EDISI
100
XIX/NOVEMBER 2014
Rp 3000 ISSN 1410-7384
SUARAUSU.CO
HALAMAN PERSEMBAHAN 100 FAKTA TENTANG PERS MAHASISWA SUARA USU
POMUT INI USU, KAWAN!
2 suara kita lepas vv
SUARA USU, EDISI 100, NOVEMBER 2014
suara redaksi PRACETAK EDISI KHUSUS
Plus-Minus
Warisan Rektor Syahril
Suasana pracetak Tabloid SUARA USU Edisi Khusus 100, Senin (17/11) dini hari. Hal ini dilakukan oleh Dewan Redaksi SUARA USU untuk mengecek kembali konten yang ada di setiap tabloid sehari sebelum terbit.
Redaksi
I
a memimpin USU sejak 2009 silam. Tapi, hitungan bulan lagi, Prof Syahril Pasaribu akan menanggalkan gelar rektornya. Bukan karena apa-apa, tapi memang masa baktinya untuk mengabdi akan segera habis. Melihat kapan ia dilantik, harusnya Maret tahun depan sudah selesai. Tapi kalau ditengok Statuta USU termutakhir, harusnya 10 Februari nanti saat usianya genap 65 tahun, Prof Syahril akan diberhentikan terhormat sebagai Rektor USU. Intinya, USU akan dipindahtangankan kepada pemimpin yang baru. USU seperti apa yang selama ini dirawat Prof Syahril dan akan diserahkan pada rektor berikutnya? Mari kita bahas. Program kerja Rektor Syahril yang paling terkenal adalah USU ASRI. Program ini menyumbang banyak hal: tiap fakultas disumbang satu gedung baru, drainase diperbaiki supaya USU tak banjir lagi, kanopi dibangun di beberapa titik, supaya pejalan kaki tak kepanasan. Bahkan USU ASRI menyumbang beberapa hal baru yang belum pernah ada di USU: bus kampus yang dibilang Prof Syahril sebagai, “program favorit mahasiswa”. Dengan bus, waktu dan jarak mahasiswa menuju kampusnya memang terpangkas hemat. Tak ada yang salah memang dengan kehadiran program USU ASRI ini. Hasilnya terpampang nyata, bisa dinikmati bersama. Tapi di balik pembangunan yang dilakukan USU ASRI, ada cerita miris dari akreditasi USU. Oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi masih dicap B. Belum meningkat. Padahal ia sudah memohon untuk dinaikkan statusnya menjadi Perguruan Tinggi Negeri-Badan Hukum (PTN-BH). Karena hanya beberapa perguruan tinggi di Indonesia yang baru berstatus itu, tentu hal ini jadi prestise sendiri bagi USU. Tapi, kalau tak bisa kejar akreditasi A, USU akan dikeluarkan dari status tersebut. Untuk bisa sampai ke sana tampaknya bakal jadi pekerjaan paling berat. Sebab, penelitian, sebagai salah satu darma perguruan tinggi, masih sedikit sekali di USU ini. Kepemimpinan Rektor Syahril tak banyak memproduksi dosen-dosen ataupun mahasiswa-mahasiswa yang kreatif meneliti. Di masa Rektor Syahril pula USU masih belum bisa membuktikan diri transparan dalam keuangan. Dari aksi hingga audiensi sudah dilakukan mahasiswa untuk lihat dokumen publik ini. Tapi rektor dan jajarannya punya ragam alasan untuk menolak. Padahal jelas, dokumen publik harus dipublikasi. Program kerja turunan dari Rektor Chairuddin Panusunan Lubis, seperti pengelolaan Rumah Sakit USU belum juga berbuah peresmian. Kegiatan medis belum berjalan selain di Poliklinik USU. Faktor belum resminya saja simpang siur. Bahkan program pembangunan Kampus II USU di Kwala Bekala diberhentikan. Hal-hal di ataslah yang akan ditinggalkan Rektor Syahril kepada penerusnya. Lebih banyak plus atau minusnya?
AULIA ADAM | SUARA USU
Salam Jurnalistik!
B
aru lepas dua minggu kami sajikan Tabloid Mahasiswa SUARA USU Edisi 99 ke hadapan Anda. Kini kami kembali menghadirkan Tabloid Mahasiswa SUARA USU Edisi 100. Edisi khusus yang menggenapkan seratus edisi SUARA USU dan menjadi tabloid penutup tahun ini. Edisi ini kami hadirkan secara khusus dengan menambah jumlah halaman dan konten. Bersiaplah dengan rubrik-rubrik istimewa ini. SUARA USU edisi spesial kami hadirkan secara kesatuan dengan tema besar USU. Pun pengemasan yang berbeda dengan biasanya. Menggabungkan isu dalam 99 tabloid yang pernah terbit. Akan ada lima main story dalam Laporan Utama kali ini, dibungkus dalam satu isu: warisan Rektor Prof Syahril Pasaribu. Dibuka dengan perjalanan Pemerintahan Mahasiswa (Pema) USU dari masa ke masa hingga pema sekarang di bawah kepemimpinan Brillian
suara sumbang
Amial Rasyid. Dilanjutkan dengan Rumah Sakit (RS) USU yang tak kunjung diresmikan hingga kini. Tak lupa permasalahan kecil yang sering luput namun membawa dampak besar kami hadirkan secara eksklusif: liputan mengenai penggunaan dan sistem perawatan toilet di USU. Serta ribetnya akses untuk dapat melihat Laporan Keuangan USU yang misterius itu. Jumlah lima Laporan Utama ini saja sudah tak biasa! Jadi jangan sampai terlewat untuk dilahap! Simak juga enam berita seputar USU mulai dari kabar terbaru Tim Horas yang kesulitan dana, keamanan USU, Perpustakaan USU yang punya ‘catatan’ sendiri, pindahnya Politeknik Negeri Medan dari area USU, audit internal Laporan Keuangan USU, hingga kabar pemilihan rektor baru nanti. Simak di Ragam. Sementara dalam Potret Budaya, inaugurasi kita angkat sebagai salah satu budaya di USU yang eksistensinya jadi kontroversi. Akan kami kupas di halaman 28. Simak kisahnya. Podjok Sumut
hadir dengan ragam cerita tempattempat di USU. Mulai Taman Biro Rektor hingga Warung Netral USU akan dibahas tuntas di sini. Tak lupa, kami haturkan Halaman Persembahan sebagai persembahan SUARA USU kepada pembaca setia. Seratus fakta tentang SUARA USU! Terakhir, ada Ketua Tim Pelaksana USU ASRI, Defin Defriza Harisdani sebagai Profil. Penggunaan setiap kesempatan menjadikannya sosok yang sekarang. Menjadi Ketua Tim Pelaksana USU ASRI juga bermodal pemanfaatan kesempatan. Semoga menginspirasi! Sekian kata pengantar dari Redaksi SUARA USU. Terima kasih sudah menjadi pembaca setia SUARA USU hingga edisi yang spesial ini, Tabloid Mahasiswa SUARA USU Edisi Khusus 100. Semoga informasi yang kami berikan dapat bermanfaat dan membawa perubahan bagi diri sendiri maupun Kampus USU. Akhir kata, selamat membaca dan sampai bertemu tahun depan! (Redaksi)
suara pembaca
Rencana mahasiswa aksi tolak BBM batal sejak kamis. Maju... mundur... maju... mundur... aksi... aksi...
Rebutan Ruang Kelas
Jelang kenaikan harga BBM. Kalau naik, naik harga, kalau turun, habis duit negara. Sakitnya tuh di sini.
Jurusan di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) yang banyak enggak sebanding dengan ruang kelas yang ada. Jadinya sering rebutan ruang kelas antarjurusan. Apalagi kalau masuk tahun ajaran baru, jadwal penggunaan ruang kelas sering bentrok dengan jurusan lain. Melani Marbun Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 2013
Buang Sampah Sembarangan AULIA ADAM | SUARA USU
Ralat
Caption foto pada rubrik suara redaksi seharusnya Prof Irmawati bukan Prof Irmawaty.
Di USU banyak tumpukan sampah, salah satunya di dekat selokan Fakultas Kedokteran (FK). Pun enggak satu dua mahasiwa yang turut buang sampah di sana. Harusnya masyarakat USU sama-sama menjaga kebersihan. Evelin Silvana Carolina Sinaga FakultasIlmu Komputer dan Teknologi Informasi 2012
SUARA USU, EDISI 100, NOVEMBER 2014
kata kita
P
Kata Mereka Tentang
Tabloid Suara USU
ers Mahasiswa SUARA USU kini genap berumur 19 tahun. SUARA USU adalah satu-satunya unit kegiatan mahasiswa (UKM) tingkat universitas yang berada langsung di bawah pengawasan rektorat bidang jurnalistik. Sudah 99 edisi tabloid yang dihadirkan, pemberitaannya konsisten membahas seputar kampus USU dan Kota Medan. Tak sedikit isu pemberitaan yang diangkat menjadikan pihak rektorat semakin sensitif. Namun, SUARA USU tetap mempertahankan motonya Realitas Perspektif Mahasiswa. Simak tanggapan mahasiswa USU mengenai Pers Mahasiswa SUARA USU. Teks dan foto: Anggun dwi nursitha
Eka Gandara Putra — Fakultas Kedokteran Gigi 2010 SUARA USU cukup eksis, karena sumber beritanya cukup informatif. Saya sendiri mengandalkan SUARA USU sebagai media cetak. Lebih sering saja terbitkan berita berupa media cetak. Pun, isi berita juga lebih divalidkan. Tetap tingkatkan profesionalitas dan tetap berpegang teguh. Jangan berhenti mengritisi rektorat dan lainnya. Sosialisasi tetap dijalankan, agar banyak yang kenal.
Nurul Ikhwan Siregar — Fakultas Teknik 2013 Sebagai pers mahasiswa, SUARA USU sudah bagus karena memberi kebutuhan informasi pada mahasiswa. Informasinya menonjol, mulai hal kecil hingga besar. Detail lah! Setahu saya SUARA USU mengutamakan kualitas. Namun, desain, dan fotonya sering buram. Pun, untuk pendistribusiannya harusnya dibuat spot karena kalau cuma keliling saja terkadang susah untuk mau beli tabloidnya. Anggis Tiyana Situngkir — Fakultas Hukum 2012 SUARA USU beritanya update dan hangat. Saya pikir Tabloid SUARA USU cukup murah, tetapi entah kenapa banyak mahasiswa yang enggan membelinya. Coba dipikirkan lagi bagaimana cara meningkatkan minat baca mahasiswa. Mungkin dari segi isi dan konten tabloid coba lebih ditingkatkan lagi. Syafrizal — Fakultas Pertanian 2009 SUARA USU sangat berperan pada kemajuan pers di USU. Mahasiswa jadi tahu informasi apa yang sedang berkembang dari rektorat maupun mahasiswa. Rubriknya juga cukup menarik seperti Profil dan Podjok Sumut yang sesuai selera mahasiswa. Saya harap SUARA USU mandiri, mendanai dirinya sendiri, apalagi sudah cukup lama berdiri. Pun saat sedang meliput berita harus lebih kritis lagi. Wyne Putradana — Fakultas Kedokteran 2011 Ibaratnya pers, SUARA USU bersifat independen. Rubriknya juga setara dengan koran-koran nasional. Beritanya update. Tapi, ditambah rubrik tentang kesehatan, karena belum ada. Rubrik yang saya suka ialah Laporan Utama. Juga rajin-rajin di-share di media sosial, biar jadi terkenal. Tetaplah menginformasikan berita yang benar dan jangan jadi media mainstream seperti di luar sana.
konten suara kita laporan utama riset dialog ragam
suara kita 3
2-3 4-11 12 13 14-15
halaman persembahan ragam opini galeri foto podjok sumut mozaik `
16-17 18-19 20 21 22-23 24-25
resensi 26 iklan 27 potret budaya 28 iklan 29-30 momentum 31 profil 32
DESAIN SAMPUL: AUDIRA AININDYA
FOTO: WENTY TAMBUNAN
Diterbitkan Oleh: Pers Mahasiswa SUARA USU Pelindung: Rektor Universitas Sumatera Utara Penasehat: Wakil Rektor III Universitas Sumatera Utara Pemimpin Umum: Gio Ovanny Pratama Sekretaris Umum: Guster CP Sihombing Bendahara Umum: Mezbah Simanjuntak Pemimpin Redaksi: Aulia Adam Sekretaris Redaksi: Erista Marito Oktavia Siregar Redaktur Pelaksana: Apriani Novitasari Koordinator Online: Lazuardi Pratama Redaktur Cetak: Ridho Nopriansyah, Sri Wahyuni Fatmawati P Redaktur Foto Cetak: Wenty Tambunan Redaktur Artistik: Audira Ainindya Redaktur Online: Rati Handayani Reporter: Febri Rahmania, Tantry Ika Adriati, Arman Maulana Fotografer: Yulien Lovenny Ester G Desainer Grafis: Yanti Nuraya Situmorang, Anggun Dwi Nursitha Ilustrator: Yulien Lovenny Ester G, Arman Maulana Pemimpin Perusahaan: Ferdiansyah Sekretaris Perusahaan: Maya Anggraini S Manajer Iklan dan Promosi: Ika Putri Agustini Saragih Desainer Grafis Perusahaan: Amelia Ramadhani Staf Perusahaan: Indra P Nasution Kepala Litbang: Renti Rosmalis Sekretaris Litbang: Fredick BE Ginting Koordinator Pengembangan SDM: Shella Rafiqah Ully Koordinator Kepustakaan: Mutia Aisa Rahmi Koordinator Riset: Santi Herlina Staf Pengembangan SDM: Amanda Hidayat Staf Kepustakaan: Sofiah Staf Ahli: Tikwan Raya Siregar, Liston Aqurat Damanik, Shahnaz A Yusuf, Bania Cahya Dewi
ISSN: No. 1410-7384 Alamat Redaksi, Promosi dan Sirkulasi: Jl. Universitas No 32B Kampus USU, Padang Bulan, Medan-Sumatera Utara 20155 E-mail: suarausu_persma@yahoo.com Situs: www.suarausu.co Percetakan: PT Medan Media Grafika (Isi di luar tanggung jawab percetakan) Tarif Iklan: Rubrik Ragam (BW) Rp 800/mm kolom, Rubrik Opini (BW) Rp 800/mm kolom, Rubrik Potret Budaya (FC) Rp 1200/ mm kolom, Rubrik Dialog (BW) Rp 800/mm kolom, Rubrik Riset (FC) Rp 1200/mm kolom, Rubrik Momentum (BW) Rp 800/mm kolom, Halaman Iklan (BW) Rp 500/mm kolom, Rubrik Profil (FC) Rp 1500/mm kolom Informasi Pemasangan Iklan dan Berlangganan, Hubungi: 085762303896, 085763407464 Redaksi menerima tulisan berupa opini, puisi, dan cerpen. Untuk opini dan cerpen, tulisan maksimal 5000-6000 karakter. Tulisan harus disertai foto dan identitas penulis berupa fotokopi KTM atau KTP. Tulisan yang telah masuk menjadi milik redaksi dan apabila dimuat akan mendapat imbalan. Tulisan dapat dikirim ke email suarausutabloid@ymail.com
4 laporan utama
Warisan Sang Rektor
SUARA USU, EDISI 100, NOVEMBER 2014
Alotnya Perjalanan Pema USU Koordinator Liputan : Shella Rafiqah Ully Reporter : Gio Ovanny Pratama, Audira Ainindya, Mutia Aisa Rahmi dan Shella Rafiqah Ully
RAPAT
Presiden Mahasiswa Brilian Amial Rasyid beserta kabinetnya saat rapat membahas Standar Operasional dan prosedur Pema USU di gedung sekretariat Pema USU, Sabtu 8 November. YULIEN LOVENNY ESTER G | SUARA USU
Shella Rafiqah Ully
Koordinasi kabur hingga dualisme pemerintahan jadi masalah Pema USU sebelumnya. Kini, setelah Presma baru terpilih masihkah masalah ini akan terulang?
S
ore itu, Jumat (31/11) sekretariat Gerakan Mahasiswa Pecinta Alam (Gemapala) Fakultas Ilmu Budaya ramai seperti biasa. Beberapa anggota sedang duduk berkumpul sambil cakap-cakap di depan meja bulat yang terbuat dari kayu. Salah satunya ialah Herianto Sihotang. Ia sempat duduk di singga sana Pemerintahan Mahasiswa (Pema) USU tahun 2006 walau hanya tiga hari. Katanya, kala itu
ada dualisme kepemimpinan yang muncul di tubuh Pema USU. “Masalah legalitas,” kenangnya. Otang—sapaannya, bilang ia dan pasangannya mendapatkan suara terbanyak saat penghitungan suara pemilihan raya (pemira) kala itu. Sebab yakin menang ia langsung duduki Pema USU. Tapi Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengesahkan kemenangan Paidi, saingannya sesama kandidat calon presiden mahasiswa (presma). Hingga akhirnya Otang mengalah pada Paidi, namun setelah-nya tim sukses Otang sempat brutal. “Kami serang Pema USU yang diduduki Paidi,” ujarnya. Rezim baru berganti, Muhammad Mitra Nasution resmi dilantik 2011 lalu, ia bertahan sebagai presma hingga pertengahan 2014. Padahal,
dalam Tata Laksana Ormawa (TLO) USU masa kepengurusan pema hanya satu tahun dalam satu periode. Masalah muncul satu-persatu, pema tak pernah rapat kerja sebab tak kunjung kuorum, tak punya program kerja jelas selama menjabat. Bahkan hingga akhirnya Mitra bertahan sendiri menggawangi pema setelah ditinggal wakil, sekretaris jendral, bendahara umum dan tujuh menterinya di tengah jalan. Koordinasi Pema USU dan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Universitas (MPMU) punya andil dalam daftar masalah pema. “MPMU ada tapi enggak fungsi,” tegas Mitra. Sedang Ibnu Sina Lubis, Ketua MPMU kala itu berujar, “Udah mahasiswa masak minta diatur kayak anak dua tahun.” Hingga masa jabatannya lewat, Mitra beralasan, “kami merasa
terlena”. (Tabloid SUARA USU edisi 96). Presma USU pertama Syafrizal Helmi sesalkan banyak kerikil tajam dalam perjalanan Pema USU. Padahal tugas terbesar pema adalah pihak yang berdiri paling depan membangun koordinasi antar-mahasiswa dari belasan fakultas di USU. Syafrizal sayangkan gaung pema kini sangat jauh terdengar. Ini karena mahasiswa merasa tak membutuhkan pema. “Ini pekerjaan rumah terbesar pema,” kata Syafrizal kecewa. Pun lamanya masa konsolidasi pema setelah terpilih, yaitu lambannya pembentukan pema baru pasca pemira. Konsolidasi internal serta koordinasi pema dan MPMU juga harusnya tak boleh jadi masalah. “Sudah ada TLO yang mengatur mengenai hal itu.” Hanya butuh aplikasi yang
maksimal. Meski TLO sudah dapat menjadi pedoman pema, menurutnya tetap saja beberapa ketentuan harus lebih jelas dicantumkan. Misal ketentuan saat memilih MPMF. Di awal ketika dipilih harusnya sudah ada syarat yang ditentukan oleh KPU, sehingga tak sembarang orang bisa jadi anggota MPMF. “Syarat itu juga harus ada dalam TLO,” tegasnya. Terakhir, ia menuntut keseriusan untuk semua penerapannya. Menjawab ini ternyata Pema USU punya pilihan sendiri. Brilian janjikan adakan kongres perbaiki TLO pada masa kepengurusannya tapi tak di awal kepengurusan. “Riskan dibikin di awal,” sanggahnya. Meski merasa amandemen TLO penting, namun ia sendiri belum punya tanggal pasti. “Enggak bisa pasang target tanggal,
Warisan Sang Rektor
SUARA USU, EDISI 100, NOVEMBER 2014
YULIEN LOVENNY ESTER G | SUARA USU
MELINTAS
Dua Mahasiswa saat melintas dari depan sekretariat PEMA USU, Selasa (11/11). Masa pemerintahan Brilian-Abdul Rahim menjanjikan akan perbaiki sistem TLO hingga koordinasi bersama Pema sekawasan.
