Surya Digimag 29 Januari 2015

Page 1

DigiMag Digi

4

Digital Magazine

Segala sesuatu itu bermula dari nol. Tidak ada satu pun manusia yang mahir seketika. Maka dari itulah, manusia selalu belajar dan mencari pengalaman dalam hidupnya.

S BANYAK EKSKUL BANYAK PENGALAMAN

ALAH satu cara untuk berkembang adalah dengan mengikuti berbagai ekstrakurikuler alias ekskul di sekolah. Ada banyak pilihan yang disediakan dan siswa boleh memilih sesuai dengan minat dan kemampuan. Tentu menyenangkan jika sekolah menyediakan banyak fasilitas. Itu yang dilihat Tim 1 SMPK Santo Yusup Surabaya ketika menjelajah SMAK St Louis 2 Surabaya. Salah satu andalannya adalah ekskul Dance. Kata para kakak yang ditemui di sekolah itu, Dance dulu dipandang

sebelah mata karena kurang gaung. Itu duluuuuu… banget. Sekarang berbeda lho. Menurut Hanesha Nitahalya Muliauwan, selaku koordinator ekskul Dance, awalnya ekskul ini tidak menonjol. Baru pada 2013 Dance mulai mengukir prestasi dan menarik anggota baru. “Ada banyak faktor sih yang memengaruhi perkembangan pesat Dance. Faktor utama antara lain adalah ditunjuknya dua pelatih baru oleh sekolah, yaitu Kak Farida dan Kak Anam,” kata Hanesha yang menyebut anggota ekskul Dance dengan S_Loud Dance Crew. Faktor pen-

KAMIS, 29 JANUARI 2015

surya.co.id | surabaya.tribunnews.com

dukung lainnya adalah semangat dan kerja keras yang dimiliki setiap anggota tim. Makin hari prestasi Dance semakin banyak. Itu membuat anggota rajin berlatih dan menjaga kekompakan. “Iya, belakangan ini sering menang. Contohnya adalah kami masuk 10 Besar Campina Concerto Contest, Juara 1 dalam lomba yang diadakan Safira Dancer, Juara 3 Lomba Dance Kota Surabaya, dan lain-lain,” ujar Hanesha tentang prestasi timnya. Meski selalu menjaga kekompakan, selalu ada gesekan yang kadangkadang membuat kesal. Maklum, banyak kepala, banyak ide yang tidak semua bisa diwujudkan. Gadis kelahiran Surabaya, 29 Desember 1998 ini mengaku kesulitan apabila harus mengatur anggota tim Dance yang egois. “Memang sih, mengatur sebuah tim yang anggotanya memiliki bermacam karakter atau kepribadian itu tidak mudah. Contohnya, pada

saat pemilihan desain kostum dan gerakan. Bahkan ada yang sampai keluar dari kelompok,” kata Hanesha sambil tertawa. Mengikuti lomba dan menang memang membanggakan, tetapi bukan itu tujuan utama. Mereka akan mengikuti aneka lomba dengan penuh semangat. Menang atau kalah itu tidak masalah karena yang penting semua memiliki pengalaman berharga. “Dance diadakan setiap Jumat dan Sabtu sepulang sekolah. Rata-rata kami berlatih selama 1,5 jam. Kami belum memiliki ruang Dance sendiri, sehingga selalu latihan di Pendopo atau di depan Ruang Guru. Saat menjelang lomba, kami berlatih lebih lama dari biasanya. Kami serius dalam latihan seakan-akan dalam perlombaan yang sesungguhnya,” ucap siswi yang duduk di kelas XII IPA 1 saat dimintai keterangan beberapa waktu lalu. (Tim 1 Santo Yusup Surabaya)

Kalah h a l a s a M Tidak Tuh...

