Edisi #8: Simfoni Kehidupan; Menggali Keindahan Seni dan Tradisi

Page 1


Seni Pemakaman: Cerminan Kehidupan dan Kematian Dalam Beragam Budaya

Kejiman dalam Tradisi Seblang Olehsari Simfoni di Ujung Jari

SIMFONI KEHIDUPAN

MENGGALI KEINDAHAN SENI DAN TRADISI

Edisi 008 - Agustus 2024

Tema: Kesenian

PENGANTAR MAJALAH

Dengan penuh rasa syukur dan kebanggaan, kami mempersembahkan edisi perdana majalah "Simfoni Kehidupan: Menggali Keindahan Seni dan Tradisi." Sebagai karya yang dihasilkan oleh para mahasiswa Universitas Airlangga, majalah ini hadir sebagai wujud kepedulian dan kecintaan kami terhadap kekayaan seni dan tradisi yang ada di sekitar kita

Dalam edisi ini, kami berusaha untuk menyelami dan mengungkap keindahan yang tersembunyi dalam berbagai aspek seni dan tradisi Setiap halaman majalah ini merupakan cerminan dari dedikasi kami dalam menggali, memahami, dan merayakan warisan budaya yang membentuk identitas kita.

Kami berharap, melalui "Simfoni Kehidupan," pembaca dapat merasakan keajaiban dari seni yang menginspirasi dan tradisi yang memperkaya kehidupan kita. Kami juga berharap majalah ini bisa menjadi sumber inspirasi dan pengetahuan yang berguna bagi semua yang mencintai dan menghargai kekayaan budaya kita

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan berkontribusi dalam pembuatan majalah ini. Semoga karya ini dapat memberikan manfaat dan menjadi jembatan dalam melestarikan serta mempromosikan keindahan seni dan tradisi kita

Redaksi Survivor Magz

AKADEMIK

SUSUNAN REDAKSI

Penanggung Jawab

Dr Phil , Dra Toetik Koesbardiati

Pimpinan Redaksi

Nur Hidayah

Editor

Yuanita Eva Deani D

Aditya Risqi Ilhaam N

Writer

Kala Kirana

Anindya Azmi Putri S

Sasdia Kristina Sinaga

Raihan Rizky Amalia

Annisa Tartilla Sa'baniah

Firlie Najah Salamah

Latanza Nabilasari

Intan Wahyuningtyas

Fadhil Priya Layouter

SENI PEMAKAMAN: CERMINAN KEHIDUPAN DAN KEMATIAN DALAM BERAGAM BUDAYA

Penulis: Kala Kirana Jannadra

Editor: Yuanita Eva D D

Seni sebagai medium memiliki peran dalam kehidupan. Leo Tolstoy (1896/1899) menyatakan bahwa seni bermula ketika seseorang, dengan tujuan menyatukan orang-orang selain dirinya sendiri dalam satu perasaan yang sama, dan mengekspresikan perasaan itu melalui indikasi eksternal tertentu Karya seni adalah bentuk yang dapat dirasakan dan mengandung suatu perasaan (Langer, 1966) Sehingga, dalam pemaknaannya, seni tidak hanya dinilai dari segi estetika, namun juga dari intensi di balik terciptanya suatu kesenian (Tolstoy, 1896)

Seni pemakaman adalah bentuk karya seni yang melampaui budaya material Van Walsem (2005), dikutip oleh O’neill (2023), mendefinisikan seni pemakaman dalam budaya manapun sebagai seni yang mencakup praktik sosial yang kompleks, sekaligus sebagai sarana untuk menjelaskan bagaimana kematian dan keberadaan setelah kehidupan dipahami Pengertian ini melampaui peran seni hanya dalam kehidupan Tiap budaya memiliki definisi dan pemahaman yang berbeda-beda mengenai kematian, dan hal ini tercerminkan dalam budaya-budaya tertentu yang tercatat memiliki ritus penguburan yang unik dengan budaya mereka, terlebih dengan melibatkan adanya seni pemakaman.

Variasi budaya dalam konsep beragam budaya yang ada di dunia akan kematian dan kepulangan menjadi sesuatu yang penting untuk diteliti, sebab dalam variasi kultural yang dimiliki terdapat implikasi yang signifikan mengenai bagaimana suatu kelompok kebudayaan memandang perilaku manusia dalam hidup, bagaimana manusia mendekati kematian, ada atau tidak adanya ketakutan akan kematian, dan praktik pemakaman serta berkabung yang ada (Gire, 2014).

Penemuan arkeologis dari masa ke masa dari budaya-budaya berbeda menjadi salah satu aspek yang mendelineasi perbedaan pandangan dan kepercayaan mengenai kematian Salah satu seni pemakaman yang dikenal secara meluas berasal dari budaya kematian di Mesir Kuno Seni pemakaman Mesir Kuno dapat dipahami sebagai medium yang kompleks dan beragam dimana kebudayaan terdahulu membahas permasalahan yang menjadi suatu perhatian kolektif (O’neill, 2023). Kebudayaan Mesir Kuno seperti yang ditemukan pada Buku Kematian milik budaya Mesir Kuno melihat kematian sebagai sebuah tahap transisi, bukan sebagai titik akhir

Wegner (2019), dalam esainya untuk Glencairn Museum, menyatakan bahwa Panteon Mesir terdiri dari ratusan dewa, yang masing-masing bertanggungjawab atas berbagai macam aspek kehidupan dalam peradaban Mesir kuno mulai dari dewa pencipta, dewa kerajaan, hingga dewa yang melindungi profesi-profesi tertentu

Hal ini terefleksikan pada temuan-temuan seni pemakaman masyarakat Mesir kuno, seperti pada ilustrasi dan prasasti yang terdapat pada batu nisan yang ditemukan yang menggambarkan cara orang-orang berhubungan dengan kematian, dan bahwa budaya tersebut menjadi sebuah sarana untuk mengatasi kesedihan karena kehilangan orang yang dicintai (Melin, 2014)

Sehingga, seni pemakaman yang ada mengindikasikan keterlibatan yang diwujudkan antara mereka yang masih hidup dengan budaya material yang ditujukan bagi mereka yang telah meninggal (O’neill, 2023).

Bagi masyarakat Mesir kuno, perjalanan menuju kehidupan setelah kematian dipercaya sebagai perjalanan yang berbahaya, sehingga, memiliki bantuan seperangkat mantra perlindungan dan bimbingan yang disebut oleh para ahli Mesir Kuno sebagai ‘Kitab Kematian’, merupakan sebuah investasi yang sepadan (Stevenson, 2015)

Namun sebuah kumpulan perbendaharaan mantra yang berhubungan dengan nasib individu pada kehidupan setelah kematian. Kitab Kematian dimaksudkan untuk tetap berada bersama orang yang telah meninggal untuk selamanya (Stevenson, 2015), baik diletakkan di dalam peti mati, digulung dan dimasukkan ke dalam patung-patung dewa, atau bahkan menjadi bagian dari perban mumi (Shaw, 2011).

Sebagai daerah dengan warisan budaya yang kaya, rekam jejak seni pemakaman Tiongkok menjadi sebuah kesaksian atas kekayaan tersebut. Bagi masyarakat Tiongkok pada milenium pertama sebelum masehi, penemuan peti mati menandakan permulaan dari ritus pemakaman yang teregulasi (Hung, 2012), dan hingga kini, terdapat beberapa penelitian mengenai peti mati dari Dinasti Han dalam perspektif arkeologis dan non-arkeologis yang berpusat pada etika seni dan arsitektur pemakaman Dinasti Han (e g , Li 1986; Thorp 1979; Xin, 2000; Zhou, 2015)

Sumber: Book of the Dead for the Chantress of Amun Nauny (ca. 1050 B C )

Ciri-ciri struktur kuburan di Tiongkok kuno bervariasi pada periode yang berbeda Selama Dinasti Han, muncul bentuk kuburan baru yang menampilkan lubang vertikal persegi panjang yang digali ke dalam tanah dan ruang yang dipotong di salah satu ujung bagian bawah (Zhou, 2015). Utamanya, huaxiangsi atau ‘makam dengan ukiran batu’ mencakup beberapa bilik yang dikonstruksi dari lempengan batu yang diukir atau kombinasi dari bata yang dibentuk (Li, 2018) Yang terukir pada makam ini hanyalah gambar sederhana, namun, seiring berjalannya waktu, subjek pembahasannya menjadi semakin kaya dan pada abad pertama, ukiran batu yang lebih kompleks berubah menjadi bentuk kesenian yang tersebar secara meluas di Tiongkok, menghiasi pilar menara lahan kubur, bilik makam, dan kuil pemakaman (Yan, 2012).

