Majalah Teknokra 219 November 2018

Page 1



Jendela

Salam Kami 4 Komitmen 5 Kampus Ikam 6 Resensi Buku 10

12 Komunitas 14 Foto Cerita 22 Ekspresi 24 Seni

Barthoven Vivit Nurdin, Dosen Sosiologi yang giat mengkaji budaya Lampung. Berusaha kenalkan marga Lampung ke anak cucu.

Kesehatan 26 Gaya Hidup 28

Ide dan Desain: Chairul Rahman Arif

16

LAPORAN UTAMA

INISIATIF, CABUT INSENTIF

Mega aksi di tahun 2018 atas nama Aliansi Gerakan Mahasiswa Unila Berdaulat, rugikan mahasiswa berprestasi hingga Rp 70 ­ juta rupiah. Selain itu, dana insentif untuk mahasiswa berprestasi sekitar 200-an ­ Juta terancam hilang di tahun 2019.

30 Inovasi 6 anggota tim URO kembangkan robot ­ pemadam berkaki yang diberi nama ­ Sa­­burai Zamzam. Robot ini adalah solusi dalam pencegahan kebakaran rumah yang marak terjadi.

32 Sekilas Teknokra 34 Opini 36 Anakedah 37 Kyay Jamo Adien 38 Cerpen 40 Teka Teki Silang 41 Komik 42 Pojok PKM


Salam Kami

"KRU REDAKSI"

TAK SEKADAR MENJALAKAN TUGAS Tak terasa akhir semester ganjil sudah di depan mata. Mahasiswa sudah mulai disibukkan dengan berbagai persiapan Ujian Akhir Semester. Mengejar deadline untuk menyelesaikan nilai tugas yang belum rampung. Menyandang predikat mahasiswa bukan hanya berurusan dengan tugas mencari nilai A. Sejak Perkenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB), mahasiswa sudah disumpah untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Bagaimana mahasiswa bisa mengaplikasikan nilai A yang diterima di dalam

kelas dapat bermanfaat dan membawa perubahan di masyarakat. Sebelum terjun langsung di masyarakat, kampus adalah tempat untuk belajar mengembangkan diri. Dari Teknokra kami memanfaatkan waktu luang disela-sela kuliah untuk berproses agar siap menjalankan peran di masyarakat. Tak bisa dipungkiri, sebagai aktivis kampus, kami harus pintar membagi waktu antara perkuliahan dan menjalankan sisa program kerja di kepengurusan tahun ini. Kami tak hanya menyelesaikan tugas mata kuliah yang sudah tertulis di kartu rencana studi. Tetapi juga, menyelesaikan

kewajiban kami sebagai kontrol sosial dan memberikan informasi seputar kampus untuk sampai ke tangan civitas akademika Unila. Lama tak menyapa kalian melalui media cetak, tetapi kami masih memberikan informasi lewat media daring. Di tengah pengerjaan majalah November 2018 edisi 219, media sosial Teknokra banjir komentar yang menyerang pemberitaan kami yang dianggap tidak obyektif mengenai foto Habib Rizieq Shihab dalam ucapan selamat hari pahlawan di akun instagram BEM. Padahal sudah jelas dalam penulisan berita kami dan klarifikasi dari para narasumber. Semua kritik tersebut kami terima sebagai bentuk resiko dari tugas kami. Bukan hanya sebatas kritik, Teknokra pun butuh saran. Kritik tanpa saran seperti ide tanpa gerakan. Hal ini juga membuktikan bahwa Teknokra masih dianggap ada dan sebagai proses menuju pers kampus profesional. Lewat majalah edisi 219 ini, kami menyajikan info terhangat seputar kampus serta info penting dan menarik. Selain itu, kami mengajak pembaca menyoroti permasalahan di Unila pada liputan utama yang membahas dihapuskannya dana insentif bagi mahasiswa berprestasi akibat dicabutnya peraturan rektor universitas lampung no 3 tahun 2017 dampak dari aksi demo yang mengatasnamakan Aliansi Gerakan Mahasiswa Unila Berdaulat. Disinilah sikap kritis mahasiswa diperlukan tak hanya sekedar ikut-ikutan, aksi yang bertujuan melakukan pembelaan terhadap mahasiswa malah menjadi bumerang dengan dirugikannya mahasiswa berprestasi yang berharap mendapat penghargaan dan apresias dari Unila setelah lelah berjuang. Dari pojok PKM untuk mengajak pembaca selalu punya sikap untuk menyikapi permasalahan yang terus-menerus terjadi. Tetap Berpikir Merdeka!

PELINDUNG Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., PENASEHAT Prof. Dr. Karomani, M. Si., Drs. Mardi Syahferi, M.M.­ DEWAN PEMBINA Prof. Dr. Muhajir Utomo, M. Sc., ANGGOTA DEWAN Dr. M. Thoha B. Sampurna Jaya, M. S., Asep Unik SE., M., Dr. Eddy Riva’I SH., M.H., Ir. Anshori Djausal, M.T., M.A, Prof. Dr. Yuswanto , SH., M. Hum, Asrian Hendi Caya, S.E., Dr. Yoke Moelgini, M.Si., Irsan Dalimunte, SE., M.Si., Dr. Dedy Hermawan, S. Sos., M. Si., Maulana Mukhlis, S. Sos., M.P., Dr. H. Sulton Djasmi, M. Si., Syafaruddin, S. Sos., MA., Toni Wijaya, S. Sos., MA., Fajar Nurrohmah S. Ab, Rika Andriani, S.E.,Yola Savitri, S.Pd. PEMIMPIN UMUM Faiza Ukhti Annisa PEMIMPIN REDAKSI Retnoningayu Janji Utami REDAKTUR BERITA Rohimatus Salamah, Tuti Nurkhomariyah REDAKTUR ARTISTIK Chairul Rahman Arif REDAKTUR DALAM JARINGAN Kalista Setiawan (Non-Aktif), Fahimah Andhini KAMERAMEN Mitha Setiani Asih, Fotografer Andi Saputra, Novia Mastuti STAF ARTISTIK Ria Shinta Maya REPORTER Ria Shinta Maya, Siti Haliza REPORTER DALAM JARINGAN Windy Sevia Wulandary, Nabila Syarifa PEMIMPIN USAHA Arif Sabarudin MANAJER OPERASIONAL Tuti Nur Khomariah STAFF IKLAN DAN PEMASARAN Chairul Rahman Arif, Yoanda Widya Dita (Non-Aktif) STAFF KEUANGAN Novia Mastuti KEPALA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Alfany Pratama Fauzi STAFF LITBANG Rahmad Hidayatulloh, Mitha Setiani Asih KEPALA KESEKRETARIATAN Silviana STAFF KESEKRETARIATAN Fahimah Andini, Windy Sevia Wulandary MAGANG Halfa N, Rendi I, Adela, Zhurvia M, Pera A, Afriyatin D.SA, Reza F, Idhar F, Shandy D, Dian P, Dini P, Hafifah A, Ahmad R, Dewi S, Reinisa A.P, Indah A.K. Ronaldo D.P, Rifqa A.Z, Sri Ayu I.M, Aghnia N.A, Banjar D, M. Akbar K.S, Adzra A.I, Dhea C.S, Yola M., Siti.Z.

Majalah Teknokra diterbitkan oleh Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra Universitas Lampung. Alamat Grha Kemahasiswaan Lt 1 Jl.Soemantri Brodjonegoro No 1 Bandarlampung 35145 Telp.(0721) 788717 Website www.teknokra.com email: ukpmteknokraunila@yahoo.co.id

4

Teknokra-November 2018 Edisi 219


Komitmen

Jendral Aliansi Mahasiswa Unila ­ erdaulat, B Muhammad Fauzul menginformasikan bahwa tuntutan untuk memberhentikan rancangan Organisasi Mahasiswa (Ormawa) dan Peraturan Rektor No 03 Tahun 2017 berhasil dicabut. Sorak-sorai pun terdengar, menggambarkan ekspresi kemenangan muncul dari diri para demonstran yang telah berhari-hari memperjuangkan hal tersebut. W ­ alaupun, masih terdapat tuntutan yang ­belum dipenuhi, yaitu pencopotan jabatan Wakil Dekan Bidang Akademik dan Wakil Dekan ­ Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Teknik serta Wakil Rektor B ­ ­idang ­Kemahasiswaan dan ­Alumni Unila. Pencabutan ­Peraturan Rektor No 3 Tahun 2017 didasari adanya dugaan pengekangan ­mahasiswa oleh rektorat. Hal ini didasari pada BabV tentang Larangan, Bab VI tentang Sanksi dan Bab VIII tentang Tata Cara Pemberiran Saksi. Namun, Peraturan r­ektor tak hanya meng­atur pemberian sanksi saja, melainkan mengatur pemberian penghargaan terhadap mahasiswa berprestasi. Dengan dicabutnya pe­ raturan tersebut, secara otomatis mengakibatkan peraturan yang termuat dalam BAB IV Pasal 4 tentang Penghargaan dan BAB VII pasal 8 tentang Tata Cara Pemberian Penghargaan tidak berlaku lagi. Mahasiswa berprestasi yang seha­ rusnya menda­patkan dana ­insentif kini hanya berpangku tangan saja. Pada tahun 2018 ini Unila me­ nganggarkan dana ­senilai­ ­­Rp ­270 Juta­untuk pemberian penghargaan mahasiswa berprestasi. Rencana pemberian dana ini telah ada sejak tahun 2017 dengan mengacu pada Peraturan Rektor No. 3 Tahun 2017. Namun, pencairan tahap pertama dilakukan pada bulan September

Inisiatif, cabut insentif

sebesar Rp203.937.500 dibagikan kepada 84 mahasiswa berprestasi. Sisanya, sekitar Rp.70 juta gagal ­untuk didapatkan 9 mahasiswa yang berhak mendapatkannya pada­ Desember nanti. ­ Wajar, para mahasiswa yang berprestasi kecewa karena tak dapatkan dana insetif karena pedoman yang mengaturnya tak berlaku lagi pasca aksi. Padahal, hal tersebut upaya rektorat untuk mengapresiasi mahasiswa yang telah mengaharumkan nama Unila di kancah ­nasional dan internasional. Pengusulan permintaan revisi yang

peraturan Rektor Nomor 03 tahun 2017 yang menjadi jalan usaha oleh 22 UKM-U untuk mempertahankan dana insentif tersebut. Sayangnya hal ini tidak mendapatkan ­sambutan baik oleh BEM-U. Jendral Aliansi Mahasiswa Berdaulat, Muhammad Fauzul Adzim tetap mengangap peraturan tersebut mengekang mahasiswa lantaran sanksi skorsing de­ ngan mudah diberlakukan de­ ngan mengacu BAB V pasal 5 tentang Larangan dan BAB VI tentang pemberikan sanksi. Pihak BEM Unila akan minta pihak rektorat membuatkan skema peraturan baru untuk pemberian penghargaan. Hal tersebut ditanggapi Rektor Unila, Prof. Hasriadi Mat Akin menurutnya untuk pembuatan peraturan baru, maka menunggu Rektor Baru. Perihal dana insentif yang seharusnya milik mahasiswa prestasi, kini akan dialihkan Prof. Hasriadi Mat Akin untuk keperluan Unila yang lain. ­Pihak Rektorat yang membuat peraturan pasti memiliki tujuan untuk menertibkan mahasiswa, yang berprestasi akan diberi apresiasi dan melanggar akan diberi ­sanksi. Namun, sebuah peraturan pasti masih memiliki kekurangan. Sebab itu, dengan cara duduk bersama semua pihak terkait untuk duduk bersama mengkritisi peraturan tersebut dengan membedah setiap poinnya dengan mempertimbangkan hal positif dan negatif. Sudah seharusnya, jangan meninggikan ego mengangap yang paling benar. Evaluasi menjadi hal yang sangat penting setelah melakukan aksi, bukan sekadar j­anji-janji dan melepaskan tanggung jawab. Selain itu, ada baiknya jika pihak rektorat tetap merevisi kembali peraturan yang didiskusikan bersama LK-LK di universitas lampung. Tanpa merugikan keseluruh pihak yang terkait. Sebab, sudah jelas mahasiswa prestasi sudah kehilangan haknya=

Teknokra-November 2018 Edisi 219

5


Kampus Ikam

Rusunawa Baru, Tarif Sewa baru Oleh Faiza Ukhti Annisa

Unila-Tek: Pembangunan Rumah Susun Sewa Sederhana (Rusunawa) Unila hasil hibah Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) diprediksi rampung Desember 2018. Rusunawa yang berada di bawah kendali Badan Pengelola ­Usaha (BPU) Unila direncanakan mengalami kenaikan harga sewa pada 2019. “Nantinya, biaya sewa akan naik menjadi Rp2.200.000 per tahunnya,” ujar Ketua Badan Pengelola Usaha (BPU), I Gede Swibawa. Gede beralasan harga baru rusunawa sesuai dengan kualitas fasilitas yang ditawarkan, meski fasilitas masih terbilang sama. Ia ingin sistem tinggal di ­Rusunawa hanya berlaku untuk mahasiswa tahun pertama. “Nanti setelah satu tahun tinggal harus keluar. Satu bulan Rusunawa dibersihkan, kemudian maha­ siswa baru siap menempati. Nanti mahasiswa lama yang berprestasi boleh tinggal di rusun untuk menjadi kakak asuh, begitu seterusnya,” ujarnya. Itu adalah cita-cita yang akan diajukannya ke Rektor. Tarif sewa rusunawa sebelumnya sehar-

ga Rp1.800.000 per tahun. Penetapan harga rusunawa yang baru ini tidak diberatkan oleh Putri Zulandani (Pend.Ekonomi’16). Mahasiswi yang berkeinginan untuk menempati rusunawa ini ­ mengaku belum mengetahui informasi lebih lanjut mengenai Rusunawa baru. “Semoga sistem drainase di Rusunawa baru bisa lebih baik karena itu adalah keluhan pengguna Rusunawa setiap hari.” harapnya. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Unila, Sarkowi mengatakan, bangunan di atas lahan seluas 2136 m2 ini menggunakan dana Anggaran Perencanaan Belanja Negara 2018 senilai 12,9 Miliar. “Bangunan 4 lantai ini memiliki 50 unit kamar. Pembangunan dilakukan oleh pemerintah pusat dan Unila hanya menerima ketika pembangunan ­ selesai,” ujar Sarkowi yang bertugas memastikan kualitas Rusunawa sesuai perjanjian. Lokasi asrama mahasiswa ini berada di sebelah utara rusunawa lama yakni di depan Kolam Renang Unila. ­ Pelaksana Pembangunan, Andreas, mengatakan

pembangunan yang ditargetkan selesai dalam delapan bulan ini sudah memasuki tahap akhir. “Hanya tinggal memasang keramik, besi untuk balkon, lampu dan selesaikan taman,” terangnya. Rusunawa baru dikonsepkan akan dihuni khusus mahasiswi. Sedangkan Rusunawa lama akan diperuntukan khusus mahasiswa. Hal ini disambut baik penghuni rusunawa, Gatot Setiawan (Pend. Bahasa ­Perancis ’17), “Pemisahan antara mahasiswa dan mahasiswi akan mengurangi kapasitas Rusunawa yang terlihat berlebih,” jelasnya. Walaupun begitu, Ia menyayangkan tidak adanya lagi petugas kebersihan di Rusunawa. “Rusun terlihat kumuh. Biasanya mahasiswa yang tinggal di Rusunawa mengadakan kegiatan kerja bakti tiap bulan. Tapi kegiatan itu tidak berlanjut karena belum ada pemilihan RT dan RW di Rusunawa,” ujarnya. Ia menginginkan adanya jadwal piket setiap lantai karena tak adanya petugas kebersihan. “Harus ada kesadaran dari diri ­mahasiswa juga karena kalau lingkungan bersih belajar jai lebih nyaman,” ucapnya=

Asrama Mahasiswa FKIP Terbengkalai Oleh:Sri Ayu Indah Mawarni

Unila-Tek: Bangunan dua lantai yang terletak di belakang kampus A Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung dulu menjadi tempat asrama mahasiswa. Dari pengamatan Teknokra, Rabu (07/11) terlihat gedung bercat merah muda dan putih yang sudah pudar dan temboknya keropos. Selain itu, banyak jendela asrama yang pecah, sehingga digantikan dengan kayu untuk menutupinya. Diperparah lagi dengan genting yang bocor, pintu rusak, serta kamar mandi sudah tak berfungsi lagi. Namun, pada lantai satu gedung terdapat jemuran pakaian, sehingga menandakan terdapat penghuni di asrama. Setelah ditulusuri, pakaian tersebut milik Dosen Pendidikan Musik Unila, Hasyimkan yang tinggal di salah satu kamar asrama. Hasyimkan mengaku sudah lama tinggal

6

Teknokra-November 2018 Edisi 219

di asrama bersama dengan keluarganya. Ia pun menyayangkan kondisi gedung yang dibiarkan begitu saja terbengkalai dan lapuk tak terurus sejak sudah tak digunakan lagi untuk mahasiswa. “Kondisi kerusakan juga serupa dengan kamar yang saya tempati. Semua asrama dulunya digunakan oleh mahasiswa PGSD, namun saat mereka pindah ke kampus induk Universitas Lampung, asrama tidak dipakai lagi,” ungkap Hasyimkan. Kondisi bangunan yang masih dapat direnovasi, seharusnya dapat dimanfaatkan oleh sivitas akademika Unila. Namun, sayangnya belum mendapatkan perhatian lebih oleh Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan Supriyadi dengan dalih masih baru menjabat dan melanjutkan rancangan progam tahun 2017 dan 2018. “Sebenarnya, wisma itu pernah dipa-

kai, tapi sejak rusak tidak digunakan lagi. Bapak akan cek dulu keliling seluruh fasilitas di FKIP untuk ditinjau ulang fasilitas yang penting dan dibutuhkan mahasiswa. Jadi, Bapak belum bisa jawab dan janji akan diperbaiki karena saat ini juga FKIP sedang banyak membangun gedung baru,” ucapnya saat ditemui Senin, (19/11). Menurut salah satu mahasiswa Destina Putri Rahayu (Pend. Seni Tari ’17), menilai bangunan asrama itu sebenarnya masih bisa dimanfaatkan unuk kepentingan mahasiswa yang ada di Kampus A. “Misalnya kalau Kampus A asramanya direnovasi dan dibuka lagi untuk mahasiswa itu sangat lebih membantu untuk mahasi­ wa-mahasiswa yang kuliah di Kampus A, apalagi yang asalnya dari luar Bandar Lampung,” katany=.


