Majalah Stomata Edisi 3

Page 1

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

1


2

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013


Editorial

Mencari Sektor Pembiayaan yang Ideal Bagi Petani Saat ini, sepertinya, tidak ada lagi anak-anak yang memiliki cita-cita menjadi petani. Wajar saja, petani tidak lagi terlihat ­menjadi profesi karena lekat ­dengan kemiskinan.

P

etani identik dengan penghasilan tak menentu, terlilit utang dan hidup di bawah garis kemiskinan. Hal ini terjadi karena kondisi per­tanian nasional yang masih jauh dari harapan. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyebut ada enam persoalan mendasar yang membuat sektor pertanian Indonesia sulit berkembang yaitu masalah lahan, bibit, infrastruktur, Sumber Daya Manusia, pembiayaan petani. Enam masalah pertanian itu akan semakin sulit dituntaskan karena se­banyak 55 persen petani di negeri ini yang berstatus petani peng­garap itu tidak mempunyai aset atau ha­­nya memiliki sedikit aset. Padahal aset dibutuhkan untuk agunan ­k redit­yang merupakan syarat utama dalam memperoleh modal dari lembaga keuangan seperti perbankan. Karenanya, masalah pembiayaan atau keterbatasan modal menjadi m ­ asalah klasik yang tidak terpecahkan hingga kini. Hal ini terjadi karena kalangan perbankan melihat profesi petani tidak bankable hingga sulit mem­peroleh pinjaman modal. Guru Besar IPB Anton Apriyantono dalam satu

kesempatan pernah me­ngatakan, sampai kiamat pun petani tidak akan pernah bankable. Nyatanya KUR (Kredit Untuk Rakyat) lebih banyak dinikmati pedagang bukan petani produsen.’’ Karena stigma itu, petani terus terlilit dalam keterbatasan modal yang membuat mereka sulit untuk meningkatkan produksi, mutu, nilai tambah dan daya saing produk. Ujung-ujungnya, petani dipojokkan pada pilihan meminjam modal pada tengkulak atau rentenir tanpa birokrasi dan jaminan (collateral). Bagi petani, bunga tinggi rentenir tak jadi masalah asalkan dapat modal. Perbankan memang belum memberi perhatian penuh pada sektor pertanian, kendati penyaluran kredit di sektor ini ­me­ngalami pertumbuhan tiap tahun. Alhasil, penyerapan kredit pertanian masih rendah, hanya lima persen jika dibanding total kredit nasional. Di sisi lain, nilai kredit untuk petani kecil juga relatif lebih rendah ketimbang petani berskala besar dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Itulah sebabnya Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang sejak 2008 di­luncurkan oleh pemerintah, pen­ capaiannya masih dibawah sasaran. Karena itu, perlu adanya sinergi antara lembaga keuangan dengan petani untuk mendongkrak sektor pertanian sehingga ke­tahanan pangan Indonesia semakin kuat. Komunikasi sektor pem­biayaan (perbankan dan lembaga keuangan lain) dengan sektor pertanian harus diperbaiki untuk menanggulangi misunderstanding di antara kedua sektor, karena buruknya komunikasi dan informasi yang diperoleh masing-

masing sektor. Melalui perbaikan komunikasi dan pengemasan informasi yang lebih bersahabat ini diharapkan perbankan tidak lagi menganggap pertanian sebagai sektor kumuh, miskin, berisiko tinggi. Pertanian juga tidak lagi menganggap perbankan sebagai sektor elite, tidak mau tahu karakter petani, usaha tani dan sektor per­ tanian secara umum. Selain itu, harus didapatkan sistem pembiayaan yang lebih inovatif dalam membiayai sektor pertanian. Sehingga tidak sepenuhnya mengandalkan kredit program. Untuk itu, semua kalangan harus duduk bersama mencari solusi terbaik untuk petani Indonesia. Sebagai sahabat petani tentunya tidak ingin terus melihat nasib petani--yang sering diibaratkan---seperti tikus yang mati di lumbung padi. Wuryani Pujiastuti

Masalah pem­biayaan atau keterbatasan modal menjadi m ­ asalah klasik yang tidak terpecahkan hingga kini.