Sehingga, sebagian besar lempengan batu dihias dengan ukiran perjamuan, perjalanan dengan kereta perang (chariot), musik dan tarian, potret teladan, bangunan, dan dewa-dewa dalam kepercayaan masyarakat Tiongkok (Li, 2018). Relief batu biasanya digunakan pada permukaan dalam dan luar sarkofagus, langsung di ruang pemakaman dan di ruangan khusus sebelum ruang pemakaman yang dimaksudkan untuk pemujaan leluhur, serta pada prasasti di depan tempat pemakaman (Bi, 2019)

Makam dengan ukiran batu ini tersebar di daerah dengan populasi terpadat di Kerajaan Han Walau demikian, banyak dari pemilik makam tidak diketahui karena sebagian besar makam telah dijarah berkali-kali sebelum penggalian arkeologi. Banyak pemilik yang telah diidentifikasi, bagaimanapun, adalah pemilik lahan, orang terpelajar resmi, dan terkadang pula bangsawan (Li, 2018)

Sumber: Tomb Panel With Relief of Figures in a Pavilion | China | Eastern Han Dynasty (25–220)

"KEMATIAN MENJADI KARYA

SENI

Di Ghana, budaya dapat digambarkan melalui masyarakatnya, dan secara tradisional, pemakaman dalam budaya Asate memiliki peran dalam mengungkapkan identitas kebudayaan mereka (Asante et al , 2013) Kematian, dan khususnya kematian keluarga kerajaan, dipahami sebagai pemicu cerminan atas abstraksi sosial tingkat tinggi yang berkenaan dengan peningkatan dan kesuburan tanah dan masyarakatnya, serta mendorong tindakan untuk menegaskan dan memperbarui tujuan-tujuan tersebut (McCaskie, 1989)

Kematian dan pemakaman dari raja Asante menghadirkan beberapa metafor yang mengungkap konseptualisasi masyarakat Asante mengenai kehidupan dan kematian (Owiredu, 2020) Masyarakat Asante mengekspresikan kepercayaan mereka mengenai kematian dan kehidupan setelah kematian melalui medium tanah liat (Bortolot, 2003) Tradisi monumen pemakaman batu di Angola Utara digantikan oleh keramik pemakaman dengan berbagai bentuk. Ukiran monolit lainnya terdapat di Nigeria timur dan wilayah yang bersebelahan dengan Republik Kamerun Barat (Kuada, John and Chacha, Yao, 1999; Asante et al , 2013)

Praktik pembuatan patung tanah liat digunakan dalam ritus pemakaman laki-laki yang lebih tua dan kemungkinan besar juga wanita. Patung-patung ini tidak merepresentasikan orang yang telah meninggal dan orang-orang yang mengiringinya.

Sumber: Memorial Head (Nsodie) | Akan peoples | The Metropolitan Museum of Art. (n d.)

Bukan sebagai individu namun sebagai pemegang kekuasaan, sehingga, patung ini digunakan dalam ritus terkait pengingatan orang yang telah meninggal dan redistribusi kekuasaan serta properti yang dipunyai setelah kematiannya (McLeod, 1992) Dengan ukuran yang beragam, patungpatung ini merepresentasikan wujud ideal dari orang yang telah meninggal dengan prinsip-prinsipnya (Bortolot, 2003).

Seni pemakaman mungkin saja adalah medium yang paling tepat dimana banyak orang dapat merekam dan menegosiasikan berbagai aspek dari identitas: kelas, seks, kepercayaan, ikatan budaya, bahkan keluarga (Riggs, 2002) Pada kebudayaan Mesir Kuno yang begitu kaya, Kitab Kematian hanya sebagian kecil dari luasnya rekam jejak seni pemakaman yang tercatat dalam sejarah. Dari pembahasan yang ada, maka dapat tercapai sebuah konklusi bahwa pengetahuan mengenai seni pemakaman mengungkapkan satu aspek absolut dari kehidupan manusia: kematian.

Penggambaran mengenai kehidupan setelah kematian menjadi sesuatu yang melekat dengan pandangan dalam kepercayaan yang dianut berbagai macam budaya baik pada masa lampau maupun masa kini, sehingga, seni pemakaman adalah salah satu medium yang dapat menyajikan konteks atas perilaku anggota masyarakat suatu kebudayaan dalam masa hidup mereka Penggambaran mengenai kehidupan setelah kematian menjadi sesuatu yang melekat dengan pandangan dalam kepercayaan yang dianut berbagai macam budaya baik pada masa lampau maupun masa kini, sehingga, seni pemakaman adalah salah satu medium yang dapat menyajikan konteks atas perilaku anggota masyarakat suatu kebudayaan dalam masa hidup mereka

Sumber: unsplash com/@schwarzeweissheitenfotografie

Referensi:

Asante, E. A., Asmah, A. E., & Adjei, J. (2013). Art in Funeral Ceremonies, an Indigenous Cultural Identity of Asantes. Deleted Journal, 3(16), 102–109 http://www ijhssnet com/journals/Vol 3 No 16 Special Issue August 2013/12 p df

Bi, Z. (2019). Stone Reliefs of the Han Tombs in Shandong Province: Relationship Between Motifs and Composition Proceedings of the 3rd International Conference on Art Studies: Science, Experience, Education (ICASSEE 2019). https://doi.org/10.2991/icassee19 2019 34

Bortolot, A I (2003) Asante Royal Funerary Arts The Met’s Heilbrunn Timeline of Art History. https://www.metmuseum.org/toah/hd/as an 4/hd asan 4.html

Gire, J. (2014). How Death Imitates Life: Cultural Influences on Conceptions of Death and Dying Online Readings in Psychology and Culture, 6(2) https://doi org/10 9707/23070919 1120

Glenn, J (2023, January 6) Preparations for a Good Burial: Funerary Art in Glencairn’s Ancient Egyptian Gallery Glencairn Museum Glencairn Museum Diakses pada 10 Juli, 2024 dari https://www.glencairnmuseum.org/newsletter/2019/6/3/preparations-for-agood-burial-funerary-art-in-glencairns-ancient-egyptian-gallery

HUNG, W. (2012). Han sarcophagi: Surface, depth, context. RES: Anthropology and Aesthetics, 61/62, 196–212 http://www jstor org/stable/23647829

Langer, S K (1966) The Cultural Importance of the Arts Journal of Aesthetic Education, 1(1), 5–12 https://doi org/10 2307/3331349

Li, C. (2018). Han Dynasty (206BC–AD220) Stone Carved Tombs in Central and Eastern China. Archaeopress Publishing Ltd.

LIGANG, Z. (2015). Obscuring the Line between the Living and the Dead: Mortuary Activities inside the Grave Chambers of the Eastern Han Dynasty, China Asian Perspectives, 54(2), 238–252 http://www jstor org/stable/26357679

McCaskie, T C (1989) Death and the Asantehene: A Historical Meditation The Journal of African History, 30(3), 417–444 doi:10 1017/S0021853700024464

McLeod, M. D. (1992). Art and Archaeology in Asante. In Dall’archeologia all’arte tradizionale africana/De l’archéologie à l’art traditionnel africain/From Archaeology to Traditonal African Art: A cura di Gigi Pezzoli (pp. 65-81.). Milano: Centro Studi Archeologia Africana

Oliveira, M a S , & Silva, S F S M (2021) Funerary Practices in Archaeology: Pluralities & Heritage International Journal of Archaeology, 9(2), 62 https://doi.org/10.11648/j.ija.20210902.15

Owiredu, C. (2020). Metaphorical Conceptualizations of Life and Death in the Asante King’s Burial Rites. 10(1), 5–26.

