surya cetak edisi 14 mei 2009

Page 13

C M Y K

11

HARIAN SURYA

PAGE 11

Sambungan SURYA, KAMIS, 14 MEI 2009

Gaji Boediono Turun... DARI HALAMAN 1

harga relatif, celana Rp 300 ribu, baju Rp 200 ribu. Standarnya di sini begitu,” ujar A Liong desainer pada Kwong Tung Tailor, tempat menjahitkan baju SBYBoediono kepada Persda Network, Rabu (13/5). Oleh karena itu, meskipun dikabarkan terjadi keretakan antara PD dengan partai-partai mitra koalisinya setelah munculnya nama Boediono sebagai cawapres, duet tersebut bisa dipastikan akan jalan terus. Apalagi, cukup dari perolehan suara PD sendiri saja (yang sekitar 21 persen), pengajuan capres-cawapres SBYBoediono sudah memenuhi syarat yang ditentukan oleh Undang-undang (UU). Berdasarkan UU, syarat untuk mengajukan caprescawapres adalah perolehan suara minimal 20 persen dalam pemilu atau raihan suara minimal 25 persen kursi di parlemen (DPR RI). Selain keretakan PD dengan partai-partai mitra koalisinya

(PAN, PKS dan PPP) terkait Boediono, yang juga dianggap menarik oleh sejumlah pengamat adalah kesediaan Boediono digandeng SBY. Sebab, dengan bersedia mendampingi SBY, Boediono mau tak mau akan menerjunkan dirinya dalam kancah perpolitikan nasional. Padahal, selama ini dia dikenal sebagai orang yang tidak mau berpolitik. Boedino dikenal sebagai birokrat yang lebih serius mengurusi pekerjaan dibandingkan urusan politik. Lebih menarik lagi, dari sisi gaji, Boediono sesungguhnya justru tekor dengan menjadi wapres andaikata terpilih nanti. Secara resmi, berdasarkan aturan penggajian/remunerasi para anggota dewan gubernur BI pada 2007, gaji plus tunjangan-tunjangan yang diperoleh Boediono sebagai pemimpin bank sentral adalah sebesar Rp 165 juta per bulan. Atau sekitar Rp 1,9 miliar tahun. Padahal, pendapatan total resmi seorang wapres ‘hanya‘ Rp 57,2 juta per bulan saat ini.

Artinya, jika pada pilpres nanti SBY menjadi pemenang dan dengan begitu Boediono sebagai wapres, maka pendapatan resmi Boediono justru melorot sekitar Rp 108 juta per bulan. Wakil Sekjen DPP PPP, Romahurmuzzy mengemukakan, melorotnya gaji bagi Boediono bukan persoalan. Karena kehidupan Boediono selama ini tidak neko-neko dan dia tidak mabuk jabatan. Buktinya, saat pembentukan kabinet SBY pertama kali tahun 2004 lalu, Boediono pernah ditawari posisi menteri tapi ia menolak dan memilih mengajar di Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta. Hanya saja, ketika dilakukan resuffle kabinet pada tahun 2005 yang di antaranya dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja para menteri bidang ekonomi, Boediono tak kuasa menolak lagi tawaran SBY kepadanya untuk jadi menteri koordinator (menko) bidang perekonomian. Namun, pada Mei 2008, atas usulan SBY pula, Boediono kemudian melepaskan jabatan menko setelah terpilih secara aklamasi sebagai Gubernur Bank Indonesia.

