buku yang mengupas habis tentang Gamolan, seperti buku Raden Jambat dan Musical Instruments Of Indo nesia karya Prof. Margaret. Syair pertama dari tiga syair yang ia temukan pun merupakan hasil pencariannya dari buku Warahan Raden Jambat asal Way Kanan dan Sung kai. Syair kedua dikutip dari Naskah Kias Salaman salah satu karya sastra lisan Lampung Pubian dan syair terakh ir diambil dari Syair Sagata dari masyarakat Tanggamus. Sejarah Gamolan Lampung Ada yang menarik dari sejarah Gamolan. Hasyimkan mengemukakan bahwa pada awal peradaban pra sejarah, diperkirakan masyarakat Lampung menggunakan ga molan sebagai alat komunikasi tradisional. Keberadaan Gamolan diperkirakan telah ada ratusan tahun yang lalu. Setidaknya sampai tahun 1983 ketika Prof. Margaret J. Kartomi mengadakan penelitian mengenai instrumen tersebut, ia hanya mencantumkan istilah Gamolan untuk menyebutkan instrumen ini. Dalam bukunya, diceritakan bahwa rumah orang Lam pung zaman dahulu masih terdapat di tengah-tengah ke bun, di lereng-lereng gunung, di pinggir-pinggir sawah, ketika cara hidup bertani atau bercocok tanam masih be lum menetap. Di setiap rumah-rumah sudah mulai ada yang mempunyai instrumen tetabuhan yang terbuat dari bambu. Gamolan yang dibuat sekitar abad ke 4 masehi ini mengalami puncak perkembangannya pada abad ke 5 masehi. Yang lebih menarik lagi, relief instrumen musik di Candi Borobudur pada abad ke 8 masehi terpahat di batu. Berdasarkan bukti tersebut, instrumen musik yang terbuat dari kayu atau bambu ini telah ada pada abad sebelumnya. Bukti tersebut mengisyaratkan bahwa Can di Borobudur tak bisa dilepaskan dari campur tangan masyarakat Lampung. Masyarakat Lampung dipercaya turut membangun candi Borobudur yang merupakan keajaiban Dunia. Karena hal itu bisa terjadi, Gamolan secara antropologi (kebudayaan) ada di Lampung, akan tetapi secara arkeologi Gamolan terpahat di Candi Boro budur pada abad ke 8 masehi. Semangat Perkenalkan Gamolan Tak hanya menciptakan lagu, ia coba menciptakan tari an khas Gamolan. Tari kolosal Gamolan Agung Sai Bumi Ruwa Jurai namanya. Tari kolosal ini mengisahkan per jalanan Gamolan sebagai sebuah alat musik yang men jadi warisan budaya dunia. Dimulai dari perkembangan peradaban awal manusia hingga sekarang ini. Gamolan mendapat pengaruh mulai fase prasejarah, zaman klasik hingga zaman modern. Kebudayaan batu, kayu hingga bambu, dan kepercayaan Animisme, Dinamisme, Hin du-Buddha, Islam dan Melayu. Dilanjutkan bangsa India, China, Arab dan Eropa. Dari sekian pengaruh tersebut
PROFIL Nama NIP TTL Status Alamat HP Email FB Istri Anak
: : : : :
Hasyimkan, S.Sn., M.A. 197102132002121001 Tegeneneng 13-02-1971 Dosen Musik FKIP Universitas Lampung Jl. Panglima Poliem No 40 Segala Mider TKB Bandar Lampung. : 081369023721 : hasyimkan@gmail.com : hasyimkangamolan
: Yenni Purnamasari, S.Pd : 1. Arwina Indira Purnama 2. Alfarabi Rahmawan 3. Annisa Sinar Alam
1. Tenaga ahli gubernur lampung bidang kebudayaan tahun 2013-2014 2. Dewan Riset Daerah Provinsi Lampung tahun 2015 sampai sekarang. Pendidikan: 1. S-1 , Jurusan Musik, Fakultas Seni Pertunjukan, ISI, Yogyakarta (2000) 2. S-2 , Prodi Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Jurusan Ilmu Antar Bidang, Fakultas Multi Disiplin, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta (2011) Penelitian: 1. Penggarapan Aransemen lagu Pung-Pung karya Andi Achmad untuk gitar dan ansambel gesek (2000) 2. Gamolan: Instrumen Musik Tradisional Lampung, Bentuk Fungsi dan Perkembangannya (2011)
terbentuklah Gamolan hingga seperti yang sekarang ini. Untuk mempercantik karyanya ini, ia meminta bantuan rekannya dari ISI, Yogyakarta sebagai penata tari dan musik. Hasyimkan hanya membuat sinopsis tari tersebut. Ia juga melihat potensi gamolan untuk kemaslahatan masyarakat Lampung. inisiatif untuk membuat batik ga molan pun muncul. Saat diwawancarai dikediamannya, Senin (14/3) ia terlihat amat antusias menunjukkan be berapa batik koleksinya. Harapannya amat besar, ia ingin masyarakat lampung tidak memandang gamolan hanya sebelah mata. Masyarakat memang belum mendapat manfaat yang cukup saat ini. Tetapi ketekunannya untuk memperkenalkan Gamolan tak pernah pudar. Beberapa Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) sudah disambanginya. Tujuannya hanya satu, memperkenalkan Gamolan se bagai salah satu instrumen asli Lampung. “Lampung kaya akan budaya, budaya ini akan mampu menyejahtra kan masyarakat asal diolah dengan baik,” ujarnya meng akhiri. n
Teknokra - Maret 2016 Edisi 217
| 25