O’Neill, B (2023) Art as Ritual Engagement in the Funerary Programme of Watetkhethor at Saqqara, c 2345 BC Archaeopress Publishing Ltd

Riggs, C (2002) Facing the Dead: Recent Research on the Funerary Art of Ptolemaic and Roman Egypt American Journal of Archaeology, 106(1), 85–101 https://doi.org/10.2307/507190

Shaw, I. (2011). The Egyptian book of the dead: London. The Burlington Magazine, 153(1296), 191–192. http://www.jstor.org/stable/23055949

Stevenson, A (2015) Journeys to the Afterlife In A Stevenson (Ed ), Petrie Museum of Egyptian Archaeology: Characters and Collections (1st ed , pp 78–81) UCL Press https://doi org/10 2307/j ctt1g69z2n 31

Tolstoy, L. N. (1896). What is art? (A. Maude, Trans.). Oxford University Press. University of Gothenburg. (2014). Emotional expressions in ancient funerary art served as therapy for the bereaved. ScienceDaily. Diakses pada 9 Juli, 2024 dari www sciencedaily com/releases/2014/03/140310111708 html

Wilfong, T G (2013) Life, Death and Afterlife in Ancient Egypt Kelsey Museum Publications

YAN, Z , Wong, M P Y , & Jie, S (2012) Western Han sarcophagi and the transformation of Chinese funerary art. RES: Anthropology and Aesthetics, 61/62, 65–79. http://www.jstor.org/stable/23647821

OPINI

Kejiman dalam Tradisi
Seblang Olehsari
Simfoni di Ujung Jari: Realitas Peran
AI di Balik Layar Musik Modern

KEJIMAN DALAM TRADISI SEBLANG

OLEHSARI

Penulis: Aditya Risqi Ilhaam N P

Editor: Nur Hidayah

Masyarakat Using yang masih sub-kultur dari budaya Jawa pasti mengenal istilah memayu hayuning bawana, di mana istilah itu bermaksud untuk menunjukkan jika kita sebagai manusia haruslah sedapat mungkin memayungi kelestarian dunia. Berbicara mengenai dunia atau jagat dalam masyarakat Jawa dan sub-kultur pendukungnya, kita tahu jika ada perbedaan antara jagat kasar dan juga jagat halus Jagat kasar dihuni oleh wadag (tubuh manusia) sedangkan jagat halus oleh jim, peri, prayangan yang diasuh oleh ibu sekaligus istri (incest) sang waktu yakni Kala, Batari Durga. Istilah ‘jim’ merupakan gambaran suatu makhluk astral yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang kecuali seseorang tersebut dibekali kemampuan khusus.

Orang-orang inilah yang disebut Woodward (di dalam Widodo, 2012) sebagai ‘dukun’ yang juga sering disebut pitulung (helper), ahli kebatinan (mystic), ahli ngilmu Jawa (expert in Javanese science), wong tuo (elders), wong pinter/ngerti (smartperson) yang oleh dunia modern dikatakan sebagai ‘paranormal’. Hal ini kemudian melahirkan istilah kejiman dalam budaya Using, terutama yang hanya dapat ditemukan dalam tradisi Seblang Olehsari

Sumber: mahafatih wordpress com
Sumber: mahafatih wordpress com
Sumber: mahafatih wordpress com

Kejiman adalah proses komunikasi antara sang pawang kebatinan di dunia kasar kepada leluhur yang sudah berada di alam lelembut (alam halus) untuk menentukan tanggal ngangkataken (mengangkat penari) dalam ritual Seblang Olehsari untuk tiga periode (Saputra, et al., 2019). Berbeda dengan ritus-ritus lain suku Using yang penentuannya melalui penanggalan dan musyawarah, penentuan penari hingga kapan diadakannya tarian tersebut harus mematuhi anjuran dari makhluk yang tak kasat mata. Anoegrajekti (dalam Saputra, et al., 2019) mengindikasikan jika Seblang Olehsari adalah perwujudan syukur masyarakat agraris lokal yang multidimensional, yakni menginjak alam sadar dan tidak sadar atau disebutnya mekanisme kultural (Saputra, et al., 2019).

Tafsiran atas ritual kejiman bisa dianalisa menggunakan teori Turner (di dalam Saputra, et al., 2019) mengenai liminalitas. Ada tiga tahapan, yakni separasi, liminal, dan reintegration. Separasi adalah proses berangkatnya kesadaran menuju alam bawah sadar atau perpindahan antara dunia yang profan ke dunia yang sakral, sedangkan liminal (atau limen: ambang pintu) merupakan letak si individu yang berada di tengah-tengah alam nyata dan supranatural dalam kondisi ini memungkinkan adanya komunikasi lewat alam bawah sadar Sedangkan yang ketiga ialah proses integrasi ulang, di mana kesadaran kembali ke bentuk semula dan si individu kembali menjadi bagian dari masyarakat yang semestinya

Kejiman merupakan peristiwa trance atau sering disebut sebagai kesurupan, akan tetapi berbeda dengan ritual misalnya kuda lumping atau saat penari Seblang menari (Disebut ndadi) Pihak mediator yang menjadi sarana trance tidak dengan sengaja menyediakan tubuhnya untuk dirasuki roh halus, akan tetapi ada prosedur yang berbeda. Biasanya, energi yang dipercaya berasal dari roh nenek moyang akan memasuki badan kasar sesepuh desa, mereka akan mulai terjatuh, tidak sadarkan diri, lalu mengejang (Saputra, et al , 2019).

Sumber: mahafatih wordpress com
Sumber: mahafatih wordpress com

"MERAWAT DUNIA, MEMAHAMI ALAM HALUS."

Setelah lebih tenang, sang pawang atau dukun akan bernegosiasi mengenai siapa yang harus menari dan tanggal berapa tarian tersebut boleh diadakan. Proses ini diketahui sebagai tahap liminal, ketika tubuh dan kesadaran terpisah Tubuh masih berada di dunia yang sekarang, sedangkan kesadaran terletak jauh di bawah alam sadar. Biasanya sang pawang sadar bahwa yang dihadapinya bukan lagi orang yang sama, melainkan sudah berganti point of view Maka pertanyaan pertama yang harus diajukan ialah “ndika sinten?” (Anda siapa?) (Saputra, et al , 2019)

Karena tidak disengaja, upaya roh memasuki tubuh sang mediator bisa datang sewaktuwaktu Akan tetapi polanya sama, yakni sekitar dua minggu sebelum hari raya Idulfitri, terjadi pada malam hari (sewaktu/sehabis maghrib), yang kejiman merupakan sesepuh adat dan masih memiliki garis keturunan dengan Seblang sebelumnya atau bahkan penari Seblang sebelumnya Roh yang datang biasanya memanggil dirinya Aji Anggring, Mas Brata, Sayu Sarinah atau istilah yang lain, sang pawang yang kedapatan untuk bertugas biasanya akan mulai membakar kemenyan (ngutuki sekul arum) dan memulai dialog (Saputra, et al , 2019)

Sumber: mahafatih wordpress com
Sumber: mahafatih wordpress com

Bagaimanapun, kejiman adalah cara masyarakat lokal untuk mengimplementasikan pepatah memayu hayuning bawana. Karena sesungguhnya bawana (dunia) itu sendiri memiliki dua unsur, yakni kasar dan halus Merawat alam kasar atau alam kita sekarang tidaklah cukup, akan tetapi harus juga mengetahui apa yang diinginkan oleh alam halus. Meskipun tidak lagi membersamai kita, tapi ingatan terhadap leluhur setempat jangan sampai hilang Orang Jawa juga akrab dengan istilah sangkan paraning dumadi (arti tidak literal: dari mana dan akan ke mana) yang mengingatkan setiap orang untuk ingat dari mana ia berasal, dengan demikian maka kita harus tahu bahwa para leluhur yang kini sudah paran (arti tidak literal: kembali) itulah yang melahirkan kita

Komunikasi melalui kejiman mengindikasikan bahwa kita masih butuh diemong lan diemban (dirawat dan dipelihara) oleh para leluhur kita. Leluhur kita yang tahu hari-hari baik dan ahli di dalam bidang astrologi Jawa itu menitipkan dunia kasar yang sedang kita huni sekarang, itulah kenapa Seblang Olehsari merupakan wujud rasa bahagia atas berkah Tuhan yang selama ini diterima sekaligus memupuk keprihatinan dalam lestarinya kesenian.

Referensi: Saputra, Heru S P , et al (2019) Kejiman: Mekanisme Metodologis Penentuan Penari dan Waktu Pelaksanaan Ritual Seblang Olehsari, Banyuwangi Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember. Widodo, Wahyu. (2012). Mantra Kidung Jawa (Kajian Repetisi dan Fungsi) Program Studi Linguistik Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

MENGHORMATI WARISAN LELUHUR DEMI KELESTARIAN DUNIA.

Sumber: mahafatih wordpress com
Sumber: mahafatih wordpress com
Sumber: mahafatih wordpress com
Sumber: mahafatih wordpress com
"BUDAYA

TAK AKAN MATI, HANYA MERINDU UNTUK DILESTARIKAN."