Kampus Ikam

Unila Beroleh Hibah embung senilai 9,5 M Oleh Tuti Nurkhomariyah

Unila-Tek: Universitas Lampung mendapatkan hibah pembangunan 4 embung senilai 9,5 M dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Republik Indonesia (PUPR). Pembangunan embung direncanakan akan dimulai pada awal Maret 2019. Keempat embung hibah ini yaitu, embung rusa, eco park (dekat rusunawa), budidaya air tawar (fakultas kedokteran) dan embung laboratorium lapang (fakultas teknik). Selain berguna untuk merevitalisasi embung, pembangunan ini juga berguna untuk konservasi air. “Selama ini sumber air yang berasal dari air hujan hanya dibiarkan mengalir kembali ke laut saja,” jelas perencang pembanguan embung, Ofik Taufik Purwadi. Ofik menjelaskan, akan disediakan pula fasilitas seperti jalan inspeksi (jogging area), jembatan, pagar, gazebo, dan lampu disekitar area embung. “Sudah ada standar ­fasilitasnya dari PUPR, sehingga proses belajar dan rekreasi menjadi lebih nyaman,” tambahnya. Ketua Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), M. Sarkowi mengatakan, saat ini perkembangan pembangunan embung masih dalam tahap lelang. Tak hanya embung, Unila juga mendapatkan hibah pembangunan rusunawa baru di kampus Metro sebesar 13 M dan pembanguan tempat pengolahan sampah (TPS). “Pada bulan yang sama akan dibangun juga rusunawa tiga lantai untuk kapasitas 200 mahasiswa,” ujar Sarkowi=

Pelepasan: Prof. Karomani (WR III) , Frans Agung MP (Ketua IKA Fisip Unila), dan para peserta jalan sehat tertawa karena konfeti tidak dapat hidup. Kegiatan tersebut puncak Dies Natalis ke-32 Fisip, (27/10). (Foto: Muhammad Akbar)

Renovasi:Pekerja sedang memasang salah satu huruf Gedung Serba Guna (GSG) Universitas Lampung. Renovasi tahap dua GSG ditargetkan akan selesai Januari 2019,(23/10). ( Foto: Alfanny Pratama Fauzi

Prof.Karomani luncurkan Buku Puisi Sendu Oleh: Aghnia Nur Anisa

Unila-Tek: Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof. Karomani luncurkan buku antologi puisinya dalam Bilik Jumpa Sastra UKMBS di Grha Kemahasiswaan, Sabtu (17/11). Buku yang berjudul Nuansa Kata dan Samudra ini mengekspresikan emosi dan perjalanan spiritual Prof.Karomani se­ peninggalan orang tuanya. Di luar jabatannya sebagai seorang akademisi, Prof.Karomani atau yang lebih akrab disapa Aom ternyata telah menulis puisi sejak 2013. Puisinya terinspirasi dari pengalaman pribadi. “Pertama saat Abah ­ saya m ­ eninggal, saya merasa sangat terpukul. Masih ingat betul ketika saya melihat abah saya salat di atas batu, saat saya diajak membajak di sawah, semua perjalanan itu terekam. Dari 2007 sampai sekarang, belum hilang ingatan saya tentang ayahanda. Kemudian pada 2013 ibu saya meninggal, itu juga memukul saya. Benturan itulah yang mengispirasi saya,” ungkapnya. Ari Pahala Hutabarat, Sastrawan Lampung yang membedah buku Prof.Karomani tak heran dengan peluncuran buku puisi ini. Menurutnya setiap manusia memiliki sisi k­etertarikan pada sesuatu yang indah, ­ seperti halnya puisi. Begitu pun ­ Prof. Karomani. “Di luar negeri, banyak ­­­­

penyair yang juga akademisi. Namun di ­Indonesia sastra dalam pergaulannya seperti terasing dengan d ­ unia intelektual,” ucapnya. Menurut Ari, ada persoalan yang ingin dikomunikasikan Prof.Karomani yang lebih cocok diungkapkan lewat puisi ketimbang dengan makalah i­lmiah,” ucapnya. Buku yang memuat 56 puisi ini mengangkat persoalan-persoalan eksistensial seorang individu. Ari menerangkan, puisi ini lebih mengarah pada jenis puisi lirik. Dimana subjektifitas penulis sangat terasa pada setiap puisinya. Saat berada jauh dari rumah, puisi Prof.Karomani cenderung menjadi melankoli. Ia ingin berbagi sendu dalam puisinya. Melalui bukunya ini, Aom berpesan agar kita menyayangi sesama, terutama orang tua. “Bagi yang masih memilki orang tua jangan disia-siakan dan bergaulah tanpa ­ membeda-bedakan. Sebaik-baiknya manusia adalah yang berguna bagi yang lain.” ujarnya. Ahmad Mufid, anggota Kelompok ­Studi Kader (Klasika) yang juga hadir dalam peluncuran buku ini merasa terinspirasi. ­ “Bukunya mengispirasi, Pak Karomani juga mengispirasi. Beliau kan Warek yang harusnya bergaul sama jurnal-jurnal ilmiah tapi hebatnya bisa menciptakan sebuah puisi sampai menjadi buku.” ujarnya=

Teknokra-November 2018 Edisi 219

7


Kampus Ikam

KEMBANGKAN POTENSI LEWAT DESA BINAAN Oleh: Dhea Clara Salshabella FKIP-Tek: Mahasiswa FKIP Ekonomi me­ ngadakan Desa Binaan di desa Tanjung Agung, Lampung Selatan, Sabtu-Minggu (17-18/11). Mengusung tema "Pemberdayaan Masyarakat Desa Tanjung Agung dalam Pengelolaan Sumber Daya Ekonomi serta Pendidikan yang Kreatif, Inovatif, Religius dan Bersinergi", kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan potensi desa dengan ilmu yang didapat di kampus untuk diterapkan di masyarakat agar dapat dikembangkan bersama. Dalam serangkaian kegiatan Pra-Desa Binaan, mahasiswa Pendidikan Ekonomi memunculkan ide kreatif dalam bantuk produk Kopi Jagung. "Kami lihat di Katibung

ini ba­nyak sekali tanaman jagung dan kami berpi­kir untuk memanfaatkan potensi yang ada ini untuk membuat sebuah produk yang unik dan kreatif sehingga dari rapat bersama pa­nitia acara terbentuklah Kopi Jagung ini," kata Bayu Prasetyo (FKIP Ekonomi ‘17) selaku Ketua pelaksana. Ia menambahkan kegiatan ini mahasiswa baru Pendidikan Ekonomi 2018 dibagi menjadi sepuluh kelompok yang wajib membuat karya dan memiliki nilai jual. Selain itu para mahasiswa memberikan pelatihan kepada ibu-ibu di Tanjung Agung untuk belajar merajut. Hal ini dimaksudkan agar dapat membuat sebuah karya dari hasil merajut untuk dipasarkan dan menambah penghasilan=

FISIP TINGKATKAN KUALITAS Oleh : Rifqa A. Zenia FISIP-Tek: Menginjak usia ke-32, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung akan mendongkrak kualitas jurusan dengan peningkatan kualitas pendidikan dan pembaruan fasilitas-fasilitas yang diperlukan. Ketua Ikatan Alumni (IKA) FISIP, Frans Agung Mula Putra mengatakan FISIP dan IKA akan bekerja sama meningkatkan kualitas jurusan. “Tahun depan kita akan meningkatkan kualitas jurusan yang masih terakreditasi B seperti, Ilmu Peme­rintah dan Hubungan Internasional menjadi A,” jelasnya. Dekan FISIP Dr. Syarief Makhya menutur-

kan, kini FISIP tengah bekerja sama dengan Vietnam National University dan Leiden University guna internasionalisasi fakultas. “Kita lakukan dalam rangka mempercepat kinerja FISIP sesuai tuntutan lokal maupun internasional,” jelasnya. Sesuai dengan tema dies natalis ‘Kritis, Inovatif, Peduli’, Ketua Pelaksana Deden Kurnia Drajat, mengajak akademisi berpikir kritis. “FISIP harus kritis terhadap masalah sosial dan politik, inovatif, dan tentunya peduli,” ujarnya. Acara ini dibuka dengan konferensi Internasional Indonesia Conference on Interdisciplinary Studies (IICIS) (9-10/10/18) dan ditutup jalan sehat (27/10) =

FKIP TARGETKAN LOLOS PHBD 2019 Oleh: Sri Ayu Indah Mawarni

FKIP-Tek: Ratusan mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung mengikuti Workshop Progam Hibah Bina Desa (PHBD), Sabtu (17/11), di Gedung Dekanat FKIP. Pelatihan ini bertujuan meningkatkan kemampuan menyusun proposal, sehingga PHBD mahasiswa FKIP ditargetkan dapat lolos tingkat nasional pada 2019. Mengusung tema ‘Berkarya untuk Negeri Melalui Pengabdian di Tengah Masyarakat’ diharapkan kegiatan ini dapat meningkat-

8

Teknokra-November 2018 Edisi 219

kan rating Unila. Wakil Dekan Bidang Kemahasiswan dan Alumni FKIP, Riswanti Rini mengatakan mahasiswa harus berperan aktif dalam progam PHBD guna menumbukan kepedulian pada masyarakat. Salah satu peserta, Aprilia Nurul Puji ­Lestari (PG PAUD ’18) mengaku mendapat banyak pelajaran. “Berkarya pada negeri dengan ikut membantu dan memajukan desa-desa yang tertingal merupakan cara untuk pengabdian di tengah masyarakat,” ujarnya=

PERS BUTUH PERAN PUBLIK Oleh:Aghnia Nur Anisa

Unila-Tek: Peran media salah satunya sebagai kontrol sosial yang tercantum Undang-­ ­ Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999. Dalam mengontrol wartawan butuh peran publik untuk membantu menghasilkan berita yang berkulitas. Wakil Koordinator AJI Sumatra, Yoso Muliawan megutarakan hal itu dalam ­acara Diskusi “Refleksi Kontrol Sosial Media”, Sabtu (17/11). “Dengan publik memahami peran pers dapat memberi informasi, saran, bahkan kritik media saat ada kekeliruan. Gunakan hak UU Pers tentang Hak Jawab dan Koreksi untuk berita yang kurang berkanan oleh publik,” ujarnya. Selain diskusi, kegiatan yang dihelat Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandarlampung dan Magister Ilmu Komunikasi Unila juga melakukan nonton bareng film jurnalistik “The Thin Blue Lie” di Gedung Pasca Ilkom FISIP. Film yang berisikan tentang penyelahan wewenang wali kota itu guna mengedukasi pu­blik tentang peran pers sebagai kontrol sosial. Akademisi Ilmu Komunikasi Unila, Andy Corry mengatakan, fungsi media sebagai ­ kontrol sosial perlu lebih digalakkan. “Tidak memberitakan seperti baru-baru ini, ‘sontoloyo dan genderuwo’. Berita yang le­bih bermanfaat bagi publik dan dapat menjadi perbaikan pemerintah atas sebuah permasalahan,” ujarnya. Kegiatan ini terlaksana pula pendeklarasian pemilu damai 2019 oleh Direktur LBH Pers Lampung Hanafi Sampurna, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda­Lampung Komisaris Besar Sulistyaningsih, Kepala Subbagian Humas Polresta Bandar Lampung Ajun Komisaris Titin Maezunah,dan Direktur Yayasan Konservasi Way Seputih (YKWS) Febrilia Ekawati, serta para mahasiswa=

Peremajaan Air Mancur: Sejumlah pekerja sedang membersihkan kolam air mancur Unila. Rencananya akan dipasang Jam besar untuk civitas akademika Unila (19/11). (Foto: Retnoningayu Janji Utami)


Kampus Ikam

UKM SEHAT PRO KONTRA POSTER PAHLAWAN BEM-U SIAPKAN DANA 50 JUTA rupiah Oleh Mitha Setiani Asih

Oleh:Sri Ayu Indah Mawarni

Unila-Tek: Universitas Lampung kembali menyeleksi 32 UKM Universitas untuk mendapatkan dana UKM Sehat. Proses seleksi tersebut hanya akan meloloskan 10 UKM saja. Pada tahun ini Unila akan me­ngucurkan dana sekitar 50 juta rupiah, setiap UKM yang menang akan menerima dana senilai 5 juta rupiah. Program yang bertujuan untuk meng­ apresiasi kegiatan organisasi mahasiswa ini memasuki tahun ke dua. Kepala Subbagian Minat, Penalaran dan Informasi Mahasiswa, Rohana Sari menjelaskan, kriteria pemenang UKM Sehat dinilai dari reputasi, prestasi, keaktifan dalam berkegiatan di sekret. “UKM yang mendapatkan Dana UKM Sehat bisa menjadi contoh untuk lainnya. ­Selain itu, UKM juga bisa lebih meningkatkan reputasi dan prestasi mahasiswa,” ujarnya. Rohana menambahkan, dana UKM Sehat akan dicairkan rektorat akhir tahun 2018. UKM Kopma salah satu pemenang UKM Sehat tahun 2017 kembali mengikuti program ini. Ketua Umum Kopma Unila, Ikhwan Ferdian Widiarto (Akuntansi ’15), berharap teman-teman yang mendapatkan dana ini dapat memanfaatkannya untuk pengembangan UKM. “Tahun ke­ marin ikut dan dapat dana ini, uangnya digunakan untuk menambah fasilitas di Kopma. Dengan adanya Dana UKM Sehat ini Kopma bisa naik omzetnya,” ujarnya. Sama halnya dengan UKM Zoom, walaupun tidak menang di tahun 2017, tahun ini mereka tetap optimis mengikuti program UKM Sehat. Ketua UKM Zoom, Hernoza Santosa (Pesjaskesrek ‘14) menuturkan, tahun lalu UKM Zoom mengajukan dana UKM Sehat sekitar 8 juta rupiah untuk pembelian kamera, lensa dan properti pameran foto. “Tahun lalu tidak lolos. Semoga tahun ini bisa lolos, uangnya bisa dipakai untuk memperbarui background foto wisuda dan membuat studio foto,” harapnya=

Unila-Tek: Unggahan poster perayaan Hari Pahlawan oleh BEM Unila, Sabtu (10/11/18) menuai banyak pro dan kontra. Penyematan foto Pemimpin Front Pembela Islam (FPI), Habib Riziq Shihab dalam desain ucapan tersebut dipertanyakan oleh warganet. Beberapa pengikut akun instagram BEM-U seperti, Hafid Darmais Halan (Kimia ‘14) mengatakan hal ini tidak pantas dilakukan oleh BEM Unila sebagai lembaga independen yang mewakili seluruh mahasiswa tanpa melihat agama, suku, dan pandangan politik. Ia mengatakan, beberapa orang beranggapan jika hal itu mewakili salah satu ulama. Selain itu, Unila bukan dari agama islam saja melainkan dari berbagai agama. “Seperti yang kita ketahui HRS adalah pimpinan dari ormas yang telah mendeklarasikan arah dukungannya ke salah satu calon presiden, ini sangat disayangkan karena me­ ngatasnamakan mahasiswa,” ujarnya. Hal senada juga disampaikan Dimas Aji Sukma (Ilmu komputer ‘14), Ia juga me­ nyayangkan klarifikasi yang dilakukan pihak BEM Unila yang mengatasnamakan pihak pribadi bukan sebagai lembaga organisasi. Menurutnya konten yang ada di dalam akun lembaga organisasi maka menjadi tanggung jawab organisasi. Disisi lain Fadhil F (Sosiologi ‘14) mengatakan tidak ada yang salah dalam unggahan yang mencantumkan salah satu ulama perwakilan Indonesia Habieb Rizieq Shihab. Begitu pula Ahmad Naufal A. Caya (Ilmu Ko-

munikasi ‘14). “Ini bukan hal yang subtansial. Poster tersebut tidak ada unsur politik. Kita tidak bisa memaksakan bagaimana yang kreator inginkan. Mungkin HRS yang terlintas di otak kreator saat membuat desain,” ucapnya. Menurutnya BEM Unila pun tidak perlu meminta maaf terkait poster tersebut. Tetapi lebih baik jika meralat desainnya dengan yang baru. Poster yang kontroversial itu pun akhir­ nya ditanggapi BEM-U dengan postingan klarifikasi bahwa hal tersebut adalah kesalahan salah satu anggotannya. Dalam Klarifikasi yang diunggah akun instagram resmi BEM-U pada (13/11/18), dijelaskan bahwa unggahan itu merupakan inisiatif Menteri Komunikasi dan Informasi BEM-U, ­Ridwasnyah secara pribadi. Namun, saat berusaha diwawancara reporter Teknokra secara langsung, baik presiden atau Wakil Presiden BEM tidak bersedia memberikan keterangan lebih lanjut. Postingan tersebut akhirnya kini dihapus dari akun instagram resmi BEM Unila. Hal yang cukup menyedot perhatian warga Unila ini ditanggapi pula oleh Rektor Unila, Prof.Hasriadi Mat Akin, dirinya menegaskan Habib Riziq Shihab bukanlah pahlawan nasional sebelum ditetapkan pemerintah. “Secara kelembagaan Universitas Lampung tidak mengakui Habib Riziq Shihab sebagai pahlawan nasional sebelum ditetapkan pemerintah,” tegasnya. Dirinya juga menghimbau seluruh mahasiswa agar tidak membawa nama Unila ke dalam politik lembaga pemerintahan =

Pelepasan: Prof. Hasriadi Mat Akin memberikan penghargaan ke para dosen FMIPA yang berprestasi. Kegiatan tersebut salah satu rangkaian Dies Natalis FMIPA Unila (Foto: Alfanny Pratama F.) .

