Edisi 007 - Juli 2023



Tema: Lingkungan






Edisi 007 - Juli 2023
Tema: Lingkungan
Greeting, Survivors!
Rasa syukur kami haturkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa yang telah melancarkan seluruh proses pembuatan majalah dari awal hingga akhir. Serta para penulis dan layouter Survivor yang dengan tangan-tangan terampilnya berhasil berkolaborasi meluncurkan edisi ketujuh dari Survivor Magazine, dengan judul "Mencari Mozaik Alam dalam Kebudayaan Bangsa". Sesuai dengan judul tersebut, kami mengangkat tema alam dan lingkungan hidup yang mana hal tersebut sangat berkaitan erat dengan kebudayaan hidup manusia.
Adapun karya ini masih jauh dari kata sempurna dan masih membutuhkan banyak masukan, saran, dan juga pengembangan guna terwujudnya media informasi yang bermutu bagi mahasiswa khususnya jurusan antropologi kedepannya. Akhir kata, kami ucapan terimakasih dan selamat membaca!
-Tim Survivor Magazine-
Dr. Phil., Dra. Toetik Koesbardiati
Devan Frisky Vizal Finanta
Editor
Sayf Muhammad Alaydrus
Azzah Kania Budianto
M. Mustalichul Fu'at
Rizqi Khoirunnisa
Writer
Rania Salim
Hawa Khairunisa
Nurul Almas Filzatul Afifah
Muhammad Akmal Keysava
Yuanita Eva Deani Damayanti
Rohmatul Umaiyah Farhatus Sholihah
Aditya Rizqi Ilhaam Nasywa Pratama
Kylea T Anafda
Afrizal Fikry M
Nur Hidayah
Puspita Sari
Sumber: RRI Net Official
PENULIS PENULIS
HawaKhairunisa HawaKhairunisa
EEDITOR DITOR
RizqiKhoirunnisa RizqiKhoirunnisa
Suku Tengger merupakan salah satu sub-variasi etnis Jawa yang keberadaannya
Suku Tengger merupakan salah satu sub-variasi etnis Jawa yang keberadaannya
mendiami wilayah sekitar Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), yang
Pulau Jawa Hal tersebut tak terlepas dari kaitannya dengan riwayat historis bahwa
mendiami wilayah sekitar Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), yang persebarannya mencakup empat wilayah kabupaten, yakni Malang, Pasuruan, persebarannya mencakup empat wilayah kabupaten, yakni Malang, Pasuruan, Probolinggo, dan Lumajang. Suku Tengger dikenal sebagai penganut agama Hindu di Probolinggo, dan Lumajang Suku Tengger dikenal sebagai penganut agama Hindu di Pulau Jawa. Hal tersebut tak terlepas dari kaitannya dengan riwayat historis bahwa
mereka merupakan keturunan asli Kerajaan Majapahit yang menyingkir ke wilayah timur mereka merupakan keturunan asli Kerajaan Majapahit yang menyingkir ke wilayah timur pegunungan karena menolak Islamisasi yang mulai masuk ke wilayah Majapahit (Batoro, pegunungan karena menolak Islamisasi yang mulai masuk ke wilayah Majapahit (Batoro, 2016). Namun, kini masyarakat Tengger telah terbuka terhadap eksistensi agama lain.
2016) Namun, kini masyarakat Tengger telah terbuka terhadap eksistensi agama lain
Orang Tengger pemeluk Hindu, Islam, Kristen, dan Buddha dapat ditemui hidup
Orang Tengger pemeluk Hindu, Islam, Kristen, dan Buddha dapat ditemui hidup
berdampingan dengan harmonis serta memiliki toleransi yang sangat kuat terlepas dari berdampingan dengan harmonis serta memiliki toleransi yang sangat kuat terlepas dari perbedaan yang ada. perbedaan yang ada
Letak geografis keberadaan suku Tengger yang bermukim di sekitar pegunungan
Letak geografis keberadaan suku Tengger yang bermukim di sekitar pegunungan
Bromo-Semeru membuat masyarakat Tengger sangat menjaga kesakralan Gunung Bromo- Bromo-Semeru membuat masyarakat Tengger sangat menjaga kesakralan Gunung BromoSemeru. Salah satu adat yang dipertahankan dan dipatuhi oleh masyarakat Semeru. Salah satu adat yang dipertahankan dan dipatuhi oleh masyarakat Tengger, yakni membangun hubungan harmonis dengan ketiga unsur Tengger, yakni membangun hubungan harmonis dengan ketiga unsur penting. Pertama, hubungan dengan Tuhan. Kedua, hubungan penting. Pertama, hubungan dengan Tuhan. Kedua, hubungan dengan sesama manusia. Ketiga, hubungan dengan alam. dengan sesama manusia. Ketiga, hubungan dengan alam.
Masyarakat Tengger percaya bahwa kehidupan saat ini erat kaitannya dengan timbal balik antara kehidupan di dunia dengan ke-
Masyarakat Tengger percaya bahwa kehidupan saat ini erat
kaitannya dengan timbal balik antara kehidupan di dunia dengan kehidupan lelangit. Oleh karena itu, kepercayaan tersebut pada akhirnya hidupan lelangit. Oleh karena itu, kepercayaan tersebut pada akhirnya
terbawa dalam kehidupan sehari-hari, bahkan masyarakat Tengger pun
terbawa dalam kehidupan sehari-hari, bahkan masyarakat Tengger pun memiliki pola tersendiri dalam menjaga keseimbangan alam memiliki pola tersendiri dalam menjaga keseimbangan alam yang tercermin dalam setiap kegiatan upacara adat. yang tercermin dalam setiap kegiatan upacara adat
Kebudayaan Tengger diperkaya oleh adat istiadat serta Kebudayaan Tengger diperkaya oleh adat istiadat serta tradisi yang masih mereka lestarikan hingga kini. Salah satu tradisi yang masih mereka lestarikan hingga kini Salah satu
wujudnya adalah banyaknya upacara adat yang masih dilakukan secara wujudnya adalah banyaknya upacara adat yang masih dilakukan secara turun-temurun, seperti turun-temurun, seperti Upacara Kasada, Upacara Karo, Upacara Unan-Unan, Upacara Kasada, Upacara Karo, Upacara Unan-Unan, Upacara Entas-Entas, Upacara Pujan Mubeng, Upacara Kelahiran, Upacara Entas-Entas, Upacara Pujan Mubeng, Upacara Kelahiran, Upacara Tugel Kuncung, Upacara Perkawinan, Upacara Kematian, Upacara Tugel Kuncung, Upacara Perkawinan, Upacara Kematian, Upacara Barikan Upacara Barikan, dan , dan Upacara Liliwet Upacara Liliwet
Sumber:RRINetOfficial Sumber:RRINetOfficial
Berbagai ritus dalam upacara tersebut sekecil apapun pasti melibat- Berbagai ritus dalam upacara tersebut sekecil apapun pasti melibatkan alam Salah satunya adalah kan alam. Salah satunya adalah penggunaan tiga tanaman pokok dalam pe- penggunaan tiga tanaman pokok dalam pelaksanaan ritus, yakni Edelweiss atau laksanaan ritus, yakni Edelweiss atau TTanalayu analayu, Senikir/Kenikir, dan Putihan Ke- , Senikir/Kenikir, dan Putihan. Ketiganya merupakan tanaman sakral yang tidak dapat digantikan oleh tanaman apapun
tiganya merupakan tanaman sakral yang tidak dapat digantikan oleh tanaman apapun.
Persoalannya, pemerintah telah mengatur pelarangan pemetikan Edelweiss secara
liar di kawasan taman nasional karena merupakan tanaman langka yang dilindungi.
Persoalannya, pemerintah telah mengatur pelarangan pemetikan Edelweiss secara liar di kawasan taman nasional karena merupakan tanaman langka yang dilindungi
Peraturan tersebut tercantum dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Pasal 33
Peraturan tersebut tercantum dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Pasal 33
ayat (1) dan (2) tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
ayat (1) dan (2) tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
PENULIS:RohmatulUmaiyahFarhatusS. PENULIS:RohmatulUmaiyahFarhatusS.
EEDITOR:RizqiKhoirunnisa DITOR:RizqiKhoirunnisa
Sejauh mana pemanasan antropogenik Sejauh mana pemanasan antropogenik mempengaruhi sebagian komunitas plankton mempengaruhi sebagian komunitas plankton ditunjukkan melalui penelitian Pallack dkk. ditunjukkan melalui penelitian Pallack dkk.
(2021) bahwa terjadi pengurangan
Antropogenik perubahan iklim cenderung
(2021) bahwa terjadi pengurangan produktivitas laut karena pemanasan produktivitas laut karena pemanasan antropogenik yang mengancam ekosistem antropogenik yang mengancam ekosistem sumber daya alam laut Mediterania Hal sumber daya alam laut Mediterania Hal tersebut berdampak pada degradasi ekosistem tersebut berdampak pada degradasi ekosistem. Antropogenik perubahan iklim cenderung
menimbulkan hilangnya keanekaragaman
menimbulkan hilangnya keanekaragaman hayati. Oleh karena itu, turunnya stabilitas hayati. Oleh karena itu, turunnya stabilitas ekosistem mempengaruhi fungsi dan struktur ekosistem mempengaruhi fungsi dan struktur ekosistem laut. ekosistem laut
Pemanasan laut dan perubahan pasokan Pemanasan laut dan perubahan pasokan nutrisi melalui perubahan sirkulasi atau nutrisi melalui perubahan sirkulasi atau stratifikasi yang dikombinasikan dengan pemicu stratifikasi yang dikombinasikan dengan pemicu stres tambahan seperti pengasaman laut dan stres tambahan seperti pengasaman laut dan deoksigenasi akibat eutrofikasi (Henson et al., deoksigenasi akibat eutrofikasi (Henson et al., 2021). Eutrofikasi dianggap sebagai ancaman 2021). Eutrofikasi dianggap sebagai ancaman utama fungsi ekosistem pantai karena dikaitkan utama fungsi ekosistem pantai karena dikaitkan dengan peningkatan Harmful Algal Bloom dengan peningkatan Harmful Algal Bloom (HABs) HABs adalah fenomena yang (HABs). HABs adalah fenomena yang disebabkan oleh variabilitas hidro-kinematik disebabkan oleh variabilitas hidro-kinematik dan perubahan iklim global (Srinivasan, 2015) dan perubahan iklim global (Srinivasan, 2015). Seperti fenomena yang pernah terjadi di Seperti fenomena yang pernah terjadi di Indonesia pada 2015 silam. Indonesia pada 2015 silam.