SIMFONI DI UJUNG JARI: REALITAS PERAN AI DI BALIK LAYAR MUSIK MODERN

Penulis: Raihan Rizky Amalia Editor: Nur Hidayah

Eksistensi musik pada saat ini semakin merebak di setiap sudut kehidupan Musik tampak terbiasa mengalun di kafe-kafe, menghiasi setiap perjalanan dalam mobil, dan menjadi sebuah pendorong suasana hati ketika melakukan suatu kegiatan. Genre musik semakin meluas dari klasik hingga elektronik, yang mana menawarkan spektrum yang luas bagi setiap selera dan suasana hati Namun, dibalik sebuah perkembangan yang membawa musik menjadi bagian dari kehidupan itu, terdapat kemungkinan perubahan yang akan terjadi di masa depan Hasil dari teknologi, khususnya kecerdasan buatan atau AI telah mengambil peran dalam komposisi musik. Saat ini, AI diciptakan tidak hanya untuk alat bantu manusia saja, tetapi berpotensi menjadi suatu alat cipta yang mampu menghasilkan komposisi musik baru

Dalam perkembangan dan sejarahnya, musik telah lama menjadi media penyeimbang ekosistem sosial dan penyatu suatu komunitas

Pada musik lokal Maluku berjudul Pela e dan Gandong, misalnya, musik lokal yang memainkan peran penting dalam proses rekonsiliasi bagi masyarakat Maluku. Saat konflik Maluku terjadi, lagu Pela e dan Gandong tidak hanya berfungsi sebagai pengingat, tetapi memiliki peran asosiatif yang mana membangkitkan kesadaran masyarakat sebagai sesama saudara. Hal ini diperkuat oleh salah satu studi yang dilakukan oleh seorang antropolog, Resa Dandirwalu, diungkapkan bahwa hubungan Pela e dan Gandong terjaga dalam memori kolektif masyarakat Maluku menjadi sebuah kunci penyelesaian konflik di wilayah tersebut (Dandirwalu, 2014)

Sumber: instagram com/r e m
Sumber: instagram com/r e m
Sumber: instagram com/r e m

Musik lokal sendiri merupakan karya musik yang berada di dalam “pagar budaya” suatu masyarakat dan dapat dinikmati oleh masyarakat yang memilikinya (Hastanto, 2005). Dalam konteks sejarahnya, masyarakat Maluku sejak dahulu dicerminkan memiliki tradisi dalam mengisahkan berbagai aspek kehidupan melalui musik yang mana musik selalu hadir dalam berbagai aktivitas sosial mereka. Selain itu, di kehidupan saat ini pula, kelompok masyarakat urban juga menggunakan musik sebagai alat untuk membangun sebuah komunitas, seperti penyatuan penggemar suatu penyanyi dan kemudian diberikan nama khas masing-masing penggemar

Secara global, musik dapat digunakan sebagai alat untuk menyuarakan suatu aspirasi yang mana terdapat suatu perasaan emosional tersendiri dalam musik sehingga menciptakan atmosfer yang berbeda setiap genre musik Namun, pada era yang serba canggih ini, tidak dipungkiri akan hadirnya teknologi salah satunya AI pada industri kreatif salah satunya musik. Menurut Amato et al., (2019) disebutkan penggunaan AI dalam industri kreatif dapat memberikan manfaat seperti mempercepat proses pembuatan musik, serta meningkatkan aksesibilitas media. Kemudian ditambahkan bahwa penting untuk memperhatikan perihal privasi, bias, dan etika. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan dalam menggunakan AI secara etis agar tidak merugikan pihak manapun Dalam proses pembuatan komposisi musik sendiri tak asing dengan kehadiran AI itu sendiri dalam mendukung penciptaan musik yang mana digunakan untuk menganalisis data dan menemukan pola musik (Rosilawati & Mulyani, 2020).

"AI DAPAT MENGIMITASI

SUARA, TAPI TIDAK

DAPAT MENGGANTIKAN PENGALAMAN DAN EMOSI

DI BALIK MUSIK MANUSIA."

Di luar hadirnya teknologi AI pada musik, transformasi digital menjadi salah satu faktor musik semakin hidup di seluruh kalangan Melalui platform digital, musik lokal yang sebelumnya hanya dikenal di daerah tertentu kini dapat diakses oleh pendengar global Selain itu, memungkinkan musik dapat disimpan dalam waktu yang lama dan mudah diakses. Hal inilah yang mana teknologi juga menjadi faktor pelestarian kesenian

Sumber: instagram com/r e m
Sumber: instagram com/r e m

"EMOSI MANUSIA MELAMPAUI AI."

Perjalanan musik dari era analog ke era digital telah menunjukkan bagaimana konsistensi teknologi mengubah cara kita dalam menikmati musik. Transformasi digital sendiri memungkinkan jangkauan pendengar tanpa melewati kompleksnya proses distribusi musik Keresahan dibalik kemudahan tersebut justru terdapat pada produksi musik itu sendiri. Kekhawatiran ini hadir karena kian waktu eksistensi AI terbilang melampaui batas sehingga dapat menggantikan segalanya dalam industri kreatif yang mana teknologi ini dapat mengurangi orisinalitas dan kreativitas manusia, serta peran musisi dapat terganti dalam waktu ke waktu Hal ini dibuktikan dengan hadirnya Suno AI yang mana merupakan salah satu jenis AI berfungsi untuk memproduksi musik original secara instan hanya melalui prompt text Menakjubkannya musik yang dihasilkan oleh Suno AI tersebut tidak mereferensikan lagu mana pun dengan artian bebas dari copyright dan dikembangkan pula teknologi watermarking yang mana dapat melihat lagu tersebut dibuat di Suno atau tidak

Kecerdasan buatan atau AI dalam waktu ke waktu keberadaannya diyakini mampu melakukan hal-hal yang sebelumnya dianggap mustahil dilakukan, yaitu mengubah suara penyanyi dalam musik menjadi suara penyanyi lain. Proses ini dikenal dengan voice cloning, yang mana AI mempelajari karakteristik suara seseorang seperti intonasi dan ritme, kemudian dapat ditiru secara akurat Voice cloning sendiri memungkinkan untuk menghasilkan hasil rekaman yang sangat mirip dengan penyanyi asli, hingga detail dan ciri khas penyanyi tersebut.

Sumber: instagram com/r e m
Sumber: instagram com/r e m
Sumber: instagram com/r e m

Hal ini telah populer dibagikan di media sosial, khususnya di tiktok. Keberadaannya menimbulkan permasalahan bagi orisinalitas karya musik Ketika suara dapat dengan mudah diproduksi oleh mesin, maka keaslian dari musik itu sendiri dapat terancam. Dibalik itu, perlunya pengawasan dan memperhatikan ketentuan dalam UUHC yang menegaskan bahwa hak cipta merupakan hak eksklusif yang dimiliki pemilik atau pencipta musik

Kecerdasan buatan atau teknologi AI sangat pesat perkembangan sistem yang dihasilkan, seperti Suno AI dan Voice Cloning Namun, terdapat batasan-batasan penting yang dapat diakui karena musik tidak hanya susunan nada dan ritme, tetapi merupakan ekspresi emosi, pengalaman hidup, dan jiwa dari penciptanya Inilah yang membuat musik tidak bisa sepenuhnya diduplikasi bahkan tergantikan eksistensi manusia oleh AI Dengan kata lain, musisi menciptakan karya berdasarkan perasaan yang telah mereka alami. Sebab itulah, setiap lirik yang disenandungkan mencerminkan perjalanan hidup mereka, dan menjadikan musik unik Walaupun AI dapat secara mudah meniru gaya dan suara penyanyi, ia tidak memiliki perasaan manusia untuk mengisi musik dengan perasaan yang sama

Musik yang secara teknis komposisinya diciptakan oleh AI mungkin terdengar praktis dan sempurna di masa kini.

Di samping itu, musik tersebut kehilangan elemen emosional yang membuat musik itu hidup. Perasaan, keunikan, dan koneksi yang diciptakan oleh musisi melalui pengalamannya tidak dapat direplikasi oleh mesin atau teknologi yang ter baharukan sekalipun Hingga saat ini, belum ada teknologi yang dapat menandingi kualitas musik yang diciptakan oleh manusia.

Secara keseluruhan, penggunaan AI dalam musik perlu terdapat batasan dalam mendukung kreativitas manusia, bukan untuk menggantikan esensi penciptaan dan produksi musik itu sendiri. Dengan perlakuan yang tepat, AI yang termasuk salah satu hasil perkembangan sebuah zaman dapat memperkaya dunia kreatif termasuk musik tanpa mengorbankan nilai-nilai seni yang ada.

Referensi

Dandirwalu, R (2016) ‘Totem Ambon Manise:Membongkar Segregasi teritorial Berbasis Agama di kota ambon’, Antropologi Indonesia, 35(1). doi:10.7454/ai.v35i1.5511. Hastanto, Sri (2005) Musik Tradisi Nusantara: Musik-Musik yang Belum Banyak Dikenal Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Rosilawati, Riyana, & Mulyani, Ai. (2020). Spirit Muhamad Aim Salim dalam Pembinaan dan Penciptaan Tari Prawesti Bandung, Jurnal Ilmiah Seni & Budaya Panggung.

