserah WR2 kapan. Saya setuju 1000 persen setuju apapun langkah WR2 akan saya lakukan selagi tidak menyalahi aturan,” tambahnya ketika ditemui di ruang kerjanya, Senin (10/4). Lain halnya dengan Prof. Sugeng P Harianto, mantan rektor sebelumnya ini mengaku tidak mengetahui perihal hutang PSM yang mencapai ratusan juta. Ia menegaskan jika dulu dirinya mengetahui PSM Unila akan berhutang sebesar itu, maka ia akan melarang dengan tegas PSM berangkat ke Spanyol.=


8

No.150 Tahun XVII Edisi April 2017

LIFESTYLE

Lipstik Tingkatkan Kepercayaan Diri Ilustrasi Retnoningayu Janji Utami

Oleh Retnoningayu Janji Utami

Lipstik. Alat kosmetik yang tak terpisahkan dari kaum hawa. Wanita menyukai perona bibir ini untuk membuat bibir mereka tampak lebih cerah dan segar. Tak hanya itu, pemakain lipstik dipercaya dapat meningkatkan rasa percaya diri seseorang.

K

eilmuan yang semakin berkembang, tak ayal jika mulai bermunculan produk kecantikan yang begitu mudah dijumpai di pasaran. Lipstik hadir dengan beraneka macam warna, mulai dari warna merah menyala hingga warna-warna soft, seperti merah muda. Bahkan ada beberapa warna gelap yang sempat

ngetrend di kalangan wanita, seperti warna gothik, ungu, biru tua, hijau, hingga hitam. Tua muda sudah tak asing lagi untuk mengenakan pewarna bibir ini. Beberapa dari mereka kurang percaya diri jika keluar rumah tanpa menggunakan lipstik. Kini lipstik sudah menjadi kebutuhan yang wajib ada di dalam tas. Bu-

kan hanya sebagai alat kecantikan, jenis lipstik yang dipakai juga kerap dikaitkan dengan strata ekonomi ­pemakainya. Lipstik sendiri memiliki berbagai macam jenis, seperti gloss, satin, cream, transferproof, dan matte. Matte menjadi lipstik yang banyak digandrungi oleh wanita. Selain warna yang tahan lama, matte juga mengandung pigmen penyerap cahaya yang membuat bibir tidak mengkilap ketika mengenakannya. Maria Angelica Haryati Nababan (Sosiologi’14) mengaku sudah lama memakai lipstik jenis matte. Mahasiswa yang sudah menggu­ nakan lipstik sejak semester dua ini merasa lebih percaya diri ke kampus jika menggunakan lipstik matte. “Bibir saya warnanya kurang cerah. Jadi lipstik matte ini sangat cocok untuk mencerahkan. Saya suka warna-warna nude,” paparnya sambil tertawa. Tak ingin sembarangan menggunakan lipstik, Gesti (Agribisnis’14) mengaku lebih percaya memakai lipstik produk lokal ketimbang produk luar negeri. Menurutnya tampil cantik harus tetap memperhatikan kesehatan tubuhnya. “Ya

biasanya gua cari tahu dulu kalau mau beli lipstik. Dulu pernah pakai lipstik yang kissproof dan ternyata banyak yang bilang itu berbahaya, jadi gua stop pemakaian.” tukasnya. Sebagai ahli ilmu Faal, dr. Khairun Nisa,Mkes.,AIFO menjelaskan komposisi lipstik terdiri dari lilin seperti p­araffin waxes, minyak paraffin oil, pewarna, antioksidan, bahan ­ pengawet seperti pewangi atau pemberi rasa. Meski mengan­ dung vitamin c, zat pewarna yang ada didalam lipstik jika digunakan terus-menerus akan membahayakan kesehatan bibir. “Seperti contohnya vitamin C yang sering disebut-sebut terdapat dalam lipstik. Vitamin C itu mudah larut, mudah teroksidasi. Untuk bertahan lama dalam lipstik yang terkadang terbuka itu irasional,” terangnya. Dosen fakultas kedokteran Unila ini juga mengatakan akan sangat berbahaya jika lipstik yang digunakan mengandung zat merkuri dan timbal. Kandungan logam tersebut nantinya akan mengendap di sekitar jaringan saraf. Hal ini dapat merangsang mutasi sel yang juga dapat merangsang terjadinya kanker kulit. “Merkuri dan timbal

