selembar Suara Mahasiswa
Edisi V. Desember 2015
Buletin Terbitan Pers Suara Mahasiswa Unisba
New Message
Editorial
Waspada! Di tengah siang, tepatnya ketika ruang redaksi Suara Mahasiswa sedang disibukan dengan penyempuraan ini-itu, ihwal tataletak majalah “Skenario Pentas Penatar”. Seorang rekan sesama Ormawa mengirimkan sebuah pesan singkat ke ponsel saya. "Di perpustakaan ada kehilangan HP, mangga bisi (Baca: Silahkan Kalau) mau diliput." "Ah apa-apaan kalau hanya karena masalah raibnya ponsel, kami harus turun liputan, kecuali HP pak rektor yang hilang," selintas pikir saya. Namun, hal ini jadi alasan mengapa kami mencoba turunkan sejumlah awak muda. Tujuannya untuk meriset dan mensurvei pendapat mahasiswa tentang tingkat keamanan kampus biru. Masih ingat dengan sejumlah tindak penipuan dengan embel-embel nama rektor? Ya, modus macam ini sempat marak dan terus diperbarui. Pelaku berkedok staf rektorat meminta sejumlah rupiah sebagai bukti keseriusan, mengikuti seminar terbatas di tempat-tempat tersohor nusantara. "Kamu orang terpilih!" Nada mayor pelaku saat mengkelabui korban. Dalam SM Selembar edisi Desember, Agus Susilo kepala Keamanan dan Ketertiban Unisba ikut berkomentar ihwal isu ini. Selain penipuan klasik ini, pencurian adalah tindak kriminal paling marema di sekitaran kampus. Ponsel dan dompet mahasiswa jadi incaran para pelaku, yang ternyata sangat mudah keluar masuk kampus biru. Survei ini juga menjabarkan pojok kampus mana saja yang dinilai rawan kriminalitas, menurut mahasiswa Unisba. Bila saat presentasi sewaktu SMA dulu, sering kita menjawab pertanyaan penguji dengan; "hal itu kembali pada pribadi masing-masing." Pun hari ini, kita menemui angka yang membuktikan bahwa rata-rata pemicu tindak kriminal adalah keteledoran pribadi. Teledor dalam menempatkan barang berharga, dalam berpenampilan, dalam bergaul, dan banyak lagi keteledoran yang berujung kecele. Tak pakai banyak bacot, langsung saja urai! Muhammad R. Iskandar Pimpinan Redaksi
Magang: Sugiarto, Agistha Vidyani S., Resy Yasinza, Elgea Nur Balzarie, Fadhil Nur Islami, Riska Andriyani, Giyanti Indah, Maitsaa Salsabila
Mengatasnamakan Rektorat, Mahasiswi Unisba Hampir Tertipu.
Kriminalitas dapat terjadi pada siapa, kapan, dan di mana saja, bahkan di wilayah kampus sekali pun. Pada pertengahan September lalu, salah satu mahasiswi Unisba menjadi salah satu korban tindak kriminalitas, yakni penipuan. Ia Anindita Fitriyani, mahasiswi Fakultas Psikologi 2015, mengaku pernah terkena hipnotis. “Iya, aku pernah ke-hipnotis, lewat telepon,” ujarnya saat diwawancari lewat Line. Saat itu, perempuan yang akrab disapa Anin ada di daerah Cikapayang, tempat indekosnya berada. Sekitar pukul enam pagi, ia mendapat sebuah panggilan telepon. Ia yang sedang tertidur lalu terbangun untuk langsung mengangkat telepon tersebut. Dengan mengatas namakan Rektor Unisba, pelaku berkata bahwa Anin terpilih menjadi salah satu perwakilan Unisba, untuk melakukan seminar di Bali. Singkat cerita, sang pelaku menjanjikan akan mentransfer uang saku untuk biaya seminar. Ia meminta nomor rekening Anin dan menanyakan jumlah uang yang ada di dalamnya. Janggalnya, pelaku menyuruh Anin untuk pergi ke bank saat itu juga serta memaksa agar teleponnya tidak ditutup. Nasib baik, saat Anin hendak pergi ke bank, ia disadarkan oleh temannya. Semula, Anin tidak mau menutup teleponnya, namun setelah ia dipaksa, pada akhirnya tersadar. “Pas mau ke bank, temen aku nyadarin. Tadinya aku enggak mau tutup telepon, tapi bahu aku ditepuk terus akhirnya aku sadar,” jelasnya. Setelah tersadar, Anin mengecek salah satu media sosial dan ternyata ada pengumuman tentang modus penipuan seperti itu. Modus ini juga terjadi pada sejumlah mahasiswa Unisba lainnya. Hal ini diakui oleh Anin, yang mengatakan jika ada temannya juga yang terkena kasus serupa. “Ternyata pas aku lihat grup angkatan, teman-teman aku juga kena, malah ada yang sampai keambil uangnya,” urainya. Menanggapi hal ini M. E. Fuady, Kepala Bagian Humas Unisba mengatakan, modus seperti itu tampaknya banyak terjadi di universitas lainnya. Di Unisba, kasus ini sudah terjadi dari tahun 90-an, dengan pola yang berubah mulai malalui surat sampai via telepon. Kasusnya sama, dengan meminta mahasiswa atau dosen untuk mengikuti seminar dan lain sebagainya. Tak jauh berbeda, Aris Widiarso mengungkapkan, penipuan seperti itu banyak terjadi baik di luar maupun di wilayah kampus. Bukan hal yang aneh jika pelaku mengetahui nama-nama dosen dan staf di Unisba, karena informasi seperti itu mudah didapatkan. “Penjahat nguliknya bisa aja, kan ada buku akademik, ada nama dosen, rektorat, dekan dan lainnya. Jadi penjahat bisa gampang bawa nama rektorat dan dosen di sini,” ujar Kepala Bagian Kemahasiswaan ini.