Masyarakat Jakarta dihebohkan dengan Masyarakat Jakarta dihebohkan dengan kematian massal jutaan ikan di tepi Pantai kematian massal jutaan ikan di tepi Pantai
Ancol pada tanggal 29-30 November 2015
Ancol pada tanggal 29-30 November 2015. Menurut Direktur Eksekutif Wahana Menurut Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Puput TD Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Puput TD Putra, menyatakan bahwa kematian massal Putra, menyatakan bahwa kematian massal ikan itu disebabkan oleh perebutan oksigen ikan itu disebabkan oleh perebutan oksigen antara ikan dan alga merah. Fenomena antara ikan dan alga merah. Fenomena tersebut tidak lepas dari proses eutrofikasi tersebut tidak lepas dari proses eutrofikasi yang berkembang di Pakai Perairan Ancol. yang berkembang di Pakai Perairan Ancol
Eutrofikasi di Pantai Ancol merupakan Eutrofikasi di Pantai Ancol merupakan pencemaran air yang disebabkan oleh nutrisi pencemaran air yang disebabkan oleh nutrisi berlebihan dalam ekosistem air. Eutrofikasi ini berlebihan dalam ekosistem air. Eutrofikasi ini disebabkan oleh limbah manusia yang berasal disebabkan oleh limbah manusia yang berasal dari industri, deterjen, pupuk pertanian dan dari industri, deterjen, pupuk pertanian dan peternakan. Limbah yang mengandung unsur peternakan Limbah yang mengandung unsur hara fosfor dan nitrogen merangsang hara fosfor dan nitrogen merangsang pertumbuhan fitoplankton yang berlebihan pertumbuhan fitoplankton yang berlebihan (Suryo, 2015) Sementara itu, Atkinson, A et al (Suryo, 2015). Sementara itu, Atkinson, A. et.al (2004) mengungkapkan bahwa berkurangnya (2004) mengungkapkan bahwa berkurangnya
ketersediaan fitoplankton justru membuat ketersediaan fitoplankton justru membuat komponen utama makanan paus dan mamalia
komponen utama makanan paus dan mamalia
laut, yakni Krill Antartika menurun selama 25
laut, yakni Krill Antartika menurun selama 25
tahun terakhir (Hays et al., 2005).
tahun terakhir (Hays et al , 2005)
Spesies plankton berjasa penting untuk Spesies plankton berjasa penting untuk ekosistem laut Pada lapisan paling atas yang
ekosistem laut. Pada lapisan paling atas yang
terkena sinar matahari, fitoplankton terkena sinar matahari, fitoplankton
photoautotrophic bertanggung jawab 50% produksi produksi
photoautotrophic bertanggung jawab 50%
lapisan paling atas yang terkena sinar lapisan paling atas yang terkena sinar matahari, fitoplankton photoautotrophic matahari, fitoplankton photoautotrophic bertanggung jawab 50% produksi di Bumi Baik bertanggung jawab 50% produksi di Bumi Baik
fitoplankton maupun zooplankton, menjadi fitoplankton maupun zooplankton, menjadi penopang produksi perikanan global penopang produksi perikanan global.
Keragaman fitoplankton dan zooplankton Keragaman fitoplankton dan zooplankton sebagian besar dikendalikan oleh iklim, yakni sebagian besar dikendalikan oleh iklim, yakni dengan suhu sebagai pendorong utama dengan suhu sebagai pendorong utama (Benedetti et al., n.d.). Oleh sebab itu, plankton (Benedetti et al , n d ) Oleh sebab itu, plankton dapat menjadi indikator yang sangat baik dapat menjadi indikator yang sangat baik untuk mendeteksi perubahan iklim di untuk mendeteksi perubahan iklim di lingkungan laut karena beberapa alasan lingkungan laut karena beberapa alasan.
Pertama, tidak seperti spesies laut lainnya Pertama, tidak seperti spesies laut lainnya seperti ikan, beberapa spesies plankton seperti ikan, beberapa spesies plankton komersial dieksploitasi. Oleh karena itu, dalam komersial dieksploitasi. Oleh karena itu, dalam jangka panjang, hal tersebut dikaitkan dengan jangka panjang, hal tersebut dikaitkan dengan perubahan iklim. Kedua, sebagian spesies perubahan iklim Kedua, sebagian spesies
berumur pendek sehingga ukuran populasi
berumur pendek sehingga ukuran populasi kurang dipengaruhi oleh individu tahun-tahun kurang dipengaruhi oleh individu tahun-tahun sebelumnya Hal ini menyebabkan hubungan sebelumnya. Hal ini menyebabkan hubungan erat antara perubahan lingkungan dan erat antara perubahan lingkungan dan dinamika plankton. Ketiga, plankton dinamika plankton. Ketiga, plankton menunjukkan distribusi perubahan lingkungan menunjukkan distribusi perubahan lingkungan karena bebas mengambang dan merespons karena bebas mengambang dan merespons perubahan suhu dan sistem arus samudera perubahan suhu dan sistem arus samudera dengan mempersempit dan memperluas dengan mempersempit dan memperluas jangkauannya Plankton menjadi indikator jangkauannya. Plankton menjadi indikator perubahan yang lebih sensitif dibandingkan perubahan yang lebih sensitif dibandingkan variabel dalam lingkungan itu sendiri karena variabel dalam lingkungan itu sendiri karena respons nonlinier komunitas biologis dapat respons nonlinier komunitas biologis dapat menunjukkan gangguan pada lingkungan menunjukkan gangguan pada lingkungan (Hays et al., 2005). (Hays et al , 2005)
Dengan demikian, antropogenik perubahan Dengan demikian, antropogenik perubahan iklim berdampak langsung pada perubahan iklim berdampak langsung pada perubahan plankton yang berperan sebagai penopang plankton yang berperan sebagai penopang ekosistem laut. Antropogenik perubahan iklim ekosistem laut. Antropogenik perubahan iklim berdampak signifikan terhadap perubahan berdampak signifikan terhadap perubahan distribusi dan keanekaragaman plankton. distribusi dan keanekaragaman plankton.
Keragaman dan perkembangan plankton Keragaman dan perkembangan plankton
dipengaruhi oleh iklim sehingga menjadikan dipengaruhi oleh iklim sehingga menjadikan
plankton sebagai indikator yang dapat
plankton sebagai indikator yang dapat
mendeteksi perubahan iklim di lingkungan laut mendeteksi perubahan iklim di lingkungan laut
1–15 https://doi org/10 1038/s41467-021-25385-x 1–15 https://doi org/10 1038/s41467-021-25385-x
Hays, G C , Richardson, A J , & Robinson, C (2005) Climate change and marine
Hays, G C Richardson, A J & Robinson, C (2005) Climate change and marine plankton plankton Trends in Ecology and Evolution
https://doi org/10 1016/j tree 2005 03 004
https://doi org/10 1016/j tree 2005 03 004
Henson S A Cael B B Allen S R & Dutkiewicz S (2021)
Henson, S A , Cael, B B , Allen, S R , & Dutkiewicz, S (2021) FFuture uture phytoplankton diversity in a changing climate Nature Communications, 12 phytoplankton diversity in a changing climate Nature 12(1), 1–8 (1),
Pallacks S Ziveri P Martrat B Mortyn P G Grelaud M Schiebel R
Incarbona A Garcia-Orellana & Anglada-Ortiz G (2021) Planktic Planktic
Pallacks, S , Ziveri, P , Martrat, B , Mortyn, P , Grelaud, M , Schiebel, R , Incarbona, A , Garcia-Orellana, J , & Anglada-Ortiz, G (2021)
foraminiferal changes in the western Mediterranean Anthropocene Global and
https://doi org/10 1016/j gloplacha 2021 103549 103549 https://doi org/10 1016/j gloplacha 2021 103549
foraminiferal changes in the western Mediterranean Anthropocene Global and Planetary Change, 204 Planetary 204, 103549
Srinivasan, J (2011) Impacts of climate change on plankton In N Dubash (Ed ), Srinivasan, (2011) Impacts climate change on plankton In (Ed ), Handbook of Climate Change and India (1st Edition, Issue November,
Handbook of Climate Change and India (1st Edition Issue November p 360) https://doi org/10 4324/9780203153284 ch1 p 360) https://doi org/10 4324/9780203153284 ch1
Suryo, G A (2015) Eutrofikasi Penyebab Kematian Massal Ikan
Suryo G A (2015) Eutrofikasi Penyebab Kematian Massal Ikan
LIPI http://lipi go id/berita/single/Eutrofikasi-Penyebab- LIPI http://lipi go id/berita/single/Eutrofikasi-PenyebabKematian-Massal-Ikan/10464 Kematian-Massal-Ikan/10464
SSumber:idpinterestcom umber:idpinterestcom
Penulis:NurulAlmasFilzatulAfifah
Editor:SayfMuhammadAlaydrus
Banyuwangi, sebuah kabupaten di ujung timur Pulau Jawa, memiliki daya pikat yang kuat akan potensi kekayaan alam serta budayanya. Berbagai stereotip dan label disematkan pada kota ini, ulai dari Kota Gandrung, Kota Santet, hingga Sunrise of Java. Akan tetapi, di balik semua itu, terdapat sebuah ancaman besar kerusakan ekologi di Banyuwangi. Di ujung selatan Banyuwangi, tepatnya di Gunung Tumpang Pitu, ancaman tersebut datang Gunung Tumpang Pitu saat ini beralih fungsi menjadi tambang emas yang digadang-gadang memiliki potensi ekonomi yang menggiurkan. Di samping itu, potensi ekonomi yang menggiurkan ini dibuntuti dengan kerusakan lingkungan hayati yang serius. Ironisnya, Gunung Tumpang Pitu ditambang oleh PT Bumi Suksesindo (BSI) dengan mengantongi izin dari pemerintah.