menjadi faktor resiko pencetus autis dan hiperaktif. Untuk perempuan hamil ini sangat berbahaya,” ujarnya. Ia berpesan, wanita harus selektif dalam memilih jenis lipstik sesuai kelembapan bibir. Menurutnya, tekstur lipstik yang lebih pekat kemungkinan mengandung kadar logam yang lebih tinggi. Pengendapan warna di bibir dapat mengakibatkan pigmentasi. Hal inilah yang akhirnya menyebabkan bibir tampak lebih hitam. “Proteksi sempurna manusia berada pada usia 25-30 tahun. Di atas usia 30 tahun proteksi sistem imun akan berkurang, dan jika terlalu banyak bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh kita, bukan tidak mungkin dapat menimbulkan kerusakan yang lebih cepat,” ungkapnya mengingatkan. Selain itu, pemakaian yang terus­menerus juga dapat membahayakan kesehatan gigi. Jika serpihan p­ ­­a­raffin atau waxes, serta kan­dungan kimia lainya menempel di gigi, gigi bisa menjadi pintu masuk bagi kuman. “Saat kita membasahi bibir kita, itu sama seperti memfasilitasi tumbuhnya kuman dan akan mengakibatkan karies,” lontarnya=

RESENSI

Ketakutan di Tengah Pelarian Oleh Rika Andriani

“Istirahatlah kata-kata Jangan menyembur-nyembur. Orang-orang bisu Kembalilah ke dalam rahim Segala tangis dan kebusukan Dalam sunyi yang mengiris Tempat orang-orang yang mengingkari Menahan ucapannya sendiri ...............”

Tubuh kurus, bungkuk, serta ringkih berjalan tertunduk dengan topi menutup rambut lusuhnya. Langkahnya terseok-seok seolah ragu dan takut. Sesekali ia menoleh ke belakang, takut ada yang mengikuti diam-diam. Tak bisa tenang. Itulah yang dirasakan oleh Wiji Thukul. Penyair sekaligus aktivis yang kritis asal Solo ini harus terus bersembunyi. Bukan karena melakukan kesalahan atau dosa besar. Melainkan, ia masuk dalam daftar orang yang paling dicari oleh pemerintah pada masa orde baru. Berpisah ­dengan keluarga harus dilakoni demi selamat dan tetap melihat ­kejamnya penguasa. Puisi-puisinya selalu menjadi ancaman bagi pemerintah. Puisi yang sarat akan kesengsaraan, ke­ miskinan, ketidakadilan yang dialami oleh rakyat kala itu acap membuat geram penguasa. Wiji Thukul menolak untuk bungkam. Meski miskin ia tak mau tinggal diam melihat sekelilingnya hidup dalam ketakutan. Bait demi bait ia rangkai menjadi puisi yang sampai sekarang masih dikenang. Kisah pelarian Wiji Thukul ke Pontianak disuguhkan secara apik dalam film Istirahatlah Kata-Kata garapan sutradara Yosep Anggi Noen. Tak banyak dialog dalam film tersebut, sutradara hanya ingin mengajak penonton lebih ­

dekat dengan sosok Wiji Thukul yang diperankan oleh Gunawan ­Maryanto. Salama pelarian Wiji Thukul harus berpindah tempat persembu­ nyian dari rumah sahabatnya Thomas (Davi Yunan) ke rumah sahabatnya yang lain, Martin (­ Eduwart Boang Manalu). Bukan karena tak betah, melainkan harus segera pindah ketika dirasa sudah ada yang mencurigai gerak-geriknya. Meski jiwanya terancam, Wiji Thukul tak pernah berhenti menulis bait. Ia terus menggoreskan kata demi kata di selembar kertas buram. Baginya meski mulut dibungkam namun kata tak akan bisa diam. Di masa pelarian Wiji Thukul rela mengganti identitas menjadi Paul. Bahkan, rambutnya terpaksa dipotong supaya tak lagi dikenali. Merasa sudah memiliki tampilan yang berbeda, barulah Wiji Thukul berani menghabiskan waktu di luar rumah untuk bekerja atau sekadar nongkrong sambil minum tuak di pinggiran sungai Kapuas bersama Thomas dan Martin. Tak dipungkiri, sebagai seorang suami dan ayah dari dua anak, Wiji Thukul kerap merasakan kerinduan yang tak dapat diungkapkan. Ke­ rinduannya semakin memuncak saat di tengah malam terdengar suara bayi menangis karena kepanasan. Tangis itu mengingatkannya dengan Fajar, putra bungsunya.