“Saya kira, Boediono orangnya konsisten dalam dunia birokrasi. Dia siap ditempatkan di mana pun,” kata Romi, panggilan Romahurmuzzy, kepada Surya melalui ponselnya, Rabu (13/5) malam. Romi pun menilai kemampuan Boediono selama memimpin BI selama sekitar setahun, juga cukup bagus. Bersama timnya, Boediono cukup mampu meredam dampak krisis keuangan global terhadap Indonesia. Di antaranya ditandai dengan relatif stabilnya nilai tukar rupiah, dan terkendalinya tingkat inflasi. Kepercayaan terhadap dunia perbankan di Indonesia juga masih terjaga cukup positif, padahal di seluruh dunia, kepercayaan publik pada bank dan lembaga keuangan merosot tajam akibat bangkrutnya bank-bank besar. Menurut dia, untuk tiga tahun ke depan, Indonesia tampaknya masih dihantui krisis dan karena itu kecakapan Boediono di bidang ekonomi dengan kewenangan lebih luas sebagai wapres, bakal dibutuhkan. Sementara itu, pengamat

Setiap ke Blitar, Boediono Mampir ke Warung Mak Ti DARI HALAMAN 1

Munculnya nama Boediono sebagai cawapres memang mengejutkan keluarga besarnya di Blitar. Sebab, setahu mereka, selama ini Boediono tidak pernah tertarik pada dunia politik. “Lagipula, tidak enak kalau bicara soal cawapres karena kami tak ingin mendahului takdir,” kata sepupu Boediono, Bambang Hari Subeno, 57, Rabu (13/5). Boediono, putra sulung pasangan Ahmad Sastri Sardjono dan Ny Hj Sumilah, menghabiskan masa kecilnya hingga lulus SMA di Kota Blitar. Selama itu, Boediono kecil tinggal di sebuah rumah sederhana di Jl Dr Wahidin No 6 RT1/RW2 Lingkungan Magersaren, Kelurahan Kepanjen Lor, Kecamatan Kepanjen Kidul, Kota Blitar. Ayahnya yang pedagang pakaian, memiliki kios kecil di depan rumahnya. Rupanya dari ayahnya, bakat menjadi seorang ahli ekonomi didapat Boediono. “Sejak kecil Mas Boediono gemar membaca dan tidak pernah lepas dari buku,” tutur Subeno, yang tinggal bersebelahan dan merawat rumah masa kecil Boediono di Blitar. Orangtua Boediono sebenarnya berasal dari Jogjakarta, namun kemudian hijrah ke Blitar untuk berwiraswasta. Boediono kemudian lahir di ‘Kota Bung Karno‘ itu, dan bahkan istrinya adalah gadis Blitar asli, yakni Herawati. Sejak kecil Boediono dididik dalam gaya hidup yang sederhana, jujur dan tekun. Sebab, sebagai pedagang dengan rezeki yang bisa naik-turun, kesederhaan memang dituntut. Karena itu, rumah masa kecil orangtua Boediono di Blitar yang hingga kini masih utuh, tidak terkesan mewah sama

surya/arief sukaputra

RUMAH BLITAR - Adik sepupu Boediono, Bambang Hari Subeno menunjukkan rumah keluarga Boediono di Jl Dr Wahidin 6, Kota Blitar, Rabu (13/5). sekali. Bahkan seperti RS (Rumah Sederhana) tipe 36. Dan hingga kini pun, setelah menjabat menteri bertahuntahun (sejak 1998) serta sekarang sebagai Gubernur Bank Indonesia (BI) dengan gaji sekitar Rp 165 juta per bulan, rumah Boediono di Jalan Mampang Prapatan XX/26, Jakarta Selatan, juga tergolong bukan untuk ‘kelas‘ pemimpin tertinggi bank sentral sebuah negara. Rumahnya itu tidak berada di kawasan elite. Selain bersahaja, keseharian Boediono kecil hingga SMA tidak pernah lepas dari buku. “Baik itu ngobrol dengan temannya, sampai makan pun, dia tidak pernah lepas dari buku,” ungkap Beno, sapaan akrab Bambang Hari Subeno. Kata Beno, di antara 4 saudara kandungnya (1 sudah meninggal) serta 1 saudara tiri dari hasil pernikahan ayahnya dengan ibu sebelumnya, Boediono terlihat paling menonjol dalam hal prestasi sekolah dan kesederhanaan. Selain gemar membaca, Boediono juga gemar seni yakni melukis dan pewayangan.

