Surya Edisi Cetak 12 Maret 2010

Page 24

19

Opini JUMAT, 12 MARET 2010

ANDA punya keluhan, kritik dan saran terhadap layanan publik oleh pemerintah maupun swasta? Atau sekadar ingin berbagi? Silakan kirim ke harian.surya@gmail.com atau manfaatkan fasilitas surat pembaca di www.surya.co.id. Untuk artikel di rubrik Opini, kirimkan naskah sekitar 750 kata, juga ke harian.surya@gmail.com dilengkapi scan foto/foto identitas diri. Jika melalui surat, silakan kirim ke saudari Erly di Harian Surya, Jl Rungkut Industri III No 68 & 70 Surabaya 60293 atau faksimili 031-8414024. Sertakan fotokopi identitas Anda (KTP, SIM, dll).

Ada Reklame Roboh, Apa Sanksinya? Setiap habis hujan lebat apalagi disertai angin kencang, besok pagi pasti disuguhi berita reklame roboh. Semestinya, papan reklame yang ber-IMB tidak dapat roboh karena terpaan angin dan hujan. Wong IMB dikeluarkan atas dasar perhitungan yang matang dari para cerdik pandai dan cendekia dari kantor yang berwenang mengeluarkan IMB. Tapi kenyataannya tidaklah demikian. Papan reklame bertumbangan di mana-mana, bahkan kadang ada papan reklame runtuh tanpa ada angin dan hujan. Yang merangsang perusahaan iklan out door memasang papan reklame dengan kekuatan seadanya adalah tidak adanya sanksi yang tegas bila terjadi papan reklame roboh. Banyak papan reklame roboh yang diberitakan besar-besar di koran, tapi masyarakat umum tidak tahu akhir ceritanya. Apakah korban telah mendapat santunan dan perusahaan reklame telah dihukum? Seharusnya, sanksi yang berat perlu diatur dalam perda. Apalagi, bila terjadi kerugian pihak ketiga baik harta maupun nyawa. Mungkin perlu dibuat aturan kerugian harta diganti 10 kali dan nyawa sebesar Rp 600 juta seperti korban Adam Air tempo hari. Kemudian yang membuat perusahaan reklame makin sembrono ialah kurang adanya pengawasan yang ketat setelah papan reklame berdiri. Seharusnya, bukan saja perusahaan yang dihukum tapi pemberi izin juga dihukum bila terbukti tidak melakukan pengawasan yang baik setelah papan reklame berdiri sesuai IMB yang dikeluarkan. Muchammad Hamzah Jl Teluk Kumai Barat 72, Surabaya

Ubah Jadwal KA Surabaya-Kertosono Saya mewakili jeritan hati pegawai/karyawan pengguna jasa kereta api khususnya jalur Surabaya-Kertosono (PP), terkait kebijakan baru tentang perubahan jadwal yang berlaku per 1 Maret 2010. Saya pegawai/karyawan dari luar kota yang mencari rezeki/bekerja di Surabaya. Bagi kami, kereta api adalah alat transportasi yang benar-benar sangat meringankan beban biaya kami dibandingkan alat transportasi lain. Tetapi, dengan adanya perubahan jadwal keberangkatan kereta, dapat menimbulkan kesulitan bagi kami untuk sampai tepat waktu di kantor pukul 08.00. Keterlambatan sampai di kantor tentu akan berpengaruh pada konduite kami dan berisiko kehilangan uang makan harian kami. Memerhatikan hal-hal tersebut di atas, kami mohon kepada yang berwenang dalam hal ini PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasional VIII untuk mengembalikan jadwal keberangkatan kereta jurusan Surabaya-Kertosono (PP) seperti semula. Haryono Santoso Dusun Bekel, Kepuhkajang, Perak, Jombang