Tak hanya itu, kesederhanaan istri­ nya, Sipon yang diperankan oleh ­Marissa Anita juga sering menghantui hari-harinya. Tak dapat lagi menahan kerinduan, Wiji Thukul memutuskan untuk pulang ke Solo menemui keluarga kecilnya. Niat itu sempat tidak disetujui oleh Martin dan istrinya (Melanie Sabono). Kedua sahabatnya itu takut jika Wiji Thukul tak akan pernah kembali. Namun, Wiji Thukul tetap memutuskan untuk pulang ke Solo meski ia tahu resiko yang akan ditanggung. Niat berkumpul dengan keluarga hanya berlangsung sebentar. Adegan film berakhir dengan tangis Sipon meratapi nasib suaminya yang harus hidup dalam pelarian. Izin mengambilkan minum untuk meredam tangis sang istri, berujung kepergian Wiji Thukul yang tak pernah kembali hingga kini. Tak ada yang tahu kemana dan bagaimana nasib pejuang syair itu. Tak ada konflik yang disuguhkan ketika menjelang kepergian­ nya. Hanya adegan menggantung yang membuat penasaran penonton yang menyaksikan. Rupaya begi­ tulah cara sutradara untuk mengajak seluruh masyarakat ­ meng­ ingat kembali sosok Wiji Thukul dan mencari tahu apa penyebab ­hila­ngnya Wiji Thukul tepat beberapa minggu sebelum lengsernya rezim Soeharto =


No.150 Tahun XVII Edisi April 2017

APRESIASI

Ilustrasi Kalista Setiawan

TEKA-TEKI

9

Mendatar

Menurun

1.Pemimpin gelaran musik dengan isyarat tangan dan tubuh 3.Batu permata transparan berwarna biru 5. Pertunjukan hiburan berupa nyanyian, tarian, dll 6. Ilmu yang mempelajari kebudayaan, pranata, dan sejarah suatu bangsa 7.Bau cairan yang keluar dari jenazah 9. Penuh, sesak 11. Penyelidikan dengan melakukan peninjauan secara mendalam 16. Berita resmi untuk disiarkan 17. Tidak mau terlibat, menghindari 20. Ilmu 21. Istilah lain pelukis

1. Memperteguh / memeperkuat persatuan 2. Salah satu pers mahasiswa Unila 4. Pernyataan yang memperkecil atau melemahkan sesuatu 8. Bagian batang yang membengkok tempat tumbuhnya tunas 9. Gelar kebangsawanan untuk pria keturunan bangsawan Kutai 10. Tim kerja 12. Valuta asing 13. Izin berbicara (Bahasa Lampung) 14. Gelar keteknikan yang digunakan sampai tahun 2010 15. menggambarkan kekakuan konsep politik 18. Syair atau nyanyian yang mengandung ungkapan ratapan 19. Pengulangan bunyi

SUARA MAHASISWA Sampaikan keluhanmu lewat SMS Mahasiswa, dengan format Nama_Jurusan/Angkatan_Komentar. Kirim ke 089683243446 (Alfany) atau 082182017827 (Retno)

NGEKHIBAS Unila marak pembobol? Satpam kerjanya ngapain nih!

Lucky Setia Widodo FH’11 0813 4753 9xxx Mengeluhkan betapa buruknya pelayanan Unila khususnya pada bagian pendaftaran toefl. Antrian pendaftaran yang selalu panjang dan banyak mahasiswa mengeluh panas, sumpek dan ingin pingsan dalam antrian. Jika hasil tes toefl tidak memenuhi skor minimum, harus membuat surat pengantar lagi dari fakultas yang lagi-lagi memakan waktu. Bagaimana bagi calon wisudawan yg ingin mendaftar kewisudaannya namun dihadapi dengan pelayanan yang sangat lambat seperti ini. Penghargaan ISO untuk Unila semoga tidak hanya dalam bentuk kepura-puraan untuk akreditasi Unila dengan huruf mutu “A”.

