Memilah Sampah : Mulai dari Pilah Sampah, Yuk Jaga
eak the er” au: me untuk Rumah Berkelanjutan
Micro Habit: Hemat Air dengan Cara Kreatif
Peran Anak: Membangun Generasi Peduli Lingkungan
Bukan Malas, Tapi Banyak Alasannya: Mengungkap hambatan psikologis di balik aksi yang tertunda
Sampah Bikin Banjir : Bagaimana Mengatasinya?
Micro Habit: Pilih Produk Ramah Lingkungan & Etis
Rumah Hijau: langkah Kecil untuk Bumi yang
Lebih Hijau
Duta Lingkungan : Langkah Inspiratif Muhammad Fauzi
Puisi Lingkungan : Rumah Kecil, Cinta
Besar untuk Bumi 6 7 8 9 10 11 12 13 14 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Bumi Bareng-Bareng!
source: canva
"We first make our habits, and then our habits make us."
— John Dryden
MENGAPAKITA: Bertindak atau
Tidak Berindak?
Pernah nggak sih kamu mikir, kenapa ada orang yang rajin memilah sampah, hemat listrik, atau bawa tas belanja sendiri, tapi ada juga yang cuek aja? Jawabannya ada di psikologi lingkungan, yaitu bagaimana pikiran dan lingkungan sekitar kita memengaruhi tindakan sehari-hari.
Menurut Theory of Planned Behavior (Ajzen, 1991), keputusan kita dipengaruhi oleh:
1 Sikap kita sendiri apakah kita merasa penting dan peduli dengan lingkungan?
2 Norma sosial apakah orang-orang di sekitar kita juga melakukan hal yang sama?
3 Kontrol yang kita rasakan seberapa mudah kita merasa bisa melakukannya?
Kalau kamu punya sikap positif, teman-teman juga support, dan kamu merasa gampang melakukannya, kemungkinan besar kamu bakal bertindak ramah lingkungan Tapi kalau salah satu dari ini nggak ada, misalnya merasa ribet atau nggak ada yang peduli, biasanya kita malah nggak melakukan apa-apa Contohnya:
Keluarga A punya kebiasaan memilah sampah, hemat listrik, dan membawa tas belanja sendiri Mereka sadar lingkungan penting dan saling mengingatkan di rumah. Fasilitas pemilahan sampah juga tersedia, sehingga lebih mudah dijalankan
Emotion is the key to behavior change because it drives our actions and decisions
Dalam konteks membangun kebiasaan hijau, kalimat ini bukan sekadar teori psikologi, ini adalah kunci. Banyak dari kita tahu pentingnya menjaga lingkungan, tapi pengetahuan saja sering tak cukup untuk mengubah perilaku. Justru emosi seperti rasa peduli, cemas, marah, atau haru yang mampu menembus kebiasaan lama dan memantik aksi nyata.
Saat kita merasa terhubung secara emosional dengan isu lingkungan, keputusan kecil seperti membawa tas belanja sendiri atau menolak plastik sekali pakai terasa lebih berarti. Emosi menjadikan kebiasaan hijau bukan hanya rutinitas, tapi wujud cinta, tanggung jawab, dan harapan terhadap dunia yang lebih baik.
TEMUANMINI RISET
dan Usulan Intervensi
Bagaimanakebiasaanramah lingkungandirumahtangga?
Mini-riset kami mengungkap beberapa keluarga secara aktif memilah sampah basah dan kering, seperti Ibu Aisyah yang memisahkan sampah basah untuk pakan ternak, dan sampah kering yang dibakar atau dibuang Selain itu, pengurangan penggunaan plastik sekali pakai mulai terlihat, meskipun masih dalam tahap awal karena rasa kesulitan dan kurangnya kebiasaan Praktik hemat listrik dan air juga menjadi bagian penting dalam upaya menjaga lingkungan sehari-hari
Namun,
tidak semua hal berjalan mulus Hambatan terbesar yang dihadapi adalah persepsi
bahwa gaya hidup hijau itu “ribet” dan kurangnya motivasi Dukungan dari lingkungan sekitar dan pemerintah masih minim, terutama terkait insentif untuk pemilahan sampah Beberapa responden juga merasa produk ramah lingkungan sulit didapat dan tidak praktis Kondisi ini diperparah oleh kurangnya edukasi yang memadai, sehingga kebiasaan hijau belum melekat
Rasa kesulitan dan “ribet” dalam menjalani kebiasaan ramah lingkungan
Minimnya dukungan insentif dari pemerintah dan lingkungan sekitar
Hambatan
Utama
Jadi,bagaimanasolusinya?