Karena otaknya yang cemerlang itu, setamat dari SMA Negeri 1 Blitar, Boediono meneruskan pendidikan ke Australia, di University of Western Australia, dengan memperoleh beasiswa. Gelar S2 diperolehnya juga dari jurusan ekonomi di Monash University, Melbourne, Australia. Sedangkan gelar doktor bidang ekonomi-bisnis dari Wharton School of Pennsylvania University, Amerika Serikat. Gelar profesor kemudian dianugerahkan oleh Universitas Gajah Mada. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Blitar saat ini, Puryono mengungkapkan bahwa Boediono tercatat sebagai siswa di sana angkatan tahun 1960. Ia waktu itu mengambil jurusan C, yakni bidang ekonomi dan hukum. “Berdasar buku induk siswa, Pak Boediono tercatat sebagai siswa angkatan ke-3 dengan nomor induk 110,” kata Puryono sambil menunjukkan buku induk siswa yang sudah terlihat berwarna menguning. Pada saat itu, Kepala Sekolah SMA 1 adalah Ny Sukarti, yang menjabat sejak sekolah berdiri tahun 1955 hingga tahun 1965.

WaKil Komandan Satpol PP Akhirnya Ditahan DARI HALAMAN 1

menjadi tersangka dan harus menjalani penahanan,” ujar Dolli tentang isi surat yang telah dikirimkan. Dari hasil pemeriksaan lanjutan, Dolli juga menyebutkan kalau masih satu orang yang dinyatakan sebagai tersangka. Sementara itu informasi lain di Mapolsekta Genteng menyebutkan, keluarga maupun rekan-rekan Wahyudi banyak yang berdatangan dan menjenguknya. Di antaranya istri dan salah seorang anak

Wahyudi yang menolak menyebutkan namanya ketika ditanya wartawan. Dalam kunjungan itu, keduanya membawakan Wahyudi pakaian dan makanan. Teman-teman Wahyudi yang terlihat mengenakan pakaian dinas khas Pemkot juga datang sambil membawa beberapa jenis makanan. Salah seorang temannya, yang mengaku bernama Suyono, mengatakan kalau dirinya datang untuk memberi support ke Wahyudi. “Biar dia tetap semangat dan tidak

sedih. Karena kami teman-temannya tetap mendukung dan membantunya melalui doa,” ujarnya sambil meninggalkan Mapolsekta. Sebelumnya, penyidik di Polsekta Genteng, Surabaya, telah menetapkan Wakil Komandan Peleton (Wadanton) Satpol PP bernama Wahyudi sebagai tersangka dalam kasus tersebut. Penetapan tersangka itu diambil setelah keterangan para saksi menyebutkan bahwa Wahyudi-lah yang menarik rambut Sumariyah, 22, saat