Hutang PSM bukan hutang Unila? Terus dua mendali emas milik siapa dong!

M. Agung Rizki sosiologi ’15 0896 3242 8xxx Saya mengeluhkan wifi Unila yang lambat kadang malah tidak connect. Selain itu banyak kendaran yang menerobos langsung ke arah hukum, padahal seharusnya mereka harus melewati bunderan Unila. Tolong diperjelas dan dijaga pertigaan itu. Jangan dijaga setengah-setegah. Jalan berlubang, mohon diperbaiki jalan-jalan di Unila agar nyaman ketika berkendara.

Pendaftaran EPT cuma dibuka dua hari dalam seminggu ? Pantes aja ngantri dari pagi!

Tegar Prasetyo Madiono Agribisnis ’14 0822 7886 8xxx Fasilitas UKM Basket Unila yang sangat tidak layak untuk latihan. Lantai lapangan yang bolong-bolong yang membuat pemain rentan cedera, ring yang tidak memenuhi standar, luas lapangan juga yang tidak sesuai standar, yang mengakibatkan kami dari anggota mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk menyewa lapangan.

Silahkan kirimkan kritik,saran,dan pertanyaan anda ke alamat e-mail Teknokra

ukpmteknokraunila@yahoo.co.id

Mahasiswa tersandung kasus narkoba? Jangan-jangan ada bandarnya!


10

No.150 Tahun XVII Edisi April 2017

INOVASI

Olah

Jadi

H

ampir seluruh ma­ syarakat Indonesia menjadikan nasi sebagai makanan pokok ­ utama. Beras yang ditanak menjadi nasi ini selalu tersaji di atas meja dan ditemani sejumlah makanan lainnya. Bahkan, bagi orang Indonesia bukan makan namanya jika tanpa nasi. Tapi ternyata, makan nasi terlalu banyak dapat berakibat buruk bagi kesehatan tubuh. Meski perannya sebagai makanan pokok, makan nasi dapat meningkatkan risiko terkena diabetes, obesitas, dan gangguan kesehatan ­lain­nya. Tingginya konsumsi nasi menjadi penyebab tingginya pravalensi penyakit diabetes di Indonesia. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, Indonesia menduduki peringkat keempat sebagai negara dengan prevelensi diabetes tertinggi di dunia. Konsumsi nasi berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktivitas tubuh akan menyebabkan penumpukan karbohidrat yang terkandung pada nasi mengendap di dalam tubuh. Akibatnya, tubuh menjadi gemuk alias obesitas dan memicu penyakit jantung, hipertensi hingga kanker. Meski begitu, makan nasi sudah menjadi kebiasaan yang tak terelakkan lagi. Kurangnya ­pe­ngetahuan akan bahaya makan nasi secara berlebihan dan belum a­danya pengganti nasi sebagai makanan pokok membuat konsumsi nasi tak dapat dielakkan. Melihat kondisi tersebut, Subeki beserta rekannya men-

coba untuk membuat makanan pokok pengganti. Staff Pengajar Lab Pengawasan Mutu Hasil Pertanian (PMHP) Unila ini memilih singkong sebagai makanan pokok pengganti nasi. Ubi kayu ini mengandung kalori yang sangat tinggi sehingga makan singkong sama dengan makan nasi. Selain itu, singkong juga sangat rendah lemak dan tidak mengandung kolesterol sehing­ ga aman dikonsumsi saat sedang menjalani program diet. Namun, di era modern sekarang, singkong masih dianggap sebagai makanan kampung yang sarat akan kesederhanaan. Berangkat dari keinginan meningkatkan value singkong, Subeki dan rekannya mengolah singkong menjadi beras siger. Nama beras siger dipilih lantaran olahan singkong yang menyerupai bentuk dan tekstur beras, sedangkan siger menandakan identitas provinsi Lampung. Sekilas, beras siger tidak ada bedanya dengan beras pada umumnya. Hanya saja, warna beras siger tidak terlalu putih seperti beras dari padi. P ­ roses pengolahannya pun terbilang ­ mudah. Pertama-tama singkong dikelupas kulitnya dan dicuci ­ ­hingga bersih. Umbi singkong me­ ngandung senyawa beracun alami yang bernama glikosida ­ sianogen linamarin dan metil-linamarin. Dengan mengupas singkong dapat mengurangi kandungan sianida di dalamnya. Setelah dicuci sampai bersih, singkong direndam dengan