Edukasi yang Mudah Dipahami Informasi soal kebiasaan hijau sebaiknya praktis dan simpel, lewat media sosial, video singkat, atau diskusi di komunitas.
Tempat sampah terpilah + sistem daur ulang yang jelas bikin usaha warga terasa nggak sia-sia Perlu dukungan fasilitas dari pemerintah 1 2 3
Hadiah Biar Makin Semangat
Voucher belanja atau diskon produk ramah lingkungan bisa bikin orang makin rajin memilah sampah dan hemat plastik
Fasilitas Sampah yang Memadai
Persepsi produk ramah lingkungan mahal dan kurang praktis
Kurangnya edukasi dan informasi yang cukup bagi masyarakat
Mematikan lampu saat tidak digunakan adalah salah satu cara paling sederhana dan efektif untuk menghemat energi listrik Sebuah contoh perhitungan menunjukkan bahwa jika Anda memiliki sepuluh lampu pijar 60 watt yang sering dibiarkan menyala selama 4 jam saat tidak ada orang di ruangan, maka dengan mematikan lampu tersebut bisa menghemat sekitar 72 kilowatt-jam listrik per bulan, yang setara dengan penghematan biaya sekitar Rp7 200 (atau $7,20) per bulan
Selain itu, mematikan lampu selama satu jam setiap hari bisa menghemat energi listrik yang setara dengan 600 watt-hour, yang jika dilakukan secara luas dapat memberikan dampak besar, seperti menghemat pembangunan pembangkit listrik baru dan menurunkan tagihan listrik rumah tangga hingga 10% Dengan demikian, mematikan lampu tidak hanya menghemat biaya listrik secara langsung, tetapi juga berkontribusi pada pengurangan konsumsi energi nasional dan dampak lingkungan negatif Kebiasaan ini sangat dianjurkan sebagai micro habit pertama dalam penghematan energi di rumah tangga
"Saya dan keluarga membiasakan penggunaan barang yang tidak satu kali pakai, seperti membawa bekal dan tempat minum sendiri. Manfaat yang paling terasa adalah menjadi lebih hemat, tidak perlu memikirkan buang sampahnya, dan merasa lebih aman serta sehat karena air minum diisi darirumah”. Testimoni ini menunjukkan bahwa kebiasaan sederhana seperti membawa botol minum isi ulang dapat langsung menghemat pengeluaran dan mengurangi sampah plastik
"Saya terbiasa membawa tas belanja sendiri kalau pergi ke supermarket atau pasar. Manfaat langsung yang saya rasakan adalah lebih hemat dan mengurangi sampah plastik. Kalau bawa pulang plastik, biasanya plastik itu menumpuk dan bikin dapur berantakan. Dengan membawa tas sendiri, rumah jadi lebih rapi dan hemat pengeluaran karena tidak perlu beli tas plastik lagi”. Testimoni ini menegaskan bahwa membawa tas belanja sendiri tidak hanya mengurangi sampah plastik, tetapi juga membuat rumah lebih tertata dan membantu penghematan
"Kebiasaan hemat listrik seperti mematikan lampu saat siang hari membuat tagihan listrik lebih hemat. Selain itu, rumah juga jadi lebih tertib dan bersih. Kalau hemat listrik dan air, suasana rumah juga lebih nyaman“ Testimoni ini menyoroti dampak langsung dari kebiasaan hemat listrik, yaitu penghematan tagihan dan kenyamanan di rumah
MacroImpact
Ketika Jutaan Rumah Tangga Bergerak Bersama
AksiKecil,DampakBesar
Bagaimana jika satu rumah mematikan lampu selama satu jam setiap malam? Mungkin tagihan listriknya sedikit turun. Tapi bagaimana jika satu juta rumah melakukannya? Kita bicara tentang potensi penghematan energi yang setara dengan menonaktifkan satu pembangkit listrik skala kecil. Inilah kekuatan dari gerakan kolektif: saat aksi kecil menjadi kebiasaanmassal,dampaknyataklagikecil.