Teknokra-November 2018 Edisi 219

9


Judul buku Penulis Penerjemah Penerbit Cetakan ke-13 Jumlah Halaman ISBN

: Perempuan di Titik Nol : Nawal el- Saadawi : Amir Sutaarga : Yayasan Pustaka Obor Indonesia, : Maret 2018 : 176 halaman : 978—602-433-438-3

Pelacur Suci Dibalik Jeruji Besi Oleh: Retnoningayu Janji Utami

"Semua perempuan adalah pelacur dalam satu atau lain bentuk. Karena saya seorang yang cerdas saya lebih memilih menjadi pelacur yang bebas daripada menjadi seorang istri yang diperbudak. Setiap saat saya memberikan tubuh saya. Saya kenakan harga yang paling tinggi"

10

Teknokra-November 2018 Edisi 219


Resensi Buku Firdaus memberikan harga untuk dirinya. “Setiap orang punya harga, dan setiap profesi dibayar gajinya,” ujarnya dalam sel kepada Nawal el-Saadawi saat menunggu hukuman gantungnya dilaksanakan. Nawal ialah seorang penulis, aktivis perempuan dan dokter dari Mesir. Novel ‘Perempuan di Titik Nol’ diangkat dari cerita nyata di tahun 1973. Cerita dari sebuah sel di penjara, yang tanpa disangka penulisnya sendiri kembali sebagai yang dipenjarakan tahun 1984. Firdaus menjadi tokoh sentral dalam novel garapan Nawal El-Sadaawi. Berakar permasalahan hak asasi perempuanperempuan di Mesir. Masalah kesetaraan gender tidak hanya terjadi di Mesir, namun layak menjadi permasalahan universal. Firdaus lahir dengan budaya patriarki yang berkembang di Mesir, di mana status digariskan dari darah sang ayah. Lelaki dianggap superior, selalu diutamakan daripada perempuan. Budaya patriarki juga berkembang subur di Indonesia, di mana perempuan masih menjadi nomor dua. Peraturan yang dibuat pemerintah juga kurang ramah Kasus terhadap perempuan. Hal tersebut terlihat dari Undang-Undang No. 1 tahun seperti ini 1974 tentang Perkawinan. Pada pasal 4 UU Perkawinan menyatakan seorang juga terjadi di suami diperbolehkan beristri lebih dari seorang apabila istri tidak dapat Indonesia, mengutip menjalankan kewajibannya, mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dari laman jawapos.com dapat disembuhkan dan tidak dapat melahirkan keturunan. Hal ini menjadikan Komisi Perlindungan Anak pernikahan sebagai sesuatu relasi biologis semata. Pada masa kecil Firdaus, Indonesia (KPAI) menyebutkan ada ketika adik perempuan nya meninggal, sang ayah akan melakukan rutinitas 116 kasus kekerasan seksual pada anak di sepeti biasa. Makan malam, lalu pergi tidur. Namun, jika anak laki-lakinya tahun 2017. Pelaku dari kejahatan ini juga yang meninggal karena kedinginan di Musim dingin, lalu muntaber di berada di lingkungan terdekat sang anak. musim panas, Ayah Firdaus akan memaki dan memukuli ibunya, makan Seperti tetangga, paman, saudara sepupu, bahkan malam lalu tidur. Memberikan pendidikan tinggi untuk anak perempuan yang lebih parahnya lagi sang ayah. Walaupun begitu, juga masih dianggap sia-sia, karena secara kodrati ‘katanya’ tugas lewat Pamanya juga Ia bisa melihat Kairo. perempuan adalah di rumah, mengurus keluarga. Berdasarkan Mengendus aroma perpustakaan sekolah, berimpian Catatan Tahunan (Catahu) Komnas Perempuan tahun 2017, tercatat menjadi insinyur,dokter, revolusioner, atau kepala negara ada 259.150 kasus kekerasan terhadap perempuan dilaporkan. Di sekalipun. Namun, nasib memang tidak pernah berpihak pada ranah rumah tangga, kekerasan terhadap istri menempati perempuan. Jadilah ia perempuan dari profesi yang diciptakan peringkat pertama 5.748 kasus. Hal ini memperlihatkan masih laki-laki. Firdaus berlari dengan penuh ketakutan di antara terjadinya praktik kekerasan berkedok pernikahan. Alif, Ba, keramaian. Entah lelaki mana yang pertama mengambil keperawaJim, Dal, adalah pelajaran pertama yang didapatkan nannya. Lewat udara segar di sepanjang Sungai Nil, napasnya berderu Firdaus. Bukan dari Ibu atau ayahnya, melainkan pamanbersama decit kasur pada malam ini dan malam-malam setelahnya. nya. Melaluinya Firdaus haus akan ilmu pengetaNovel berbalut sastra ini menjadi kritik pedas terhadap perlakuan huan, buku- buku, pengalaman baru, dan berambisemena-mena kaum lelaki yang terjadi pada perempuan di Mesir. Nawal si pergi mengunjungi El Azhar tempat pamanya secara terang-terangan membuka kehidupan seorang pelacur sukses tidak sekolah. Dari tangan kekar paman, Firdaus dari sudut pandang kebanyakan. Sedari awal memang diceritakan kehidupan mengerti huruf, juga bisa merasakan Firdaus sangat menyayat siapapun yang membacanya. Namun, Ia tidak kenikmatan pada satu titik di antara tumbuh menjadi karakter yang lemah dalam memerangi kehidupan. Firdaus kedua pahanya. Ketika pamanya menjadi pelacur yang anggun, berkelas, dan terhormat mirip karakter mengangkat galabeya (baju Dewi Ayu dalam novel, ’Cantik itu Luka’ milik penulis Eka Kurniawan. Kaum panjang) ke atas pahanya revolusioner yang ‘katanya’ membela hak-hak orang-orang yang tertindas, malah secara sembunyimenukar prinsip denga uang. Tak ubahnya seks, yang dapat diperjualbelikan. sembunyi. Kaum-kaum berintelektual dengan pangkat dan kekuasaan tertinggi pada suatu negara nampaknya juga tidak menjamin mereka berbudaya dan bermoral. Menjual istilah patriotisme, Firdaus diminta berjuang dengan tubuhnya. Novel ini menjelaskan kebusukan-kebusukan para lelaki Mesir dari berbagai profesi mulai dari dokter, wartawan, guru, polisi, pangeran, hingga penguasa negara yang bisa melakukan aksi-aksi biadap. Sebagai seorang pelacur Firdaus sembunyikan rasa takutnya dibalik solekan wajahnya yang rupawan. Namun, hal ini tak berarti pelacur akan menundukan kepala dan menempatkan dirinya pada kelas sosial terendah. Kematian seorang Germo, membuat Firdaus mampu berjalan dengan kepala tegak, membuat pandangannya lurus, dan siap mengangkat tangan serta menghujamnya ke muka. Dalam novel ini, kaum lelaki menjadi fokus yang selalu dipersalahkan. Beberapa tokoh perempuan seperti istri juga dilukiskan sebagai seseorang yang juga takut terhadap kekuatan seorang suaminya. Memukul menjadi hal yang bisa diterima jikalau istri dianggap melawan. “Seorang pelacur yang sukses lebih baik dari seorang suci yang sesat,” jerit Firdaus sebelum hukuman gantung diterimanya demi sebuah k e b e n a r a n .

Teknokra-November 2018 Edisi 219

11


TAKHTA Berkat Kata-Kata Oleh: Alfanny Pratama Fauzy

Kata-kata adalah kunci. Aku menang berkat kata-kata. Kata-kata mampu mengasingkan Raja dari istana, merebut kursi kekuasaan, dan menjebaknya dalam kehampaan di usia senja.

B

ertelanjang dada, Raja Lear yang bercelana pendek hitam menghentak-hentakan tubuhnya ke lantai panggung. Di bawah lampu sorot merah tubuhnya bergelimpangan. Iringan instrumen musik menambah suasana kengerian di awal pentas. Tubuhnya tergeletak, rambut gondrong jagungnya berantakan, lusuh seperti orang terbuang. Jauh dari kesan seorang Raja Asia. “Siapa Aku? Aku Siapa?” Lelaki itu mempertanyakan keberadaanya, asal usulnya. Pandanganya kosong, raut wajahnya mengajak penonton untuk berbelas kasih. Digerakan badannya tak beraturan. “Kau adalah Raja” jawab seorang Badut bertubuh jangkung atas amnesia sementaranya. “Datuk itu raja, hidup datuk hanya sebatas istana yang tak tahu apa-apa tentang bayi sekarat dan lapar menangis minta susu dari ibu-ibu yang air susunya kering,” ucap badut yang membawa penonton tertawa melalui tingkah dan penampilannya yang jenaka. Raja Lear teringat akan keberadaanya sebagai seorang Raja. Tubuh kurusnya dibungkus jubah merah, bertopi anyaman coklat muda berselip

12

Teknokra-November 2018 Edisi 219

bu­ nga mawar merah dan berbingkai kacamata hitam. Simbol penuh kemegahan seorang Raja. Lelaki tua yang diperankan Alexander G.B itu memperkenalkan dirinya sebagai Raja Lear Asia. “Wahai Ayahandaku, Kau adalah Raja yang sangat diagung-agungkan oleh rakyatmu,” ucap putri sulungnya mengingat Lear. Melalui rangkaian kata-kata yang indah, Putri sulungnya kerap memuji dan mengagumi betapa hebatnya Lear dalam memimpin jutaan rakyatnya. Kata-kata manis itulah yang membuat Raja Lear teperdaya olehnya. Senyum culas mengembang di wajah Putri Sulung, tatkala ayahanda dengan bangga menaruh kepercayaan kepadanya. Di lain hal, Raja kecewa dengan si Bungsu yang hanya membisu. Nasihat si Badut pun berlalu begitu saja hingga sang Raja pergi berlibur. Badut selalu mengingatkan Raja Lear untuk memikirkan rakyat, bukannya liburan bermewah-mewahan. Seperti mandi menggunakan bath tub yang disimbolkan dengan keranjang. Ataupun bersenang-senang bersama selir cantik sambil mendengarkan suara jangkrik. Suara hiruk pikuk seperti sirene dan kebisingan kota juga kerap diha­

dirkan dalam beberapa adegan dalam pentas ini. Badut selalu memperingatkan kepada raja bahwa kekosongan kekuasaannya itu berbahaya. Ia terus mengatkan jikalau akan terjadi sesuatu dengan takhtanya. Badut pun bertaruh dengan Raja mengenai akan terjadinya perebutan kekuasan, Badut mengingikan posisi raja dalam waktu dekat. “Belum ada sejarahnya seorang Badut berdiri di singgasana,”ucap Raja Lear. Lakon Lear Asia karya Rio Kishida dengan mengacu pada King Lear karya William Shakespeare ini diracik apik Sang Sutradara, Ari Pahala Hutabarat. Tak hanya ­akting, permainan emosi juga hadir dalam tarian dan musik. Menghindari suasana yang meonoton, Ari menampilkan sembilan penari berpakaian hitam dengan sabuk merah semakin tegas dengan irama dan gerak khas tarian sumatera. Tarian ini merupakan perwujudan watak-watak Putri ­Sulung. Sepulangnya raja dari berlibur, ramalan si badut terjadi. Putri sulung yang diperankan Erma Yunita (UKMBS Unila) berhasil mengambil alih kekuasaan. Perebutan ­takhta ini semakin epic dengan adegan


Seni Foto-foto: Alfanny Pratama Fauzy

persilatan antara abdi Raja Lear dan pengawal Putri Sulung. Takhta yang disimbolkan dengan kandang burung diberikan oleh Panglima kerajaan kepada Putri Sulung. “Jangan sakiti ayah,” Si Putri Bungsu akhirnya berkata-kata. Matanya yang sendu melihat semua penghianatan, keserakahan dan kemunafikan di dalam istana. “Kata yang berjanji senantiasa lenyap bagai asap. Jangan kau anggap kebisuan adalah kebajikan! Kata-kata adalah senjata! Aku menang, berkat kata-kata,”ucap Putri Sulung. Suasana haru ditangkap penonton melihat Putri Bungsu yang cantik dibunuh panglima kerajaan atas perintah saudara kandungnya. “Tak setiap musim, kuncup kehidupan mekar di kala fajar. Cinta lahir memabawa sifat binatang , bunga-bunga lahir mengandung racun,” ungkap Abdi setia Lear yang harus tewas ditangan panglima kerajaan. Pasangan kekasih ini akan menghabisi siapa saja yang menghalangi muslihat ­jahatnya. Tak ada lagi kata-kata pujian untuk Raja. ­Sapaannya kini menjadi sarkas dan penuh makna. “Jadi kamu kembali? Kalau begitu aku akan menyiapkan kandang kuda? Atau kamu memilih penjara?” ujar Putri Sulung. Hal itu membuatnya kecewa, terlebih dengan melihat kematian Putri Bungsunya. Aktor Alexander G.B. berhasil membawa suasana menjadi haru lewat gerak t­ubuh. Ekspresi kesedihan, kehilangan, penghianatan membuatnya semakin hampa. Kematian dengan iringan lagu perawan maria secara lembut membungkus kehampaan Raja Lear di usia tuanya. Tubuhnya ringkih, tersungkur ke tanah yang dipeluk erat oleh Badut. Pementasan selama dua jam ini, berakhir dengan ditikamnya Raja Lear oleh Putri Sulung Ari menuturkan, pementasan Lear Asia ini sebuah gambaran tentang pemimpin atau raja yang dapat hancur melalui pujian-pujian. “Raja yang hancur karena hasrat ingin dipuji. Kata-kata indah memang bentuk apresiasi. Namun dibaliknya belum tentu itu setia, bisa saja itu sebuah tipuan hingga lupa dengan tugasnya,” tuturnya. Pimpinan Komunitas Berkat Yakin (Kober) menambahkan, lakon ini masih relevan dengan keadan sekarang. “Kondisi ini masih terjadi di sekitar kita dengan tipu daya berbagai cara apapun untuk merebut kekuasaan dan mempertahankan, hingga nyawa menjadi taruhan,” ungkapnya. Ari pun menyanyangkan sikap pemerintah yang tidak menyambut baik pementasan ini dengan tak adanya gelontoran dana. “Hampir dikatakan tidak ada, sedangkan kita harus berjuang, tampil keren. Padahal sudah masuki proposal dana tapi tidak ada yang dikasih, hal ini menghambat berkembangnya teater Lampung,” keluhnya. Lakon Lear Asia ditampilkan secara meraton sebagai rangkaian acara Pekan Teater Nasional 2018 yang dimulai dari Bandarlampung, Tulang Bawang Barat, dan ditutup Taman Ismail Marzuki Jakarta=

Teknokra-November 2018 Edisi 219

13


Oleh: Faiza Ukhti Annisa

U

sia petani di 足I n d o n e s i a semakin tua lan足 taran tak banyak generasi muda yang me足 neruskannya. Tahun 2013 BPS mendata jutaan petani di

14

Teknokra-November 2018 Edisi 219

I足 ndonesia dalam kelompok usia. Dari total 26.135.469 petani yang terdata, kelompok usia 45-54 tahun memiliki jumlah terbanyak: 7.325.544 orang. Jumlah terbesar kedua pada kelompok usia 3544 tahun (6.885.100 orang) dan jumlah ketiga dan keempat pada kelompok usia lebih tua lagi, yakni 55-64 tahun (5.229.903 orang). Sementara kelompok usia lebih dari 65 tahun sebanyak 3.332.038 petani.