Sumber: instagram com/r e m
Sumber: instagram com/r e m
“SETIAP

BEAT DALAM MUSIK, LANGKAH MENUJU MASA DEPAN MUSIKAL.”

SSENI ENI

NAGA

Penulis: Aditya Risqi Ilhaam N P || Editor: Nur Hidayah

Kulitku seperti pecahan cangkang telur, retak dan kering, tercecer ke mana-mana

Seharusnya aku digoreng di atas wajan dan ditaburi garam Bukannya hidup

24 jam selama berhari-hari tanpa tahu pasti kapan aku mati.

Pecahan kulitku seperti pecahan beling, ia bisa menyakiti kakimu yang mungil

jika tidak mau hati-hati Lihat kakiku

berdarah dan nyeri, aku telah menginjak pecahan kulitku berkali-kali.

Katanya, di dalam tubuhku ada naga yang akan menetas melalui kepala

Hingga tubuhku hancur berpuing-puing, tidak ada yang namanya naga.

Hanya ada retakan tubuhku yang sudah tidak bisa dikembalikan seperti semula

Padahal kalau benar-benar ada naga, aku ingin sekali disembur pakai lidah apinya.

CERPEN Balada Tukang Gambar

“Ngapain daftar ke FSRD?” tanya Ibuku begitu aku menampilkan layar pendaftaran. Kencang betul teriakannya, disertai tajamnya tatap Pertanyaan tersebut terlontar sekitar tiga tahun yang lalu, di mana sekarang aku sudah melewati berbagai rintangan.

Semua memandang skeptis, bertanyatanya mau jadi apa aku nanti? Tante tersenyum sinis, nenek menatap miris

Kalau ditarik lagi, ini semua terjadi hanya karena aku berkuliah di bidang seni. Satu hal yang aku ketahui dengan pasti: mau bagaimanapun, usahaku takkan dihargai

Bagiku, seni adalah pelarian Semua emosi bisa tertuang, karya indah dapat dihasilkan. Seni, untukku, adalah apa yang bisa aku ciptakan, terutama di bawah semua tekanan Lukisanku adalah ekspresi perasaan, hingga berbagai sentimen dapat diwakilkan. Namaku Ezra, seni bagiku adalah jalan untuk menghadapi seribu tantangan.

Setidaknya, sampai maraknya penggunaan AI Iya, kecerdasan buatan yang digadang-gadangkan akan menggantikan pekerjaan manusia.

Kalau dipikirkan, rasanya pengen pingsan! Lalu, bagaimana dengan lapangan pekerjaan? Bagaimana nasib dari industri kreatif apabila tak memerlukan tangan? Bagaimana aku bisa memenuhi kebutuhan pangan?

Ada gila-gilanya dunia. Sekarang, hidup sudah susah, malah menjadi manusia. Hidup sudah susah, malah jadi tukang gambar!

Di tahun-tahun terakhir, aku berusaha sekeras mungkin untuk tidak tergelincir. Hari-hari dibebankan ekspektasi, yang sekeras mungkin kucoba untuk kupenuhi Nggak banyak, betul, hanya magang, lulus dengan dini, dan langsung cari duit! Namun, bagaimanapun juga, permasalahan hidupku bermula karena kenyataan pahit yang aku hadapi.

Sumber: Pngtree
Penulis: Annisa Tartilla Sa'baniah || Editor: Nur Hidayah

Kini, aku sedang magang di salah satu perusahaan, serta menerima beberapa klien sebagai illustrator lepas untuk menambah tambahan biaya. Jujur, ini upaya untuk bertahan di perkuliahan lebih lama, aku sangat belum siap untuk lulus dan bebas Tapi, itu sudah beda cerita!

Semenjak menyambi sebagai pekerja lepas, yang marak aku terima adalah pertanyaan sejenis dengan “Ngapain hire illustrator? Kan bisa pakai kecerdasan buatan!” yang, tentunya, terdengar sangat menyakitkan. Semakin hari, cibiran meremehkan yang kudengar semakin marak Terkadang aku heran, kok bisa manusia sebegitu jahat?

Sumber: Freepik

Sekarang, aku sedang duduk di kafe nyaman yang menyajikan kopi lezat, berbincang santai dengan kawankawan untuk melepas penat Nggak banyak, hanya tiga, namun cukup untuk beristirahat sejenak. Ketiganya merupakan saudara seperjuangan, meski yang dua condong ke graphic design, berbeda dengan aku dan yang satunya

“Gila, ya, jadi graphic designer! Orang kira hanya edit-edit biasa, pekerjaan yang dibebankan tuh luar biasa!” ungkap kawanku, Dimi, mengeluarkan uneg-unegnya.

“Emang parah, Dims, gue kemarin dapat dua puluh lima revisi dan serasa kayak nggak dihargai sama sekali,” Eri, kawanku yang lain, ikut menimpali.

“Hah gila ya Gue juga kemarin dapat revisi, padahal pas revisi pertama katanya nggak apaapa,” kawanku di bidang ilustrasi, Raya, ikut menuangkan isi hati. “Mana gue kena omel karena katanya fee ilustrasi terlalu tinggi!”

Aku mengangguk, pertanda setuju dengan apa yang Raya rasakan “Gue kemarin kena marah, katanya harga yang gue patok terlalu tinggi Buset, dikira Juicy Luicy! Mana di akhir dia bilang mending pakai AI soalnya gratis, gimana gue nggak darah tinggi!”

“Eh, emang sinting Gue dicibir sama Tante perkara kerja kita bakal diganti sama mesin, mana pemerintah juga melanggengkan AI. Mau makan apa coba kita nanti?” ujar Eri, menyampaikan keluh kesah yang memenuhi hati

“Iya, ‘kan? Sekarang, semua orang bilang mending pakai fitur kecerdasan buatan. Jadi si AI makin dibikin pintar, padahal merugikan orang,” Raya menyetujui. “Tapi klien lo yang itu tetep bayar ‘kan, Zra?”

Kuanggukkan kepala “Untung bayar Nggak siasia, deh, gue dengerin omelannya.”

Dimi yang sedari tadi terdiam akhirnya memberi celetukan, “Gue bertanya-tanya, deh, nasib kita pas udah lulus nanti gimana, ya? Dengan negara yang dipenuhi kemalasan, di mana semua orang pelit dan hanya bergantung pada kecerdasan buatan.”

Sumber: Freepik

Obrolan masih mengalir panjang, berakhir pada penat yang untuk sementara berhasil hilang Di penghujung hari, kami memutuskan untuk pulang Nggak bohong, tiba-tiba muncul rasa kalut dan bimbang. Keyakinan pada keadaan terasa semakin usang, lama-lama yakin tersebut hengkang.

Apa yang dikatakan Dimi berhasil membuatku berpikir panjang Setidaknya, sepanjang perjalanan pulang. Aku memutuskan untuk meminta opini kawan. Dengan gawai di genggaman, aku kirimkan pesan ke teman kecilku, Alea, sebagai nomor tujuan

Balasan terakhir dari kawanku itu membuatku menutup gawai, menimbangnimbang keputusan yang akan aku buat di masa mendatang Memang belum rencana yang matang, tapi setidaknya ada kemauan untuk membuat rancangan Kegiatan selanjutnya juga berlangsung sesuai kebiasaan, di mana aku akan melakukan pekerjaan rumah dan menyelesaikan revisi yang aa

Hari-hari berjalan cukup santai dan tenang, tidak ada hal tertentu yang membuat tertekan Seluruh kegiatan berlangsung dengan lancar, revisi yang kukerjakan juga tidak terlalu banyak. Lalu, ada juga beberapa hal menyenangkan yang terjadi. Semua mengalir begitu nyaman, hingga aku dapat membuka laman media sosial pada waktu senggang

Di laman yang aku buka, terdapat teman lama yang baru saja menikah. Ada juga yang baru menyelesaikan sidang. Kuucapkan selamat pada mereka, sembari terus menggulir layar Pandanganku tertuju pada satu unggahan yang cukup familiar, di mana si pengunggah adalah kawan masa kecilku, Alea.

Tetapi, yang menarik perhatianku adalah foto yang baru ia unggah Foto tersebut berupa desain grafis mengenai peningkatan kesadaran mengenai isu yang sedang hangat di masyarakat, di mana grafis tersebut diunggah dengan tujuan yang mulia oleh Alea dan beberapa orang lainnya.