RumahBiasa,DampakLuarBiasa
Ibu Aisyah, memulai kebiasaan menghemat listrik sejak 2021. Dari mematikan lampuyang tidak terpakai hingga mencabut peralatan elektronik setelah digunakan, kebiasaan kecil ini membawa dampaknyata:konsumsilistrikturundalamsebulan.
Yang lebih menarik, kebiasaan ini ditiru oleh anaknya, yang kini aktif mengingatkan seluruh keluarga. Jika satu juta rumah tangga melakukan hal serupa, efisiensi energi nasional dan pengurangan emisi karbon bukan lagi wacana. Perubahan besar bisa dimulai adarikebiasaankecilbahkandarisatusaklaryangdimatikan.
Syamsu Alam memulai hari lebih pagi dari biasanya, bangun jam 5 untuk belajar dan langsung berangkat ke pasar dua kali sehari demi mendapatkan bahan yang segar. Meski motivasinya awalnya karena kebutuhan ekonomi, Syamsu dan keluarganya sudah menerapkan gaya hidup ramah lingkungan yang sederhana tapi konsisten Mereka memilah sampah, memanfaatkan sisa makanan sebagai pakan maggot, dan berusaha mengurangi penggunaan plastik, walaupun tantangan datang dari kemasan makanan pesan antar yang sulit dihindari Kesadaran akan dampak positif kebiasaan kecil ini membuat Syamsu tetap semangat meskipun lingkungan sekitar belum sepenuhnya sadar.
Syamsu Alam
Lebih dari sekadar menghemat uang, gaya hidup hijau memberikan Syamsu rasa tenang dan bahagia karena merasa berkontribusi untuk bumi. Ramah lingkungan bukan soal produk mahal atau alat khusus, tapi lebih pada mengurangi konsumsi dan pemborosan sehari-hari Menurutnya, banyak orang belum beraksi bukan karena malas, tapi kurang informasi Dari langkah kecil kita sendiri, perubahan besar untuk lingkungan bisa dimulai.
Syamsu Alam
Source: Canva
Syamsu Alam
Ibu Aisyah
"Kami berusaha menerapkan gaya hidup ramah lingkungan dengan menggunakan polybag yang bisa dipakai ulang untuk belanja," ujar pemilik kedai di kudapan tersebut. "Selain itu, keluarga kami juga memproduksi maggot sebagai cara mengelola sisa makanan, jadi makanan yang tidak habis tidak langsung dibuang, tapi diberikan ke maggot sebagai pakan." Ia menambahkan, "Di kedai juga kami menerapkan pemilahan sampah dengan memisahkan sampah makanan yang dimasukkan ke plastik khusus agar mudah diolah lebih lanjut." Dengan cara ini, mereka berharap dapat mengurangi sampah dan memberikan manfaat lebih bagi lingkungan sekitar.
"Saya tidak langsung membuang sisa makanan dari warung, melainkan memberikan kepada ayam dan bebek di rumah. Dengan cara ini, sisa makanan masih bisa dimanfaatkan dan tidak menjadi limbah yang sia-sia. Biasanya, sampah basah seperti sisa makanan dijadikan pakan untuk ayam dan bebek, sementara sampah yang kering saya buang di depan rumah dan sebagian dibakar” ujar ibu pemilik warung
“Saya juga selalu memisahkan sampah basah dan kering agar pengelolaannya lebih mudah dan tidak mencemari lingkungan Selain mengurangi jumlah sampah yang harus dibuang, cara ini juga membantu menghemat pengeluaran untuk pakan ayam dan bebek.
MEMILAHSAMPAH
Mulai dari Pilah Sampah, Yuk Jaga Bumi Bareng-Bareng!