Sedangkan jumlah petani muda di kelompok 25-35 sebanyak 3.129.644 orang. Semakin usia ke bawah pun semakin sedikit. Pada kelompok usia 15-24 tahun, jumlah petani hanya 229.943 orang. Jumlah paling sedikit pada kelompok di bawah usia 15 tahun, yakni 3.297 orang. Selain itu, kebanyakan dari mereka memiliki tingkat pendidikan rendah. Dari surveiyang sama, sebanyak 32,7% tidak tamat SD,


Ilustrasi: Retnoningayu Janji Utami

Komunitas

sebanyak 39,9% tamat sekolah dasar, dan sebanyak 27,4% berpendidikan SMP ke atas. Fenomena itu menjadi keprihatinan pemuda-pemuda di Lampung yang optimis pertanian bisa berkembang. Pemuda-pemuda membentuk sebuah komunitas Petani Muda Lampung. Mereka adalah Ari Setiawan, ­Surahman, Muhammad Andi Safei, Rahmawati Sa’diyah, Retno Kurnia, Bertha Braja,

Eka Setiawati dan Maya Puspita Sari. Kebanyakan dari mereka adalah mahasiswa pertanian, sebagian lagi berasal dari latar belakang pendidkan. Komunitas yang berdiri 23 Maret 2016 ini percaya perkembangan ilmu pengetahuan dan ­teknoklogi pertanian adalah sebuah peluang. Stigma bahwa petani bukanlah profesi yang menjanjikan juga menjadi tantangan untuk dihilangkan, sebab Komunitas ini percaya pertanian adalah sektor yang menjanjikan terutama dalam wirausaha. Dengan tagline “Learn, Care and Share”, Ari Setiawan, pendiri sekaligus ketua ­ komunitas menjelaskan, komunitas ini adalah wadah untuk belajar bagi anggota tentang teknik pertanian modern dan kemudian ikut mengajarkannya kepada masyarakat. Anggota komunitas juga dituntut untuk care atau memiliki kepedulian sosial terutama dalam bidang pertanian. Kemudian Share, yaitu berbagi kepada siapapun yang ingin belajar mengenai ilmu pertanian. Untuk mewujudkan itu, komunitas Petani Muda Lampung aktif mengedukasi masyarakat dalam mengajarkan teknik pertanian, terutama sistem tanam organik, hidroponik dan tanaman hias. Awan-panggilan Ari- menyadari, permasalahan pertanian tidak berkembang di Indonesia juga akibat tidak seimbangnya jumlah lahan dan jumlah petani. Misalnya, di daerah yang lahan pertaniannya luas memiliki sedikit ahli bidang pertanian, sedangkan di daerah yang memiliki sedikit lahan memiliki banyak ahli pertanian. “Intinya ada ketimpangan antara ­­ kemauan dan fasilitas, fasilitas ada, l­ahan ada, tapi yang garap gak ada, yang ingin garap ada tapi lahannya gak ada. Kami juga ingin mewadahi itu,” jelasnya. Dia ingin mengajak pemuda-pemudi untuk ikut berkontribusi dalam memaju­ kan pertanian, terutama mahasiswa pertanian. Menurutnya, mahasiswa pertanian adalah orang-orang yang s­eharusnya turun ke lahan, menjadi penjembatan ilmu pengetahuan kepada petani. Awan meyakini selagi manusia masih makan nasi dan sayuran maka profesi petani masih menjanjikan. Dengan memanfaatkan teknologi dan cara kreatif dalam bertani, Komunitas Petani Muda Lampung berusaha mendekatkan diri d ­ engan mahasiswa dan anak-anak usia dini. Peluang Wirausaha Komunitas Petani Muda Lampung memiliki 3000 lubang tanam hidroponik dari 9 mitra yang tersebar di bandarlampung, lampung selatan, dan pesawaran. Mitra adalah lembaga atau perorangan yang mereka ­dampingi

sejak awal proses penanaman hingga masa panen. Sistem mitra dipakai untuk mendorong masyarakat bertani hidroponik dengan lahan sempit. Hidroponik juga dipilih untuk mendekatkan pertanian dengan anak muda dan anak usia dini. Diniyah Puteri adalah salah satu mitra Komunitas Petani Muda Lampung sejak 2017 lalu. Dengan tiga instalasi yang siap panen, para santri dianggap sudah mandiri. Hasil panen dipasarkan ­ kepada guru dan wali murid yang datang, tak sampai tiga hari selalu habis terjual. Dalam satu tahun mereka sudah meraih keuntungan hingga Rp 30 Juta rupiah ­ di tinggkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Alliyah. Menurut Awan, Diniyah Puteri adalah contoh mitra yang ingin komunitas hasilkan, mampu mandiri dan berdaya. Komunitas Petani Muda Lampung dan mitra juga bekerja sama dalam penjualan. Sulitnya menjual hasil panen dengan h ­ arga yang sesuai menjadi alasan mereka ikut menjembatani itu. Harga yang ditawarkan tengkulak dinilai tidak sesuai dengan biaya produksi. Dengan menjamin kualitas sayuran yang baik, sehat dan bebas pestisida komunitas ini berani mematok harga. Produk sayuran mereka biasanya dijual di pasar swalayan dan pasar tradisional. Bagi yang tidak ingin repot bisa melakukan pemesanan. Jenis tanaman yang dikembangkan adalah sayuran daun seperti pakcoy, kangkung, b ­ ­ayam merah, bayam hijau, p ­agoda, caisim, daun mint, selada hijau. Mereka juga membudidayakan tanaman hias yang lebih digemari anak muda. Komunitas ini menerima jasa pembuatan instalasi hidroponik, pembuatan green house, pemesanan sayur dengan sistem pesan antar dan penjualan bibit tanaman. Informasi mengenai Komunitas Petani muda Lampung bisa diakses di instagram Petanimuda.lampung dan di situs tanimu.id . Salah satu pendiri komunitas, Eka S ­ etiawati mengatakan, dalam menjalankan komunitas, mereka membaginya ke dalam dua bagian, yaitu Komunitas Petani Muda Lampung dan Karya Petani Muda. Komunitas bergerak dalam bidang sosial, sedangkan Karya Petani Muda bergerak dalam bidang wirausaha. Pemisahan ini dilakukan agar keduanya bisa berjalan secara profesional. “Lembaga bentuknya sosial itu beda pegelolaannya dengan usaha, kami ingin keduanya berjalan dengan baik dan menciptakan petani yang mandiri,” tambahnya. Eka mengatakan, berharap nanti komunitasnya dapat menjual bibit sayuran mereka sendiri. Tapi, saat ini mereka akan terus me­ ngajak masyarakat untuk gemar bertani=

Teknokra-November 2018 Edisi 219

15


Ilustrasi: Retnoningayu Janji Utami

16

Teknokra-November 2018 Edisi 219

In


n tif isia sen

cabut ,

Mega aksi di tahun 2018 atas nama Aliansi Gerakan ­Mahasiswa Unila Berdaulat, rugikan mahasiswa ­berprestasi hingga Rp 70 juta rupiah. Selain itu, dana insentif untuk mahasiswa ­berprestasi sekitar 200-an Juta terancam hilang di tahun 2019. Oleh: Tuti Nurkhomariyah dan Mitha Setiani Asih

Teknokra-November 2018 Edisi 219

17


Wahai kalian yang rindu kemenangan, wahai kalian yang turun ke jalan, demi mempersembahkan jiwa dan raga untuk negeri tercinta…” masih terngiang ribuan massa aksi dari berbagai fakultas bernyanyi dan memadati jalan di depan gedung rektorat Unila, Selasa, (2/10/2018). Tak hanya itu, selama dua malam, (2-3/10/2018), Aliansi Gerakan Mahasiswa Unila Berdaulat menduduki ruang kerja rektor­ ­Universitas lampung. Tuntutan yang paling keras disuarakan ialah dicabutnya Peraturan Rektor No 03 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pemberian Penghargaan Dan Sanksi Kepada Mahasiswa Universitas Lampung. Kamis, (4/10/2018), Jendral Aliansi Mahasiswa Berdaulat menginformasikan bahwa Peraturan Rektor No 3 Tahun 2017 berhasil dicabut. Ekspresi kemena­ ngan muncul dari diri para demonstran yang telah berhari-hari memperjuangkan hal ini. Walaupun begitu, rupanya aksi yang melibatkan ribuan massa ini meninggalkan kerugian bagi mahasiswa berprestasi. Pencabutan Peraturan Rektor No 3 Tahun 2017 ini sebagai penanda berakhirnya pula dana insentif yang akan diterima mahasiswa berprestasi. Peraturan Rektor No. 3 Tahun 2017, selain mengatur tentang sanksi juga me­ ngatur tata cara pemberian penghargaan kepada mahasiswa berprestasi. Hal ini termaktub pada Bab IV Pasal 4 tentang penghargaan dan Bab VII pasal 8 tentang tata cara pemberian penghargaan. Pada Bab IV Pasal 4 ayat 2, mahasiswa berprestasi dapat menerima penghargaan dalam bentuk: Pembebasan sebagian atau seluruh uang kuliah tunggal (UKT), beasiswa, bantuan penggandaan tugas akhir, bantuan berupa uang dan/atau barang, piagam/plakat penghargaan mahasiswa berprestasi, piagam/plakat penghargaan wisudawan terbaik. Secara teknis pemberian penghargaan dapat dilaksanakan setelah keluarnya Surat Keputusan (SK) rektor. Penyerahan penghargaan secara simbolis tahap pertama berupa dana insentif diberikan Rektor Unila, Hasriadi Mat Akin pada Upacara Kemerdekaan ke-73 Republik Indonesia (17/8). Penyerahan penghargaan itu menjadi terakhir di tahun 2018. Pasalnya SK pencairan dana penghargaan yang mengacu pada Peraturan Rektor No 03 Tahun 2017 yang telah dicabut, tidak berlaku lagi.

Mahasiswa berprestasi kehilangan dana insentif Kamis, (11/10/2018) Sebanyak 22 perwakilan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), 1 orang perwakilan DPM, dan 4 orang anggota BEM melakukan audiensi dengan Jendral Aliansi Mahasiswa Berdaulat, Muhammad Fauzul Adzim (Hukum’14) di ruang sidang lantai 2 Grha kemahasiswaan Unila. Hal ini disebabkan, aksi pencabutan Peraturan Rektor No 3 Tahun 2017 tersebut dinilai merugikan mahasiswa berprestasi, terutama bagi organisasi mahasiswa di Unila. Fauzul Adzim mengatakan peraturan rektor subjektif. Peraturan yang disosialisasikan hanya pemberian penghargaan saja, namun kenyataan di lapangan lebih ditekankan pada pelanggaran dan pemberian sanksi. “Kalau mau memberikan penghargaan tinggal beri penghargaan. Universitas Lampung harus­ nya berpikir, pemberian penghargaan tanpa daya paksa tetapi dengan kasih sayang

18

Teknokra-November 2018 Edisi 219

­ irinya kepada mahasiswa,” tuturnya. Fauzul d mengatakan akan meminta khusus kepada pihak rektorat agar dibuatkannya skema pemberian penghargaan terhadap mahasiswa berprestasi. Dalam audiensi tersebut, Ketua UKMBS, Warih Winardi (Teknik Mesin’14) merasa kecewa. Menurutnya pemberian penghargaan terhadap mahasiswa berprestasi adalah salah satu apresiasi kecil pihak rektorat. Dengan hilangnya penghargaan ini, bisa menurunkan semangat berprestasi mahasiswa unila. “Saya rasa sikap mereka terlalu arogan dan egois, sebab mereka mengatasnamakan seluruh mahasiswa Universitas Lampung. Tetapi kami sebagai mahasiswa juga, merasa ada hal yang tidak disepakati bersama,” ujarnya. Hal senada juga disampaikan oleh ­­Yunita Irawati Solin (Administrasi Negara’15), menurutnya jika aksi Gerakan Mahasiswa Unila Berdaulat adalah menyuarakan suara

mahasiswa, maka menurutnya mencabut Peraturan ­ Rektor Nomor 03 bukan suara mahasiswa yang tergabung dalam UKM. Karena yang dituntut sebelumnya bukan pencabutan keseluruhan Peraturan R ­ ektor Nomor 03, namun beberapa pasal yang dirasa mengganggu aktivitas organisasi mahasiswa.“Saya sangat tidak setuju dengan pencabutan peraturan rektor nomor 03, di dalam dunia akademik kita membutuhkan peraturan. Walaupun di dalam peraturan rektor tersebut terdapat pasal yang menggangu aktivitas UKM, tetapi bukan berarti mencabut seluruh peraturan,” ujarnya. Ia menambahkan, banyak mahasiswa yang turun aksi namun tidak mengetahui isi peraturan rektor no 3 secara keseluruhan. “Mereka menjemput peserta aksi ke setiap fakultas-fakultas, yang notabenenya mahasiswa baru. Saya bertanya kepada salah satu peserta aksi tentang apa isi tuntutan aksi tetapi dia tanya kembali ke teman-temannya yang ternyata juga tidak tahu isi dari t­untutan aksi,” timpalnya. Audiensi ini akhirnya berlanjut ke ruang ­kerja Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Jumat, (12/10) Dalam audiensi ini hadir perwakilan UKM Menwa, Teknokra, Pramuka, UKMBS, Zoom, KSR, Pencak Silat, dan tapak suci. Prof. Karomani mengatakan Pencabutan Peraturan Rektor Nomor 03 tahun 2017 berdampak terhadap pemberian penghargaan mahasiswa berprestasi yang diatur dalam SK 1526. “Padahal peraturan tersebut sudah ­disosialisasikan sejak setahun yang lalu. Sudah dimasukan pada buku panduan propti tahun 2017,” jelasnya.

“Pangkal dari pe­ raturan yang mengatur dicabut maka t­urunan yang di bawahnya tidak dapat b ­erfungsi kembali. Sebab teknis untuk mencairkan dana adalah d ­ engan adanya ­lampiran SK1526,” jelas ­Karomani.


LAPORAN UTAMA

Menurutnya penghargaan ini adalah cara memacu semangat mahasiswa untuk berprestasi di tingkat nasional dan internasional. “Saya harap pemberian penghargaan ini masih bisa berlanjut, saya akan konsultasi ke tim advokasi hukum Unila, kami akan ­rapatkan bersama untuk kelanjutan masalah pemberlakuan SK pemberian penghargaaan ini,” tambahnya. SK 1526 Sudah Tidak Berlaku Rudi, dosen Hukum Tata Negara Unila me_ngatakan, bahwa segala peraturan rektor merupakan turunan dari statuta unila. Statuta unila adalah dasar dari keseluruhan kegiatan baik akademik maupun kemahasiswaan di unila termasuk etika, penghargaan, tugas dan kewajiban baik dosen maupun mahasiswa dan itu di tetapkan pe­ raturan menteri. Mahasiswa itu terikat peraturan yang dibuat oleh unila karena adanya statuta tersebut.

penghargaan mahasiswa berprestasi. Rencana pemberian dana ini telah ada sejak tahun 2017 dengan mengacu pada peraturan rektor no3 tahun 2017. Namun, baru direalisasikan pencairannya di tahun 2018. Pencairan tahap pertama dilaksanakan pada bulan S ­eptember sebesar Rp203.937.500, dan sebelum aksi terjadi direncanakan bulan desember nanti akan dilakukan pencairan tahap kedua. Pencairan dana penghargaan mahasiswa berprestasi ini mulanya mengacu pada SK No.04/UN26/KM.08/2017 tentang Penetapan Pemberian Penghargaan Bagi Mahasiswa dan Pendamping Berprestasi I­nternsional dan Nasional. Kepala Subbagian Minat, Penalaran, dan Informasi Kemahasiswaan, Rohana Sari mengatakan, dalam praktiknya pemberian penghargaan ini mengacu pada surat keputusan (SK) yang baru, yaitu SK 1526/UN26/KM/2018. Menurutnya dana yang dapat dicairkan hanya Rp273 Juta, sehingga

“Sebenarnya apa keluhannya? Mana norma yang tidak baik? Inikan masih bisa dikomunikasikan. Tuntutannya harus mencabut, kalau tidak akan menduduki. Ini namanya kehilangan kewarasan intelektual,” tukas Rudi. Dirinya juga menyinggung anak hukum yang turut berdemo kala itu, tidak memahami mekanisme perubahan. Budiyono, Kepala Jurusan Hukum Tata Negara, membenarkan Peraturan rektor ­ nomor 03 sudah tidak berlaku. Seluruh peraturan yang berada dibawah peraturan tersebut dan SK-SK yang dikeluarkan berdasarkan peraturan tersebut sudah tidak berlaku dikarenakan tidak ada payung hukumnya. Termasuk SK 1526 yang digunakan untuk mencairkan dana penghargaan mahasiswa berprestasi. Menurutnya, mahasiswa harus mengkaji dampak pencabutan peraturan tersebut sebelum turun aksi. Tidak semua peraturan rektor nomor 03 itu salah. “Seharusnya yang dicabut hanya pasal-pasal yang dirasa merugikan. Tindakan seperti ini merugikan kepentingan mahasiswa lainnya seperti ­hilangnya pemberian penghargaan terhadap mahasiswa berprestasi,” ungkapnya. Dana Insentif senilai Rp 70Juta gagal cair Pada tahun 2018 ini Unila menganggarkan dana senilai Rp270 Juta untuk pemberian

turunlah SK1526 yang tidak dikategorikan tingkat nasional dan internasional untuk pencairan dananya. “Tidak ada pemotongan uang penghargaan bagi mahasiswa unila. Potongan 5% itu adalah pajak,” jelasnya. Pada 20 September lalu, Berdasarkan SK Rektor No 1526 Unila telah mentransfer dana insentif kepada 84 mahasiswa berprestasi. Namun, berdasarkan bukti transfer yang dimiliki bidang kemahasiswaan, ada 9 anak yang gagal menerima dana dikarenakan kesalahan nomor rekening. Namun, hal ini sudah diatasi, mereka sudah dapat menerimanya. Pada pencairan dana insentif tahap kedua, ada 9 nama yang akan gagal menerimanya di bulan desember. Berdasarkan data dari BAK unila, sembilan orang yang seharusnya menerima dana insentif tersebut ialah Lufia Nuzulika, Ilham Sanjaya, Decgrist Pratiwi, ­ Arum Sage Cani, Endah Cahyani, Wahyudi, Yahdinata, Yogi Endii Hermawan, Agnes Trilansia Pratiwi, UKPM Teknokra, Yuda Eka Prasetya, M Sugiarto, Novan Efendi, Indri Ramadhanti, dan Kevin Joan. Yogi Endi Hermawan (THP’15) peraih juara 2 nasional di Pekan Ilmiah Nasional kategori umum yang seharusnya menerima peng-

hargaan di bulan Desember mengaku sedih dengan hilangnya penghargaan bagi mahasiswa berprestasi ini. Menurutnya apresiasi rektorat bagi mahasiswa yang berprestasi dapat memacu semangat berprestasi mahasiswa. “Tadinya mahasiswa sudah dipacu untuk berprestasi secara maksimal, dengan hilangnya penghargaan ini mahasiswa semangatnya berkurang. Padahal ini bisa memacu mahasiswa lainnya untuk ikut berprestasi,” ujarnya. Hal senada juga disampaikan Yuda Eka Prasetya (Sosiologi’15), “Hal ini sangat ­ disayangkan pertama kalinya pemberian penghargaan bagi mahasiswa berprestasi namun tidak bisa berkelanjutan. Saya ­kecewa sih, selama saya kuliah belum pernah mendapatkan apresiasi, tapi di bulan Agustus kemarin saya senang mendapatkan apresiasi bersama teman-teman ESo lainnya,” ungkapnya. Hal ini juga disayangkan Indri Ramadhanti (Juara 3 Kejuaraan Piala Mendagri 2018 di Sulawesi Tengah, Palu) Penjaskes’15 men­ gatakan penghargaan bagi mahasiswa berprestasi menjadi angin segar untuk para atlet. ­Sebagai atlet untuk mendapatkan prestasi ,wajib latihan 3 kali sehari. Altlet membutuhkan uang akomodasi untuk menuju tempat latihan dan membeli alat penunjang latihan. Jika penghargaan tersebut kembali tidak ada maka akan menyulitkan atlet yang ingin berprestasi secara maksimal. “Saya berharap rektor dan WR 3 tetap memperjuangkan anggaran dana tersebut, kami butuh tunjangan. Ini seperti simbiosis mutualisme, kami memberikan prestasi untuk universitas, harapannya universitas ­ ikut mengapresiasi prestasi kami,” harapnya. Peraturan Rektor dianggap mengekang mahasiswa Ada 6 tuntutan dalam aksi dengan masa terbanyak selama tahun 2018 ini. Tuntutan pertama yaitu menghentikan secara keseluruhan pembungkaman kegiatan ­ mahasiswa dengan mencabut Peraturan ­Rektor Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Tata Cara Pemberian Penghargaan Dan Sanksi Kepada Mahasiswa Universitas Lampung. Kedua, menghentikan Rancangan P ­ eraturan Rektor Tentang Organisasi Kemahasiswaan. Ketiga, menghentikan segala bentuk ancaman-ancaman terhadap mahasiswa ­ dalam bentuk skorsing dan drop out (DO) dalam berekspresi menyampaikan aspirasi. Keempat, menghentikan segala upaya politisi kampus Universitas Lampung. Kelima, mencopot jabatan Wakil Dekan ­Bidang Akademik dan Kerjasama dan Wakil Dekan