Gunung Tumpang Pitu awalnya berstatus hutan lindung sesuai yang disebutkan dalam
Undang-Undang nomor 41 tahun 1999 pasal 6. Hutan yang berstatus sebagai hutan lindung tidak diperbolehkan adanya kegiatan semacam pertambangan yang dapat merusak ekosistem. Perlu diketahui bahwa hutan lindung memiliki fungsi sebagai kawasan resapan air dan penyeimbang ekosistem. Pada tahun 2012, status tersebut diubah menjadi hutan produksi.
Abdullah Azwar Anas, bupati Kabupaten Banyuwangi saat itu, merupakan aktor di balik
suksesnya alih fungsi Gunung Tumpang Pitu.
Tertuang dalam Surat Keputusan Menteri
Kehutanan SK.826/Menhut-II/2013 yang menyebutkan, “...bahwa berdasarkan Surat
Nomor 522/635/429/108/2012 tanggal 10 Oktober 2012 Bupati Banyuwangi mengusulkan perubahan fungsi kawasan
Hutan Lindung seluas ±9.743,28 terletak di BKPH Sukamade, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi menjadi Kawasan
Hutan Produksi Tetap”. Jelas sekali di sini bahwa bupati Banyuwangi turut membukakan
jalan bagi korporasi untuk mengeruk Tumpang Pitu.
Aktivitas penambangan Tumpang Pitu dikelola oleh PT Bumi Suksesindo (BSI).
Kontrak PT BSI sendiri akan habis pada tahun 2030. Namun, pada tahun 2023 saja, dampak kerusakan lingkungan sudah sangat dirasakan oleh warga. Demonstrasi, advokasi, dan beragam bentuk protes hingga penutupan jalan dilakukan oleh masyarakat Mereka berusaha mempertahankan ruang hidupnya di bawah tekanan kekuasaan Namun, apa daya, tak satu pun membuahkan hasil positif. Akibatnya, para petani dan pegiat lingkungan malah dikriminalisasi.
Penolakan masyarakat terhadap penambangan di Tumpang Pitu dipicu oleh kecemasan akan kerusakan alam yang berdampak bagi ruang hidup mereka. Masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani mengeluhkan masalah air, mengingat bahwa daerah resapan dari mantan hutan lindung itu diberangus oleh keserakahan kapitalis. Kekeringan pada musim kemarau pun menyulitkan kehidupan petani sekitar, sedangkan saat musim penghujan, banjir datang dan merusak lahan.
Selain itu, kecemasan masyarakat ini didasarkan pada kondisi geografis Pesanggaran yang berada pada dataran rendah dan berhadapan langsung dengan
Samudra Hindia Tumpang Pitu menjadi benteng alam yang melindungi desa-desa di pesisir selatan Banyuwangi yang memiliki potensi bencana tinggi. Angin kencang dari Samudra Hindia dan ancaman tsunami menjadi kekhawatiran bagi masyarakat Desa Sumberagung.
Penambangan, selain merusak ekosistem, juga mengancam keselamatan masyarakat. Menurut memori kolektif masyarakat Desa Sumberagung pada tahun 1994, saat terjadi bencana tsunami, Gunung Tumpang Pitu berhasil menghalau air yang datang. Pada hari itu, Tumpang Pitu sukses meminimalisasi jumlah korban jiwa Maka, muncullah suatu pertanyaan: jika sudah dikeruk habis, lantas bagaimana dengan masa depan masyarakat?
Pada akhirnya, penggalan lirik lagu Feast yang berbunyi, “Pun pepohonan tak berkuasa, lawan kebijakan yang bertamasya” benar-benar terealisasi. Tumpang Pitu tetap ditambang. Dampaknya telah dirasakan warga. Pada tahun 2016 terjadi banjir lumpur yang mencemari pesisir pantai Pulau Merah hingga perairan Pancer Kondisi tersebut membuat nelayan di Pancer tidak bisa melaut hingga satu minggu. Terumbu karang rusak, membuat ikan-ikan melarikan diri ke tengah laut. Saat ini, nelayan mengeluhkan bahwa tidak ada lagi ikan yang tersisa di pesisir. Mereka harus melaut hingga ratusan mil ke tengah karena ekosistem laut yang rusak akibat penambangan.
Banyak pula yang terpaksa meninggalkan profesinya sebagai nelayan karena sudah tidak lagi dapat mencukupi kebutuhan. Miris, ruang hidup masyarakat dibunuh perlahan. Pun dengan masa depan generasi.
Efek sosio-ekologis ini adalah bentuk nyata bahwa korporasi tidak hanya mengkudeta alam, tetapi juga merenggut masa depan masyarakat lokal. Kerusakan lingkungan hayati tidak lagi dapat dipulihkan. Para aktivis peduli lingkungan penolak tambang dikriminalisasi. Yang lain harus bergelut dengan hutang akibat hilangnya profesi. Ambisi korporasi menang. Konstitusi dimanipulasi Pemerintah lebih memilih melindungi korporasi daripada rakyat sendiri. Warga dan pepohonan mengalah pada keserakahan industri. Ambisi korporasi, berjaya meracuni lingkungan hayati.
Penulis:MuhammadAkmalKeysava
Editor:SayfMuhammadAlaydrus
Dewasa ini permasalahan lingkungan telah menjadi topik yang begitu relevan bagi banyak pihak. Keterbukaan akses terhadap berbagai informasi dan pengetahuan, membuka peluang yang begitu besar bagi setiap individu untuk dapat menemukan apa yang tidak beres ataupun yang sudah baik di lingkungan hidupnya. Peningkatan kesadaran akan perubahan maupun kerusakan lingkungan semakin diperkuat dengan bagaimana efek dari perubahan ini menjadi semakin dekat dengan mereka, dan pada banyak skenario menghambat aktivitas manusia, dengan cakupan dampak yang menyeluruh dan global.
Setiap wilayah, di setiap belahan bumi, pasti turut merasakan efek perubahan cara interaksi antara manusia secara umum dengan lingkungannya, meskipun pada suatu komunitas mungkin telah memiliki kesadaran untuk hidup dengan cara yang lebih ramah terhadap lingkungan, namun ketika komunitas lainnya belum memiliki kesadaran yang sama maka akibat yang ditimbulkan oleh komunitas kedua akan dirasakan oleh kedua komunitas tersebut, kondisi semacam ini yang membuat sulitnya usaha gerakan lingkungan ‘environmental movement’ untuk dapat mencapai hasil yang signifikan.
Gerakan lingkungan terdapat dalam berbagai bentuk, teknik kerja, serta target yang bermacam-macam, salah satunya ialah gerakan lingkungan yang berfokus pada aspek pendidikan bagi masyarakat. Sejatinya setiap gerakan lingkungan juga memiliki aspek kerja yang berfokus pada penyuluhan serta kampanye terkait masalah lingkungan; pembuatan portal informasi di media massa yang didedikasikan secara khusus pada upaya pelestarian lingkungan juga dapat secara teknis dimasukkan ke dalam kategori ini.
Namun ada gerakan yang memang
secara khusus berfokus pada aspek
pendidikan ini, dengan pembuatan
kurikulum pengajaran di sekolah-sekolah
agar para siswa nya dapat mengetahui dan memahami pentingnya upaya
menjaga lingkungan, dengan target
jangka panjang untuk menyiapkan generasi yang akan datang yang lebih peduli terhadap lingkungannya serta
menyebarkan nilai-nilai tersebut kepada komunitasnya masing-masing. Di Indonesia, gerakan demikian ada yang disponsori langsung oleh pihak
pemerintah, yang mana digalakkan agar sekolah di berbagai daerah mau untuk ambil bagian dalam upaya pelestarian lingkungan, gerakan atau program ini bernama Adiwiyata.
Merujuk pada Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan
tersebut, setiap jenjang pendidikan mulai sekolah dasar hingga menengah atas, baik sekolah negeri maupun swasta, memiliki hak untuk mengajukan diri sebagai penerima penghargaan Adiwiyata. Sekolah yang berniat memperoleh penghargaan Adiwiyata
diharuskan untuk melalui seleksi
berjenjang, dengan persyaratan pada tiap jenjang yang juga berbeda-beda; jenjang di sini adalah tingkatan
penghargaan yang dimulai dari penghargaan di tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional, dan terakhir mandiri.
Standar Kriteria penilaian berkutat pada
kemampuan sekolah untuk melaksanakan
gerakan peduli dan berbudaya
lingkungan hidup di sekolah atau PBLHS, di mana sekolah diharuskan untuk
mampu menanamkan nilai kesadaran
lingkungan secara sistematis kepada para warganya, mulai dari siswa, guru, dan juga para staf pendukung.