Nggak bohong, rasanya seperti mendapatkan sebuah pengkhianatan. Mungkin aku terlalu hiperbola, tapi baru beberapa waktu yang lalu aku meluapkan keresahanku mengenai kecerdasan buatan, yang tentunya Alea dengar semuanya tanpa ada sedikitpun unsur paksaan Tentu, dapat terasa kekecewaan menyeruak di dada Pada akhirnya, kukirimkan pesan pribadi untuk Alea

Namun, ada satu hal yang mengganjal pada dada: ilustrasi tersebut dibuat oleh kecerdasan buatan. Sumber: Freepik

Tempat biasa yang Alea maksud adalah sebuah warung kopi langganan kami, di mana tempat tersebut biasa kami singgahi untuk beristirahat sejenak dari padatnya kegiatan yang terjadi. Tempat ini hadirkan kenyamanan dalam bentuk Wi-Fi yang disediakan secara gratis dan harga makanan serta minuman yang ekonomis Serta, didukung pula oleh interior yang sesuai untuk mengerjakan tugas akademis.

Aku datang terlebih dahulu, memastikan ada bangku kosong yang bisa kami duduki Alea yang datang beberapa saat kemudian pun langsung menghampiri. Tinju kecil ia berikan sebagai salam pembuka, disertai oleh kekehan kecil Untuk merespon, aku membalas tinjunya dan memberikan senyum balik

“Kenapa, nih, tiba-tiba ngajak main?” pertanyaan pertama langsung dilontarkan olehnya.

“Apaan, deh, kayak nggak pernah main sama gue aja,” aku menimpali

“Ya, mau gimana lagi? Soalnya lo nggak ada angin nggak ada hujan gitu ngajaknya. Lo kangen, ya, sama gue?” gurau Alea

“Iya, nih, kangen banget gue sama lo!” aku menjawab, kami berdua tertawa. “Tapi, ada alasan serius juga, sih.”

Sisa tawa dengan segera raib dari wajah kami berdua, Alea membenarkan postur tubuhnya sebelum menanggapi, “Kenapa, Zra?”

“Gue merasa sedikit kecewa aja, sih, pas lihat unggahan terbaru lo Baru kemarin gue ngomel perkara ilustrasi dan AI, taunya lo juga pakai,” ucapku menjabarkan keresahan yang aku rasakan.

Sumber: Freepik

Alea hanya memberi anggukan sebagai tanda kalau ia mendengarkan, serta memberi isyarat untuk aku melanjutkan apa yang ingin aku katakan “Gue tuh sedih, Le Soalnya, dari semua orang yang ada di dunia, yang ngelakuin ini tuh elo Gue kira tuh sebagai temen gue dari kecil, serta orang yang baru aja denger uneguneg gue, nggak bakal ngelakuin itu,” tambahku

“Oke, oke. Berarti lo marah sama gue cuma karena gue pakai AI buat kampanye gue kemarin?” Alea bertanya untuk memastikan

Aku memberikan gelengan kepala sebagai jawaban, “Yang pertama, gue nggak marah. Gue hanya kecewa aja sama lo. Yang kedua, itu bukan sesimpel perkara ‘cuma’ doang, Le Lo tuh punya pengikut dengan jumlah banyak, gimana kalau mereka juga ikutan menggunakan AI?”

“Itu ‘kan urgent, Zra. Isunya harus segera diangkat, toh gue nggak bermaksud jahat ” Alea memberikan jawaban

Sumber: Freepik

“Dengan tim kayak gitu, yang sudah jelas mengenai kuantitas dan kualitasnya, memang nggak ada yang mau desain atau ilustrasi sama sekali, Le?” aku kembali bertanya “Toh, kalau betulan nggak ada yang bisa, lo juga punya opsi lain dengan membuat komisi ke freelancers. Masa lo cuma denger keresahan orang lain, tapi nggak dengan keresahan yang gue alami?”

Alea terdiam sejenak, lalu akhirnya kembali berbicara, “Zra, sebelumnya gue sangat meminta maaf sebagai teman kecil serta sahabat lo Gue nggak melakukan apa yang

gue lakukan kemarin dengan bijak, gue nggak mendengar dan juga ikut menganggap enteng lo sebagai pekerja kreatif. Gue minta maaf karena menyinggung lo dan membuat lo kecewa. Kira-kira, apakah lo akan bersedia kalau gue hire untuk ilustrasi? Kalau nggak, apakah lo punya kenalan lain yang menerima komisi?”

“Makasih, ya, Le. Gue harap lo nggak bakal ngulangin itu lagi. Kebetulan gue lagi nggak bisa menerima komisi lo, tapi gue kenal satu orang yang gaya grafisnya bakal cocok sama lo Kenal si Dimi, nggak?” Aku tersenyum, senang karena kawanku ini mau mendengar keresahan orang dan meminta maaf atas kesalahan yang ia perbuat Manusia tidak luput dari salah, maka tercipta revisi untuk memperbaiki apa yang mereka lakukan

“Kenalin dong, Zra! Terus, kira-kira bakal oke, nggak, kalau gue bahas mengenai keresahan lo dan pekerja kreatif lainnya di laman media sosial gue? Kayak yang lo bilang, gue bisa influence pengikut gue yang jumlahnya cukup banyak itu. Gue mau membantu lo untuk menyuarakan uneg-uneg lo, gimana?” senyum akhirnya kembali menghiasi wajah kawan karibku itu

“Gue bakal apresiasi itu banget, Le. Gue memang lebih jago ke ilustrasi, tapi gue bakal coba ngerjain itu kalau lo berkenan Nggak dipungut biaya, kok!” aku memberikan jawaban Kedua iris Alea berbinar, pertanda bahwa ia sangat semangat dan menyukai ide yang baru kuberikan.

“Mau banget! Nggak apa-apa, kok, kalau gue bayar Anggap aja ini komisi dari gue buat lo, Zra Omong-omong, gue baru hapus unggahannya. Gue omongin ke tim dan kontak temen lo dulu, ya? Baru habis itu kita bahas mengenai yang barusan!” dengan sigap, Alea segera melakukan apa yang baru ia bicarakan

Aku mengangguk, membiarkan Alea yang tiba-tiba larut pada kesibukannya. Kami menghabiskan sisa waktu dengan tenang, diiringi canda tawa Aku dengan revisi yang sudah membeludak, serta Alea yang sedang berkomunikasi dengan banyak orang. Kami menikmati presensi masing-masing, sembari fokus pada kegiatan yang harus kami selesaikan

IINTERMEZZO NTERMEZZO

REKOMENDASI FILM

ANATOMY OF A FALL (2023)

Penulis: Anindya Azmi P.S. || Editor: Yuanita Eva D.D.

"KASUS PEMBUNUHAN DENGAN SIDANG PALING DRAMATIS DAN REALISTIS"

Anatomy of a Fall adalah film garapan Justice Triet, Produksi dari Prancis yang rilis pada tahun 2023 Film ini dibintangi oleh Sandra Huller yang masuk dalam nominasi “Best Actress” Oscar 2024, Swann Arlaud, Milo MachadoGraner, Antoine Reinartz, dan aktor lainnya. Selain aktris dalam film ini yang masuk dalam nominasi Oscar 2024, Anatomy of a Fall juga masuk dalam nominasi “Best Picture” dan bersaing dengan film Oppenheimer. Walaupun film ini gagal memenangi “Best Picture”, Anatomy of a Fall tetap mendapat penghargaan “Best Original Screenplay”.