Usir Obama dari Indonesia! Dalam waktu dekat, negeri kita akan kedatangan tamu besar. Tamu yang begitu dielu-elukan oleh dunia. Ya, Indonesia akan kedatangan Presiden Amerika Barack Obama sekitar 22 Maret. Dikabarkan, kedatangan Obama dalam rangka merumuskan kerja sama dengan Indonesia. Tapi, kita sebagai negeri dengan penduduk muslim terbesar di dunia, jika begitu ramahnya menyambut kedatangan Obama, sama artinya telah menyakiti saudara muslim di belahan bumi lain, seperti Irak, Afganistan, Palestina, atau Pakistan. Betapa tidak, Amerika telah begitu banyak menyakiti kaum muslim dengan kebijakan luar negeri yang ngawur. Obama yang dianggap akan menghentikan invasi militer di Irak atau Afganistan, ternyata tidak juga menunjukkannya. Obama yang dianggap akan menolong negeri terjajah, ternyata malah menghancurkan Palestina karena menyetujui penyerangan Israel terhadap permukiman Palestina. Apakah kita tetap mengharapkan dan menyambut baik orang yang telah nyata-nyata memusuhi kaum muslim? Padahal, kita adalah representasi dari kaum muslim. Justru yang seharusnya kita lakukan adalah mengusir dia dan tidak membiarkannya datang kembali ke Indonesia. Kalau perlu diteriaki, "Awas ada pembunuh!! Miftakul Jannah Dusun Patoman, Desa Keboharan, Krian, Sidoarjo

HARIAN PAGI

Pemimpin Redaksi Rusdi Amral Wakil Pemimpin Redaksi Sunarko Redaktur Pelaksana Alfred Lande, Farhan Effendi

NU, Tak Usahlah Berpolitik Khozanah Hidayati Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Tuban dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)

Sebenarnya, sesuai Khittah 1926, Nahdlatul Ulama (NU) tidak memihak dan ikut campur masalah politik atau partai politik tertentu. Namun sejak Pemilu 2004 hingga 2009, elite NU dan kiai NU sangat kental dan vulgar sekali dalam mengarahkan pilihan umat.

p

engarahan dan keterpihakan ke partai tertentu dan calon tertentu itu terjadi dalam pemilihan Legislatif, kepala daerah, hingga Presiden. Sebagian besar kalah bahkan kalah telak. Misalnya, kekalahan Ketua Umum PBNU, Hasyim Muzadi, ketika berpasangan dengan Megawati dalam Pilpres 2004, kekalahan Ketua Muslimat NU, Khofifah Indarparawansa saat Pilgub Jatim, kekalahan Jusuf Kalla-Wiranto saat Pilpres 2009. Masih banyak lagi kekalahan calon kepala daerah yang disokong para elite NU. Partai-partai berbasis nahdliyin pun kalah dalam Pemilu 2009, seperti PKB, PPP dan PKNU. Peran politik NU di masa lampau tercatat sangat menunjukkan eksistensinya, misalnya saat pemilu pertama kali diselenggarakan tahun 1955. Kiprah NU dari golongan Islam tradisional ini tidak bisa dilupakan begitu saja dalam mewarnai tegaknya demokrasi di negeri ini. Pada Pemilu 1955, NU menempati posisi ketiga (18,4 persen) di bawah PNI (22,3 persen) dan Masyumi (20,9 persen). Padahal saat itu, NU baru saja keluar dari Masyumi dan tidak punya banyak waktu untuk mensosialisasikan partainya seperti partai lainnya. Pada pemilu selanjutnya semasa Orde Baru, NU juga masih membuktikan eksistensinya dalam PPP. Tapi 'prestasi politik' NU namun kurang begitu menggembirakan akhir-akhir ini. Maka