Foto M. G.Setiawan Aji Satriantara Ilustrasi Kalista

Oleh Alfanny Pratama F

air garam beberapa menit. Sesudah direndam, singkong dihaluskan dengan alat parut dengan memisahkan pati dan ampas singkong. Langkah selanjutnya, masukan hasil parutan singkong, air, garam dan bahan khusus ke sebuah wadah untuk membuat sebuah adonan. Pastikan adonan tercampur dengan sempurna supaya rasa dan tekstur­ nya merata. Kemudian adonan dimasukkan ke dalam mesin ­ekstruder yang akan menghasilkan butiran beras. Butiran beras yang sudah jadi langsung dijemur di bawah t­erik matahari beberapa jam untuk

KOMUNITAS

Ruang Jingga Tebar Virus Tumbler Oleh Rohimatus Salamah

Dok.

P

upet Show atau lebih dikenal sebagai pertunjukan boneka meng­ hanyutkan pandangan belasan siswa Madrasah Islamiyah Pahmungan Kedondong, Pesawaran, Sabtu (4/2). Sesekali mereka diam dan fokus menyaksikan pertunjukan boneka tangan di muka kelas. Tawa pecah dan terdengar celetuk dari beberapa siswa acap mewarnai sela-sela pertunjukan. Tiba saat boneka saling berkomunikasi dengan suara khas yang menggelitik, membuat beberapa siswa terlihat antusias sekaligus penasaran siapa pemilik suara yang bersembunyi di balik tirai. Gurat-gurat bahagia tergambar jelas di wajah polos nan lugu mereka. Begitulah cara Komunitas Ruang Jingga memulai pendekatan dengan siswa sekolah dasar. Seperti namanya, Jingga yang menggambarkan semangat dan keceriaan. Komunitas Ruang Jingga hadir memberikan kebahagiaan di tengah anak-anak. Komunitas yang

dipelopori oleh Delta Rahwanda (33), Sumami (37), dan Tri Yuliawan (37) ini sudah berdiri sejak 21 November 2015. Edukasi dan kesehatan anak menjadi fokus untuk komunitas tersebut. Tak hanya menghibur, komunitas Ruang Jingga bergerilya ke sekolah-sekolah yang kurang terfasilitasi untuk menebar pengetahuan akan pentingnya penggunaan

botol minum dari plastik. Tak sampai di situ, Ruang Jingga juga memberikan edukasi tentang sampah, cara menggosok gigi yang baik dan benar, cara merawat kesehatan mulut, cara membuat dan menyajikan makanan yang sehat, serta menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Kebiasaan penggunaan botol minum dari plastik berulang kali

mengurangi kadar air didalamnya. Setelah dirasa cukup, butiran beras ditampi dengan tampah bambu untuk memisahkan kotoran dari butiran beras siger. Terakhir beras siger siap dikemas. Proses yang mudah dan tidak membutuhkan waktu yang lama, membuat Subeki dapat menghasilkan 20 kilogram beras siger dalam sehari. Ia mengatakan de­ ngan me­ ngonsumsi beras siger dapat mencegah diabetes, obesitas, kan­ ker kolon (usus besar), dan membantu p ­rogam diet. “Saya pernah melakukan penelitian untuk melihat re­­s­pon gula darah penderita

diabates di rumah sakit, hasilnya glukosa mereka selalu stabil setelah makan beras siger ini, tak terjadi kenaikan secara drastis,” ungkap Subeki. Namun, Subeki menyayangkan beras siger belum dapat dikonsumsi semua kalangan. Lantaran usahanya rumahan yang digelutinya memaksa untuk memberikan harga Rp20.000 per kilogram beras siger. “Biaya produksi dan alat yang mahal membuat beras siger di­pasarkan baru ke kalangan atas. Kalau sudah produksi massal mungkin harga dapat ditekan Rp10.000 per kilogram,” paparnya .=