Adiwiyata merupakan program gagasan Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan
yang bertujuan untuk memberikan apresiasi kepada sekolah di Indonesia yang berhasil melaksanakan gerakan peduli dan berbudaya lingkungan hidup di sekolah (PBLHS) Apresiasi ini memiliki berbagai tingkatan mulai dari kabupaten/kota, provinsi, nasional, dan terakhir mandiri, dengan pada masing-masing
tingkatan menurut Pasal 14
Peraturan Menteri LHK nomor 53 tahun 2019 tentang penghargaan Adiwiyata, apresiasi ditunjukkan melalui pemberian piagam penghargaan oleh pejabat terkait di jajaran dinas hingga kementerian LHK, atau para kepala daerah baik di tingkat kabupaten/kota dan provinsi Selain piagam, sekolah juga mendapatkan dana dan/atau sarana prasarana penunjang tambahan untuk melanjutkan gerakan PBLHS yang telah diterapkan di sekolah tersebut
Prestise atau nama baik yang dimiliki oleh suatu sekolah dapat berimplikasi secara langsung kepada potensi kemampuan sekolah untuk menarik calon siswa untuk bersedia belajar di sana. Prestise sekolah juga berpotensi guna membuka atau mempermudah bagi sekolah untuk mempengaruhi lingkungan sekitarnya, dalam konteks Adiwiyata, untuk dapat turut melakukan upaya pelestarian lingkungan. Atau bahkan dapat pula sebagai nilai tawar bagi para pemilik modal agar bersedia mendanai program lingkungan sekolah tersebut
Penulis pernah mengenyam pendidikan di salah satu sekolah menengah pertama yang peraih gelar Adiwiyata tingkat tertinggi –mandiri – dan berbagai penghargaan lanjutan berkat program pendidikan kelingkungannya. Sekolah menengah pertama ini menjadi salah satu primadona, sekolah unggulan, saat itu di wilayah selatan Kabupaten Gresik, di mana penulis tinggal Sebagai siswa, penulis merasakan atmosfer yang begitu berorientasi kepada kepedulian terhadap lingkungan, dengan kenampakan pembangunan fasilitas fisik seperti greenhouse, taman depan kelas yang dibangun merata, dan kolam ikan yang dikombinasikan sebagai fasilitas pengolahan air limbah kamar mandi; juga dari sisi kebijakan sekolah, yang mana melarang bagi koperasi dan kantin untuk menjual dan menyajikan makanan dan minuman yang diwadahi dengan plastik, yang berimplikasi juga bagi siswa yang turut di larang untuk membawa kemasan plastik – dengan lebih jelasnya adalah kemasan plastik sekali pakai – ke dalam lingkungan sekolah
Di sisi lain, ayah penulis juga berasal dari institusi sekolah menengah pertama di wilayah selatan Kabupaten Gresik, yang juga merupakan sekolah peraih penghargaan
Adiwiyata mandiri Berbagai fasilitas fisik pendukung juga sama dibangun, greenhouse, tempat sampah terpilah, hingga fasilitas pembuatan pupuk kompos. Namun berbeda dengan apa yang dirasakan penulis di sekolah menengah pertamanya, sekolah di mana ayah penulis bekerja tidak menjadi suatu sekolah yang diunggulkan, jangankan jadi sekolah yang menjadi idaman para calon siswanya, pemenuhan kebutuhan pagu dalam penerimaan siswa baru saja sekolah menengah ini masih mengalami kesulitan dari tahun ke tahun.
Kondisi yang kontras ini dapat secara singkat mungkin dapat menjadi bukti bahwa perolehan gelar sebagai sekolah Adiwiyata, dengan jenjang penghargaan tertinggi sekali pun, bukan suatu jaminan bahwa sekolah itu akan moncer namanya, akan mendapatkan prestise berkat gelar tersebut.
Terdapat suatu nilai nyata yang dapat dirasakan oleh baik keluarga maupun masyarakat luas dari hasil jika anak-anak mereka dapat bersekolah di sekolah menengah pertama tersebut; status sekolah sebagai sekolah Adiwiyata merupakan nilai tambah yang mungkin dapat menjadi faktor pertimbangan, namun bukan menjadi alasan utama yang kuat agar supaya orang tua calon siswa bersedia atau bahkan berharap agar putra putri mereka dapat bersekolah di sana
Model pertimbangan ini kemudian dibuktikan pada kasus yang dialami oleh ayah penulis, di mana meski memiliki status Adiwiyata yang sama, justru sekolahnya kesulitan setiap tahun untuk bisa memenuhi kuota pendaftaran peserta didik baru. Sekolah tempat ayah penulis mengajar merupakan satu dari keseluruhan tiga sekolah menengah pertama negeri yang ada di salah satu kecamatan yang ada di wilayah Gresik selatan ini, di satu kecamatan yang sama juga terdapat beberapa sekolah swasta dengan basis keagamaan, belum lagi sekolah baik negeri dan juga swasta yang ada di kecamatan tetangga; banyaknya pilihan menjadikan gelar sebagai sekolah berpenghargaan Adiwiyata tingkat wahid pun tidak cukup untuk dapat menonjol, apalagi jika hanya itu saja yang dapat ditonjolkan oleh sekolah. Sekali lagi, sekolah perlu untuk dapat meyakinkan pihak calon siswanya untuk mau menempuh pendidikan di sana, dan salah satu cara ampuh untuk melakukan ini adalah dengan menunjukkan bukti manfaat yang nyata bagi pihak luar lingkungan sekolah ini.
Pada kasus yang dialami oleh informan penulis, sekolah lain lebih memiliki prestise ketimbang sekolah tempat informan bekerja karena mereka berhasil untuk menunjukkan pembuktian praktik dari apa yang mungkin dapat diperoleh peserta didik bila menempuh bangku sekolah di sana, para wali murid lebih tertarik pada sekolah-sekolah yang memiliki orientasi pengajaran agama yang kuat seperti pesantren atau madrasah, daya tarik yang dapat dikatakan sama dengan apa yang penulis amati pada dasar preferensi para orang tua calon siswa untuk kemudian sangat mengharapkan anak-anak mereka untuk dapat belajar di sekolah menengah pertama penulis karena pembuktian prestasi yang diperoleh para peserta didik di sana yang telah dikenal lama oleh masyarakat di wilayah tersebut. Ini bukan berarti sekolah asal informan tidak pernah menunjukkan bukti peranannya kepada masyarakat di wilayah tersebut, dalam bahasan pelestarian lingkungan sebagaimana yang sejalan dengan penerapan semangat Adiwiyata, sekolah informan pernah melakukan kegiatan bersih-bersih sungai yang berada dekat dengan sekolah tersebut, anak sungai dari aliran Kali Lamong ini kerap menjadi biang luapan air banjir yang berdampak secara langsung baik pada wilayah sekolah dan juga area pemukiman serta pertanian warga.
Tumpukan sampah di sungai tersebut disinyalir sebagai salah satu penyebab luapan
air karena Ia menumpuk dan membuat dasar
sungai semakin dangkal, membuat daya
tampung volume aliran air juga menjadi semakin sedikit. Kegiatan pembersihan
tersebut berhasil dilaksanakan, namun menurut
informan keberhasilan tersebut kurang
mendapatkan apresiasi dari warga sekitar,
dengan tetap berlanjutnya kegiatan
membuang sampah di area yang sama dan mengulang kembali biang permasalahan pada titik start nya. Hal ini menunjukkan bahwa
dengan kondisi pengetahuan warga yang
masih minim terhadap kemaslahatan
lingkungan hidupnya, sekolah dengan nilai tawar utama Adiwiyata jelas bukan sesuatu yang menarik untuk dipilih, bukan berarti sekolah dengan Adiwiyata ini memiliki penilaian yang buruk dari masyarakat, mungkin terdapat
kemungkinan demikian, namun hal yang cukup
jelas ialah bahwa nilai tawar yang diajukan oleh sekolah Adiwiyata di wilayah tersebut kurang dapat menemukan relevansinya.
Jadi seharusnya program semacam Adiwiyata, yang mana berfokus pada satu jenis institusi saja, selayaknya juga dibarengi oleh program lain yang dijalankan secara berkesinambungan. Jika tidak, perlu disadari bahwa lingkungan merupakan serangkaian sistem yang secara kodrati senantiasa terhubung antar satu sama lain, tidak ada unsur dalam sistem yang dapat berdiri sendiri dan benarbenar tidak membutuhkan keberadaan unsur lainnya, keberadaan Adiwiyata yang gerakannya fokus pada lingkar pendidikan tanpa didukung oleh gerakan sejenis dengan fokus pada lini kehidupan lainnya, maka keberhasilan untuk menciptakan kesadaran lingkungan akan jadi omong kosong belaka. Dan bila memang kurang ada investasi berarti yang digalakkan oleh pemerintah untuk sektor kelingkungan ini pada lini lainnya, atau tidak ada kesadaran untuk menghubungkan program antar lini ini, maka singkat saja bahwa program kelingkungan ini masihlah omong kosong, pelaksanaan program Adiwiyata dan sejenisnya masihlah dianggap sebagai suatu proyek, dengan hasil akhir yang tertutup ‘closed-ended goals’, dengan tujuan akhir bukan pada pelestarian lingkungan hidup namun sekedar mencari prestise singkat dari upaya pelestarian lingkungan hidup tersebut tanpa kelanjutan dan pertanggung jawaban yang pasti
Penulis:M.MustalichulFu’at
Editor:DevanFriskyVizalF.
Air memiliki peran vital dalam kegiatan pertanian. Air menjadi sumber kehidupan bagi tanaman-tanaman yang ditanam. Tanpa adanya air, kegiatan pertanian tidak akan berjalan sesuai harapan. Di Pulau Jawa sendiri masih cukup banyak orang yang menggantungkan hidupnya dari bertani, terutama tanaman padi yang menjadi makanan pokok masyarakat Indonesia Walaupun begitu, karakteristik wilayah pertanian yang ada di Indonesia terutama di Jawa berbeda-beda. Ada wilayah yang mengandalkan air hujan, ada pula wilayah yang mengandalkan air dari sungai serta irigasi.