Teknokra-November 2018 Edisi 219

19


Bidang Kemahasiswaan dan Alumni F­ akultas Teknik Universitas Lampung yang telah melakukan tindakan diskriminatif k­epada ­ mahasiswa dan penyimpangan di luar tugas dan kewenangannya. Keenam, mencopot jabatan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Lampung yang telah melakukan tindakan diskriminatif kepada mahasiswa dan melakukan upaya politisasi kampus yang melanggar tugas dan kewenangannya. Keenam tuntutan ini berbeda dengan ajakan aksi yang pertama kali mereka buat. Yaitu: menolak pemberlakuan jam malam di kampus Universitas lampung, menolak S ­ abtu dan Minggu tidak bisa digunakan k­ egiatan, menolak pengambilalihan p ­ emerintah mahasiswa oleh rektorat, menolak segala ­sesuatu aturan yang merugikan mahasiswa baru baik 2017 maupun 2018, menolak segala ­bentuk ancaman pada mahasiswa oleh pihak ­kampus. Kamis, (4/10) audiensi yang telah d ­ ijanjikan Rektor terlaksana di ruang rapat lantai 2 Rektorat Unila. Dalam sidang yang diha­ ­ diri oleh pimpinan unila, ketua senat, para ­wakil dekan fakultas, dan perwakilan lembaga kemahasiswaan serta perwakilan Aliansi ­Gerakan Mahasiswa Unila Berdaulat, Muhammad Fauzul, Gubernur Fakultas ­ Teknik, Firyan Noer Alief Darmawan. Dalam audiensi tersebut Fauzul menyampaikan­ alasan-alasan atas semua tuntutannya. Pada Bab 5 Pasal 5 tentang larangan, terdapat beberapa poin yang dianggap mudah dijadikan acuan dalam menjatuhakan hukuman pada mahasiswa. Seperti kasus skorsing 1 semester yang terjadi pada wakil gubernur Teknik, Angga Reza (Teknik Geofisika’15) yang dijatuhkan pada 7 Mei 2018. Bermula dari peristiwa arak-arakan wisudawan teknik yang dianggap mengganggu jalannya proses belajar di lingkungan Unila. Sebagai Kordinator Lapangan kala itu, Ia dituduhkan melanggar poin 4, 5, 15, dan 28. Tak hanya Angga, terdapat juga ­mahasiswa Teknik Sipil 2014 seperti Syahri AR, dan M. Ridho Utomo yang mendapat sanksi skorsing karena dituduhkan menghambat mahasiswa melaksanakan kegiatan kemahasiswaan. Hal ini bermula dengan pembubaran Himpunan Mahasiswa HI yang akan melaksanakan mubes di Gedung Teknik Sipil. Walaupun tidak menjadi oknum yang membubarkan kegiatan, namun Syahri dianggap sebagai provokasi, karena Ia yang terlebih dahulu menanyakan kejelasan kegiatan HMJ HI yang akan dilaksanakan di jurusannya. Ia dituduhkan melanggar poin 5, 6, dan 12. Sedangkan M. Ridho Utomo, dikenai tuntutan pasal 5 poin 4, 5, 12, dan 16.

20

Teknokra-November 2018 Edisi 219

Poin 5 Mengganggu dan menghambat pejabat, dosen, pegawai administrasi, dan mahasiswa lain dalam melaksanakan tugas dan penyelenggaraan kegiatan akademik dan kemahasiswaan. Poin 4 �enghalangi d a n / a t a u mengganggu kelancaran pelaksanaan proses belajar mengajar dan kegiatan lainnya di lingkungan Unila

Poin 12 Menyampaikan pendapat

yang

bertentangan dengan nilai-nilai agama, adat istiadat, norma dan etika yang berlaku di lingkungan

kampus

pada khususnya dan masyarakat umumnya.

pada

Po M se te da ke di m i k ak

Poin 6

Poin 28 Membuat aturan kemahasiswaan yang bertentangan dengan peraturan yang berlaku d Unila.

M e l a k u k a n pemaksaan

baik

dengan

ancaman

maupun

tindakan

kekerasan

lainnya

untuk menggunakan fasilitas pendidikan fasilitas

umum

lingkungan

di

Unila.

Ilustrasi: Retnoningayu Janji Utami

Selain itu larangan menginap di kampus tanpa izin dari pimpinan fakultas atau universitas pada poin 14 dianggap membatasi kegiatan kemahasiswaan. Menanggapi keluhan jam malam, Prof.Karomani menyatakan jam malam tidak ada. “Berkegiatan malam boleh, hanya lapor saja,” ujarnya. “Pemberlakuan larangan kegiatan Sabtu dan Minggu yang saya tahu hanya di FKIP saja,” tambahnya. Tak hanya itu rancangan peratu­ran ormawa yang terbaru juga dinilai sebagai campur tangan Unila terhadap pengkebirian pemerintahan mahasiswa, “Ormawa ini berbau-bau reformasi, padahal sudah ada konstitus KBM yang sudah jelas dan sudah berjalan,” jelas Jendral Aliansi, Muhammad Fauzul. Peraturan yang dianggap merisaukan

i­alah sanksi skorsing. Sanksi ini terjadi pada beberapa mahasiswa di Fakultas Teknik, hal ini pula yang diangkat pada aksi 2 Oktober lalu. Namun, tuntutan yang belum terselesaikan tersebut, membuat kecewa mahasiswa Fakultas Teknik. “Seperti mengulangi kisah sebelumnya dimana teknik hanya sebuah pion, sama seperti aksi gugus 9 gugat UKT, teknik dimanfaatkan,” ujar gubernur Fakultas Teknik, Firyan Noer Alief Darmawan Firyan juga mengatakan bahwa kesepakatan di awal, semua tuntutan memiliki poin yang sama-sama penting. Misalnya ­keteguhan tidak akan mundur apabila semua tuntutan belum terpenuhi. Namun realita di lapangan berbeda. “Bahkan hari Senin (8/10) ketika kami menyambangi ­sekertariat­ BEM-U, jendaral aliansi sedang berada di ­­


LAPORAN UTAMA

oin15 Memberikan esuatu kepada enaga pendidik an tenaga ependidikan yang iduga untuk mendapatkan m b a l a n euntungan kademik.

n n n n di

Poin 16 Mengancam, menganiaya, dan menghilangkan nyawa warga Unila dan masyarakat lain.

Jogja. Padahal di sini ada tanggungan untuk diselesaikan,” jelasnya. Karena belum mendapatkan jawaban dari Jendral Aliansi, Ia berkomunikasi kembali dengan pihak pimpinan fakultas untuk membicarakan permasalahan ini. “Alhamdulillah sudah ada etiket baik dari pimpinan fakultas. Kami sudah dijadwalkan untuk open dialog bersama wakil dekan 3 untuk menyampaikan tuntutan yang ingin dipenuhi,” ujar F­ iryan Tuntutan pencopotan Jabatan wd1 dan 3 teknik berlebihan Wakil Dekan Bidang Kamahasiswaan dan Alumni Fakultas Teknik, Masdar Helma me­ ngaku tuntutan masa aksi poin 5 itu sangat berlebihan. “Tuntutan untuk mundur ter­ hadap WD 1 dan 3 teknik itu berlebihan. Kebijakan ataupun pembinaan ini sudah sesuai

dengan aturan. Jika dalam pelaksanaan kebijakan yang diterapkan tidak di kehendaki mahasiswa, berarti itu bagian yang harus kita perbaiki,” ujarnya. Masdar menyampaikan dalam kasus skorsing yang disebabkan arak-arakan ­ wisudawan teknik, dirinya menggunakan landasan peraturan rektor nomor 3 tahun 2017 tentang tata cara pemberian penghargaan dan pemberiaan sanksi tersebut. “Dua m ­ inggu sebelum acara wisuda telah dilakukan sosialisasi larangan arak-arak yang berkeliling-keliling kampus. Kami sudah sampaikan kepada lembaga kemahasiswaan termasuk BEM, berdasarkan Peraturan Rektor nomor 3 arak-arakan ini dilanggar ­ karena berdampak pada keterbitan umum,” ­jelasnya. Masdar mengaku mendapat laporan dari berbagai fakultas bahwa kegiatan arak-arakan itu mengganggu proses belajar mengajar. Menurutnya Ia telah memberikan pilihan yaitu dengan mengizinkan ­arak-arakan di lingkungan teknik saja. “Di lapangan, kami melihat Angga yang paling menonjol. Kami meminta Angga yang mempunyai pengaruh untuk menghentikan,” ucapnya. Lain cerita dengan kasus Syahri AR (Teknik Sipil’14). Ia diskorsing satu semester dengan tuntutan menghalang-halangi kegiatan mahasiswa. Sebulan usai kejadian pembubaran agenda mubes Jurusan Hubungan Internasional (HI) yang dilaksanakan di gedung Teknik Sipil, Syahri mendapat surat pemanggilan untuk mengikuti sidang pemeriksaan (23/8). Setelah itu, dilalukan sidang pleno (6/9) dengan menjatuhi hukuman skorsing kepada Syahri. Sebagai seseorang yang pertama kali mempertanyakan kegiatan tersebut ke panitia, Syahri dianggap sebagai pemulai yang mengakibatkan teman-temannya bergerak untuk membubarkan. Kegiatan mubes HI yang harus bubar karena insiden ini, diakui Syahri bahwa dirinya mewakili teman-teman yang lain sudah meminta maaf kepada pengurus HMJ HI dan salah paham selesai. Namun, ternyata WD3 merasa kejadian itu sudah menginjak-injak pimpinan, melecehkan lembaga. Hal tersebut karena lembaga sudah menyetujui kegiatan HI tersebut, namun harus gagal karena kejadian tersebut. Merasa tidak terima, Syahri mengajukan banding terhadap sanksi tersebut. “Banding yang di lakukan Syahri itu tidak jadi karena sudah kita tanyakan kepada pihak yang bersangkutan bahwa pembimbingnya dan orang tuanya tidak datang,” ujar Masdar. Ia mengaku ini merupakan cara mendidik agar mahasiswa bersikap dewasa dengan

bertanggung jawab atas keputusan yang dilakukannya. Kemunculan program simpatik di mana proses pengkaderan dikelola oleh dekanat juga semakin menyudutkan Masdar. “Pro­ gam simpatik ini intinya bukan mau mengambil alih kegiatan kemahasiswaan, kita mau sinkronkan antara apa yang menjadi kebijakan fakultas dengan apa yang hima inginkan. Kita bukan ingin mematikan kegiatan mahasiswa,” jelas Masdar. Ia menjelaskan, dalam praktinya masa pengkaderan kerap terjadi penyimpangan. “Mereka yang tidak mau mengikuti kegiatan-kegiatan bersama dengan himanya justru dimusuhi padahal itu hak mereka. Jadi ini ada yang salah sistemnya, karena itu kita sama-sama dalam membuat kebijakan, kita tentukan rambunya,” ucapnya. Ia juga menambahkan jika satu tahun pertama akan digunakan untuk menggali potensi yang mahasiswa baru miliki dan akademisnya kita simpan. Hal ini guna membantu mahasiswa baru untuk mencapai indeks presetasi (IP) minimum yang ditargetkan. Peraturan Baru Tunggu Rektor Baru “Mudah-mudahan rektor baru mau. K ­ alau saya maunya harmonisasi kehidupan di unila,” ujar Hasriadi Mat Akin menanggapi rencana pengajuan peraturan baru tentang penghargaan. Pembentukan peraturan baru dikhawatirkan akan kembali memunculkan aksi demonstrasi. Menyikapi sanksi yang telah dicabut, tak serta merta menghilangkan peraturan di Unila. Ia menjelaskan s­ anksi pun tetap ada dalam peraturan akademik unila. Peraturan Rektor No 03 Tahun 2017 hanya penegasan saja. “Kalau tidak ada ­peraturan akademik, iya berarti itu hukum rimba,” ucapnya. “Kalau memang peraturan rektor itu menghalangi kreativitas mahasiswa, ya sudah dicabut. Tunjukan peraturan lain yang menghalangi, kita cabut juga karena tujuan pendidikan itu membuat anak kreatif. Logikanya kalau saya dikasih uang ya saya kreatif, tapi kalau dikasih duit malah nggak kreatif ya sudah dicabut,” ujar Hasriadi. Ia menambahkan, uang tersebut akan dialihkan untuk keperluan yang lain. “Unila masih ban yak keperluan,” ucapnya. Tuntutan untuk mencopot jabatan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan A ­ lumni, WD1 dan WD3 ditolak oleh Prof.Hasriadi. “Ada PTUN yang mengawasi itu, enak saja. Pejabat tidak bisa diberhentikan berdasarkan tuntutatn demo. Pejabat bisa diberhentikan apabila mengundurkan diri, korupsi, pensiun, meninggal dunia. Di luar itu tidak bisa,itu melanggar PTUN. Kalau bisa membuktikannya silahkan,” ucapnya=

Teknokra-November 2018 Edisi 219

21


Percintaan Laila dan Majnun dalam “VEIL” Foto-foto: Alfanny Pratama Fauzy

K

isah cinta legendaris Laila dan Majnun ditampilkan AYA Dance Teater Belanda pada perayaan Lampung Fair di Gedung Dewan Kesenian Lampung (DKL), Sabtu (20/10/2018). Kisah cinta ini dikemas versi zaman sekarang bertajuk ‘Veil’. Pementasan ini menampilkan tokoh pemuda bernama Qais atau yang akrab disapa Majnun. Ia tampan, berbakat menari, dan semua perempuan tergila-gila padanya. Begitu pula dengan Laila yang ikut terpesona. Pertemuan keduannya tak memerlukan kata-kata. Saling tatap dan degup jantung berbicara. Laila yang berjilbab mencoba mempertahankan harga diri dan pakaian muslim yang ia kenakan. Sementara Qais terus meyakinkan cintanya kepada Laila dengan dibantu seorang peri. Kemesraan keduannya dikemas dalam tarian bersama. Namun, keromantisan mereka ditentang oleh Ayah Laila. Perempuan berjilbab harus menjaga harga dirinya. Laila yang merasa tidak bisa menjaga harga diri, akhirnya menanggalkan jilbabnya. Ibu Laila pun meyakinkan putrinya untuk kembali berjilbab, karena nilai harga diri muslim berada dalam jiwanya. Adu tarian orang tua Laila ditampilkan sebagai wujud tidak sepaham keduannya. Walaupun begitu, orang tua Laila akhirnya menyetujui hubungan mereka.

