Majalah Edisi khusus 2016

Page 1

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016 Oktober 2016 ISSN 0215-8116



jendela

4

SALAM REDAKSI

5

KYAY JAMO ADIEN

6

KOMITMEN

7

INFO KAMPUS

11

APA KATA MEREKA

12 SEKILAS INFO 13 INOVASI

Biji karet yang sebelumnya tidak bernilai ekonomi, kini dilirik mahasiswa kelompok KKN untuk mengolahnya menjadi kerupuk nan lezat sebagai industri rumahan.

15

KARIKATUR

16

18 20 22 24

EKSPRESI Lahir dari keluarga petani nan sederhana, tak membuatnya miskin prestasi. Semangat raih prestasi pun terus terjaga sejak Sekolah Menengah Atas (SMA). Tujuannya jelas, tak ingin jadi mahasiswa pertanian yang biasa. Satu cita-citanya, perbaiki sistem pertanian agar petani sejahtera.

SEBAIKNYA ANDA TAHU DENAH UNILA GALERI FOTO SEKILAS TEKNOKRA Teknokra Unila tak hanya dikenal lewat media cetak berupa majalah dan tabloid.Kini juga telah merambah portal berita on-lene (www.teknokra.com) yang bisa diunggah lewat Play Store.

26

TIPS AND TRIK

27

ANAKEDAH

Kenyamanan kamar kos yang berukuran kecil akan memengaruhi cara belajar kita.Berikut ini trik menata kamar kos kamu terlihat lebih luas.

28 30 32 34 35 37 38 40 42

SOROTAN Tiga tahun diberlakukanya sistem UKT, masih banyak Mahasiswa yang merasa tak sebanding.Sehingga mahasiswa nmengajukkan banding lewat advokasi BEM-U.

OPINI AKREDITASI ACAK KATA RESENSI PUISI CERPEN LIFE STYLE Mengkonsumsi jus buah dapat menjaga kesehatan.Namun, efek samping apa yang akan terjadi jika kita terlalu banyak menambahkan gula dan susu?

POJOK PKM

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016

3


Salam Kami

Hasil Tidak Akan

Mengkhianati Proses

Dok.

M

ahasiswa harus memiliki peran sebagai agen pembaharuan. Peran ini harus dimiliki mahasiswa saat nantinya terjun di tengah masyarakat. Ketika berada dalam masyarakat yang membutuhkan pembaharuan dan perbaikan, mahasiswa pun dituntut memiliki sense of critism. Mahasiswa bukanlah pahlawan yang dengan gagah mengusir penjajah, namun mahasiswa harus menjadi penggagas perubahan. Tak hanya itu, mahasiswa juga harus menjadi objek atau pelaku dari perubahan melalui sikap kritisnya. Menjadi mahasiswa adalah sebuah pilihan, ingin kuliah-pulang kuliah-pulang (kupu-kupu) atau menjadi mahasiswa yang merelakan waktu istirahatnya untuk belajar hal-hal baru di organisasi kampus. Berperan sebagai mahasiswa yang dikenal dengan agent of change, bukanlah hal yang mudah. Apalagi dunia kerja saat ini mengharuskan sumber dayanya tak hanya memiliki hard skill, tetapi juga softskill yang memadai. Itu

hanya bisa diperoleh dari organisasi. Bahwa hasil tidak akan pernah meng­ akhianati proses, hal itulah yang membuat kami terus mencintai proses untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Meski terkadang harus melalui banyak langkah dengan ketar-ketir, kami tidak akan lupa untuk terus menulis. Karena dengan menulislah Teknokra tetap ada. Senyum bahagia kembali muncul di wajah kami dengan datangnya mahasiswa baru. Harapan menjalankan sisa kepe­ngurusan yang tadinya maju mundur, kini seperti fajar yang menawarkan kehangatan setelah dinginnya malam. Akan ada sumber daya manusia baru dengan semangat belajar yang masih begitu besar di tengah-tengah kami. Kepada mahasiswa baru kami ucap-

kan “Selamat Datang dan Selamat Berproses”. Edisi khusus mahasiswa baru hadir menyapa generasi baru yang penuh semangat. Kami menyuguhkan berbagai informasi yang membantu mahasiswa baru untuk mengenal dunia kampus. Dalam rubrik sorotan, terdapat informasi mengenai permasalahan advokasi Uang Kuliah Tunggal (UKT) tahun lalu. Kami menyadari masih banyak kekurangan, namun kami selalu mencoba untuk memberikan yang terbaik. Semoga informasi yang kami sampaikan dapat membantu membentuk mahasiswa menjadi agen of change yang aktif dan kritis. Dari pojok PKM kami selalu mengajak mahasiswa untuk Tetap Berpikir Merdeka! =

MAJALAH TEKNOKRA EDISI KHUSUS MAHASISWA BARU diterbitkan oleh Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra Universitas Lampung Alamat : Grha Kemahasiswaan Lt.1 Jl. Soemantri Brodjonegoro No.1 Bandar Lampung 35411 E-mail : ukpmteknokraunila@yahoo.co.id Website : www.teknokra.com Telp : (0721) 788717

PELINDUNG Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. PENASEHAT Prof. Dr. Karomani, M. Si. DEWAN PEMBINA Dr. M.Thoha B.Sampurna Jaya, M.S.ANGGOTA DEWAN PEMBINAProf. Dr. Muhajir Utomo, M.Sc.,Asep Unik SE., ME.,Dr. Eddy Riva’i SH., M.H.,Ir. Anshori Djausal, M.T., M.A.,Prof. Dr. Yuswanto, SH., M.Hum Asrian Hendi Caya, SE., ME., Dr. Yoke Moelgini, M.Si, Irsan Dalimunte, SE., M.Si., MA., Dr. Dedy Hermawan, S. Sos., M.Si., Maulana Muklis, S. Sos., M. IP.Dr. Nanang Trenggono, M.Si., Dr. H. Sulton Djasmi, M.Si., Syafaruddin, S. Sos., MA., Toni Wijaya, S.Sos., MA., Faris Yursanto; Fitri Wahyuningsih; Hayatunnisa Fahmiyati

Judul : Bertaruh Untuk Masa Depan Desain : Retnoningayu Janji Utami

4

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016

PEMIMPIN UMUM Kurnia Mahardika PEMIMPIN REDAKSI Ayu Yuni Antika REDAKTUR PELAKSANA CETAK Retno Wulandari REDAKTUR PELAKSANA DARING Wawan Tarianto REDAKTUR BERITA Rika Andriani REDAKTUR FOTO Riska Martina REDAKTUR ARTISTIK Defika Putri Nastiti (Non Aktif) REDAKTUR DALAM JARINGAN Yola Septika PRODUSER Fajar Nurrohmah KAMERAMEN Luvita Willya Hendri, Silviana FOTOGRAFER Arif Sabarudin STAF ARTISTIK Retnoningayu Janji U. REPORTER Ariz Nisrina, Faiza Ukhti Annisa, Alfanny Pratama, Kalista S PEMIMPIN USAHA Fitria Wulandari MANAJER USAHA Fajar Nurrohmah MANAJER KEUANGAN Yola Savitri STAF UNIT KREATIF Arif Sabarudin, Trias Suci PN STAF KEUANGAN Ariz Nisrina KEPALA PUSAT DAN PENGEBANGAN Imam Gunawan STAF ANALISIS DAN PERPUSTAKAAN Riska Martina STAFF PENGKADERAN DAN SDM Retnoningayu Janji U. KEPALA KESEKRETARIATAN Khorik Istiana STAF KESEKRETARITAN Fitri Ardiani (Non Aktif), Tuti NK MAGANG Khusnul A, Yayu A, Ayesha A, Getri, Hendri M, Reni R, Rohimatus S, Rahmad H, Virginia S, Widya M.


kyay jamo aiden

Oleh Retnoningayu J U

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016

5


KOMITMEN

Bertaruh Untuk Masa Depan

S

ejak kecil kita bermimpi, jika dewasa nanti ingin jadi apa, jadi dokter, guru, astronot, atau apapun hingga terdengar tak masuk akal. Seperti kata pepatah “gantungkan cita-citamu setinggi langit”, kita berusaha menjadi yang terbaik dari yang terbaik, hingga akhirnya keputusan-keputusan penting diambil demi menggapai cita-cita yang telah diimpikan sejak kecil. Lalu di sinilah kita, di sebuah langkah menuju keputusan besar yang harus diambil, yakni menentukan pilihan jurusan di perkuliahan, dan tanpa sadar dimulailah pertaruhan masa depan. Dari berbagai latar belakang sosial, pendidikan, ekonomi, dan budaya, tak hanya satu atau dua orang saja, ribuan dan jutaan lagi di luar sana mulai berkompetisi memperebutkan apa yang telah di cita-citakan. Sejujurnya, untuk menggapai cita-cita tentu tak semudah membalikkan telapak tangan, banyak hal perlu dikorbankan untuk menda­ patkan hal besar. Dimulai dari hal sederhana seperti memilih untuk hidup merantau jauh dari orang tua dan sanak keluarga, lalu perjuang­ an menghadapi hari-hari mengatur keuangan sendiri untuk makan dan keperluan kuliah. Tentu akan menjadi hal yang sulit bagi mahasiswa berlatar belakang ekonomi yang pas-pasan. Namun juga tak semudah itu untuk mereka yang lahir dari keluarga mampu. Kembali lagi,

6

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016

pertaruhan itu mau tak mau akan menjadi sebuah pertaruhan yang akan menentukan sikap dan pola pikir mahasiswa kedepannya. Sebagai seorang mahasiswa, kita haruslah sadar tak bisa lagi bersikap layaknya anak SMA yang setiap harinya bisa bersenang-senang dengan teman dan tiga tahun kemudian lulus bersama-sama. Di sini, mahasiswa harus menaklukkan musuh utamanya yakni malas. Malas mengerjakan tugas, malas masuk kuliah, ingin selalu hura-hura, dan merasa sudah memiliki kebebasan menentukan pilihan hidupnya. Yakin bisa lulus bersama-sama dengan teman sekelas lainnya? Tiga setengah tahun atau 7 semester, jika hanya terlena dengan kebebasan, sudah barang tentu tak akan mudah dilewati. Belum lagi masalah IPK yang bahkan da­ pat menentukan apakah seseorang bisa mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan, hati-hati dengan kebebasan yang kebablasan. Namun yang menjadi perta­ nyaan lagi, apakah menyelesaikan perkuliahan dalam waktu singkat menjadi hal yang baik atau buruk? Apakah menjadi “kupu-kupu” atau kuliah-pulang-kuliah-pulang akan membuat masa depan cerah menjadi makin cerah? Mari menengok mereka yang mengisi hari-hari kuliahnya dengan menjadi bagian dari organisasi-organisasi mahasiswa,

menelurkan sejumlah prestasi, dan mendapatkan pengalaman lebih selain pengetahuan yang didapat di perkuliahan. Kemudian tengok juga mereka yang sukses mengikuti pertukaran pelajar ke luar negeri, atau mereka yang mulai memutar otak berwirausaha sejak dini. Maka lulus cepat sudah bukan lagi opsi terbaik yang harus buru-buru ditempuh, dan lulus tepat waktu menjadi pilihan terbaik. Jika kelulusan dianalogikan de­ ngan mengocok dadu, maka sebera­pa banyak yang akan dipertaruhkan untuk mendapatkan hasil maksimal, atau cukup ‘bermain aman’ menjadi anak baik dan ikut kemauan orang tua, atau mau mencoba ‘bermain gila’ mempertaruhkan segala yang ada untuk kemudian meraup keuntungan sebanyak-banyaknya? Tapi tentu kita harus ‘bermain pintar’ apalagi di era persaingan ketat. Yang bodoh kalah dengan yang pintar, yang pintar kalah dengan yang cerdas, yang cerdas kalah dengan yang hoki. Maka bulatkan tekad, susun rencana, mulai lah menarik nafas dalam, berdoa, dan pegang gelasmu kuat-kuat, jika kau sudah siap. Lemparlah dadumu!=


Info Kampus

Wisuda. Sebanyak 823 mahasiswa Unila diwisuda pada periode September 2016. Foto dibidik , Rabu (21/09). Foto Arif Sabarudin

BEM FISIP adakan Sosialisasi Empat Pilar Oleh Arif Sabarudin

FISIP-Tek: Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP Unila bekerjasama dengan MPR RI, mengadakan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Gedung Serba Guna (GSG) Unila, Rabu (7/9). Sebanyak 1500 mahasiswa dari berbagai jurusan menjadi peserta dalam kegiatan ini. Turut hadir perwakilan MPR RI, DPRD Lampung, dan Prespanpol Polda Lampung sebagai tamu undangan. Acara ini dibuka secara resmi oleh wakil ketua MPR RI, Mahyudin. Dalam sambutannya, Mahyudin mengungkapkan bahwa sosialisasi ini dapat mengembalikan moral dan kepercayaan bangsa Indonesia terhadap tegaknya kesatuan Republik Indonesia. Terlebih saat ini, bangsa Indonesia tengah dihadapkan pada isu perekrutan masyarakat oleh ISIS

dan organisasi sejenis. Ia berharap para generasi penerus bangsa, mahasiswa Unila khsusunya, dapat memberikan nilai-nilai yang baik bagi perkembangan bangsa. Empat Pilar, Pancasila sebagai Dasar Ideologi Negara, UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara, NKRI sebagai bentuk Negara, dan Bhineka Tunggal Ika sebagai Semboyan Negara harus selalu dipegang teguh. Sejalan dengan Mahyudin, rektor Unila, Prof. Hasriadi Mat Akin menyampaikan kegiatan tersebut tak hanya memacu kemampuan intelektual namun juga kemampuan emosional, dan spiritual. Menurutnya, riset beberapa negara membuktikan, keberhasilan mahasiswa dalam masyarakat dipengaruhi kemampuan emosional dan spiritual

sebesar 80%, sementara kemampuan intelektual hanya 20% saja. “Jika di lapangan itu yang dicari karakter kejujuran dan integritas, artinya IPK 4.0 tidak ada gunanya jika tidak memiliki karakter. Tapi IPK 2.0 jika karakternya baik Insyaallah baik,” ungkapnya. Namun, salah seorang peserta, Tumara Tiarantika (Adm. Bisnis ’16) mengaku, meskipun acara berjalan lancar, garis besar empat pilar belum tersampaikan dengan baik. Kurangnya pengkondisian peserta oleh panitia, membuat timbal balik antara mahasiswa dan pemateri kurang efektif. “Dengan adanya MPR RI mereka dapat mendengar keluhan masyarakat, dan mahasiswa itu pelurus, bukan penerus bangsa,” cetusnya =