warteg

kiranya diperlukan reposisi dan revitalisasi peran dan posisi politik NU ke depan. Serangkaian kekalahan itu menunjukkan, warga nahdliyin semakin "mandiri" dan tidak mau mengikuti wejangan para elite NU di bidang politik. Mengapa ini bisa terjadi? Bagaimana sebaiknya langkah NU secara organisasi ke depan? Secara garis besar yang mempengaruhi pilihan politik warga NU berbeda dengan arahan para elite NU adalah: - Meningkatnya tingkat pendidikan warga NU secara umum. Naiknya tingkat pendidikan masyarakat akan naik pula pengertian mereka tentang demokrasi maupun pengetahuan bidang politik lainnya. - Berkembangnya teknologi informasi yang bisa diakses oleh semua warga. Warga NU pun tidak perlu lagi preferensi politik dari para elitnya. - Belum tentu kebutuhan warga NU bisa dipenuhi bila mereka mengikuti preferensi politik para elite NU. Warga NU sudah semakin pintar memilih pihakpihak yang akan memberikan keuntungan kepada mereka, daripada hanya mengikuti preferensi politik tanpa keuntungan apa-apa. Kondisi sudah semakin berubah dibandingkan tahun 1955–1971-an ketika NU jadi partai politik atau saat Orde Baru (1977-1984) ketika NU menjadi bagian dari PPP. Maka, apakah peran dan posisi politik

NU perlu dipertahankan atau diperbarui? Memang secara de jure peran politik NU sudah kembali sesuai Khittah 1926 sejak Muktamar 1984. Akan tetapi, tarik-menarik NU ke arah politik sangat jelas walau itu hanya dilakukan para elite NU. Nuansa pengarahan dan political patron juga sangat jelas membawa-bawa organisasi NU baik itu NU secara induk organisasi maupun secara organisasi beberapa badan otonom NU. Menurut saya, sebaiknya ketidakberpihakan NU secara organisasi harus benar-benar diterapkan secara bertanggung jawab mengingat NU saat ini sudah merupakan organisasi yang multi stake holder. Artinya, NU tidak hanya dimiliki para elite NU sendiri maupun partai tertentu namun warga NU sudah menyebar ke semua bidang kemasyarakatan dan kehidupan. Bahkan, mereka yang tidak tercatat sebagai jam’iyah NU pun merasa menjadi warga NU karena secara kultural mereka melakukan kegiatan keagamaannya mengacu pada ajaran-ajaran ke-NU-an seperti tahlil, salawatan, dll. Jadi, untuk membikin kema-

Dua tahun terakhir ini, banyak pesta buku diadakan di kota-kota besar dan kecil. Harus diakui, kegiatan yang berhubungan dengan membaca dan minat membaca masih sepi diberitakan di media cetak dan elektronik. Sekali pun ada, porsi berita yang disampaikan hanya menjadi selingan kecil di antara berita lain yang lebih menonjol. Media televisi bahkan lebih suka menayangkan acara komersial yang perputaran uangnya cepat, seperti sinetron yang membuai mimpi tanpa awal dan akhir cerita yang jelas. Ia cenderung mendidik penonton menjadi konsumtif, berangan-angan jauh di atas awang-awang tanpa melihat kenyataan pada dirinya. Sebaliknya, acara-acara yang penuh idealisme tidak menjadi incaran media elektronik. Akibatnya, bangsa kita tumbuh menjadi bangsa yang tidak sehat, kekurangan 'vitamin B'. Apa itu? Buka buku dan baca. Kegiatan membaca sudah sering diserukan, tapi masih jauh dari harapan. Kegiatan masih bersifat terpencar, hangat pada saat dipanaskan di atas kompor, selanjutnya menjadi dingin ketika api padam. Bandingkan dengan negara lain yang masyarakatnya lahap membaca buku. Ke mana pun

NU secara organisasi. Hal ini harus benar -benar diterapkan dan diawasi oleh organisasi agar tidak dilanggar. Kalau hal ini bisa diterapkan secara bertanggung jawab dan konsisten, alangkah indahnya NU dan tentunya warga NU atau yang merasa warga NU akan bangga dengan kondisi demikian. Tidak seperti saat ini, antar elite NU sendiri mempunyai dukungan atau preferensi politik sendiri-sendiri dan akhirnya calon yang mereka dukung dengan mengatasnamakan NU kalah, sehingga membuat warga NU merasa tidak nyaman. Selamat Bermuktamar Semoga dalam Muktamar NU ke-32 pada bulan Maret 2010 ini di Makassar akan berhasil diambil keputusan penting perihal posisi dan peran politik NU ke depan. Itu supaya kiprah NU dan warga nahdliyin di dunia politik ke depan lebih tertata sehingga akan membawa hasil yang sangat signifikan dan tentunya membawa kemaslahatan bagi umat. Insya Allah. n

