HUBUNGAN SESAR DAN GEMPA DAN STUDI SESAR UNTUK MITIGASI BENCANA
Sesar dan Gempa Bumi suaraGEA - edisi 2011 #geo-enviro “Sesar Lembang, Ancaman Gempa dari Bandung Utara
APA ITU SESAR? Batas lempeng dalam skala yang lebih kecil dikenal sebagai sesar yang merupakan suatu batas yang menghubungkan 2 blok tektonik (lempeng bumi) yang berdekatan (Puspito, 2000). Singkatnya sesar adalah suatu retakan atau patahan akibat pergeseran dua blok batuan. Bidang sesar (fault plane) adalah sebuah bidang yang merupakan bidang kontak antara 2 blok tektonik. Pergeseran bidang sesar dapat berkisar dari antara beberapa meter sampai mencapai ratusan kilometer. Sesar
merupakan jalur lemah, dan lebih banyak terjadi pada lapisan yang keras dan rapuh. Bahan yang hancur pada jalur sesar akibat pergeseran, dapat berkisar dari gouge (suatu bahan yang halus/lumat akibat gesekan) sampai breksi sesar, yang mempunyai ketebalan antara beberapa centimeter sampai ratusan meter (lebar zona hancuran sesar). Ada dua unsur sesar yakni hanging wall dan foot wall. Hanging wall adalah bagian sesar yang relatif berada di atas bidang sesar, sementara foot wall berada relatif di bawah bidang sesar.
Sesar Normal
Sesar Naik
GENESA SESAR Berdasarkan genesa atau proses terjadinya, sesar dikategorikan menjadi 3 jenis, yakni: 1. Sesar Normal (Normal Fault) di mana hanging wall bergerak turun relatif terhadap foot wall. Sesar turun ini bergerak searah gravitasi bumi diakibatkan gaya tegak lurus bidang sesar. Pada sesar turun ini dikenal bentukan alam yang disebut fault scarp (gawir sesar) atau tebing memanjang akibat patahnya suatu lapisan batuan. Contoh sesar turun terdapat di Sesar Lembang dengan gawir sesar sepanjang 22 kilometer dari Bukit Tunggul hingga Cisarua, Lembang. 2. Sesar Naik (Reverse Fault) di mana hanging wall bergerak naik relatif terhadap foot wall, gerakan sesar ini berlawanan dengan arah gravitasi bumi sehingga dibutuhkan tenaga endogen (dari dalam bumi) yang sangat besar untuk mematahkan lapisan batuan dan mengangkatnya ke a t a s . S e s a r i n i u m u m nya berasosiasi dengan lipatan lapisan batuan. Menurut Rovicky Dwi Putrohari, ahli geologi dari
halaman #26
Sesar Mendatar (Strike Slip)
diagram titik pusat gempa dan pergerakan sesar
3.
Universitas Gadjah Mada, contoh sesar naik terdapat di Kali Opak atau yang dikenal sebagai Sesar Opak yang memporak-porandakan Yogyakarta dan Bantul di tahun 2006. Sesar Geser (Strike-slip fault) adalah sesar yang memisahkan lapisan batuan berarah mendatar. Terdiri dari dua jenis; sesar mengiri apabila arah pergerakan lapisan relatif ke kiri dari lapisan lainnya, dan sebaliknya sesar menganan. Contoh sesar geser terdapat di Sesar Cimandiri yang memanjang dari Palabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi hingga Gandasoli, Kabupaten Subang. Sesar ini kerap menimbulkan gempa di Jawa Barat khususnya di Sukabumi.
suaraGEA - edisi 2011
Dimana tempat biasa terjadinya gempa bumi alamiah yang cukup besar, berdasarkan hasil penelitian, para peneliti kebumian menyimpulkan bahwa hampir 95 persen lebih gempa bumi terjadi di daerah batas antar lempeng kerak bumi dan di daerah sesar (Mori, 2004). Suatu bidang lemah berupa patahan atau retakan pasti akan memiliki kecenderungan untuk bergerak terlebih lagi apabila didukung oleh gaya-gaya yang besar seperti tumbukan lempeng bumi dan sebagainya. Gempa bumi sudah barang tentu akan menimbulkan kerugian moril maupun materil pada suatu daerah. Terlebih lagi apabila sesar tersebut melewati pusat kota atau pusat pemerintahan seperti halnya di Port Au Prince, Haiti di mana suatu gempa 7,0 SR benar-benar merusak stabilias negara tersebut beberapa tahun silam. Tak ubahnya dengan Sesar Lembang di Bandung Utara, Sesar Cimandiri, dan juga Sesar Opak.
Secara geologi, Indonesia termasuk kawasan tektonik aktif dan sebagai implikasinya banyak ditemukan sesar-sesar aktif yang memicu gempa bumi. Sebut saja Sesar Besar Sumatra (The Great Sumatra Fault) yang membelah Sumatera dari utara melewati Padang dan berakhir di sekitar Palembang. Ataupun Sesar Palu-Koro di Sulawesi Tengah, Sesar Sorong di Papua, Sesar Cimandiri dan Sesar Lembang di Jawa Barat, dan Sesar Opak di Bantul-Yogyakarta. Lalu bagaimana studi yang dilakukan para ahli kebumian? Studi mengenai sesar dapat dilakukan dengan metode Global Positioning System (GPS) yang berfungsi mencatat pergeseran blok atau lapisan batuan yang tersesarkan dalam skala waktu yang ditentukan, dari hal tersebut, dapat ditentukan keaktifan pergerakan sesar namun hal tersebut tidak dapat memprediksi kapan gempa akan terjadi. Namun yang terpenting mengenai gempa bumi dan sesar adalah bagaimana kita bisa memitigasi bencana yang diakibatkan oleh gempa bumi tersebut. Hal tersebut dapat dilakukan dengan persiapan struktural seperti perkuatan bangunan, pemberian kode bangunan mulai dari yang rawan roboh hingga yang kuat, serta penentuan jalur evakuasi dan assembly point. Sementara itu mitigasi bersifat non-struktural seperti pelatihan dan simulasi gempa bumi serta penyadaran masyarakat akan resiko daerahnya. Fenomena bumi adalah suatu kepastian, gempa bumi pun tak dapat ditebak kapan datangnya, namun persiapan dapat kita lakukan sedini mungkin. [nfl]
suaraGEA - edisi 2011
halaman #27