Ditambahkan Puryono, Boediono terakhir datang ke almamaternya pada saat HUT Emas SMA Negeri 1 pada 22 Agustus 2005 lalu. “Beliau sempat datang, bahkan berfoto dengan guru dan temannya seangkatan yang hadir,” imbuhnya. Meskipun sudah menjadi pejabat dan banyak waktunya dihabiskan di Jakarta, Boediono ternyata tetap tidak melupakan Blitar. “Setiap ada waktu luang, setidaknya setahun sekali selalu menyempatkan diri ziarah ke makam ayahnya di Sentul. Serta mengunjungi keluarganya di Blitar, apalagi sejak ayahnya meninggal 10 tahun yang lalu,” ungkap Beno. Saat berkunjung ke Blitar, Boediono selalu bernostalgia menikmati makanan kegemarannya masa kecil, yakni soto ayam Tukimin di Jl Brantas dekat Water Park Sumber Udel. Juga beberapa makanan khas lain seperti pecel Kembangan Sanan Kulon dan juga mampir ke warung Mak Ti di Kanigoro. Kini rumah lama keluarga Boediono sudah direhab menjadi kios dengan kaca besar mirip galeri di bagian depannya, namun bagian dalamnya tetap seperti aslinya di masa lalu. Dengan 3 kamar memanjang ke belakang, rumah itu sengaja dikosongkan dan tidak disewakan pada orang lain. Keluarga Boediono minta agar rumah itu dirawat dan hanya boleh digunakan keluarga sendiri. “Sebelumnya memang dikontrakkan pada orang lain untuk usaha, tapi sekarang sudah tidak boleh lagi,” tandasnya. Selain rumah keluarga Boediono di Jl Dr Wahidin, rumah isteri Ny Herawati Boediono juga di Blitar yakni di Jl Sultan Agung dekat dengan Istana Gebang (rumah keluarga Proklamator Bung Karno). ■ bersambung akan menangkap penjual pentol itu ketika razia baru mulai. Sumariyah adalah ibu kandung Horiyah. Akibat tindakan itu, pegangan Sumariyah terhadap gerobaknya lepas, sehingga gerobak berisi pentol dan kuah itu terguling dan terbakar karena minyak kompor di dalam gerobak tumpah. Horiyah yang duduk di atas gerobak disambar api dan tersiram kuah panas yang merendam pentol. Tubuhnya mengalami luka bakar sampai 67 persen dan hingga kemarin masih berada dalam kondisi kritis di RSU dr Soetomo Surabaya. ■ rie

presiden dan wakil presiden. “Saya malah kepikiran soal pemilihan presiden. Siapa dari PDIP yang bakal maju. Soalnya masalah DPT (daftar pemilih tetap) saja belum jelas, jangan-jangan pemilu capres nanti malah lebih parah,” terangnya. Perempuan kelahiran Garut, Jawa Barat, 8 Januari 1974 tersebut terus mempersiapkan diri untuk masuk ke komisi yang menangani masalah ketenagakerjaan (Komisi IX DPR). Bagi Rieke, masalah TKI dan status tenaga kerja Indonesia sangatlah memprihatinkan. “Aku ingin masuk ke komisi yang menangani masalah tenaga kerja. Percuma saja kalau diluar gembar -gembor soal ketenagakerjaan tapi ketika saya masuk Senayan malah tidak bisa menyuarakan aspirasi itu,” jelas lulusan S2 Filsafat Politik Universitas Indonesia (UI) ini. Ibu satu anak yang pernah

membintangi film layar lebar Berbagi Suami (2006), Perempuan Punya Cerita (2008), dan Laskar Pelangi (2008) tersebut mengakui lolos ke DPR hanya sebagai perjuangan kecil yang ia cita-citakan. Akan ada perjuangan lebih berat dan lebih besar lagi ketika dirinya duduk di komisi yang membidani masalah ketenagakerjaan. “Pertarungan yang sebenarnya bagi saya di DPR nanti. Satu langkah kecil saat pemilu kendati melalui perjuangan sangat berat. Ketika duduk di DPR tantangannya jauh lebih besar dan perjuangannya di situ,” jelasnya. Oleh karena itu, Rieke ingin mencari teman satu visi. “Aku nggak boleh malu-maluin saat duduk di DPR nanti, tetap berjuang buat rakyat kecil khususnya TKI dan tenaga kerja,” tutur pengurus DPP PDIP itu. Saat pemilu lalu, Rieke berada di daerah pemilihan (dapil) II Jawa Barat, bersama