Kirimkan naskah Anda ke e-mail ANDA PUN BISA JADI WARTAWAN harian.surya@gmail.com atau via http://facebook.com/suryasurabaya dengan subjek sesuai judul naskah. Panjang naskah 450 kata, perhatikan pedoman Ejaan Yang Disempurnakan. Cantumkan nama, alamat e-mail dan alamat lengkap. Tulisan hasil reportase, bukan opini, akan diutamakan untuk dimuat di rubrik WARTEG (wartawan warga negara) ini. Lainnya tetap dimuat di website www.surya.co.id.

Buka Buku dan Bacalah! Vita Priyambada Mahasiswa D3 Manajemen Informatika STIKOM Surabaya vita.priyambada@gmail.com

juan NU secara organisasi dan bisa dinikmati semua warga NU baik yang jam’iyah maupun yang tergolong NU kultural serta semua warga bangsa, sebaiknya NU hanya mengurusi masalahmasalah keumatan, sosial, pendidikan serta masalah-masalah keagamaan. Tidak usah lagi terlibat langsung dengan masalahmasalah politik. Para elite NU selayaknya tidak terjebak lagi dalam dukungmendukung calon tertentu. Karena di samping warga NU yang sudah menyebar ke hampir semua partai besar yang ada, juga banyak warga NU yang non partisan. Namun kalau dukung-mendukung tersebut atas nama pribadi, dipersilakan. Lantas, bagaimana peran NU secara organisasi kalau ada warga NU yang ikut mencalonkan posisi tertentu dalam pilkada, pemilu dan bahkan pilpres? Mestinya itu bisa disikapi secara tegas bahwa secara organisasi NU tidak dukung-mendukung. Jika ada elite NU yang akan memberikan dukungan sebaiknya diberikan secara personal dan juga harus melepas dahulu baju elite NU-nya serta menjaga benar netralitas

mereka pergi, buku menjadi bekal utama mengisi waktu luang di taman, bandara dan tempat umum lain. Mengasyikkan melihat mereka benar-benar memperlakukan buku sebagai sahabat sejati. Sementara, sebagian besar masyarakat di sini belum menjadikan buku sebagai sahabat. Untuk mengisi waktu luang, orang-orang sibuk berbicara lewat telepon genggam, mengi-

Untuk mengisi waktu luang, orangorang sibuk berbicara lewat telepon genggam, mengirimkan pesan singkat atau main game. rimkan dan menerima pesan singkat, atau main game. Pada dasarnya, masyarakat kita terbiasa (dan dididik) dengan bahasa lisan daripada bahasa tulis. Menumbuhkan kecintaan membaca berawal dari lingkungan yang paling kecil yaitu keluarga. Secara teoritis anak meniru dan mencontoh dari orangtua. Orang tua yang mempunyai kebiasaan membaca dan kegiatan-kegiatan yang tidak jauh dari budaya literasi menjadi contoh yang baik bagi anak. Selain lingkungan keluarga