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016

7


Info Kampus

PSM Unila Boyong Dua Medali Emas Unila-Tek: Unit Kegiatan Paduan Suara Mahasiswa (UKM PSM) Unila berhasil meraih dua medali emas dalam ajang Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) Mahasiswa Nasional ke-XIV di Medan International Convention Centre (MICC), Sabtu-Rabu (3-7/9). Seba­ nyak 35 tim paduan suara dari berbagai univeritas di Indonesia berhasil digeser. Pesparawi merupakan program kerja dari Dikti yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali. Dalam kontes ini, UKM PSM unggul pada kategori musica sacra dan gospel and spiritual, dengan perolehan poin sebesar 80,96 untuk kategori musica sacra serta poin sebesar 80,49 untuk kategori gospel and spiritual. Lagu yang dinyanyikan

Foto Arif Sabarudin

Oleh Rahmad Hidayatulloh

Renovasi. Salah satu gedung FKIP Unila yang sedang dalam proses renovasi. Foto dibidik, Selasa (20/09).

untuk kategori musica sacra yaitu, Aus Dem Dankliede Zu Got, Den Erhatt Seinen Engeln Befohlen, dan Dies Irae. Sedangkan lagu Walk together children, dan When the saints go marching in untuk kategori Gospel and Spiritual. Lagu-lagu tersebut sukses di­ nyanyikan walau beberapa anggota baru UKM PSM merasa nervous. “Deg-degan, karena bawa nama Unila, bawa nama Lampung jadi harus ngasih yang terbaik,” ujar Nia Kurniawati (Ilmu Komunikasi ‘14). Selaku ketua umum UKM PSM, Silviani Maretha (Pend. Bahasa

Inggris ’13) mengaku persiapan untuk mengikuti ajang tersebut sudah dilakukan sejak awal tahun. Ia juga tak menampik adanya dukungan dari pihak rektorat yang memudahkan UKM PSM mengikuti perlombaan. “Harapannya UKM PSM bisa lebih lagi dari ini. Bisa menyumbangkan medali untuk Unila di kancah internasional lagi,” katanya. Sebagai salah satu anggota UKM PSM, Andaru Rian (Ilmu komunikasi ’14) berharap diraih­ nya prestasi ini akan lebih memperkenalkan seni paduan suara di ­Lampung.=

FISIP Belajar Bareng Kompas TV Oleh Reni Ravita

FISIP-Tek: Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi (HMJ Ilkom) bersama Kompas TV ­meng­adakan pelatihan jurnalistik bertema “Belajar Bareng Kompas TV” yang diikuti oleh mahasiswa ilmu komunikasi dan beberapa sekolah di Bandarlampung, Kamis (11/8). Kegiatan tersebut dibagi men-

8

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016

jadi tiga kelas yaitu, Festival Film Pendek Indonesia (di Gedung C1.2), Jurnalisik TV (di Gedung C1.1) dan Kompasiana (di Gedung C2.1). Tak hanya materi jurnalistik, Kompas TV juga menyediakan doorprize mena­rik bagi peserta. “Tujuan diadakannya acara ini adalah meningkatkan komunikasi antara Kompas TV dengan kampus

yang ada di Indonesia serta membangun kemampuan mahasiswa untuk lebih mengenal lagi bidang jurnalistik,” ujar Riga D. Widayaka, produser Kompas TV. Hamdan Alkafie (News and sports anchor and producer of Kompas TV) turut hadir memberikan materi. Peserta yang hadir sangat antusias mengikuti pelatihan tersebut. =


Foto Alfany Prata

Info Kampus

Megatron. Seseorang sedang melihat megatron yang terpasang sejak 16/9 di depan bundaaran Uniiversitas Lampung.Foto dibidik (25/9)

Target 10 Besar di Usia 51 tahun Oleh Arif Sobarudin

Unila-Tek: Berbagai kegiatan digelar untuk memperingati hari jadi Unila ke-51 tahun. Unila Gathering menjadi salah satu kegiatan utamanya. Berpusat di Taman Beringin Unila, Minggu (18/9) lalu, acara tersebut dihadiri pejabat rektorat, fakultas dan ratusan mahasiswa Unila. ­Prof. Hasriadi Mat Akin secara langsung

membuka acara dengan pemotong­ an nasi tumpeng. Menurut Prof. Hasriadi Mat Akin, antusiasme mahasiswa dalam acara tersebut menandakan semakin tingginya rasa cinta mahasiswa terhadap Unila. Hal ini dipercaya mampu memberikan dampak baik untuk Unila. Prof. Hasriadi juga optimis Unila men-

jadi 10 besar universitas terbaik tahun depan. “Harapanya dengan adanya dies natalis ini kita dapat introspeksi diri bahwa kita harus kompak membawa Unila lebih baik,” ujarnya. Prof. Satria Bangsawan (Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis) selaku ketua pelaksana mengungkapkan Unila dapat lebih bersaing di tingkat nasional dan internasional, mengingat Unila sudah berada di posisi 15 besar universitas terbaik di Indonesia. Ia juga mengajak seluruh mahasiswa agar menjaga kebersihan Taman Beringin Unila agar bebas sampah, asap rokok, dan kebisingan. Hal ini dilakukan agar Unila menjadi kampus yang sejuk dan mendapat prestasi terbaik pada Green Matric. KM Allan Wahyu Permana (Kedokteran ‘15), salah satu peserta jalan sehat mengaku sangat senang dengan adanya acara tersebut dan ikut optimis dengan target rektor. “Kotak sampahnya ditambah dan kalau bisa jadi sepuluh besar tahun depan, kenapa tidak?,” ungkapnya. Beberapa agenda lain seperti, jalan sehat, senam, pertunjukan seni, musikalisasi puisi, lomba joget balon, bakiak, dan tarik tambang pun turut diadakan. Tanda tangan berkomitmen menjaga dan merawat Taman Beringin Unila juga dilakukan semua peserta dies natalis =

Tapak Suci Borong Juara Meski Sulit Dana Oleh Arif Sobarudin

Unila-Tek: Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tapak Suci Unila kembali menorehkan prestasi. Kali ini dalam ajang Invitasi International Open (IIO) di Jakarta pada 28-31 Juli, serta pada Forum Komunikasi Mahasiswa Pencak Silat Indonesia (FKMPI) Open di Palembang, 11-14 Agustus lalu. Pada ajang IIO, Ismail Pirdaus (Agroteknologi `13) dan Hidayat

(Penjaskes `15) mendapat juara 3 kategori tanding kelas D dan kategori seni. Pada ajang FKMPI Open di Palembang, juara 3 diraih oleh Zirwansyah (Hukum `15) dan Abdul Aziz (Sosiologi `14) pada kategori tanding kelas A dan G putra. Hidayat (Penjaskes `15) kategori seni tunggal putra. Sedangkan Hendi Wahyu Nugroho (Hukum `15) dan Ichwan Nurdin (Adm. Negara `15) meraih

juara 1 pada kategori seni ganda putra. Ketua umum UKM Tapak Suci, Ali Usman (Penjaskes `13) agak menyayangkan kurang ada­ nya kepedulian terkait pendanaan. “Harapan saya UKM dapat mempertahankan tradisi untuk memperoleh medali. Dan untuk Unila sendiri agar tidak mempersulit pendanaan karena UKM lomba juga membawa nama baik Unila,” pungkasnya =

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016

9


Info Kampus

Rusunawa Butuh Lebih dari Janji Perbaikan Oleh Kalista Setiawan

Unila-Tek: Rumah Susun Sederhana Sewa Universitas Lampung (Rusunawa Unila) berulang kali dikeluhkan penghuninya. Dari semua keluhan, kebanyakan menuntut hal yang sama; perbaikan fasilitas. Catatan Teknokra, edisi khusus mahasiswa baru 2009 ‘Nasib Rusunawa Masih Tak Jelas’, dan yang terakhir di edisi Juni 2015 no. 144 ‘Rusunawa Riwayatmu Kini’. Dari pengamatan Teknokra di Rusunawa, Jum’at (23/9) terlihat sampah berserakan di beberapa kamar. Sampah tersebut berasal dari tempat pembuangan sampah sementara penghuni kamar. Ku­ cing bebas hilir mudik meninggalkan feses di sembarang tempat dan meninggalkan aroma yang tidak menyenangkan. Di lain hal, beberapa penghuni Rusunawa mengeluhkan sistem drainase yang payah. Air menggenang di kamar mandi dan lantai depan kamar setelah hujan rupanya masih jadi persoalan. Tetesan air jemuran pakaian yang menggantung tidak pada tempatnya juga menyebabkan air menggenang di pelataran kamar. Ditambah lagi septi tank di kanan jalan yang mengeluarkan isinya hingga merembes keluar. “Di lantai empat kamar mandinya sekarang lagi banjir,” ujar Eliya Wahyuningsih (Pendidikan Ekonomi ‘16), salah satu penghuni Rusunawa. Menurut Hervi Aprillia (Ilmu Komputer ’15) salah seorang peng­ huni Rusunawa, buruknya sistem air bersih menyebabkan setiap hari ia dan semua penghuni Rusunawa melakukan mandi cuci kakus (MCK) sebelum pukul 5 pagi. “­Akhir-akhir ini, kita sedih banget. Kita harus mulai ancang-ancang dari jam lima pagi. Soalnya kalau

10

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016

udah jam tujuh pagi keatas udah mulai seret (air),” ujarnya. Senada dengan Hervi, sejak tiga minggu terakhir Eki Wahyu Putri (Teknik Sipil ’15) merasakan imbas dari tak adanya perbaikan sistem drainase dan minimnya pasokan air di Rusunawa. Ia mengatakan tiga toilet di lantai tiga sudah tak layak pakai. Kerusakan diakibatkan karena keran yang tak lagi berfungsi dan water closet (WC) yang mampet. “Di kamar mandi sebelah kamar saya, dari enam kamar mandi yang ada, yang bisa dipakai cuma tiga. Sisanya sudah tak layak pakai,” terangnya. Eki menyatakan bukan sepenuh­ nya kesalahan dari Badan Pe­ ngelola (BP). Keadaan seperti ini, menurutnya tanggungjawab bersama antara penghuni Rusunawa dan BP. “Mereka kan jadi mandi disini, nah karena mereka gak merasa yang punya, jadi mulai kotor,” jelas Eki. Namun ia juga menya­ yangkan tidak ada penegasan dari BP kepada penghuni Rusunawa untuk menjaga kebersihan lingkungan Rusunawa. Suarno Sadar, salah seorang Badan Pengelola (BP) Rusunawa menyatakan penyebab permasa­ lahan Rusunawa karena masih adanya perilaku mahasiswa yang primitif. Primitif yang ia maksud seperti membuang pembalut di tempat yang tidak seharusnya sehingga menyebabkan saluran WC tersumbat. Terkait permasalahan minimnya air di Rusunawa, Suarno berujar hal tersebut ulah penghuni Rusunawa yang boros air. Ia sering menemukan keran air yang menyala diluar penggunaan MCK. Penampung air Rusunawa, menurutnya cukup untuk memenuhi kebutuhan air

kurang lebih 300 mahasiswa. “Ada yang boros air, keran air dibiarkan menyala,” ujarnya. Untuk kebersihan pelataran depan kamar, menurut Suarno sampah yang ditampung di tempat sampah harus langsung di­ buang ke penampungan sampah di belakang Rusunawa. “Sampah itu bukan dititipin ke petugas kebersihan. Harusnya mereka sudah bisa mandiri,” jelas Suarno. Selain mengeluarkan bau yang tak sedap, jika terus ditampung di depan kamar, sampah akan membawa bibit penyakit. “Sebenarnya, nggak perlu ada sistem piket. Buat apa? Kan sudah ada petugas kebersihan,” terang Suarno. Hanya saja menurut ­Suarno kepedulian dan inisiatif mahasiswa tetap diperlukan. Merujuk pada Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 14/PERMEN/M/2007 tentang Pe­ ngelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa Bab III Pemanfaatan Fisik Bangunan Rusunawa Bagian Kelima Perawatan Paragraf 1 Umum Pasal 9 disebutkan pada ayat 1 bahwa perawatan bangunan rusunawa adalah kegiatan memperbaiki dan/atau mengganti bagian bangunan rusunawa dan/ atau komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarana agar bangunan rusunawa tetap laik fungsi. Masih di bab yang sama Bagian Keenam Peningkatan Kualitas Prasarana, Sarana dan Utilitas Pa­ sal 14 ayat 1 Badan pengelola wajib melakukan peningkatan kualitas prasarana, sarana dan utilitas yang tersedia di kawasan Rusunawa dari kondisi yang kurang baik menjadi menjadi lebih baik, nyaman dan aman sesuai dengan kebutuhan =


Apa kata Mereka ???