Momen dalam persidangan inilah yang menjadi daya tarik utama dalam film Anatomy of a Fall. Sutradara Justine Triet dan penulis naskah Arthur Harari menyajikan film ini dengan padat akan dialog sehingga dapat membangun emosi dari percakapan antar tokoh yang dapat menarik perhatian dan emosi penonton Selain padat dengan dialog, persidangan dalam film ini dibuat secara realistis mungkin dengan suasana persidangan asli. Persidangan dalam film ini menggambarkan bagaimana persepsi dianggap penting dalam jalannya persidangan Inilah yang membuat film Anatomy of a Fall dianggap sebagai film drama ruang persidangan dan crime investigation terbaik pada tahun 2023

Film ini berkisah tentang keluarga yang terdiri dari pasangan suami-istri dan satu anak, yang tinggal di pegunungan Prancis Pada suatu hari, Samuel Maleski sang kepala keluarga ditemukan tewas akibat jatuh dari lantai 3 rumahnya. Sang istri, yaitu Sandra Voyter, dicurigai sebagai pembunuh suaminya karena tidak ada seorang pun yang berada di dekat rumah mereka. Premis ini menunjukkan jika film

Anatomy of a Fall merupakan film misteri pembunuhan Namun, film ini mengulik lebih dalam mengenai drama dalam persidangan yang dijalani oleh Sandra Voyter

REKOMENDASI FILM

Not Friends adalah Film Thailand dengan bumbu persahabatan produksi GDH yang harus masuk watchlist kamu. Film ini dikirim Thailand menjadi perwakilan dalam kategori

“Best International Feature Film” di Academy Awards 2024. Walaupun tidak berhasil masuk daftar nominasi akhir, film ini tetap disambut hangat oleh banyak penonton. Bagaimana tidak? Film dengan kesan yang hangat dengan mengangkat tema persahabatan ini berhasil dikemas secara apik sehingga dapat membuat penonton bersedih, terharu, bahkan tertawa

NOT FRIENDS (2023)

Anindya

Cerita tentang film maker dengan konsep pertemanan ini sangat menarik Kita akan disuguhkan sinematografi tiap pengambilan scene saat Joe dan tim nya membuat film. Plot dalam film ini berhasil dibuat sehalus mungkin, sehingga ketika plot kilas balik dalam film ini ikut membuat kita membuka persepsi dan merindukan teman kita Narasi dalam Not Friends ini dibuat sangat menyentuh, sehingga ketika menonton film berdurasi dua jam ini, kita akan terus dibuat tertawa sekaligus terharu

Sinematografi film ini semakin menambah kesan hangat yang meninggalkan jejak di hati kita. Kesan hangat yang ditinggalkan setelah menonton film ini lah yang membuat banyak orang menyukai film Not Friends dan harus segera kalian tonton

Not Friends menceritakan tentang Pae, murid SMA yang ingin melanjutkan kuliah tanpa biaya, sehingga membuat film pendek untuk mendapatkan beasiswa Pae memutuskan untuk membuat film tentang Joe, teman sebangku yang belum lama dikenal, namun telah meninggal Proses Pae dan tim nya dalam pembuatan film tentang Joe inilah yang paling menarik perhatian. Kita akan dibuat tertawa sekaligus terharu dengan tingkah mereka dalam proses pembuatannya Namun, ditengah proses pembuatan film, hadir konflik ringan tentang persahabatan yang akhirnya membuat mereka semakin sadar akan arti teman

"FILM PERTEMANAN YANG HANGAT DAN COCOK DITONTON SAAT BERSANTAI"
Penulis:
Azmi P.S. || Editor: Yuanita Eva D.D.

REKOMENDASI FILM

SERDAM : THE DEATH WHISTLE (2022)

"ALAT MUSIK KHAS LAMPUNG YANG

MULAI PUNAH DAN DILESTARIKAN

MELALUI FILM OLEH SINEAS MUDA LAMPUNG”

Film pendek berdurasi sekitar satu jam ini yang dibuka dengan percakapan Hamdan, seorang maestro dengan Pun Ibrahim, seorang tetua adat setempat yang meminta Hamdan membuat Serdam untuk anaknya yang autis dengan cara yang tradisional. Serdam yang melalui cara tradisional memang dipercaya memiliki kekuatan magis yang dapat menyembuhkan penyakit Namun, pembuatan secara tradisional memerlukan syarat yang tidak lagi lazim pada zaman modern kini. Konflik pertentangan antar zaman juga dihadirkan dalam film ini. Perdebatan Hamdan dan anaknya menunjukkan bahwa kebudayaan tradisional mulai sulit untuk diterima dengan era modern Selain itu, film ini juga mengangkat drama keluarga dan menunjukkan bahwa usia tua dan muda hidup saling berdampingan dan saling bergantung satu sama lain

Serdam adalah film pendek yang tayang di bioskop online yang mempresentasikan budaya dari Sumatera. Film yang ditayangkan secara perdana di Dewan Kesenian Lampung ini berhasil menjadi perwakilan Lampung di festival film internasional Kenduri Serumpun Melayu Film Festival pada tahun 2023. Film buatan komunitas film Lampung, MovieLab ini menawarkan cerita kental budaya Lampung dengan mengangkat isu budaya alat musik khas Lampung yakni Serdam, alat musik tiup mistis asli Lampung yang mulai punah. Film ini juga bertujuan sebagai bentuk awareness bahwa kini alat musik Serdam mulai pudar seiring berkembangnya zaman

Film ini mempunyai ciri khas yang menjadi daya tarik, yakni penggunaan bahasa Lampung dengan Logat Api yang menemani kita dari awal hingga akhir film yang membuat film ini semakin kental dengan unsur kebudayaan. Sinematografi yang memanfaatkan keindahan pesona alam kota Lampung yang masih kuat akan memanjakan mata kita saat menonton Film ini mengambil latar di wilayah Krui, Pesisir Barat kota Lampung tempat pengrajin Serdam berasal. Kita akan disuguhkan betapa indahnya Pesisir Barat kota Lampung dan desa-desa yang ada di sana Film pendek ini bisa kalian tonton melalui BioskopOnline dengan merogoh kocek senilai Rp7000,- dan bisa turut serta melestarikan budaya Lampung

Penulis: Anindya Azmi P S || Editor: Yuanita Eva D D

REKOMENDASI FILM

LASKAR PELANGI (2008)

"PERJUANGAN ANAK –ANAK DESA UNTUK PENDIDIKAN"

Laskar Pelangi salah satu film Indonesia adaptasi dari sebuah novel dengan judul yang sama karya Andrea Hirata dan disutradarai oleh Riri Riza. Menariknya kisah tersebut ternyata juga diangkat dari kisah nyata masa kecil sang penulis novel yaitu Andrea Hirata, tidak heran kesuksesan film Laskar

Pelangi membawa prestasi tercatat sebagai salah satu film paling berpengaruh di Indonesia

Ceritanya mengisahkan tentang persahabatan 10 anak anak miskin asal desa kecil Gantung, Belitung Timur, yang berjuang mengejar mimpi melalui pendidikan, meskipun dihadapkan dengan berbagai tantangan ekonomi dan sosial yang serius

Film ini sangat relevan dengan tema seni karena selain menghadirkan kisah inspiratif yang mendalam namun juga memperkenalkan kekayaan alam dan budaya Indonesia yang autentik Didukung dengan latar belakang kehidupan desa yang kuat juga penekanan mendalam pada peran pendidikan sebagai alat perubahan sosial.

Mengilustrasikan bagaimana seni dan kreativitas mampu menginspirasi dan mengubah kehidupan Salah satu adegan film Laskar Pelangi yang menarik adalah ketika anak anak Laskar Pelangi membuat sebuah tenda di atas bukit, dimana di bawah tenda tersebut disebut mereka sebagai sekolah. Dengan pemandangan alam yang indah dari Belitung Timur, mereka berkumpul belajar diantara buku buku lama Adegan ini menunjukkan bagaimana semangat, ketekunan, hingga perjuangan mereka dalam mencapai pendidikan untuk mengejar mimpi mimpinya walau dengan berbagai keterbatasan.

Survivor Edisi 008 | Kesenian

Penulis: Sasdia Kristina Sinaga || Editor: Yuanita Eva D.D.

INTERSTELLAR (2014)

Penulis: Sasdia Kristina Sinaga || Editor: Yuanita Eva D D

REKOMENDASI FILM

“FILM FIKSI ILMIAH EPOS YANG MEMILIKI NILAI SAINS YANG SANGAT AKURAT”

Visual efek yang sangat bagus, dilengkapi dengan sinematografi yang sangat menjelaskan tentang pergerakan film tersebut, menjadi daya tarik yang bagus bagi penikmat serta kritikus film. Sehingga film tersebut mendapatkan penghargaan sebagai visual efek terbaik di tahun 2015 Di sisi lain, Christopher Nolan sebagai sutradara juga mendapatkan penghargaan sebagai sutradara terbaik di tahun 2015 Selain itu, hal yang sangat disukai oleh para penikmat film ini dikarenakan film ini sesuai dengan fenomena fisika perhitungan atau kalkulasi seorang fisikawan bernama Kip

Thorne Teori – teori seperti teori relativitas, teori dimensi ruang dan waktu, teori gravitasi, dan teori kecepatan cahaya semua terpapar dengan sangat jelas di film ini Sehingga membuat penonton tertarik dan lebih mengetahui tentang dunia sains ilmiah yang melibatkan gravitasi, planet, ruang dan waktu.