22

Teknokra-November 2018 Edisi 219


Foto Cerita

Teknokra-November 2018 Edisi 219

23


Ilustrasi: Retnoningayu Janji Utami

Ekspresi

Kenalkan Marga Lampung ke Anak Cucu Oleh: Shandy Dwiantoro

24

Teknokra-November 2018 Edisi 219


D

Ekspresi

i hadapan peserta konferensi Internasional Kajian Antropologi di Hiroshima, Jepang, Berthoven Vivit Nurdin berbicara mengenai keberlanjutan Identitas ulun lampung, pada 3 September 2017 lalu. Dosen sosiologi ini memperkenalkan Marga Legun di Way Urang. Ia mengangkat topik mengenai keberlanjutan identitas Ulun Lampung dalam perubahan sosialpolitik ditemani rekan se-profesinya, Yuni ­­ Ratna Sari dalam acara The 5th Conference on Anthropology and Sustainability in Asia (CASA). Sebuah acara tahunan yang mengkaji antropologi, baik lingkup budaya dan sosial hingga politik dilihat dari perspektif keberlanjutannya. Presentasi se­ putar budaya lampung, bukan kali pertama bagi dosen yang akrab disapa Ibu Vivit ini. Perempuan berdarah asli Minangkabau 41 tahun lalu ini, tertan­ tang untuk mengkaji budaya lampung dengan melihat­ nya dari sudut pandang yang lebih objektif. Melakukan penelitian mengenai budaya Lampung, bukan semata-mata menggugurkan tugas penelitiannya sebagai dosen sosiologi unila. “Sebagai peneliti saya akan tetap meneliti dan memberikan bahan referensi marga-marga yang ada di Lampung untuk anak cucu kelak,” ucap Vivit. Ia miris melihat sedikitnya referensi buku mengenai budaya Lampung. Sejak 2005 Vivit mulai melakukan riset m ­ engenai budaya lampung dan ­ mempublikasikan hasil penelitiannya dalam buku, jurnal, dan artikel ilmiah. Hasil penelitian yang telah dikeluarkan Vivit seperti: Etnografi Marga Mesuji, Way Kanan 8 Marga 5 Kebuaiyan, Keratuan Darah Putih, Tata Cara Adat Istiadat Lampung Masyarakat Kabupaten Tanggamus, dan yang terbaru tentang Marga Legun Way Urang. Marga Legun Way Urang merupakan sebuah sistem pemerintahan adat. Memiliki struktur yang terdiri dari paksi dan punggawa. Paksi-paksi yang berada dalam naungan Marga legun way urang adalah Paksi Maja, Paksi Tengkujuh, Paksi Canggu dan Paksi Way Urang sendiri. Si-

fat dari ke empat paksi ini ialah seimbang, memiliki kedudukan yang sama rata. Viviet menerangkan sejak awal telah disepakati bersama bahwa Paksi Way urang ialah bandakh atau pemimpinya. Karena itu ia memiliki kesempatan untuk mendapat gelar pangeran. “Menjadi bandakh tidaklah mudah, karena bandakh memiliki tanggung jawab yang besar terhadap anak buahnya mulai dari Paksi sampai kepada suku-suku dan rakyatnya sebagai pemimpin,” ujar Viviet. Marga Way Urang masuk ke dalam Adat Sai Batin. Secara administratif wilayah Marga Legun Way Urang masuk dalam kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Bahasa yang dipergunakan ialah dialek api. Dalam adat sai batin, status didasarkan pada garis keturunan ayah. Walaupun begitu, seseorang masih bisa mendapatkan gelar dengan tradisi yang disebut bejenong. “Bejenong ini punya beberapa syarat. Contohnya sep-

tar 13% saja,” ujarnya. Walaupun begitu Vivit yakin budaya bisa berkembang jika masyarakat masih mau memeliharanya. Selama melakukan penelitian, Vivit me­ nemui banyak perubahan yang terjadi pada masyarakat Lampung. Mulai dari atribut, pakaian, dan tata cara adat budaya lampung. Walaupun begitu, ada satu hal yang tidak berubah dari budaya Lampung yaitu piil. Harga diri atau “piil” adalah identitas diri ulun lampung. Piil terdapat pada setiap diri orang lampung sejak lahir. Ikatan kekerabatan yang kuat, harga diri dan kebersamaan ulun Lampung masih sangat tinggi. “Keberhasilan transmigrasi di Lampung merupakan salah satu contoh akibat dari toleransi yang tinggi,” ujarnya. Nemui nyimah yang menjadi falsafah ulun lampung membuat mereka sangat menghargai orang lain. Hal tersebutlah yang menjadi salah satu penyebab semakin memudarnya asal usul. “Orang indonesia mesti belajar dari negara lain dalam melestarikan budayanya. Salah satunya dengan peremajaan museum dan sejarah budayanya,” ucapnya. Budaya harus didokumentasikan secara

"Buku yang dibuat tidak menjamin mereka akan bisa budayanya sendiri. Namun, hanya berguna sebagai ensiklopedia dan ­bahan bacaan. Sejatinya mereka lah yang h ­ arus merawat budayanya sendiri," Berthoven Vivit Nurdin. erti memiliki lahan yang luas, lamban adat, lapangan dan diakui oleh minimal 40 buah rumah dan biasanya didekat lamban ada masjid,” ujar Vivit. Walau begitu orang yang Bejenong ini tidak bisa mencapai kedudukan tertinggi sebagai sai batin. “Mereka hanya bisa pada level tertentu saja, karena bukan keturunan lurus dari keluarga etnik Lampung dalom atau pangeran,” cerita Vivit mengenai penelitian teranyarnya. Seringnya meneliti mengenai kebudayaan Lampung, membuat alumni Sosiologi UI ini menilai proses akulturasi dan asimilasi di Lampung sebagai salah satu penyebab budaya lokal kurang terangkat. Masyarakat Lampung sangat terbuka terhadap lingkungan, sehingga cepat menyerap perubahan dari luar. “Mayoritas orang jawa 60% berada di Lampung dan suku asli Lampung seki-

menarik dan dipertontonkan untuk generasi melek digital . Lalu pariwisata berbasis budaya seperti menjual pernak pernik, menyediakan aksesoris, dan menyewa pakaian adat. Kegiatan ekonomi kreatif se­ perti menenun, menganyaman, menapis ditingkatkan, sehingga mampu menyejahterakan kampung pariwisata tersebut.“Satu lagi hal yang bisa menghambat majunya kebudayaan Lampung di era globalisasi seperti sekarang yaitu infrastruktur ke kawasan pariwisata,” ucapnya. Sebagai peneliti, Vivit mencoba melestarikan budaya Lampung dengan mengarsipkannya ­ dalam beberapa buku. “Buku yang dibuat tidak menjamin mereka akan bisa budayanya sendiri. Namun, hanya berguna sebagai ensiklopedia dan bahan bacaan. Seja­ tinya merekalah yang harusnya m ­erawat budayanya sendiri,” pungkas Vivit=

Teknokra-November 2018 Edisi 219

25


Kesehatan

Deteksi Melanoma Lewat Tahi Lalat Oleh: Retnoningayu Janji Utami

Terpapar sinar matahari secara terus menerus bisa menjadi salah satu pemicu kanker kulit, salah satu yang berbahaya yaitu Melanoma. Pencegahan awal dimulai dengan deteksi tahi lalat sedini mungkin.

Ilustrasi: Retnoningayu Janji Utami

Hal ini dijelaskan doktor kulit Rumah Sakit Advent, M.Syafei Hamzah. “Ada 3 tingkatan kanker kulit, yaitu basalioma (disebabkan sinar ultraviolet), Karsinoma Sel Skuamosa Scomusel (disebabkan cahaya, trauma luka) dan yang paling berbahaya Melanoma. Doktor Syafei menerangkan, penyakit ini bisa menyerang siapa saja, tanpa mengenal gender. Kanker Melanoma ini sempat­ terkenal saat ­ menantu Hatarajasa yang bernama Adara Taista harus meninggal karena mengidap penyakit kanker

melanoma pada Mei 2018. Salah satu penanda yang bisa digunakan untuk pendeteksian awal ialah tahi lalat yang ada di tubuh seseorang. Dokter kulit di RS.Abdoel Moeluk, ­­­Dwi Indria Anggraini juga menuturkan, kanker melanoma merupakan kanker kulit bersifat ganas yang berasal dari m ­ elanin. Melanin meru­pakan pigmen atau zat warna yang ditemukan di kulit, rambut, bulu, dan mata. Ada beberapa faktor pencetus melanoma diantaranya: sering terpapar sinar matahari, seseorang berkulit putih, seseorang dengan riwayat

penyakit melanoma memiliki resiko lebih tinggi, dan memiliki 50 lebih tahi lalat di tubuh. Dokter yang juga mengajar kedokteran di Universitas Lampung ini menganjurkan untuk melindungi kulit menggunakan tabir surya. Kandungan Sun Protection Factor (SPF) atau jumlah skala untuk menilai tingkat perlindungan yang disediakan oleh tabir surya, maksimal 30 SPF. Banyak orang keliru, bahwa dengan menggunakan SPF yang tinggi mampu melindungi kulit sepanjang hari. “Semakin tinggi SPF betul semakin lebih melindu­ngi, tetapi tidak tahan lama. Jadi, harus diaplikasikan kembali,”ujarnya.


Kesehatan

Memakai tabir surya menjadi kebiasan yang wajib dilakukan Muna Syahidah (Ilmu Komunikasi’14). Panas matahari tak jarang membuatnya malas untuk keluar rumah. “Setiap mau keluar rumah ­ ­minimal wajah harus pake tabir surya,” ujar perem­puan berdarah Lampung ini menyiasatinya. Pada kedua stang motor bebeknya, Muna kerap membungkusnya dengan pelindung tangan. Sebelum motornya melaju, jaket parasut berwarna biru telor asin kerap membungkus tubuh tipisnya. Hal ini menjadi keseharian gadis 22 tahun ini semenjak kuliah. “Pakai tabir surya itu penting banget, karena bisa menangkal radikal bebas. Pakai sun block bukan kepingin putih, tapi buat ngelindungin kulit,” ujarnya. Orang-orang berkulit putih, haruslah p ­ aling

b e r h a t i -­ hati. Hal ini karena melanoma menyerang melanin. O r a n g berkulit putih biasanya memiliki pigmen/ melanin yang rendah. Itulah yang membuatnya kurang terlindungi dari paparan sinar matahari daripada orang berkulit gelap. Sebagai penyakit langka, penyakit ini tidak memiliki gejala s u b - jektif s­eperti gatal, berdarah dan lainnya, namun perkembangannya cepat. Kemunculan tahi lalat di tubuh pun bisa jadi salah satu penanda. Hal tersebut tak berarti setiap tahi lalat bisa disimpulkan sebagai melanoma. “Kita bisa melakukan pengecekan sendiri dengan rumus A,B,C,D,E,” tutur dokter Ririn. A,B,C,D,E (Asimetri, Border, Colour,­ Diameter, Evolving) menjadi indikator untuk memeriksa diri sendiri. Tahi lalat yang asimetris atau tidak bulat sempurna ­wajiblah diwaspadai. Batas tahi lalat me­ lanoma biasanya tidak tegas. Warnanya pun tidak jelas. Dalam satu lesi kulit atau jaringan kulit yang abnormal, kulit bisa berwarna coklat, kebiruan, dan kemerahan. ­Diameter tahi lalat yang berindikasi melanoma jika melebihi 5 ml. Serta, tahi lalat melanoma biasanya menonjol dan membe-

sar atau mengalami evolving. Ada pertumbuhan bentuk tahi lalat. Dokter Ririn mengatakan, rumus A,B,C,D,E berguna untuk mengetahui lebih dini kanker melanoma. Walaupun begitu, ­ pengecekan dengan menggunakan alat kedokteran tetap diperlukan untuk hasil pemeriksaan yang lebih akurat. Dr. Syaferi menambahkan, dalam dunia kedokteran pemeriksaan ini disebut ­biopsi. “Dalam d ­unia kedokteran biasa disebut ­biopsi, yaitu pemeriksaan terhadap jaringan manusia, yang dalam kasus ini menyerang kulit,” ujarnya. Ia juga ­menerangkan bahwa penyakit ini tidak dipengaruhi oleh jenis makanan yang dikonsumsi oleh seseorang. Melanoma pun terdiri atas berbagai jenis, yakni nodular melanoma yang ditandai dengan tahi lalat yang menonjol, superfiksial spreading; biasanya tahi lalat jenis ini akan tumbuh di kepala, kaki, tangan, dada, dan bisa berkembang menjadi nodular; ­Lentigo Malikna Melanoma biasanya timbul seperti bercak tipis lalu berkembang makin besar dan bentuknya rusak seperti luka, mengoreng dan lecet, perkembangannya paling lambat. Dan terjadi pada orang di atas usia 60 tahun; serta acral Lentiginous melanoma yang muncul di telapak tangan dan kaki tiba-tiba. “Setelah 2 minggu muncul h ­ asil pemeriksaan, jika positif menderita ­ melanoma harus segera dioperasi,” ­ ujar dokter Ririn. Menurutnya, kanker melanoma membutuhkan penanganan ­ yang cepat. Setelah memeriksa diri sendiri dengan formula A,B,C,D,E, ada baiknya memeriksakan kembali ke dokter. Dokter Syafei, juga menerangkan, walaupun telah dioperasi, bukan tidak mungkin bisa tumbuh k­ embali. “Ini kan daging tumbuh, jadi kemungkinan kalau belum bersih harus operasi kembali,” ujarnya. Setelah diagnosis keluar, ada beberapa penangan sesuai dengan tingkat keganasan kanker tersebut. Dokter Ririn mengatakan, untuk membuang daging tumbuh tersebut bisa menggunakan beberapa terapi seperti Kemoterapi yaitu dengan menggunakan obat-obatan untuk menghancurkan sel-sel kanker. Selain itu ada juga imunoterapi yaitu dengan memanfaatkan sistem kekebalan tubuh untuk ­melawan kanker. Dan yang ketiga Radioterapi, yaitu pengobatan dengan menggunakan sinar-X. “Untuk menghindari hal tersebut, cara psederhana yang tidak boleh dilupakan yaitu dengan deteksi dini diri sendiri,” ucap dokter Ririn. Pengecekan dengan formula A,B,C,D,E dinilainya sebagai cara sederhana untuk siapapun yang ingin mencoba=


Gaya Hidup

Solusi Praktis Sepatu Bersih Oleh: Retnoningayu Janji Utami

"Daripada membeli sepatu baru, lebih baik bersihin di jasa pembersihan sepatu," ujar pencinta sneakers, Karina Ayesha (Agribisnis'14). Jasa ini dianggapnya sebagai solusi praktis untuk sepatu bersih.

S

epatu karet atau yang lebih dikenal dengan sebutan sneakers dulu akrab dengan kegiatan berbau olah raga. Sepatu dengan sol karet yang fleksibel, kini berubah menjadi bagian mode. Anakanak generasi 2000-an kerap memadu pakaian dengan sepatu karet. “Bagian dari style sih, outfit udah sporty kalau nggak pakai sneakers jadi nggak maksimal,” ujar Karina. Sebagai pencinta sepatu karet, Karin mempercayakan perawatannya ke jasa pembersihan sepatu. “Waktu itu temen baru buka usaha. Yaudah cobain deh yang pertama kali itu repaint sih. Sepatu converse warna biru donker aku pudar, terus dicat lagi. Setelah itu baru deh coba buat ngebersihin sekalian,” ceritanya. Hal sama juga dialami Dinda Tamarani (Ilmu Pemerintahan’17) yang baru-baru ini menyukai sepatu karet. “Daripada sepatunya rusak kan, mendingan dicuci-

28

Teknokra-November 2018 Edisi 219

in orang yang ahli aja,” ujarnya. Ia juga mengaku tidak memiliki banyak waktu ­ untuk mencuci sepatu sendiri. “Sekarang banyak kesibukan juga, jadi bisa menghemat waktu juga,”ujar Dinda “Sepatu Ruby aku warnanya putih, kemarin sempet di whitening dan­ unyellowing,” ungkapnya. Ia mengatakan, hasilnya jauh lebih bersih daripada mencuci sendiri. “Biasanya di rumah cuma ngebersihin pakai sabun, trus digosok-gosok pakai sikat gigi,” ceritanya. Kesulitan dalam merawat sepatu ini dilirik Silvia Hutapea (44) dalam membuka usaha. Pegiat bisnis waralaba ‘Shoes and Care’ cabang Lampung ini mendapat ide usaha dari anak sulungnya yang juga pecinta sepatu karet. “Kata anak sulung saya, sneakers itu harus dirawat secara khusus. Dan di Lampung juga masih ­sedikit yang buka jasa ini. Jadi, dia lah yang ngusulin buka ini aja mah,” ujarnya. Meski terbilang baru, Evie mengatakan

dalam sehari tokonya bisa kedatangan sampai 20 pelanggan. Evie memiliki tiga karyawan yang memiliki kemampuan khusus untuk membersihkan sepatu. “Kita menerima sepatu dalam kondisi apapun. Berlumpur sekali pun tetap kami terima dan bersihkan,” ujar Ibu dua anak ini. Ia memberikan tawaran jasa pembersihan berbagai jenis seperti fast cleaning, unyellowing and whitening, deep cleaning, repaint. Chevvi (23) karyawan pembersih sepatu menjelaskan, setiap jenis sepatu memiliki cara perawatan yang berbeda-beda. Ada dua jenis material sepatu , material standar dan premium. Leather, nylon, atau karet masuk dalam kategori material standar. Sedangkan suede, nubuck (kulit sapi), premium leather, atau katun serat termasuk jenis material premium. “Baik standar maupun premium, untuk menjaga sepatu tetap bagus harus mendapat perawatan khusus,” ujarnya.


Gaya Hidup

Ilustrasi: Retnoningayu Janji Utami

Chevvi bersama kedua kawannya setiap hari members i h k a n sepatu pelanggan langsung di tokonya. Dengan dibatasi tralis hitam berpola diagonal itu, pengunjung yang datang bisa melihat langsung proses pengerjaanya. Di atas meja panjang berjajar berbagai macam perlengkapan seperti, sikat berbagai , ukuran, obeng kecil, lap microfiber, baskom kecil, dan sabun khusus serta beberapa minyak dan pengharum. Tidak seperti mencuci sepatu di rumah yang bisa menghabiskan banyak busa sa-

bun dan air. Jasa ini hanya membutuhkan air seukuran baskom stainless steel berdiameter sekitar 20 cm. Pembersihan sepatu dilakukan setahap demi tahap. Bagian-bagian sepatu sendiri terdiri dari upper sole (bagian atas sepatu), midsole (bagian bawah sepatu), outsole (bagian tapak karet sepatu), dan insole (bagian alas dalam sepatu). Siang itu, Chevvi sedang menyikati bagian midsole sepatu berjenis kanvas. “Proses pertama kalau sepatu datang kita bersihkan bagian outsole-nya dulu,” ujarnya. Dibagian outsole ini berguna untuk membersihkan kerikil, batu, tanah atau lumpur yang terselip pada alas sepatu. “Detail adalah bagian penting dari outsole cleaning,” ujarnya. Setelah itu lanjut ke tahap midsole yaitu luaran alas karet sepatu, bagian ini biasanya menggunakan jenis sikat gigi untuk

membersihkannya. “Selanjutnya Insole yaitu alas sepatu yang bersentuhan langsung dengan telapak kaki,” ucapnya. Lalu upersole sekaligus tali sepatunya. Tidak ada proses penjemuran sepatu seperti yang biasa dilakukan di rumah. “Kebanyakan orang kalau punya sepatu, lama kelamaan bagian midsole sepatunya kekuningan. Nah itu karena dijemur langsung di bawah matahari,” ujarnya. Untuk menjaga agar bagian midsole sepatu tetap putih, proses pengeringan dilakukan hanya mengandalkan hair dryer dengan panas rendah dan kipas angin. Menyimpan sepatu juga tidak bisa sembarangan. Ada baiknya dimasukan kedalam kotak yang juga ada regulasi udara. Hal ini guna mengurangi resiko jamuran pada sepatu. “Jangan lupa dikasih silica gel atau nggak kamper. Supaya nggak lembab,” jelasnya. Sepatu yang sering terkena air juga bisa memicu jamuran. Hal yang bisa membantu menyerap air yaitu dengan kertas koran. “Selain bagian yang basah di lap sama koran, masukan juga gumpalan koran ke dalam sepatu, biar airnya terserap,” jelas Chev- vi. Ia menambahkan, sepatu basah harus dikeringkan dengan posisi berdiri ­ agar udara bisa masuk ke seluruh bagian sepatu. Ada penanganan khusus untuk beberapa jenis sepatu. “Sepatu yang sulit untuk dibersihkan itu jenis checkerboard. Soalnya warnanya kan hitam putih, kalau salah-salah ini bisa luntur. Polanya nanti jadi rusak,” ungkap­ nya dengan mengeluarkan sepatu selop checkerboard merek ternama. “Kalau sepatu kulit yang punya bekas tekukan, bisa dikasih cairan khusus biar mengkilap lagi,” ujarnya. Sedangkan bahan beludru biasanya hanya diberi air sedikit saja. “Kalau memang bahannya bagus, ya tetap bagus,” ungkapnya. Jenis yang mudah dibersihkan yaitu bahan suede, cukup di lap saja. Namun, untuk kanvas lebih baik tidak disikat secara kuat, agar tidak merusak kain. “Bersihkan sepatu sebelum dipakai, minimal di lap. Bisa juga cuci secara keseluruhan 2-4 minggu sekali,” beber Evie, sang pemilik toko. Kebersihan sepatu selain dapat menunjang penampilan diyakininya juga untuk menjaga kesehatan kaki dari bakteri yang bersarang pada sepatu yang kotor =