mempunyai peran yang penting, perlu ada dukungan dari lingkungan yang lebih besar seperti sekolah dan pemerintah yang mengelola perpustakaan daerah. Beruntung, di Kota Malang ada Perpustakaan Kota Malang untuk umum yang buka SeninJumat pukul 08.00-20.00 WIB dan Sabtu-Minggu buka pukul 09.00-15.30 WIB. Sepanjang hari pengunjung ramai mendatangi perpustakaan, bahkan Sabtu dan Minggu orangtua yang mengajak anak-anaknya menjadi pemandangan yang biasa. Mereka melakukan wisata baca di perpustakaan. Perpustakaan dengan pengelolaan dan pelayanan yang baik dan benar, mampu menarik minat pengunjung datang ke tempat ini. Perpustakaan yang dikelola pemerintah dengan deretan buku tua dan penuh debu sudah mulai ditinggalkan. Persediaan dan pengadaan buku yang selalui diperbarui dan mengikuti perkembangan terbaru menjadi salah satu daya tariknya. Kegiatan penunjang yang berhubungan dekat dengan perbukuan seperti bedah buku, diskusi seni dan sastra, mendongeng untuk anak-anak, mengundang sekolah-sekolah untuk mengunjungi perpustakaan dan adanya perpustakaan keliling menjadikan perpustakaan sebagai pusat pengembangan minat dan budaya membaca. Jadi, buka buku dan bacalah! n

Supaya Berdaya Demosa Neva Sukmono Mahasiswa Psikologi, Unmuh Malang & Wartawan Koran Kampus BESTARI loveanbiya@gmail.com Beberapa waktu lalu saya mengikuti kelas yang membahas pengukuran dalam psikologi. Jika dipahami baik-baik, validitas maupun reliabilitas menyimpan prinsip yang dapat diterapkan di berbagai bidang kehidupan. “Validitas berkaitan dengan ketepatan cara pengukuran, berarti yang dipersoalkan adalah instrumennya. Reliabilitas itu konsistensi hasil pengukuran,” papar Tulus Winarsunu, ahli psikologi keselamatan kerja, saat memaparkan penjabaran di kelas yang saya ikuti. Kalau kita kaitkan validitas dengan kehidupan sehari-hari, misal sebagai wiraniaga, segera muncul pertanyaan, “Sudah tepatkah cara pandang kita menghadapi sesuatu?” Di dunia usaha, kita sering dihadapkan masalah menurunnya daya beli. Hal itu bisa menjadi momok atau berubah menjadi peluang bagi segelintir orang. Tergantung cara pandang yang kita gunakan. Tergantung pula instrumen yang kita gunakan. Dalam situasi di atas,

menurut ekonom Amerika, Paul Zane Pilzer, cara pandang yang valid atau tepat adalah menciptakan bisnis yang sesuai daya beli. Cara pandang yang tidak valid sudah pasti, menunggu daya beli meningkat dengan tidak melakukan apa-apa. Hasilnya berbeda bukan, antara cara pandang yang valid dengan yang tidak? Untuk mendapatkan hasil yang lebih memberdayakan, begitu kata pakar pengembangan SDMA Anthony Robbins, kita harus menggunakan cara pandang yang valid. Kalau sudah valid, apa hubungannya dengan reliabel, atau konsistensi hasil? Menurut Tulus, jika instrumen yang digunakan valid, hasilnya otomatis reliabel. Jika cara pandang kita tepat dalam menghadapi masalah, hasilnya pasti tepat memberdayakan dan akan terus tepat selama cara pandang kita juga tepat. Inilah yang dinamakan hasil yang reliabel (konsisten), lahir dari cara yang valid (tepat). Sebagai mahasiswa, setumpuk tugas dari dosen, jika dipandang dengan cara pandang valid, tentu membuahkan hasil yang tepat pula. Ya, hasilnya pasti suatu aksi yang memberdayakan. n