Interstellar adalah film fiksi ilmiah epos tahun 2014 yang disutradarai oleh Christopher Nolan dan diproduseri oleh Emma Thomas, Christopher Nolan dan Lynda Obst Film ini dibintangi Matthew McConaughey, Anne Hathaway, Jessica Chastain dan Michael Caine Christopher memproduksi Interstellar dengan istrinya, Emma Thomas, melalui rumah produksi Syncopy, dan dengan Lynda Obst melalui Lynda Obst Productions Hingga fisikawan Caltech Kip Thorne menjadi produser eksekutif serta konsultan ilmiah, serta menulis buku The Science of Interstellar

Film ini mengisahkan tentang sebuah tim penjelajah antar galaksi harus melewati lubang cacing dan terjebak di dimensi waktu ruang angkasa dalam upaya untuk menjamin kelangsungan hidup umat manusia di planet bumi Hingga pada akhirnya manusia berhasil menyelamatkan diri dan membangun kehidupan yang baru di luar angkasa.

REKOMENDASI LAGU

PLEASE PLEASE PLEASE

- SABRINA CARPENTER

Please Please Please atau Heartbreak is one thing my ego is another i beg you don’t embarrassed me. Pasti lirik ini sudah tidak asing ditelinga kita Lagu yang banyak seliweran di media sosial terutama di platform tiktok ini adalah lagu milik Sabrina Carpenter yang dirilis pada 7 Juni tahun 2024, menjadi single kedua dari album keenamnya yang berjudul "Short n' Sweet”. Lagu bergenre POP yang telah didengar sebanyak 50 juta kali ini banyak digunakan sebagai tren tiktok Bukan hanya karena easy listening, namun lirik yang ada di dalam lagu ini yang relatable dengan keadaan pendengar.

Sabrina Carpenter melalui lagu ini mengungkap bagaimana ia ingin menjaga hubungan sekaligus harga dirinya Dalam lagu ini, Sabrina menceritakan tentang permohonan terhadap sang kekasih agar tidak melakukan hal yang memalukan dirinya dari semua orang

Ia memohon agar jangan sampai apa yang dikhawatirkan dirinya dan orang-orang di sekitar Sabrina terhadap kekasihnya menjadi kenyataan Jika kekasihnya melakukan hal yang memalukan, Sabrina jelas akan malu dan menangis. Namun, masalah ego dan harga diri jauh lebih penting bagi Sabrina. Lirik dan makna dari lagu ini lah yang membuat para pendengar relate dan akhirnya mereka gunakan dalam video konten mereka.

-
Penulis: Anindya Azmi P S || Editor: Yuanita Eva D D

REKOMENDASI LAGU

Lagu yang akhir-akhir

ini mulai naik di tiktok

dengan lirik yang khas

“Restoran mana yang ingin kau datangi’ pasti juga tidak asing di telinga kita Lagu yang baru rilis tahun 2024 ini merupakan karya dari Muhammad

Adib Fauzan, seorang mahasiswa FISIP

Universitas Airlangga, loh Dengan menggunakan nama lisensi Pertunjukan, lagu ini telah didengar sebanyak 100 000 kali di Spotify

RESTORAN

Penulis: Anindya Azmi P S || Editor: Yuanita Eva D D

Ketika mendengarkan lagu ini, tubuh kita seakan ikut bergerak mengikuti alunan melodi yang asyik. Lagu dengan lirik yang romantis dan berhasil membuat kita tersenyum-senyum sendiri ini menceritakan tentang curahan hati seseorang yang akan mengikuti segala keinginan kekasihnya kemanapun ia ingin pergi Walaupun ingin ke tengah kota, atau bahkan ketika uang yang dimiliki telah habis, ia akan selalu menemani asal sang kekasih suka. Lagu ini mungkin sangat cocok didengarkan jika sedang berada di jalan karena alunan melodi yang membuat kita turut senang ketika mendengarnya atau bisa menjadi lagu yang wajib ada di playlist bersama dengan pasangan

ANDRA AND THE BLACK BONE

SEMPURNA

Penulis: Sasdia Kristina Sinaga || Editor: Yuanita Eva D D

Andra & the backbone grup musik Indonesia yang pada 2007 silam, merilis lagu berjudul sempurna bergenre pop rock Lagu berdurasi 4 menit lebih ini meraih popularitas yang luas di kalangan pecinta musik Indonesia, berkat liriknya yang dalam dan melodi yang kuat mampu memikat para hati pendengar

Ciri khas melodi yang disajikan dalam lagu ini kerap menjadi trend dalam sosial media di kalangan masyarakat Indonesia.

Kembali menjadi sorotan usai dinyanyikan oleh penyanyi tanah air Niki saat berada di ajang Coachella festival 2022 Lagu ini mengisahkan keinginan untuk mencapai kesempurnaan dalam hubungan dan kehidupan dengan lirik yang menyiratkan rasa syukur dan kebahagiaan disertai nuansa yang mendalam dan meresap.

Lagu ini juga memberikan pesan universal dan dapat menginspirasi banyak orang. Lagu ini memungkinkan pembaca untuk merenungkan arti kesempurnaan dalam kehidupan sehari hari, cinta dan impian. Sempurna seperti judulnya juga memberikan kesempatan kepada pembaca untuk menghubungkan musik dengan kehidupan mereka sendiri, serta dapat untuk merangkul emosi dan mencerahkan makna dalam kehidupan sehari-hari

Survivor Edisi 008 | Kesenian

Lagu Blinding Lights - The Weekend adalah salah satu lagu yang fenomenal dan sangat populer Hal ini disebabkan lagu yang dirilis pada 2009 ini lahir dengan gaya retro yang mengundang nostalgia. Lagu ini juga menjadi hit global dengan melodi yang menawan Keunikan dari lagu ini membuat kolaborasi antara lagu 1980an dengan lagu 2000an sekarang menjadi populer hingga saat ini. Dengan lirik yang menggambarkan keinginan untuk tetap bersama seseorang meskipun dalam kesulitan, berhasil menyentuh hati para penggemar dari setiap kalangan. Blinding Light karya The Weekend ini juga kerap menjadi lagu yang paling sering dipakai dan didengar di sosial media seperti platform tiktok.

THE WEEKEND BLINDING LIGHTS

Lagu ini cocok untuk intermezzo karena popularitas dan daya tariknya yang luas. Melalui melodi hingga liriknya Blinding Lights tidak hanya menghibur namun juga membawa pembaca menginspirasi refleksi tentang hubungan dan perasaan manusia. Kehadirannya yang kuat dalam budaya populer membuat lagu ini menjadi sumber inspirasi untuk konten konten kreatif saat ini seperti bagian dari tren musik dan budaya saat ini.

REKOMENDASI LAGU

Penulis: Sasdia Kristina Sinaga || Editor: Yuanita Eva D D

REKOMENDASI LAGU

Isn't She Lovely adalah lagu yang dinyanyikan Stevie Wonder dari albumnya tahun 1976, Songs in the Key of Life Stevie Wonder penyanyi sekaligus pianis ini berkolaborasi dengan penulis lagu Harlem dan pemilik studio Burnetta "Bunny" Jones dalam lagu tersebut. Meskipun lagu ini sudah termasuk dalam kategori lagu lama, namun masih sangat sering terdengar di tempat tongkrongan kalangan anak remaja hingga orang tua, karena lagu tersebut masih sangat enak untuk didengar hingga sekarang Lagu ini termasuk dalam lagu bergenre funk jazz Yang dimana lagu jazz dari waktu ke waktu tetap memberikan suasana nyaman kepada para pendengarnya. Lagu ini telah didengar lebih dari 69 juta kali di platform youtube

Survivor Edisi 008 | Kesenian

ISN’T SHE LOVELY

STEVIE WONDER

Isn’t She Lovely tercipta untuk merayakan dan menggambarkan kelahiran sang putrinya, Aisha Morris Lagu ini menceritakan tentang kebahagiaannya karena sudah dikaruniakan oleh Tuhan dengan anak yang manis dan menggemaskan. Melalui liriknya dia menuliskan ”But Isn’t She lovely, made from love” jika diterjemahkan “bukankah dia manis? Terbuat dari cinta” yang mana jika di artikan sungguh betapa bahagianya, dengan kasih sayang seorang pasangan, Tuhan memberikan dan mewujudkan kasih sayang yang baru dan nyata kepada sebuah pasangan untuk sang putri tercintanya Cocok sekali untuk intermezzo, sedikit tentang sebahagia apa dulu orang tua kita pada waktu pertama kali melihat kita saat baru lahir di dunia ini.

Penulis: Sasdia Kristina Sinaga || Editor: Yuanita Eva D D

Departemen Antropologi

Universitas Airlangga

©2024

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Edisi #8: Simfoni Kehidupan; Menggali Keindahan Seni dan Tradisi by Survivor Magazine - Issuu