APA PENDAPAT KAMU TENTANG

51 TAHUN UNILA ? Syafira Aprilia FISIP HI ‘15 Menurut gua Unila saat ini, masalah wifi udah cukup baik terus kalau masalah fasilitas udah baik sih cuman kaya kursinya perlu diupgrade ada yang bengkok dan ada yang miring, kadang kalo ada yang mau duduk malah jatoh, oh iya toilet juga perlu diupgrade karena kalo ga diupgrade nanti tambah serem. Harapan buat Unila semoga aja di 51 tahun kedepan unila udah setara kayak UI,UGM dan UNPAD.

Dr. Dedy Hermawan, S.I.P., M.S.i (Kajur Adm.Negara FISIP) Tentu kalau dibandingkan dengan beberapa waktu yang lalu pastinya banyak perubahan dari aspek akademiknya guru besar makin bertambah, dari sisi pendidikan doktornya semakin banyak dan jumlah mahasiswa terus meningkat, prestasi-prestasi cukup banyak dan akreditasi juga semakin baik. SDM, Mahasiswa, keuangan, penelitian, kepemimpinan, kerjasama ini kalau terus dimaksimalkan , dikembangkan tentu ini bisa membawa Unila kepada peringkat yang lebih baik lagi baik secara nasional maupun internasional. Untuk Unila kedepannya kita optimis.

Novandra Erico FT Teknik Mesin ‘12 Unila saat ini ada kelebihan dan kekurangan. Kelebihan yang pertama lingkungannya bagus, adem tapi terutama seperti mahasiswa kurang menjaga,merawat dan kurang adanya kesadaran karena mungkin ada sebab mahasiswanya seperti itu. Karena mungkin dari pihak kampusnya juga tidak merawat sehingga mahasiswa pun masa bodo. Contohnya lagi seperti keamanan kurang seharunya ada plang otomatis dengan kartu di setiap fakultas menurut saya itu wajib karena kehilangan motor sudah sangat banyak, sekali hilang bisa 2-3 motor.

Ambarwati FP Kehutanan ‘13 Unila saat ini baik soalnya meningkat peringkat ke 7 di Indonesia mungkin karena peningkatan dari dosen-dosen sudah banyak yang profesor dan doktor.Mahasiswanya berprestasi yang aktif di organisasi. Harapannya semoga saja Mahasiswa Unila dalam akademik lebih meningkat, mahasiswa sadar akan kesopanan, tidak buang sampah sembarang karena Unila dikenal dengan Universitas Hijau namun pada kenyataannya masih banyak sampah-sampah dijalanan unila, semakin maju,dosen lebih kreatif membina mahasiswa tidak hanya pembelajaran tetapi juga atittude.

Sampaikan keluhanmu lewat SUARA MAHASISWA dengan format: Nama_Jurusan/Angkatan_Komentar Kirim ke: 0822-8187-0900 atau 0897-8669-233 Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016

11


SEKILAS INFO

12 12 Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016


KERUPUK KLATAK,

Dok.

inovasi

Camilan Nikmat Biji Karet Oleh Silviana

T

ak banyak yang melirik biji karet. Adalah lima orang mahasiswa angkatan 2012 yang pernah tergabung dalam satu kelompok KKN, mencoba memanfaatkan biji karet untuk diolah menjadi kerupuk nan lezat. Karet menjadi salah satu potensi bidang pertanian di Desa Adi Luhur, Kecamatan Panca Jaya, Kabupaten Mesuji. Tak heran mayoritas penduduknya menjadi petani karet. Peluang itu pun dilirik oleh Zupika Audina, Eka Prianti (Agribisnis ’12), Catra ­ ­Wijaya, Rizal Gata Kusuma (Tek. Geofisika ’12) dan Sartika (Kehutanan ’12). Kelima mahasiswa Unila ini melihat biji karet se-

bagai salah satu bagian yang tak dimanfaatkan, namun memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Awal mula munculnya ide pemanfaatan biji karet ini terjadi saat mereka melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) periode Januari-Maret tahun 2015 lalu. Setelah melakukan beberapa uji coba dan mencari referensi, ternyata biji karet yang selama ini belum dimanfaatkan oleh masyarakat, bisa diolah menjadi bahan baku makanan. Bersama Kelompok Wanita Tani (KWT) di Desa Adi Luhur, Zupika dan keempat rekannya mencoba mengolah biji karet menjadi camilan kerupuk berbagai rasa. Mereka mengajarkan cara mem-

buat kerupuk berbahan biji karet yang mudah baik bahan, peralatan, maupun pengolahannya. Bahan-bahan campuran yang dibu­tuhkan seperti, tepung, daun bawang, cabai, garam, serta bumbu-bumbu lain sesuai selera. Sedangkan alat yang dibutuhkan berupa lesung untuk menumbuk biji karet, pisau, serta alat penggoreng. Langkah pembuatannya diawali dengan memisahkan biji karet dari cangkangnya dengan cara dipecahkan dengan benda keras. Setelah itu, biji karet direbus untuk kemudian direndam selama dua hari dua malam dengan air garam agar kadar hidrogen siani­ da (HCN) yang ada di dalamnya

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016

13


inovasi

hilang. Air rendaman harus diganti sebanyak dua atau tiga kali sehari, agar kadar air garamnya tetap terjaga. Setelah masa perendaman selesai, akan terlihat gumpalan bewarna ungu di area biji karet. Gumpalan tersebut menunjukan bahwa area tersebut paling ba­ nyak mengandung racun (sianida). Kemudian biji karet langsung dicuci hingga bersih. Proses selanjutnya adalah menumbuk atau menghaluskan biji karet, agar mudah dicampur dengan tepung dan bumbu rempah lainnya. Setelah itu, adonan dapat dimasukkan ke dalam plastik es, plastik tempe, atau daun untuk direbus. Adonan biji karet yang sudah direbus, kemudian iris tipis-tipis dan dijemur untuk menghilangkan kadar air­nya. Setelah kering, kerupuk siap digoreng dan dikemas. Tak sebatas mengajarkan pembuatan kerupuk biji karet saja. Seusai masa KKN pun Zupika dan keempat rekannya masih aktif memberikan berbagai pelatihan, seperti pengemasan, pemasaran, dan pembukuan kepada ibu-ibu anggota KWT tersebut.

14

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016

Hingga saat ini, kerupuk biji karet sudah hampir setiap hari diproduksi. Dalam sekali produksi maksimal mencapai 3-5 kilogram, tergantung biji karet yang didapatkan. Kerupuk klatak dijual dengan harga 50 ribu rupiah per kilogram dan 10 ribu rupiah untuk kemasan 150 gram. Varian rasa yang ditawarkan pun cukup beragam, mulai dari rasa original, barbeque, jagung bakar, dan bala­do. Tak sampai di situ, Zupika juga sudah berdiskusi tentang usaha pembuatan kerupuk klatak di Desa Adi Luhur, kepada Bupati Mesuji dan mendapat respon yang amat positif. Pemasaran di Kabupaten Mesuji sudah mulai dikembangkan, tidak hanya di sekolah-sekolah, tetapi sudah mulai dititipkan di rumah makan dan tempat pemberhentian bus. Bahkan tak jarang mendapat pesanan untuk acara tertentu. “Tidak hanya kalangan mahasiswa saja yang pesan. Kantor kementerian kehutanan pun sudah mencicipi kerupuk biji karet ini,” ungkap Zupika. Untuk wilayah Bandarlampung, Zupika dan teman-temannya membantu me-

masarkan kerupuk biji karet lewat media sosial. Inovasi ini juga diikutkan dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang pengabdian tahun 2016. Hasilnya cukup memuaskan, Zupika dan rekannya mendapat pendanaan sebesar 7,5 juta rupiah dari Dikti dan berhasil lolos ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) di Institut Pertanian Bogor (IPB), 8-11 Agustus lalu. Dana tersebut digunakan untuk membeli 2 unit timbangan, 2 bungkus plastik kemasan, satu unit alat pemotong, bahan habis pakai, keperluan promosi, uji laboratorium, kemasan, dan biaya pelatihan. Saat ini, mereka sedang mengusulkan label halal ke Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan izin dari Badan Pengelola Obat dan Makanan (BPOM) serta Dinas Kesehatan. Zupika dan teman-temannya berharap pemasaran kerupuk klatak mampu merambah supermarket dan minimarket di Bandarlampung serta makin banyak lagi investor yang bersedia membantu menyukseskan industri rumahan tersebut.=


Ilustrasi Rohimatus Salamah

KARIKATUR

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016

15


ekspresi

Muhamad Agung Hardiyanto,

DOBRAK KETERBATASAN DENGAN SEJUTA PRESTASI

Oleh Fajar Nurrohmah

Lahir dari keluarga petani nan sederhana, tak membuatnya miskin prestasi. Semangat raih prestasi pun terus terjaga sejak Sekolah Menengah Atas (SMA). Tujuannya jelas, tak ingin jadi mahasiswa pertanian yang biasa. Satu citacitanya, perbaiki sistem pertanian agar petani sejahtera.

L

aki-laki 21 tahun dan bertubuh tinggi itu tak seperti kebanyakan remaja seusianya. Sejak SMA, Muhamad Agung Hardiyanto memilih untuk tak mengikuti huru-hara pencarian jati diri. Ia fokus saja menikmati perburuan prestasi sebanyak-banyaknya. Hasil kerja kerasnya tak bisa dianggap remeh, mulai dari juara 1 alat peraga Fisika se-Sumbagsel hingga terpilih sebagai Mekhanai Tulang Bawang Barat 2013. Setamatnya dari SMAN 1 Tumijajar, Ia melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi bagi Agung

16

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016

seperti mimpi di siang bolong mengi­ngat kondisi keuangan keluarganya. Beasiswa Bidikmisi yang diberikan pemerintah khusus mahasiswa berprestasi dengan ekonomi minim menjadi cahaya harapannya saat itu, yang kemudian menuntunnya meraih asa. Ketika ditanya kenapa memilih Teknik Pertanian, Agung hanya bermodalkan cita-cita sederhana. Cita-cita yang lahir dari anak kampung yang ingin nasib petani Indonesia lebih sejahtera. Ia memilih Teknik Pertanian untuk memperbaiki sistem pertanian di Indonesia

akibat nasib kedua orang tuanya yang kurang sejahtera sebagai petani. Di bangku perkuliahan, anak pertama dari dua bersaudara ini tak lantas koma mendulang prestasi. Ia tetap konsisten dalam pergulatan menjadi mahasiswa yang tidak hanya memenuhi jumlah SKS agar lekas lulus. Berbagai penghargaan diraihnya dari tingkat daerah hingga nasional. Ia berhasil menyabet juara ketiga dari Kementerian Pertanian lewat artikelnya. Ditingkat nasional lainnya, ajang adu propo­ sal bisnis Pengabdian dan Pember-


ekspresi

Dok.

dayaan Masyarakat (P2M Miti) juga mengantarkannya meraih hibah. Agung juga didapuk sebagai mahasiswa berprestasi tingkat program studi Teknik Pertanian. Di lain kesempatan, Agung bersama kedua rekannya terpilih menjadi salah satu penerima hibah atas proposal penelitian Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) yang berjudul Tembikar Biji Karet sebagai Solusi Alternatif untuk Bahan Dasar Tempe. Lewat proposalnya, Agung dan tim ingin menawarkan solusi kepada masyarakat akan manfaat lain tembikar biji karet

yang bisa menggantikan kedelai untuk bahan dasar pembuatan tempe. Sehingga kebutuhan kedelai Indonesia yang kian tahun tak terkendali, bisa ditekan dengan adanya biji karet yang jumlahnya cukup stabil di Indonesia. Di tahun 2014, Agung kembali mendapat hibah PKM lewat proposal berjudul Pemanfaatan Jalan Tir Sebagai Pestisida Nabati Untuk Mengatasi Hama Ulat Grayak Pada Tanaman Kedelai. Dan di tahun ini, kembali meraih hibah PKM berjudul Pemanfaatan Limbah Serat Tebu untuk Dijadikan Komposit.