Masalah sampah masih menjadi persoalan besar yang berdampak pada lingkungan dan kesehatan manusia. Banyak orang belum menyadari bahwa membuang sampah sembarangan atau mencampur semua jenis sampah bisa merugikan kita sendiri Padahal, membiasakan diri untuk memilah sampah, seperti memisahkan antara sampah organik dan non-organik, adalah langkah kecil yang bisa membawa perubahan besar. Kebiasaan ini membantu mengurangi tumpukan sampah di tempat pembuangan dan mempermudah proses daur ulang.
Memilah sampah bisa
dimulai dari rumah. Sisa makanan bisa dijadikan kompos, sementara plastik dan kaleng bisa dikumpulkan untuk didaur ulang
Meskipun terlihat sepele, jika dilakukan terus-menerus, kebiasaan ini bisa menjadi bagian penting dalam menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat. Kita semua punya peran dalam menciptakan masa depan yang lebih baik, dan memilah sampah adalah salah satu langkah nyatanya
Source: Canva
Source: Canva
Greeneration 15 0 by AIESEC in Unhas
"Saat kami mulai Project Greeneration, fokus utama kami adalah membangun kebiasaan kecil yang berdampak besar. Awalnya memang ada tantangan, tapi setelah kami jelaskan bahwa dengan memisahkan sampah mereka ikut ‘memutus siklus’ pencemaran dan membantu ‘melindungi air’, peserta jadi lebih antusias Partisipan mulai sadar bahwa kebiasaan sederhana seperti itu bisa membawa perubahan besar.”
“Kunci utamanya adalah menghubungkan kegiatan sehari-hari dengan dampak lingkungan yang nyata, serta memberikan pengalaman langsung Dengan begitu, peserta tidak hanya tahu, tapi juga merasakan pentingnya menjaga bumi, terutama air, melalui tindakan kecil yang konsisten "
- Maya, Project Organizer
TEKNOLOGIHIJAU
Smart Home untuk Rumah Berkelanjutan
LoopSmartMeterApp
Aplikasi gratis ini dapat dihubungkan ke smart meter listrik di rumah. Loop memantau penggunaan energi secara real-time, memberikan laporan konsumsi, estimasi biaya, dan saran penghematan. Tersedia untuk iOS dan Android, Loop juga terintegrasi dengan Alexa untuk kemudahan akses data dan tips hemat energi langsung dari perangkat suara.
Dropcountr
Aplikasi gratis untuk iOS yang memantau penggunaan air rumah tangga secara real-time. Dropcountr terhubung dengan utilitas air lokal, mengirimkan peringatan jika penggunaan melebihi batas, dan memberikan tips serta informasi tentang program insentif penghematan air.
Lampu pintar yang bisa dijadwalkan atau dikontrol otomatis dengan sensor cahaya dan gerak, mengurangi pemborosan listrik
GadgetHematEnergiPopuler:
Termostat pintar seperti Nest atau Ecobee yang menyesuaikan suhu berdasarkan kebiasaan penghuni, menghemat biaya AC/pemanas
Colokan pintar yang bisa mematikan perangkat dari jarak jauh, mencegah konsumsi listrik dari perangkat dalam mode standby
Mengatur suhu ruangan dan memantau konsumsi energi secara spesifik, sehingga penggunaan lebih efisien
Penghematan Energi/Air Dampak
80% listrik
10-20% energi AC
5-10% konsumsi listrik
10-20% air
Tagihan listrik turun, emisi CO₂ turun
Rumah lebih nyaman, biaya turun
Tidak ada listrik terbuang sia-sia
Tagihan air turun, air bersih lebih terjaga
Hingga
MICROHABIT
Source: Canva
FaktaMengejutkantentangPenggunaan
AirdiRumahTangga Hemat Air dengan Cara Kreatif
Rata-rata rumah tangga bisa kehilangan ratusan liter air per bulan hanya dari keran bocor atau kebiasaan membiarkan air mengalir saat tidak digunakan
Satu keran yang menetes dapat membuang lebih dari 11 000 liter air per tahun, setara dengan 27 bak mandi penuh
Penggunaan shower lebih dari 10 menit dapat menghabiskan 100 liter air sekali mandi.