Teknokra-November 2018 Edisi 219

29


Inovasi

Robot Berkaki, Solusi Pemadam Api Oleh Nofia Mastuti 30

Teknokra-November 2018 Edisi 219


Inovasi

S

aburai Zamzam, Robot Pemadam Berkaki garapan mahasiswa Universitas lampung diprediksi siap gantikan Alat Pemadam Api Ringan (Apar). Kelebihan Robot ini yaitu dapat berjalan sendiri menemukan dan mematikan titik api saat terjadi kebakaran. Robot yang dinamai Saburai Zamzam ini menggunakan kerangka utama berbahan acrylic. Hal ini berguna untuk menempatan sensor jarak ultrasonic dan elektro sebagai navigasi mengikuti jalur dinding (wall flower). Selain itu, terdapat sensor UV tron, flame detector , TPA81 untuk mendeteksi api, dan dilengkapi motor servo. Bergerak menggunakan enam kaki, robot ini tersusun dari kombinasi 18 motor servo, yang membuat masing-masing kaki memiliki ­ tiga derajat kebebasan. Selain itu, robot juga dilengkapi dengan penyemprot air dengn motor DC dan tabung air berkapasitas 50 ml. Robot pemadam api berkaki ini lahir sebagai solusi dari banyaknya kasus korsleting lisrik yang kerap terjadi di perumahan padat penduduk. Ide ini berasal dari enam pengurus tim Robotika dan Otomasi (URO), yaitu Iqbal Yunanto (T. Elektro ’15), Sara Mariska Putri, Vina Widiawati, dan Ade Fachrur Rozie (T.

Elektro ’16), serta Zhafira Intafuzi Aziz (Matematika’16). Tim ini membutuhkan empat bulan, sejak Januari-April 2018 untuk membuat Saburai Zamzam. Iqbal Yunanto, Ketua Tim mengatakan nama Saburai Zamzam bermakna sebagai rasa persatuan dari setiap ­anggota tim yang berbeda ­etnis. “Robot dimulai dari tempat khusus robot berjaga (home) lalu menyusuri arena atau jalan ke titik api dengan baik serta mampu menghindari boneka dan furnitur yang ada di dalam ruangan. Robot harus menemukan keberadaan titik api dan dan memadamkannya dengan semprotan air, kemudian kembali ke ruang home,” Jelas Iqbal mengenai sistem kerja robot saburai zamzam. Pembuatan robot masih skala mini itu sudah menelan dana sekitar Rp75 Juta. Robot ini mampu mencatatkan waktu tercepat dalam mematikan lilin yang ditaruh di salah satu empat lorong di dalam rumah. Maka Saburai Zamzam berhasil menyabet juara kedua pada Kontes Robot pemadam Api Indonesia (KRPAI) tingkat regional satu Sumatera yang diselenggarakan di Universitas Riau Pekanbaru, 23-25 April 2018 lalu. Sayangnya, inovasi robot terbarukan ini masih berbentuk mini dengan kapasitas air 50 ml. Oleh sebab itu, robot

ini belum bisa untuk diproduksi skala besar sebab butuh biaya banyak bila diproduksi skala besar. Selain itu, masih memiliki kelemahan terutama pada efesien desain kaki dan manajemen kabel yang belum diperhitungkan, sehingga perlu riset lagi. Namun, robot mini masih memimiliki manfaat lain, ­yaitu bertujuan sebagai pembelajaran penggunaan sensor dan aktuator. Hal ini dapat berkembang guna membantu masyarakat menangani kebakaran rumah yang masih ­marak terjadi. Salah satu Dosen Pembimbing, Dr. Ing Melvi Ulvan mengatakan pendanaan ro­ bot hasil dari sokongan para pembimbing karena dana yang diajukan tak sepenuhnya cair. “Dana didapatkan dari keroyokan dosen pembimbing. Hingga perlombaan selesai diikuti dana pun belum cair seluruhnya. Setelah selesai, dana pun berhasil dicairkan meski hanya 1/4 dari dana yang kita ajukan,‘’ paparnya. Keluhan pun disampaikan sala satu anggota, Ade Fachrur Rozie mengatakan pihak Universitas Lampung minim apresiasi untuk pendanaan. “Saya dan tim berharap dapat mengembangkan robot supaya lebih baik dan untuk kedepannya kita kejar target juara 1 nasional,” ujar Ade= Teknokra-November 2018 Edisi 219

31


Infografis: Chairul Rahman Arif

32

Teknokra-November 2018 Edisi 219


Teknokra-November 2018 Edisi 219

33


Opini

Pelecehan Seksual, antara Pelaku dan Penyintas (Shinta Mayasari, M.Psi, CGA, Psikolog)

34

Isu pelecehan seksual merupakan sebuah fenomena gunung es. Mengapademikian? Karena umumnya tidak banyak kasus pelecehan seksual yang terungkap. Informasi jumlah pelecehan seksual yang terpublikasi cenderung memiliki perbedaan dengan data yang sesungguhnya terjadi di lapangan.Fakta yang terjadi adalah sebanyak 60% dari kejadian pelecehan seksual tidak dilaporkan kepihak berwajib. Dari 100 orang penyintas pelecehan seksual, 90 diantaranya adalah perempuan.Dan sebesar 75% dari kejadian pelecehan seksual, pelakunya adalah orang yang dikenal oleh penyintas, seperti teman dekat, pacar, atau anggota keluarga. Sebagian besar orang belum menyadari dengan benar apakah dirinya mengalami (menjadi pelaku maupun penyintas) peristiwa pelecehan seksual atau tidak. Pada kenyataannya, ­kebanyakan orang kurang mampu mengkategorikan pengalamannya sebagai pelecehan seksual. Hal ini disebabkan karena istilah pelecehan seksual terdengar seperti istilah yang “berat” yang umumnya diasosiasikan dengan aktivitas seksual berbahaya, seperti pemerkosaan. Padahal perilaku yang terkesan remeh seperti: bermain mata, bersiul, atau mencolek seseorang sudah dapat dikategorikan sebagai pelecehan seksual. Berdasarkan pengkategoriannya terdapat 5 jenis pelecehan seksual, yaitu: pelecehan gender, perilaku menggoda, penyuapan seksual, pemaksaan seksual, dan pelanggaran atau penyerangan seksual. Sehingga seseorang yang menyampaikan lelucon atau humor tentang seks, seseorang yang mengirim pesan singkat berulang kali untuk mengajak kenalan dan bertemu, atau seseorang yang menjanjikan imbalan atas aktivitas seksual tertentu, hal ini sudah termasuk dalam kategori pelecehan seksual. Sementara pemaksaan aktivitas seksual dengan ancaman, atau melakukan penyerangan seksual secara paksa jelas merupakan kategori pelecehan seksual berat. Berikut adalah daftar kategori perilaku pelecehan seksual, cobalah Anda mengidentifikasi diri Anda sendiri apakah pernah mengalami hal-hal berikut: memberikan komentar seksual tentang tubuh seseorang, melakukan ajakan seksual, melakukan sentuhan seksual, memberikan hadiah seksual, memberikan isyarat ajakan seksual, menyampaikan lelucon atau humor seksual, membicarakan dan menyebarkan ­aktivitas seksual orang lain, menyentuh bagian tubuh sendiri secara seksual di hadapan orang lain, membicarakan aktivitas seksual pribadi kepada orang lain, membuat atau menyebarkan gambar, cerita, atau benda seksual. Jika Anda pernah melakukan salah satu saja perilaku pelecehan seksual di atas, maka hentikanlah perilaku tersebut, sebab tanpa Anda sadari Anda sudah menjadi pelaku pelecehan seksual. Perilaku Anda telah melanggar hak orang lain untuk hidup dengan tenang dan damai. Jika Anda tidak dapat menghargai orang lain, bagaimana mungkin orang lain akan mengTeknokra-November 2018 Edisi 219 hargai diri Anda. Melecehkan orang lain bukan-

lah suatu cara untuk menunjukkan keperkasaan Anda, ini hanyalah kesenangan yang bersifat sesaat, kendalikanlah dorongan seksual Anda, dan salurkanlah dalam aktivitas yang lebih positif. Anda dapat berolahraga, menekuni hobi, atau menikahi pasangan Anda secara resmi dan mulai membangun rumah tangga. Raihlah kebahagiaan dan kesehatan mental dengan cara yang positif, sehingga Anda pun dapat hidup

Ilustrasi: Retnoningayu Janji Utami

dengan mulia dan penuh martabat. Sementara bagi Anda yang pernah mendapatkan perlakuan pelecehan seksual seperti daftar di atas, maka apa yang perlu Anda lakukan? Pada dasarnya peristiwa pelecehan seksual bersifat sebagai pengalaman yang sangat pribadi, dimana setiap orang menghayati peristiwa tersebut secara berbeda meskipun memperoleh perlakuan yang sama. Oleh karena itu, penanganan pada kasus pelecehan seksual pun sifatnya individual, setiap penyintas perlu memperoleh penanganan yang paling sesuai bagi dirinya agar ia

mampu memutuskan respon terbaik apa yang perlu dilakukan. Setiap penyintas pelecehan seksual sebaiknya tidak tinggal diam atau mengabaikan perasaan dirinya maupun perbuatan pelaku.Sebab penyintas pelecehan seksual berat memiliki ­ kecenderungan3 kali lebih rentan mengalami depresi, 6 kali lebih rentan mengalami gangguan trauma, 13 kali lebih rentan mengalami kecanduan alkohol, 26 kali lebih rentan mengalami kecanduan narkoba, dan 4 kali lebih rentan ­melakukan bunuh diri. Oleh karena itu, seringan apapun bentuk pelecehan yang dialami, seorang penyintas perlu mengambil tindakan untuk mengatasi dan menghentikan perlakuan tersebut. Apa saja langkah-langkah yang dapat diambil oleh penyintas pelecehan seksual? Tidak menyalahkan diri sendiri, meskipun respon orang lain membuat Anda merasa turut bertanggung jawab terhadap terjadinya peristiwa pelecehan seksual, bagaimana pun situasinya pihak yang bersalah adalah pelakunya, bukanAnda. Peristiwa pelecehan seksual bukanlah aib yang perlu Anda tutupi, berbicara pada orang lain membuat Anda memperoleh dukungan secara mental dan sosial. Jangan menyimpan permasalahan Anda sendiri, ceritakan kejadian tersebut kepada orang yang Andapercaya (orangtua, saudara, atausahabat). Berani untuk melaporkan kepada pihak yang berwenang atau berwajib karena orang tersebut harus dihentikan agar tidak menimbulkan penyintas lainnya. Keberanian Anda ini menjadikan diri Anda seorang pejuang dan pahlawan bagi masyarakat. Mempersiapkan mental untuk melalui proses yang panjang di ranah hukum, karena Anda akan diminta untuk berulang kali mengingat dan menceritakan pengalaman tersebut. ­Mintalah pendampingan kepada para ahli di bidang psikologi (psikolog, terapis, ataukonselor) dan bidang hukum (pengacara). Stop berpikir untuk menghentikan atau tidak memperpanjang permasalahan ini agar Anda dapat melanjutkan hidup, sebab bersikap kompromis seperti ini tidak sepadan, mengabaikan peristiwa ini tidak menyebabkan masalah Anda hilang begitu saja. Sebagai masyarakat yang mengetahui adanya peristiwa pelecehan seksual, hendaknya Anda memberikan dukungan dengan membela para penyintas. Berhentilah menanyakan hal-hal seperti: Bagaimana caramu berpakaian? Kenapasih kamu tidak melawan? Kenapa kamu tidak berteriak yang keras? Dan aneka pertanyaan lain yang bersifat menyudutkan penyintas. Berbagai pertanyaan ini hanya membuat para penyintas merasa dirinya bersalah, merasa dirinya turut bertanggung jawab atas peristiwa pelecehan seksual, serta menambah luka dan kepedihan bagi penyintas. Berempatilah pada para penyintas, dengarkanlah cerita mereka tanpa memberikan penilaian. Temani mereka melalui perjuangan untuk melaporkan peristiwa pelecehan seksual tersebut, bantuan Anda sangat bernilai bagi para penyintas, tidakhanya di lingkunganmu, tapi di seluruhdunia =


Opini

Sampah dan Status Sosial Ida Lestari, Mahasiswa Kehutanan Unila 2014

Pagi ini saya duduk bersama beberapa mahasiswa di salah satu sudut kampus Unila. Saya sempat menegur seorang mahasiswa yang meninggalkan sampah plastik bekas makanannya begitu saja. Namun si mahasiwa tersebut menjawab, “Biarkan saja, nanti juga ada yang membersihkan. Tukang sampah kan sudah dibayar, ngapain repot repot membereskan bekas makan, nanti tukang sampah tak lagi memiliki kerjaan,”. ”Miris!” dalam hati saya bertanya tanya, dari mana pola pikir ini berasal? Peristiwa pagi itu sebenarnya tidak hanya terjadi di kampus, namun juga di kantor kantor pemerintahan, di ruang ruang seminar atau konferensi yang notabene dihadiri oleh kaum kaum intelektual dan berpendidikan tinggi. Kebiasaan ini seperti sudah mendarah daging dan bercampur darah menjadi budaya yang seha­ rusnya tidak diteruskan. Sangat jarang saya menemukan di antara mereka yang mau mengurus sampahnya sendiri. Melihat hal tersebut saya seperti tertarik ke zaman perbudakan beberapa abad yang lalu. Bahwa penggolongan status sosial masyarakat tidak lagi terbatas pada kelas si kaya dan miskin saja, namun sampai pada seluruh sisi kehidupan manusia salah satunya pada urusan sampah. Si tuan yang menghasilkan sampah, dan si budak yang akan mengurus sampahnya. Masyarakat kelas atas banyak yang memandang sampah sebagai limbah, sesuatu yang sudah tidak bisa dimanfaatkan dan selayaknya dibuang. Namun, banyak masyarakat kelas bawah yang menyandingkan sampah dengan uang. Salah satu contohnya adalah Sanding (40) warga desa sumbergede, Lampung Timur, yang merintis usaha dari mengumpulkan sampah sampah botol plastik. Atau Bude Endang (55) seorang janda, warga Desa Sumbergede Lampung Timur, yang menyandingkan sampah sebagai barang seni. Rumah bude Endang penuh dengan pernak pernik dan pajangan pajangan yang berbahan dasar sampah. Mereka berdua bukan orang yang berpendidikan tinggi namun bisa lebih menghargai sampah dengan caranya sendiri. Dua contoh tersebut sejatinya telah menggambarkan bahwa ­ urusan sampah bisa sangat berbeda jika dipandang dari status sosial, baik dari segi pendidikan, maupun status ekonomi dan pekerjaan. Kelas sosial yang terbentuk di lingkungan

masyarakat ternyata sampai pada lokasi tempat tinggal. Masyarakat kota dipandang memiliki kelas sosial lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di desa. Namun tentunya, lokasi tempat tinggal ini juga mempengaruhi jumlah dan cara pengelolaan sampahnya. Sebagai contoh kota Bandar Lampung yang menyumbang hampir 800 ton sampah perhari (Walhi). Jumlah tersebut jauh di atas rata rata jumlah sampah yang dihasilkan oleh m ­ asyarakat pedesaan. Hal

tersebut bisa terjadi salah satunya karena budaya konsumtif masyarakat perkotaan yang tinggi. Melihat hal ini seharusnya kita jadi lebih sadar, sampah yang terkumpul dan diangkut dengan baik saja bisa mencapai hingga tonan per hari dan menjadi masalah baru di penampungan, apalagi jika ditambah dengan sampah kita yang di biarkan begitu saja. Permasalahan sampah akan menjadi semakin kompleks dan tak berujung. Saat ini yang masih menjadi PR adalah bagaimana meningkatkan ketertarikan masyarakat terhadap isu lingkungan khususnya sampah. Seperti yang kita tahu, topik lingkungan bukanlah hal yang seksi untuk disajikan sehingga sangat jarang ditayangkan oleh media m ­ assa. Media lebih memilih m ­ enyajikan kasus politik maupun HAM yang memiliki penggemar cukup besar. Padahal keberadaan media massa ini penting dalam upaya kampanye lingkungan tersebut. Beruntung ada beberapa pemuda yang tergerak menyediakan platform sendiri untuk mengulas habis permasalahan lingkungan salah satunya yaitu Chris Wright –Founder and ­Director Climate Tracker- bersama kawan kawan christ membentuk suatu komunitas jurnalistik dunia yang fokus pada isu lingkungan. Chris menambahkan b­ahwa keberadaan Climate Tracker bertujuan untuk menjadi bagian dari upaya meningkatkan kesadaran dan wacana publik tentang lingkungan, dengan melakukan global campaign melalu media. Dengan adanya platform ini maka urusan sampah bisa kita viralkan melalui media masa, baik dalam bentuk gambar, tulisan, gambar bergerak maupun infografis. Hal tersebut, juga akan membantu meredupkan penggolongan masyarakat berdasarkan status sosial, karena informasi bisa diakses oleh siapa saja, baik ia anak anak maupun orang tua, masyarakat desa maupun masyarakat kota, si miskin maupun si kaya. Dan akhirnya, memang pemudalah yang harus maju lebih dulu untuk menyuarakan kepentingan lingkungan ini. Jangan lagi berfikir sempit seperti mahasiswa yang saya ceritakan di awal. Karena bumi tidak membutuhkan kita untuk tetap ada, namun kita membutuhkan bumi untuk ­dapat terus hidup. Salam lestari.