Perbedaan karakteristik wilayah tersebut juga mengakibatkan perbedaan dalam penanganan serta distribusi air yang digunakan untuk mengairi sawah. Misalnya, pada wilayah berada di aliran sungai akan sering tenggelam saat musim hujan. Sedangkan di wilayah yang mengandalkan air hujan, mereka akan mengharapkan datangnya hujan untuk mengairi sawah Selain itu, ada juga wilayah yang menggantungkan suplai air dari waduk yang ada. Dengan begitu kegiatan pertanian dapat berjalan dengan semestinya.
Dalam mengatasi permasalahan serta distribusi air, pada pertanian yang ada di Jawa dikenal sebuah asosiasi petani yang fokus dalam manajemen air untuk pertanian. Asosiasi tersebut dikenal dengan nama Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA). Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) ini menjadi sebuah himpunan petani yang bertugas dalam mengatur dan mengontrol distribusi air baku untuk pertanian. Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) memiliki kemiripan dengan subak yang ada di Bali dan mitra cai yang ada di Jawa Barat. Mereka memiliki kesamaan dalam hal tugas, yaitu sebagai pengatur dan pendistribusi air untuk pertanian. Walaupun begitu, dalam pelaksanaan tugas Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) masih menemui kendala serta kekurangan.
Kekurangan misalnya terjadi pada manajemen
pembagian air di wilayah pertanian tadah hujan
Pada wilayah tadah hujan, air baku untuk pertanian bergantung pada air hujan ataupun air dari waduk serta sungai. Air yang berasal dari waduk dan dialirkan ke sungai-sungai, lalu dialirkan kembali ke irigasi yang mengarah ke persawahan. Pada proses mengalirkan air tersebut, dibutuhkan kecermatan dalam manajemen air oleh petugas pengairan. Hal ini karena, jumlah sawah yang banyak membuat para petugas harus adil dalam membagi air agar tidak terjadi perselisihan akibat kekurangan air atau kelebihan air pada petak
sawah
Seringkali perselisihan terjadi, baik antar-pemilik sawah ataupun petugas yang mengatur air akibat adanya kesalahpahaman ataupun tidak adilnya pembagian air. Misalnya terdapat petak sawah yang tidak mendapatkan air sama sekali, tetapi terdapat petak sawah lain yang mendapatkan pasokan air berlebih Kejadian semacam itu dapat menyulut perselisihan yang dapat memicu kekerasan Dibutuhkan kecakapan dalam manajemen pembagian air oleh petugas. Dalam mendapatkan kemampuan tersebut, harus ada sosialisasi, serta pembekalan oleh pihak yang mampu oleh pemerintah
Kemudian, masalah juga ada pada fasilitas pengairan yang ada. Dalam mengalirkan air dari waduk hingga area persawahan, dibutuhkan fasilitas yang mumpuni. Fasilitas, mulai dari sungai hingga irigasi menjadi vital Akan tetapi, kurangnya perawatan, serta masyarakat yang tidak peduli dalam membuang sampah membuat sungai dan irigasi banyak dipenuhi sampah. Misalnya pada sungai dan irigasi yang ada di Kabupaten Bojonegoro, sampah banyak
bertumpuk dan juga terjadi penumpukan lumpur yang mengakibatkan pendangkalan. Pendangkalan membuat aliran air tidak lancar, lambat dan tidak optimal. Perlu adanya perhatian khusus oleh para petani serta HIPPA agar mereka dapat lebih optimal dalam mengalirkan air
Kekurangan juga terjadi pada kepemilikan fasilitas pompa untuk mengalirkan air ke wilayah persawahan pada musim kemarau Misalnya pada persawahan yang ada pada bantaran sungai di Kabupaten bojonegoro yang tidak terlalu beruntung. Pada saat musim hujan lahan mereka akan banjir dan tidak dapat bercocok tanam, sedangkan saat kemarau mereka mengalami kekeringan. Dengan begitu, wilayah tersebut membutuhkan fasilitas pompa untuk mengalirkan air dari sungai ke area persawahan. Jika HIPPA memiliki fasilitas pompa sendiri, maka mereka akan dengan mudah menggunakannya saat kemarau dan meningkatkan hasil produksi padi Akan tetapi realitanya tidak banyak HIPPA yang memilikinya dan ini menjadi permasalahan tersendiri
Walaupun memiliki beberapa kekurangan, serta permasalahan dalam berbagai aspek, Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) mampu memberikan pengaruh yang positif pada sektor pertanian Contohnya di wilayah Desa Kedaton, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro pada musim tanam 2022 para petani tetap menanam padi walau musim kemarau. Hal tersebut terjadi atas berjalannya HIPPA dalam mengatur distribusi air dari waduk ke area persawahan Saat akan memasuki musim kemarau HIPPA dan juga pihak pemerintah desa menginstruksikan agar petani tetap menanam padi karena air di stok waduk cukup untuk mengairi persawahan.
Kemudian, terkait dengan permasalahan-permasalahan yang terjadi, pemerintah juga sudah mulai memperhatikan. Misalnya di Kabupaten Bojonegoro, pemerintah telah mengadakan sosialisasi hingga bimbingan terkait edukasi dalam manajemen air Selain itu, pemerintah juga memfasilitasi dalam pengelolaan fasilitas pengairan, seperti pengerukan sedimentasi hingga fasilitasi pompa untuk wilayah tadah hujan dan bantaran sungai. Kemudian juga adanya bantuan-bantuan dari pihak lain dalam memberikan fasilitas pompa dan pembangunan saluran irigasi Dengan kolaborasi antara pemerintah dan Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) mampu meningkatkan produksi pertanian, terutama padi. Kemudian kerjasama untuk menuju lebih baik yang terjadi juga memberikan dampak positif kepada masyarakat, terutama para petani
Di sebuah kota besar yang modern dan sibuk, hiduplah seorang anak bernama
Maya. Dia tumbuh dalam dunia yang penuh dengan teknologi canggih. Kota ini benama Kulpa. Kota yang sangat disibuki dengan kendaraan terbang, orang yang berlalu lalang dengan pakaian serba hitam, serta anak-anak yang bermain di taman awan
Setiap malam, Maya sangat suka melihat bintang-bintang dan berimajinasi ria
dalam pikirannya Jujur saja, ia merasakan ada sesuatu yang hilang
Malam yang kian larut dan teriakan
Mama yang menyuruhnya cepat-cepat
tidur membuatnya bergegas kembali masuk ke dalam kamar
Di tengah keheningan malam dalam kamar kapsulnya, Maya bermimpi
tentang hutan yang rimbun, sungai yang
jernih, dan suara-suara alam yang
memikat hati. Paginya, ia sedikit heran
dengan mimpi yang tak biasa tersebut. Maya, anak berumur 9 tahun yang notabene adalah tipikal anak penasaran itu pun bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Sekelebat suara suara asing yang lembut itu masih ia ingat. Dia memang pengingat yang cukup baik.
Rimbun, rimbun, rimbun. Alam kita puspo kalawan saguhing keindahan, Bumi Jawa adiluhung, jagad nyata kawicaksana. Nyunggi kabeh warga, awan diuwur ngepel bumi, Wewaton gendhing jroning wirangrong angkara murka.
Maya tidak tahu apa artinya, tetapi ia merasa kata-kata yang diucapkan memiliki makna penting Pertama, apa itu rimbun? Gadis kecil ini belum terlalu paham kosakata sulit Dengan semangat, ia berlari kecil mencari Mama yang sedang duduk di depan teras rumah
"Mama, apakah benar dulu kita punya hutan yang indah, rimbun dan penuh dengan binatang liar di sekitar sini?" tanyanya dengan penuh semangat.
"Iya, Nak Dahulu, hutan-hutan yang subur mengelilingi kota ini Ada banyak satwa liar, seperti burung berwarna-warni, kera yang riang, dan berbagai macam flora yang menakjubkan Namun, seiring berjalannya waktu, hutan-hutan itu terus berkurang karena pembangunan dan eksploitasi manusia," jawab Ibunya sambil tersenyum lembut, perlahan-lahan mengusap rambut
Maya
"Menakjubkan! Lalu kenapa semuanya hilang, Ma?" Maya kembali bertanya bertahan pada rasa penasarannya itu.
"Kamu tahu, zaman semakin berubah beriringan dengan pikiran manusia. Mama tidak mengelak, di zaman ini semuanya serba ada pun semuanya jadi lebih mudah bagi mama khususnya. Meskipun ada yang harus dikorbankan untuk semua kecanggihan ini. Kenapa tiba-tiba Maya bertanya seperti itu?" sambil tersenyum Mama bertanya pada gadis kecilnya itu.
"Errgh... Tidak, Ma. Maya hanya merasa ada sesuatu yang hilang di kota ini. Tetapi Maya tidak tahu pasti. Ditambah lagi mimpi semalam tentang hutan yang rimbun dan suara lembut itu membuatku jadi semakin penasaran, Ma."
Mama tertegun sejenak mendengar jawaban putrinya itu "Mmm, begitu ya Mama mengerti, Maya sayang Kalau begitu Mama akan kasih Maya sesuatu "
"Apa itu Ma?" tanya Maya kembali "Ini, arloji Mama Kakek yang membuatkannya dan arloji ini sangat spesial Kamu akan tahu apa itu nanti malam, tunggu saja "
"Aaah, Maya jadi tidak sabar. Apa ya, Ma? Coba spill sedikit dong!"
"Ehh Mama nggak mau, biar surprise. Hihihi, tunggu saja nanti malam ya!"