yang penting udah ada niat dulu.” MPMU satu suara dengan pema. Ketua MPMU USU Hadi Mansur Peranginangin bilang TLO masih belum terlalu genting untuk dibahas sebab pema dan MPMU tengah dalam masa merintis. TLO masih tetap bisa dijalankan, hanya saja kekurangannya tak punya sanksi sehingga tak bisa mengikat. Keputusan ini disayangkan Syafrizal selaku presma pertama USU. Langkah perbaikan kongres di akhir ia nilai kurang tepat. Seandainya dilaksanakan di awal akan sangat membantu berjalannya kepengurusan. Mitra punya pendapat serupa. Tak ada yang salah dalam TLO. Hanya saja beberapa aturan perlu penyempurnaan misal terkait sanksi. Sebab itu pula kongres harus segera dilaksanakan untuk membahasnya. Pilihan menjalankan kongres di awal periode juga penting agar semua yang sudah diperbaiki dapat dilaksanakan sepanjang pemerintahan. Jika dilaksanakan di akhir, “siapa yang akan jelaskan TLO baru ke kepengurusan pema yang baru,” ujarnya. Brilian mulai pilah-pilah apa saja yang akan diperbaiki dari TLO. Masalah koordinasi antara Pema USU dan pema sekawasan yang harus dipertegas. Sebab, komunikasi yang baik penting untuk menciptakan pelayanan maksimal kepada mahasiswa. Juga masalah sanksi
untuk mengikat dan mempertegas setiap peraturan yang ada dalam TLO. Ia berencana menambahkan poin keputusan presiden (keppres) pada TLO. Brilian bilang penting bagi presiden sekali waktu mengeluarkan keppres untuk dipatuhi pema sekawasan. Misal pada kasus vakumnya pema fakultas yang sedang terjadi saat ini, presiden bisa langsung keluarkan keppres untuk pembentukan KPU. Ia juga berniat membentuk semacam badan pengawas pemilu (bawaslu) pada petunjuk pemira. Katanya, “untuk menghindari kisruh setiap pemira.” “Tapi amandemen TLO, kan bukan hasil diktenya Pema USU, semua itu aspirasinya yang ada di USU,” papar Brilian. Ia bilang itu hanya sebatas harapannya. *** Brilian Amial Rasyid dan Abdul Rahim resmi dilantik sebagai presiden dan wakil presiden 1 Juli lalu. Namun, pelantinkan kabinet baru dilakukan 11 Oktober lalu karena panjangnya libur Ramadhan dan pelaksanaan penerimaan mahasiswa baru di USU. Saat pelantikan, dari dua belas kementerian yang dicanangkan, salah satunya dihapus sehari jelang pelantikan. Bendum dan Menteri Pemberdayaan Perempuan (MKPP) dan Kesehatan pun tak ikut baca sumpah. “Saya kebetulan sedang ujian, jadi enggak bisa meng-
hadiri,” ungkap Bendum Patria Fajar Wibowo. Sedangkan Menteri KPP Jeni Nursaadah mengatakan ia sedang menjadi panitia pelantikan dan panitia yang berhadir sedikit sehingga tak ikut baca sumpah. Ia baru nyatakan bersedia jadi menteri pada hari H pelantikan. Brilian katakan Jeni ditetapkan sebagai MKPP sehari sebelum pelantikan. Brilian akui awalnya kementerian ini direncanakan ada di bawah naungan Kementerian PSDM. Namun setelah ditinjau tujuan pokok dan fungsinya berbeda dengan PSDM maka Kementerian KPP dibentuk. “Sejak kapan PSDM ngurusin pemberdayaan perempuan,” jelasnya. Masalah lain muncul. Menteri Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan Riki Efendi akan selesaikan sidang meja hijau November mendatang. Artinya status mahasiswanya akan ia lepas. Padahal November mendatang pema barulah benar-benar memulai pekerjaannya dari awal. Merujuk TLO, harusnya Riki tak boleh lagi menjabat sebagai menteri sebab tak lagi sandang status mahasiswa. Tapi Riki tetap berencana lanjutkan program kerja yang telah disusunnya. “Selagi belum ada pengganti, saya akan tetap kerja,” ungkapnya. Riki katakan ia belum ada bicarakan masalah penggantinya dan rencana wisuda Februari mendatang pada presma. Namun, sejak awal dipinang ia sudah komunika-
laporan utama 5 sikan rencana kepergiannya dalam waktu dekat. Brilian benarkan hal itu. Namun, loyalitas dan kapasitas serta pengalaman yang dimiliki Riki jadi alasan Brilian untuk tetap menjadikan Riki menteri. “Pokoknya enggak boleh wisuda sebelum dua progja nasionalnya selesai,” jawab Brilian. Ia tak pula mau menjadikan kasus Riki sebagai pembenaran karena telah menyalahi TLO, namun untuk saat ini ia hanya meminta komitmen dari Riki. “Selanjutnya kita evaluasi lagi.” Brilian enggan berkomentar banyak ketika dimintai keterangan tentang evaluasi yang dimaksudkannya. Otang coba berikan pendapat. Ia menyayangkan hal tersebut. Menurutnya Brilian harus selektif memilih orang-orang yang akan berjuang dengannya hingga akhir. “Diskusi dengan beberapa mantan presma atau Mitra,” Otang coba memberikan solusi. Ia bilang mantan-mantan presma nanti diharapkan menjadi pembina Pema USU agar tak mengulang kesalahan yang sama. “Atau sekadar sharing menghadapi beberapa kendala yang dihadapi.” Sengkarut masalah koordinasi antara pema dan MPMU agaknya berpeluang besar terulang pada kepengurusan Pema USU yang baru. MPMU yang tak terima undangan pelantikan hingga berujung pada tak hadirnya MPMU salah satu alasannya. Brilian katakan masih belum rasakan peran MPMU. Menurut Brilian harusnya pema bekerja efektif juga didorong MPMU. “Hingga saat ini kita belum ada diajak kumpul,” ungkapnya kecewa. Hadi mengangguk saat dikonfirmasi perihal ini. Ia benarkan belum bisa jalankan sepenuhnya fungsi-fungsi MPMU dalam TLO. “Belum sempat buat rapat koordinasi,” sanggahnya. Hadi bilang harusnya rapat koordinasi dilaksanakan sebelum rapat kerja pema namun terkendala masa ujian tengah semester. “Bukan mau mengkambing hitamkan tapi memang agak sulit,” jelasnya. Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa (KM) Universitas Andalas (Unand) Muhammad Taufik berkomentar. Di Unand fungsi pengawasan dijalankan Dewan Legislatif Mahasiswa biasa disebut DLM. Taufik bilang sekali tiga bulan BEM KM dan DLM duduk bersama untuk dengarkan laporan pertanggungjawaban (lpj) tiga bulanan BEM KM. Jika ada gubernur yang
akan mengundurkan diri karena wisuda tetap dimintai lpj-nya untuk dibacakan dihadapan DLM. Jika lpj ditolak, kepengurusan harus dilanjutkan. Jika tetap wisuda, ia akan diberhentikan tidak hormat. “Mundurnya akan dipublikasikan ke seluruh elemen mahasiswa.” Terkait masalah yang dihadapi Pema USU era Mitra, Taufik pun tahu. Menurutnya, masalah itu kembali pada personal dan aturan yang berlaku pada pema yang bersangkutan. Regulasi dan pengawasan dari legislatif harus berjalan. “Makanya fungsi kontrol dari mahasiswa sendiri harus berjalan,” solusinya. Janji Baru Pema USU Brilian akui lambannya gerak Pema USU pasca di-rinya dilantik. Ia harus mulai kembali merintis pema dari awal. Baik dari segi fasilitas seperti listrik gedung sekretariat yang padam ataupun bimbingan dari pema sebe-lumnya. Tapi dirinya tetap pasang target tinggi untuk periode kepengurusannya. Dua belas progja nasional dicanangkan. Masing-masing kementerian punya satu andalan progja skala nasional. “Semuanya coba berinovasi,” papar Brilian. Kementerian Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan misalnya. Debut pertama kementerian ini sudah dimulai bahkan sebelum pelantikan dilaksanakan. Ada lomba karya tulis ilmiah dan simposium nasional. Selaku menteri, Riki bilang progja akan dilaksanakan Januari tahun depan. Kepanitiaan sudah dibentuk. Dengan sisa waktu delapan bulan terakhir, Brilian sendiri cukup optimis. “Mei nanti Insya Allah semuanya sudah terlaksana.” Menjadikan Pema USU lebih bergengsi di Sumatera Utara merupakan salah satu target Brilian. Juga melakukan fungsi pelayanan advokasi kepada mahasiswa. “Pema tahun ini harus punya posisi tawar di tengah civitas akademika kampus.” Wakil Rektor III Raja Bongsu Hutagalung sepakat dengan janji Brilian. Menurutnya, kini pema harus berperan sebagai penggali kreativitas mahasiswa dan berperan ganda sebagai penampungnya. Namun yang dikhawatirkan Bongsu adalah masa kepengurusan pema hanya satu tahun. Menurutnya waktu tersebut tak cukup untuk pema jalankan perannya. “Untuk susun menteri saja butuh waktu lebih dari satu bulan, jadinya jalankan pemerintahan semakin singkat.”
Warisan Sang Rektor
6 laporan utama Mezbah Simanjuntak
A
wal September lalu, suasana di Rumah Sakit (RS) USU cukup ramai. Beberapa orang melintas di area seluas 3,5 hektar itu. Tiba-tiba suara sirene mobil ambulans berbunyi lantang. Lampu peringatan memancarkan warna merah keoranye-ora-nyean, mobil melesat cepat dan berhenti di sisi kanan rumah sakit. Tepat di depan ruangan Unit Gawat Darurat (UGD). Dari dalam UGD keluar empat perawat, masing-ma sing dua wanita dan pria. Mereka mendorong sebuah ranjang pasien, membuka pintu belakang ambulans dan mengangkat keluar ibu hamil dengan perut besar. Tampaknya hendak melahirkan. Terlihat percikan darah di baju dasternya. Selain ibu itu tampak juga kegiatan di meja administrasi. Ada empat orang mengenakan seragam hijau toska duduk di sana. Menanggapi pertanyaan seorang lelaki berumur sekitar 45-50 tahun. Katanya, ia sakit diabetes. Resepsionis mengarahkannya ke poli umum. Rupanya hanya simulasi. Simulasi UGD dan pelayanan RS USU yang kerap dilakukan tiap satu hingga dua bulan sekali. Sejak 23 September tahun lalu, Poliklinik USU yang awalnya berada di Jalan Universitas Pintu I USU telah dipindah ke RS. Dimaksudkan agar RS tak kosong pergerakannya. Hingga kini, kegiatan Poliklinik tetap berjalan seperti biasa. Walau RS belum diresmikan, telah dilakukan tiga kali pere krutan pegawai sejak 2011, akhir 2012 dan awal tahun 2014. Prof Chairul Yoel, Direktur Utama RS USU bilang sekarang ada 205 orang pegawai. Di antaranya dokter spesialis 43 orang semua berasal dari Fakultas Kedokteran, 29 orang dokter umum, dua orang dokter gigi, empat belas orang ners, lima orang bidan, 81 orang perawat, sebelas orang tenaga administrasi dan sembilan orang teknisi. Sebanyak 23 orang di antaranya honorer sisanya pegawai negeri sipil (PNS). Prof Yoel menambahkan bahwa selama ini pegawai yang ada masih membantu aktivitas poliklinik. “Gaji mereka diberikan tiap bulan, tapi saya tak ingat besarannya,” tambahnya. Prof Yoel bilang sebenarnya RS butuh penambahan pegawai lagi. Jumlah pegawai yang ada belum cukup. Namun karena tak cukup dana, USU tak buka perekrut an pegawai lagi. Kurangnya pegawai berdampak pada klasifikasi
SUARA USU, EDISI 100, NOVEMBER 2014
Simpang Siur Masalah RS USU Koordinator Liputan : Mezbah Simanjuntak Reporter : Maya Anggraini S, Lazuardi Pratama, Amanda Hidayat, dan Mezbah Simanjuntak
Kabar pertama, ia akan diresmikan 2011 silam, sesaat setelah pembangunan selesai. Kendala silih berganti, akibatkan peresmian ditunda hingga sekarang. Kabar terakhir, ia akan diresmikan 19 Januari 2015 mendatang.
BANGUNAN
Ruang rawat inap di lantai II RS USU yang akan digunakan oleh pasien setelah dioperasikan , Jumat (31/10). Di bawah ruang rawat inap juga akan di rancang taman untuk pasien penyakit jantung. YULIEN LOVENNY ESTER G | SUARA USU
RS—pengelompokan RS berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan yang saat ini berklasifikasi C. Padahal Prof Yoel bilang untuk menjadi RS Pendidikan (RSP) harus memiliki klasifikasi B. Dan untuk mempelajari sistem RSP, RS USU berencana belajar dari RS Adam Malik selaku RSP terbesar dan berklasifikasi A di Me dan. “Butuh beberapa tahun berjalan dulu supaya bisa dapat B, tapi ini saja belum beroperasi,” jelasnya. Faktor lain adalah peralatan. “Peralatan sudah ada namun hanya peralatan standar,” sahutnya. Namun Prof Yoel bilang tak masalah dengan ketersediaan peralatan ini. Yang penting beroperasi dulu. Tunda Peresmian Tahun 2011 pembangunan RS rampung, rencana awalnya akan langsung diresmikan oleh Presiden SBY. Rencana awal tak terwujud, peralatan medis yang dibutuhkan tak lengkap. Hingga 2012, masalah yang sama menghantui. Mujur, di pengujung 2012 Islamic Development Bank (IDB) berikan bantuan dalam pengadaan peralatan dan pembangunan fisik RS. Januari 2013, izin operasi sementara sudah dikantongi. Pun begitu, hingga akhir 2013 RS tak kunjung diresmikan. Lagi, awal 2014, dengan harapan RS segera diresmikan untuk beroperasi, surat izin operasi kembali diurus. Hingga kini, tak ada tanda-tanda
RS akan diresmikan. Penambahan tataran kursi direksi RS dilakukan 25 Februari lalu. Dengan tujuan agar pengoperasian bisa disegerakan. “Pembagian tugas dan tanggung jawab dibuat sespesifik mungkin,” lanjut Prof Yoel. Empat direksi baru yakni Nazaruddin Umar sebagai Direktur Akademik dan Pelayanan Medik; Syarief Fauzi sebagai Direktur Umum, Keuangan, dan Sumber Daya Manusia; Murniati Manik sebagai Direktur Keperawatan dan Penunjang Medik serta Achmad Delianur Nasution sebagai Direktur Teknik, Pemelihara dan Pengelolaan Lingkungan. Lalu, mengapa RS USU belum diresmikan hingga hari ini? “Tak ada masalah, kita cuma butuh dana awal operasional saja,” jawab Prof Yoel. Lanjutnya, USU tak punya cukup dana untuk alokasi dana awal operasional. Bagaimanapun, Prof Yoel bilang, ini tanggung jawab USU, tak bisa kerja sama dengan pihak luar. Diperkirakan sebesar Rp 20 miliar dibutuhkan RS USU untuk satu tahun operasional. Namun karena beberapa bulan lagi tahun 2014 akan berakhir, yang dibutuhkan kira-kira seperempatnya. Prof Yoel bilang ini bukan dana yang cukup besar, karena biasanya USU juga mengeluarkan Rp 2 miliar untuk biaya listrik per bulan serta perawatan seperti mobil ambulans ataupun barang-barang habis pakai seperti peralatan perawatan gedung.
Dana awal operasional akan digunakan untuk membeli obat, seprai, pispot, pengharum ruangan, tirai tempat tidur pasien, serta bahan habis pakai. “Kan enggak mungkin ada pasien rawat inap, tak ada pispot, atau karena tak ada screen jadi bisa lihat-lihatan antar-pasien,” jelas Prof Yoel. Hal ini sudah dibicarakan kepada rektor, menurutnya belum ada tindakan lebih lanjut. Prof Yoel bilang dana yang dibutuhkan sulit terpenuhi karena sistem sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) yang menjadi uang kuliah tunggal (UKT). Dengan UKT, perincian yang dibayarkan mahasiswa telah dikalkulasikan untuk keperluan akademik, maka pihak rektorat sulit untuk mengolah uang USU. Padahal pendapatan utama USU dari SPP mahasiswa. “Susah bagibaginya sekarang,” sahutnya. Berbeda, Wakil Rektor II Prof Armansyah Ginting bilang, se-suai peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tentang Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negara (PTN) mengatakan uang yang didapat dari uang kuliah mahasiswa tak boleh dipakai buat pelayanan kesehatan, termasuk RS. Jadi, segala dana yang diperlukan RS, sumber daya manusia seperti pegawai dan aset harus didapat dari Kemendikbud dan perizinannya dari Kemenkes. “Pemerintah belum ngasih apa pun,” kata Prof Arman.
Akibat peraturan tersebut, pihak USU tak bisa berbuat banyak untuk menyokong dana operasional RS. “Universitas bagaimana mau ngasih? MWA saja tak berani memutuskan karena ada peraturannya,” katanya. Rektor Prof Syahril tak sepakat terkait masalah dana seperti disampaikan Prof Yoel dan Prof Arman. Yang jadi masalah adalah tak ada dana untuk mengundang presiden agar resmikan RS. Akhirnya dibuatlah rencana mengundang menteri pendidikan sebagai gantinya. Meskipun dana yang dibutuhkan tak sedikit, Prof Syahril katakan bulan November ialah target diresmikannya RS. Hanya tanggal pastinya saja yang belum ada. “Kan sudah ganti menteri baru,” ungkapnya. “Kalau dana operasional yang dibutuhkan sudah lama dimasukkan ke draf BOPTN (Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri –red), tinggal cairnya saja,” jelas Prof Syahril. Prof Yoel cerita, Senin, 20 Oktober lalu direksi RS USU bersama Rektor Prof Syahril Pasaribu dan Wakil Rektor IV Ningrum Natasya Sirait bertemu untuk membicarakan RS ke depan. Kelima direksi berharap November nanti RS diresmikan. Dan secara tak langsung mendesak agar dana yang dibutuhkan segera diadakan. “Harus November, kalau Desember enggak mungkin. Kalau lewat tahun ini enggak tahu mau gimana,” jelas Prof Yoel sambil angkat tangan. Pun Desember nanti surat izin operasional RS akan berakhir. Penundaan peresmian akan berakibat pada permasalahan baru, pengurusan surat izin operasional. “Susah dapat izinnya,” sahut Prof Yoel. Dalam pertemuan dibicarakan juga perihal pembuatan draf kerja sama operasional (KSO) RS USU dengan pihak luar. Draf KSO baru bisa digunakan saat RS mulai beroperasi, cerita Prof Yoel. Terakhir, Prof Yoel bilang tak penting siapa yang akan meresmikan RS ini nantinya, yang penting ada dana operasional dan RS bisa berjalan segera. Perihal tanggal peresmian pun terjadi perbedaan. Dilansir dari website resmi usu.ac.id bahwa RS USU akan diresmikan 19 Januari 2015. Hal ini diamini oleh Humas RS USU M Zeini Zen, alasannya pun sama karena menunggu dana operasional cair. Namun, Prof Yoel tak tahu berita itu. “Saya enggak tahu tanggal pasti itu muncul dari mana,” sambungnya. Hingga kini, Prof Yoel masih usahakan RS diresmikan November ini. Izin RS yang akan habis Desember ini tetap jadi alasan.
Warisan Sang Rektor
SUARA USU, EDISI 100, NOVEMBER 2014
laporan utama 7
Masalah Toilet,
Masih Masalah Klasik Koordinator Liputan: Fredick BE Ginting Reporter: Ferdiansyah, Sri Wahyuni Fatmawati P, Yulien Lovenny Ester G dan Fredick BE Ginting
Fredick BE Ginting
Masalah klasik masih menghantui kebersihan toilet di USU. Fasilitas ada upaya ditingkatkan, sayangnya tak diikuti kesadaran untuk menjaganya. Pun dalam anggaran, masih terkesan enggan untuk serius.
L
antai bangunan seluas dua kali satu setengah meter itu bermarmer kuning. Di dalamnya ada sebuah kloset jongkok, bak plastik, dan sebuah gayung plastik tanpa tangkai. Pintunya terbuat dari plastik tanpa engsel pengunci. Untuk menjaga agar tertutup ketika orang berada di dalam, ada kayu kecil yang dipakukan di atas pintu. Inilah salah satu toilet yang berada di Fakultas Ilmu Budaya (FIB), di Gedung A lantai satu. Ada dua toilet di gedung itu. Yang satu lagi, toilet khusus untuk dosen dan terkunci bagi mahasiswa. Mahasiswa mengeluhkan kondisi toilet tersebut. “Pintunya jebol-jebol. Kalau pagi aja bersih, udah siang kotor lagi,” ujar Liza Amelia, mahasiswa FIB 2013 sambil mengernyit. Sebenarnya, FIB punya toilet lebih baik di Gedung D. Gayung, bak, dan kloset di toilet ini lebih baik dari toilet yang kerap digunakan Liza. Sayang, mahasiswa tak bisa akses karena hanya dikhususkan untuk dosen. Kondisi ini juga dirasa Muhammad Fahruza, mahasiswa Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) 2012. Selama berada di kampus ia kerap gunakan toilet laki-laki yang ada di seberang Gedung A. Aroma kelat amoniak khas air seni menyambutnya ketika berkunjung. “Bau kali,” keluhnya. Suasana berbeda terlihat
CORETAN DINDING
Mahasiswa Ilmu Budaya saat ingin memakai toilet di gedung I, Rabu (5/10). Kondisi pintu toilet yang rusak masih dipergunakan oleh mahasiswa.
WENTY TAMBUNAN | SUARA USU
di toilet Pusat Bahasa (Pusba). Lima toilet di Pusba bersih dan tak bermasalah dengan ketersediaan air, sabun cair, tisu, dan keset kaki. Di dinding-dinding toilet terpajang kartu kontrol berukuran setengah kertas A4. Di kartu itu tertera tanggal, waktu, dan kondisi toilet setelah dibersihkan. Andri Nasution, Staf Keuangan dan Umum Pusba cerita memang ada perlakuan khusus yang diterapkan untuk toilet di Pusba. Dulu kondisi toilet di Pusba sama dengan toilet yang ada di fakultas-fakultas. Mulai 2013,
Pusba mengalami perbaikan gedung dan fasilitas. Tak ketinggalan, Pusba juga meminta rektorat keluarkan anggaran khusus perbaikan toilet. Andri cerita, awalnya Pusba meniru perawatan toilet dari PT ISS, jasa pelayanan kebersihan yang dipakai Fakultas Kedokteran (FK). “Kita tiru FK, mereka punya pegawai khusus. Kita tiru (Fakultas –red) Farmasi, mereka punya toilet yang bagus.” Perlahan sistem pe rawatan toilet dibuat. Toilet dibersihkan pagi, siang, dan sore setiap hari. Setelah pukul
lima sore toilet dikunci. “Biar besok mau dipakai enggak jorok lagi,” jelas Andri. Hanya satu toilet dibiarkan untuk dipakai satpam yang berjaga. Toilet di FK memang mirip toilet di Pusba. FK memang memperkerjakan petugas khusus dalam perawatan toilet. Lisa Kusuma Rahayu contohnya. Katanya, ia meme riksa kebersihan di toilet dua sampai tiga kali dalam sejam. Selain Lisa, ada lima petugas lain yang bertanggung jawab dalam perawatan toilet lantai 1, 2, 3, gedung Abdul Hakim, dan gedung-gedung lain.
Pembersihan toilet dimulai dengan memeriksa ada sarang laba-laba atau tidak, wastafel,
“
Pintunya jebol-jebol. Kalau pagi aja bersih, udah siang kotor lagi Liza Amelia Mahasiswa FIB 2013 kloset, dan urinoir, serta membersihkan dinding kamar
Warisan Sang Rektor
8 laporan utama mandi. Juga mengisi sabun cuci tangan apabila kosong. Namun, bukan tak berarti toilet di FK selalu dalam kondisi baik. Kata Lisa, mahasiswa kerap buang sampah sembarangan, tak bersihkan kloset dengan benar, membiarkan air tergenang di wastafel, bahkan buang air di lantai. Masalah ini umumnya terjadi di fakultas lain. Anwar, Kepala Subbagian Perlengkapan (Kasubag) FISIP bilang toilet tidak bersih di FISIP akibat ulah mahasiswa. Ia dan kawan-kawan kerap menempelkan selebaran tentang menjaga kebersihan toilet dan keberadaan benda-benda yang ada. Namun tak digubris mahasiswa. “Tapi bukan berarti berhenti sampai di sini. Tetap dikerjain semua perbaikan dan pemeliharaan, sambil mahasiswanya diimbau juga,” tegasnya. Hal sama terjadi di FKM, FKep, dan Fasilkom-TI. Ke sadaran pengguna toilet untuk membersihkan setelah memakai belum terbangun. Pihak dekanat mengaku telah berusaha menjaga kebersihan toilet. Di FIB setiap pagi toilet dibersihkan oleh cleaning service. Namun, mereka bukan petugas khusus toilet. “Makanya kalau siang sudah kotor lagi, jadi pakainya juga enggak nyaman,” sahut Rasmadi, Kasubag Perlengkapan FIB. Pengadaan peralatan juga sudah diupa yakan. Mulai pintu, gayung, bak. Namun, penjagaan yang kurang maksimal. Air menjadi salah satu hal paling penting untuk toilet. Ini menjadi salah satu perhatian khusus di fakultas-fakultas, termasuk FIB. Tahun lalu sudah dibangun dua tabung besar untuk menampung air. Kala itu, ini menjadi solusi agar air di toilet-toilet FIB selalu tersedia. Air dalam tabung dibagi pada empat tabung lebih kecil yang tersebar di Gedung K, dua di Gedung M, dan satu di dekat musala. “Kalau air di bak besar kosong, ya kosong lah air di toilet,” ujar Rasmadi. Berbeda dengan FISIP yang tak punya tabung besar penampung air. “Nanti rencana akan dibangun, dua di dekat kantin itu,” sebut Anwar. Di Fasilkom-TI tersedia tiga buah bak penampung air untuk menjamin ketersediaan air. Mengenai air, Ketua Tim Pelaksana USU ASRI Devin Defriza Harisdani mengatakan tengah rencanakan menambah reservoir besar-sebutan untuk tempat air di dua titik. Satu rencananya diletakkan di tempat publik, yaitu perpustakaan. “Dia akan suplai apakah ke (fakultas –red) Ekonomi atau Pertanian,” ujarnya. Sementara satu lagi mungkin akan ditempatkan di dekat auditorium. “Sehingga FKG (Fakultas Ke-
SUARA USU, EDISI 100, NOVEMBER 2014
YULIEN LOVENNY ESTER G | SUARA USU
Toilet FK
Toilet di Fakultas Kedokteran, Selasa (11/11). Toilet FK memiliki fasilitas yang lengkapi dengan menggunakan Jasa PT ISS.
dokteran Gigi –red) kebagian,” lanjutnya. Menurut Devin, re servoir merupakan hal penting untuk menjaga ketersediaan air tetap lancar di toilet-toilet se-USU. Pentingnya ketersediaan air juga dituturkan Taufik Azhar, dosen bidang kesehatan lingkungan FKM. Disebutnya air bersih yang terus mengalir menjadi syarat mutlak dalam sebuah toilet. Ia menilai USU cukup baik dalam hal ini.