TipsHematAiryangMudahdanMenyenangkan
Jadikanlomba keluarga Siapayang palingsedikit menggunakanair mingguinimendapat hadiahkecil
Gunakan aplikasi untuk memantau dan menantang anggota keluarga mengurangi konsumsi air
Anak-anak cenderung mudah membentuk kebiasaan baru karena proses pembiasaan (habit) pada usia dini sangat dipengaruhi oleh pengulangan dan latihan. Kebiasaan adalah perilaku yang diulang secara teratur hingga menjadi otomatis dan tertanam dalam diri anak, sehingga sulit ditinggalkan di kemudian hari. Hal ini terjadi karena jalur saraf di otak anak masih sangat plastis, sehingga respons baru dapat terbentuk dengan lebih mudah melalui latihan yang konsisten Dorongan dan minat dari dalam diri anak, yang diperkuat oleh aktivitas yang menyenangkan dan dilakukan secara kontinu, juga mempercepat proses pembentukan kebiasaan baik. Pembiasaan ini sangat berpengaruh pada pembentukan karakter dan kepribadian anak di masa depan.
AktivitasEdukatifuntukAnakdanKeluarga
Anak belajar dengan meniru perilaku positif yang ditunjukkan oleh orang tua, guru, atau teman sebaya Keteladanan orang tua dalam melakukan aksi ramah lingkungan (seperti memilah sampah, mematikan lampu, atau membawa tas belanja sendiri) akan dengan mudah diikuti oleh anak
Melibatkan anak dalam kegiatan menanam pohon, memilah sampah, menghemat air dan listrik, serta berdiskusi tentang pentingnya menjaga lingkungan, dapat menanamkan nilainilai hijau sejak dini
Keterlibatan anak dalam komunitas atau kelompok yang menerapkan gaya hidup hijau, seperti program penanaman pohon, pengelolaan limbah, atau lomba hemat energi, dapat memperkuat kebiasaan positif melalui pengaruh lingkungan sosial
Aktivitas seperti roleplay, bermain peran sebagai “penjaga lingkungan”, atau membuat proyek daur ulang bersama keluarga, terbukti efektif meningkatkan keterampilan sosial dan perilaku ramah lingkungan anak
BukanMalas, TapiBanyakAlasannya
Mengungkap hambatan psikologis di balik aksi yang tertunda.
PernahGak...
Pernah gak? kamu ngalamin, semangat di awal, niat menggebu, lalu... tunda lagi. Apa yang membuat kita sulit beranjak dari rencana ke tindakan nyata? Tulisan ini mengajakmu memahamidanmenaklukkanhambatanpsikologisyangmenghambataksi,terutamadalam isu-isusosialdanlingkungan.
Apayangmenghambataksihijaumu?
Gakpunyawaktu
Dikatainsokhijau
Ribet
Bingung
Tenang..Kamugaksendirian!
Survei terhadap 50 mahasiswa Unhas menunjukkan bahwa hambatan psikologisutamadalamberaksiadalah perasaantidakmemilikiwaktu(8%) Takutdianggap“sokhijau”(22%) Menganggap“ribet”aksihijau(42%) Perasaanbingung(28%)
Data ini menunjukkan bahwa rintangan terbesar sering kali bukan kurangnya niat, melainkan pergulatan batin yang takterlihat
Kamu tidak sendiri. Merasa ragu, takut dinilai, atau kewalahan menghadapi kompleksitas masalah adalah hal yang manusiawi. Hambatan psikologis bukan tanda kelemahan, melainkan bagian dari proses tumbuh dan memahami diri. Yang penting, jangan tunggu sampai segalanya terasa sempurna atau kamu merasa benar-benar siap, karena momen itu mungkin tak pernah datang. Mulailah dari langkah paling sederhana, sekecil apa pun, selama itu jujur dari dirimu sendiri. Sebab perubahan nyata jarang datang dari gebrakan besar,melainkandarikeberanianuntukterusmelangkahmeskiperlahan.
Source: Canva
SAMPAHBIKINBAN Bagaimana Mengatasinya?
