SuaraGEA Edisi 2011

Page 23

#geo-inspiro “Siap dengan Segala Kemungkinan Bencana�

“Siap dengan Segala Kemungkinan Bencana� #geo-inspiro 1.

B

Siap dengan Segala Kemungkinan Bencana ila manusia tidak menghuni tempat terjadinya

juga Pemerintah Daerah dan instansi terkait lainnya harus

gejala kebumian, maka semua gejala kebumian

lebih siap dan terkoordinasi dalam penanganan bencana

itu bukanlah bencana, namun keniscayaan

kebumian yang akan terjadi di daerahnya serta upaya

alam. Itulah dinamika bumi, seperti adanya gempabumi,

penanggulangannya, sehingga tidak terkesan, setiap

tsunami, atau letusan gunungapi. Namun, karena

b e n c a n a t e r j a d i , Pe m e r i n t a h D a e ra h t e r g a g a p

manusia berdiam di kawasan yang rawan bencana, maka

menghadapinya.

gejala kebumian itu berdampak pada manusia

Pemerintah Daerah beserta elemen masyarakat

penghuninya. Di sinilah letak permasalahannya,

harusnya benar-benar memahami informasi bahaya yang

bagaimana mengurangi sekecil-kecilnya risiko yang

mungkin terjadi di daerahnya, serta mengetahui tata cara

ditimbulkan karena adanya gejala

penanganannya. Pemerintah Daerah, baik di tingkat Provinsi maupun di tingkat Kabupaten, harus menyusun rencana

kebumian. Karena faktor manusia

kesiap-siagaan, sehingga segala upaya mitigasi itu lebih

y a n g

terencana dan mempunyai prosedur dan skenario yang jelas

m e n j a d i

pertimbangan utama,

dalam penanganannya. Pemerintah Daerah seharusnya

maka bukan hanya

mempunyai dokumen rencana kesiagaan menghadapi

m s ya ra k a t ya n g

bencana itu, yang dapat dijadikan pedoman dalam

h a r u s b e r s i a ga

menentukan kebijakan penanganan bencana kebumian,

menghadapi

sehingga mitigasi dan penanganan bencana kebumian dapat

s e g a l a

dilaksanakan lebih optimal.Untuk kesiagaan menghadapi

kemungkinan

bencana kebumian, sebaiknya pertanyaan-pertanyaan dasar

bencana, namun

ini dijawab oleh Pemerintah Daerah dengan baik.

Sudahkah sosialisasi mitigasi bencana dilakukan secara terus-menerus ke sumua kalangan? 2. Siapa yang akan memegang kendali yang berwibawa sehingga dituruti oleh semua yang terlibat dalam penanganan bencana? 3. Apakah semua informasi tentang penduduk yang terlewati zona patahan atau di kawasan rawan bencana gunungapi sudah didata dengan baik dan akurat? Ada berapa lembur/kampung dan desa yang dilewati zona itu, ada berapa rumah d e n g a n ko n d i s i b a n g u n a n nya , m a s j i d , puskesmas, gedung sekolah, jembatan, dan ada berapa ribu siswa, berapa ratus guru, ustadz, anak-anak, lanjut usia? 4. Tidak bermaksud untuk membuat kepanikan bagi warga yang terlewati zona gempa, sudahkah ada sosialisasi bencana bagi seluruh warga tentang bagaimana cara menyelematkan diri bila bencana itu terjadi? Sudahkah ditetapkan lokasilokasi yang aman di sekitar kampung itu yang dapat menjadi tujuan semua warga untuk mengungsi, sekaligus menjadi pusat informasi? 5. Di setiap kabupaten itu ada berapa dokter yang siap diturunkan di daerah bencana? Ada berapa ruangan yang terdapat di rumah sakit? Siapkah membangun rumahsakit lapangan di lokasi bencana, adakah fasilitasnya? Ada berapa ambulans yang laik jalan? Ada berapa persediaan kantung mayat? 6. Siapkah tenda-tenda lapangan yang dapat segera dipasang di lokasi bencana dengan jumlah yang memenuhi sesuai jumlah pengungsi? Bagaimana pengaturan MCK-nya? 7. Adakah bahan pangan yang tersedia dengan cukup dan segera dapat dikirim ke lokasi bencana sebelum mereka kelaparan? 8. Bagaimana cara termudah dan cepat dalam penyediaan air bersih dengan jumlah yang mencukupi untuk seluruh pengungsi? Bagaimana cara pendistribusiannya dengang baik? 9. Bila aliran listrik PLN jaringannya putus, sehingga kawasan itu gelap gulita, adakah pengganti penerangan yang segera dapat dijalankan untuk kepentingan yang bersifat sangat vital, seperti rumahsakit lapangan? 10. Ada berapa mobil pemadam kebakaran yang laik dengan sumber-sumber air yang tersedia? Berapa jarak antara pusat pemadam kebakaran dengan lokasi bencana? 11. Bila ada jembatan yang roboh, dapatkah hari itu juga segera dipasang jembatan darurat, sehingga jalur itu segera pulih dan pendistribusiaan kebutuhan pengungsi segera dapat dibagikan? 12. Ada berapa alat-alat berat yang dapat dimobilisasi untuk penanganan akibat bencana