“
“Mereka kan yang mengurusi Hermes, JW Marriot, jadi kita juga mau kamar mandi di sini seperti itu. Toh kita bayar juga dengan besaran yang sama, Enni Susianti
Kasubbag Perlengkapan FK Wakil Rektor V Yusuf Husni menuturkan fasilitas toilet di fakultas menjadi tanggung ja wab masing-masing dalam hal pemeliharaan dan perawatan. Tugas rektorat menerima laporan berkala setiap enam bulan mengenai kondisi setiap sarana prasarana, termasuk toilet. Dari situ rektorat mengontrol fasilitas-fasilitas yang ada di seluruh USU. Dari laporan itu pula ia biasanya pertimbangkan lakukan perbaikan atau peningkatan perawatan. *** Taufik jelaskan masalah penganggaran merupakan
salah satu hal penting dalam perawatan toilet. Sayang belum semua fakultas punya anggaran khusus toilet, misalnya untuk petugas khusus. Padahal, sebut Sawaluddin, fakultas punya hak tentukan anggaran pemeliharaan dan perawatan toilet dengan menganggarkannya di Rencana Kerja Anggaran. FKep, FKM, Fakultas Teknik, Fasilkom-TI, dan FIB contohnya. Anggaran hanya disediakan untuk petugas kebersihan secara umum dan pengadaan alat. Di FKM, Razali, kasubag perlengkapan mengatakan pemeliharaan toilet dianggarkan di awal tahun dan pembelian perlengkapannya dilakukan dua kali setahun. FKM anggarkan lima juta per enam bulan untuk perlengkapan toilet. Sedangkan di Pusba, anggaran Rp 500 ribu disediakan setiap bulan untuk pe rawatan toilet seperti sabun cair, tisu, dan perlengkapan lain. Untuk honor petugas khusus dikeluarkan Rp1,35 juta masing-masing untuk tiga pegawai. Keterbatasan penganggaran mengakibatkan toilettoilet di USU masih belum dikatakan memenuhi beberapa standar toilet sebagai fasilitas publik. Taufik menyebut selain air ada beberapa hal yang harus terpenuhi dalam sebuah toilet, yaitu sabun cair, ventilasi yang sesuai, tempat sampah tertutup, dan alat
lain seperti gayung dan pintu dalam kondisi baik. “Sabun cair yang sangat kurang bahkan enggak ada di beberapa fakultas,” ujar Taufik. Sabun cair harus tersedia untuk menghindarkan pengguna toilet dari bakteri penyakit.Sementara ventilasi berfungsi sebagai media sirkulasi udara. Jika toilet terletak di tengah-tengah bangunan sangat riskan tidak punya ventilasi yang memadai. Untuk menjaga kebersihan dan perawatan toilet memang butuh anggaran lebih besar. Contoh, FK yang gunakan jasa PT ISS dalam mengelola empat puluh toilet di fakultasnya. Enni Susianti, Kasubag perlengkapan FK bilang standar kamar mandi FK mengikuti standar kamar mandi yang digunakan PT ISS. “Mereka kan yang mengurusi Hermes, JW Marriot, jadi kita juga mau kamar mandi di sini seperti itu. Toh kita bayar juga dengan besaran yang sama,” ujarnya. Enni tak tahu pasti berapa jumlah anggaran untuk penyediaan jasa kebersihan tapi menurutnya tiap tahun memang dana tersebut diajukan dalam Rencana Bisnis dan Anggaran FK. Devin bilang untuk mengatasi masalah ini kedepannya sudah disiapkan sistem yang lebih baik, ialah bengkel universitas (university workshop) yangnanti berada pada level eksekutor sebagai pengelola pemeliharaan. Rencananya dibagi dalam enam divisi: gedung dan bangunan, jalan dan drainase, lingkungan dan lan-
sekap, kelistrikan dan mobil dinas, sistem teknologi informasi, dan tempat pembuangan sampah. Pemeliharaan toilet berada dibawah divisi gedung dan bangunan. “Jadi ketika ada toilet yang rusak, tim dari bengkel universitas ini akan langsung bergerak,” terangnya. Bengkel universitas nantinya akan menyusun sistem pemeliharaan rutin, berkala, dan aksidental. Caranya dengan menerapkan kartu kontrol di toilet. “Di dinding toilet harusnya ada kartu kontrol yang isinya sudah dibersihkan atau belum, bagaimana wastafelnya, sampai tong sampahnya pun ada,” ungkapnya. Kebijakan ini sejalan dengan salah satu poin program kerja USU ke depan yang tercantum dalam Rencana Strategis dan Rencana Jangka Panjang yang memastikan bahwa toilet harus bersih dan terawat. Menurut Taufik lembar atau kartu kontrol menjadi salah satu solusi dalam penigkatan perawatan toilet. Namun harus dibarengi penyediaan petugas khusus untuk membersihkan toilet. Mengenai pihak yang paling bertanggung jawab menjaga kebersihan toilet, Taufik menegaskan pihak tersebut adalah pengguna, baik mahasiswa, pegawai, atau dosen. “Siapapun yang menggunakan, setelah selesai harus membersihkan. Mereka harus sadar dan punya kepedulian” tegas Taufik.
Warisan Sang Rektor
SUARA USU, EDISI 100, NOVEMBER 2014
laporan utama 9
Ketika Laporan Keuangan
Tak Boleh Dipertanyakan Koordinator Liputan : Erista Marito Oktavia Siregar Reporter : Renti Rosmalis, Ridho Nopriansyah, Arman Maulana Manurung dan Erista Marito Oktavia Siregar
FOTO ILUSTRASI: WENTY TAMBUNAN | SUARA USU
Erista Marito Oktavia Siregar
Bak permata dalam bragkas, password-nya tak diketahui orang. Begitulah USU simpan laporan keuangannya. Ini dokumen publik, tapi aksesnya susah minta ampun.
D
esember 2013 lalu, ruang sidang Senat Akademik (SA) dipadati mahasiswa. Siang itu, Pemerintahan Mahasiswa (Pema) Sekawasan bersama organisasi mahasiswa lain melakukan audiensi dengan pihak rektorat. Isunya, transparansi laporan keuangan. Janter Ronaldo Purba, Ketua Front Mahasiswa Nasional (FMN) Ranting USU turut hadir saat itu. Ini bukan kali pertama perjuangan mereka. Sebelumnya, aksi serupa juga dilakukan, tapi bukan audiensi. Audiensi dilakukan, karena menurut Janter, perlu diadakan jalur formal terhadap rektorat. Tak sekadar audiensi, Pema Sekawasan punya target agar memorandum of understanding (MoU) ditandatan-
gani oleh rektorat. Isinya, agar rektorat membuka akses laporan keuangan untuk publik. “Diam kamu, itu bukan urusan mahasiswa,” ucap Janter meniru ucapan Rektor Prof Syahril Pasaribu kala itu. Audiensi berlangsung alot. Ucapan rektor menjadi klimaks. Peserta audiensi merasa ada yang salah dengan laporan keuangan. Akhir kata, audiensi mereka tak buahkan hasil. “Itu kan dokumen publik, bebas dong diakses. Kok malah ditutup-tutupi,” tegas Janter. Tak sepakat, Kepala Unit Akuntansi Rasdianto bilang hasil laporan keuangan sudah dipublikasi di media cetak dan website. Nurzaima, Kepala Unit Audit Internal (UAI) juga katakan hal yang sama. Laporan keuangan USU sudah dipublikasikan. Nurzaima bilang, publikasi menjadi urusan hubungan masyarakat (humas) dan rektorat (rektor dan wakil rektor –red). Bisru Hafi, Kepala Divisi Humas bilang tak pernah publikasikan laporan keuangan melalui humas. “Mungkin saja dipublikasi langsung oleh rektorat melalui unit keuangan,” sahutnya. Saat ditemui lagi, Nurzaima tetap bilang tak miliki
laporan keuangan. Datanya ada di rektorat. “Kalau pun ada di UAI, izin aksesnya harus dari rektorat,” sahutnya. Menurutnya, mahasiswa cukup tahu hasil opini laporan keuangan. Contohnya, publikasi hasil laporan keuangan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan hanya berupa berita. Ia menunjuk guntingan surat kabar berisi berita Hasil Laporan Keuangan Kemendikbud WTP ditempel di pintu tengah. Prof Moenaf Siregar, guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) bilang tak mungkin tak ada data laporan keuangan di UAI. “Saya sejak 2010 minta datanya, tak diberi,” terangnya sambil tertawa. Prof Moenaf bilang beberapa tahun terakhir sangat sulit mengakses laporan keuangan. Terakhir kali laporan keuangan yang bisa diaksesnya adalah tahun 2009. Ia sayangkan laporan keuangan yang tak berhasil didapat. “Hanya melihatnya, saya yakin banyak yang harus dipertanyakan,” sahutnya. Prof Moenaf bilang laporan keuangan adalah dokumen publik. Seperti tercantum dalam Undang-undang Keterbukaan Informasi Publik (KIP). Karena, menurut Prof Moenaf, bagaimanapun 70 persen keuangan USU berasal dari mahasiswa. Mahasiswa berhak tahu ke mana aliran uangnya. “Mahasiswa seharusnya lebih peduli dan berani saja,” sahutnya. Senada, Rektor Prof Syahril sadar laporan keuangan memang penting untuk dipublikasi. “Laporan keuangan itu pasti dipublikasi, mungkin Januari nanti kita (USUred) akan publikasi laporan keuangan,” terangnya. Wakil Rektor (WR) II USU, Prof Armansyah Ginting katakan USU tak diberi mandat atau tugas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk mempublikasikan laporan keuangan universitas. “Kalau ditugaskan pasti dipublikasi,” sahutnya. Prof Arman bilang laporan keuangan adalah benar dokumen publik. Pun USU telah buka transparansi pada publik, yaitu dengan memberikannya ke Kemendikbud
lalu dilaporkan ke DPR. “Silah kan baca di statuta USU. DPR juga publik,” tambah-nya. Uang USU adalah uang negara bernama Anggaran Pendapatan Belanja Negara(APBN). Itu berarti, laporan keuangan USU adalah bagian dari laporan keuangan negara. “Dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) USU tertera, publikasi laporan keuangan bukan tugas institusi,” tambahnya. Berbeda, Universitas Indonesia (UI) dengan jelas publikasikan laporan keuangannya di website UI dalam bentuk pdf. Menanggapi hal ini, Prof Arman katakan tiap institusi berbeda. UI punya inisiatif sendiri, karena tak ada instruksi Kemendikbud untuk publikasi laporan keuangan. “Intinya sudah di-laporan ke Kemendikbud,” katanya. Dikatakan Prof Arman, USU peroleh predikat nomor satu untuk laporan keuangan dua tahun berturut, yaitu wajar tanpa pengecualian (WTP). Hasil opini laporan keuangan berdasarkan pengelolaan laporan keuangan dengan standar akuntansi. Artinya, yang diperiksa adalah standar akuntansi. “Yang penting kita cari hasil pengelolaannya, bukan menganalisis.” Proses Panjang Laporan Keuangan Sebelum diberikan pada Kantor Akuntan Publik (KAP), lapoan keuangan diperiksa terlebih dahulu. Mulai penyusunan laporan keuangan fakultas, verifikasi, pemeriksaan standar di unit akuntan hingga audit internal, lelang auditor, serta pemeriksaan KAP. Sebelum terbit laporan keuangan tahunan, ada laporan keuangan interim. Ini merupakan laporan keuangan setiap dua bulan sekali, tiga bulan sekali, dan enam bulan sekali. Laporan keuangan disusun berdasarkan data dari unit kerja dan fakultas di USU. Lalu diperiksa di unit akuntansi. Unit akuntansi mengoreksi laporan keuangan hanya berdasarkan kewajaran secara standar akuntansi. Rasdianto, Kepala Unit Akuntansi ceritakan proses
keuangan dari unit-unit yang ada di USU dilakukan secara computering oleh masing-masing unit. Sistem pengelolaan keuangan dibuatkan programnya oleh Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE). “Kita unit akuntansi hanya terima bersih, bukan memeriksa lagi kewajaran keuangannya,” kata Rasdianto. Rasdianto bilang, setelah diproses dari masing-masing unit akan dilaporkan ke Unit Verifikasi untuk dilihat kewajaran belanja, dan pemeriksaan kewajaran pengeluaran terhadap kegiatan. Setelah lolos verifikasi, laporan keuangan dimasukkan ke UAI. Semua laporan diaudit di UAI dan dilaporkan ke pusat. “Laporan keuangan interim juga pengaruhi laporan keuangan tahunan USU,” ungkapnya. USU, dalam penyusunan laporan keuangan ada dua versi, yaitu versi laporan Standar Akuntan Pemerintahan (SAP) dan versi Standar Akuntan Keuangan (SAK). SAP diperiksa oleh Badan Pengawas Keuangan (BPK), sedangkan SAK diperiksa oleh KAP. Laporan keuangan USU yang diperiksa oleh KAP sudah berlangsung sejak 2005 lalu, dan untuk opini dari tahun 2005–2010 adalah wajar dengan pengecualian (WDP), pada 2011 adalah WTP dengan bahasa penjelas dan pada tahun 2012 adalah WTP. Opini pembentukan hasil laporan keuangan ada lima. Opini-opini tersebut adalah, WTP, WTP dengan bahasa penjelas, WDP, Dis Clemour (Pendapat tidak wajar) dan Adverst (tidak memberikan pendapat). Hasil laporan Keuangan USU 2012 adalah peringkat pertama, WTP. Ini kali pertama sejak laporan keuangan USU diaudit pada tahun 2005. Indikator penentuan opini laporan keuangan itu ada banyak, semuanya diatur berdasarkan SAK. SAK tersusun dalam satu buku yang terdiri dari berbagai indikator yang menentukan hasil laporan keuangan.Beberapa indikator tersebut yaitu, penyajian laporan keuangan, laporan arus kas dan laporan keuangan interim.
10 laporan utama
Warisan Sang Rektor
SUARA USU, EDISI 100, NOVEMBER 2014
Lima Tahun Bersama
Prof Syahril Pasaribu
Koordinator Liputan: Tantry Ika Adriati Reporter: Aulia Adam, Guster CP Sihombing, Rati Handayani, dan Tantry Ika Adriati
REKTOR USU
Rektor Syahril Pasaribu saat ditemui di ruang kerjanya setelah Uji Sidang, Kamis (13/11). Masa jabatan Rektor Syahril Pasaribu akan segera berakhir pada Maret 2015. YULIEN LOVENNY ESTER G | SUARA USU
Tantry Ika Adriati
Bak lari estafet, kepemimpinan Rektor Prof Syahril Pasa ribu hampir tiba di garis akhir. Tongkat yang memuat kinerja selama lima tahun akan dise rahkan pada rektor berikutnya. Isinya: Warisan Sang Rektor.
D
ahinya mengkerut, bibirnya melengkung ke bawah. Novzel Ridho A Hasugian sedang mengira-ngira berapa kali ia bertemu Rektor–Prof Syahril Pasaribu. “Entah tiga atau lima kali,” ujarnya. “Itu sejak jadi mahasiswa baru.” Padahal sekarang ia sedang masuki semester tujuh di Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Di antara yang paling sedikit itu, pertemuannya dengan Prof Syahril dalam sebuah aksi demonstrasi di depan biro
rektorat adalah yang paling diingatnya. Siang itu, akhir Oktober tahun lalu. Kurang lebih seratus mahasiswa dari berbagai elemen berkumpul di depan biro rektorat. Novzel yang bergabung dengan Front Mahasiswa Nasional (FMN) Ran ting USU, salah satu organisasi ekstra di USU, ingat kalau Ketua dewan perwakilan rakyat (DPR-RI) Marzuki Alie tengah melawat USU hari itu. Banyak tuntutan yang ing in disampaikan demonstran. Paling utama ialah transparan si keuangan. Novzel ingat, Thariq Tsaqib salah seorang temannya sekaligus Ketua FMN Ranting USU kala itu menjadi penyambung lidah antara demonstran dengan rektor. Thariq sibuk menjelaskan maksud mereka. Intinya menuntut transparansi laporan keua ngan USU yang dianggap tak mudah diakses. “Tapi waktu itu dia (rektor –red) malah teriak, ‘kamu masih mahasiswa! Enggak usah
sok tahu’!” ungkap Novzel. Lagi, menurut Novzel, rektor sekarang jarang langsung turun ke mahasiswa. Masih banyak mahasiswa yang tidak kenal dengan rektornya. Padahal, menurut Novzel, rektor harusnya lebih sering berinteraksi dengan mahasiswa. Misalnya dengan hadir dalam kuliah-kuliah umum yang bisa menginspirasi mahasiswa USU. Sebenarnya rektor se sekali hadir di beberapa acara, seperti wisuda, dies natalis fakultas, dan kuliah umum. Paling diingat Wakil Rektor II Prof Armansyah Ginting adalah ketika rektor menghadiri acara Dies Natalis Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) dan Fakultas Hukum (FH). Bahkan saat Prof Arman masih menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknik, Prof Syahril sering mengajak ia dan pimpinan fakultas lainnya untuk mengunjungi mahasiswa. Pun setelah ia dipilih menjadi Wakil Rektor II USU.
Namun, belakangan rektor merasa mengunjungi mahasiswa bukan satu-satunya cara untuk dekat dengan mahasiswa. Di dalam rapat pimpinanlah rektor mende ngar masukan-masukan dari dekan. Sebab salah satu cara meninjau mahasiswa dengan sering mengadakan rapat bersama pimpinan fakultas. Lanjut Prof Arman, untuk apa wakil rektor kalau malah rektor sendiri yang, lebih sering turun ke bawah. “Makanya yang sering terlihat itu WR I atau WR III,” cerita Prof Arman. Toh di tiap fakultas ada dekan yang lebih tahu keadaan mahasiswanya. Kadang-kadang rektor yang datang sendiri ke fakultas. Seperti dulu, ketika Prof Syahril meninjau pembangunan gedung baru FISIP atau mengunjungi mahasiswa Fakultas Teknik (FT) dan Fakultas Pertanian (FP) yang saat itu sedang kisruh. “Tetapi memang tak sesering dekan atau wakilnya,” kata Prof Arman.
Prof Arman merasakan dukungan yang baik dari Rektor Prof Syahril selama empat tahun ini. “Beliau orang yang bijaksana,” ucapnya. Baik dalam menjaga keseimbangan di USU maupun menjalan kan tugasnya sebagai rektor. Bagaimanapun, menurutnya, Prof Syahril terbuka dengan ide-ide baru yang digagas untuk kemajuan USU. Salah satu usulan yang diterima Prof Syahril ialah pengadaan bus kampus USU. “Bus kampus kan sekarang banyak digemari mahasiswa,” ujar Prof Syahril. Bus kampus adalah salah satu program kerja (progja) di bawah naungan USU ASRI (Akademik, Sinambung, Relevan dan Integral). Ialah Project Management Unit (PMU) yang dibentuk Prof Syahril untuk mewujudkan cita-cita USU yakni National Achievement with Global Reach. Kegiatan prioritas USU ASRI berkisar pada ruang kelas, laboratorium, fasilitas umum mahasiswa,
Warisan Sang Rektor
laporan utama 11
SUARA USU, EDISI 100, NOVEMBER 2014 dan lingkungan USU, seperti dilansir dari Tabloid SUARA USU Edisi 93, Mei 2013. Dalam kata sambutannya saat Dies Natalis USU Agustus silam, Prof Syahril menyatakan sudah ada sebelas pembangunan gedung baru di enam fakultas 2012 lalu, dan lima fakultas di tahun 2013. Pun tahun ini ada pembangunan gedung untuk FT dan FKM. Tak hanya pembangunan gedung kuliah baru. Dilakukan juga perbaikan drainase, pemeliharaan laboratorium, pemeliharaan rumah dinas rektor, gedung olah raga serta pengembangan fasilitas umum untuk mahasiswa. Perbaikan sama juga dilakukan di biro rektorat, taman di depan biro rektorat, auditorium, dan gelanggang mahasiswa. “Sekarang kan juga akan ada sepeda kampus,” tambah Prof Syahril. FH misalnya. Dekan FH Prof Runtung Sitepu cerita akhir tahun lalu selain pembangunan gedung baru, ditam bahkan juga parkiran, serta pengecatan ulang semua gedung di FH. “Ada perbaikan toilet juga,” lanjutnya. Laboratorium juga menjadi perhatian. Seperti pembangunan Laboratorium Ilmu Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Prof Runtung bilang, laboratorium berpengaruh pada penelitian dosen dan mahasiswa. Aspek yang memegang peranan dalam akreditasi USU. Menurut Prof Syahril sebenarnya ada peningkatan akreditasi USU. Tahun ini, ada 28 program studi (prodi) yang memiliki akreditasi B. Jumlah ini meningkat dibanding tahun 2009, hanya ada dua belas prodi berakreditasi B. Pun begitu dengan penelitian dosen. Ada peningkatan dibanding tahun-tahun sebe lumnya. Tahun ini ada 215 dari 346 usulan judul penelitian yang disetujui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti). Meningkat dari 114 judul yang diterima tahun lalu. “Enggak turun, cuma na iknya pelan. Sementara orang naiknya cepat sekali,” ujar Prof Syahril. Berdasarkan data Lembaga Penilitian (LP) USU, tahun 2010 hanya ada sepuluh persen dosen yang melakukan penelitian. Tak banyak proposal yang masuk ke LP, hanya sekitar 160 proposal yang berhasil lolos dan didanai Dikti. “Mungkin dosennya sibuk mencari uang,” kata Prof Syahril sambil tertawa. Tak hanya itu, banyaknya prodi dengan akreditasi C juga jadi alasan lain. Prof Zulkifli,
WR I bilang akreditasi C ba nyak terdapat di prodi D-III. Pasalnya, tak ada ada dosen tetap untuk D-III, yang ada hanya dosen tidak tetap. Sedangkan dalam penilaiannya, Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) tak memperhitungkan dosen tak tetap. Terlebih lagi Prof Zulkifli bilang USU tak punya kuasa. Sebab masalah dosen bukan dita ngani USU langsung, namun oleh Badan Administrasi Kepegawaian Negara. Upaya menjadikan USU akreditasi A, kata Prof Zulkifli sebenarnya perlu dilakukan seluruh civitas akademika. Sebab penilaian terhadap akreditasi sangatlah kompleks, baik mahasiswa maupun dosen sama-sama punya peran penting. Terlebih dosen, yang tugasnya jelas terpapar di dalam tri darma perguruan tinggi yakni: mengajar, meneliti, dan mengabdi. “Kita di sini sebagai pengajar, kalau enggak, bukan di sini tempat kita, kan?” sambung Prof Syahril. Inilah yang menurutnya perlu ditingkatkan. Kini status USU berubah dari Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (PTBHMN) menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH). Ke depannya, menurut Prof Arman, USU tak bisa main-main lagi. Sebab salah satu indikator utama pencapaian PTNBH dengan mencapai nilai tertinggi, yakni akreditasi A. Ditambah lagi, penilaian pola audit bukan hanya de ngan hasil audit Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) saja, melainkan juga melihat hasil yang dicapai USU. “Penelitian dosen sudah ada belum?” katanya. Prof Arman pikir tak ada guna nya dua tahun ini hasil audit laporan keuangan mendapat nilai tinggi, tetapi, “tak ada output pada akreditasi USU.” Hal ini yang harus dikejar ke depannya. Pun, menurut Prof Arman ia selalu sediakan anggaran untuk penelitian dosen. Tetapi tetap tak ada peningkatan. “Buktinya akreditasi USU masih B,” sahutnya. Prof Syahril tuturkan USU kini sudah mewajibkan setiap prodi membuat dua penelitian per tahun. Penelitian akan dibiayai oleh universitas. “Mudah-mudahan akan membantu,” ucap Prof Syahril.