Belum lama ini, Agung juga terpilih sebagai salah satu mahasiswa yang didelegasikan mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) kebangsaan. Ia berhasil lolos seleksi untuk dikirim ke Kepulauan Riau untuk mengabdi ke masyarakat periode 25 Juli-28 Agustus. Tak hanya di bidang akademik, Agung juga aktif di berbagai organisasi. Menurutnya, selama ­ menjadi mahasiswa, seseorang berkewajiban untuk aktif baik di dalam maupun di luar kelas. Mahasiswa harus aktif di organisasi tidak hanya kuliah pulang dan dengan berprestasi kita akan memiliki nilai lebih dan tidak dipandang sebelah mata,” tambahnya. Di tahun ini,Ia diamanahi sebagai Kepala Departemen Kajian dan Strategi (Kastrat) BEM FP Unila. Di tengah aktifitasnya yang padat, ia masih menyempatkan berdiskusi dengan Agritica, sebuah komunitas yang digagasnya bersama beberapa rekan. “Selesai kuliah dan organisasi di kampus, malemnya kumpul sama komunitas,” ungkapnya. Ketika ditanya siapa orang-orang yang menginspirasinya, Agung menyebut Tan Malaka dan Soe Hok Gie. Kedua tokoh tersebutlah yang menginspirasinya menjadi berbeda dari yang lain. Melalui hobi mem­bacanyalah, mahasiswa yang tengah bersiap mengikuti Agribischallange bidang teknologi pasca panen dan pertanian ini, belajar dari kedua tokoh tersebut, bagaimana menjadi seorang mahasiswa yang berbeda. “Dari mereka saya belajar melakukan hal-hal yang lebih, bagaimana saya bisa berbeda dengan yang lain tidak hanya kuliah-pulang tetapi bagaimana bisa memiliki nilai lebih,” ujar­ nya mengakhiri wawancara =

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016

17


Infografis Retno Wulandari

18

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016


BERSOSIALSASI Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016

19


20 20 Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016


Ilustrasi Retnoningayu J.U

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016

21


galeri foto

22

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016


galeri foto

Asyiknya Perayaan Unila

ke-51

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016

23


sekilas teknokra

LANGKAH BESAR

PERTAHANKAN NAMA BESAR

U

nit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra Unila sudah lama dikenal melalui karyakarya jurnalistiknya. Tak hanya media cetak berupa tabloid dan majalah, Teknokra juga sudah lama merambah dunia online. Portal berita on-line (www. teknokra.com) bahkan sudah memiliki aplikasi Android bernama Teknokra.com yang dapat diunggah melalui Play Store. Tak hanya itu, video berita pun terus diproduksi guna meningkatkan kemampuan kru Teknokra di era digital ini. Tahun ini, Teknokra genap berusia 39 tahun, perjalanan panjang dan berliku sudah dilalui demi menjaga eksistensi. Dimulai pada tahun 1975, Teknokra berdiri di bawah naungan Dewan Mahasiswa (Dema) Unila – sekarang disebut BEM, red-. Di tahun yang sama pula, tepatnya pada bulan April, Teknokra berhasil menerbitkan buletin 30 halaman yang menjadi edisi pertama pers mahasiswa di Pulau Sumatera. Karena belum memiliki Surat Tanda Terbit (STT), usai pertemuan Dema se-Indonesia di Medan, Asep Unik dan Thoha segera mengurusnya, sehingga Teknokra resmi memiliki STT pada 1 Maret 1977. Tanggal tersebut dijadikan sebagai hari jadi Teknokra, meski secara de facto telah ada sejak 1975. Teknokra merupakan akronim dari teknologi, inovasi, kreativitas, dan aktivitas. Nama tersebut digagas oleh Asep Unik, salah satu dari tiga pendiri Teknokra. Ia juga turut andil dalam mengusulkan dibentuknya media penerbitan kampus di Unila. Hal itu disambut baik dua rekannya, Muhajir Utomo dan M Thoha BS Jaya, yang tergabung dalam tim perumusan program kerja Dema Unila kala itu. Hingga saat ini, tiga founding father Teknokra tersebut masih menjadi dewan pembina dan anggota dewan pembina Teknokra. Baru setahun berdiri, tepatnya pada 1978, pemerintah mulai mengintervensi kehidupan kampus dengan mengeluarkan SK Menteri P dan K No. 0156/U/1978

24

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016

tentang Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK). Salah satu peraturannya menyatakan bahwa jabatan ketua pers mahasiswa -pemimpin umum, red- dijabat oleh dosen yang ditunjuk langsung oleh rektorat. Alhasil, Teknokra sempat mati suri selama hampir tiga tahun lamanya (1978-1980). Teknokra kembali bangkit di tahun 1981 di bawah kepemimpinan M. Thoha B. Sampurna Jaya dan Tedy Junaidy sebagai pemimpin redaksi. Di tahun inilah Teknokra diubah namanya menjadi ‘Teknokrat’. Tak hanya sekali, perubahan nama juga dilakukan di tahun 19831986 menjadi ‘Cendikia’. Setelah periode tersebut berlalu, nama Teknokra kembali dipakai sampai saat ini. Teknokra memiliki dua bidang, yaitu Redaksi dan Usa­ha, serta dua divisi yaitu Kesekretariatan dan Pusat penelitian dan Pengembangan (Litbang). Bidang redaksi dipimpin oleh pemimpin redaksi yang bertanggungjawab terhadap pemberitaan Teknokra. Sedangkan bidang usaha dipimpin seorang pemimpin usaha yang mengurusi masalah keuangan, pemasaran, serta periklanan. Hal ini dilakukan untuk melatih kemandirian dalam memperoleh sumber pendanaan selain dari dana kemahasiswaan. Kepala Kesekretariatan bertanggungjawab terhadap divisi kesekretariatan, tugasnya mengelola segala macam urusan administrasi dan manajemen surat-menyurat. Sementara Kepala Puslitbang membawahi divisi Litbang dan bertugas untuk meningkatkan kemampuan keorganisasian serta sumberdaya manusia Teknokra. Sebagai unit kegiatan yang berkecimpung di dunia jurnalistik, tahun ini Teknokra hadir dengan terbitan berupa majalah yang terbit setiap tiga bulan sekali. Tak hanya itu, berita seputar Unila pun dapat pembaca akses di teknokra.com dan video streaming. Tak hanya berkutat dengan penerbitan, Teknokra juga eksis dalam berkegiatan. Hal itu terbukti dengan


sekilas teknokra diadakannya berbagai macam kegiatan bertaraf dae­ rah dan nasional, seperti lomba fotografi jurnalistik (Rally foto tahun 2007-2014), dan pelatihan jurnalistik tingkat lanjut (PJTL) se-Indonesia tahun 2014. Pelatihan riset media di tahun 2013 dan Pekan Jurnalistik Nasional (PJN) di tahun 2014. Teknokra juga pernah terpilih sebagai salah satu lembaga dari delapan universitas yang menggelar Kompas Kampus di tahun 2012. Selain itu, Teknokra beberapa kali berhasil mendapat penghargaan bergengsi seperti Juara Harapan II Lomba Penerbitan Kampus Mahasiswa se-Indonesia oleh Departemen P dan K tahun 1994, peringkat V Lomba Media Alternatif se-Indonesia oleh ISAI 1999, pering-

kat II Lomba Blog Mahasiswa yang diselenggarakan oleh Unila, penghargaan dari Indonesia Print Media Award (ISPRIMA) sebagai Bronze Winner kategori The Best Sumatra Magazine tahun 2012 dan 2014, Bronze Winner dalam kategori Best of National Non-Magazine tahun 2012, dan penghargaan kategori non majalah Sumatra 2016 oleh Serikat Perusahaan Pers (SPS). Sukses dengan nama besar tak lantas membuat kami terlena. Banyak tantangan yang harus dihadapi tiap tahunnya. Teknokra yang berada di pojok PKM itu selalu terbuka bagi kalian yang memiliki minat dan bakat di dunia jurnalistik. = Tetap Berpikir Merdeka!

INFO GRAFIS PERJALANAN BERDIRINYA TEKNOKRA

1975 Teknokra lahir sebagai media humas dan komunikasi antarmahasiswa Unila di bawah naungan Dewan Mahasiswa (Dema) Unila –sekarang disebut BEM, red-. Pendirinya: Asep Unik, Muhajir Utomo, dan M. Thoha BS Jaya.

1 maret 1977 Hari lahirnya Teknokra secara de facto berdasarkan Surat Tanda Terdaftar (STT) atas nama pemohon Asep Unik

APRIL Buletin edisi perdana Teknokra terbit

1975-1977 Asep Unik mengurus Surat Tanda Terdaftar (STT) via pos

1978-1981

1982

Dema mahasiswa dibekukan akibat adanya kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK). Teknokra akhirnya mati suri.

akhir tahun 1983 Lahirlah penerbitan kampus bernama Cendikia

1985 Cendikia mulai terbit kontinu meski tanpa Surat Tanda Terdaftar (STT). Hingga akhirnya mendapat teguran dari Jakarta dan Cendekia tak lagi terbit.

M Thoha BS Jaya menghidupkan Teknokra dengan nama Teknokrat

1983 Teknokrat berhenti terbit

30 april 1986 Cendikia bermetamorfosisi menjadi Teknokra sesuai STT hingga sekarang

sampai sekarang

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016

25


tips and trik

“Sumpek�. Kata yang pertama kali kamu ucapkan saat melihat kamar kos. Kamar kos merupakan hunian sementara berukuran 3 x 3 m, 3 x 3,5 m atau 3 x 2,5 m yang biasa ditempati oleh pelajar, mahasiswa atau pekerja. Dengan ukuran sekecil itu, kenyamanan kamar kos bagi pelajar atau mahasiswa bisa menjadi salah satu faktor yang menentukan cepat lambatnya kamu memahami materi. Coba bayangkan, belajar di tengah tumpukan buku-buku, fotokopian materi, baju kotor, plastik makanan, bahkan sepatu di dekat pintu. Bukannya semangat, justru jadi malas bukan? Jika kamu kurang beruntung mendapat kamar kos dengan ukuran kecil, berikut ini trik menata kamar kos kamu agar terlihat lebih luas

9 Trik Mudah Bikin Kamar Kos Lebih Luas

Oleh Fajar Nurrohmah

1.Memilih dan Menata Perabot

Pilihlah perabot yang minimalis, hal ini bertujuan agar kamar kos kamu tidak terlihat semakin sumpek dan sempit. Kemudian aturlah posisi perabot dengan benar, misalkan lemari yang berdampingan dengan tempat tidur.

2.Penataan Lemari

Pastikan kamu membawa baju yang sekiranya kamu perlukan dan tidak terlalu memenuhi lemari. Jika kamu punya lemari gantung, kamu bisa manfaatkan untuk sepatu.

3.Siasati Meja Belajar

Hindari terlalu banyak aksesoris di atas meja, agar memberikan kesan rapi, bila perlu beli lampu belajar yang bisa ditempel di dinding.

4.Taruh Box Penyimpanan di Bawah Kasur

Kamu bisa menyimpan kebutuhan yang jarang kamu pakai di bawah tempat tidurmu, misalnya, kertas kuliah yang belum sempat disortir, seprai dll. 5.Manfaatkan Dinding Juahi memasang poster-poster idola kamu. Memang sih itu hak kamu, tapi kenapa tidak kamu manfaatkan dinding untuk menggantung tas atau handuk setelah mandi dengan kait baja? 6.Siasati Kursi Kamu juga bisa berkreativitas dengan kursi di kamar kos. Jika kursinya terbuat dari kayu, kamu bisa manfaatkan dengan membuat rak dari triplek untuk penyimpanan. 7.Floating Shelf Floating shelf adalah rak yang bisa ditempel di dinding. Kamu bisa manfaatkan untuk menata buku-buku teks, parfum, make up, dan lainnya. 8.Maksimalkan Sudut Ruangan Kalau kamu punya lemari sudut gunakan untuk menyimpan tas, laptop atau makanan. Lemari ini hanya digunakan untuk barang-barang yang sering dipakai. 9.Pantry Sederhana Jangan membawa terlalu banyak alat memasak, cukup barang-barang pokok yang kamu gunakan. Hindari menyimpan terlalu banyak bahan makanan, selain biar gak busuk, pantry kamu juga bisa terlihat rapi.

26

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016


anakedah

Mermaid di Lubang Lele S

uatu sore, seorang kakek merasa kehilangan cucunya. Si kakek berinisiatif mencari bocah laki-laki usia 5 tahun itu dengan bantuan beberapa kerabat dan keluarga. Bolak balik dia mencari, hampir seluruh kampung ia telusuri namun cucunya tak juga ditemukan. Ia tak putus asa hingga menjelang ashar ia menemukan cucunya di irigasi. Dengan wajah khawatir, ia memastikan cucunya baik-baik saja

seraya bertanya, “Kamu ngapain disini?” dan de­ngan wajah tanpa dosa sang cucu menjawab “Olang saya lagi cali melmet,” (orang saya lagi cari mermaid) . Melmet yang ia maksud adalah Mermaid yang kerap muncul dalam sinetron di salah satu stasiun televisi. Mermaid alias putri duyung kerap jadi tontonan wajib bagi warga yang ingin menghabiskan malam dengan hiburan murah meriah. Dari sinetron indonesia hingga In-

dia tak pernah absen meramaikan layar kaca. Bahkan ratingnya melebihi tayangan anak di siang hari. Sinetron tak lain hiburan yang menawarkan fantasi berlebih dan khayal yang tak m ­ asuk a­ kal. Banyak yang kemudian mencontoh gaya hidup diluar batas wajar si tokoh. Salah satu dampaknya pecaya Mermaid itu nyata dan bersembunyi di dalam lubang irigasi yang pada kenyataannya disana hanya ada lele dan k­ ecebong.=

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016

Ilustrasi Retnoningayu J U

Oleh: Yola Septika

27


sorotan

banding UKT TEROMBANG-AMBING Oleh Alfany Pratama

Ilustrasi Retnoningayu Janji Utami

M

28

unculnya Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) nomor 55 tahun 2013 menjadi titah yang harus dipatuhi oleh seluruh perguruan tinggi. Peraturan ini mengharuskan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) menerapkan sistem Uang Kuliah Tunggal (UKT) sebagai pembayaran biaya kuliah mahasiswa angkatan 2013-2016. Dua surat edaran nomor 97/E/KU/2013 dan nomor 272/E.1.1/ KU/2013 juga diturunkan sebagai pemberitahuan lebih lanjut mengenai sistem baru ini. Dalam dua surat edaran tersebut, Dikti menghimbau PTN untuk menghapuskan uang pangkal. Selain itu, Dikti juga menghimbau agar PTN membagi tarif UKT menjadi lima kelompok berdasarkan kemampuan perekonomian mahasiswa. Universitas membagi golongan besarnya UKT dari 0-12 juta. Namun, sejak diterapkannya sistem UKT hingga sekarang masih tetap menuai berbagai masalah. Mulai dari UKT yang tidak sesuai dengan penghasilan orangtua, sampai UKT yang mencekik mahasiswa. Melihat hal itu, Badan Eksekutif Mahasiswa Unila (BEM U) yang bekerjasama dengan BEM Fakultas hadir mengulurkan tangan menyambut segala aduan dan keluhan mahasiswa. BEM U membuka posko advokasi untuk menjembatani mahasiswa yang ingin mengajukan banding UKT. Mahasiswa yang ingin mengajukan banding harus mengisi surat pengajuan banding. Tak hanya itu, mahasiswa juga harus melampirkan berkas seperti, fotokopi Kartu Tanda

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016

Penduduk (KTP) orangtua, fotokopi Kartu Keluarga (KK), fotokopi kartu Pajak Bumi Bangunan (PBB), slip UKT semester lalu, rekening listrik, serta foto rumah tampak depan dan samping, ruang tidur, meja belajar, dan ruang tamu. Arumin selaku Staf Bagian Keuang­ an Unila, mengungkapkan bahwa alur registrasi banding UKT dapat dilakukan mahasiswa dengan mengumpulkan berkas-berkas persyaratan ke wakil rektor bidang umum dan keuangan. “Kami akan mengecek semua berkas dari yang dibolehkan banding dan yang pernah banding. Setelah itu yang lolos berkas akan dikirim ke fakultas masing-masing yang memverifikasi status mahasiswa dan mewawancarai orang tua yang bersangkutan. Setelah semua data dinyatakan sama dengan yang diterima di rektorat, kami akan merekomendasikan kembali ke WR II. Tahap berikutnya WR II meninjau kembali dengan investigasi, setelah itu baru diputuskan dengan mengeluarkan Surat Keputusan (SK),” paparnya. Arumin juga mengatakan sebaik­ nya yang mengajukan advokasi banding UKT itu bersama orang­ tuanya agar memang benar-benar atas persetujuan orangtua. “Tanda tangan kan bisa saja dipalsukan, dan tidak terjadi berduyun-duyun ban­ ding begini,” ungkapnya. Nyatanya, bagi beberapa mahasiswa, penurunan biaya kuliah de­ ngan mengajukan banding hanyalah impian semata. Ratusan mahasiswa yang mengajukan banding sejak dibukanya posko advokasi Oktober 2015 tak jua menemukan titik temu.