terus menjangkit masyarakat. Tanpa disadari hal tersebut berpotensi menyebabkan penyakit, mulai dari penurunan daya tahan tubuh, kanker payudara, dan prostat. Tak ingin generasi bangsa terseret didalamnya, komunitas Ruang Jingga membagikan tumbler ke setiap sekolah yang dikunjungi. “Gerakan 1000 Tumbler” menjadi misi komunitas tersebut. Sampai saat ini sudah sekitar 930 tumbler yang dibagikan ke sekolah-sekolah, seperti SD Negeri 1 Sinar Wayah, MI Nurul Ashrof, SD Negeri 3 Waringin Sari, SD Negeri 5 Sumur, SD Negeri 3 Margodadi, SD Negeri 9 Teluk Pandan, MI Darul Falah Umbul Kunci, dan MI Islamiyah Kedondong. Tak tanggung-tanggung, komunitas ini menggandeng artis R ­ obby Purba untuk ikut meramaikan gerakan 1000 tumbler. Sang artis hanya perlu menorehkan tanda tangan di setiap tumbler yang akan dibagikan ke anak-anak nantinya. Lantaran memiliki jiwa sosial dan ingin berbagi kebahagiaan dengan anakanak, Robby Purba kerap ikut ke lapangan bertemu langsung de­ngan anak-anak. Tak hanya Robby Purba, beberapa artis ibukota juga ikut mempromosikan gerakan 1000 tumbler di media sosial mereka, seperti Ariel Noah, Anang Hermansyah, dan Boy William. Mereka ikut menggalang dana untuk kegiatan positif yang diadakan komunitas Ruang Jingga. Hingga saat ini lelang tumbler online sudah mencapai sekitar

Rp 6 juta. Komunitas Ruang Jingga hingga saat ini masih membuka donasi untuk menuntaskan gerakan 1000 tumbler. Selain tumbler komunitas yang berada di Jalan Seniman 1 Kavling Raya, Rajabasa ini juga tak jarang menerima donasi dalam bentuk alat-alat pelajaran dan olahraga.“Donasi dalam bentuk apapun diterima, tapi kita tidak menjual kemiskinan,” tegas Novi Syefriawanti (33) yang berprofesi ­ sebagai Dosen tersebut. Memiliki latar belakang dan profesi yang berbeda mulai dari guru, pegawai PLN, wiraswasta, arsitek, bahkan koki memudahkan anggota komunitas Ruang Jingga untuk bertukar ide dan pengalaman kepada anak-anak. Tidak adanya aturan atau kriteria anggota memudahkan siapa pun dapat bergabung dengan komunitas ini. “Siapapun bisa bergabung. Tetapi diutamakan yang sudah bekerja sehingga cerita yang disampaikan lebih beragam,” jelas Tri seorang Arsitek Lampung ini. Belum lama ini komunitas Ruang Jingga sudah berkolaborasi dengan Pengajar Cerdas Tulang Bawang Barat. Kegiatan bertema Cerdas pada Gelaran Ke-10 itu digelar dengan meriah di SD Negeri 2 Gunung Terang, SD Negeri 4 Gunung Terang, dan SD Negeri 1 Gunung Terang. “Tetap sema­ ngat belajar dan jagalah lingkungan hidup dengan cara menggunakan produk plastik sebijak mungkin,” pesan Tri Yuliawan mengakhiri wawancara. =