BanjirdiKotaMakassar
Banjir di Kota Makassar bukan cuma gara-gara hujan deras loh!. Salah satu penyebab utama banjir di Makassar adalah penumpukan sampah di saluran drainase, terutama sampah plastik. Bayangkan, tiap hari kota ini menghasilkan sekitar 1.000 ton sampah, tapi pengelolaan dan pengolahannya masih kurang maksimal.. Akibatnya, saat hujan turun, air tidak bisa mengalir lancar dan banjir pun terjadi.
PengelolaanSampahyangBaikDibutuhkan!
Memilahsampahorganik
Mengolahdan
Membuangsampah
Kurangipenggunaan plastiksekalipakai
MicroHabit
Pilih Produk Ramah Lingkungan dan Etis
Memilih produk ramah lingkungan dan etis sejalan dengan tujuan SDG 12, yaitu responsible consumption and production Dengan memilih produk yang diproduksi secara bertanggung jawab dan ramah lingkungan, kita membantu mengurangi penggunaan sumber daya alam secara berlebihan, mengurangi limbah, serta mendukung praktik bisnis yang berkelanjutan Kebiasaan ini merupakan bagian dari upaya global untuk mengurangi jejak ekologis dan memastikan kualitas hidup yang lebih baik bagi generasi sekarang dan mendatang Melalui tindakan sederhana ini, kita turut berkontribusi pada pengelolaan sumber daya yang efisien dan produksi yang bertanggung jawab, sesuai dengan target-target SDG 12
toptips:
Periksa label ramah lingkungan (ecolabel)
Periksa bahannya Plastik Kayu
Hindari kemasan plastik sekali pakai
"Langkah Kecil untuk Bumi yang Lebih Hijau"
Kesadaran akan pentingnya lingkungan hijau harus dimulai dari ruang paling dekat dengan kita, yaitu rumah.
Dengan memanfaatkan lahan sempit untuk berkebun, mengurangi penggunaan plastik, serta mempraktikkan gaya hidup minim sampah (zero waste), kita telah memberikan kontribusi nyata terhadap pelestarian lingkungan Rumah bukan hanya tempat tinggal, tapi juga bisa menjadi pusat pembelajaran dan pembiasaan gaya hidup ramah lingkungan bagi keluarga
“Jangan Buang Sampah Sembarangan, Yuk Peduli Lingkungan!”
Source: Canva
“Berkebun adalah cara terbaik untuk menyentuh bumi dan menumbuhkan kehidupan.”
“Bawa tas belanja plastik ramah lingkungan setiap kali berbelanja demi lingkungan yang lebih bersih.”
Langkah kecil yang konsisten dari rumah akan memberi dampak besar ketika dilakukan bersama-sama.
Source Canva
Source: Canva
DUTALINGKUNGAN
Langkah Inspiratif Duta Lingkungan, Muhammad Fauzi
Pernah nggak kepikiran kalau kebiasaan kecil sehari-hari bisa mengubah dunia? Sebagai Duta
Lingkungan Gowa 2025, aku membuktikan bahwa aksi sederhana tapi konsisten punya dampak besar Contohnya, mengajarkan ibu-ibu di Desa Bungaejaya membuat pupuk kompos dari sampah dapur yang kini jadi gerakan mandiri mengurangi sampah dan menyuburkan tanaman
Begitu juga kegiatan bersih pantai di Pulau Balang Lompoa yang menginspirasi warga menjaga kebersihan dan memanfaatkan lubang resapan biopori untuk kebun sayur.
Yang paling bikin semangat tuh lihat kebiasaan kecil bisa cepet banget nyebar, apalagi di anak muda Pas kita kasih penyuluhan di SMAN 20 Gowa, cuma ngajak bawa tumbler sama kurangin sampah plastik, sekarang mereka malah udah bikin daur ulang sendiri! Terus, tanam pohon bareng mahasiswa
Unhas di Takalar juga makin gede, dari seratus bibit jadi penghijauan yang bikin kampus makin sejuk. Ini bukti nyata kalau aksi kecil yang terus dilakuin bareng-bareng bisa jadi solusi besar buat lingkungan Jadi, jangan anggap remeh kebiasaan kecil kamu hari ini, siapa tau itu awal perubahan besar buat bumi!
Di sudut rumah yang sunyi dan teduh, kututup kran seolah meredakan keluh air yang mengalir sia-sia tiap waktu, seperti tangis bumi yang tak terdengar syahdu.