Sebanyak 824 mahasiswa dibiarkan menunggu tanpa adanya kejelasan. Pihak yang dianggap membuka keluhan hanya sebatas menaikkan berkas ke rektorat tanpa melakukan tindak lanjut memperjuangkan mahasiswa. Pelapor banding pun tak dapat berbuat banyak. Mereka hanya bisa sekadar berharap dan berharap. Banyak mahasiswa yang merasa UKT yang diterima begitu membe­ ratkan kantong orang tua. Salah satunya Eka Putri Firgiandini (Biologi ’15). UKT yang harus dibayar mencapai Rp 3,5 juta. Ia merasa UKT yang diterima tidak sebanding de­ ngan penghasilan orang tua yang ha­ nya seorang buruh pabrik. Banding yang telah diajukan sejak semester dua pun tak juga memberikan hasil. ”Saya pernah dapat broadcast dari BEM U, isinya tentang banding ÜKT yang diajukan ke BEM U tidak ada kejelasan karena rektornya ganti,” ujarnya. Hal serupa juga dialami oleh salah satu mahasiswa kedokteran yang tidak ingin disebut identitasnya. Ia mengaku harus menanggung UKT sebesar Rp 23,110 juta dengan penghasilan orang tua yang tidak menentu. Mahasiswa yang diterima lewat jalur SNMPTN itu menaruh harapan tinggi untuk banding yang sudah dilakukan, mengingat pekerja orangtua yang seorang wira­swasta sering mengalami pasang surut. “Saya mengajukan banding karena usaha orang tua kadang lancar kadang juga sulit. Tapi sampai sekarang, banding yang saya ajukan tidak juga ada hasilnya,” keluhnya. Anehnya lagi, ada beberapa maha-


sorotan siswa yang mengaku UKT-nya turun tanpa mengalami pengecekan atau investigasi langsung. Pio Amalia (Pend. PKN ’15) salah satunya. Ia mengajukan banding memalui BEM FKIP pada Januari 2016 dan meng­ alami sedikit perubahan. UKT yang awalnya Rp 4,8 juta, entah bagaimana mengalami penurunan sebesar Rp 400 ribu. “Pihak Unila enggak ada yang mengecek keadaan rumah saya. Pas saya mau bayar, eh sudah turun, sekarang Rp 4,4 juta. Tapi, tetap aja enggak sesuai dengan kemampuan keluarga saya,” akunya. Meskipun begitu, Pio masih merasa keberatan dengan UKT yang kini sebesar Rp 4,4 juta. Mengingat gaji ayahnya yang hanya seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) hanya sebesar Rp 2 juta per bulan, sedangkan ibu­ nya hanya seorang ibu rumah ­tangga. Penurunan UKT sebesar Rp 400 ribu juga dialami Astrida Damayanti (P. Bahasa dan Sastra Indonesia ’15). “Awalnya UKT saya Rp 4,8 juta. Setelah banding di semester tiga UKT saya jadi Rp 4,4 juta,” aku mahasiswa yang mengajukan banding pada Desember 2015 lalu. Sama halnya dengan Pio, Aulia Nurul Fauzi (P. Bahasa dan Sastra Indonesia ’15) mengaku tak tahu UKT-nya sudah turun. “Saya enggak tahu UKT saya udah turun, taunya pas mau bayar ke teller ternyata udah turun. Dulu UKT saya Rp 2.4 juta, sekarang cuma satu juta,” ujar anak seorang pedagang es kacang hijau keliling itu. Meski sempat keheranan, Aulia mengaku cukup senang UKT-nya sudah turun. Sebagai Menteri Advokasi BEM U, Bayu Saputra (Agribisnis ’12) menilai tim investigasi yang dipersiapkan pihak birokrat untuk menyelidiki benar atau tidaknya mahasiswa yang mengajukan banding kurang

maksimal. Menurutnya, tim tersebut tidak melakukan survei secara langsung ke rumah mahasiswa yang mengajukan banding. “Seharus­ nya dicek semua (red. Mahasiswa banding UKT) itu, agar bisa melihat sesungguhnya kalau memang benar-benar susah bisa di Rp.0 ‘kan lebih tepat sasaran mahasiswa yang akan diturunkan UKT. Walaupun di luar kabupaten seharusnya tetap dida­tangi, bahkan luar provinsi Lampung,” tegasnya. Saat ditanya berapa jumlah pasti mahasiswa yang mengalami penurunan UKT, Ahmad Nur Hidayat (Hukum ’12) sebagai Presiden BEM U ini mengaku tidak mengetahuinya. Ia juga menjelaskan bahwa sebenarnya Surat Keputusan (SK) tentang jumlah pasti mahasiswa yang mengalami penurunan UKT sudah terbit, tapi pihak BEM tidak diberikan salinannya. “Alhamdulilah periode advokasi periode 2015 ini sudah keluar, walaupun kami sendiri belum tahu sepenuhnya siapa saja yang turun, tetap, bahkan naik karena kami juga tidak ikut dalam investigasi,” paparnya. Dari 824 advokasi, tak jelas berapa jumlah mahasiswa yang sudah mengalami penurunan UKT. Ahmad agak menyayangkan tidak terbukanya pihak rektorat tentang informasi penurunan UKT. “Seharusnya berdasarkan UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik pada Pasal 2 ayat (1) menegaskan, Setiap informasi publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap pengguna informasi publik,” ­paparnya. Saat ditemui di ruangannya, Jumat (23/9), Kepala Bagian Keuangan Unila, Sariman, menganggap meski posko advokasi yang dibentuk oleh BEM U sudah tepat, ia sempat menya­ yangkan adanya penumpu-

kan berkas di BEM U. “Seharusnya mahasiswa yang melakukan ban­ding itu difilter terlebih dahulu oleh mereka supaya tidak menumpuk yang mencapai 600 lebih berkas mahasiswa,” ungkapnya. Menurut kete­ rangannya, mahasiswa yang mengajukan banding tidak sampai 824 berkas. Hal ini justru berten­tangan dengan data yang dimiliki B ­ EM U. Sariman menjelaskan bahwa Unila sudah menyiapkan tim investigasi yang bertugas menyelidiki kebenaran data administarsi yang sudah diterima. Sariman juga mengaku tim investigasi yang dipimpin oleh Moneyzar Usman (dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis) tersebut langsung mendatangi rumah mahasiswa yang berkasnya meragukan. “Kalau kita datangi semua lama penyelesaian­nya,” katanya. Mengenai berkas mahasiswa yang sudah masuk, Sariman mengatakan masih dalam tahap penyesuaian. Hal itu menghindari adanya kesalahan baik nama dan nomor pokok mahasiswa (NPM) serta program studi. Akan tetapi, ia tak menampik bahwasannya ada beberapa mahasiswa yang UKT-nya sudah turun. Namun, ada juga yang tidak meng­ alami perubahan. “Kami tidak mau mengorbankan mahasiswa yang melakukan banding itu gara-gara hanya menunggu SK. Jadi, sebelum SK keluar mahasiswa sudah merasakan banding itu, bisa UKT mahasiswa itu tetap, maupun turun disaat pembayaran semester ganjil 2016,” ­katanya. Ia juga menambahkan mahasiswa sebenarnya sudah bisa mengetahui perihal UKT dengan bertanya ke loket SPP yang terletak di Rektorat lantai 2, ruangan Bagian Keuangan Unila, “Mereka kan sudah ngajuin banding, harus lebih pro-aktif. Bukan hanya menunggu,” tambahnya. =

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016

29


opini

‘Bandar Lampung City’ Bertentangan dengan Kaidah Bahasa Indonesia Oleh Edius Pratama Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa KBM Unila

I

ndonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya di masing- masing provinsi, seperti rumah adat, baju adat, dan senjata tradisional. Perbedaan tersebut juga nampak dari segi bahasa, setiap suku di Indonesia memiliki bahasa daerahnya sendiri. Berdasarkan data Departemen Pendidikan Nasional yang disampaikan oleh Kepala Pusat Bahasa Depdiknas, Dr. Dendy Sugondo dalam Kongres Bahasa Indonesia IX di Jakarta, pada 28 Oktober-1 November 2008, bahwa Bangsa Indonesia memiliki lebih dari 746 bahasa dae­rah. Pengakuan secara hukum terhadap bahasa daerah itu termuat dalam pasal 32 UUD 1945 yang menegaskan bahwa negara menghormati dan memelihara bahasa dae­ rah sebagai bagian dari kebudayaan nasional. Dari keragaman bahasa daerah tersebut, Bangsa Indonesia memiliki bahasa pemersatu yaitu Bahasa Indonesia. Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional diperuntukkan sebagai alat komunikasi di antara anggota suku bangsa yang berbeda-beda. Penerapan­ nya akan menumbuhkan perasaan “satu bangsa” dalam kebhinekaan. Bahasa Indonesia lahir saat diikrarkannya sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Ikrar sumpah pemuda yang terdiri dari tiga butir, diantaranya berbunyi “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia”. Sedangkan penegasan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi ne­ gara termuat dalam pasal 25 sampai dengan 45, undang-undang

30

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016

nomor 24 tahun 2009 tentang bendera, bahasa, dan lambang negara serta lagu kebangsaan. Dewasa ini penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar semakin menurun. Penurunan ini disebabkan oleh kecenderungan menyelipkan istilah-istilah asing dalam pembicaraan yang menggunakan bahasa Indonesia. Penyi­ sipan istilah asing ini sering dilakukan oleh tokoh masyarakat dan artis (lokal) yang keduanya tidak jarang dijadikan panutan. Kalau diamati, papan-papan nama usaha masih banyak yang menggunakan frasa bahasa Inggris, seperti X Mall, X Square, X Computer, X Plaza dan masih banyak lainnya. Merek-merek produk buatan dalam negeri pun menggunakan Bahasa Inggris, brosur-brosur hotel dan menu masakan restoran banyak yang dicetak dalam Bahasa Inggris. Fenomena negatif ini juga menjang­kit Pemerintah Kota Bandarlampung. Terlihat dalam penulisan ‘Bandar Lampung City’ di jalan ZA Pagar Alam. Wali Kota Bandarlampung, Herman HN meresmikan tulisan ini pada tanggal 31 Desember 2014 bersamaan dengan peresmian gapura selamat datang di Kota Bandarlampung. Penyisipan istilah ­asing ‘City’ dalam penulisan tersebut semestinya tidak dilakukan oleh Pemkot, karena tidak sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang menjadi bahasa resmi negara. Peme­rintah Kota yang seharusnya menghimbau masyarakat untuk menjaga dan menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, faktanya justru sebaliknya.