Harus Berbenah Kini, masa Rektor Prof Syahril tak lama lagi. Maret tahun depan, masa kepemimpinan Prof Syahril akan resmi berakhir. Lima tahun
lalu, saat dinyatakan resmi menjadi Rektor USU periode 2009-2014, ada tujuh program kerja yang digadang-gadang. Yakni: tata kelola yang andal dan sumber daya manusia yang berkomitmen; peningkatan reputasi universitas menuju achievement with global reach; peningkatan relevansi dan daya saing disertai pemertaan dan penelusuran akses; peningkatan kemandirian melalui wirausaha (enterpereneurship); pengembangan perilaku kecendikiawanan yang beretika; peningkatan
BUS KAMPUS
Syahril, kata Erwin. Lanjut Erwin, ada evaluasi lain di masa kepemimpinan Prof Syahril. Kampus II USU Kwala Bekala. Kampus kedua USU yang sudah dimulai sejak kepemimpinan Rektor Prof Chairuddin Panusunan Lubis hingga kini tak menujukkan perkemajuan yang signifikan. Pembangunan di sana masih berupa pendopo, asrama mahasiswa, pos-pos jaga, gudang, beberapa kantor administrasi, pagar pembatas, bengkel dan gapura “Sayang sekali, padahal sudah lama,”
torat layangkan surat kepada dosen yang sudah pensiun agar meninggalkan perumahan dosen. Namun, berbagai alasan diterima pihak rektorat. Yusuf bilang, beberapa dosen beralasan tidak memiliki rumah selain di USU. Pun untuk penggunaan rumah sebagai kontrakan, malah mahasiswanya mengaku sebagai kerabat dosen. ”Jadi susah untuk bersikap tegas,” sahutnya. Keduanya menjadi pekerjaan rumah yang ditinggalkan Rektor USU Periode
Sejumlah mahasiswa yang akan menaiki bus kampus di zona lintas USU depan Fakultas Ilmu Budaya, Jumat (14/11). Bus kampus merupakan salah satu program kerja Rektor Prof Syahril Pasaribu yang tercapai selama menjabat. WENTY TAMBUNAN | SUARA USU
income generating dan penataan infrastruktur dan fasilitas kampus. Namun, setelah lima tahun tak semua diselesaikan dengan baik oleh Prof Syahril. Prof Syahril mengamini. Menurutnya yang paling belum maksimal adalah keamananan dan akademik. Prof Syahril tak bicara banyak terkait keamanan. Namun, mengenai akademik, menurutnya USU sudah punya fasilitas penunjang akademik yang maksimal, hanya peningkatan nilai akademik yang kurang. Contohnya, riset dan penelitian yang dilakukan dosen dan mahasiswa. Menurutnya, USU akan dengan mudah mencapai akreditasi A di tahun 2017 nanti kalau riset dan penelitian ini ditingkatkan. Erwin Nasution, alumni sekaligus Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Fakultas Pertanian (FP) setuju. Menurutnya, akreditasi universitas berpengaruh pada peluang kerja tamatan USU nanti. “Kalau masih B, perusahaan nggak akan langsung terima,” terangnya. Akreditasi tentu menjadi salah satu evaluasi di masa kepemimpinan Rektor Prof
sahutnya. Pun Erwin sepakat masih ada prioritas lain yang harus dikejar ketimbang Kwala Bekala, yaitu perumahan dosen. Bagaimanapun, perumahan dosen adalah milik USU. Seharusnya rektorat lebih tegas kepada dosen-dosen yang sudah pensiun, agar tak menggunakannya menjadi rumah pribadi. Apalagi sampai dijadikan lahan bisnis untuk kontrakan mahasiswa. “Padahal lahan rumah-rumah dosen itu bisa digunakan untuk pembangunan USU juga.” WR V Yusuf Husni sampaikan kesulitan utama dalam pembangunan Kwala Bekala adalah keterbatasan keter sediaan dana yang dimiliki USU. Sebab dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk USU tak cukup untuk membangun lahan seluas 300 hektare tersebut. “Pun susah jalin kerja sama dengan pihak luar,” sahutnya. Namun Yusuf bilang pemeliharaan tetap dilakukan di sana. Gedung untuk Fakultas Kehutanan (Fahuta) juga baru tahun depan akan mulai dibangun di sana. Terkait rumah dosen, jauh hari sebelumnya rek-
2005-2010 Prof CPL lima tahun lalu. Ada satu lagi yang ditinggalkan Prof CPL untuk diteruskan Prof Syahril. Rumah Sakit (RS) USU. Sejak rampung 2011 lalu, RS USU tak kunjung diresmikan. Ke tersediaan fasilitas menjadi masalah saat itu. Hingga kini, saat bangunan fisik, fasilitas, tenaga kepegawaian sudah lengkap, RS USU masih belum diresmikan. Prof Syahril bilang tak ada masalah apa-apa tentang RS ini. Yang jadi kendala ialah tak ada dana untuk mengundang presiden agar resmikan RS. Akhirnya dibuatlah rencana mengundang menteri pendidikan sebagai gantinya. Kini, November adalah bulan peresmian RS USU, meskipun belum ada tanggal pastinya. “Kan sudah ganti menteri baru,” sahutnya. Masa Prof Syahril tak lama lagi. Empat bulan waktu yang tersisa belum tentu cukup perbaiki kinerja yang menurut Prof Syahril belum maksimal. Bagaimanapun akreditasi tetap menjadi pekerjaan rumah utama untuk rektor selanjutnya. “Mudah-mudah an lebih baik ke depannya,” pesan Prof Syahril.
12 riset
SUARA USU, EDISI 100, NOVEMBER 2014
Apa Kabar Jumlah Penelitian Mahasiswa Sekarang?
P
enelitian mahasiswa menjadi salah satu indikator dalam penentuan akreditasi. Pun dalam pengajuan tugas akhir. Juga digunakan dalam pengajuan beasiswa. Sebenarnya seberapa tinggi tingkat penelitian yang dilakukan mahasiswa USU? Juga seberapa pentingkah penelitian mahasiswa ini dilakukan? Jajak pendapat ini dilakukan dengan melibatkan 387 1. Apakah Anda pernah atau tidak pernah membuat penelitian?
mahasiswa USU, sampel diambil secara accidental dengan mempertimbangkan proporsionalitas di setiap fakultas. Kuisioner disebar dalam rentang waktu 11-18 Oktober 2014. Dengan tingkat kepercayaan 94 persen dan sampling error enam persen, jajak pendapat ini tidak dimaksudkan untuk mewakili pendapat seluruh mahasiswa USU. (Litbang) 4. Berapa kali anda sudah membuat penelitian?
2. Jika pernah untuk keperluan apa Anda membuat penelitian?
5. Jika tidak pernah apa alasan Anda tidak membuat penelitian?
3. Jika tidak pernah apa yang menjadi hambatan Anda untuk membuat penelitian?
6. Apakah di fakultas Anda ada pengharusan membuat penelitian?
AUDIRA AININDYA | SUARA USU
SUARA USU, EDISI 100, NOVEMBER 2014
dialog 13
Mengenal Pemilihan Rektor
Pascastatuta Baru USU
U
SU resmi menyandang status Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH) pada Maret lalu saat dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No 16 Tahun 2014, dengan berubahnya statuta USU menjadi PTN-BH maka level USU naik satu tingkat dari universitas yang masih menyandang Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (PT-BHMN) dengan tujuan menjadi universitas yang berkualitas. Persyaratan pemilihan rektor tak jauh berbeda dari statuta USU saat masih PT-BHMN, namun ada beberapa penambahan terkait syarat-syarat pemilihan rektor. YULIEN LOVENNY ESTER | SUARA USU
Biodata
Nama: Prof Alvi Syahrin
Bagaimana syaratsyarat pemilihan Rektor USU setelah terjadi perubahan statuta USU menjadi PTN-BH?
Tempat dan Tanggal Lahir: Medan, 31 Maret 1963
Pendidikan: SD Negeri No 4 Titi Papan Medan Deli (1970-1973) SMP Negeri 9 Medan (1973-1976) SMA Negeri 2 Medan (1976-1980) S1 Fakultas Hukum USU (1980-1985) S2 Fakultas Hukum Universitas Airlangga (19901992) S3 Fakultas Hukum USU (1998-2001)
Jabatan: Guru Besar Hukum Pidana/Lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (2003)
Apakah penambahan syarat-syarat rektor pada statuta PTN-BH memengaruhi peraturan MWA tentang syarat-syarat pemilihan rektor? Bagaimana ketentuan mengenai teknis pelaksanaan pemilihan rektor, apakah ada yang berbeda?
Sekretaris Majelis Wali Amanat USU (2004-2009, 2009-2014)
Sekretaris Program Magister Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana USU (2002 -2005)
Ketua Program Doktor (S3) dan Magister (S2) Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (PSL) Sekolah Pascasarjana USU (2004 -2010); Wakil Direktur II Sekolah Pascasarjana USU (2010 - 2015);
Sebelumnya, sudah adakah waktu yang ditetapkan MWA terkait jadwal pemilihan rektor?
Apa harapan Anda untuk calon rektor nanti?
Salah satunya yaitu belum berusia 60 tahun pada saat dilantik menjadi rektor seperti yang tercantum di PP No 16 Tahun 2014 Pasal 29 No 2a. Hal ini secara otomatis juga memengaruhi peraturan Majelis Wali Amanat (MWA) terkait syarat-syarat pemilihan rektor yang mengacu pada PP No 16 tahun 2014. Lalu, bagaimana syaratsyarat pemilihan rektor pascastatuta baru USU? Seperti apa teknis pelaksanaan pemilihan rektor pascastatuta baru USU? Berikut adalah wawancara reporter SUARA USU Apriani Novitasari dengan Prof Alvi Syahrin, Sekretaris MWA periode 2009-2014.
Persyaratan umum untuk menjadi Rektor USU tercantum dalam Statuta USU dan persyaratan khusus menjadi Rektor USU tercantum dalam Peraturan MWA No 3 Tahun 2014. Secara umum, calon rektor memenuhi persyaratan yakni belum berusia 60 tahun pada saat dilantik menjadi rektor; mampu melaksanakan perbuatan hukum; berkewarganegaraan Indonesia; sehat jasmani dan rohani; memiliki integritas, komitmen, dan kepemimpinan yang tinggi; berwawasan luas mengenai pendidikan tinggi; tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan ancaman pidana penjara paling singkat 4 tahun; serta berpendidikan doktor (S3). Untuk persyaratan khusus yaitu: tidak pernah melanggar etika dan moral; memiliki pengala man manajerial terutama di lingkungan pendidikan tinggi; mampu menerjemahkan visi dan misi USU serta bersedia dan berkomitmen melaksanakan renstra universitas dalam program kerjanya; memiliki jiwa kewirausahaan; tidak mengikuti pendidikan formal atau nonformal lebih dari enam bulan berturut-turut dalam masa jabatan. Selanjutnya, tatacara pemilihan Rektor USU sebagaimana diatur dalam Peraturan MWA No 3 Tahun 2014, dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu penjaringan, penyaringan dan pemilihan. Beberapa penambahan persyaratan tersebut, berpengaruh terhadap aturan pelaksana Statuta USU dalam hal ini Peraturan MWA. Peraturan MWA tidak boleh bertentangan dan harus sejalan dengan Statuta USU.
Ketentutan pelaksanaan pemilihan Rektor di aturan pada Pasal 5 sampai Pasal 8 Peraturan MWA No. 3 Tahun 2014, tidak banyak perbedaan dengan tatacara pemilihan yang lalu, perbedaannya hanya terdapat pada tahap penjaringan, yaitu: Pemilihan rektor diselenggarakan paling lama lima bulan sebelum masa jabatan rektor berakhir melalui tahapan penjaringan, penyaringan dan pemilihan. Untuk tahapan penjaringan, Senat Akademik (SA) membentuk panitia penjaringan calon rektor, yang terdiri dari 4 dari untur MWA, 3 orang dari unsur SA, 3 orang perwakilan Dewan Guru Besar dan 1 orang dari perwakilan Rektorat. Ketuanya berasal dari unsur MWA dan sekretarisnya berasal dari unsur SA. Pada tahap ini pula panitia melakukan penjaringan terhadap calon rektor yang memenuhi persyaratan administratif untuk mengikuti audisi, yang dihadiri oleh civitas Akademika, tokoh masyarakat, dan unsur lain yang akan ditetapkan panitia. Calon rektor yang telah mengikuti audisi diajukan oleh panitia kepada SA untuk mengikuti tahapan penyaringan. Tahapan penjaringan dilaksanakan dalam rapat SA melalui pemberian skor/nilai untuk mendapat lima nama calon rektor. Tata pemberian skor/nilai diatur lebih lanjut dalam peraturan SA. Terhadap lima nama calon rektor tersebut, dilakukan pemilihan oleh SA untuk mendapat dua nama calon rektor. Pemilihan dilaksanakan secara langsung, bebas dan rahasia. Setiap anggota SA memiliki satu suara. Kemudian, dua nama itu diajukan SA kepada MWA untuk mengikuti tahapan pemilihan rektor. Tahapan pemilihan rektor dilaksanakan dalam rapat MWA dengan acara tunggal pemilihan rektor. Menteri memiliki 35 persen hak suara, sisanya 65 persen suara untuk setiap anggota MWA yang hadir. Sebenarnya, MWA sudah membuat rencana terkait jadwal pemilihan rektor, yaitu: panitia pemilihan rektor selambat-lambatnya tanggal 30 September 2014 telah menyelesaikan tugasnya serta menyampaikan dua nama calon rektor kepada SA. Selambat-lambatnya, tanggal 3 Oktober, SA sudah ditetapkan dua nama rektor dan diserahkan pada MWA. Selambat-lambatnya tanggal 10 Februari 2015 anggota MWA yang baru telah melakukan pemilihan rektor sehingga rektor baru segera dilantik, karena Rektor USU Prof Syahril Pasaribu pada tanggal tersebut genap berusia 65 tahun. Untuk tidak terjadinya kekosongan jabatan rektor, perlu dipercepat pemilihannya.
Calon rektor nanti harus lebih memahami apa itu PTN-BH, visi dan misi USU serta program kerja USU kedepannya seperti yang tertulis dalam Rencana Strategi dan Rencana Jangka Panjang USU. Selain itu, Rektor USU nantinya membuat rencana untuk menghadapi masa depan USU sesuai visi, misi dan tujuan dengan langkah-langkah strategis, serta segera melaksanakan langkah-langkah tersebut. Rektor USU ke depan hendak mempunyai motto “berdampingan dalam satu tujuan�. Mantan rektor tetap menjadi mitra dan memberikan masukan pemikiran bagi rektor baru.
14 ragam
SUARA USU, EDISI 100, NOVEMBER 2014
Ancang-ancang Polmed,
Lazuardi Pratama
Politeknik Negeri Medan alias Polmed mulai ambil posisi untuk relokasi lahan kampus. Peralihan aset antara USU-Polmed belum jelas.
P
uluhan pekerja mengelilingi gedung yang sedang dibangun itu dari berbagai sisi. Ada yang mengecor, memaku kayu-kayu penyangga juga mengangkut semen. Gedung itu baru terbangun dua lantai dari rencana lima lantai. Nantinya, itu akan jadi laboratorium teknik mesin. Di sisi lain, Polmed yang menaungi gedung itu sudah ambil posisi untuk segera relokasi. Rencana relokasi Polmed sudah sejak dulu. Bahkan, Pembantu Direktur IV Bidang Aset dan Kerja Sama Cipta Darma lupa kapan tepatnya. Sejak awal, direktorat berpikir lahan seluas delapan hektare sekarang tidak potensial untuk dikembangkan. Jadilah rencana relokasi mulai digagas. Rencana awalnya adalah mencari lokasi yang pas dengan karakteristik politeknik. “Kita upayakan yang bekas lahan pabrik biar mudah untuk praktik,” kata Cipta. Sampai sekarang, sudah banyak lokasi yang dikira-kira cocok, seperti beberapa lahan di Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang. Kini pilihan mengerucut menjadi dua: lahan perkebunan antara Medan-Tanjung Morawa kilometer 12 dan 13. Kedua lahan tersebut sama-sama
Pindah dari USU
seluas empat puluh hektare dan berada pada lahan perkebunan. “Kita juga cari lahan kebun, nanti mau buat program studi pertanian,” katanya. Kedua lahan itu milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IV yang sudah tidak digunakan untuk perkebunan lagi. Untuk mendapatkannya, Polmed perlu membayar. Anggaran sudah diusulkan ke pemerintah tahun lalu. Seharusnya sudah cair pertengahan tahun ini, tapi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPRRI) yang sahkan anggaran diganti, sehingga sampai saat ini ditunda. “Itu tinggal ketuk palu,” kata Cipta. Anggaran itu harus cair sebelum akhir tahun. Bila tidak cair, duit dikembalikan ke negara dan rencana relokasi jadi tertunda. Maklum, Cipta yang juga ketua relokasi ini sudah memasang timeline. Setelah pembelian lahan, pihaknya menganggarkan pembangunan gedung administrasi di sana. Lalu auditorium atau gedung serbaguna. Kemudian gedung kuliah yang dimulai dari program studi yang afiliasinya niaga hingga teknik. “Mesinmesin itu, kan, berat. Kalau dipindah-pindah nanti dia mudah rusak,” katanya. Sempat terjadi konflik untuk membujuk DPR-RI dan pemerintah mencairkan dananya, untuk itu perlu adanya rekomendasi dari pihak-pihak terkait. Rekomendasi didapat Polmed dari DPRD Sumatera Utara, Bupati Deli Serdang hingga USU. “Kemendikbud sempat
bingkai
Gedung Politeknik Negeri Medan (Polmed) dari ketinggian di Jalan Almamater, Kamis (7/11). Rencananya Polmed akan direlokasi ke Tanjung Morawa. YULIEN LOVENNY ESTER G | SUARA USU
panggil kita (Polmed dan USU—red). Mereka kira kita ada masalah karena kita ngotot minta pindah dari sini,” kata Cipta. Hal itu juga dikonfirmasi USU lewat Wakil Rektor V Yusuf Husni. “Saya yang dipanggil (mewakili USU—red) kemarin,” katanya.
Rencana Pindah dan Gedung Baru Muhammad Zuhri Maulana Nasution m e n y a y a n g k a n pembangunan gedung baru dekat gedung direktorat. Sementara rencana relokasi sudah mulai berjalan. Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Polmed ini berujar gedung itu harusnya masih bisa dipakai lebih lama dari rencana relokasi. “Saya sih memandang relokasi bakal lebih lama lagi,” katanya. Di sisi yang sama, Cipta sepakat. Tapi fungsi gedung
Peralihan Aset Belum Jelas Sampai kini, belum ada pembicaraan lebih lanjut ihwal peralihan aset Polmed pascapindah ke USU. Cipta mengakui belum ingin membicarakannya dengan USU sebab menunggu kejelasan anggaran pembelian lahan lebih dulu. “Tapi biasanya ada proses ganti rugi,” katanya. Soal pembicaraan lebih lanjut, Yusuf membenarkan. Tapi ia berbeda pandangan
soal peralihan aset. Aset Polmed berupa lahan dan gedung sekarang adalah milik USU. Ini disebabkan Polmed adalah bagian dari USU sebelum berdiri sendiri tahun 1998. “Itu izin-izin (terkait aset—red) sampai sekarang masih lewat USU,” kata Yusuf. Yusuf beralasan peralihan aset itu sudah diatur dalam statuta USU Perguruan Tinggi Badan Hukum (PTNBH) yang memungkinkan perguruan tinggi PTN-BH berhak mengelola asetnya sendiri. Aset yang menjadi milik USU tidak termasuk barang seperti komputer dan kursi. “Kalau gedungnya bisa dibawa, bawalah itu,” ujarnya. Namun Cipta berkata lain. Keputusan itu harusnya dibahas dulu di meja runding agar tidak terjadi hal-hal yang secara sepihak dan melawan hukum.
Prof Runtung. Tersebutlah dua nama, Prof Syahril Pasaribu, Dekan Fakultas Kedokteran dan Ismeth Danial Nasution, Dekan Fakultas Kedokteran Gigi. Dilakukan pengambilan suara di MWA. Keluarlah Prof Syahril menjadi Rektor USU periode 2009-2014 dengan perolehan suara tertinggi. Begitu gambaran yang dapat diingat Prof Runtung. Maklum, kejadiannya sudah lima tahun lalu. “Saya tak ingat betul,” sahutnya.
Kini, masa Rektor Prof Syahril akan berakhir Maret 2015 nanti. Dalam Peraturan MWA No 3 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pengangkatan, serta Pemberhentian Rektor dan Wakil Rektor Pasal 5 Ayat 1 menyebutkan pemilihan rektor baru dilakukan paling lama lima bulan sebelum masa jabatan rektor berakhir. Pun, dalam peraturan yang sama disebutkan proses yang akan dilalui dalam pemilihan rektor.
jauh lebih mendesak. Laboratorium teknik mesin yang ada selama ini sudah tidak layak pakai. Mesin-mesin yang masih digunakan sudah sangat kuno. “Peralatannya sudah dari tahun 1982, sudah out of date,” katanya. Jadi, selagi relokasi berjalan, laboratorium lima lantai ini akan dipakai lebih dulu.
Pemililihan Rektor USU Tersandung Teken Menteri Yulien Lovenny Ester G
Masa kepemimpinan Rektor Prof Syahril Pasaribu akan berakhir. Harusnya ada kepanitiaan dibentuk untuk pemilihan rektor baru. Namun, hingga kini masih tunggu surat Kemendikbud terkait anggota Majelis Wali Amanat (MWA) USU yang baru.
Akhir tahun 2009 silam, Sutomo Kasiman, Ketua Senat Akademik (SA) saat itu menunjuk Prof Runtung Sitepu, Dekan Fakultas Hukum sebagai Panitia Penyelenggara Penjaringan dan Penyaringan Calon Rektor (P4CR) USU Periode 2010-2015. Jadilah Prof Runtung menunjuk Prof Armansyah Ginting, Dekan Fakultas Teknik, sebagai sekretaris, Dedi Dinarta, sebagai anggota dan enam orang lain untuk turut serta menemaninya.
Kepanitiaan dimulai sejak akhir tahun 2009 setelah masa Rektor Prof Chairuddin Panusunan Lubis berakhir. Tahap pertama adalah pendaftaran nama bakal calon rektor pada panitia. Selanjutnya, nama-nama yang ada diberikan pada SA untuk diseleksi, disebut proses penjaringan. Setelah proses penjaringan SA, nama-nama yang terjaring diberikan pada MWA untuk disaring. “Proses penyaringan di SA dan di MWA selisih satu hari,” ujar
SUARA USU, EDISI 100, NOVEMBER 2014 Panitia Pemilihan rektor periode 2015-2020 diisi oleh empat orang perwakilan MWA, tiga orang perwakilan SA, tiga orang perwakilan Dewan Guru Besar (DGB) dan satu orang mewakili rektorat. Prosesnya tak beda dibandingkan lima tahun lalu, kata Prof Runtung. Dimulai dari penyaringan secara tunggal oleh SA. Selanjutnya, proses pemilihan oleh MWA. Pemilihan dilakukan setelah wawancara panel terhadap calon yang diajukan SA. Saat inilah para calon rektor akan sampaikan visi misi untuk USU. Calon rektor dengan suara tertinggi ditetapkan
oleh MWA sebagai rektor terpilih. Prof Runtung bilang ada halberbedayangkemungkinan akan diterapkan dalam pemilihan rektor periode ini. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 16 Tahun 2014 Tentang Statuta USU Pasal 29 Ayat 2a menyatakan rektor periode mendatang harus dilantik sebelum berusia 60 tahun. “Lima tahun lalu tak ada syarat seperti itu, tapi MWA menetapkan saja kalau itu bukan masalah,” lanjutnya. ProfAlviSyahrin,Sekretaris MWA periode 2009-2014 bilang sebelumnya tak ada peraturan menteri terkait usia
rektor. Tapi Prof Alvi setuju dengan peraturan ini. Prof Alvi bilang pembatasan umur ini untuk regenerasi. “Misal saya pimpinan saudara, hormat enggak Anda sama saya? Kalau seandainya saya naik lagi padahal seharusnya itu generasi saudara bagaimana?” ujar Prof Alvi. Masih Tunggu Teken Menteri Pemilihan rektor harus sudah dilakukan lima bulan sebelum masa rektor berakhir. Kini susunan panitia pun belum ada. Hal ini berkaitan dengan status keanggotaan MWA yang belum pasti.
Tim Horas,
ragam 15
Status keanggotaan MWA masih menunggu surat keputusan (SK) Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Nanti, setelah SK diterima, MWA yang lama dan MWA periode sekarang bersama memilih ketua dan sekretaris MWA. Ketua MWA terpilih yang akan membentuk panitia pemilihan rektor. Hal ini diamini Prof Chairul Yoel, Ketua SA periode 20152020. Ia bilang kemungkinan proses pemilihan rektor akan diundur. “Belum ada perkembangan karena ada restrukturisasi di Dikti (Dirjen Pedidikan dan Perguruan Tinggi –red), sehingga belum
diproses,” sahutnya. Tapi Prof Runtung optimis pemilihan rektor akan berlangsung tepat waktu yakni bulan Januari. “Tarok-lah akhir November ini disahkan, masih ada dua bulan waktu persiapkan,” ujar Prof Runtung. Selain itu Prof Alvi bilang jika sudah ada keputusan dari Dikti maka tahap penjaringan dan penyaringan serta pemilihan dapat diselesaikan dengan cepat. “Misalnya tahap penjaringan dua minggu, tahap penyaringan seminggu. Tiga minggu setelah itu pemilihan,” ujar Prof Alvi.
Masih Dijerat Kekurangan Dana Amelia Ramadhani
Tim Horas USU tetap ikuti kejuaraan Shell Eco-marathon (SEM) Asia 2014 meski tak ada jaminan dana. Untuk 2015, itu terulang lagi.