No.150 Tahun XVII Edisi April 2017

POJOK PKM

EKSPRESI

Hobi Oleh Fahimah Andini

“D

Yang Menghasilkan

Royalti

isaat semua orang menatap gua sebagai sampah. Lo menatap gua sebagai manusia Sal,” ucap Nathan (Jefri Nichol) dengan tatapan tulus. Salma (Amanda Rawles) hanya bisa diam termangu menatap sosok dihadapannya. Nathan yang dikenalnya kini sudah mulai berubah. Predikat preman sekolah sudah semakin memudar. Kehadiran Salma sebagai anak baru di sekolah Garuda sontak membuat Nathan yang dulunya badung berubah menjadi siswa rajin. Itulah potongan adegan dalam film Dear Nathan. Film nasional bergenre drama romantis anak sekolah ini diadaptasi dari novel Dear Nathan karya Erisca Febriani. Siapa yang menyangka mahasiswa Agroteknologi 2015 Unila ini berhasil menghasilkan sebuah karya hingga masuk ke deretan film layar le­ bar yang tayang pada 23 Maret lalu. Hobi mnulis sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP), membuat wanita yang akrab disapa Eris ini ketagihan untuk menuliskan pe­ ngalaman hidupnya. Waktu senggang selalu dimanfaatkan untuk menulis barang sebaris. Baginya inspirasi dapat muncul dimana saja. Dan sayang jika tidak dituangkan dalam tulisan. Semasa duduk di kelas tujuh, kecintaan terhadap lagu-lagu Justin Bieber menariknya untuk membuat cerita tentang artis dari negeri Paman Sam tersebut. Fan fiction menjadi wadah untuknya berimajinasi. Kehidupan tokoh ia gambarkan sesuai keinginannya tanpa ada yang menghalangi. Mendapat dukungan dari teman sekelasnya, membuat Eris percaya diri untuk terus menghasilkan karya dari fan fiction tersebut. Meski lahir bukan dari keluarga seniman, tak lantas membuat anak sulung dari lima ini urung untuk mencoba. Baginya menulis adalah sebuah tanta­ ngan. Tantangan untuk mengungkapkan apa yang dilihat dan dirasakan menjadi sebuah kata yang menyimpan makna. Menulis sempat tidak mendapat dukungan dari Febriansyah, ayahnya. Menurut ayahnya menulis hanya membuang waktu untuk membahagiakan orang lain. Belajarlah yang lebih penting dibanding menghabiskan waktu di depan laptop. “Ngapain sih nulis kayak gitu nyenengin orang lain aja mending belajar”, ungkap Eris menirukan ucapan ayahnya. Dilarang menulis bukan menjadi ­pe­ng­halang baginya. Gadis kelahiran 19 tahun silam ini malah semakin sema­ngat untuk menulis. Ia bertekad untuk menyelesaikan novelnya dan membuktikan kepada ayahnya bahwa hobinya itu tidak salah. Waktu istirahat malam digunakan untuk menulis. Lembur sudah menjadi hal biasa. Menulis membuatnya lupa waktu untuk tidur dikala malam. Karena baginya kesunyian malam begitu mudah memu-

11

nculkan inspirasi yang bergelayut di kepala. Walhasil, kerja kerasnya selama ini membuahkan hasil juga. Terbukti novel dear nathan masuk dalam rak best seller di toko buku Gramedia. Penghasilan dari novelnya mencapai Rp 1 milliar. Sebuah nominal yang fantastis untuk seorang penulis pendatang baru. Hasil yang indah ternyata menyimpan kenangan pahit didalamnya. Dirinya mengaku pernah mengalami penipuan yang mengatasnamakan kantor penerbitan. Akibatnya uang senilai Rp700.000 harus ia relakan lantaran dibawa kabur oleh oknum tersebut. Lagi-lagi hal itu tak menjadi penghalang baginya untuk terus berkarya. Sebagai penulis baru, cemooh dan kritikan sudah menjadi makanan sehari-hari bagi­ nya. Banyaknya fans yang memuji karyanya dibare­ ngi dengan banyaknya haters yang mengkritik kar­ yanya. Semua itu tak diambil pusing olehnya. Bagi gadis berdarah Lampung ini, kritikan adalah bentuk perhatian dari penggemar. Kritikan menunjukkan banyak orang di luar sana yang peduli dengannya. “Sempet down juga sih. Sampai pernah mikir ternyata dunia kepenulisan kayak gini ya, kejam juga!” aku­ nya. Berkat kritikan yang dilontarkan kepadanya, membuat gadis kelahiran Bandar Lampung ini semakin semangat untuk meghasilkan karya. Semua itu ia buktikan dengan terbitnya novel keduanya yang berjudul serendipity. Meski belum sesukses novel pertamanya, Eris tetap merasa puas dengan karya yang berhasil di­ buatnya. Fokus menulis novel, bukan berarti Erisca melupakan kuliahnya. Mahasiswa semester empat ini tetap rajin kuliah dan mengerjakan tugas terbukti dengan indeks prestasi kumulatif mencapai 3,25 . Baginya hobi tidak akan mengalahkan pendidikan.