Penulisan yang tidak sesuai dengan Bahasa Indonesia yang benar ter­ hadap salah satu ‘icon’ Kota Bandarlampung secara tidak langsung akan dicontoh oleh masyarakat Kota Bandarlampung khusunya, dan masyarakat Provinsi Lampung umumnya. Fenomena ini sangat mengkhawatirkan bagi eksistensi Bahasa Indonesia dalam beberapa tahun ke depan. Pemuda, masyarakat, bahkan pejabat daerah enggan menggunakan Bahasa Indonesia karena dianggap sebagai bahasa yang tidak keren dan tidak adaptif terhadap perkembangan zaman. Pembelajaran Bahasa Indonesia dianggap selesai ketika berada di bangku sekolah menengah. Alasan yang sering dikemukakan adalah sebagai orang Indonesia tentu sudah pasti mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Benarkah demikian? Berdasarkan data Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) nilai rata-rata ujian nasional mata pelajaran Bahasa Indonesia dari tahun 2006 sampai dengan 2008 semakin menurun baik di tingkat SMP maupun SMA, begitupun hari ini. Data ini menggambarkan bahwa pemuda saat ini semakin meninggalkan Bahasa Indonesia. Kondisi ini harus segera diatasi jika kita masih menginginkan keberadaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar beberapa puluh tahun ke depan. Salah satu usaha pelestarian itu dapat dilakukan dengan merubah penulisan kata ‘Bandar Lampung City’ menjadi ‘Kota Bandar Lampung’.=


opini

Universitas Lampung (Belum) Aman Oleh Havez Annamir (FH 2013) Menteri Sosial Politik BEM U KBM Unila Kabinet Kolaborasi Hebat

M

elihat kampus berarti melihat Indonesia di masa yang akan datang, bagaimana kampus menjadi dapur terbaik bagi pemimpin masa depan. Baik buruk­ nya kampus begitu juga baik buruk­ nya negeri ini. Universitas Lampung (Unila) adalah salah satu PTN yang akan menuju World Class University, bahkan Unila yang merupakan perguruan tinggi favorit di Lampung ini memasang target untuk bisa meraih Top Ten University di tahun 2025. Hampir satu tahun Unila di bawah kepemimpinan Prof. Hasriadi Mat Akin, mau tidak mau perbaikan untuk Unila yang le­bih baik harus terus dilakukan, dimulai dari mengeva­ luasi perkembangan Unila hingga merealisasikan misi-misi dan janji kampanye pilrek setahun lalu. Lantas, bagaimanakah kondisi Unila saat ini? Kita tidak boleh menutup mata bahwa Unila memang masih banyak kekurangannya, mulai dari permasalahan keamanan, kebersihan, pelayanan, pengelolaan UKT dan kebijakan SPI yang perlu dievaluasi dan kita sebagai mahasiswa juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah tersebut. Lebih spesifik melihat sisi keamanan di Unila, keamanan adalah istilah yang menandakan suatu keadaan yang terbebas dari bahaya. Keamanan merupakan kebutuhan dasar manusia yang menjadi prioritas kedua berdasarkan kebutuhan fisiologis dalam hirarki Maslow yang harus terpenuhi selama hidupnya, sebab

dengan terpenuhinya rasa aman, setiap individu dapat berkarya dengan optimal dalam hidupnya termasuk di dalam kampus. Permasalahan-permasalahan yang ada di Unila selalu menyeret kata tindak kejahatan di dalamnya. Saat ini Unila masih jauh dari kata aman, padahal rasa nyaman ditimbulkan dari keamanan dalam sebuah kampus yang menjadi tempat belajar meng­ ajar. Ibarat jamur yang berkembang biak dengan baik di tempat yang lembab, begitulah kita melihat bagaimana Unila menjadi pasar yang terus menyediakan makanan empuk untuk para pelaku tindak kriminal, terutama curanmor. Data atau berita acara kriminalitas memang selalu menghiasi perjalan Unila. Data tersebut menunjukan keamanan kampus yang belum optimal. Oleh sebab itu, perlu adanya solusi atas permasalahan tersebut. Menurut analisis fishbone (sebab-akibat) ada beberapa aspek yang mengakibatkan ketidakamanan kampus. Diantaranya aspek fasilitas, Satuan Pengamanan (Satpam), mahasiswa dan kebijakan. Hal ini didukung oleh survey kuisioner, data kejahatan dan testimoni mahasiswa yang secara garis besar merasa keamanan kampus belum optimal. Berbicara mengenai fasilitas ternyata masih cukup banyak kekurangan yang menjadi celah bagi kejahatan untuk bisa masuk. Salah satunya minimnya penerangan, sehingga membuat daerah kampus tidak aman. Tidak adanya CCTV di-

tempat-tempat yang rawan, hingga terlalu banyaknya pintu tikus yang menjadi akses, membuat siapapun dan kapanpun dapat keluar-masuk dengan mudah ke kampus Unila. Peranan Satuan Pengamanan (Satpam) dirasa sama pentingnya dengan unit-unit kerja lain yang berada di Unila. Luasnya wilayah kerja, jumlah satpam yang masih belum sebanding dengan tingkat kerawanan wilayah, sarana yang minim, tingkat kesejahteraan satpam yang belum memadai, kepedulian masyarakat di sekitar kampus yang masih rendah, merupakan hambatan yang mengakibatkan kinerja satpam belum bisa dikatakan maksimal. Kesadaran dan kepedulian mahasiwa yang rendah terhadap keamanan juga memancing terjadinya tindak kriminal di kampus. Kejahatan sangat marak terjadi di kampus, namun masih saja banyak mahasiswa yang acuh dan lalai mengamankan diri sendiri dan barang berharganya se­ perti melanggar rambu yang ada, tidak tertib dalam parkir, menyimpan barang sembarangan, tidak ingin kenal dengan petugas keamanan, hingga tidak pernah melapor apabila menemukan atau mengalami tindak kriminal di sekitar kampus kepada petugas. Salah satu lemahnya keamanan kampus timbul karena kebijakan dari pihak rektorat yang dinilai kurang tepat, salah satunya adalah rekayasa lalu lintas yang berantakan. Pihak birokrat kampus juga tampaknya sangat anti untuk melakukan terobosan-terobosan dalam kebijakan yang dikeluarkan. Melihat faktor penyebab masih lemahnya keamanan kampus dengan analisis fishbone, sejatinya harus ada yang dibenahi dalam keamanan kampus Unila untuk meminimalisir dan mencegah terjadinya tindak kejahatan. Beberapa solusi rasanya harus dicoba untuk diterapkan. Tata ulang rekayasa lalu lintas kampus, optimalisasi kinerja Satuan Keamanan, kerja sama de­ ngan kepolisian untuk menangkap pelaku curanmor, dan peran besar mahasiswa pun amat dibutuhkan.=

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016

31


akreditasi

Program Studi dan

Status Akreditasi Terbaru UNIVERSITAS LAMPUNG

S

elamat datang Mahasiswa Baru Unila. Kebanggaan kalian pasti mencapai puncaknya saat resmi diterima menjadi mahasiswa Unila, apalagi jika berhasil masuk ke jurusan yang diidamkan. Tapi apa kamu tahu akreditasi jurusanmu? Nah berikut ini daftar terbaru program studi lengkap dengan akreditasinya.

No

Program Studi

I

PROGRAM DOKTOR (S3)

A

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Ilmu Ekonomi

B

D

Fakultas Pertanian Jumlah Program Doktor

No

Program Studi

II

PROGRAM MAGISTER (S2)

A

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

B

Akreditasi F

9. Magister Keguruan Guru SD

B

10. Magister Pendidikan Bahasa Inggris

B

Fakultas Pertanian 1. Magister agronomi

B

2. Magister industri pertanian

B

3. Magister agribisnis

A

4. Magister sumber daya alam

C B

6. Magister agroekoteknologi

PS Baru

7. Magister teknologi pangan

PS Baru

8. Magister ilmu penyuluhan

PS Baru

9. Magister ilmu penyuluhan dan komunikasi

PS Baru

Fakultas Teknik 1. Magister Teknik Sipil

B

2. Magister Teknik Mesi

Sedang Proses

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik 1. Magister Ilmu Pemerintahan

A

2. Magister Akuntansi

B

3. Magister Ilmu Ekonomi

B

B

2. Magister Ilmu Administrasi G

Fakultas Hukum

Sedang Proses

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 1. Magister Biologi

B

2. Magister Kimia

B

B

3.

Magister Matematika

Sedang Proses

1. Magister Teknologi Pendidikan

B

4.

Magister Fisika

PS Baru

2. Magister Manajemen Pendidikan

B

5.

Magister Ilmu Lingkungan

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pen­dikan

3. Magister Pendidikan Matematika

Jumlah program Studi Magister

Sedang Proses B

No

5. Magister Keguruan IPA

Sedang Proses

III

6. Magister Keguruan IPS

B

7. Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

B

4. Magister Pendidikan Fisika

32

E

2

1. Magister Manajemen

Magister Hukum C

PS Baru

Sedang Proses

5. Magister ilmu kehutanan

Akreditasi

PS Baru

Ilmu Pertanian

Akreditasi

8. Magister Pendidikan Bahasa Dan Sastra Daerah

Keterangan: PS terakreditasi A = 19, B = 54, C = 3, sedang proses = 7, PS Baru = 16 No

Program Studi

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016

Program Studi

B 32

Akreditasi

PROGRAM PROFESI Fakultas ekonomi dan bisnis Profesi Akuntansi

B

Jumlah Program Studi Profesi

1


akreditasi No

Program Studi

Akreditasi

No

Program Studi

Akreditasi

IV

PROGRAM SARJANA (S1)

6. Teknik Informatika

PS Baru

A

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

7. Teknik Arsitektur

PS Baru

1. Akuntansi

A

8. Teknik Geodesi

PS Baru

2. Ekonomi Pembangunan

A

3. Manajemen

A

B C

D

E

F

Fakultas Ilmu Sosial dan Imu Politik 1. Sosiologi

A

Fakultas Hukum

2. Ilmu Pemerintahan

B

Ilmu Hukum

3. Ilmu Komunikasi

A

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

4. Ilmu Administrasi Negara

A

1.

B

5. Ilmu Administrasi Bisnis

B

6. Hubungan Internasional

PS Baru

Pendidikan Biologi

A

2.

Pendidikan Kimia

B

3.

Pendidikan Matematika

B

4.

Pendidikan Fisika

B

1. Kimia

B

5.

Pendidikan PKN

B

2. Biologi

A B

G

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

6.

Pendidikan Ekonomi

B

3. Fisika

7.

Pendidikan Geografi

A

4. Matematika

B

5. Ilmu Komputer

B

8.

Pendidikan Sejarah

B

9.

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

B

10.

Pendidikan Bahasa Inggris

B

11.

Pendidikan Seni Tari

B

12.

Pendidikan Bimbingan dan Konseling

B

13.

Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi

B

14.

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

B

15.

Pendidikan Anak Usia Dini

C

16.

Pendidikan Bahasa Perancis

H

No

Fakultas Kedokteran Pendidikan Dokter

A

Jumlah Program Studi Sarjana

47

Program Studi

Akreditasi

PROGRAM DIPLOMA A

PS Baru

Fakultas Pertanian

Fakultas Ekonomi 1. D3 Akuntansi

A

2. D3 Perpajakan

A

1.

Agribisnis

A

3. D3 Keuangan, Perbankan, dan Asuransi

A

2.

Teknologi Hasil Pertanian

A

4. D3 Pemasaran

A

3.

Agroteknologi

B

4.

Teknik Pertanian

A

5.

Peternakan

B

6.

Kehutanan

B

1. D3 Teknik Mesin

B

7.

Budidaya Perairan

B

2. D3 Teknik Survei dan Pemetaan

B

8.

Ilmu Tanah

PS Baru

3. D3 Teknik Sipil

C

9.

Proteksi Tanaman

PS Baru

10.

Agronomi

PS Baru

1. D3 Sekretaris

B

11.

Penyuluhan Pertanian

PS Baru

2. D3 Humas

B

12.

Sumberdaya Akuatik

PS Baru

3. D3 Perpustakaan

B

B

D3 Perkebunan C

D

E

Fakultas Teknik

Fakultas Pertanian B

Fakultas Teknik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

1. Teknik Sipil

B

D3 Manajemen Informatika

2. Teknik Elektro

B

Jumlah Program Diploma

12

3. Teknik Mesin

B

Total Program Studi

99

4. Teknik Kimia

B

5. Teknik Geofisika

B

B

Sumber: Humas Unila (Badrul Huda)

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016

33


ACA

KATA

OLYMPIC GAMES T W D C Z

O I E H Q

E G T E D

L B N D O

O D K I J

P F M V W

A R H I A

T A B N R

H D A G T

B E M O H

O P L U E

X T L P T

I A N J L

N W G L K

G P N A I

I R I E N

D O C F D

E M N T D

R S E Y B

P O F K A

M A R C H E R Y B A T E N E Y

A F K F W H C L L T E P R W A

L O P Q O Y K D Q I P Y A L L

L D E I A O I O R S I N N E T

M E F T K V T E L E F I G T H

I L O E P I Y B S U T H E W T

O S L F L H A F A R S Y I L D

S R D S A F P L O L P I V T A

C D A N S O I P S H L R T Q I

J N D L E O D I V T X O E F I

U B K I L S C I T E L H T A N

A W H G K S O W K U L I H T K

L Q I U R A I L R C H R Y E R

P K S L O E D X O L H F R A I

Y L J E M B A I K P V P I R L

P D U D O O L P A L R O O E P

E R D O S P L U A W R E J H X

U Y O F O R T M U I F W T E Z

A D M I N T O N K N N I Q A H

N H T R U J U L I T S Z X J W

HAND BALL, TENNIS, ROWING, WATER POLO, ARCHERY, JUDO, BOXING, FOOT BALL, BADMINTON, DIVING, FENCING, ATHLETICS, Kirimkan Jawaban Anda ke : Instagram UKPM Teknokra Unila (@Teknokraunila) dengan format nama, asal jurusan/Fakultas, dan sertakan hastag #ACAKATATEKNOKRA 3 Postingan dengan like terbanyak akan kami hubungi via DM, untuk menerima bingkisan spesial Khusus Mahasiswa Angkatan 2016 POSTING JAWABAN ANDA SEBELUM 20 OKTOBER 2016