Teknokra-November 2018 Edisi 219

35


Anakedah

Azab

Oleh: Alfanny Pratama Fauzy

Ilustrasi: Retnoningayu Janji Utami

“Dek jangan pakai celana jean’s kalau tak mau dimaki-maki,” peringatan tegas kakak tingkat perempuan saat sedang ada rapat seluruh angkatan mahasiswa 2014-2018. Namun larangan ini, mendapat respon berontak dari para pria yang hobi menggunakan celana jean’s. Alasan mereka sudah bosan diatur-atur selama satu tahun oleh kakak tingkat yang masih saja peduli dengan adik-adiknya. “Jangan dimaki-maki dong mbak, coba mana lihat peraturannya?” ujar salah satu mahasiswa pakai celana jean’s. Lalu, kating ini pun membacakan dengan lantang poin ke-18 pada selembaran yang berisikan peraturan dilarang pakai celana jean’s. “Nih, dengarkan baik-baik poin 18 mahasiswa dilarang memaki celana jeans, ketat, dan baju oblong di FKIP”. Sontak para pria pengguna celana jeans langsung memotong bicara kating . “ Hahah tuhkan mbak, yang dilarang itu memaki celana jeans bukan memakai yah mbak,”. Beberapa mahasiswa ikut tertawa karena kesalahan penulisan di lembaran peraturan tersebut. Tetap kukuh dengan pendirian, kating komdis perempuan ini marah dan mengeluarkan pasal tamengnya. “Diam senior tidak pernah salah ingat semuanya,” ujarnya yang membuat suasana menjadi hening lagi. Akhirnya, rapat pun dibubarkan seluruh mahasiswa pada pulang. Keesokan harinya

36

Teknokra-November 2018 Edisi 219

kating tetap menerapkan peraturan tersebut. Caranya, Ia selalu memfoto mahasiswa yang masih bandel untuk disebarkan ke group-group. Supaya wajah mereka menjadi viral sebagai mahasiswa yang melanggar aturan merusak nama baik jurusan dan fakultas, sehingga mereka menjadi malu. Sayangnya,bukannya menjadi jera karena malu, namun malah senang karena bisa eksis di jurusan. Bahkan, sampai-sampai, mereka setiap hari mengambil foto selfie sedang pakai celana Jean’s dan membagikan sendiri di group seluruh angkatan. “Halo mbak-mbak dan kakak aku hari ini pakai celana jean’s loh, ” sebagai keterangan foto. Tak terima dipermainkan, kating ini pun sendirian menemui para pria pengguna Jeans di kelas. Setelah tiba, adik tingkat yang membuat onar ini menyadari kedatangan kating, sehingga mereka langsung bermain yhaa chalange. “Gw yang pakai jeans, kating yang kesetanan,”. “yaaaaaa” seru kawan-kawannya yang suka melanggar peraturan sambil tertawa. Hal ini membuat nambah geram kating, mereka sudah melawan orang yang lebih tua dari umurnya. “Adzab bagi adik-adik FKIP yang pakai celana Jean’s matinya akan tergulung-gulung celana jean’s, mata melotot terkena flash kamera, dan susah dikebumikan,” kutuk Kating yang terinspirasi sebuah film televisi yang tengah kontroversial saat ini =


Teknokra-November 2018 Edisi 219

37

Ilustrasi: Chairul Rahman Arif

Kyay jamo Adien


Cerpen

Pasar Malam Hafifah Azahra

K

eramaian penuh sesak, permainan hiburan yang terus melaju ketika yang ingin dihibur menaiki, lesehan orang-orang berjualan, semua itu tampak hina di mata Widoyo. Teriakan-te-

38

Teknokra-November 2018 Edisi 219

riakan rayuan gombal para penjual membuat matanya mendelik, sedangkan suara motor grass track memekakkan telinga hingga terasa ingin menangkupkan sepasang tangan di kedua telinganya itu. Ia rongseng! ia benci

pasar malam. Berkali-kali Widoyo bersumpah serapah dalam hati. Jika saja bukan karena anaknya yang mengajak ke tempat ini, ia tak akan sudi menginjakkan kaki di tanah yang dipakai un-


Cerpen tuk bermain sepak bola dan disulap menjadi tempat hiburan dalam satu malam. Mende­ ngar namanya saja sudah membuat imajinasi Widoyo memburuk. “Nak, Tira, kita pulang saja, ya? Kalau kita pulang ke Jakarta, kita bisa naik hiburan yang lebih bagus dari tempat ini,” bujuk Widoyo kepada Tira. Tira langsung menjawab, “Nggak mau, Yah. Tira mau lihat hiburan versi pedalaman.” Ah.. ini membuat Widoyo semakin muak. Berkunjung ke sebuah Kabupaten di Lampung dan bertepatan dengan diadakannya pasar malam. Pasar malam ini layaknya

kereta-keretaan, bianglala, tong setan, kemudian kembali ke komedi putar lagi. Semuanya hanya ia lihat. Hanya dilihat saja. Sebenarnya ia juga ingin merasakan ­kesan menaiki permainan yang serupa dengan sangkar burung, bianglala. Merasakan angin yang menggesek kulitnya ketika permainan berlangsung, kemudian memperoleh pemandangan dari pucuk teratas. Namun, sudah jelas, bukan, masalahnya? Bahwa anak itu tidak punya uang sedikit pun untuk membeli karcis. Keesokan harinya, sang anak kecil memberanikan diri untuk menyelinap di salah

Sang anak kecil meronta kesakitan, sedangkan dengan bengisnya sang pemukul tak menghiraukan rontaan anak tersebut. Sampai anak itu kapok, ia baru berhenti, meninggalkan bekas-bekas abadi dan jera terhadap apa yang baru saja terjadi. *** “Mak, ingat waktu dulu Emak marah-­marah karena lauk untuk kita makan tiba-tiba hilang?” tanya Widoyo suatu ketika kepada ibunya, Isma, yang sudah sangat tua. “Makwak, Nyak makwak engok. ” Bohong, terpampang jelas bahwa itu bohong. Widoyo tahu selama ini ibunya men-

tumpukan ayam mati. Sungguh menjijikan. “Ayah.. Ayah,” panggil Tira seraya mengayunkan tangan Widoyo yang menggenggamnya. “Minta uang.” “Untuk apa, Nak?” “Untuk beli karcis.” “Memangnya Tira mau naik permainan yang mana?” Widoyo mulai gelisah. “Kita lihat-lihat saja, ya. Jangan menaiki permainan-permainan di sini. Komedi putar, bianglala, semua permainan itu lebih seru di Jakarta.” “Ayah, Tira beli karcis bukan untuk Tira sendiri, tapi untuk anak-anak itu.” Tira menunjuk ke suatu arah. Widoyo mengikuti arah tangan Tira dan melihat seorang anak laki dan anak perempuan sedang di hadang sang penarik karcis. Wajah mereka menunjukkan keantusiasan, namun dalam sekejap berganti menjadi kesedihan setelah kebahagiaan menjarak dari mereka. Widoyo tertegun. Sepasang matanya berganti-gantian menatap anak kesayangannya dan kedua anak malang itu. Anaknya saja, yang duduk di bangku akhir sekolah dasar, sudah memiliki rasa simpati bagi orang di bawahnya. Bagaimana dengan dua puluh dua tahun silam, saat seorang anak kecil berumur delapan tahun berdiri ­layaknya orang bodoh. Pakaiannya lusuh— baju sudah menggelosor karena terlalu sering dipakai, sedangkan celana telah terdapat banyak tambalan. Anak kecil itu berjalan dari satu permainan ke permainan lainnya. Dari komedi putar, ia turut bahagia melihat permainan itu tampak asyik ketika dinaiki oleh orang-orang. Namun dalam hatinya, seperti ada yang menggedor-gedor saat ia sadar ia tak bisa menaiki permainan itu. Berlanjut ke

satu penumpang saat akan menaiki salah satu permainan. Namun, rencana nodanya terbaca oleh tukang penarik karcis. Ia ditarik dan dipaksa untuk meninggalkan permainan sebelum membawa karcis yang harusnya ia beli. Tak jadilah ia menikmati salah satu permainan di pasar malam. Anak kecil itu tak kehilangan akal. Keesokan harinya lagi, ia mencoba mencari akal agar bisa menaiki salah satu permainan yang ada di pasar malam. Dan ia mencari uang dengan membantu tetangganya bekerja, lalu diberi upah sejumlah uang. Tetapi, upah itu masih saja tidak cukup untuk menaiki satu permainan. Akhirnya, sebuah ide terlintas di pikirannya: menjual satu mie dan seplastik kecil beras kepada tetangga. Saat langit menggelap, bahagialah anak kecil itu, tak sabar untuk menaiki permainan yang tersedia. Ia ­mengenakan baju yang agak bagus, walaupun sedikit, walaupun jika dibandingkan dengan anak lainnya masih tak sepadan. Dan malam itu, mungkin malam terbahagia untuknya. *** Uang habis, kebahagiaan sesaat pun langis. Angan-angan merdu mengenai malam sebelumnya kembali menagih. Sang anak kecil mencoba kembali cara kotornya dengan menyelip di antara penumpang lainnya. Namun, kembali ketahuan. Ia mencoba lagi di permainan lainnya, dan kembali ketahuan. Begitu seterusnya, hingga sang penarik karcis hafal kepadanya. “Dasar anak miskin! Miskin!” caci tukang karcis sebelum melayangkan tangan beserta segumpal kekuatan ke tubuh anak kecil itu.

yalahkannya atas apa yang telah terjadi. “Sebenarnya waktu itu lauknya saya jual untuk naik satu permainan di pasar malam saat saya kecil. Tapi, besok malamnya saya pulang dengan babak belur. Nyak diguai jegho lamun ago lapah adok pasar malem .” “Sudahlah.” Isma tak mau berlarut-larut menyalahkan anaknya lagi. Ia sudah meyakinkan dirinya bahwa suaminya meninggal bukan karena Widoyo, tetapi karena ajal memang sudah menjurus kepadanya. “Andai saja saya tahu kalau Buya belum mengganjal perut selama dua hari...” “Sudah!” tandas Isma tak ingin melanjutkan. Ya, Ayah Widoyo memang belum mengganjal perut selama dua hari walaupun waktu itu ada sedikit nasi tersisa. Namun ternyata, Ayah Widoyo sengaja tak memakannya, meninggalkan nasi itu untuk dimakan orang lain, yaitu anak bungsunya, Widoyo. *** Widoyo menerima beberapa lembar karcis yang baru ia beli, kemudian lembaran karcis itu diberikan kepada anaknya, Tira. Dengan kaki yang cekatan, Tira melepas genggaman tangan ayahnya dan pergi menghampiri dua anak yang ingin ia bantu. Senyuman anak malang itu mengembang dan langsung menerima sodoran Tira. Tira kembali kepada Widoyo. “Sudah dikasih semua, Nak?” “Sudah, semua, Yah. Tapi tadi Tira hitung banyak sekali. Ada sepuluh kayaknya.” Tentu saja, agar anak kecil itu tak merasakan apa yang Widoyo rasakan dahulu. “Tira, malam ini kita langsung pulang ke Jakarta, ya. Kita ajak nyanyik tinggal sama kita.”

Teknokra-November 2018 Edisi 219

39


10Desember 2018

40

Teknokra-November 2018 Edisi 219


Komik Di Jalur dua Unila..

OJEK ONLINE DIL ARANG MANGKAL DI SE KITAR UNILA BE 12 4 K

Waduh gimana nih, udah gak boleh mangkal di Unila lagi. Mana belum narik penumpang sama sekali.

Sesampainya di rumah.. Bu.. adek laper, Ayah mana ya.. kok gak balik-balik

gimana ya ngomong sama orang rumah... Bentar lagi Ayah balik kok, tunggu aja..

BE 12 4 K

Aduh gimana ya ngomong nya ke orang rumah. Belum dapet duit lagi..

Waalaikumusalam...

TAMAT

Tu kan Ayah pulang..

Assalamualaikum..

Teknokra-November 2018 Edisi 219

41

Ilustrasi: Chairul Rahman Arif

Allhamdulillah.., kebetulan adek udah laper banget hehe


Pojok PKM

Indonesia masih berduka dengan bencana gempa bumi, tsunami dan likuefaksi yang terjadi di 4 daerah di ­ Sulawesi Tengah yaitu Kota Palu, Kabupaten Donggala, Sigi, dan Parigi ­ Moutong yang terkena dampak langsung. Masyarakat secara gotong royong datang menjadi sukarelawan di Sulawesi Tengah. Lembaga pemerintah, lembaga non pemerintah, komunitas, dan berbagai saluran televisi membuka akses bagi masyarakat Indonesia yang ingin berdonasi untuk korban bencana alam. Masyarakat bahu membahu menolong, dan sebagian lainyaada saja yang sibuk mengomentari bahwa b ­ encana tersebut adalah azab.

puti kejadian puting beliung, banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan lahan, gelombang pasang, gempa bumi, letusan gunung api, dan kekeringan. Jumlah ini belum ditambahkan dengan gempa yang menimpa di Palu, Sigi dan Donggala.

BERPIKIR ILMIAH Oleh: Retnoningayu Janji Utami Pemimpin Redaksi

“Ini azab dari Allah, Allah marah makanya terjadi begini,” ucapan seorang disebelah saya b ­ eberapa minggu yang lalu membuat kening saya berkerut. Tak ha­ nya itu, instastory , ­ beberapa postingan di instagram atau pertanyaan seorang teman yang tak begitu akrab juga mengarah pada hal semacam itu. Segala yang terjadi di dunia ini memang atas izin Tuhan, bagi mereka yang percaya adanya Tuhan. Namun tak berarti bencana alam adalah azab bagi suatu daerah. Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna di muka bumi ini. Satu kesempurnaan yang membuat kita berbeda dari makhluk l­ain nya ialah pikiran. Pikiran yang terdapat di dalam otak manusia seharusnya dimanfaatkan untuk berpikir juga bertindak. Dengan kemampuan berpikir, darisana lah ilmu pengetahuan akan berkembang. Ilmu pengetahuan itulah yang akan menjadi dasar seorang berperilaku. Bencana di Sulawesi Tengah seharusnya kita lihat dari prespektif keilmuan. Gempa pada 28 September 2018 lalu dinyatakan BMKG terjadi karena ­gerakan mendatar (strike slip) pada sesar Palu-Koro. Sesar Palu Koro adalah patahan terpanjang kedua di Indonesia setelah ­sesar Sumatera yang terbentang sepan-

42

Teknokra-November 2018 Edisi 219

jang 500 kilometer. Sesar ini membelah Sulawesi dari utara Teluk Palu hingga Teluk Bone di bagian Selatan. Bedasarkan arsip pemberitaan Majalah Tempo dalam artikel berjudul “Donggala atau Pantoloan” pada edisi 6 Desember 1975 yang membahas mengenai rencana pemerintah memindahkan pelabuhan Donggala ke Pantoloan. Pembangunan mengalami kontroversi karena dianggap pengamat belum d ­ibangun untuk tahan terhadap gempa karena pergeseran sesar Palu-Koro. Juga diperkuat dengan Riset Sarisin Bersaudara, yang mengungkap pernah terjadi gempa di pesisir Selat Makasar dengan kekuatan 7-8 skala ritcher. Palu sudah lama diprediksi bisa berpotensi gempa dan tsunami. Penelitian secara ilmiah itulah yang seharusnya dijadikan pijakan untuk mengatisipasi agar bencana tersebut tidak terulang kembali. Berdasarkan data dari laman website resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tercatat ada 1.134 bencana yang terjadi di tahun 2018. Jumlah ini meli-

Menyatakan bencana adalah sebuah azab pada suatu d ­ aerah nampaknya terlalu berlebihan. Ada ilmu pengetahuan yang bisa digunakan untuk mencari tahu penyebab dan pencegahan untuk selanjutnya tidak terjadi lagi. Usai peristiwa ini ditemukan beberapa alat pencegahan bencana tidak berfungsi. Tight gauge yang berfungsi untuk melihat tinggi gelombang air laut gagal mengirim pesan ke BMKG karena GPRS terputus. Selain itu pelampung juga tak berfungsi lagi. Perawatan alat-alat yang berguna untuk mitigasi bencana ini menjadi pembelajaran tak hanya untuk Sulawesi tapi untuk provinsi lainya. Proses pemulihan setelah terjadinya bencana membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Namun, dukungan positif ketimbang tudingan negatif akan lebih berguna untuk memulihkan luka-luka mereka yang kehilangan keluarga, teman, saudara, tempat tinggal dan trauma mendalam. Jika ini masih dianggap karena azab tingkah laku umat, sudah banyak tempat-tempat maksiat di Indonesia bahkan di luar negeri sekalipun yang mungkin mengalami hal serupa. Berpikir lebih ilmiah seharusnya lebih diutamakan, terlebih bagi mahasiswa. Bukan malah mengaitkannya dengan azab-azab macam sinetron azab yang tengah naik daun. Jika cara berpikir ilmiah ditinggalkan, bukan tidak mungkin kita yang akan tertinggal jaman. Hal tersebut menyebabkan Ilmu pengetahuan tidak akan bisa berkembang.Peristiwa seperti ini seharusnya menjadikan persaudaraan lebih kuat untuk saling memberikan dukungan dan doa. Tetap Berpikir Merdeka!




Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.