Majalah STOMATA PELINDUNG: Dewan Komisaris. PEMBINA: Dewan Direksi, Mulia Siregar. PEMIMPIN UMUM: Wuryani Pujiastuti. WAKIL ­PEMIMPIN UMUM: Siswo Hadi. PEMIMPIN REDAKSI: Anugrah T. Aji. WAKIL PEMIMPIN REDAKSI: Budhi Santoso. DEWAN KEBIJAKAN REDAKSI:­ Tatang Setiawan (ketua), Budhi Santoso, Mirwan, Marsudiyono, Siswo Hadi, Anugrah T Aji, Charlie Samosir. REDAKTUR ­PELAKSANA: ­Charlie ­Samosir. REDAKTUR SENIOR: Syarif Hidayatullah. REPORTER: Indra Maliara, Ishak Pardosi, Dede Supriatna, Rega Adhiprana. FOTO­GRAFER: ­Sarwono. ­DESAIN GRAFIS: Basuki Rahmat. LAYOUT/TATA LETAK: Imam Wihartanto. DOKUMENTASI & RISET: Norman. TI, WEB & DATA: Bayu ­Nurcahyono. PEMIMPIN USAHA: Baban Sya’ban. PRODUKSI & PERCETAKAN: Dede Nandi. ADM.KEU/IKLAN/­ SIRKULASI: ­Mirwan, Solichin, Rijmaladi. ALAMAT: Jalan Pertani No. 1-7 Duren Tiga, Pancoran Jakarta Selatan. KONSULTAN MEDIA: PT WAHANA CITRA MEDIA. Jalan Pancoran Barat II, No. 38A. Email: wahana.media.citra@gmail.com STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

3


MATABACA

Edisi 3/Tahun I/Januari 2013

ENAM MASALAH MEMBELIT PETANI VERSI SBY 6-13 MATAANGIN Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menilai setidaknya ada enam permasalahan utama di sektor pertanian yang masih menemui sejumlah hambatan, selain bencana alam tentunya. Apa saja masalah tersebut?

MENJADI

14-19 SAHABAT SETIA PETANI MATAHATI Sebanyak 6,8 juta ton atau 10 persen dari total produksi padi nasional raib lantaran proses peng足 olahan pascapanen yang tidak benar. Wajar saja petani hidupnya kurang sejahtera ketimbang pedagang hasil pertanian.

SINGKONG, TANAMAN KOMERSIL SEJAK 1810

24-29

MATAUANG Siapa yang tidak mengenal tanaman ini. Nama bekennya tampak tidak sejajar dengan pamornya yang terlihat rendah. Mungkin karena selama ini singkong atau manihot utilissima ini identik ditanam dan dikonsumsi kalangan bertaraf hidup tak mampu. Padahal, tanaman ini mampu menghasilkan uang miliaran rupiah.

46-51

MENAMAM SORGUM, MENGHADANG GANDUM MATAILMU

Pemerintah berencana menggalakkan penanaman sorgum secara besar-besaran mulai Februari 2013. Langkah ini dilakukan untuk mengurangi keter足 gantungan Indonesia terhadap impor gandum yang setiap tahun semakin tinggi.

30-33

4

MATAUNIK Swasembada dan Fakta Unik di Balik Kedelai

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

56-57

MATACINCIN Tinggalkan Dunia Selebritis, Melirik Bisnis Organik

42-45

MATABAJAK Menjawab Kebutuhan Pangan Lewat Padi Gogo


Mata-Mata Foto: Istimewa

Berkebun Sayuran Organik di Lahan Sempit Tentunya, pertanian tidak hanya sekadar menanam padi. Apalagi, bagi masyarakat Jakarta yang tentunya terbentur dengan lahan. Namun, hal itu dapat disiasati dengan berkebun sayuran di lahan sempit. Karennya, saya tertarik untuk mendapatkan informasi tentang bagaimana me­manfaatkan lahan kosong/sempit di rumah untuk ditanami sayuran organik. Mungkin, Stomata dapat me­ nyajikan informasi bagaimana cara pengelolaannya? Sayuran apa saja yang mudah ditanami di lahan sempit di sekitar rumah. Pastinya, akan menjadi sajian menarik jika Stomata menyajikan tentang bagaimana melakukan budidaya tanaman organik di sekitar rumah.

Laju konversi lahan pertanian mencapai 100.000 hektare per tahun yang disebabkan pe­ngalihan fungsi lahan. Ke­mudahan pe­ merintah ­daerah dalam membuka izin bagi p ­ en­gusaha industri dan per­umahan menjadi penyebab utama. Untuk itu, dibutuhkan adanya peraturan daerah yang lebih berpihak terhadap sektor pertanian. Perbaikan produksi sektor pertanian menjadi kunci bagi Indonesia untuk mewujudkan ketahanan pangan di tengah tantangan iklim dan gempuran produk pertanian dari luar negeri. Aksara Hanafi Mahasiswa IPB

Nina , Pasar Minggu

Laju Konversi Lahan Pertanian Memprihatinkan Target swasembada beras dan surplus beras 10 juta ton pada 2014 diperkirakan banyak me­ nemui hambatan. Salah satunya, laju konversi lahan pertanian yang semakin mengkhawatirkan. Jika laju konversi tak dihentikan, pe­ ningkatan produksi pertanian hanya akan jadi omong kosong belaka.

Sukseskan Sensus Pertanian 2013 Badan Pusat Statistik akan menggelar Sensus Pertanian pada 1-31 Mei 2013 untuk mendata seluruh usaha pertanian untuk menghasilkan gambaran terkini struktur pertanian Indonesia. Kegiatan Sensus Pertanian yang keenam kalinya dengan meng­ambil tema “Menyediakan Informasi untuk Masa Depan Petani yang Lebih Baik”.