34

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016


resensi

Jalan Raya Pos,

Jalan Daendels Oleh Rohimatus Salamah

S

iapa tak tahu Herman Wiilem Deandels? Dalang di balik pembuatan jalan sepanjang 1.000 kilometer dari Anyer-Panarukan. Gubernur Jenderal Hindia Belanda itu juga dikenal dengan sifatnya yang tak kenal kompromi, bahkan tak segan menembak mati siapa saja yang berani angkat bi­ cara dihadapannya. Deandels punya banyak julukan karena kebengisannya. Jenderal Guntur, Tuan Besar Guntur, Mas Guntur, Marsekal Besi, bahkan di Jawa Barat, Ia dikenal dengan sebutan Mas Galak. Buku berjudul “Jalan Raya Pos, Jalan Daendelsâ€? ini menceritakan kesewenang-wenangan sang gubernur saat membangun jalan raya Anyer-Panarukan. Dalam waktu setahun saja, jalan raya tersebut selesai dibangun, sebuah prestasi yang patut dibanggakan. Namun di balik itu, ribuan nyawa rakyat pribumi terenggut. Tidak ada satupun pekerja rodi yang tak menjemput ajal saat bekerja. Semua meninggal karena alasan yang sama, kelaparan, kelelahan, dilanda penyakit malaria, bahkan wabah penyakit pes juga menjangkiti pekerja di beberapa wilayah. Parahnya, mayatmayat itu dibiarkan bergeletakan di tengah jalan. Hal tersebut menunjukkan bahwa, Pulau Jawa yang saat itu sudah menjadi pusat peradaban islam di Nusantara, tak lagi punya daya. Sungguh air mata, darah, bahkan nyawa yang tak pernah ter-

ungkap. Tak ada sedikitpun usaha Belanda untuk mendata siapa saja yang meninggal saat pembangunan jalan berlangsung. Pasca-kemerdekaan pun, penelitian untuk mengungkap jumlah pasti korban meninggal selalu berujung sama, disimpulkan dengan jumlah taksiran bulat seperti 5.000, 12.000, 35.000, dst. Keprihatinan penulis dalam menyikapi kegagalan penelitian mengajak kita semua agar jangan pernah melupakan sejarah getir bangsa. Pramoedya juga menceritakan penderitaan kaum petani saat sistem tanam paksa diberlakukan. Di mana potensi pertanian ditemukan, di situ tanam paksa digalakan. Penjualan hasil bumi sudah pasti masuk ke dompet koloni untuk memperkaya negeri, sementara petani yang kelaparan itu hanya menikmati seperempat belas dari hasil panennya. Mirisnya lagi, me­ reka masih harus membayar pajak, pah, dan tetek bengeknya. Seolah tak puas menyaksikan kerusakan di negeri sendiri, para pejabat pembesar pribumi yang bekerja pada kolonial pun ikut andil memeras rakyatnya. Bisa dalam bentuk kewajiban membayar upeti maupun korupsi. Sehingga bisa ditebak, korupsi yang kian marak dan tak pernah tuntas menjadi warisan dari pembesar bangsa pada jaman penjajahan. Buku ini mengungkap betapa pelajaran sejarah yang kita terima, hanya sebatas pengenalan. Pela-

Judul : Jalan Raya Pos, Jalan Daendels Penulis : Pramoedya Ananta Toer Penerbit : Lentera Dipantara Jml Halaman : 148 hlm jaran yang sesungguhnya, justru didapatkan dari penjelasan penulis. Melalui karyanya ini, Pramoedya Ananta Toer, mengingatkan betapa bangsa ini tak berdaya meski kaya, dan juga menyadarkan bahwa mental lemah yang kita warisi harus segera diubah. Pembangkitan rasa nasionalisme sengaja dirangkai dan dikemas apik melalui pengisahan, sehingga tidak monoton dan tidak terkesan menceramahi. Hanya saja, penggunaan gaya bahasa khas sastrawan menjadi kelemahan buku ini. Tak semua kalangan dapat menangkap maksudnya dengan tepat. Selain itu, terdapat pula beberapa kata yang asing di telinga, namun tak dijelaskan secara rinci. Buku setebal 148 halaman ini akan menjadi sumber referensi yang tepat untuk pecinta sejarah, tapi akan menimbulkan kebosanan bagi orang awam =

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016

35


resensi

Membincang Pers,

Kepala Negara, & Etika Media Oleh Rohimatus Salamah

Judul : Membincang Pers, Kepala Negara, & Etika Media Penulis : Sirikit Syah Tahun Terbit : Mei 2014 Penerbit : Gramedia Tebal Halaman : 360 hlm

36

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016

M

edia massa menjadi fasilitas informasi yang dapat di akses semua orang. Informasi yang diberitakan media massa sangat memengerahui sikap atau opini masyarakat. Hal ini pula yang menyebabkan kebebasan pers sering di kesampingkan oleh pihak-pihak tertentu. Namun kadang media massa juga sering disalahgunakan oleh pers itu sendiri dengan mengangkat berita yang tidak jujur atau bahkan memihak ke salah satu orang/ partai politik/ kelompok, demi sebuah ketenaran dan kekayaan. Sirikit Syah mencoba mengajak pembaca buku “Membincang Pers, Kepala Negara, & Etika Media” untuk menyoroti kehidupan media dan contoh-contoh aktual di seputar media. Terdiri dari enam bab, penulis ingin mengi­ ngatkan pembaca tentang sejarah singkat media, pers dan kepala negara dengan bahasa yang mudah dipahami. Pembaca seolah diberi informasi pada kejadian tempo dulu menurut sudut pandang si penulis. Buku ini sarat makna, ada dilema antara media dengan pemberitaannya, gejolak

media pada masa orde baru dan reformasi. Semua dikemas dalam balutan cerita yang tidak kaku, sehingga pembaca tidak merasa bosan dengan alur yang disajikan. Dalam buku ini, penulis ingin memperlihatkan keberadaan pers di Indonesia dan memban­ dingkannya di Amerika Serikat dan Inggris. Status penulis yang juga seorang wartawan terlihat dalam buku ini, penulis tampak netral. Tanpa memandang jabatan, penulis mengkritik perilaku para presiden kepada pers menurut sudut pandang penulis, tanpa memihak. Meski didedikasikan untuk rekan-rekan wartawan, tapi buku ini juga dapat menjadi pegangan bagi mahasiswa dan masyarakat luas. Para pembaca akan mendapatkan manfaat dari catatan penulis tentang perilaku media, termasuk dalam aturan etika media dan hukumnya. Perlu pemahaman dasar pendidikan pers bagi masyarakat, agar me­ reka paham dan berwawasan untuk menerima kebebasan tanpa mudah terprovokasi oleh pemberitaan yang ‘Berat Sebelah’ =


puisi

Analogi Kamu dan Kopi

Bahasa Satu Tidak ada rumah yang tersisa selain di sini Di luar sedang badai dan angin mengajakmu berlari Tapi kita adalah satu sejak dalam buaian Ibu Pertiwi Maka kemanapun kamu pergi hatimu akan kembali Kita adalah pulau-pulau yang berjauhan Kadang tak selaras, kadang tak satu pikiran Lalu sebuah jembatan merengkuh kita semua Dan kamu berseru, “Aku cinta bahasa Indonesia!� Kita selalu bicara lewat bahasa yang berbeda Tujuh ratus lebih dan kamu salah satunya Lalu sebuah jembatan merengkuh kita semua Dan kamu berseru, “Aku cinta bahasa Indonesia!� Sekarang kamu lebih suka halhal berani Dan bahasamu seringkali tak kupahami Tapi kita adalah satu sejak dalam buaian Ibu Pertiwi Maka kemanapun kamu pergi hatimu akan kembali Aprilia Wulandari FKIP/Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Sepertiga malam dengan tarian angin di sebuah kedai.. Kubodohi diri ini dengan sedih dan perih kenangan patah hati..

TERTUSUK RINDU

Penuh keresahan.. Ku ber-analogi tentang

Tahukah sayang ? Aku hampir terbunuh duri kebisuan Kutemukan di antara akarakar bungkam Runcingnya berlumur racun kerinduan

dirimu dan secangkir kopi..

Tahukah sayang ? Bahkan senja tak lagi membuatku terpesona Akan luas bentang nya selendang jingga Kita telah terbiasa memintal rindu pada jelujur siang

Namun hati memilih karena

Kemarilah sayang Biarkan lah nafas kita menyatu dalam deru depar Dan biarkan diri ku berenang dalam samudra cintamu Hingga hanya ada desah tanpa kesah

Walau rasa pahit selalu mendominasi.. Hati ini tetap saja berani untuk mencintai.. Dirimu memang tak sempurna.. kau punya sesuatu yang berbeda.. Dirimu yang selalu hadirkan canda dan tawa.. Tak luput kuhadirkan pula di dalam doa dan karya.. Mungkin di hatimu saat ini.. Ada orang yang lebih pantas tengah bersandar dalam pelukan.. Namun dirimu juga harus tau.. Bahwa ada orang yang tak pantas tengah jatuh cinta sendirian..

Ilustrasi Retnoningayu J U

Laras Handayani FKIP/Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Zulfauzi ferdyansah FKIP/Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016


Pesan Bapak Oleh Fadilla Chintiya Dewi FKIP Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ‘16

K

utatap mentari yang semakin tergelincir. Mega senja berkelana, menyemarakkan dinding kamar yang menelusup lewat jendela. Pikiranku berkelana, mengikuti alur angin yang meniup tirai merah jambu di Kamarku. Sebuah suara terngiang di telingaku. Tidak asing dan selalu mampu menenangkanku. Tapi kali ini justru berhasil membuat resah dan hilang kendaliku, bahkan buliran air di sudut mataku sudah bergelimangan menyebar jatuh di lengan bajuku. Bapak sakit, Nduk. Kamu kapan pulang? *** Kusingkap peluh yang mengerumuni dahiku. Panas terasa membakar tubuhku yang terasa lengket oleh keringat. Jam dinding menunjukkan pukul sebelas.

38

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016

Suara binatang malam terdengar riuh bak konser musik. Hari yang panjang kuhabiskan di sekretariat. Banyak sekali pekerjaan yang harus kuselesaikan. Membantu banyak sekali mahasiswa baru yang tersandung masalah finansial demi membayar uang kuliah yang terkadang kurasa tidak masuk akal nominalnya, sudah cukup menguras habis energiku hari ini. Tiba di kamar kost pukul sebelas malam adalah salah satu hal yang bisa aku syukuri hari ini, selain dari setangkup roti dari Ines yang sempat kulahap ketika matahari menggelincir di ufuk barat. Suara Ibu kembali terngiang di kepalaku, bagaikan film lama yang terputar terus menerus. Nada rentanya menghunus aliran darahku dengan rasa rindu. Namun kabar yang dilontarkannya

justru membuat jantungku terasa jatuh menyentuh tanah. Setelahnya aku hanya sanggup membisu. Tidak ada kata yang kuucap karena sergapan bingung menguasaiku. Belum lagi rasa kalut dan piluku yang membaur menjadikan panggilan malam itu terasa bagaikan mimpi buruk bagiku. Namun kutahu hanya beliau yang paling memahamiku. Setelah cukup lama tak terdengar suaraku, beliau akhirnya melontarkan beberapa kalimat yang semakin membuatku terenyuh. “Kamu masih sibuk ya, Nduk? Kalau sibuk jangan lupa makan sama sholat ya, Nduk. Terus didoain Bapaknya biar cepat sembuh. Sudah dibawa ke Pak Catur kok kemarin sore. Jaga dirimu ya, Nduk.� Hal berikutnya yang memenuhi

Ilustrasi Retnoningayu J U

cerpen


cerpen pikiranku adalah memori di suatu sore ketika aku pulang ke rumah tiga bulan yang lalu. Memori yang selalu kuingat disetiap detil kecilnya. *** “Kamu kapan berangkat kuliah lagi, Nduk?” Sosok renta itu bertanya dari balik tatapan datarnya. Tubuhnya lalu terguncang karena terbatuk-batuk. Dari sini terlihat sekali kuasa usia dalam mengambil peran dan kekuatannya dahulu. Pria tegap yang sedari dulu kurus namun kuat bagaikan batu karang itu, kini tak ubahnya seperti sesosok boneka kayu yang penuh keriput dengan tubuh berupa kulit terbungkus tulang. Tak terlihat sisa-sisa daging yang ia miliki dulu. Tapi semangatnya masih terpancar pada sinar kedua bola matanya. Kuangsurkan gelas berisi teh hangatnya. Ia menyeruputnya sedikit sebelum memberikannya kembali kepadaku. “Kamu jangan males olahraga ya, Nduk. Harus rajin jaga kesehatan.” Aku hanya dapat mengangguk menanggapi perkataannya. Cukup takut jika nanti aku bersuara justru yang keluar hanya cicitan penuh getaran karena sesak di dada melihat pemandangan sosok yang kusayangi melontarkan pesan penuh perhatiannya kepadaku. “Kalau sudah mulai kuliah lagi kan kamu sibuk, Nduk. Tapi ingat pesan Bapak, Nduk. Ndak peduli sesibuk apapun kamu, ketika ada orang yang butuh bantuan kamu harus bantu, Nduk. Kamu kan katanya mau jadi guru. Guru itu bukan sebatas mengajari muridnya di kelas, lho. Tapi tanggung jawab kamu ya sampai muridmu itu berhasil. Begitupun di kehidupan sehari-hari, Nduk. Ndak peduli bagaimanapun kondisi kamu, ketika ada yang butuh bantuan kamu, bantu mereka.” Telapak tangan kanannya naik mengusap sebulir keringat yang menuruni dahi keriputnya. Alisnya terlihat putih, begitupun dengan bulu matanya yang sudah tidak lentik lagi. Tidak terlihat sisa-sisa kekuatan masa mudanya. Tapi sungguh, semangat dan kebaikan hatinya tidak pernah terlihat meredup. “Ingat, Nduk. Kalau kamu mengharapkan kesuksesan yang besar, hasil yang besar, banyak hal yang harus kamu korbankan, Nduk. Tapi yang jelas, kamu ndak boleh mengorbankan tanggung jawab sosial kamu ke masyarakat.”