Kupadamkan lampu saat pagi menjelma, sebab cahaya mentari lebih setia.
Tak perlu mewah, tak perlu benderang, cukup sadar bahwa terang bisa datang dengan tenang.
Kantong kain kupeluk di genggaman, teman belanja yang setia tanpa beban.
Plastik kutinggalkan di masa lalu, sebab cinta tak selalu dibungkus baru.
Di halaman sempit kutanam harapan, dalam pot kecil tumbuh kehidupan Satu daun hijau, satu napas segar, bukti bahwa alam masih bisa bersabar.
Kudengar suara sampah di dapur, kupilah ia tanpa syukur yang gaduh.
Organik, anorganik—kubiarkan mereka pulang, ke tempat yang layak, agar bumi tak bimbang
Tak ada gemuruh, tak ada sorak, hanya langkah pelan tanpa retorik
Namun dari rumah sederhana ini, aku belajar mencintai bumi, sunyi tapi pasti. Page 24
Nurul Safitri Agustina, 2025
DAFTARPUSTAKA
Ajzen, I (1991) The theory of planned behavior Organizational Behavior and Human Decision Processes, 50(2), 179–211
Sakijege, T (2019) Repercussions of improved municipal solid waste management on flood risk reduction: The case of dar es salaam, Tanzania Journal of Geoscience and Environment Protection, 7, 177-199
Schultz, P W (2014) Strategies for promoting proenvironmental behavior: Lots of tools but few instructions European Psychologist, 19(2), 107–117
Muhaimin, M , & Jumriani, J (2023) Analisis Permasalahan Sampah Rumah
Tangga di Bantaran Sungai Kota Banjarmasin ASANKA: Journal of Social Science and Education, 4(1), 34-43
Kurniati, E , Mirawati, M , Rudiyanto, R , Fitriani, A D , Rengganis, I , & Justicia, R. (2019). Implementasi Program Anak Peduli Lingkungan Melalui Kegiatan Memilah Sampah Early Childhood: Jurnal Pendidikan, 3(1), 1-6
Rizky, V. A., & Gunawan, A. I. (2022, August). Membangun Perilaku Konsumen Dalam Memilah Sampah Plastik: Pendekatan Theory of Planned Behavior (TPB). In Prosiding Industrial Research Workshop and National Seminar (Vol 13, No 01, pp 1078-1084)
Lestari, A., Mangundjaya, W. L., & Martono, D. N. (2022). Persepsi Kontrol Perilaku dan Niat dengan Perilaku Memilah Sampah di Perusahaan Jasa
Konstruksi Migas. Jurnal Ilmu Perilaku, 6(2), 113-129.
Purnomo, T A , & Sunarsih, D (2023) Sosialisasi Pemilahan Sampah Organik dan Non-organik di SDN Banjarharjo 07 Jawa Tengah. Jurnal Abdi
Masyarakat Indonesia, 3(2), 465-472
Hisam, Busrah. (2025, Mei 22). Gandeng Australia! Akankah persoalan sampah, banjir dan transportasi publik di Makassar teratasi? Intuisi Makassar. https://makassar.pikiran-rakyat.com/pemerintahan/pr3509352947/gandeng-australia-akankan-persoalan-sampah-banjir-dantransportasi-publik-di-makassar-teratasi
Chandra, Wahyu (2021, Desember 8) Banjir di Makassar: Dari cuaca buruk, timbunan sampah hingga perlindungan masyarakat pesisir dan pulau. Mongabay https://mongabay co id/2021/12/08/banjir-di-makassar-daricuaca-buruk-timbunan-sampah-hingga-perlindungan-masyarakatpesisir-dan-pulau/
Rossevelt, F. A., Aisyah, D., Thamrin, M. H., Mumtahanah, S., Harahap, S. K. N , Marbun, C M , Siregar, A N , Sinaga, R E , Batubara, S A A , Aldo, M C., & Tampubolon, M. F. (2024). Pengaruh kesadaran masyarakat terhadap perilaku pembuangan sampah dan upaya pencegahan risiko banjir di kota Medan. SAJJANA: Public Administration Review, 1(1), 1–10.