Taufik Kiemas, suami Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri. Perolehan suara Rieke jauh lebih besar daripada Taufik Kiemas. Disinggung soal penampilan, Rieke mengaku tidak akan ada yang berubah. Menjadi anggota DPR membuatnya punya tanggung jawab lebih besar. Penghasilan yang didapat dari uang rakyat, lanjut Rieke, justru harus membuatnya lebih dekat dengan konstituen. “Sebagai anggota DPR RI saya digaji rakyat. Justru nggak bisa berubah. Malah harus makin dekat, jangan berjarak dengan masyarakat,” kata perempuan yang mengaku mendapat dukungan penuh keluarga saat pemilu lalu. Rieke mengakui suami dan kakaknya ikut membantu melakukan sosialisasi serta berperan di tingkat PPK hingga pengawalan suara di KPU. Demi totalitas, Rieke juga sudah siap meninggalkan du-

nia entertainment. Tapi seni tidak akan ditinggalkan sepenuhnya. Rieke akan tetap memanfaatkan pengetahuan seninya dalam bertugas. Seni digunakan Rieke untuk membuat politik tidak kasar. Rieke berjanji akan tetap terbuka terhadap kritik dan saran. “Saya tak akan pernah lupa bahwa DPR itu pembantunya rakyat, bukan bosnya rakyat. Jadi jangan belagu (sombong) deh, jangan main main. Kita bekerja di bawah sorotan 200 juta orang. Kita bekerja untuk 200 juta orang Indonesia. Jadi jangan setengah setengah,” tegas Rieke. Dukungan masyarakat turut diharapkan Rieke dalam memperjuangkan aspirasi di DPR. Sebab menurutnya perjuangan itu terdiri dari dua gerakan yaitu gerakan di gedung parlemen dan gerakan di luar parlemen. “Kalau deadlock di parlemen, saya tidak akan segan segan turun ke jalan bersama masyarakat,” katanya. ■

gi di pemerintahan sudah pernah didapatkan,” katanya. Tahun 1993-1998 Boediono pernah menjabat sebagai Deputi Gubernur di Bank Indonesia; tahun 1998–1999 menjadi Menteri Negara Perencanaan Pembangunan/Ketua Bappenas; tahun 2001–2004 sebagai Menteri Keuangan dan pada tahun 2005 menjadi Menteri Koordinator bidang Perekonomian. Ia dilantik menjadi Gubernur BI periode 2008 – 2013 berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 34/P/ 2008 tanggal 15 Mei 2008. “Di manapun negara, gaji presiden sekalipun bisa lebih kecil dari seorang direktur utama perusahaan besar atau sekelas gubernur perbankan. Namun prestise yang diperoleh seorang wakil presiden atau presiden sangat jauh berbeda. Bandingkan memimpin negara dengan ‘hanya’ memimpin perbankan. Karir politik sebagai wapres jelas lebih potensial,” imbuh Tjuk. Ekonom dan anggota Komisi

XI DPR RI, Harry Azhar Azis, juga perpendapat senada. Dia mengungkapkan dari segi gaji memang jabatan wapres mengalami penurunan drastis dibandingkan gaji Gubernur BI. Namun posisi Wapres tetap lebih dipilih mengingat kewenangannya yang lebih tinggi. “Memang sedang dalam pembicaran juga nanti tentang sistem remunerasi nasional, terutama sistem gaji pejabat negara,” jelas Harry, Rabu (13/ 5), kepada Surya. Seperti diketahui, selama ini gaji pejabat negara di tingkat dirjen, menteri hingga presiden dan wakil presiden lebih rendah dibandingkan gaji direktur beberapa BUMN dan lembaga semacam Bank Indonesia. Sebagai gambaran, gaji direktur utama Bank Mandiri per 1 Januari 2009, mencapai Rp 166 juta per bulan. Artinya dalam setahun gajinya mencapai Rp 2 miliar. Dalam konteks ini, menurut Harry, sebaiknya gaji pejabat negara dinaikkan. ■ k6/ame/ ytz

