Snt 16052016

Page 14

Jelajah

Senin, 16 Mei 2016

Halaman 14

Potensi Wisata Sejarah di Lobar

Jejak Peninggalan Perang Dunia II di Pantai Barat Sekotong Ketika menjajah Indonesia, ekspansi Jepang meluas hingga ke pelosok. Konon, ekspansi Jepang pada masa itu meluas hingga ke Pulau Lombok. Beberapa lokasi strategis pun sempat dikuasai untuk dijadikan markas pertahanan menangkal serangan musuh.

(Suara NTB/her)

Senjata meriam diduga peninggalan Jepang kondisinya memprihatinkan dan seakan-akan diabaikan.

Senjata Meriam Bukti Sejarah yang Dijarah

JEJAK-jejak peninggalan tentara Jepang itu masih ada di pesisir pantai bagian Barat Sekotong. Tepatnya di Desa Batu Putih, Kecamatan Sekotong, Lombok Barat (Lobar). Konon lokasi ini menjadi pertahanan Jepang pada zaman itu. Di sini terdapat beberapa peninggalan bersejarah pada zaman penjajahan Jepang yang bisa ditemukan berupa senjata meriam, benteng, gua tempat penyimpanan senjata dan gudang penyimpanan beras. Bukti sejarah itu, masih ada sampai saat ini. Ada juga jalan setapak mengitari tebing laut sepanjang hampir tiga kilometer yang konon dibangun pada saat itu. Jalan ini menghubungkan bagian pantai dengan dataran tinggi tempat senjata ini. Menelusuri keberadaan jejak peninggalan perang tentara Jepang, akhir pekan lalu Suara NTB menjelajahi lokasi peninggalan tersebut. Di tengah terik panas mahatari siang itu, Suara NTB menyusuri jalan setapak yang kondisinya terjal dan berbatu mengitari lereng gunung. Medan yang dilalui sangat sulit sebelum tiba di lokasi sejumlah peningalan bersejarah itu. Menuju ke lokasi senjata ini, para pengunjung bisa melalui beberapa jalur. Beberapa jalur ini kerap dilalui oleh masyarakat mencari kayu. Di tengah perjalanan, persis di pinggir laut ditemukan tembok dari bebatuan yang tersusun rapi seperti berbentuk benteng. ‘’Ini konon benteng pertahanan penjajah,’’ terang Abdul Siri sesepuh Desa Pelangan yang turut serta dalam rombongan tersebut. Bangunan benteng ini berukuran sekitar lima meter lebih dengan bentuk bangunan persegi. Namun akibat tak terawat, sejumlah bebatuanmulai ambruk. Tak jauh dari benteng itu, ada bangunan segi empat. Tempat ini, konon menjadi lokasi eksekusi mati tahanan dan para warga pribumi oleh tentara penjajah. Bangunan ini, sekarang tak terlihat karena ditumbuhi semak belukar lebat. Melanjutkan perjalanan ke lokasi senjata meriam, rombongan disuguhkan medan berat dan menantang. Jalur ini sepertinya cocok untuk jalur trekking, karena di samping medannya cukup terjal juga di bawah bukit terdapat pemandangan laut yang indah. Jika penjelajah melihat ke bawah, rasa lelah pun akan hilang. Menempuh menempuh perjalanan panjang dengan medan terjal, akhirnya ditemukan lokasi senjata meriam dimaksud. Senjata meriam itu tampak kokoh berdiri dipinggir tebing. Senjata ini sepertinya sengaja dibangun menjorok ke laut, tujuannya agar mempermudah menyerang musuh melalui jalur laut. ‘’Di kawasan ini, ada enam buah senjata meriam. Namun yang masih utuh hanya dua unit sedangkan sisanya hilang diduga dijarah,’’duga Siri. Menurutnya, mungkin belum banyak masyarakat yang tahu kalau di daerah Lobar bagian selatan persisnya, di kawasan Sekotong bagian barat ada peninggalan perang II sebagai akhir zaman penjajajan Jepang di Nusantara ini. Di kawasan ini juga terdapat dua tempat penyimpanan cadangan makanan dan senjata yang masih tertanam di dalam gua. (her)