LIVE IN yang Ditunggu

H

IDUP di tengah kota dan dipenuhi dengan tugas-tugas sekolah membuat tidak banyak waktu untuk mengenal kehidupan di luar keluarga dan sekolah. Di luar keluarga dan sekolah itu ada banyak hal yang menarik. Itu sebabnya, program Live In selalu ditunggu. Tinggal selama beberapa hari di rumah penduduk yang tinggal di luar Surabaya menjadi pengalaman menarik. Mereka tidak hanya ikut bermalam, tetapi juga melakukan semua pekerjaan yang biasa dilakukan tuan rumah. Jika tuan rumah punya kebiasaan bangun subuh, ya semua harus bangun sepagi itu. Ada yang membantu memasak di dapur, ada juga yang ikut mencari rumput untuk makanan ternak. Ada banyak kegiatan mengejutkan yang membuat para siswa kaget sekaligus takjub. Yang mengikuti Live In adalah kelas XI. Kelas XII ada kegiatan retret untuk mengisi kepekaan rohani. Acara lain yang selalu membuat seisi sekolah ribut adalah hari jadi sekolah. Sepertinya, setiap kali ada kesempatan semua ingin membuat acara yang semarak. Itu seperti Drama Kolosal RamaSinta dan Kolaborasi Tari Tradisional. Seisi sekolah terlibat dan menikmati persiapan dan acara itu. Kolaborasi tari ini ditampilkan untuk menyambut kedatangan delapan pelajar dari Korea Selatan. Di balik semua even yang diadakan, para pengurus OSISlah yang menyumbangkan ide dan menyiapkan semua yang diperlukan even tersebut. Tentu saja mereka tidak bekerja sendiri. Justru dukungan dari seluruh siswa SMAK St Louis 2 Surabaya yang membuat semua acara meriah. Ketua OSIS SMAK St Louis 2, Hanesha Nitalya Muliawan kelas XI IPA1, dengan bangga menceritakan dukungan teman-temannya. “Mereka selalu terlibat aktif karena acara kami adalah acara mereka. Karena mereka juga acara-acara berlangsung meriah,” kata Hanesha. Kakak yang satu ini memang oke. (Tim 3 SMPK St Stanislaus Surabaya) join facebook.com/suryaonline

Bangga Produksi Air Minum

G

EDUNG yang tersembunyi di balik rindangnya pohon trembesi menyimpan banyak cerita. Selain mengembangkan prestasi akademik dan nonakademik, SMK St Louis 2 Surabaya juga kreatif, lho. Sekolah ini memiliki tempat penghasil air mineral yang dikelola oleh para siswa. Air mineral dikelola di sekolah dan dinikmati di lingkungan sekolah dan sekitarnya. Jadi, untuk minum sudah tersedia dan tidak perlu mendatangkan air minum kemasan. Lingkungan yang sehat dan rindang menjadi salah satu syarat menghasilkan air kemasan yang siap minum. Jika lingkungan tidak mendukung tentu orang enggan mengonsumsi air kemasan di sekolah. Menurut Edy Riyanto, salah satu karyawan di sekolah itu, mengaku

FOTO -FOTO: DOK PRIBADI

menjadi saksi perkembangan lingkungan. Dulu lingkungan sekolah tidak tertata. Sekarang semua rapi, hijau, dan bersih. “Salah satunya dengan cara menjaga kebersihan kelas, membuang sampah pada tempatnya, tidak merusak tanaman-tanaman yang ada di sekolah. Kebersihan akan menciptakan rasa nyaman dan sekolah lebih menjadi indah,” kata Edy. Selain air minum kemasan, ada juga budidaya lele. Budidaya lele dilakukan untuk menunjang program wirausaha dan mengajak siswa berani membuat karya nyata. Sisi unik lainnya yang sempat direkam reporter sekolah adalah nama ruangan. Di setiap pintu ruangan baik laboratorium maupun ruang kesenian dan ruang lain dilengkapi oleh keterangan nama ruangan dalam tiga bahasa yaitu

bahasa Indonesia , bahasa Korea dan bahasa Mandarin. Semua bakat diasah. Mereka yang tidak pandai berbicara pun didorong untuk berani tampil di depan umum. Itu yang diakui Maria Puji. Kakak yang satu ini masuk ke kelas unggulan IPA X1. “Saya tidak pandai berbicara,” kata Maria. “Saya dapat berbicara lancar karena dilatih terus-menerus dengan melakukan tugas presentasi-presentasi yang diberikan oleh guru,” tambahnya. Maria memang tidak bisa langsung lancar tampil dan berbicara di depan teman-temannya, tetapi ia mengakui dapat menutupi kekurangannya itu. “Saya lebih senang menulis daripada berbicara,” ujar Maria yang mengiktui ekskul Jurnalistik. Selain berlatih berbicara, para siswa juga didorong suka membaca.

Perpustakaan yang luas menjadi tempat yang nyaman untuk membaca atau mengerjakan tugas. Dari perpustakaan dengan jendela lebar itu para siswa dapat menjelajah ke mana-mana. “Bukankah buku adalah jendela dunia?” kata Nicole Natalia. “Buku adalah ilmu pengetahuan yang terus berkembang,” tambahnya. Menggali informasi dan mengolahnya menjadi berita membuat semua tim yang ikut dalam Journalistic of S_Loud 4 beberapa waktu lalu. Mengalahkan rasa malu ketika wawancara dengan narasumber, mencatat informasi, memotret, dan menuliskannya hingga menjadi berita yang menarik adalah prestasi yang membanggakan. Kami mau menjadi jurnalis! (Tim SMPN 13 Surabaya, Tim SMPK Katarina Surabaya, Tim SMPK St Stanislaus Surabaya) follow @portalsurya


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.