Angelina Sudah Hamil 4 Bulan DARI HALAMAN 1

yang lahir di Australia, 28 Desember 1977 ini memang otomatis jadi ibu bagi tiga orang anak. Dua anak lainnya adalah Zahwa dan Aaliya, anak hasil pernikahan Adjie dengan Reza Artamevira. Menurut Komar, selama ini Angie tidak pernah mengungkapkan hal yang menyangkut pribadinya, kecuali ditanya “Mbak Angie memang begitu. Kalau nggak ditanya nggak akan jawab dia,” tuturnya. Ditambahkan, kehamilan Angie bakal jadi pelengkap kehidupan rumah tangga dua anggota dewan yang samasama dari Partai Demokrat ini. “Mereka kan sudah nikah siri September 2008, lalu diresmikan di KUA Pulogadung. Dan dari pernikahan itu sekarang ada hasilnya,” kata Komar sambil tertawa. Pernyataan blak-blakan Komar itu membuat pihak Angie akhirnya membuat pengakuan. Pernikahan Adjie Massaid dengan Angelina Sondakh sempat dirahasiakan lantaran sebelumnya orangtua

Angie tidak merestui. “Angie memeluk Islam tidak ditutup-tutupi. Tapi karena waktu itu ada pihak yang tidak setuju, yakni orangtua Angie. Kenapa saya tidak publikasi, karena orangtua Angie tidak setuju. Itu untuk menjaga perasaan orangtuanya. Sekarang orangtua angie sudah sangat setuju,” jelas Maya Tampilang, sahabat Angie kepada pers di butik Angie, Nebu Sauyun, Jakarta Selatan, Rabu (13/5). Sebelum resmi menikah di KUA Pulogadung, Jakarta Timur, 29 April 2009, Adjie dan Angie menikah siri pada 28 September 2008. Di kedua prosesi pernikahan itu Maya hadir sebagai saksi dari pihak Angie. “Dengan berita-berita ini, saya berusaha menginfomasikan kepada teman-teman wartawan perihal kronologi pernikahan Angie pada 28 September 2008. Waktu itu yang hadir dari pihak Angie ada aku dan asisten Angie (Sandra). Dari pihak mas Adjie ada ibu dan bapaknya,” bebernya. Orang yang sama menyaksikan pencatatan pernikahan di KUA Pulogadung. “Pernika-

han diresmikan 29 April 2009. Memang saat itu dinikahkan penghulu, disaksikan aku dan asisten Angie. Adjie sama keluarganya. Maaf ya, saya kan Nasrani. Jadi enggak tahu prosesinya seperti apa. Saya menghadiri untuk mendukung pernikahannya,” imbuh Maya sambil menambahkan, untuk mas kawin Adjie memberikan sebuah cincin dan seperangkat alat salat. Meski sempat mendapat halangan dari orangtua Angie, menurut Maya, Adjie tidak patah semangat. “Mas Adjie mengadakan pertemuan beberapa kali dengan keluarga (Angie). Akhirnya, kita kumpul di Bali. Tempat dan tanggalnya saya lupa. Ada syukuran keluarga, semua berkumpul. Dari pihak Anggie ada Franky, Nova dan keluarga dari Singapura. Keluarga inti semua datang. Keluarga Adjie juga lengkap,” ungkap Maya. Rencananya, setelah pemilihan presiden pada Juli mendatang, Angie dan Adjie akan menggelar resepsi pernikahan. “Tempat dan waktunya masih di bicarakan,” begitu pungkasnya. ■ kcm/pra