"Baik, Mama sayang." Sambil memeluk Mama, Maya masih penasaran apa yang akan terjadi padanya dan arloji itu. Lagi-lagi Maya sekarang membayangkan keindahan hutan yang hilang itu. Ia membayangkan aroma segar dedaunan yang menyejukkan, sentuhan lembut angin yang melambai-lambai di wajahnya, serta suara gemercik air sungai yang mengalir dengan riang Tidak puas hanya membayangkan, Maya memutuskan untuk melakukan sesuatu
Ia mengambil buku ensiklopedia yang didapat dari perpustakaan lama Kakek Kakeknya memang penyuka buku sejati Sebenarnya Maya juga punya ensiklopedia sendiri yang lebih canggih tetapi ia merasa buku ensiklopedia Kakek lebih menarik
Maya membolak-balikkan halaman sampai pada akhirnya matanya tertuju pada halaman buku yang menampilkan berbagai macam gambar hewan dan jenis-jenis pohon yang terlihat rindang Ia semakin tertarik untuk mulai melakukan riset dan mencari tahu lebih banyak tentang lingkungan dan bagaimana dia bisa membantu memulihkan alam yang ia kagumi
Maya yang keasyikan membaca terdiam beberapa saat. Dia baru menyadari suara itu datang dari arloji yang ia letakkan di atas meja belajarnya.
Apa jam ini rusak?
Maya melihat-lihat semua bagian yang ada di jam itu.
Takut-takut kalau
ada yang rusak. Bisa-bisa ia dimarahi Mama.
Tetapi, pandangan
Maya tertuju pada tombol merah kecil yang ada di bagian bawah jam itu.
Tanpa pikir panjang, ia langsung menekannya.
Seketika Maya merasa seperti ada cahaya terang dan membuatnya tersedot masuk ke dalam cahaya itu. Maya yang kebingungan, hanya bisa berteriak dan menutup matanya dengan kedua tangan. Maya merasa berputar-putar dalam lorong yang entah dimana.
Saat berhenti, Maya menyadari dirinya tergeletak di rumput basah, sebuah tempat asing, dan sinar matahari hangat yang menerpa tubuhnya. "Aduh, harusnya aku tidak menekan tombolnya. Sekarang bagaimana aku pulang, " gerutu Maya sambil membersihkan kotoran di bajunya.
Maya memperhatikan sekelilingnya dan berharap ada seseorang yang bisa ia tanyai jalan pulang. Satu jam perjalanan dan Maya tidak menemukan apa-apa selain kicau bu pohon-pohon yang menjulang tinggi ke atas, dan bunga-bunga indah di setiap te yang ia dilewatinya. Dalam hatinya ia bertanya, apa ini kejutan Mama tapi kenapa m pagi disini.
Berbeda sekali dengan kotanya, tempat ini lebih bersih dan asri karena ia bisa de bebas merasakan dan menghirup udara yang menyejukkan. Sambil bersenandun mengusir rasa takut dan bosannya ia berjalan dengan langkah kecil mencari orang de penuh semangat.
Di kejauhan, Maya melihat ada sesosok pria tua berbaju sederhana tengah duduk di t pohon besar. Tanpa pikir panjang, Maya langsung berlari kencang menghampiri pri itu. "Kakeeeekkkk!" teriak Maya mencoba memanggil pria tua itu dengan sebutan Kake
Pria tua itu menoleh, sambil mengelap bulir keringat di dahinya ia terheran-heran de kedatangan gadis kecil berbaju serba hitam itu. "Siapa kamu, wahai gadis kecil?" t pria tua itu sambil mengamati Maya dari ujung atas hingga bawah.
Aku Maya, Kek. Sebenarnya aku datang dari Kota Kulpa. Maya bisa masuk kesini karena menekan tombol merah di arloji ini," jawab Maya sambil memperlihatkan arloji itu kepada Kakek di depannya.
"Apa kamu cucunya Ali?" Kakek itu kembali bertanya dan memperhatikan arloji yang tidak terlihat asing di depannya.
"Eh bagaimana Kakek bisa tahu?" tanya Maya dengan bingung sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Hahaha, sudah kuduga. Aku Tabir, teman Kakekmu dahulu. Ngomong-ngomong bagaimana kabar kakekmu itu, sudah lama sekali."
"Kakek sudah meninggal, Kek Tabir. Ini sudah setahun semenjak kepergiannya. " Kakek Tabir terkejut mendengar jawaban Maya.
"S-sudah meninggal? Astaga pantas saja dia tidak pernah berkabar denganku selama setahun ini. Hmm, lupakanlah kamu jangan bersedih ya. Sekarang mari ikuti aku ke rumah Kita akan makan enak disana!" ajak Kakek Tabir dengan penuh semangat
Maya mengikuti ajakan Kakek Tabir Sesekali di tengah perjalanan ia bercanda dengan Kakek tua itu Maya merasa bernostalgia dalam kenangannya bersama Kakeknya
"Nah, kita sudah sampai! Selamat datang di gubuk tua ini, gadis kecil Marwah, tolong sambut kedatangan tamu kita!" seru Kakek Tabir ke dalam gubuk itu
"Iyaaa!" sahut suara yang ikut berseru dari dalam gubuk tua. Tak lama kemudian, seorang Nenek keluar membawa makanan yang tampak asing bagi Maya.
"Terima kasih, Nek ini apa ya. Maya belum pernah melihat makanan ini sebelumnya, " tanya Maya penasaran
"Ah, ini hanyalah makanan biasa Yang warna putih kecoklatan itu ubi rebus, cairan itu adalah gula Jawa yang sudah dipanaskan. Nah, air dalam bambu itu adalah nira yang diambil Kakek kemarin," jelas Nenek itu dengan penuh perhatian.
"Wah, sepertinya terlihat lezat Nek," tambah Maya dengan matanya yang berbinar
"Oiya, kamu cucunya Ali, ya?" tanya Nenek membuka percakapan dan ikut duduk di dekat Maya.
"Eh, iya Nek. Nenek kenal juga ya dengan Kakekku? Apakah kalian berdua temannya Kakek?" tanya Maya sambil makan ubi rebus dengan balutan cairan gula Jawa yang lezat itu.
"Iya, wajah kalian memang mirip Nenek mengenalinya dari 3 tahi lalat di dahimu itu Tanda itu sudah pasti hanya dimiliki oleh keturunannya Ali Tapi, sudah lama sekali kami tidak bersua Bagaimana kabarnya sekarang ya, Nak?" Mendapati pertanyaan yang sama untuk kedua kalinya itu, Maya menjadi sedih Kakek Tabir yang mendapati gelagat Maya itu pun kemudian berbisik kepada istrinya dan menjelaskan bahwa Kakek Maya sudah tiada
Sontak, Nenek mendekati Maya dan mengusap pelan rambutnya "Tenang, ya Kakekmu pasti sudah tenang disana Sekarang, habiskan lah ubi rebusmu Nanti, temani Nenek ke hutan ya untuk mengambil beberapa sayuran disana " Maya pun mengangguk dan menyeka air matanya
Setelah selesai dengan ubi rebus kemudian dia bersiap-siap menemani Nenek. "Kakek tidak ikut?" "Ah, kalian berdua saja. Kakek mau menyiapkan kayu bakar dan mandi. Badan Kakek bau sekali, haha." Mendapati jawaban itu, Maya tertawa disusul riuh rendah tawa si Nenek yang kemudian berpamitan pada suaminya itu. Maya mengikuti langkah Nenek di depannya. Dalam perjalanan itu, sayup-sayup Maya mendengar suara yang nampak tidak asing di telinganya.
Rimbun, rimbun, rimbun. Alam kita puspo kalawan saguhing keindahan, Bumi Jawa adiluhung, jagad nyata kawicaksana.
Nyunggi kabeh warga, awan diuwur ngepel bumi, Wewaton gendhing jroning wirangrong angkara murka.
"Iya, itu suara-suara alam yang hilang, suara-suara yang telah lama menghilang dari kota dan hati manusia." Maya semakin penasaran. "Apa yang terjadi, Nek? Mengapa suara-suara itu hilang?"
Nenek menghentikan langkahnya sejenak dan duduk di bawah pohon besar. Maya ikut duduk di sampingnya, memandang Nenek dengan wajah penuh keingintahuan. Perlahan Nenek menyenandungkan suara itu dalam bahasa yang lebih mudah dipahami Maya.
Suara itu muncul lagi, tapi kali ini semakin jelas dan jelas. Maya pun penasaran dan mencari asal sumber suara dengan menengok kesana kemari. "Nek, nenek tadi dengar suara tidak?" tanya Maya masih dengan celingukan mencari asal suara itu.
"Apa maksudnya suara lembut yang mengatakan rimbun dan kata-kata dalam bahasa Jawa?" tanya Nenek memastikan.
"Iya, Nek Jadi Nenek juga dengar ya? Itu suara siapa? Maya pernah dengar sewaktu di mimpi, Nek. Apa Nenek tahu apa artinya?"
Hijau, hijau, hijau. Alam kita subur dengan keindahannya yang luar biasa, Bumi Jawa yang mulia, dunia yang sejati dan bijaksana. Marilah kita semua, awan menyapu permukaan bumi, Menjaga harmoni dalam irama yang menenangkan dari kemarahan yang ganas.