BEBERAPA peninggalan bersejarah pada zaman penjajahan Jepang seperti senjata meriam ditemukan di Sekotong, Lombok Barat (Lobar). Namun sangat disayangkan, peninggalan sejarah ini tak terawat. Senjata meriam ini, justru dibiarkan dijarah oleh oknum tak bertanggung jawab. Di bagian dinding senjata itu, tertera indentitas senjata itu. Senjata berupa meriam itu, merupakan buatan Jerman sekitar tahun 1901. Bagian cerobong senjata masih utuh, hanya saja sebagian komponen sejata ini terlihat tidak ada di tempat karena ulah tangan jahil. ‘’Ini pasti ulah tangan tidak bertanggung jawab,’’ kata Abdul Siri Petugas relawan Tagana NTB tersebut. Senjata ini konon merupakan peninggalan penjajah Jepang pada perang dunia II. Menurutnya, tidak hanya senjata ini saja di kawasan tersebut. Namun ada senjata lain yang belum ditemukan. Untuk melestarikan keberadaannya, di samping sebagai lokasi tujuan wisata ia berharap agar Pemkab Lobar melakuan pemugaran peninggalan tersebut. Jangan sampai peninggalan bersejarah ini lenyap begitu saja, karena tak diurus pemerintah. Pihaknya sendiri telah bersurat ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB termasuk ke Gubernur NTB dan pihak terkait lainnya namun belum ada respons. Ia meminta agar Pemda melakukan pemagaran agar peninggalan bersejarah itu terjaga. Abdul Siri juga mengusulkan agar dibangun akses jalan untuk memudahkan pengunjung ke tempat bersejarah itu. Beberapa senjata meriam ditemukan tidak utuh lagi karena bagian cerobong senjatanya dicuri oknum warga. Selain itu, sejumlah komponen banyak yang tidak utuh lagi. Terpisah, Kades Batu Putih menyatakan, senjata meriam yang ada di kawasan itu hanya tinggal empat unit. Itupun hanya ada dua yang masih utuh sedangkan sisanya entah kemana. Terkait keberadaan peninggalan Jepang itu, pihak yang berwenangseharusnyamengelolanyadenganbaik.‘’Inikawasan yang dikelola BKSDA dan seharusnya situs bersejarah itu juga menjadi bagian yang harus diperhatikan,’’ ujarnya. (her)

Benteng pertahanan konon peninggalan penjajahan jepang di sekitar laut Pemalikan, Desa Batu Putih.

Senjata meriam diduga peninggalan Jepang kondisinya memperihatinkan karena tak diperhatikan pemerintah.

(Suara NTB/her)

(Suara NTB/her)

Berburu Ombak di Pantai Tanjung Kablet tu tempuh dari Gerung hingga ke lokasi ini kurang lebih 2 jam perjalanan. Namun, dengan diperbaikinya infrastruktur jalan dan jembatan membuat waktu tempuh menjadi lebih singkat. Buruknya fasilitas jalan memang sering dikeluhkan para pengunjung, terutama akses dari Desa Batu Putih menuju Pemalikan yang masih berbatu. Meski belum ada jaringan listrik, sebagian penduduk telah menggunakan genset untuk menerangi rumahnya. Bahkan ada pula yang menggunakan teknologi panel surya. Dari keterangan warga seki-

tar, bahwa kerap kali tamu asing datang menggunakan speedboat dari Bali. Mereka kebanyakan adalah penggemar olahraga selancar dari berbagai belahan dunia. Ada pula tamu yang sengaja datang menggunakan helikopter ke lokasi ini di sebuah bukit landai hanya untuk berburu ombak. Dulunya Tanjung Kablet sangat berbeda dari yang sekarang. Dulu, tamu yang datang terpaksa harus menginap seadanya di rumah-rumah penduduk. ‘’Kini, pantai yang masuk dalam kawasan Pemalikan itu sudah penuh

dengan rumah sewa (bungalow) dan rumah makan mini di pesisir pantai,’’ ujar Opik, salah seorang pengunjung. Diakui, selama seminggu ketika cuaca bagus untuk surfing, wistawan mencapai ratusan orang datang ke lokasi itu. sampai-sampai pengelola tidak mampu menampung karena jumlah pengunjung sangat membeludak. ‘’Kadang tidak bisa tertampung,’’ akunya. Kebanyakan wisatawan yang datang dari Australia, Brazil dan Eropa. Dengan jumlah penduduk yang cukup besar, kawasan Pemalikan telah me-

miliki sebuah sekolah Madrasah Ibtidaiyah. Pemalikan menawarkan lingkungan yang alami dan menyimpan potensi pariwisata yang luar biasa. Namun sangat disayangkan lokasi wisata ini tidak tertata dengan rapi. Bahkan diduga bangunan yang ada di lokasi ini llegal karena tak mengantongi izin dari Pemkab setempat. Lambat laun jika dibarkan akan berdampak tidak baik bagi kawasan itu, karena ke depan kawasan ini akan berkembang seiring dengan akan dibangunnya infrastruktur jalan ke kawasan itu. (her)

(Suara NTB/her)

Giri Menang (Suara NTB) Tak jauh dari lokasi senjata meriam di Desa Batu Putih, Kecamatan Sekotong, Lombok Barat (Lobar), terdapat lokasi wisata nan indah. Pasir pantainya tampak putih dengan ombak yang tinggi mengundang para wistawan Eropa berburu ombak di pantai itu. Pantai yang dimaksud ini adalah Tanjung Kablet. Pantai ini telah menyita perhatian wisatawan dunia khususnya peselancar, nama pantai ini belum begitu banyak diketahui masyarakat Lombok. Lokasi pantai ini terpisahkan oleh Bukit Bangko-Bangko. Wak-

Senjata meriam diduga peninggalan Jepang kondisinya memperihatinkan karena tak diperhatikan pemerintah.

Pemandangan ombak di Tanjung Kablet yang diburu para peselancar dari belahan dunia namun sayang lokasi wisata ini belum tertata.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.