T
ahun ini Tim Horas ikuti SEM Asia 2014 di Manila, Filipina. Digawangi Himsar Ambarita, Pembimbing Tim Horas, mereka cari sponsor untuk penuhi kebutuhan dana. Kini, Tim Horas sedang persiapkan diri untuk SEM Asia 2015. Diadakan pada 25 Februari hingga 1 Maret mendatang di sirkuit yang sama. Himsar cerita saat ini tim sedang lakukan pengujian emisi dan pencapaian jarak tempuh per liter bahan bakar. Tim Horas kembali ikuti klasemen urban etanol dan diesel. Himsar bilang tim perlu merombak desain mobil. Massa mobil dikurangi hingga lebih ringan dan aerodinamik. Tim juga perbarui target jarak tempuh per liter. Ditingkatkan menjadi 150 km/liter diesel dan 250 km/liter etanol setelah sebelumnya hanya 100 km/liter diesel dan 200 km/ liter etanol. Namun kini, Tim Horas hadapi masalah yang sama, kekurangan dana Rp 500 juta. Rinciannya, pembuatan mobil, biaya pengiriman mobil, serta tansportasi dan akomodasi selama kejuaraan. Dana yang ada berkisar Rp 150 juta. Berasal dari uang hasil menang kejuaraan tahun ini, iuran anggota dan sumbangan alumni. Himsar
YULIEN LOVENNY ESTER G | SUARA USU
KERANGKA
Bentuk pola mobil yang belum selesai pengerjaanya di Laboratorium Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Jumat (3/10). Tahun 2014 Tim Horas akan mengikuti kejuaraan SEM di Filipina, namun masih terkendala dana.
bilang uangnya kandas untuk pembuatan mobil dan ongkos kirim nanti. Untuk itulah tim ajukan proposal untuk pengadaan dana. Kini, tim sedang menunggu cairnya dana dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi, PT Telkom, Perseroan Terbatas Perkebunan Negara (PTPN) I, II, III, dan IV, serta Deli Tire— PT Industri Karet Deli. Tim juga ajukan proposal ke rektorat tiga bulan sebelum keberangkatan. Namun dananya tak bisa dikeluarkan sebelum kejuaraan dimulai. “Sejak pertama kali ikuti kejuaraan 2012 silam memang seperti itu,” kata Himsar. Wakil Rektor III Raja
Bongsu Hutagalung tak berikan banyak solusi terkait dana. Ia sarankan agar tim mencari sponsor berpeluang besar. Juga, “manfaatkan alumni yang sudah besar,” sahutnya. Kemungkinan terburuk, tim harus ambil tindakan tegas. Tahun lalu anggota tim mengeluarkan uang pribadi untuk transportasi dan akomodasi. Untuk minimalisir pengeluaran mereka memesan tiket pesawat saat promo. Jika memungkinkan biayanya akan diganti setengah. Jika tidak, “kita harus berkorban demi nama USU,” sahut Himsar. Janji Gubernur Arie M Bangun, Manajer
Diesel Tim Horas cerita, Desember 2012 lalu saat tim tak jadi pemenang SEM Asia 2012, USU adakan acara, apresiasi karena mobil yang diperlombakan berhasil melaju hingga 90km/liter. Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Gatot Pujo Nugroho, turut hadir. Dalam kata sambutannya, ia bilang akan beri bantuan senilai Rp 750 juta untuk pengembangan mobil hemat energi tim menuju SEM Asia 2013. Dananya akan dianggarkan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 2013. SEM Asia 2013 berakhir, dananya tak kunjung diterima. Kepala Subbagian Badan
Perencaaan Pembangunan Provinsi Sumatera Utara (Sumut) Muhammad Henry Pohan bilang 2013 lalu keuangan Sumut tak mampu penuhi hibah yang dijanjikan. Oktober 2013, Arie memasukkan proposal ke Pemerintah Provinsi Sumut sebagai persyaratan pemprosesan hibah yang dijanjikan gubsu. Angka Rp 1,01 miliar diajukan. Henry bilang dana yang diberikan tak sebanyak itu, hanya Rp 500 juta yang diberikan. Pencairan dana dilakukan paling lambat Oktober tahun ini. Kini, Dokumen Pelaksana Perubahan Anggaran-Surat Ketetapan Pajak Daerah (DPPA-SKPD) berisi proposal permintaan dana Tim Horas sudah di tangan Gubsu. Akan dibahas oleh Gubsu bersama sekretaris daerah (sekda) Provinsi Sumut. Namun, “belum bisa, Pak Sekda lagi di Jakarta,” sahut Henry. Henry tegaskan, dananya pasti cair tahun ini. Henry bilang sebaiknya tim segera menyurati Dinas Pendidikan Kota Medan untuk permohonan pencairan sebab perintahnya dari Dinas Pendidikan. Menanggapi hal ini, Arie bilang mereka akan segera ke kantor Gubsu ketika sekda kembali dari Jakarta. Ia berencana tanyakan bagaimana proses pencairan dana yang dimaksud. “Kita belum tahu kontennya apa saja, jadi mau ditanya dulu,” tambahnya. Lanjutnya, “kalau enggak cair juga sampai akhir November ini, konferensi pers juga kami.”
16 halaman persembahan
SUARA USU, EDISI 100, NOVEMBER 2014
Fakta tentang Pers Mahasiswa SUARA USU 1
SUARA USU berdiri pada 1 Juli 1995, tepat 19 tahun lalu. 2. SUARA USU punya Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ ART) sebagai pedoman mengambil keputusan. AD/ ART bisa diubah pada RUA atau Rapat Istimewa dan harus dihadiri oleh anggota muda, anggota biasa, dan anggota luar biasa.
.
3 SUARA USU telah dipimpin oleh 19 orang pemimpin umum sejak 1995.
4. SUARA USU adalah satu-satunya unit kegiatan mahasiswa (UKM) tingkat universitas yang bergerak di bidang jurnalistik, karenanya surat keputusan (SK) kepengurusan dikeluarkan oleh rektor. 5. Dalam strukturalnya, SUARA USU dilindungi Rektor USU dengan penasihat Wakil Rektor III.
6. Motto SUARA USU adalah realitas perspektif mahasiswa, artinya semua pemberitaan yang dihasilkan berdasarkan fakta dari sudut pandang mahasiswa. 7. Pengurus harian SUARA USU ada enam orang, yakni pemimpin umum, sekretaris umum, bendahara umum, kepala litbang, pemimpin perusahaan, dan pemimpin redaksi. 8. SUARA USU punya empat macam produk, yakni majalah, tabloid, koran dinding, dan portal berita online: suarausu.co.
9. SUARA USU memiliki tiga bagian. Pertama, Redaksi bertanggung jawab mengelola pemberitaan di produk SUARA USU. Perusahaan bertugas mengelola pemasukan untuk SUARA USU, termasuk iklan, sirkulasi produk cetak, jasa cetak spanduk dan stiker
serta promosi SUARA USU. Litbang bertanggung jawab atas pengembangan sumber daya manusia (PSDM), pengadaan jajak pendapat, serta arsip SUARA USU. 10. SUARA USU sudah melahirkan 32 angkatan sejak 1995 hingga kini.
11. Ada beberapa jenis anggota SUARA USU. Anggota magang ialah calon anggota yang masih proses penilaian untuk menjadi anggota muda. Anggota muda ialah anggota magang yang lulus seleksi namun belum punya kartu pers. Anggota biasa ialah anggota yang telah menjadi anggota muda selama enam bulan. Anggota luar biasa adalah anggota yang telah menyelesaikan masa bakti selama tiga tahun di SUARA USU, disebut alumni. Anggota kehormatan ialah penasihat yang berasal dari rektorat yaitu Wakil Rektor III. 12. Anggota SUARA USU punya masa bakti selama 3 tahun. Intinya, tidak jadi alumni kalau belum selesai mengabdi. 13. Penerimaan anggota dilakukan dua kali dalam setahun. Khusus untuk mahasiswa tahun pertama. Jadi, mahasiswa semester tua tidak boleh daftar lagi.
14. Rekrutmen melalui beberapa tahap, yakni wawancara, magang selama tiga hingga empat bulan dan wawancara kelulusan. Selama magang, anggota magang dibekali ilmu jurnalistik, pengenalan dan pemahaman mengenai SUARA USU.
15. Semua anggota SUARA USU memiliki kartu pers sebagai reporter. Dikarenakan semua anggota SUARA USU meliput dan menulis berita meskipun deskripsi kerjanya bukan reporter. Kartu pers berlaku untuk satu kali kepengurusan. 16. Kartu pers baru diserahkan setelah menjadi anggota biasa.
17. Non-anggota, termasuk anggota magang SUARA USU dilarang masuk ke sebuah ruangan di dalam sekretariat, disebut newsroom. Sebab ruangan itu digunakan untuk melakukan semua tugas atau pekerjaan yang tidak bisa ditampilkan pada nonanggota.
18. Dalam melakukan kegiatan, SUARA USU menentukan program kerja (progja) yang akan dikerjakan selama satu periode. Progja harus melalui kesepakatan seluruh anggota dan ditentukan saat rapat kerja. 19. SUARA USU juga adakan sejumlah acara. Seperti pelatihan, baik tingkat dasar maupun tingkat nasional, atau perlombaan jurnalistik dan semacamnya. Ini dilakukan untuk menempah kreativitas dan kemampuan anggota dalam mengonsep pagelaran. Supaya tak hanya jago di bidang jurnalistik, namun juga teknis pengorganisasian. 20. SUARA USU punya beberapa jenis rapat. Rapat bagian, rapat pengurus, rapat kepanitiaan, rapat harian, rapat kerja, rapat umum anggota, dan rapat istimewa.
21. Rapat bagian dilakukan per bagian. Ada rapat Dewan Redaksi, rapat Litbang, rapat Perusahaan dan rapat Umum. 22. Rapat pengurus dihadiri oleh enam orang pengurus, membahas perkembangan bagian, pembahasan perkembangan dan evaluasi kinerja ataupun keaktifan anggota.
23. Rapat kepanitiaan dilakukan oleh masingmasing kepanitiaan yang dibentuk untuk menanggungjawabi kegiatan di SUARA USU. Tak jarang dalam waktu bersamaan ada lebih dari satu kepanitiaan. 24. Rapat harian dilakukan
dua kali seminggu, tiap Rabu pukul 15.00 WIB dan Sabtu pukul 14.00 WIB. Wajib diikuti semua anggota SUARA USU. 25. Ada tiga hal yang diperkenankan untuk izin dan tidak hadir dalam rapat SUARA USU. Urusan akademik, urusan keluarga yang mendesak, dan sakit.
26. Rapat harian dilakukan untuk mengetahui perkembangan kegiatan dan program kerja SUARA USU yang ditanggungjawabi tiap bagian. 27. Anggota yang tidak hadir rapat harian tiga kali berturut-turut tanpa alasan diberikan sanksi berupa surat peringatan (SP). 28.Jika surat peringatan sudah mencapai tiga kali maka anggota tersebut akan dicabut status keanggotaannya (SP3).
29. Rapat kerja (raker) dilakukan sekali dalam satu caturwulan (cawu), mengevaluasi progja cawu sebelumnya dan merumuskan progja cawu ke depan. Raker biasanya menghabiskan waktu semalaman.
30. Rapat Umum Anggota (RUA) dilakukan di akhir kepengurusan, untuk mengevaluasi kepengurusan periode sebelumnya dan merumuskan kepengurusan periode selanjutnya. 31. Rapat istimewa dilakukan bila ada hal mendesak dan tidak tercantum dalam rapat lainnya, misal perubahan AD/ART atau pergantian pemimpin umum. Rapat istimewa pernah dilakukan di 2008 silam. 32. Dilarang memakai celana pendek saat rapat harian, rapat SUARA USU.
33. Sekretariat UKM Pramuka sering dikira Sekretariat SUARA USU karena berdiri tepat di depan. 34. Sekretariat SUARA USU bersebelahan dengan TK Dharma Wanita, anggota SUARA USU sering gunakan
TK Dharma Wanita sebagai tempat rapat bagian atau rapat kepanitiaan karena keterbatasan tempat.
35. Sebelum punya gedung sekretariat, SUARA USU pernah menumpang di gedung sekretariat Pemerintahan Mahasiswa USU pada 1995. Juga berpindah-pindah dari satu rumah anggota ke rumah anggota lainnya.
36. Sekretariat SUARA USU awalnya gudang peralatan TK Dharma Wanita yang diberikan di tahun 1997. Beberapa renovasi dilakukan hingga sekarang.
37. Setiap anggota dapat jatah piket untuk jaga kebersihan dan kerapian sekretariat tiap harinya. Ada hukuman bagi yang tidak menjalankan piket! 38. Tahun ini untuk pertama kalinya Sekretariat SUARA USU adalah kawasan tanpa rokok! 39. Ada enam lemari di Sekretariat SUARA USU yang menampung semua arsip sejak 19 tahun yang lalu. Termasuk buku-buku koleksi SUARA USU. 40. Dinding Sekretariat SUARA USU dipenuhi sampul tabloid dan majalah yang dibingkaikan sejak pertama kali terbit hingga penerbitan terakhir. Total ada 109 produk cetak yang digantung. Sembilan puluh sembilan tabloid, empat buletin, dan enam majalah. 41. Sekretariat SUARA USU pernah diserang oknum tak dikenal pada 2004 karena ketidaksepahaman mengenai pemberitaan SUARA USU. Kemudian Pemimpin Redaksi dan salah satu anggota kala itu sempat diserempet mobil tak dikenal.
42. Sekretariat SUARA USU tak pernah kosong kecuali jika SUARA USU punya kegiatan di luar kota dan sedang masa liburan panjang.
SUARA USU, EDISI 100, NOVEMBER 2014
43. Anggota SUARA USU sering menginap di sekretariat untuk menyelesaikan pekerjaan, rapat, baca buku,atau bertemu anggota lain.
44. SUARA USU memfasilitasi anggota untuk magang di media massa lokal maupun nasional.
45. Untuk menambah wawasan mengenai gambaran kerja di media profesional SUARA USU mengadakan kunjungan media massa. Biasa dilakukan sekali dalam satu cawu. 46. SUARA USU kerap melakukan diskusi internal. Diharapkan menambah wawasan dan menumbuhkan budaya diskusi antar-anggota.
47. SUARA USU mengundang organisasi mahasiswa di USU untuk turut serta dalam diskusi eksternal dengan mengundang narasumber yang sesuai topik diskusi. Topik diskusi tidak jauh dari permasalahan kampus. 48. Selain evaluasi progja, ada evaluasi diri anggota. Yaitu evaluasi kinerja oleh kepala bagian dan evaluasi oleh seluruh anggota SUARA USU. 49. Di akhir cawu, PSDM akan mengadakan games yang melibatkan seluruh anggota sebagai hiburan.
50. Setiap tahun SUARA USU mengadakan agenda refreshing. Biasanya ke luar kota selama tiga hari 51. Di pengujung tahun, Redaksi adakan Redaksi Award sebagai apresiasi anggota. Kriterianya ditentukan Dewan Redaksi. Dewan Redaksi adalah jajaran pemimpin redaksi hingga redaktur. Disebut Dewan Redaksi karena mereka gawang seleksi produk SUARA USU. 52. Layaknya media umum SUARA USU juga punya panduan keredaksian, disebut Buku Putih.
53. Tahun ini Tabloid Mahasiswa SUARA USU terbit sebanyak lima kali, berisi pemberitaan kampus serta Kota Medan dan sekitarnya. 54. Tahun 2014, sekali terbit SUARA USU mencetak 1250 eksemplar tabloid, 1000 eksemplar disirkulasikan, lima puluh untuk pihak rektorat, tujuh puluh untuk instansi, seratus diarsipkan, sisanya untuk pengiklan dan narasumber. Kesepakatan jumlah eksemplar disepakati anggota di awal kepengurusan.
55. Tahun ini SUARA USU menerbitkan 600 eksemplar majalah. Sebanyak 450 disirkulasikan, sisanya untuk arsip, instansi, pihak rektorat, pengiklan, dan narasumber. Tahun sebelumnya, SUARA USU terbitkan seribu eksemplar dan disirkulasikan sebanyak 750. 56. Tabloid dijual seharga Rp 3 ribu, lebih murah Rp 1.075 dari harga cetak. Sedangkan majalah dijual seharga Rp 10 ribu, lebih murah Rp 6 ribu dari harga cetak.
57. Harga cetak tabloid edisi 100 sebesar Rp 5 ribu, disesuaikan dengan jumlah halaman yang bertambah.
58. Melalui riset pemasaran yang dilakukan Litbang SUARA USU pertengahan tahun ini, jumlah pembaca Tabloid Mahasiswa SUARA USU ialah 2465 orang.
59. Majalah edisi 5 dengan banner Rekonstruksi Fakta Sumatera Timur dan Sumut Merdeka merupakan tampilan baru majalah SUARA USU, sejak edisi keduanya yang terbit 2011 silam. Terbit sekali di tahun ini dengan cakupan isu Sumut dan nasional. 60. Ada lima belas rubrik di Majalah SUARA USU, yakni mejuah-juah, lepas, laporan utama, riset, rehat, ulas, lentera, opini, wawancara, apresiasi, esai foto, jelajah, figur, cogito dan kaleidoskop.
61. Koran dinding adalah produk yang dikelola anggota magang SUARA USU. Jumlah, konten, dan pembagian tugas merupakan tanggung jawab anggota magang di bawah pengawasan Redaksi. 62. Akan ada proyeksi banner—judul halaman depan—untuk tabloid dan majalah sebelum penerbitan yang diikuti oleh seluruh anggota.
63. Sebelum terbit, pengerjaan tabloid dan majalah melalui proses liputan, masa editing, masa tata letak, pracetak, cetak, dan terbit. 64. Penerbitan tabloid menghabiskan waktu selama 28 hari dan 60 hari untuk majalah. 65. Untuk penerbitan Tabloid Edisi Khusus 100 menghabiskan waktu pengerjaan hingga 60 hari.
66. Jumlah halaman Tabloid Edisi Khusus 100 bertambah dari biasanya, yakni berjumlah 32 halaman
halaman persembahan 17
setelah biasanya berjumlah 24 halaman.
67. Portal berita SUARA USU adalah suarausu.co, ini adalah domain ketiga setelah suarausu.tk dan suarausu-online.com. 68. Ada empat belas rubrik di suarausu.co meliputi Berita, Kata Kita, Cerpen, Opini, Puisi, Resensi, Editorial, Tahukah Anda, Jalan-Jalan, Sosok, Oh!, Lensa, Video, dan Laporan Panjang. 69. Sebelum menerbitkan sebuah pemberitaan akan diadakan rapat proyeksi saat rapat harian, membahas isu apa yang akan diangkat. Dilakukan dalam proses membuat berita di semua produk SUARA USU. 70. Berita untuk suarasusu.co memiliki deadline hingga diterbitkan selama tiga hari.
71. Redaksi SUARA USU menerima tulisan berupa opini, cerpen dan puisi untuk diterbitkan di produk SUARA USU. Khusus civitas akademika USU untuk diterbitkan di tabloid, dan boleh siapa saja untuk diterbitkan di suarausu.co dan majalah SUARA USU. 72. Pengunjung suarausu.co mencapai 12 ribu per harinya.
73. SUARA USU pernah menerbitkan Buletin KAMU di tahun 2004, namun hanya terbit hingga edisi kelima. 74. Evaluasi produk SUARA USU selalu dilakukan pascaterbit. Pemberitaan di suarausu.co dilakukan berkala, dalam satu cawu. Evaluasi tabloid dan majalah dilakukan seminggu setelah masa terbit. Evaluasi ini dilakukan di bawah pengawasan Redaksi.
75. Tabloid dan majalah akan diterbitkan e-papernya di suarausu.co setelah masa sirkulasi selesai.
76. Anggota SUARA USU memiliki kewajiban untuk menyirkulasikan produk cetak. Caranya terjun langsung ke mahasiswa.
77. Masa sirkulasi adalah seminggu sejak terbit di hari pertamanya. Tiap anggota punya batas minimal untuk jumlah yang disirkulasikan.
78. Dana cetak untuk Tabloid Mahasiswa SUARA USU berasal dari rektorat. Namun, bukan berarti harus mempertaruhkan independensi dan idealisme. 79. Dapat berlangganan Tabloid SUARA USU tiga edisi dengan hanya Rp 8 ribu.
80. SUARA USU sediakan jasa cetak spanduk stiker dan banner.
81. Cetak spanduk di SUARA USU seharga Rp 18 ribu per meter dan cetak stiker seharga Rp 149 ribu per meter.
82. Harga iklan di tabloid, majalah, dan online SUARA USU berbeda. Untuk suarausu.co harga iklan mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu per hari, sedangkan untuk tabloid dan majalah mulai dari Rp 106 ribu sampai Rp 985 ribu, tergantung di mana iklan diletakkan. 83. SUARA USU mengadakan kerjasama dengan pihak luar dalam hal publikasi, promosi dan kegiatan lainnya. 84. SUARA USU punya akun twitter @SUARAUSU, fanspage facebook Pers Mahasiswa SUARA USU dan akun instagram @ SUARAUSU. 85. Evaluasi sirkulasi dan iklan juga dilakukan.
86. Perbandingan jumlah halaman berita dengan halaman iklan di Tabloid dan Majalah Mahasiswa SUARA USU ialah 8:2. 87. SUARA USU adalah salah satu anggota Asosiasi Pers Mahasiswa (APM) se-Kota Medan. APM adalah wadah LPM se-Kota Medan untuk saling bertukar infomasi dan berdiskusi mengenai dinamika di LPM masing-masing, baik pemberitaan, pemasukan hingga hubungan dengan rektorat. 88. Tiap tahun SUARA USU mengadakan pelatihan jurnalistik tingkat lanjut nasional, dikenal dengan sebutan Salam Ulos— Seminggu dalam Jurnalisme Profesional. Diikuti oleh lembaga pers mahasiswa (lpm) se-Indonesia.
89. Setiap tahun SUARA USU mengirim anggotanya untuk mengikuti pelatihan jurnalistik yang diadakan oleh LPM universitas lain di seluruh Indonesia. 90. Kepustakaan SUARA USU memiliki koleksi buku hingga tiga ratus lebih judul buku.
91. SUARA USU memiliki buku pilihan dengan berbagai kategori mulai dari hukum, jurnalistik, desain, fotografi, manajemen, sumber daya manusia, ilustrasi, olahraga, politik, dan fiksi. 92. SUARA USU memiliki 26 buku wajib baca oleh anggota untuk menambah wawasan, sisanya adalah buku pilihan.
93. SUARA USU pernah menerbitkan buku berjudul Berawal dari SUARA USU yang ditulis alumni SUARA
USU. Isinya pengalaman mereka selama berproses di SUARA USU hingga menjadi besar di bidangnya masing-masing. 94. Anggota SUARA USU biasa mencurahkan isi hati di buku curhat (bucur) SUARA USU. Bucur khusus disediakan Litbang agar keluh kesah anggota dalam bekinerja maupun hal pribadi tersalurkan. 95. Surat Keputusan kepengurusan SUARA USU tahun 2012 sempat ditahan oleh rektorat disebabkan kurang suka dengan beberapa pemberitaan.
96. SUARA USU telah tiga kali di tahun 2011 sampai 2013 meraih Bronze Medal Kategori Sampul Terbaik Non-Majalah Regional Sumatera pada ISPRIMA AWARD. Sebuah ajang penghargaan bagi persma tingkat nasional yang diadakan oleh Serikat Perusahaan Pers. Ketuanya Dahlan Iskan.
97. Alumni SUARA USU banyak berkarier di media setelah selesai masa baktinya di SUARA USU. Di antaranya Metro TV, Trans TV, ANTV, NET TV, Majalah Gatra, Tempo, Harian Tribun Medan, dan lain-lain. Namun tak sedikit juga yang berkarier di bidang non-jurnalistik, seperti komisioner KPU, dosen, pegawai bank, dan wirausaha bahkan memiliki media sendiri. 98. Anggota SUARA USU memiliki kewajiban yang sama, sekalipun deskripsi kerjanya berbeda-beda. Harus menulis, ambil foto, sebar riset, sebar flyer, cari iklan, dan sirkulasi. 99. Logo SUARA USU ialah susunan kata-kata “Pers Mahasiswa SUARA USU” dengan warna hitam untuk Pers Mahasiswa dan merah untuk SUARA USU. Warna hitam memiliki makna ketegasan, merah bermakna jujur dan berani. Pers Mahasiswa menggunakan huruf Arial kapital, sedangkan kata SUARA USU gunakan huruf Impact kapital, dua berbanding lima. Logo ini termaktum dalam AD/ART.
100. Semangat awak SUARA USU adalah pembaca setianya! Terima kasih sudah bersama kami selama 19 tahun ini. Edisi 100 ini kami sajikan khusus untuk Anda!
18 ragam
SUARA USU, EDISI 100, NOVEMBER 2014
USU Jadi Lahan Basah Curanmor Amanda Hidayat dan Anggun Dwi Nursitha
Pencurian sepeda motor di USU cukup tinggi angkanya. Hal ini disebabkan kurang efektifnya kinerja keamanan USU. Kini Bagian Ketertiban dan Keamanan USU berencana perbaiki sistem keamanannya.