"Dalam arti tersebut, kita diingatkan akan pentingnya menjaga alam dan keindahan yang ada di sekitar kita. Kehijauan alam dan kesejatian bumi menjadi pesan yang disampaikan, mengajak kita semua untuk merawat dan menjaga lingkungan serta menemukan keseimbangan dalam hidup, Nak. Nenek tahu di zamanmu, manusia semakin terpaku pada teknologi dan kemajuan. Mereka sibuk dengan gadget mereka, jebak dalam dunia virtual dan terlalu lupaan keajaiban alam yang ada di sekitar reka. Mereka menghancurkan hutan, ncemari sungai, dan melupakan betapa ntingnya menjaga keindahan alam. Suaraara alam yang indah mulai tergantikan oleh bisingan kota, dan manusia kehilangan neksi mereka dengan alam," tambah nek
ya merenung sejenak Ia merasa sedih ndengar penjelasan Nenek "Apakah tidak a yang bisa Maya lakukan untuk ngembalikan suara-suara itu, Nek? ujurnya, Maya sangat ingin merasakan ndahan alam di kota Kulpa, tempat Maya rada sebelumnya "
nek tersenyum dan mengelus kepala Maya ngan lembut "Tentu ada, Nak Kita bisa lai dari diri kita sendiri. Dengan nghargai dan menjaga alam di sekitar kita, a bisa memberikan kontribusi kecil untuk mulihkan keindahan yang hilang. Kita bisa lakukan hal-hal sederhana seperti nanam pohon, menjaga kebersihan sungai, n mengedukasi orang lain tentang ntingnya menjaga lingkungan."
ya merasa semangat. Ia menyadari bahwa ski kecil, ia juga bisa berperan dalam njaga alam. Ia berjanji pada dirinya sendiri h i k l k k la yang ia bisa eindahan alam kungan.
Setelah berbincang-bincang deng Nenek, Maya dan Nenek kem melanjutkan perjalanan men sayuran yang tertunda. Sesampai di hutan dengan penuh sayuran, pun membantu Nenek memetik jam daun singkong, terong, bayam, ca dan memakan anggur hijau ya manis.
Hari semakin sore. Setelah dir cukup, Nenek dan Maya bergegas kembali ke gubuk. Ne meletakkan setiap sayuran ke da wadah yang telah ia ba sebelumnya.
Di dalam perjalanan, M memperhatikan dengan lebih t keindahan alam di sekitarnya melihat burung-burung ya berterbangan, bunga-bunga ya mekar indah, dan pohon-pohon ya menjulang gagah Ia mer terkoneksi dengan alam Kembal gubuk tua, Maya memeluk Ne erat-erat "Terima kasih, Nek, sud mengajari saya tentang penting menjaga alam Saya berjanji a melakukan yang terbaik untuk a ini "
Nenek tersenyum dan mencium kening Maya. "Saya bangga padamu, Nak. Ingatlah, setiap langkah kecil yang kita ambil untuk menjaga lingkungan memiliki dampak besar bagi masa depan bumi kita. Nah! Sekarang, mari makan. Tadi waktu kamu memeluk, Nenek dengar suara keroncongan di perutmu," lanjut Nenek sambil tertawa kecil.
"Hehe, Nenek bisa saja. Aku bantu ya, Nek. Sepertinya kayunya sudah dipersiapkan sama Kakek, mungkin Kakek sedang mandi sekarang."
"Baiklah, hari ini menu spesial kita adalah oseng-oseng jamur, sayur daun singkong, sayur terong dan tumis bayam."
"Wah, kenapa banyak sekali Nek. Apa kita bertiga bisa menghabiskannya?"
"Anggap saja ini sebagai sambutan Nenek pada cucunya Ali. Lagipula, suami Nenek kan makannya banyak, haha. Ia pasti senang sekali, karena jarang-jarang Nenek menyiapkan menu masakan yang banyak." Tidak perlu waktu lama, semua hidangan masakan telah tersedia Kakek pun sudah selesai mandi dan sedang minum teh di kursi reyot depan gubuk Nenek dan Maya pun mandi sebentar di sungai yang tidak berada jauh dari gubuk
"Nak, ini kamu ganti pakai baju Nenek ya Nenek masih punya baju yang ukurannya kecil, sepertinya pas untuk kamu "
"Baik, Nek " Akhirnya, setelah berganti pakaian dan selesai dengan urusan pemandian Nenek, Kakek, dan Maya segera bersiap untuk makan malam
"Wah, lauknya banyak sekali, Nek. Jarang sekali Nenek membuat lauk sebanyak ini, humm, tampaknya menggiurkan," ujar Kakek menelan ludah mendapati makanan sebanyak itu di depannya. "Sekali-kali kan tak apa, Kek. Ini untuk penyambutan Maya, cucunya Ali. Dia harus makan banyak bukan?" Maya yang mendengar hal itu hanya bisa tersenyum kecil dan lahap memakan makanan yang ada di hadapannya itu.
Mulai dari sayur terong, oseng-oseng jamur, tumis bayam, sayur daun singkong, dan sambal ia babat satu per satu Jarang sekali ia makan berbagai macam sayuran seperti ini Nampaknya, kalau ia kembali ke rumahnya ia akan meminta Mama memasakkan semua jenis makanan ini Akhirnya, makan malam pun selesai dilakukan Mereka bertiga berkumpul di depan gubuk. Banyak sekali gemerlap bintang dan bulan setengah lingkaran yang menemani malam mereka.
Suara dari arloji itu kembali terdengar. Kali ini entah maksudnya apa. "Sepertinya kamu sudah harus kembali, Maya," ujar Kakek yang menatap gemerlap bintang di atas sana. Maya memandang Kakek dengan sedih, menyadari bahwa saatnya tiba untuk meninggalkan desa asri ini dan kembali ke dunia modernnya.
Dia merasakan kebingungan dalam hatinya, karena di satu sisi dia merindukan kehidupan di desa yang sederhana dan harmonis, tetapi di sisi lain, dia juga merindukan keluarganya dan teman-temannya di kota Kulpa.
"Mungkin Kakek benar," Maya menjawab dengan suara tergugah. "Maya merasa terbelah di antara dua dunia ini. Di satu sisi, Maya ingin terus menjaga alam dan hidup dalam kesederhanaan seperti di sini. Tapi di sisi lain, Maya juga merindukan Mama, Papa, teman-teman, dan kehidupan di kota."
Nenek melangkah mendekati Maya dan meletakkan tangannya di pundaknya dengan penuh kelembutan. "Maya, kamu adalah anak yang cerdas dan peka terhadap lingkungan. Kembalilah ke Kota Kulpa dengan semangat baru yang kamu dapatkan di sini. Tetaplah menjaga alam dan berbagi cerita serta pengalamanmu kepada orang-orang di sana. Kamu bisa membuat perbedaan, baik di desa maupun di kota."
Maya merenungkan perkataan Nenek dengan seksama. Ia mengerti bahwa misi dan tanggung jawabnya tidak hanya terbatas pada satu tempat Dia bisa membawa semangat menjaga alam dari desa ke kota, dan sebaliknya, membawa kesadaran akan kebutuhan hidup yang sederhana dari kota ke desa
"Dengan setulus hati, aku akan melakukannya, Nek," Maya berkata dengan tekad "Aku akan kembali ke Kota Kulpa dan melanjutkan perjuangan untuk menjaga alam Aku berjanji akan menginspirasi orang-orang untuk hidup lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab terhadap lingkungan "
Kakek tersenyum bangga sambil mengangguk.
"Itulah yang kami harapkan, Maya. Kamu mirip sekali dengan Ali. Ingatlah, kalian tidak sendiri dalam perjuangan ini. Ada banyak orang di seluruh dunia yang berjuang untuk menjaga alam. Jadilah bagian dari gerakan tersebut dan bergandengan tangan dengan mereka untuk mencapai perubahan yang lebih baik."
Maya merasa semangat dan terinspirasi oleh kata-kata Kakek dan Nenek. Dia tahu bahwa perjalanan ini adalah awal dari sebuah perubahan yang lebih besar. Dia merangkul Nenek dan Kakek dengan penuh cinta dan berterima kasih atas pengalaman tak terlupakan yang telah mereka berikan.
Akhirnya, saat tiba untuk berpisah, Maya menekan tombol merah dan sesaat kemudian cahaya itu muncul. Ia berjalan menuju portal yang membawanya kembali ke kota Kulpa. Dia melangkah dengan langkah mantap, membawa semangat dan pengetahuan yang baru ditemukannya di desa. Saat Maya melangkah melalui cahaya itu, dia menyimpan kenangan indah bersama Nenek Marwah dan Kakek Tabir di dalam hatinya. Dia siap melanjutkan perjuangannya untuk menjaga alam dan menyebarkan kesadaran kepada semua orang di Kota Kulpa.
menyampaikan pengalaman berharga pada Mamanya ketika sudah sampai.
Tak terasa ia sudah sampai di kamar kapsulnya. Dia melihat ke arah jam, ternyata masih jam 3 pagi. Padahal, rasanya sudah lama perjalanannya bersama Kakek dan Nenek tadi. Ah, aku harus tidur. Mumpung masih ada beberapa jam lagi.
Sekembalinya Maya dari pengalaman menakjubkan itu, ia semakin penasaran untuk mengulik lebih lanjut tentang lingkungan. Seharusnya, di zaman modern ini tidak membuat manusia lupa dengan alam. "Papa, saya ingin melakukan sesuatu untuk alam. Apa yang bisa saya lakukan sebagai anak kecil?" tanya Ma pada Ayahnya yang saat itu seda berada di ruang kerja.
"Wahh, itu sangat luar biasa, Maya! Ka bisa memulai dengan melakukan kegiat sederhana seperti menguran penggunaan plastik, menanam pohon sekitar kita, dan membantu menyebarka kesadaran tentang pentingnya menja alam di antara teman-temanmu. Seti usaha kecil itu dapat memberikan damp yang besar jika kita semua berkontribusi," sahut Ayah menyemangati aksi positif putri kecilnya
Maya tidak tinggal diam. Dia membentuk sebuah kelompok kecil di sekolahnya yang disebut "Go Green Child". Bersama dengan teman-temannya, mereka membuat proyek-proyek lingkungan yang menarik dan edukatif. Mereka mengadakan kampanye daur ulang, menanam ribuan pohon di sekitar sekolah, dan bahkan mengadakan pertunjukan teater cilik tentang pentingnya menjaga ekosistem. Semua usaha ini menarik perhatian masyarakat dan mendapatkan pengakuan dari pemerintah setempat.