Ia menatapku kali ini. Kubalas tatapannya dengan pandangan yang sudah mengabur karena air mata. Ia selalu mengajariku untuk menjadi kuat dan tidak cengeng. Tapi di hadapannya aku seperti kembali ke sosok anak kecil berumur lima tahun yang baru saja terjatuh dari sepeda roda tiganya. “Karena, Nduk, inti dari kehidupan ini yaitu cuma berbuat baik ke sesama. Sesukses apapun kamu nanti, Nduk, mau berapapun banyaknya uang yang kamu punya, kalau tidak kamu pakai untuk bantu sesama, semua itu tidak ada artinya.” *** Kakiku melangkah cepat menyusuri lorong kampus. Matahari sudah terasa sejengkal di atas kepala, suasana mendukung sekali untuk membuat orangorang terbakar amarah. Satu hal saja yang bisa memicunya, habis sudah kesabaran barang hanya sedetik terpancing. Suasana hatiku sedang buruk sekali. Entah kali keberapa dari kesekian kalinya karya ilmiah yang kubuat dijiplak oleh seorang mahasiswa yang setingkat diatasku. Memang dia sempat sekelas denganku beberapa minggu ini. Alasannya, apalagi jika bukan karena mengulang kelas akibat nilai yang tidak cukup. Dia memang sudah mendekatiku sejak hari pertama masuk di kelas yang sama. Menanyakan banyak hal, mulai dari ini, lalu bertanya tentang itu, dan dilanjutkan dengan yang itu. Dan tentu saja aku dengan senang hati menjawabnya. Tapi jika kasusnya sekarang seperti ini, apakah salah jika aku terbakar emosi? Rasanya aku ingin menyalahkan prinsip yang selalu Bapak tanamkan kepadaku tentang berbuat baik tanpa pandang bulu ke sesama, tidak peduli siapapun orangnya. Ponselku bergetar di saku rokku. Kucari dengan sedikit gusar. Tekanan hari ini terasa luar biasa melebihi dari menghadapi satu kelas berisi anakanak PAUD yang masih buang air di celana. Nama adikku tertera di layar. Suaranya disana terasa bergetar. Setelah mengucapkan salam, dia kembali mengabarkan berita yang tak ingin aku dengar. “Mbak, Bapak masuk rumah sakit. Tapi Bapak bilang Mbak nggak usah pulang.” ***

Malam semakin beranjak larut. Jemariku masih terus menari di atas keyboard laptop. Kukejar semua tugas yang kupunya agar bisa selesai malam ini juga. Tugas dari sekretariat BEM juga sudah kusetorkan tadi sore ketika matahari sudah tergelincir. Meskipun membuat Imam harus mengocehiku karena keterlambatan yang terjadi, namun akhirnya ia memaafkan kesalahanku. Semua jadwal sudah kususun dan kuperhitungkan dengan matang. Aku sudah mengambil cuti tiga hari. Seharusnya aku sudah berangkat pulang ke rumah sejak tadi siang. Tapi selain karena tugas dari BEM yang menjegalku di sini, tapi juga karena tangisan seorang mahasiswa baru yang membuatku luluh dan menghabiskan hariku mendengar ceritanya. Lagi-lagi masalah uang kuliah yang tidak sanggup dia lunasi. Aku tidak sampai hati untuk meninggalkannya. Aku dulu pernah ada di posisinya. Ketakutan karena uang kuliah yang tidak bisa kubayar sementara hari terus berjalan, mengejar sebelum akhirnya batas terakhir pembayaran tiba. Pada akhirnya hanya akan memunculkan dua pilihan; melanjutkan dengan mencari bantuan dana atau justru memilih mundur karena terlalu putus asa akibat kebuntuan dari berbagai jalan yang telah dicoba. Kasus mahasiswa baru itulah yang membuatku kembali terjegal di sekretariat BEM. Ditambah lagi serangkaian laporan yang harus kusiapkan untuk membantu mahasiswa baru itu. Tidak peduli bagaimanapun caranya aku menyelesaikan laporan itu, kertas-kertas itu harus siap. Dan di sinilah aku masih berkutat dengan tugas baru dan mengejar waktu agar bisa segera bersiap untuk berangkat kembali pulang ke rumah. Satu hari cutiku telah kuhabiskan, dua hari yang tersisa harus bisa kuhabiskan dengan maksimal. Jam dinding menunjukkan pukul sebelas ketika ponselku bergetar. Lagilagi kulihat nama adikku tertera disana. Tanpa menunggu lama kusambar ponsel dan menjawab panggilannya. Setelah menjawab salam, justru kudengar hening dari seberang. “Dek?” Setelah hening panjang yang terjadi, suara adikku terasa bagaikan guntur menyambar di siang bolong. “Bapak sudah nggak ada, Mbak.” =

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016

39


Ilustrasi Retnoningayu J U

life style

Jus Buah, Si Manis yang Tak Sehat Oleh Silviana

Kesegaran jus buah memang tak bisa dihindari oleh penikmat buah, apalagi dikala cuaca sedang terik. Meski demikian, tak semua orang bisa setiap hari menikmati jus.

40

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016

G

aya hidup sehat tak hanya cukup dengan berolahraga. Makan makanan bergizi dan berimbang perlu jadi perhatian. Salah satu unsur yang harus dicukupi adalah serat dan vitamin. Kebutuhan serat dan vitamin dapat diperoleh dari bermacam-macam jenis sayur dan buah-buahan segar. Selain dimakan langsung, buah juga sering kali dikonsumsi dalam bentuk jus.


life style Rahmi Dwi Alyani (Ilmu Komunikasi ’15) merupakan salah satu mahasiswa yang gemar mengonsumsi jus buah. Meski awalnya sempat dipaksa sang ibu, tetapi Rahmi mulai terbiasa dan akhirnya sering mengonsumsi jus untuk menjaga kondisi tubuhnya. “Sebenernya biasa aja sukanya, tapi karena ibu yang selalu nyuruh dan selalu ngingetin kalau cewek itu harus sering makan buah, jadi ibu yang sering buatin buat aku,” jelasnya. Kesegaran jus buah memang tak bisa dihindari oleh penikmat buah, apalagi dikala cuaca sedang terik. Meski demikian, tak semua orang bisa setiap hari menikmati jus. Salah satu­ nya, Muhammad Arif Diaurofik, mahasiswa jurusan Teknologi Hasil Pertanian 2016 ini mengaku harus mengerem kebiasaannya meminum jus buah selama menjadi anak kos. “Suka banget sebenernya, apalagi waktu masih di rumah lebih sering minun jus tomat atau wortel. Tapi karena sekarang udah jadi anak kos jadi duitnya lebih baik buat makan,” ungkapnya. Sekarang ini, amat mudah untuk menikmati satu gelas jus buah segar. Tidak perlu jauhjauh ke mall atau cafe. Penjual jus buah sudah banyak kita jumpai di sepanjang jalan. Harganya pun cukup terjangkau. Salah satunya, warung jus ‘Teh Yati’ di Kampung Baru yang selalu ramai. Pelanggannya tak hanya mahasiswa Unila saja, mahasiswa Malahayati, Poltekkes, dan Umitra pun sering membeli jus buah racikannya. Pemiliknya, Yati (45) mengaku lebih mementingkan kualitas

jus yang dibuat, sehingga ia tidak menggunakan campuran pemanis buatan. “Nggak ada campuran apa-apa. Ya cuma air, gula, susu dan es saja,” ungkapnya. Salah satu penjual jus buah yang mangkal di depan Kope­ rasi Mahasiswa (Kopma) Unila juga selalu ramai diburu mahasiswa. Nopi meracik berbagai pesanan jus buah seperti strawbery, alpukat, mangga, melon, wortel, tomat, jeruk, semangka, jambu, buah naga atau campuran dari beberapa buah. Menurutnya, jus mangga, stroberi dan alpukat adalah jus yang paling sering dipesan. Agar jus lebih terasa nikmat dan manis, si penjual, Nopi, mengaku menambahkan susu dan air gula untuk buah-buah tertentu seperti buah naga, dan alpukat. Harga yang dipatok pun tergantung harga buah dipasaran, “Untuk saat ini, harganya sama semua, kecuali buah naga. Kalau buah naga 7.000 kalo selain buah naga harganya 6.000,” ujarnya. Meskipun penjual jus buah mudah ditemukan, Dewa Gede Maharjaya (D3 Keuangan dan Perbankan ‘16) masih kurang puas jika tidak membuatnya sendiri. “Sebenarnya nggak setiap hari juga minumnya, karena aku kan lebih suka buat sendiri, jadi kalau lagi nggak sempet seminggu sekitar 3 kali,” ungkapnya. Menurutnya, jus yang dibuat sendiri jauh lebih aman dan terjamin keasliannya. Ia pun tidak menambahkan pemanis lain yang justru akan berdampak buruk bagi tubuh jika di konsumsi terus-menerus. Salah satu dosen Fakultas Ke-

dokteran Unila, dr. Evi Kurniawaty mengatakan bahwa jus memang mengandung banyak manfaat bagi kesehatan, karena jus dibuat dari buah-buahan segar. Di dalam jus terkandung vitamin C dan vitamin E yang berfungsi sebagai antioksidan (anti racun), sehingga membantu tubuh membersihkan racun-racun yang ada. “Karena kita tahu bahwa oxidant atau racun yang menumpuk dapat menyebabkan kanker beberapa tahun kemudian,” tambahnya. Ia menambahkan tidak ada perbedaan kandungan buah yang dimakan langsung atau di jus. Jus merupakan buah segar yang diberi tambahan air, jadi buah yang telah di jus atau yang dimakan langsung tidak memiliki perbedaan. Karena dengan meminum jus, kita dapat lebih banyak mengonsumsi cairan. Dr. Evi juga menjelaskan bahwa vitamin C dan E juga berfungsi meningkatkan daya ta­han tubuh, sehingga kita tidak akan mudah terserang pe­ nyakit, seperti flu atau demam. Yang tidak kalah penting, kan­ dungan serat dalam buah pada jus dapat membantu membersihkan lemak atau kolesterol. Jus buah, terutama dengan tambahan susu dan gula, menjadi berbahaya bila dikonsumsi terus-menerus oleh penderita diabetes atau kencing ma­ nis. Hal ini dikhawatirkan akan menyebabkan kadar gula darah bertambah tinggi. Kandungan gula berlebih juga berbahaya jika dikonsumsi penderita obesitas atau kegemukan, sehingga penderita diabetes atau obesitas dianjurkan untuk minum jus tanpa gula dan susu =

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016

41


pojok pkm

Idealistis

Oleh Fitria Wulandari Pemimpin Usaha

7

1 tahun sudah kita merdeka. Merdeka dari penjajahan bangsa asing. Ya, merdeka dari “penjajahan bangsa asing”, yang artinya 71 satu tahun sudah kita dianggap merdeka. Bukan benar-benar merdeka. Itu bisa di buktikan de­ngan munculnya berbagai macam konflik yang diciptakan oleh negeri kita sendiri. Bahkan setelah kemerdekaan ada banyak sekali tragedi-tragedi berdarah yang bermunculan. Seperti tragedi Trisakti, tragedi UBL berdarah, dan masih ba­ nyak tragedi besar lainnya. Tragedi-tragedi besar yang dikenal sebagai bentuk gerakan perjuang­an pemuda dan mahasiswa. Pergerakan kaum intelektual yang muncul di era orde baru yang kita kenal sebagai aktivis 98 dan para kaum idealis. Saat era tersebut para akti­vis memperjuangkan segala bentuk pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Berani turun kejalan menentang pemerintah demi memperjuangkan keadilan. Sejarah perjuangan Pemuda dalam menumbangkan rezim orde baru yang melahirkan sosok- sosok aktivis yang kuat dan rela berkorban demi kepentingan dan kemajuan bangsa ini. Salah satu aktivis perjuangan di era orde baru yang sangat terkenal yaitu Soe Hok Gie. Gie, pemuda keturunan tionghoa yang gemar mengunjungi perpustakaan umum dan beberapa taman bacaan di pinggir-pinggir jalan di Jakarta. Ia dikenal sebagai sosok yang sangat idealis. Kegemarannya terhadap sastra melahirkan kepiawaiannya dalam membuat tulisan-tulisan yang tajam dan kritis. Coretan tangannya berisikan kritikan-kritikan terhadap kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh para pemimpin negeri ini. Kritikan-kritikan yang iya buat merupakan bentuk protesnya terhadap pemerintah dan elit politik lainnya. Gie pemuda yang idealistis. Idealistis berarti Sosok yang berwatak idealis, memperjuangkan apa yang iya cita-citakan dan harapkan, tidak takut terhadap rintangan. Ini menjadi cerminan untuk kita sebagai pemuda dan mahasiswa agar dapat meneruskan

42

Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2016

perjuangan para aktivis terdahulu yang memiliki sifat idealis. Namun perjuangannya sebagai seorang akti­ vis muda tidak berlangsung begitu lama, belum genap usianya 27 tahun iya pergi meninggal kita. Gie meninggal akibat menghirup asap beracun di gunung semeru. Sejak kepergiannya, sudah tentu bangsa ini merasa sedih dan kehilangan seorang sosok yang begitu idealis. Tapi perjuangannya akan selalu menjadi inspirasi para pemuda baik sekarang maupun dimasa yang akan datang. Gie pernah menulis, “Lebih baik diasingkan daripada mati dalam kemunafikan.” Jika kita amati, Saat ini masih banyak pemuda khususnya mahasiswa yang mengaku Aktivis dan merasa bahwa dirinya idealis. Tetapi pada ke­ nyataannya ketika diajak untuk menyuarakan kebenaran mereka cenderung melangkahkan kaki kebelakang, berbalik arah, dan bersembunyi, pura –pura buta dan tuli. Bak sapi yang takut pada tuannya. Tidak heran jika banyak orang yang mempertanyakan, apakah masih ada sosok pemuda dan mahasiswa yang idealis? Jika ada, siapa dia, Dimana, Dan apa yang sedang ia perjuangkan. Kemudian Yang menjadi pertanyaan besar adalah “The idealist who the figure?” Sebagai pemuda yang ikut andil dalam membuat perubahan negeri ini, Semoga kita merupakan pemuda dan mahasiswa yang idealistis, berani menyeruakan kebenaran, memperjuangakan kebebasan positif dan bertaruh demi masa depan negeri ini. Bukan sosok pemuda yang hanya ikut arus, tidak teguh pendirian dan cenderung hedonis. Tan Malaka juga pernah menulis ”Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda.” Tetap Berpikir Merdeka !=



iklan


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.