G
untur Kustia kuliah pukul 8 pagi hari itu, sebelum tiba di Fakultas Ilmuilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) setengah jam sebelumnya. Tiba di FISIP, Guntur parkirkan sepeda motornya di lapangan parkir FISIP. Pukul 10.15 WIB kuliahnya selesai, Guntur berniat pulang. Jadilah ia pergi ke parkiran untuk ambil sepeda motornya. Ia tak temukan apa yang dicari, yang ada malah sepeda motor milik orang lain. Guntur panik, sepeda motornya hilang. Ia tak terbiasa mengunci-gandakan sepeda motornya. Ia pikir akan aman-aman saja. Hari itu tepat Selasa, 14 Oktober. Guntur tak langsung beritahu satuan pengaman (satpam) yang bertugas. Dibantu temannya, Guntur memeriksa lokasi parkir. Nihil. Tak ada pilihan, Guntur akhirnya beritahu satpam. Jadilah mereka memeriksa parkiran sekali lagi. Tetap nihil. Guntur sesalkan satpam yang tak perhatikan sepeda motor di FISIP. Satpam FISIP, Julia Wansyah katakan pukul 08.00
pagi mereka sedang apel pagi di markas Komando USU. Lima belas menit kemudian mereka kembali ke FISIP. “Mungkin saat itu terjadi pencurian,” ujarnya. FISIP miliki empat satpam yang berjaga. Masing-masing dua orang bertugas tiap pukul 7 pagi dan 7 malam. Satpam memantau dan berkeliling mengecek tiap kendaraan. Namun, banyak juga mahasiswa yang tak menambahkan kunci ganda kendaraannya. “Seharusnya saling menjagalah,” ucapnya. Selain itu, Iwan—biasa ia dipanggil—bilang jika hendak keluar parkiran harus menunjukkan STNK, ini untuk minimalisir pencurian. Dianjurkan juga untuk memarkirkan kendaraan di tempat yang disediakan dan mudah dipantau oleh satpam. Ini bukan kali pertama. Elvi Rahmi, Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya 2011 juga alami hal yang sama. Sepeda motornya hilang di parkiran Gedung H Anif. Ia juga tak tambahkan kunci ganda. Berdasarkan data dari Kepolisian Negara RI Resort Kota Medan Sektor Medan Baru, sejak Januari hingga awal Oktober, total 118 kasus pencurian sepeda motor (curanmor) yang terjadi di USU. Sebanyak 63 kasus adalah curanmor milik mahasiswa, sisanya milik pegawai dan pengunjung. Fakultas Pertanian (FP) dan Fakultas Teknik adalah fakultas dengan curanmor terbanyak, yaitu delapan dan tujuh kasus. Perpustakaan USU menempati urutan kedua, enam kasus, sama dengan FISIP. Selanjutnya ada parkiran Biro Rektor—yang
Plang Keamanan USU
Satuan Pengamanan (Satpam) berjaga melakukan piket di kantor keamanan USU di Jalan Sivitas Akademika, Rabu (8/10). Patroli roda dua dan empat melakukan patroli dua jam sekali. YULIEN LOVENNY ESTER G | SUARA USU
dekat dengan pos pusat keamanan—dengan lima kasus, sama dengan Fakultas Ilmu Budaya (FIB).
*** Baru-baru ini, Wahyudi, Kepala Keamanan, mengantar desain spanduk peringatan mengunci ganda sepeda motor untuk dicetak. Rencananya akan dipasang di semua lapangan parkir, dilakukan November ini. Wahyudi bilang ada rencana penambahan personel sebanyak 39 orang, karena satpam di tiap pos masih sedikit. Juga penambahan perlengkapan satpam. Seperti pentungan, senter dan jas hujan. “Ini sudah dimasukkan dalam RKAT 2015,” sahutnya. Setiap pintu masuk akan ditempatkan satpam, terutama yang dilewati sepeda motor. Ini rencana yang dibuat USU untuk
tingkatkan keamanan. “Mudahmudahan ini disetujui rektor nanti,” harapnya. Dulu, penambahan satpam juga dilakukan,Muktar—Kepala Keamanan yang lama—bilang jumlah satpam sekarang sebanyak 181 orang, sebelumnya hanya 75 satpam. Pun patroli dilakukan tiap satu jam. Dibantu dua orang komando distrik militer (kodim). Patroli dilakukan dengan dua cara. Pertama, menggunakan mobil, jalurnya semua pintu utama. Kedua, gunakan sepeda motor, semua jalan bukan jalan utama. Patroli ini dikatakan efektif oleh Muktar. Namun, Oscar Stefanus Setjo, Kepala Unit Reserse Kriminal Polisi Sektor Medan Baru katakan kinerja satpam USU belum efektif. “Harusnya ada penjagaan lebih, pasang cctv di parkiran,” ujarnya. Menurut Oscar ada beberapa hal yang dapat dilakukan
perihal keamanan. Pertama, penambahan jumlah satpam. Jumlah 181 satpam tak cukup untuk lahan seluas USU. Kedua, perketat penjagaan di tiap pintu masuk. Jika perlu jalan tikus—jalan tidak resmi—yang ada ditutup. Yang terakhir, pemberian sanksi pada satpam yang bertugas di tempat kejadian curanmor. “Bisa pemecatan atau potong gaji,” jelasnya. Namun, tidak hanya pihak kemanan yang bertindak. Setiap pengguna sepeda motor juga tak boleh sembarangan pakirkan kendaraan. Kunci ganda harus digunakan. “Awalnya tak ada niat, tapi ada kesempatan, jadi ada niat,” tambah Oscar. Namun, Elvi katakan tak perlu ada penambahan satpam. Yang diperlukan ialah kinerja satpam yang maksimal. “Buat apa nambah tapi kerjanya gitu, kan rugi,” sahutnya.
itu. Namun, selain itu Jonner bilang sistem ini secara tak langsung mengajak mahasiswa untuk mandiri. “Istilahnya letak dan ambil sendiri. Pegawai hanya mengawasi saja,” jelas Jonner. Ida Gloria Marlinang, Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya 2011 tahu perihal perubahan sistem ini. Ida yang kerap mengunjungi perpustakaan untuk mencari literatur tambahan untuk mata kuliah sempat heran, pasalnya ia dan teman-teman mahasiswa lain harus meletakkan barang bawaan sendiri. “Tapi efisien sih,” lanjutnya.
Ida mengingatkan, pengawasan dan perhatian dari pegawai perpustakaan tetap harus ada, mengingat sistem seperti ini akan sebabkan rawan kehilangan barang mahasiswa yang dititipkan. Selain perpustakaan fakultas, perpustakaan pusat juga memiliki ruang repositori. Ruang repositori merupakan ruang penyimpanan skripsi seluruh mahasiswa USU, berada di lantai empat. Ida juga kerap pergi ke sana untuk mencari tugas kuliah. Data yang didapat tidak diberikan secara gratis. Ada syarat yang diberikan
Catatan Merah Perpustakaan USU
Wenty Tambunan
Sejatinya perpustakaan hadir untuk memudahkan mahasiswa. Kenyataannya tak selalu benar seperti itu. Mulai fasilitas hingga pegawai, semuanya punya “catatan”.
M
elalui pintu u t a m a Perpustakaan pusat USU, ketika masuk ke dalam ruang dalam perpustakaan akan melewati loker. Digunakan untuk menitipkan tas dan bukubuku milik mahasiswa yang berkunjung ke perpustakaan.
Namun, ada yang berubah di sana. Sistem penggunaan loker tak lagi sama seperti tahun sebelumnya. Dulu, dua pegawai khusus loker wanita yang akan menerima titipan mahasiswa serta memberikan kartu loker perpustakaan berwarna kuning. Namun, sejak Mei lalu, sistem itu tak
digunakan lagi. Terlihat mahasiswa yang meletakan tas dan buku sendiri ke dalam loker. Jonner Hasugian, Wakil Kepala Perpustakaan cerita sistem ini tak digunakan lagi karena memang tak sepatutnya seorang pegawai perpustakaan berada di sana dan melakukan pekerjaan
SUARA USU, EDISI 100, NOVEMBER 2014 seperti pengisian identitas dalam buku panjang. Katanya lagi, setelah skripsi selesai, disuruh datang melapor dan membayar uang Rp 200 ribu, diberikan sebagai ganti data digital yang ada. Ida kesal. “Namanya saja open source, tapi ada pungutan kayak gitu,” sungutnya. “Harusnya tidak ada,” sahutnya lagi. Ada lagi yang dikesalkan Ida terkait perpustakaan. Pelayanan pegawai. Sikap ramah menjadi poin penting dalam hal pelayanan. Pun keseriusan dalam bekerja. Ida acapkali menemui pegawai yang bermain games saat jam kerja. Ida bilang wajar mahasiswa mengeluh terkait pelayanan pegawai melihat hal ini. Jonner menanggapi adanya kutipan memang benar. Repository menyediakan skripsi dalam bentuk hardcopy dan digital. Pegawai memberikan skripsi ke mahasiswa untuk diperbanyak saja namun tidak dibawa pulang. Bentuk digital seharga Rp 10 ribu per bab. Jonner tak berkomentar banyak perihal layanan pegawai. Apalagi melihat tidak semua pegawai perpustakaan yang paham kode etik. Namun pembinaan dilakukan sesering kali seperti sharing. “Upaya-upaya seperti itu kita lakukan,” ujarnya. Universitas Negeri Medan (Unimed) punya sistem sendiri untuk perpustakaan mereka. Ada sebanyak 878
loker yang tidak bisa terbuka dengan barcode. Staf Perpustakaan Pranandiah Popi Pitaloka mengatakan ada penyebaran riset mengenaikoleksi,layanan, hingga fasilitas pendukung perpustakaan. “Guna angket itu sebagai bentuk evaluasi perpustakaan.”
Tambah Komputer Jonner cerita, tahun lalu, pihak perpustakaan mengajukan proposal ke rektorat. Isinya, permintaan komputer sekaligus kelanjutan pembangunan gedung perpustakaan yang terbengkalai sejak 2010 silam. Kini, kurang lebih ada tiga puluh unit komputer di Perpustakaan Pusat yang tak dapat difungsikan sama sekali dikarenakan rusak. Jonner tak tahu kapan akan diganti dengan komputer yang baru. “Sejauh ini kita hanya bersabar menunggu,” sahutnya. Sebenarnya tahun ini pihak perpustakaan akan kembali mengajukan proposal dengan permintaan yang sama. Namun proposal yang dimaksud belum selesai dan siap diajukan ke rektorat “Enggak tahu kapan, lihat kondisi juga,” papar Jonner. Saat dikonfirmasi, Kepala Biro Pemeliharaan dan Pengembangan Aset Yedi Suhaedi, mengatakan tahun ini memang belum menerima proposal perihal komputer yang rusak. “Nanti, saat proposal dimasukkan, itulah yang kemudian ditinjau ulang
WENTY TAMBUNAN | SUARA USU
LOKER
Tiga mahasiswa USU saat berada di tempat penitipan tas khusus wanita, Kamis (7/11). Perubahan sistem penitipan tas dilakukan sendiri oleh pengunjung tanpa menghilangkan kartu kuning.
loker yang menggunakan sistem elektrik. Kotak loker akan terbuka otomatis dengan menekan tombol di sekitar kotak dan setelah itu kertas barcode loker akan keluar. Hanya ada satu pegawai yang bertugas memberi petunjuk kepada mereka yang belum mengerti. Atau bahkan membongkar kotak
dan direalisasikan,” jelas Yedi. Ida berharap komputer yang baru dapat segera didatangkan. “Komputer di perpustakaan itu penting, mahasiswa banyak yang gunakan,” sahutnya. “Kinerja pihak perpustakaan yang lambat menjadikan pengadaan komputer juga lama,” pungkas Ida.
ragam 19
Cerita Sistematik
tentang Arus Laporan Keuangan USU Arman Maulana
Laporan keuangan USU untuk tahun 2014 sedang diproses. Ada audit sendiri sebelum dilepas untuk diperiksa orang lain.
L
aporan keuangan USU untuk tahun 2014 sedang diproses. Ada audit sendiri sebelum dilepas untuk diperiksa orang lain. Gedung Biro Rektor USU lantai tiga cukup lengang pagi itu, hanya sedikit riuh di dalam ruangan Wakil Rektor (WR) II. Ada diskusi di dalam. Antara Aulia Ishaq, Staf Ahli WR II dengan beberapa orang. Saat ditanya, Aulia menjelaskan, akan ada rapat bersama Wakil Dekan (WD) II Se-USU perihal laporan keuangan. Aulia jelaskan kalau ada rencana untuk mempercepat proses audit eksternal oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) guna mengeluarkan hasil opini laporan keuangan USU tahun ini. Proses audit eksternal akan dilakukan awal Desember. Meski masih tersisa waktu satu bulan untuk periode 2014, Desember nanti. Hal ini dilakukan karena memang tak banyak pengeluaran dana di Desember. Selain itu, Aulia mengatakan kalau tidak ada kendala yang berarti untuk laporan keuangan tahun ini, makanya bisa dipercepat. Aulia sendiri optimis USU mendapat WTP lagi tahun ini. “USU kan udah targetkan,” tegasnya. Hal tersebut bertujuan untuk membuktikan kinerja universitas selama setahun ini kepada publik. Audit Internal Sedang Berjalan Sementara itu, Nurzaimah, Kepala Unit Audit Internal (UAI) menjelaskan proses audit internal sudah dilaksanakan. Nurzaimah menjelaskan tentang arus laporan keuangan. Dimulai dari masing-masing fakultas dan unit kerja lain di USU menyerahkan laporan keuangan ke unit verifikasi.
Laporan keuangan diperiksa kebenarannya. Sudahkah sesuai anggaran yang diberikan fakultas dengan program yang dilakukan fakultas dan unit kerja serta defisit atau surplus. Pengecekan bukti transaksi dan dokumen keuangan pendukung lainnya. Setelah lulus verifikasi, laporan keuangan memasuki proses akuntansi di Unit Akuntansi. Seluruh laporan keuangan unit kerja di USU dihimpun menjadi laporan keuangan USU. Jumlah pengeluaran dan pemasukan dihitung. Untuk proses perhitungannya, Rasdianto, Kepala Unit Akuntansi katakan tak ada kendala pada tahap ini. Dikarenakan sudah adanya sistem komputer yang memudahkan saat menghitung laporan keuangannya. “Udah pakai komputer semua sekarang,” jelasnya. Berbeda saat masih menggunakan catatan manual yang memakan waktu lama untuk proses pengerjaannya. “Tapi itu zaman dulu kali,” pungkasnya. Selanjutnya adalah tugas UAI. Nurzaimah bilang, laporan keuangan di periksa untuk terakhir kali sebelum siap diperiksa oleh lembaga auditor independen—Kantor Akuntan Publik (KAP). Dilakukan pemeriksaan seperti operasional keuangan tiap unit kerja, hitunghitungan akuntansi dan aturan lain yang berlaku. “Pajaknya udah sesuai belum? Itu juga kita periksa,” tuturnya. Semisal pun terjadi kesalahan, laporan keuangan akan dikembalikan untuk diperbaiki hingga rapi dan layak diaudit KAP. Nurzaimah mengatakan selama ini yang menjadi kendala di proses audit internal adalah keterlambatan pengiriman surat pertanggungjawaban dari masing-masing unit kerja. Setelah selesai proses audit, laporan keuangan diberikan pada KAP untuk diaudit eksternal. Berfungsi sebagai jaminan dan bukti atas akuntabilitas dan kredibilitas kinerja universitas. Hasilnya berbentuk opini yang
dikeluarkan oleh KAP. Tahun ini KAP yang akan memeriksa laporan keuangan USU sama seperti tahun lalu, yaitu KAP Drs J Tanzil dan Rekan. “Keputusan itu berdasarkan Majelis Wali Amanat,” sahut Nurzaima. Untuk hasil opini oleh KAP, Nurzaimah perkirakan baru akan keluar di Maret tahun depan. Saat itulah laporan keuangan bisa dipublikasikan ke masyarakat luas. UAI juga mengeluarkan hasil serupa, namun sebagai rekomendasi keuangan untuk rektor. “Cuma untuk internal kita,” ungkap Nurzaimah. Sementara itu, WD II Fakultas Keperawatan (Fkep), Evi Karota membenarkan perihal rapat bersama WR II dan jajarannya Sabtu, 8 November. Sekaligus membenarkan perihal pemajuan proses audit eksternal oleh KAP. Evi jelaskan FKep tak kelabakan dengan dimajukannya proses ini. Hal tersebut dikarenakan fakultas sudah mengikuti mekanisme yang ada. “Iya kita enggak terlalu khawatir sih,” tuturnya. Mekanisme yang dimaksud Evi adalah laporan keuangan interim. Tiap bulan fakultas mengirimkan ajuan dana untuk satu bulan di awal bulan. Dan di akhir bulan, fakultas kembali pertanggungjawabkan programnya selama sebulan. Seandainya lebih dari yang diajukan, maka fakultas harus mengembalikan. Jadi, FKep tinggal menggabungkan semua laporan keuangan tiap bulan itu. Sama dengan Aulia, Evi berharap USU kembali dapat predikat WTP tahun ini. Karena memang sudah sepantasnya, melihat dari lancarnya laporan keuangan selama ini, terutama fakultasnya. Sepakat, WD II Fkep, Prof Runtung Sitepu, Dekan Fakultas Hukum (FH) katakan kalau USU wajar mendapatkan WTP lagi. Dia mencontohkan fakultasnya, apabila meminta dana dari rektorat harus sesuai dengan kegiatan dan tujuan. Hal itu dikatakan Prof Runtung dapat mempermudah perhitungan laporan keuangan yang dikeluarkan.
20 opini
SUARA USU, EDISI 100, NOVEMBER 2014
Harap Cemas
di Rezim Jokowi-JK Rafiq Alkandy Ahmad Panjaitan Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik 2012 Ketua Ikatan Mahasiswa Departemen Ilmu Politik Periode 2014-2015 Ini rezim Jokowi-JK, di mana lembaga kontrol pemerintahan tak jadi ‘satu’. Khawatirnya, ini jadi batu sandungan suatu saat nanti.
N
egara adalah bangunan atas masyarakat, lahir karena pertentangan kelas-kelas sosial yang tidak dapat diselesaikan dan berdiri di atas pertentangan kelas sosial. Manusia secara per orangan tidak mampu melawan negara. Keberadaan negara sama dengan keberadaan perbudakan. Fenomena Jokowi membius banyak masyarakat Indonesia, banyak hal baru lahir dari gaya berpolitik Jokowi. Bagaimana tidak, sosok Jokowilah yang menciptakan tingkat ‘voluntarisme politik’ yang begitu tinggi. Kini, perjalanan menuju RI-1 sudah usai, Jokowi resmi sebagai pemegang kekuasaan negara ini. Tugas masyarakat adalah mengawasi kinerja Jokowi lima tahun ke depan. Bagaimanapun ada harapan besar yang menjadi tugas sang presiden. Jokowi diharapkan adalah representatif dari masyarakat. Indonesia menganut konsep trias politika. Di antaranya pemisahan kekuasaan menunjuk pada prinsip organisasi politik. Konsep ini berdalil bahwa ke tiga bidang kekuasaan—eksekutif, legislatif, yudikatif— dapat ditentukan sebagai tiga fungsi negara. Prinsip check and balance antara eksekutif dan legislatif sangatlah lumrah dalam sistem trias politika. Stabilitas politik juga dapat disimpulkan pada fenomena tarik ulur antara pemerintah dan DPR. DPR adalah wadah yang menampung
seluruh kebijakan pemerintah. Inilah seyogianya stabilitas politik yang terjadi pada negara demokrasi karena dasar demokrasi adalah pembatasan kekuasaan pemerintah. Demokrasi adalah rakyat yang memerintah semua kebijakan lahir dari rakyat. Artinya wakil rakyatlah yang memiliki legitimasi dalam setiap formulasi dan implementasi kebijakan. Seharusnya rezim Jokowi-Jusuf Kalla memaknai hal ini sebagai kedewasaan berpolitik. Namun, beberapa waktu lalu ada pertemuan antara juru runding Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dan Komisi Merah Putih (KMP) yang menghasilkan kesepakatan bahwa KIH mendapat kursi pimpinan Alat Kelengkapan Dewan (AKD) dengan jumlah 21 pos. Kesepakatan ini mendorong perubahan Undang-undang (UU) No 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD (MD3) serta tata tertib DPR. Meski tidak menambah komisi, kesepakatan politik tersebut harus diterjemahkan dengan perubahan komposisi kursi pimpinan AKD. Rakyat tak tahu apa yang ada di balik kesepakatan politik antara KIH dan KMP. Namun pertanyaannya, apakah Indonesia pada rezim Jokowi-JK menuju demokrasi yang terkonsolidasi? Lima tahun ke depan stabilitas politik akan berjalan dengan baik jika eksistensi KMP sebagai oposisi tetap bertahan, namun ini sulit mengingat tak menentunya sikap elit politik. Dinamika politik yang terbangun seharusnya mampu dikendalikan oleh DPR sebagai pembendung kekuasaan Jokowi. Pada rezim SBY-Budiono legislatif dikuasai penuh sehingga tidak ada yang dapat mendelegitimasi semua kebijakan SBY.
SURAT DAN PENDAPAT
WENTY TAMBUNAN | SUARA USU
Kekhawatiran muncul jika legislatif tidak memaknai perannya secara kontributif, karena DPR adalah representasi rakyat yang lantang bersuara ketika terjadi penyelewengan oleh penguasa. Rakyat harus berdaulat dan berkehendak dalam tiap aktivitas politik. Bahwa setiap negara akan terus bergerak menuju tujuan akhir yang hakiki, yakni peradaban yang tercermin dari dasar masing-masing negara. Indonesia di bawah naungan Jokowi memperlihatkan baik yang berkuasa maupun tidak belum sepenuhnya menerapkan prinsip bernegara secara fundamental, masih berdasarkan keuntungan politik tertentu. Indonesia harus berkaca pada rezim terdahulu yang berjalan dengan cepat tanpa hambatan dalam hal kebijakan karena tirani mayoritas di DPR mendukung pemerintah. Sekarang pada era Jokowi-JK keadaanya terbalik, di DPR terdapat mayoritas yang bukan bagian penguasa. Jika di parlemen para anggota dewan belum “adil sejak dalam pikiran” maka sulit untuk berbicara kedaulatan rakyat, yang ada hanya kedaulatan elit. Dalam artian normatif ini akan menciptakan stabilitas politik yang baik bagi demokrasi Indonesia lma tahun ke depan namun dalam artian yang dinamis bisa saja mengulang kesengsaraan rakyat Bagaimanapun aktualisasi kepentingan penguasa dan para anggora dewan harus sepenuhnya pada kepentingan rakyat karena Indonesia dengan pergantian rezim perlahan akan meninggalkan “demokrasi prosedural” dan menikmati “demokrasi substansial” pada puncak peradabannya.