Tawaran untuk menghadiri roadshow ke berbagai sekolah pun acap ditolaknya lantaran Eris lebih memilih untuk kuliah. “Sering dapat undangan untuk roadshow gitu, tapi aku ngambilnya kota yang dekat aja. Kayak Bekasi, Bandung, Depok,” ujar­ nya sembari tersenyum. “Menulis itu dapat dilakukan oleh siapa saja. Asal mau mencoba dan berusaha,” tambahnya meng­ akhiri. =

Rika Andriani Pemimpin Redaksi

Y

Pecundang

evsey Klimkov, anak yatim piatu yang dari kecil hingga mati hidup dengan predikat pecundang. Tinggal di desa miskin dan teraniaya, Yesvey kerap mendapat perlakuan buruk dari sepupunya-Yashka. Tak bisa melawan atau memberontak bak pelayan yang tunduk dengan titah sang maji­ kan. Pemberontakan batin kerap menyiksa hari-harinya. Ingin teriak dan bersikap kerap membayang. Namun, lagi-lagi bertahan di zona nyaman menjadi pilihan terakhirnya. Yevsey yang dibesarkan tanpa kepercayaan diri, mula-mula bekerja pada seorang revolusioner tua yang akhirnya dibunuh pembantunya, Rayissa Petrovna yang bekerja sama dengan seorang mata-mata Czar, ­Dorimedont. Kematian majikannya ini yang kemudian membawa Yevsey pada gejolak batin yang lebih kuat lagi. Berada di tengah-tengah kaum revolusioner memaksa Yevsey menjadi seorang mata-mata Czar. Kerabat, teman, bahkan kekasihnya harus menjadi korban pe­ nindasan. Yesvey tidak dapat berbuat apa-apa. Kata pecundang sangat tepat bagi dirinya yang hanya bisa diam melihat kekerasan di depan mata. Kebencian akan profesi yang dijalani membuatnya tak dapat berpikir rasional. Tak menemukan jalan ke­ luar dari masalah-masalahnya, membuat Yesvey memutuskan untuk mengakhiri hidupnya-bunuh diri di rel kereta api. Itulah kisah pemuda tak berpendirian yang ingin digambarkan oleh Maxim Gorky dalam bukunya yang berjudul “Pecundang”. Yesvey adalah sosok pemuda yang hidup sendiri dan mati sendiri sebagai seorang pecundang. Tak beda dengan kita sebagai mahasiswa. Tanpa disadari predikat pecundang terus membayang. Mahasiswa yang tak memiliki pendirian, tak berani mengutarakan pendapat, tak berani mengkritisi kebijakan, tak berani mengambil keputusan. Bukankah hal itu menandakan bahwa kita seorang pecundang. Jika dibiarkan, mahasiswa yang katanya sebagai agen perubahan akan semakin hilang di permukaan. Slogan Soekarno yang katanya “Beri aku sepuluh pemuda. Maka akan kuguncangkan dunia” akan jauh dari pandang. Pemuda yang seperti apa yang akan menguncangkan dunia. Jika dulu, pemuda saling bahu-membahu menyuarakan perjuangan rakyat. Kini, pemuda tengah asyik dengan kesenangan sendiri tanpa peduli jeritan rakyat. Coba pikir ulang sudah sampai mana kita membuat perubahan. Sudah sampai mana pemikiran kita bebas melenggang. Sudah sejauh mana karya-karya dikenal oleh khalayak ramai. Ingatlah bukan orang lain yang harus kita khawatirkan. Bukan musuh yang paling membahayakan. Bukan peluang yang tak memihak ke nasib seseorang. Melainkan sikap dan tindakan kitalah yang akan menentukan siapa kita esok dan sekarang. Akankah mahasiswa berakhir seperti Yevsey. Bertahan di zona nyaman hingga ambang kematian. Kapan mahasiswa akan sadar penjajahan otak terus saja membelenggu pergerakan. Sampai kapan mahasiswa akan menjadi ‘pecundang’ yang hanya mengejar gelar sarjana. Tidak memiliki pendirian hanya akan menimbulkan penyesalan. Belum terlambat jika ingin membuat perubahan. Perubahan untuk tidak disebut sebagai pecundang. = Tetap Berpikir Merdeka !



Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.