Staf Redaksi: Satwika Rumeksa, Tri Yulianto, D Wahjoe Harjanto, Trihatmaningsih, Sigit Sugiharto, Tri Dayaning Reviati, Eko Supriyanto, Junianto Setyadi, Hariyanto, Tri Mulyono, Tutug Pamorkaton, Gatot Sunarko, Wahyudi Hari Widodo, Josef Sintar, Endah Imawati, Kistyarini, Yuli Ahmada, M Rudy Hartono, Ahmad Pramudito, Anas Miftahudin, Joko Hari Nugroho, Wiwit Purwanto, Suyanto, Deddy Sukma, Tantowi Jauhari, Habiburrohman, Kuncarsono Prasetyo, Didik Sutrisno, Titis Jatipermata, Fatkhul Alami, Doso Priyanto, Ravianto, Dyan Rekohadi, Amru Muis, Sri Handi Lestari, Yudie Thirzano, Marta Nurfaidah, Dwi Pramesti, Sugiharto, Musahadah, Mujib Anwar, Hadi Santoso, Sudharma Wahyu Adiwijaya, Iksan Fauzi. Direktur: Rusdi Amral; General Manager Bisnis-Iklan: Stella Soedibjo, Wakil General Manager Bisnis: Wachid Mukaidori ; Marcomm: Rachmad Hariyanto Biro/Perwakilan: Malang: Adi Sasono, Hesti Kristanti, Eko Nurcahyo, Sylvianita Widyawati, Wahyu Nurdiyanto, Aji Bramastra, Alamat: Jl Sultan Agung No. 4, Malang. Telepon: (0341) 360201 Fax: (0341) 360204. Iklan: fax (0341) 360204, Sirkulasi (0341) 360203, Kediri: Didik Mashudi, Arief Suka Putra, Alamat: Jl Banjaran Gg I/ 131, Kediri, Tlp (0354) 686933, Pasuruan: Jl Dr Wahidin Selatan 180 Pasuruan. Telepon/fax: (0343) 412411, Gresik: Adi Agus Santoso, Mojokerto: Imam Hidayat, Jakarta: M Taufiq Zuhdi, Alamat: Jl Palmerah Selatan 12 Tlp (021) 5483008, Fax: (021) 5495360 Kantor Pusat: Jl Rungkut Industri III No 68 & 70 Surabaya 60293 Telepon: (031) 8419000, Fax Redaksi: (031) 8414024 Alamat Surat: PO BOX 110 SBWO Surabaya Penerbit: PT Antar Surya Jaya, Surat Izin Usaha Penerbitan Pers: SK Menpen No.202/SK/MENPEN/ SIUPP/A.7/1986 Tanggal 28 Juni 1986. Percetakan: PT Antar Surya Jaya. Isi di luar tanggung jawab percetakan. Tarif Iklan: Iklan taktis min 75 karakter–mak 375 karakter (1 karakter Rp 750); Iklan display/umum (hitam putih) Rp 25.000/mmk, Iklan display/umum (warna) Rp 30.000/mmk; Iklan duka cita Rp 7.500/mmk; Iklan mendesak/duka cita untuk dimuat besok dapat diterima sampai pukul 18.00 WIB. Bagian Iklan: Jl Rungkut Industri III No 68 & 70 Surabaya 60293, Telepon: 031 841 9000, Fax: (031) 8470000 dan (031) 8470500. Manager Iklan Jakarta: Christina MS Indiarti; Alamat: Gedung Iklan Kompas Gramedia, Jl Palmerah Selatan No.15 Jakarta. Telepon (021) 53679599 Ext.6009, Fax (021) 53699150. Bagian Sirkulasi (Langganan): Gedung Kompas Gramedia Lt. 4 & 5 Jl. Jemur Sari No. 64 Surabaya, Telepon: (031) 8419664 (Pelanggan), (031) 8483939, 8483500 (Bagian Sirkulasi) Fax: (031)8479595 - 8478753. Harga Langganan Rp 29.000/bulan, E-Mail Pengaduan: pengaduan@suryagroups.com, Rekening: BCA Cabang Darmo, Rek 088-3835830; Bank BNI Cabang Pemuda, Rek. 0048789714; Bank Danamon Cabang Gubernur Suryo, Rek 0011707361; Bank Mandiri Cabang Rungkut, Rek 141.0086001112 atas nama PT Antar Surya Jaya. Surya Online: http://www.surya.co.id E-Mail: redaksi@surya.co.id

SEMUA WARTAWAN SURYA DIBEKALI TANDA PENGENAL DAN TIDAK DIPERKENANKAN MENERIMA/MEMINTA APA PUN DARI NARASUMBER.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Surya Edisi Cetak 12 Maret 2010 by Harian SURYA - Issuu