Jalan Universitas No. 32 B, Kampus USU, Padang Bulan, Medan, Sumatera Utara suarausutabloid@ymail.com
087868869549
Pers Mahasiswa SUARA USU
@SUARAUSU
Redaksi menerima tulisan berupa Opini, Puisi, dan Cerpen. Untuk Opini dan Cerpen, tulisan maksimal 5000-6000 karakter. Tulisan harus disertai foto dan identitas penulis berupa fotokopi KTM atau KTP. Tulisan yang telah masuk menjadi milik redaksi dan apabila dimuat akan mendapat imbalan. YANTI NURAYA SITUMORANG | BERBAGAI SUMBER
SUARA USU, EDISI 100, NOVEMBER 2014
galeri foto 21
Kegiatan Ekstrakurikuler Tak Sebatas ‘Ekstra’
Jangan Halangi! YULIEN LOVENNY ESTER G | SUARA USU
Bersiap Melempar
YULIEN LOVENNY ESTER G | SUARA USU
Menunggu Bola
Panjat Dengan Tali WENTY TAMBUNAN | SUARA USU
Poomsae Taegeuk YULIEN LOVENNY ESTER G | SUARA USU
Berlatih Meniup
YULIEN LOVENNY ESTER G | SUARA USU
U
nit kegiatan mahasiswa (UKM) sebagai organisasi intra kampus merupakan wadah aktivitas kemahasiswaan untuk mengembangkan minat, bakat dan keahlian tertentu. Saat ini USU miliki 33 UKM dengan berbagai bidang. Masingmasing UKM punya kegiatan berbeda. Kegiatan rutinnya dilakukan satu minggu sekali ataupun tiap hari. Selain dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa, UKM ini juga menjadi salah satu indikator penting penilaian akreditasi universitas. YULIEN LOVENNY ESTER G | SUARA USU
22 podjok sumut
SUARA USU, EDISI 100, NOVEMBER 2014
! n a w a K , U S U i n I
BERMAIN
Taman USU dari atas gedung biro rektorat, Minggu (31/5). Setiap Minggu, tempat ini menjadi pusat rekreasi keluarga dan tempat olahraga pagi dan sore. WENTY TAMBUNAN | SUARA USU
Sebagai universitas ada banyak fasilitas di sini. Untuk mahasiswa, juga untuk masyarakat umum. Ia memang hadir sebagai universitas yang ‘ramah’. Inilah USU, Kawan! Sri Wahyuni Fatmawati P
S
ejak akhir Oktober lalu hingga tengah November ini, halaman Auditorium USU ramai dipadati mahasiswa. Duduk berkelompok-kelompok, membentuk lingkaran, tersebar di hampir semua sisi Auditorium. Mereka sedang latihan menyambut Natal. Di Taman Biro Rektorat (Birek) juga ada banyak orang. Apalagi menjelang sore hingga malam. Pasangan lengkap dengan anak kecil ramai menyusuri jalan yang terbuat dari semen. Ada yang sekadar duduk atau berdiri melihat-lihat hewan di sana. Unit Kegiatan Mahasiwa (UKM) Merpati Putih juga kerap terlihat latihan di halaman Birek. UKM Marching Band pun latihan di sana. Mereka sedang persiapkan diri untuk kejuaraan selanjutnya di Padangsidimpuan. Itulah sebab mereka latihan di sana agar latihannya diperhati-
kan oleh pengunjung. Tak ketinggalan pengguna sepeda yang berseliwer. Penjaja makanan juga turut meramaikan suasana. USU ramai bukan baru-baru saja. Bisru Hafi, Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Humas) cerita sebenarnya sejak awal USU memang sudah dibuka untuk umum. Namun, sejak halaman terdepan USU direnovasi 2012 silam banyak pengunjung yang datang ke USU. “Apalagi ada ikon USU juga di sana, dilengkapi hewan-hewan untuk dilihat juga,” sahut Bisru. Menurut Bisru, sah-sah saja kalau ada yang menyebut Taman Birek ini menjadi salah satu objek wisata baru di Medan, itu berarti akan membantu pembentukan citra USU sebagai perguruan tinggi. “Ya enggak apa, apalagi gratis kan, makanya banyak juga yang datang,” jelasnya. Keramaian juga bukan hanya terjadi di halaman Birek, sepanjang Jalan Universitas—Pintu 1 USU—juga ramai setiap sore. Gelanggang mahasiswa (Gema) menjadi salah satu tempat yang dipadati. Penjaja makanan yang ada melengkapi pelataran Gema menjadi tempat nongkrong mahasiswa kala sore. Bahkan sampai duduk di trotoar. Trotoar di depan Fakultas Ilmu Budaya
(FIB) juga dipadati pengunjung menjelang sore. Banyaknya penjaja makanan menjadikan tempat ini ramai dikunjungi. Tak jarang pengunjung memilih duduk lesehan di aspal, atau di rumput. Ada pula taman sebelah Fakultas Hukum yang jarang lengang tiap sore. Sayangnya, banyak pengunjung USU berbanding lurus dengan keamanan di USU. Bisru tak pungkiri kalau ada kemungkinan kemanan USU semakin susah dikontrol. Apalagi akses masuk ke USU juga banyak. Satuan pengamanan (satpam) tetap menjalankan fungsi-fungsinya dan masyarakat tetap diimbau untuk menjaga kebersihan dan ketertiban di USU. Ikon baru lain ialah Rumah Sakit (RS) USU. Selesai dibangun tahun 2011 silam, RS tak kunjung diresmikan hingga sekarang. Kegiatan pengobatan pun masih sebatas Poliklinik yang kegiatannya dipindahkan ke RS. RS USU mulai dibangun sejak zaman kepemimpinan Rektor Chairuddin Panusunan Lubis. Saat pertama kali tercetus, 2003 silam, pembangunan RS dimaksudkan untuk pendidikan dan pelayanan masyarakat. RS USU nantinya akan menjadi tempat praktik mahasiswa Fakultas Kedokteran. Selain itu juga bisa menjadi tempat praktik mahasiwa fakultas
SUARA USU, EDISI 100, NOVEMBER 2014
RSGM-P USU
podjok sumut 23
Gedung Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan USU, Selasa (16/9). USU memiliki RSGM-P yang pertama dari tujuh belas universitas di Indonesia. WENTY TAMBUNAN | SUARA USU
lain, seperti Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan Fakultas Ekonomi. Selain RS USU, USU juga punya Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGM-P). Pengelolaannya berada di bawah naungan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG), namun pengadaan tetap di bawah pengawasan USU. Wakil Direktur I RSGM-P Muslim Yusuf tak ingat betul kapan RSGM-P ini direnovasi. RSGM-P sudah ada sejak USU berdiri, saat itu namanya balai pengobatan gigi (BPG). Namun, sejak ada peraturan pemerintah mengenai setiap instansi penyelenggara pendidikan kesehatan harus memiliki rumah sakit pendidikan, nama BPG berubah menjadi RSGM-P. “Saya lupa kapan pasti berubahnya,” sahutnya. RSGM-P adalah rumah sakit gigi dan mulut yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang juga digunakan sebagai sarana proses pembelajaran, pendidikan dan penelitian bagi profesi tenaga kesehatan kedokteran gigi dan kesehatan kedokteran lainnya, dan terikat melalui kerja sama dengan fakultas kedokteran gigi. Sejak berubah nama menjadi RSGM-P yang berubah hanya strukutural manajemen dan sarana prasarana yang ada. Sekarang sudah ada direktur dan wakil direktur yang langsung bertanggung jawab pada RSGM-P. Namun, tetap di bawah pengawasan fakultas. Pun sarana dan prasarana yang digunakan harus lebih canggih. Muslim bilang untuk kebutuhan pelayanan pendidikan untuk S1 sarana dan prasarana yang ada sudah mencukupi. “Tapi untuk spesialis, ya masih butuh pengembangan,” jelasnya. Ada delapan klinik di RSGM-P: klinik ortodonsia; klinik bedah mulut; klinik prostodonsia; klinik konservasi gigi; klinik penyakit mulut; klinik periodonsia; klinik pedodonsia dan klinik DHE/ Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat. USU menjadi satu dari tujuh belas universitas yang memiliki RSGM-P di Indonesia. USU juga punya perpustakaan yang pada tahun 2011 lalu, melalui webometrics—perangkat pengukur peringkat universitas di dunia yang berafiliasi dengan Dewan Riset Nasional Spanyol— dalam pemeringkatan Repository Institusional, USU menduduki peringkat 91 dunia. Ini berarti publikasi dan akses masyarakat terhadap penelitian yang telah dilakukan civitas akademika USU dianggap cukup baik. Meskipun masih kalah dibanding Institut Teknologi Surabaya (ITS) di urutan 64 dan Universitas Diponegoro (Undip) di urutan 70.
Saat pertama berdiri, Agustus 1970, Perpustakaan USU masih berupa bangunan dua lantai di Fakultas Sastra—sekarang disebut Fakultas Ilmu Budaya—yang menghadap dengan Pendopo USU. Sekitar tiga ratus eksemplar buku, majalah, dan surat kabar menjadi koleksi perpustakaan saat itu. Tiga tahun berselang, perpustakaan ini terpilih menjadi unit penunjang utama dalam rangka Jaringan Dokumentasi dan Informasi Ilmiah yang diprakarsai oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Dampaknya, terjadi peningkatan jumlah koleksi buku. Yang awalnya hanya tiga ratus menjadi tujuh ratusan eksemplar. Di tahun 1982, perpustakaan mendapat bantuan pendanaan dari Asian Development Bank (ADB). Akibat pengunjung dan isi perpustakaan membludak, perpustakaan dipindah. Dimulai 1984 hingga 1987. Dilansir dari Tabloid Mahasiswa SUARA USU Edisi 88, Juni 2012. Kini, 27 tahun setelah peresmian, tak ada perubahan berarti pada Perpustakaan USU. Tak ada penambahan luas gedung meskipun menurut data Perpustakaan USU, rata-rata enam puluh ribu pengunjung datang ke Perpustakaan USU per bulannya, atau lebih dari delapan ratus ribu pengunjung per tahun, terhitung dari 2006-2010. Pun, Jonner Hasugian, Kepala Perpustakaan mengatakan, “perpustakaan fakultas sudah
PUSAT TEMPAT MAKAN
sepenuhnya terhubung dengan Perpustakaan USU melalui e-library (e-lib) di mana ada resource, koneksi, sumber daya elektronik dan tersedianya infrastruktur yang mendukung untuk dilakukannya sistem elektronik.” Selain itu, Perpustakaan USU memiliki online public acces catalog (OPAC). Ini memungkinkan untuk mengakses semua data di seluruh dunia dalam bentuk digital, cerita Jonner. Ada satu tempat di USU yang hadir karena dampak kerusuhan 1998, yakni Warung Netral (Warnet) USU. Wara Sinuhaji, Wakil Kepala Keamanan dan Ketertiban USU kala itu bercerita, tahun 2000 silam, saat itu muncul euforia di kalangan masyarakat bahwa bisa bebas-sebebasnya melakukan apa pun di dalam kampus. Suasana Indonesia masih dalam rangka pascakrisis moneter 1998, sehingga banyak terjadi pengangguran. Kampus USU diserbu pedagangpedagang dadakan yang entah darimana asalnya dan membuka lapak hampir di seluruh penjuru kampus. Bahkan preman-preman bebas keluarmasuk kampus. Keamanan dan ketertiban di USU mejadi lepas kontrol. Pihak USU kelabakan. Wara bilang saat itu ia dan pihak kemanan USU berupaya menutup lapak-lapak yang ada. Untuk memudahkan pengawasan, dipusatkanlah kedai-kedai tersebut dalam beberapa titik, di antaranya Pajak USU dan Warnet USU, dikutip dari Tabloid Mahasiswa SUARA USU Edisi 91, Mei 2013 silam. Bisru bilang wajar saja USU menjadi begitu terbuka dengan semua akses yang banyak. Pun fasilitas yang ada boleh-boleh saja digunakan masyarakat luar. Menurut Bisru, ini dilakukan karena USU memang membuka diri. Apalagi pada dasarnya perguruan tinggi negeri (PTN) harus membuka diri kepada masyarakat umum, sebagai salah satu wadah pelayanan, pendidikan dan pengabdian kepada masyarakat yang ditawarkan universitas. “Setiap universitas kayak gini, kok,” sahutnya. Anggapan tentang keterbukaan USU terhadap masyarakat umum juga diaminkan oleh Syukria Fitri. Mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) 2012 ini bilang USU sudah cukup terbuka aksesnya, namun kurang maksimal saja mengajak masyarakat dalam kegiatan universitas. “Informasinya sih yang kurang di masyarakat umum,” ceritanya. Fitri punya pendapat sendiri terkait keterbukaan USU ini. Ia bilang idealnya USU membatasi jam akses masyarakat umum ke dalam USU. Tak bisa selama 24 jam USU terbuka secara terus menerus. “Kontrol kemanan di USU kan kurang, motif pengunjung juga beda-beda,” sahutnya.
Puluhan mahasiswa USU saat makandan minum di beberapa warung yang terletak di Fakultas Teknik, Sabtu (8/11).Selain tempat yang strategis di tengah fakultas juga tempat makan yang murah dan banyak dikunjungi mahasiswa. YULIEN LOVENNY ESTER G | SUARA USU
24 mozaik
SUARA USU, EDISI 100, NOVEMBER 2014
cerpen
Sebelum Tonggo Raja Ahmad Ijazi H Pemenang Pertama Lomba Cerpen dalam Rangka Ulang Tahun SUARA USU yang Ke-19
M
atahari sore ini begitu merah. Keping cahaya yang gugur dari pucuk langit serupa serpihan api. Pulau Samosir yang berbingkai Danau Toba seperti terbakar. Di bawah sebatang pohon pinus yang rimbun dan teduh, Almira dan Yosef duduk menjulurkan betis sambil bergandengan tangan mesra. Dua sejoli itu baru saja pulang dari rumah Bapa Jonathan yang melaksanakan upacara mangalua untuk puterinya yang akan menikah. “Kapan keluargamu akan datang untuk melamarku, Yosef?” Almira menatap mata Yosef lekat. Wajahnya yang pucat dirubung rasa cemas yang begitu curam. Tentu saja, usianya sudah hampir kepala tiga. Tetapi cincin pernikahan belum juga tersemat di jari manisnya. “Aku masih mengumpulkan hepeng yang banyak sebelum keluarga kita bertemu untuk menentukan tanggal tonggo raja,” Yosef mendesah berat. “Sudah delapan tahun kita pacaran. Aku bosan mendengar cibiran orang. Mereka bilang, kau tak serius denganku.” “Jangan dengarkan omongan orang.” “Apakah ada wanita lain selain aku?” Yosef menoleh, melemparkan tatapan seruncing anak panah. Di kedua bola matanya yang bergerak-gerak seperti menyemburkan pecahan api. “Apakah kau tak memercayaiku lagi?” “Kemarin Bapa Soma bilang kepadaku, katanya puteri sulungnya, Meryana Haloni telah dijodohkan denganmu sejak masih bayi. Apakah itu benar?” Yosef bergeming. “Tetapi aku tak mencintainya. Aku hanya mencintai kau!”
*** Pagi masih perawan. Mama Rate membaca kitab di samping makam suaminya, Bapa Jakob, yang meninggal dua tahun yang lalu. Usai menyanyikan lagu-lagu pujian kegemaran almarhum ayahnya, Almira lalu bersimpuh di bibir pusara, berdoa dengan amat khusyuk. “Sejak Mama dan Papa Jakob melafalkan martumpol di Gereja Huria pada pesta pernikahan kami 30 tahun yang lalu, kami bercita-cita memiliki anak serta cucu yang banyak. Kami sangat mengimpikan, di usia senja kami kelak, anak-anak kami merayakan manulangi natua-tua untuk kami. Tetapi sayang, sebelum manulangi natua-tua itu terlaksana, bapamu telah mendahului kita terbang ke surga.” “Mama jangan sedih. Kalau aku telah menikah dan punya anak, upacara manulangi natua-tua itu pasti akan kami laksanakan segera,” Almira menyahut lirih. “Kau akan menikah dengan lelaki pilihan almarhum bapamu, kan? Dengan Benhard, bukan
dengan Yosef, kan?” “Aku akan menikah dengan Yosef, Mama.” “Kau ingin mendurhakai bapamu?!” suara parau Mama Rate terdengar mengentak. “Dia tidak akan tenang kalau tahu kau seperti ini.” Mama Rate terisak. “Mama, percayalah. Yosef pasti bisa membahagiakanku. Kami saling mencintai.” Kristal hujan yang
ARMAN MAULANA | SUARA USU
menggenang di kelopak mata Mama Rate semakin berguguran.
*** Petang telah menjenjang. Dan matahari masih saja jalang menyemburkan sisa teriknya. Almira menyapu helai-helai daun matoa kering yang berhamburan dengan sapu ijuk di halaman. Sementara Mama Rate tampak nikmat sekali mengunyah sirih di pelatar rumah bolon yang teduh. “Almira, lekaslah kau mandi. Malam ini
keluarga Benhard akan bertandang ke rumah kita,” Mama Rate berkata dari teras rumah. Almira terdiam. Menghentikan aktivitas menyapunya sejenak. “Untuk apa mereka datang ke rumah kita?” “Untuk meminang kau.” Almira memintal geming. Ada segumpal kepedihan yang tiba-tiba menyumpal relung dadanya. Sesak. Sesaat, setelah Almira melangkah hingga mencapai ke bibir pintu, sebuah teriakan Bapa Jonathan meledak memecah kesunyian di halaman. “Mama Rate... Mama Rate...!” suara Bapa Jonathan terenggah-enggah. “Ada apa Bapa Jontahan? Apa yang terjadi?” “Yosef, Mama! Yosef mati ditikam Bapa Soma di halaman balai adat.” “Ya Tuhan, bagaimana itu bisa terjadi?” “Menurut kabar yang berembus, Yosef telah lancang menghamili puterinya, Meryana Haloni, dan tak sudi bertanggungjawab.” Almira tersungkur di muka pintu. Berita barusan seperti dentuman halilintar yang meremukkan seluruh persendiannya. “Almira, kau dengar sendiri, bukan? Lelaki bejat seperti itu yang selama ini kau harapharapkan?” Mama Rate berkata sinis. “Syukurlah sekarang dia telah mati. Jadi kau tak punya alasan lagi untuk menolak pinangan keluarga Benhard.” “Apakah keluarga Benhard akan tetap menerimaku jika mereka tahu bahwa saat ini aku sedang mengandung darah daging Yosef, Mama?” “Apa?!” Mama Rate lemas, hampir kehilangan napas. Seribu belati seakan-akan telah melumatkan jantungnya. Sesaat, sempat terdengar teriakan histerisnya yang menyayat sebelum akhirnya tubuhnya yang menggigil hebat itu roboh, terguling-guling di undakan anak tangga, lalu berakhir di hamparan tanah basah yang dibanjiri darah. Bapa Jonathan menggoyang-goyang tubuh Mama Rate yang telah dingin membeku. Catatan: Mangalua Hepeng Tonggo raja Martumpol
Manulangi natua-tua Rumah bolon
***
: upacara adat kawin lari : uang : pertemuan antar keluarga : janji pernikahan di depan pendeta : upacara adat memberi makan orang tua : rumah adat khas Batak Toba
SUARA USU, EDISI 100, NOVEMBER 2014
sorot
Batik Gorga
Cara Orang Batak Representasikan Ulos Gio Ovanny Pratama Untuk perkenalkan ulos, Orang Batak kini punya batik. Batik Gorga namanya.
A
khir September lalu, saya mengunjungi Tomok untuk kelima kalinya. Kali ini ada yang berbeda. Mata saya terhenti pada sebuah baju. Seperti batik, namun motifnya ulos. Itulah Batik Gorga. Saya coba tanya pada teman yang bersuku Batak. Mereka bilang suku Batak tak punya batik, mereka gunakan ulos untuk acara adat. Batik Gorga yang muncul dan diperjualbelikan adalah hasil kreativitas orang Batak, pun muncul di awal tahun 2000. Sekembalinya ke Medan, saya bertemu dengan Dosen Sastra Daerah Warisman Sinaga. “Batak tak punya batik,” tegasnya. Namun, Batik Gorga hadir sebagai cara orang Batak kenalkan ulos. “Ini agar tetap dikenal masyarakat luas,” tutur Warisman. Motif Batik Gorga berasal dari motif ulos dan gorga. Berdasarkan kamus bahasa Batak-Indonesia, gorga berarti ragam ukiran, pewarnaan dinding rumah dengan tiga warna dasar, yaitu merah hitam dan putih. Sedangkan dalam bahasa Batak Toba gorga ialah ukiran atau gambar hiasan pada rumah adat batak. Motif ulos yang sering digunakan ialah Ulos Ragi Hotang. Ragi artinya corak dan Hotang berarti rotan. Rotan adalah benda alam yang fleksibel namun bisa mengikat apa saja dengan erat. Ada lagi motif Ragi Hidup atau Ragidup yang berarti kehidupan, dan Sadum yang berarti pengharapan untuk keba-
ikan dan keberkahan. Pun dengan motif gorga, ada Gorga Iraniran yang bermakna kecantikan. Kemudian Gorga simeol-eol melambangkan kegembiraan serta Gorga Ipon-ipon yang menyimbolkan kemajuan. Menurut Warisman Batik Gorga lebih sering digunakan pada keseharian seperti ke kantor dan acara-acara formal non-adat. Sedangkan untuk acara-acara adat, ulos masih jadi pilihan utama karena ulos adalah kain khas Batak dan memiliki kesakralan. “Karenanya jika ulos tak dimodifikasi, maka ulos bisa saja ketinggalan zaman,” terang Warisman. Warisman bilang orang Batak sebenarnya mengupayakan agar ulos dijadikan pakaian sehari-hari. Namun, ada ketakutan nilai kesakralan dan kulturalnya akan terkikis. “Maka Batik Gorga jadi alternatif yang lebih baik demi menjaga kesakralan ulos,” sahutnya. Kreatifnya orang Batak dalam beradaptasi patut diacungi jempol. Penggunaan ulos yang terbatas pada acara adat melahirkan karya baru. Bagaimanapun, orang Batak segan kalau menggunakan ulos untuk pakaian sehari-hari, karena nilai sakralnya itu. Hingga sekarang banyak masyarakat yang menggunakan Batik Gorga untuk bekerja, beribadah ataupun acara-acara resmi. Keinginan untuk menjaga eksistensi dan kenalkan ulos membuat Batik Gorga cepat berkembang dan mendapat respon positif dari masyarakat, terutama suku Batak. Dan pembuatan Batik Gorga dilakukan dengan prinsip pelestarian dan penjagaan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam ulos tersebut. Mantap, bah!
mozaik 25 puisi
Panggung Ibu Kota Nurhanifah Fakultas Kesehatan Masyarakat 2014
ARMAN MAULANA | SUARA USU
Aku mengernyit lagi Pagi sudah ramai, malaikat kecil mati karena tabrak lari Yang menabrak berhenti, melihat sebentar lantas pergi Yang mengerti menghampiri, menolong semampu diri Aku lewat lagi Siang menghadirkan tanya, persimpangan bau bangkai Yang penasaran mulai memperhatikan mencari Tubuh terpotong–potong dalam plastikdibuang di tepi Aku menggeleng lagi Uang makan kurang malam ini Malaikat kecil dipukuli dan dimaki ibu sendiri Tak peduli noda merah dan tangis membanjiri
Aku memaki diri Bagaimana bisa hanya jadi pemerhati tanpa bisa mengerti Ah, susah mengerti apalagi sampai memahami Ibu kota memang lebih kejam dari ibu tiri
si poken
YULIEN LOVENNY ESTER G | SUARA USU
26 resensi
SUARA USU, EDISI 100, NOVEMBER 2014
Supernova: Gelombang Keping Kejutan Sebelum Klimaks Sesungguhnya Judul
: Supernova: Gelombang Penulis : Dee Lestari Penerbit : Bentang Pustaka Tahun Terbit : 2014 Jumlah Halaman :492 halaman Harga : Rp79.900,Aulia Adam
Karakter baru diperkenalkan lagi. Kali ini Parmalim Batak bermarga Sagala. Lewatnya, jaring laba-laba Supernova makin terang-benderang. Dee ingin hidangkan keping kejutan, sebelum disuguhkan klimaks dahsyat tentang apa sebenarnya Supernova.