Pertanyaan-pertanyaan dasar itu adalah:

halaman #42

suaraGEA - edisi 2011

suaraGEA - edisi 2011

alam? 13. Adakah daftar tenaga sukarela yang mempunyai keahlian dalam berbagai bidang yang dapat mengembang dengan cepat saat bencana terjadi? 14. Bagaimana cara membukukan bantuan dengan cepat dan terpercaya? 15. Bagaimana cara mendistribusikan bantuan dengan cepat dan tepat sasaran? 16. Bagaimana dan di mana korban bencana ditampung dengan aman? 17. Siapkah menjaga harta-benda masyarakat yang ditinggalkan untuk mengungsi dari para penjarah? 18. Bagaimana cara mengaudit bangunan dan kerusakan lainnya dengan cepat dan akurat? 19. Ada berapa orang psikolog yang siap diurunkan di lokasi bencana untuk turut serta memulihkan trauma anak-anak dari bencana? 20. Sudahkah membuat rencana tindakan, bagaimana cara medapatkan pakan ternak untuk domba, kambing, sapi, kerbau ketika semua rumput hancur karena letusan gunungapi? Bila ternak itu harus diungsikan, sudahkah ada tempat untuk pengungsian ternak? 21. Sudahkah membuat matrik tentang siapa mengerjakan apa, lalu diikuti dengan melengkapi segala perlengkapan yang diperlukan? 22. Tersediakah anggaran yang dapat segera cair untuk membantu keadaan darurat warga yang terguncang bencana? Bila semua pertanyaan itu dapat dijawab dan dipenuhi, lalu disimulasikan pelaksanaannya, Pemda tidak akan tergagap lagi ketika gempabumi terjadi, atau ketika gunungapi meletus. Bagaimana agar sukarelawan di lokasi bencana itu menjadi orang yang benar-benar mempunyai keahlian dan siap secara mental melihat keadaan kerusakkan yang dahsyat? Tentu hal ini memerlukan pelatihan sesuai dengan minat yang akan diambilnya saat bencana itu terjadi. Kesiapan TNI dengan berbagai keahliannya dan tangguh di lokasi bencana perlu dijadikan cermin, karena mereka sudah melalui lapihan yang terus-menerus. Melalui PMI, sukarelawan kesehatan dilatih secara regular, juga seharusnya bagi sukarelawan lainnya. Pelatihan-pelatihan untuk berbagai keahlian itu perlu diadakan secara reguler, sehingga bila terjadi bencana dapat mengembang dengan cepat dan dapat segera dimobilisasi. Koordinasi antara lembaga yang terlibat harus terus di bina dengan kesungguhan dan terus mengadakan simulasi-simulasi, sehingga pada saat terjadi musibah tidak kaget terlalu lama. [T. Bachtiar, alumnus geografi upi, anggota kelompok riset cekungan bandung, penulis bersama budi brahmantyo menulis buku best seller wisata bumi cekungan bandung]

halaman #43


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.