Maya menyadari betapa pentingnya menjaga lingkungan dan merawat kehidupan alam yang masih ada. Maya percaya bahwa setiap usaha kecil yang dilakukan oleh individu dapat memberikan perubahan besar dalam menjaga keberlanjutan dan keindahan alam. Dengan suara-suara alam yang kembali terdengar, ia berharap generasi mendatang akan menikmati keajaiban alam yang sama seperti yang ia temukan di hutan.
Bersama gemerlapnya lampu dan kembang api, Diwali berbinar-binar di malam hari. Namun di sela-sela kemeriahan itu, Terletak pemandangan yang disayangkan.
Udara yang pekat dengan asap, jalanan diselimuti debu, Polusi, oh begitu menyakitkan, Sungguh berat dampak yang diciptakannya.
Atas nama tradisi, Kita mencemari bumi yang kita sebut rumah.
Kita mengabaikan ajaran Diwali, Dan sebagai penggantinya, menjadikannya sebuah buku tebal polutan.
Mari kita rayakan dengan bijak, Dan menghargai bumi kita yang kita kasihi.
Karena pada malam Diwali ini, Kita harus menebarkan cinta, bukan rasa cemas.
Mari kita terangi jalan, Dengan lilin, bukan ledakan bom.
Mari kita menyongsong masa depan yang gemilang, Dan melindungi dunia ini saat waktunya tiba.
Mari kita membuat perubahan, Sebelum terlambat. Dengan memilih tindakan kita dengan bijak, Kita bisa memperbaiki takdir kita.
Jadi mari kita berkumpul, Dalam festival cahaya ini. Untuk merayakan Diwali, Dan untuk membuat masa depan kita cemerlang.
(Kesejahteraan, Perhatian Kita Bersama)
Bumi kita tansah andalan, Sajroning alam, padha kuncarita, Wicaksana alam, kasebatan jagad, Mugi ngelmu dhuwur, mekaten mulya.
Wong kang mumpuni, sangkan pangartosan, Nora munggah loro, nora tundhuk dadi, Tedhak asmane bumi, kudu tetep ngerti, Ngrungokake alam, tetep ngemong janji
Wulan lan rembulan, padha padunungi ati, Nglalani jagad, ana ngenani roso, Tanpa kula nenek moyang, dilindhungi soko urip, Nyekel budaya, ngayomi roh alam
Gunung kang adhuh, pamrih kasejatian, Kegemparan Nusantara, tumeka kahuripan, Marem-marem wewaton, jagad nganti rame, Mangsaiku basa, nyuwun rembug batin
Aku gumantung ing dhati, sutradara alam, Mugi paring sembah, mugi diworo-woro, Nganti pikiran, mugi tumuwuh rasa, Kersaning wong negara, wis ana aturane.
Wit pada kaping telu, padha mbebayani, Kang dadi pambudi, wujud karyaning jagad, Yen angkara bening, ditliti nganti jaten, Kita minangka awal, ora banjur nampi gunggung.
Aku pengin maringi, cinta alam kita, Pegat tegese, padha sira siji, Mugi nyadari, mugi ngerti aja, Mugi salamet, mugi ngremboko wong kita
PENULIS:
YUANITAEVADEANIDAMAYANTI EDITOR:AZZAHKANIAB
Bumi kita selalu menjadi andalan, Di dalam alam, cerita terus berkembang, Keajaiban alam mempesona dunia, Semoga pengetahuan tinggi, kehormatan yang tinggi
Orang yang berkompeten, sungguh berharga, Tidak menundukkan kepala, tidak menyerah, Menyentuh langitnya bumi, harus tetap memahami, Menghormati alam, tetap memegang janji.
Bulan dan rembulan, sama-sama menerangi hati, Menjalani jagad, merasakan perasaan, Tanpa leluhur kita, mendapatkan dukungan hidup, Merawat budaya, menjaga roh alam.
Gunung yang gagah, tujuan kesucian, Kegelisahan Nusantara, menyelimuti kehidupan, Selalu berubah, dunia menjadi sibuk, Sepotong pikiranku, memohon pertemuan batin.
Aku bergantung pada hati, sutradara alam, Semoga memberi penghormatan, semoga diatur, Hingga pikiran, semoga tumbuh rasa, Demi kesejahteraan manusia, ada aturannya.
Ketika tiba pada ketiga, semua mewujudkannya, Yang menjadi pelopor, nyatakanlah karya jagad, Jika kebenaran bersinar, diteliti hingga menjadi nyata, Kita sebagai awal, tidak hanya menjadi penonton.
Aku ingin memberikan, cinta pada alam kita, Peganglah maknanya, kita semua satu, Semoga menyadari, semoga mengerti, Semoga selamat, semoga kita bersama
Sumber: Sonora.id
Artis : Feast
Album : Membangun dan Menghancurkan
Tahun : 2019
Genre : Post Rock
Band Indie Feast dikenal dengan karyanya yang mengandung kritikan sosial sob! Jadi tak heran kalau disebut memiliki lirik gelap. Salah satunya pada lagu berjudul “Tarian Penghancur Raya” yang mengandung kritikan atas ketamakan manusia yang menyebabkan kerusakan ekologi hingga terancamnya keberlangsungan budaya lokal. Pada awal pemutaran lagu, akan disambut dengan instrumen gending jawa dan sedikit sentuhan bass yang renyah di telinga. Sangat cocok dinikmati pada saat lampu merah dengan segala hiruk pikuk kota sob!
Sumber: SoundCloud
Artis : Hindia
Album : Menari dengan Bayangan
Year : 2019
Genre : Post Rock
Lagu “Untuk Apa/Untuk Apa?” merupakan salah satu lagu Band Indie Hindia pada album perdananya Menari dengan Bayangan sob! Lagu ini memiliki lirik era 4 0 banget alias menggambarkan kondisi sosial saat ini dimana banyak orang-orang berambisi, tapi lupa diri kalau mereka adalah bagian dari Bumi Dibalut dengan instrumental pad dan synthesizer dengan sedikit tambahan keyboard dan bass cocok didengarkan pagi-siang-sore-malam di tongkrongan atau dimanapun sobat Antro berada
Sumber: Metallica.com
Artis : Metallica
Album : Live : Reunion Arena, Dallas, TX, 5 Feb 89
Year : 2017
Genre : Heavy metal, Metal, Thrash metal, Speed metal
Artis : will.i.am
Album : Songs About Girls
Year : 2007
Genre : R&B/Soul, Pop, UK R&B, Hip Hop/Rap
S.O.S siapapun tolong kami! Iklim Bumi sedang tidak baik-baik saja. Lagu yang dinyanyikan will.i.am menjadi salah satu bentuk awareness pemanasan global terhadap bumi bersamaan dengan bencana alam dan malapetaka sob! Lagu ini juga menyoroti pemerintah yang tampaknya tidak memberikan solusi nyata untuk melawan pemanasan global. Penyanyi utama The Black Eyed Peas ini membuka lagu dengan nuansa R&B/Hip Hop diselingi dengan Rap yang memukau di telinga. Cocok dinikmati untuk mengisi kekosongan waktu sob!
PENULIS:ROHMATULUMAIYAHF.S
Tanggal Rilis : 6 November 2014 (Indonesia)
Sutradara : Christopher Nolan
Durasi : 169 menit
Genre : Adventure, Drama, Sci-Fi Nominasi : -
Sumber: Tirto.id
Film yang dibintangi oleh Matthew McConaughey dan Anne Hathaway menceritakan sekelompok ilmuwan NASA yang pergi ke luar angkasa untuk mencari planet yang dapat dihuni manusia Badai debu dan kelangkaan pangan di bumi pada tahun 2067 berpotensi memusnahkan umat manusia menghasilkan usul kolonialisme ke galaksi lain Matthew McConaughey, Anne Hathaway, David Gyasi, dan Wes Bentley melakukan perjalanan ke luar angkasa menggunakan Endurance melewati Black Hole. Interstellar merupakan film fiksi-ilmiah dengan pendekatan astronomi dan fisika yang akurat seolah-olah menjadikan penontonnya bagian dari NASA. Bukan kaleng-kaleng! Film ini meraih total 30 nominasi, di antaranya Academy Award untuk Efek Visual Terbaik (2015), Satellite Award untuk Best Original Score (2015), dan Film Amerika Terbaik (2015). Temukan film ini di aplikasi nonton film kesayangan sobat Antro!
Tanggal Rilis : 1 Agustus 2017 (Indonesia)
Sutradara : Hayao Miyazaki
Durasi : 134 menit
Genre : Fantasi Sejarah
Nominasi : -
Film animasi studio Ghibli memang selalu menyajikan film animasi yang hidup bagi penggemarnya. Karya Hayao Miyazaki memang dikenal dengan cerita yang hangat, menarik, dan sangat kaya. Berlatar di era Muromachi dimana pada era ini, produksi besi dan baja meningkat dan sejumlah pohon ditebang untuk dijadikan arang menyulut konflik dengan Asano, seorang Daimyo lokal dan Nago, dewa babi hutan raksasa.
Princess Mononoke mengisahkan perjalanan Ashitaka ke Barat yang mempertemukannya dengan San–seorang gadis penunggang serigala
Tibalah Ashitaka di Kota Besi diantara pertempuran-pertempuran manusia yang ingin mengendalikan alam dan para dewa yang ingin melindungi alam. Mendapatkan Penghargaan Akademi
Jepang sebagai Film Terbaik dan Penghargaan Mainichi Eiga Concours sebagai Film Terbaik membuktikan bahwa kisah Ashitaka untuk menyeimbangkan hubungan manusia dan alam sepadan diikuti sob!