D
ewi ‘Dee’ Lestari hanya butuh dua tahun untuk menyuguhkan Gelombang, keping baru dari heksaloginya, Supernova. Penggemar setia karya ini setidaknya tak menunggu delapan tahun seperti saat menanti kehadiran Partikel (2012) novel keempat, setelah Akar (2004) novel berbuah pahit. Salah seorang dukun, ketiga. Tak perlu berpuasa lama untuk Ompu Togu Urat, yang meminang melanjutkan petualangan yang disa- Ichon jadi muridnya, justru lenyap jikan Supernova. Kali ini, karakter dalam upayanya membunuh Ichon baru muncul untuk memandu kita. di Danau Toba. Oleh dukun lain yang Nama-nya, Thomas Alfa Edison Sa- juga ingin dia jadi murid, Ichon justru gala. Biasa dipanggil Ichon saat ma- diberi dua buah batu bersimbolkan sih di kampungnya di Sianjur Mula- sesuatu. Si dukun bilang, batu itu yang Mula, sebuah kampung yang konon akan mempertemukan Ichon dengan tempat lahir bangsa Batak pertama teman sekelompoknya, orang-orang kali di dunia. Letaknya di Pulau Sa- yang punya kehebatan serta takdir mosir, di tengah-tengah Danau Toba. sama dengannya. Peringatan itu tak terlalu diambil Kisah Ichon dimulai saat usianya baru 12 tahun di tahun 1990. pusing Ichon, tapi ia tetap menyimpan Hari itu ia pertama kali mendengar batu-batunya. Bocah Batak itu justru bapaknya bermain gondang secara fokus memperbaiki nasib keluarganya penuh. Gondang sendiri adalah yang tak senang-senang amat. Dari musik ansambel Batak yang dipadu Sianjur Mula-Mula di Pusuk Buhit, kedengan Tari Tor-Tor, dimainkan pada luarganya pindah ke Jakarta. Judul : Murjangkung, Dungu danitu, Hantu-Hantu Di saat-saat Ichon mulai terbiaupacara atau perayaan khusus. Wak-Cinta yang Penulis : AS Laksana tu itu, ada seorang warga desa yang sa dengan kebiasaan bergadangnya. Terbit Dewan : 2013 mauTahun jadi anggota Perwakilan Setelah bertemu Si Jaga Portibi, Ichon Penerbit : GagasMedia jadi tak pernah tidur. Ia akan berRakyat. Halaman : 216 halaman Di hari itu Ichon merasakan sakit gadang semalaman sambil bermain kepala pertamanya yang tak biasa. Di gitar, membaca, atau belajar. Sebab, gulita kampungnya karena upacara tiap tidurnya jadi pertaruhan nyawa. itu, sesosok makhluk gelap bersayap Si Jaga Portibi menunggunya di alam dan bermata kuning runcing masuk mimpi. Tapi kebiasaan imsonia ini ia rahake rumahnya. Berdiri di pojokan dan siakan. Meski semua orang akhirnya menatapnya langsung. Orang-orang bilang itu sosok Raja selalu bertanya, “kau tak tidur-tidur Uti, salah seorang Raja dari Bangsa ya, Chon?� Petualangan Ichon di Jakarta tak Batak. Tak jelas kemauan si makh- lama-lama. Nasib membawanya jadi luk menampakkan diri pada Ichon imigran gelap di Hoboken, Amerika seorang. Tapi, sejak itu ia jadi sering Serikat. Di sana ia mulai belajar keras bermimpi buruk. Mimpi tentang mewujudkan mimpi-nya, melunasi makhluk itu. Sosok yang kemudian hutang Bapak yang membiayai tiketnya ke Amerika. dikenal sebagai Si Jaga Portibi. Ichon ternyata memang bocah Sejak itu pula, orang-orang sakti mendatangi Ichon. Minta ia jadi mujur. Ia dapat beasiswa SMA di murid. Ichon diramalkan kelak jadi Amerika, kemudian lulus di Princeorang sakti pula.Tapi perebutan itu ton, Columbia, dan Cornell. Lantas
YULIEN LOVENNY ESTER G | SUARA USU
memilih kuliah di Cornell karena ditampung beasiswa penuh. Nasib mujur berikutnya, ia magang di Wall Street dan kaya raya setelah jadi karyawan tetap di sana. Semua hutang, semua mimpi, dibayarnya lunas. Baru, setelah angka di rekeningnya terus membukit, petualangan sebenarnya ia mulai. Nicky, seorang dokter (hampir) spesialis mimpi, membuka gerbang perjalanan mencari jati diri bagi Alfa Sagala, nama baru Ichon setelah pindah ke Amerika. Petualangan Alfa bakal mirip petualangan Bodhi di Akar, Elektra di Petir, dan Zarah di Partikel. Ia akan menemukan banyak orang yang membantunya semakin dekat mengingat kembali siapa dirinya. Bedanya, kisah Alfa tak akan menggantung seperti kisah Bodhi, Elektra, dan Zarah. Alfa berhasil menemukan dirinya, yang ternyata bernama Gelombang di suatu dimensi lain. Sebuah dimensi yang disebutnya Asko. Tempat ia bertemu Bintang Jatuh, atau yang lebih kita kenal sebagai Diva di seri pertama Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh (KPBJ). Hal ini menjawab mengapa Alfa adalah tokoh yang harus hadir di buku kelima. Sebab di keping inilah, siapa sebenarnya Bodhi, Elektra, dan Zarah mulai terkuak. Mereka disebut Peretas, tapi apa itu Peretas? Sepenuhnya belum dijawab gamblang oleh Dee di sini. Pembaca juga mulai bisa menerka siapa Gio Alvaro, pemuda tampan yang selalu jadi cameo di KPBJ, Akar,
dan epilog Gelombang sendiri. Ataupun cameo-cameo lainnya, seperti Isthar Summer dan Kell si tukang tato. Tapi hanya batas menerka. Sebab, sama seperti buku-buku sebelumnya dari seri Supernova, Gelombang pun meninggalkan teka-teki. Dahaga baru yang harus kita tunggu di buku terakhirnya, Intelegensi Embun Pagi. Sukar membahas ekstrensik novel ini, sebab Supernova memang selalu menyajikan plot aneh yang mengusik batin dan logika. Demikian pula buku kelimanya ini. Gelombang hadir dengan alur unik yang hebat, karakter kuat, serta kematangan menulis Dee yang semakin terasa. Ini pula jawaban kenapa Gelombang jadi begitu penting. Ia hadir se-bagai keping kejutan sebelum menghadirkan klimaks sesungguhnya melalui Intelegensi Embun Pagi. Kita tunggu saja.
Setelah bertemu Si Jaga Portibi, Ichon jadi tak pernah tidur. Ia akan bergadang semalaman sambil bermain gitar, membaca, atau belajar. Sebab, tiap tidurnya jadi pertaruhan nyawa. Si Jaga Portibi menunggunya di alam mimpi.
SUARA USU, EDISI 100, NOVEMBER 2014
iklan 27
28
potret budaya
SUARA USU, EDISI 100, NOVEMBER 2014
Inaugurasi, Budaya Kekal Kenalkan Kampus Lazuardi Pratama
Inaugurasi adalah salah satu kegiatan mahasiswa yang kontroversial setiap tahun. Pelaksanannya telah jadi tradisi turun-temurun.
M
iftah Farid masih ingat betul kejadian Minggu, 5 Oktober dini hari. Ia, dan rekan-rekan sesama mahasiswa baru (maba) dipaksa berguling-guling di halaman penuh rumput sambil terkantuk-kantuk, sebab hanya tidur setengah jam malam itu. Kata-kata kasar yang keluar dari mulut senior saat mereka berguling membuat mereka tetap terjaga. Mahasiswa Agroekoteknologi 2014 Fakultas Pertanian (FP) ini tiba-tiba merasa tidak enak badan. Ia dibawa ke klinik darurat panitia inaugurasi. Sebelum kejadian itu, Miftah dan maba FP lainnya baru saja mendengar ceramah dari senior-senior mereka dalam sebuah ruangan. Jam 11 malam, para maba dipersilahkan tidur. Setengah jam berselang, datang keributan. “Bangun-bangun!” kata panitia membangunkan maba laki-laki. Miftah mendengar ada suara kursi dibanting-banting. Setelah semua maba terbangun, mereka disuruh push-up, lalu keluar ruangan, dan berguling-guling di halaman. Hampir sama nasibnya dengan Fajar Anugerah Tumanggor, maba Ilmu Politik 2014 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 18 Oktober lalu, saat tengah malam, setelah makan malam dan diskusi, mereka dipersilahkan tidur. Sekitar satu atau dua jam kemudian, maba dipaksa bangun mirip dengan cara yang diterima Miftah. Para maba kemudian dibariskan di halaman, laki-laki membuka kausnya. Dalam hujan dini hari, maba mendengarkan orasi dari senior, berdiri sampai jam 5 pagi. “(Kami— red) mendengarkan orang berorasi enggak penting, anggar-anggar aja, mentang-mentang senior,” keluhnya. Mifta menilai kegiatan macam inaugurasi ini membawa banyak mudarat daripada manfaat. “Enggak setuju! Banyak dampak negatifnya, macam ospek-ospek itu,” katanya. Fajar sepakat. Kegiatankegiatan dalam inaugurasi yang ia terima seperti berjalan jongkok untuk mendapat makan dan pemangkasan rambut kepala bagian kiri adalah pembodohan, terlepas dari pengetahuan yang ia dapatkan dari interaksi dengan senior di sana. Tapi, Fajar tiba-tiba riang gembira, sebab tahuntahun mendatang, ia bisa melakukan hal sama ke juniornya. “Lebih enak kalau jadi senior,” ujarnya tertawa. Inaugurasi dengan berbagai pro dan kontranya mau tidak mau sudah menjadi budaya sebagian mahasiswa USU. Hanya beberapa fakultas dan departemen yang tidak melakukannya, seperti Fakultas Kedokteran dan Fakultas Psikologi. Ketua Jurusan Sosiologi Lina Sudarwati bilang dulu saat jadi mahasiswa ia melihat kegiatan yang sama konsep acaranya. Mahasiswa senior di kampus melaksanakan kegiatan yang acara intinya sebuah upacara menerima maba agar “sah” menjadi bagian dari kampus. Sejak jadi dosen, ia merasa arah kegiatan semakin bias, dari pengenalan asyik menjadi rawan kekerasan. Menurutnya, kegiatan ini adalah mekanisme balas dendam antara mahasiswa yang dulunya maba setelah menjadi senior kepada juniornya.
YANTI NURAYA SITUMORANG | SUARA USU
DIRENDAM
Mahasiswa DIII Perpustakaan direndam oleh senior selama berjam-jam di Haranggaol, Minggu 11 Oktober. Kegiatan inagurasi ini masih dilakukan sejumlah fakultas meski sudah dikeluarkannya surat edaran dari rektorat dan dekanat untuk meniadakan inaugurasi di setiap fakultas dan departemen.
Seperti yang dikatakan Fajar. Senior cenderung melakukan upacara yang sama dengan juniornya agar dapat mengakui junior tersebut bagian dari senior. Tak hanya itu, ada tekanan dari yang lebih senior dan alumni kepada senior yang gilirannya menjadi panitia agar melakukan hal serupa. “Kalau tidak dilakukan, akan dikucilkan dari sebagian senior dan alumni,” ujarnya. Inilah penyebabkan secara berantai, inaugurasi tetap lestari sampai sekarang Hal ini dibantah Bradus Sinambela, mahasiswa Fakutas Kehutanan (Fahuta) 2011. Inaugurasi di kampusnya, FP—Fahuta belum menggelar inaugurasi sebab baru saja berdiri—lebih banyak mendidik maba. Maba masih membawa karakteristik anak sekolahan yang egois. Sehingga menurutnya harus ditempa menjadi kolektif dengan inaugurasi. Inaugurasi dengan cara keras seperti membentak dan kegiatan outdoor adalah cara terbaik perbaiki karakter maba. “Terbukti sampai sekarang, kami ini semua masih dekat, bahkan sampai jadi alumni,” tuturnya. Bradus tetap berpegang teguh bahwa inaugurasi adalah kegiatan positif. Budaya yang hendak diputus “Itu budaya yang harus kita putuskan!” seru Raja Bongsu Hutagalung, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kealumnian. Dengan berapiapi ia kembali berkata, “Banyak mudaratnya itu!”
Bongsu tahun lalu mengeluarkan surat edaran kontroversial, isinya melarang pelaksanaan inaugurasi oleh mahasiswa. Surat larangan itu kemudian diteruskan ke tiap-tiap dekanat membuat himpunan mahasiswa departemen ketar-ketir. Mereka ramairamai mengganti nama kegiatan dari inaugurasi menjadi bermacam-macam. Contoh, Communication Gathering di Departemen Ilmu Komunikasi, Kessos Camp di Departemen Kesejahteraan Sosial, Agroexpo and Student Gathering di Agroekoteknologi dan lainnya. Baik Fajar, Bradus, dan Devi sama-sama menolak. Fajar masih ingin lakukan hal serupa terhadap juniornya nanti. Sementara Bradus menuding rektorat cuci tangan, sebab melepas tanggung jawabnya terhadap kegiatan mahasiswa. Menurutnya pemutusan budaya secara tiba-tiba dapat meresahkan banyak mahasiswa, sebab telah mengakar. Devi menolak karena rektorat tidak melihat substansi inaugurasi sebagai alat pengenalan kampus. Menurutnya, secara substansi inaugurasi adalah kegiatan yang bagus buat maba. Ia sadar kegiatan ini rawan kekerasan. Namun rektorat harusnya tidak boleh langsung melarang. Bongsu tetap pada pendiriannya: budaya kenalkan kampus ini harus diputuskan dari sekarang. Ia mengaku lelah menerima pengaduan-pengaduan dari orang tua mahasiswa ihwal inaugurasi, seperti pengutipan kontribusi dan kekerasan yang terjadi. “Apa itu cuci tangan? Kita enggak mau bikin USU ini heboh,” tandasnya.
SUARA USU, EDISI 100, NOVEMBER 2014
iklan 29
30 iklan
SUARA USU, EDISI 100, NOVEMBER 2014
SUARA USU, EDISI 100, NOVEMBER 2014
17 Oktober 2014
momentum 31
10 November 2014
Sadarkan Masyarakat Pentingnya Pangan Lokal, SYFM Gelar Aksi Sejumlah mahasiswa, alumni, dan dosen dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik serta komunitas pemuda tani yang tergabung dalam Sumatera Youth Food Movement (SYFM) menggelar aksi sosialisasi dan kampanye pangan lokal untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya gunakan pangan hasil petani lokal. Hal ini diungkap Ketua Aksi Ricki Santoso, 16 Oktober sore. Ricki berharap setelah aksi ini masyarakat mau beralih ke pangan lokal. Salah seorang dari komunitas pemuda tani, Jamak Sari berpendapat selama ini masyarakat masih lebih memilih produk impor dibanding lokal dikarenakan harganya yang lebih murah. Ia mengharapkan masyarakat lebih memperhatikan nasib petani lokal seperti dirinya. (Arman Maulana) 2 November 2014
Peringati Sumpah Pemuda, Paguyuban KSE Kutip Sampah
AMANDA HIDAYAT | SUARA USU
Paguyuban Karya Salemba Empat (KSE) USU menggelar aksi kutip sampah dalam rangkaian acara peringatan Hari Sumpah Pemuda di trotoar Jalan Almamater Pintu 3, Minggu, 2 November. Aksi ini bertujuan menumbuhkan rasa cinta pemuda pada tanah air. 9 November 2014
Perdana, Kampanye Pemira FH Dibuka dengan Seremoni Komisi Pemilihan Umum (KPU) Fakultas Hukum (FH) membuka masa kampanye pemilihan umum raya (pemira) dengan seremoni 10 November di area garden class jam 9 pagi. Hal ini disampaikan Ketua KPU FH Bakhtiaruddin D, Jumat (7/11). Katanya, ini belum pernah digelar sebelumnya. Dalam acara tersebut setiap kelompok aspirasi mahasiswa (KAM) dan calon gubernur-wakil gubernur (cagub-wagub) masing-masing memperkenalkan diri di depan mahasiswa. Tujuannya agar dapat menjalin hubungan yang lebih dekat antarpeserta pemira dan mahasiswa. Pembukaan ini akan dihadiri seluruh perwakilan KAM dan cagub-wagub yang telah lulus verifikasi dan dinyatakan sah jadi peserta pemira, yakni KAM Madani, KAM Rabbani, KAM Bersama, KAM Pembebasan, KAM Erat, KAM Revolusi, dan KAM Nusantara. Sedangkan cagub-wagubnya yakni Agung Hamdi-Zuhri Eko, Andreas Lifra-Frimanda Ginting, Anggie R K Harahap-Auzy Arifin Hutabarat, Yersa Umar Hasibuan-Teresia Gabriella C Sinuraya, dan Dennny Dendi-Michael Benhard. (Mutia Aisa Rahmi)
Satpam Tangkap Pelaku Curanmor Petugas Satuan Pengamanan (Satpam) USU berhasil menangkap pelaku pencurian sepeda motor di parkiran samping Gedung B Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Penangkapan dilakukan sekitar pukul 17.15 WIB. Sepeda motor yang akan diambil pelaku bermerek Satria F milik Adrian Fauzan Harahap, mahasiswa DIII Administrasi Perpajakan 2014. Petugas Satpam Edy Siswanto bilang dirinya memantau aksi mencurigakan si pelaku. Awalnya sepeda motor tak kunjung hidup di tangan si pelaku. Saat terbukti ingin mencuri, si pelaku sempat berniat kabur. Namun usahanya gagal, dua mahasiswa yang tak sengaja lewat langsung menangkap si pelaku. “Pas ditangkap langsung dikeroyok sama mahasiswa,” jelasnya. (Santi Herlina) 13 November 2014
Demo BBM, Mahasiswa Sandera Truk Tangki BBM
YULIEN LOVENNY ESTER G | SUARA USU
Seorang mahasiswa mencoret tangki truk pengangkut BBM dalam aksi unjuk rasa tolak kenaikan BBM, Kamis (13/11) oleh KBM FIB. Unjuk rasa ini berakhir dengan aksi saling lempar batu antar mahasiswa dengan masyarakat sekitar. 14 November 2014
Pascabentrok, Jadwal Piala Rektor Cabang Sepak Bola Ditunda Jadwal pertandingan cabang olahraga sepak bola turnamen Piala Rektor 2014 ditunda sampai waktu yang belum ditentukan. Hal ini disebabkan adanya bentrok antarsuporter tim sepak bola Fakultas Hukum (FH) dengan Fakultas Teknik (FT), Rabu, 12 November. Bentrok itu terjadi saat dan setelah pertandingan berlangsung. “Kalau kita tidak tunda, dikhawatirkan akan terulang lagi hal seperti ini,” kata Ketua Unit kegiatan mahasiswa (UKM) Sepak Bola USU Surya Fahrunisa sekaligus panitia penyelenggara pertandingan, Kamis (13/11). Sedangkan Manajer Tim Sepak Bola FT M Jefrizal Pasaribu bilang pertandingan harus tetap dilanjutkan karena cabang pertandingan ini paling ditunggu-tunggu di Piala Rektor 2014. Berbeda dengan Tri Marilandu, kapten sekaligus Manajer Tim Sepak Bola FH sepakat dengan keputusan Surya. “Ditundanya pertandingan adalah solusi tepat.” Sebelum bentrok, pertandingan sempat ditunda beberapa menit karena pendukung kedua kesebelasan masuk lapangan ketika pertandingan akan berakhir. Kemudian, dlanjut kembali setelah bentrok bisa diredam panitia. Pertandingan ini berakhir dengan keunggulan FH atas FT 1-0. (Amanda Hidayat)
32 profil
SUARA USU, EDISI 100, NOVEMBER 2014
Devin Defriza Harisdani
Bangun Jaringan, Manfaatkan Kesempatan Rati Handayani
Bagi Ketua PelaksanaUSU ASRI ini, kesempatan didapat dari jaringan dan tak datang dua kali. Begitu prinsipnya sejak masih mahasiswa hingga kini.
N
enek Devin menangis. Sebab saat keluar Auditorium USU, Devin langsung melepas toga wisuda. Padahal sang nenek ingin berfoto dengannya, seperti kebiasaan orang saat wisuda. Devin tak bisa mengabulkan permintaan itu. “Saya harus langsung bekerja,” katanya. Devin minta sesi foto wisuda dipindah ke studio dan ditunda jadi sepulang bekerja. Devin telah bekerja sejak masih berstatus mahasiswa Teknik Arsitektur USU. Debutnya dimulai saat semester tiga. Ia menawarkan diri mendesain kafé Penang Corner di Jalan dr Mansyur kepada om-nya yang seorang kontraktor. Lalu, semester berikutnya, ia kembali menawarkan diri mendesain rumah toko Sophie Martin di Jalan Setia Budi. Ini juga ditujukan pada omnya. Untuk desain kafé Penang Corner, Devin dapatkan rupiah yang lumayan besar saat itu—tahun 1993. Sebesar Rp 700 ribu dikantonginya, tapi ia tak melihat besar materi yang didapat. Ia pandang dari sisi lain: kesempatan. “Kesempatan enggak datang dua kali,” katanya. Saat semester tujuh, Devin magang di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi dan bangunan, berlokasi di Perumahan Tasbih Jalan Setia Budi, Medan. Ini bukan karena beban sistem kredit semester kuliah, tapi inisiatifnya. Ia lihat ini sebagai kesempatan, sebab ia punya kenalan di perusahaan itu. Pun Devin sadar, sebagai arsitek ia harus bekerja tim dan bekerja di bawah perintah. “Untuk jadi pemimpin harus belajar untuk dipimpin,” terangnya. Hal ini berhubungan dengan cita-cita Devin, ingin punya perusahaan di bidang jasa konstruksi dan bangunan. Selesai magang, Devin yang masih berstatus mahasiswa memasukkan lamaran sebagai pegawai di perusahaan tempat ia magang. Kebetulan, sedang ada lowongan. Devin diterima dan bekerja sebagai pegawai tetap hingga setahun setelah wisuda. Berbagai kesempatan yang ada memang ia peroleh dari
orang-orang di sekitar. Mengingat keluarga ayahnya banyak bekerja di bidang yang ia geluti. Baginya, hal itu sah-sah saja dilakukan untuk meraih peluang. Namun satu hal yang ia tekankan, ia harus bekali diri dengan ilmu dan pengalaman agar peluang setelahnya tak hilang. “Yang salah itu kalau orang yang memanfaatkannya tak berkemampuan,” jelasnya. Karena memanfaatkan kesempatan bekerja itulah Devin tak raih indeks prestasi kumulatif (IPK) cum laude. “Saya logis saja, karena saya bekerja,” jawabnya. Namun Devin bukan tak memasang target. Ia mengharuskan dirinya mendapat IPK di atas tiga. “Kalau IPK di atas tiga, orang tua saya bisa duduk di samping saya waktu wisuda,” jelasnya. Awalnya Devin tak berniat jadi dosen yang notabene ialah pegawai negeri sipil. Keinginan untuk bekerja dan magang di perusahaan jasa konstruksi dan bangunan hendak dijadikan bekal membuka perusahaan sendiri selepas kuliah. Namun kedua orang tuanya—yang berprofesi sebagai dosen—memintanya menjadi dosen. Awalnya ia menolak, namun akhirnya luluh karena permintaan sang nenek. Ia akui itu adalah keputusan yang berat. Keberatannya menjadi dosen dikarenakan gaji yang tak banyak. Apalagi ia tak bisa berkarya layaknya arsitek. Namun, siapa sangka ternyata Devin tetap bisa berkarya. Ia berkarya di unit kerja pelaksana program kerja rektor bidang sarana dan penunjang akademik bernama USU ASRI. *** Devin dan Prof Arman, Wakil Rektor II berkeliling USU. Niatnya melihat keadaan fasilitas sekitar kampus. Langkah mereka terhenti di parit dekat Sumber yang berguna sebagai saluran. Mereka berkesimpulan parit itu perlu perbaikan agar USU tak lagi banjir. Dari sana muncul pula gagasan untuk membentuk unit kerja pelaksana program kerja rektor bidang sarana
WENTY TAMBUNAN | SUARA USU
dan penunjang akademik. Devin berniat menjadikan USU akan asri dalam arti sesungguhnya. Prof Arman pun mengonsep unit kerja tersebut dengan menambah kata ASRI. ASRI berarti Academic, Sustain, Relevance and Integrated. Cita-citanya, menjadikan program tersebut berkesinambungan dan relevan dalam meningkatkan pelayanan dan kualitas akademik. Itulah yang mendasari berdirinya USU ASRI ada pada November 2010. Itu bukan kali pertama Prof Arman dan Devin berdiskusi. Keduanya telah saling kenal sejak sebelumnya Prof Arman menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknik. Sedangkan kala itu Devin menjabat Sekretaris Departemen Teknik Arsitektur. Kata Devin, Prof Armanlah yang menawarkan untuk menjadi Ketua Tim Pelaksana USU ASRI. Devin tak menolak tawaran karena ia kembali melihat kesempatan. Memang, sejak
Prof Arman kenal Devin, Prof Arman mengakui Devin ialah pribadi pekerja keras. Kesan Prof Arman tentang pribadi Devin sebagai pekerja keras terakhir kali baru-baru saja terjadi. Hari itu Devin menyodorkan lembaran-lembaran berisi perencanaan sepeda kampus padanya. “Lah, masih sempat mengerjakan ini?” tanya Prof Arman. “Karena aku sukanya, Bang,” jawab Devin saat itu seperti ditirukan Prof Arman. Prof Arman paham Devin sangat sibuk karena jadi andalan banyak orang di rektorat. Devin memang tak hitunghitungan, ia sering lembur di kantornya di Lantai II Biro Rektor sana. Rekannya di USU ASRI, Luthfi Hakim pun katakan hal serupa. Malah lebih lagi, Luthfi bilang dosen di USU harusnya punya dedikasi tinggi seperti Devin. “Kalau kayak Bang Devin semua dosen USU, maju USU ini,” pungkasnya.
BIODATA
Nama: Devin Defriza Harisdani
Tempat, Tanggal Lahir: Medan, 10 Agustus 1975
Riwayat Pendidikan: - TK Perwari Medan (1979-1980) - SD Pahlawan Medan (1980-1986) - SMP Negeri 1 Medan (1986-1989) - SMA Negeri 1 Medan (1989-1992) - S-1 Teknik Arsitektur USU (1992-1997) - S-2 Magister Pembangunan Kota USU (2005-2008)
Jabatan: - Sekretaris Departemen Teknik Arsitektur USU (2006-2011) - Panitia International Conference Friendly City Kwala Namu Airport and Regional Development (2011-2012) - Manajer Kelompok Kerja USU ASRI 2011-2012 - Ketua Pelaksana Tim USU ASRI 2012-2013 - Ketua Pelaksana Tim USU ASRI 2013-2014 - Dosen Teknik Arsitekur USU 1997-sekarang Penghargaan: - Satyalancana Karya Satya X Tahun 2012