Rumah Jenglot Dipindah DARI HALAMAN 1

Selain penasaran atas wujud jenglot itu, kedatangan para perwira itu ke tempat Mbah Lamidi adalah untuk membahas persiapan pengamanan, sehubungan dengan rencana memamerkan jenglot itu ke khalayak umum pada Sabtu (16/5) nanti. “Kami sedang menyiapkan pola pengamanannya. Sehingga nanti warga yang melihat jenglot bisa aman,” kata Kompol Suhariyono, Rabu (13/5). Polres tidak ingin berita tentang jenglot yang sudah tersebar luas di Bojonegoro itu membuat warga berduyunduyun datang, tapi pengamanan masih minimal. Karena itu, kata Husein Hidayat, pihaknya berupaya menyiapkan pengamanan sejak dini. “Mulai kemarin sudah ada beberapa petugas yang mengawasi sekitar rumah Mbah Lamidi,” ujarnya. Bahkan, dengan aparat desa setempat, kemarin juga dibahas rencana memindahkan lokasi pameran jenglot ke rumah Kepala Desa (Kades) Ngadiluhur, karena rumah Mbah Lamidi cukup sempit. Di rumah Kades H Dianto terdapat tempat parkir yang memadai. Juga, akses jalan

menuju rumah kades cukup lebar, yakni jalan poros desa. “Jangan sampai nanti ada yang melihat jenglot di rumah Mbah Lamidi, berdesak-desakan dan kemudian terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Padahal, akses masuk ke rumah Mbah Lamidi melewati jembatan bambu sempit dan memanjang,” imbuh Kabag Ops Polres Bojonegoro, Kompol Suharyono. “Rumah kades kelihatannya cukup bisa dipertimbangkan untuk mempertontonkan jenglot. Sebab, jalannya lumayan besar,” katanya. Seperti diketahui, dalam sepekan terakhir warga Kecamatan Balen geger sehubungan dengan ditemukannya jenglot, yang disebut-sebut berwajah wanita dan berbadan ular. Sejumlah orang telah melihat sendiri makhluk mistis itu, yang banyak diyakini keberadaannya oleh sebagian masyarakat Jawa. Makhluk ini lebih banyak diam seperti mummy ketika dilihat oleh warga di sekitar rumah Mbah Lamidi. Jenglot tersebut bertinggi badan sekitar 18 cm, rambut panjang sekitar 20 cm, dengan di bagian muka terdapat dua alis warna putih memanjang. Matanya terbelalak, ada dua taring, dan badan sampai ekor

panjangnya (kalau menjulur) diperkirakan sampai 90 cm. Selain itu, juga ada dua tangan yang menyila di dada, dengan jari-jari berwarna hitam dan kukunya memanjang. Di bawah pantatnya seperti ada besi warna kekuning-kuningan. “Jenglot ini untungnya melingkar, jadi tubuhnya tidak terlalu panjang. Kalau memanjang jelas akan bisa sekitar 90 cm,” kata Mbah Lamidi yang menemukan jenglot itu saat menjalani ritual supranatural pada 7 Mei lalu di sungai di desanya. Kemarin, beberapa warga dari kecamatan-kecamatan di luar Balen sudah berdatangan di rumah Mbah Lamidi. Mereka ingin melihat bentuk dan keaslian jenglot berbadan ular itu. Namun keinginan warga itu harus dipendam lebih dulu. “Sekarang belum bisa lihat, Sabtu besok saya akan ke sini lagi,” kata Ainurrofiq, warga Kecamatan Kapas. Selain meninjau lokasi secara langsung, para petinggi Polres Bojonegoro kemarin juga menyarankan kepada Kades Ngadiluhur untuk ikut menyiagakan hansip setempat. “Nanti juga harus diatur bagaimana tempat parkirnya, pintu masuk dan juga keluar,” ucap Suharyono. ■ st31/ a.qohar/beritajatim.com

Sekali Ditepuk, Rp 280 Juta Lenyap DARI HALAMAN 1

Macet di Parlemen, Rieke Siap Turun ke Jalan DARI HALAMAN 1

ekonomi-politik Universitas Airlangga Dr Tjuk Kasturi Sukiadi melihat bahwa preferensi Boediono untuk mendampingi SBY daripada menggandoli jabatan prestisiusnya yang bergaji besar di BI didorong oleh besarnya wewenang sebagai wapres –jika terpilih nanti. “Karir politik sebagai wapres itu luar biasa. Kekuasaan yang diperloleh sebanding dengan prestisenya. Sedangkan menjadi Gubernur BI, meskipun gajinya lebih besar daripada wapres tapi tidak memiliki kekuasaan apa-apa untuk negara kecuali hanya di bidang moneter,” jelasnya. Kedudukan politik merupakan sebuah kehormatan yang banyak diidam-idamkan banyak orang, kata Tjuk. “Kalau soal materi, saya tahu betul bahwa Boediono sudah tidak tergiur dengan gaji besar. Dia juga kecil kemungkinannya mencari ceperan dari jabatannya. Saya kenal beliau orangnya jujur. Beberapa jabatan struktural terting-

mengaku warga negara Singapura. Dengan gaya bicara logat melayu, pelaku mengatakan ingin menukar uang dolar Singapura yang dimilikinya dengan mata uang rupiah. Pelaku meminta Kaberia mengantarnya ke bank atau money changer sembari menunjukkan uang dolar Singapura yang dibawanya. “Dia beralasan butuh uang cepat untuk disumbangkan ke panti asuhan di kota Malang,” kata Kaberia, Rabu (13/5). Kabeira, distributor sembako di Malang dan di Gresik itu, sempat menolak meski akhirnya tanpa sadar menurut saja saat diajak masuk ke mobil Kijang warna gold yang dibawa oleh pelaku. Pelaku kemudian meminta Kaberia kembali ke rumah untuk mengambil uang tunai yang dimilikinya sebesar Rp 30 juta, perhiasan dan juga buku tabungan BCA yang dimiliknya. “Mama sempat bilang ada

orang Singapura mau menukarkan uang asing dengan rupiah untuk disumbangkan ke panti asuhan, dan dijanjikan ada selisih nilai tukar yang bisa disumbangkan juga atas nama mama,” terang Sariman Simbolan Nainggolan, 35, anak ketiga Kaberia yang sempat bertemu dengan mamanya di rumah. Setelah dari rumah, pelaku mengajak Kaberia untuk ke kantor BCA Jl Basuki Rahmat, Malang guna menarik uang sebesar Rp 200 juta. Uang sebesar itu plus Rp 30 juta dan sekotak perhiasan seberat 100 gram dijanjikan pelaku untuk ditukar dengan uang 62.000 dolar Singpura. “Uang lembaran seribuan dolar Singapura itu dimasukkan sendiri ke oleh mama dalam amplop, namun sampai rumah ternyata hanya berisi pecahan Rp 1.000 berjumlah 62 lembar,” lanjut Sariman yang sedikit heran karena dari cerita sang mama yang mengatakan pelaku sama sekali tidak menyentuh, menepuk, menyalami atau melakukan

C M Y K

kontak fisik saat memperdaya ibunya. Peristiwa gemdam ini adalah yang kedua yang terjadi di kota Malang. Pada hari yang sama, Ch Soekemi, 70, warga Jl Platina, Purwantoro, juga kena gendam dan kehilangan uang tunai Rp 18 juta. Pelaku diduga sama, karena sama-sama menggunakan mobil Toyota Kijang dan berlogat melayu. Yang membedakan hanya modusnya, Soekemi digendam dengan umpan jam Rolex palsu. Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Malang, Ajun Komisaris Polisi Kusworo Wibowo, mengatakan, pihaknya sedang menyelidiki kasus ini. “Ada kemungkinan pelaku ini punya hubungan dengan jaringan tukang gendam yang sebelumnya telah ditangkap. Dan hal ini masih terus kami selidiki,” ucapnya, Rabu (13/5). Sebelumnya, pada April lalu, Polres Malang berhasil menggulung komplotan tukang gendam berjumlah tiga orang asal Pasuruan yang kerap beroperasi di Kota Malang. ■ why

HARIAN SURYA

PAGE 11


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.