Hasil Sensus Pertanian digunakan untuk perencanaan, implementasi kebijakan, dan evaluasi program pembangunan pertanian di kementerian dan ­lembaga terkait (Pertanian, ­Kelautan dan Perikanan, Kehutanan, dan Bappenas), perguruan tinggi dan lembaga internasional. Semoga dengan ­ke­giatan sensus pertanian ini akan mendapatkan data ­statistik per­tanian yang lengkap dan akurat untuk bahan perencanaan maupun evaluasi hasil-hasil pembangunan khususnya di sektor pertanian. Amien. Heriyanto, Sukabumi

Salut dengan Komitmen Menteri Dahlan Bantu Petani Komitmen Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan, di bidang pangan nasional patut diacungi jempol. Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) yang melibatkan sejumlah BUMN bakal mendongkrak produksi pangan nasional. GP3K diharap dapat ber­bicara banyak dalam mengejar target produksi nasional, surplus pangan mencapai 10 juta ton pada tahun 2014. Kemitraan BUMN ­dengan sektor pertanian di­ harapkan akan mampu mengatasi tiga per­masalahan besar para petani yang selama ini dihadapi. Tiga masalah itu adalah, sulitnya sumber pendanaan, kelangkaan sarana produksi, dan hambatan pemasaran. Tiga hal ini diharapkan mampu diatasi ­dengan program GP3K yang ­sumber ­dananya berasal dari BUMN. Eko Widodo, Tangerang

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

5


MATAANGIN

Petani,

SBY dan Enam Masalah Pertanian

6

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013


MATAANGIN

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

7


MATAANGIN

S

uat memandang lahan sawah­ nya yang terendam banjir setinggi 60 cm ­dengan tatapan kosong. Petani paruh baya asal Desa Anggasari, ­Ke­­­ca­matan Sukasari, Subang, Jawa Barat itu hanya bisa pasrah. An­caman puso (gagal panen akibat bencana alam) sudah di depan mata. Tak hanya sawah Suat yang ter­ ancam puso. Sedikitnya 250 hektare lahan pertanian di desa tersebut terendam air lantaran tingginya curah hujan di bulan Desember. Keadaan diperparah oleh pe­ nyempitan dan pendangkalan saluran irigasi yang jarang dirawat pemerintah setempat. Banjir juga menimpa petani di berbagai wilayah Indonesia. Misalnya, puluhan hektar sawah di Ke­camatan Sentajo Raya, Teluk ­Kuantan, Riau, ikut tenggelam. Setali tiga uang nasib ratusan hektar sawah di Kecamatan Kawunganten, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, yang terendam banjir setinggi 20 cm. Bahkan Dinas Per­ tanian Kabupaten Sarolangun, Jambi, berani memastikan puso untuk sawah-sawah yang terkena banjir di wilayahnya. Semua bencana tersebut terjadi pada akhir tahun 2012, yang santer diisukan sebagai hari akhir dunia alias kiamat. Hingga hari ini, kiamat versi suku Maya, Amerika itu tak terjadi, memang. Namun, para petani yang tanaman padinya tenggelam berpendapat bahwa banjir bagaikan ‘kiamat kecil’ bagi mereka. Bagaimana caranya petani terhindar dari ‘kiamat kecil’ biar asap dapur tetap ngebul? Solusinya memang tidak gampang. Pemerintah sedang memeras otak mencari jalan keluar, termasuk sejumlah pekerjaan rumah dalam menyelesaikan ke­ tahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani. Presiden Susilo Bambang Yudhoyo menilai setidaknya ada enam permasalahan utama di sektor per­tanian, selain bencana alam ­tentunya. Problem itu adalah masalah lahan, bibit, infrastruktur, sumber daya manusia, pembiayaan petani, dan penambahan lahan. Persoalan bibit dan infrastruktur

8

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013


MATAANGIN

Bagaimana caranya petani terhindar dari ‘kiamat kecil’ biar asap dapur tetap ngebul?

juga mengusik perhatian pemerintah, termasuk penyiapan sarana dan prasarana. Untuk hal ini, presiden meminta agar terjadi sinergi antar kementerian. “Dalam rapat dengan Kementerian Pekerjaan Umum sudah kita bahas secara mendalam, kontribusi untuk pekerjaan umum terhadap pertanian, target 10 juta ton surplus beras tidak akan dicapai manakala tidak ada penambahan irigasi, waduk dan lumbung,” lanjut SBY.

“Kita ingin kita masuk secara lebih besar lagi di hulunya, baik itu petani, nelayan OKI itu saya minta kepada menteri terkait untuk tolong dilihat regulasinya, policynya. Pilih policy yang lebih bagus dengan demikian petani nelayan kekurangan modal untuk usahanya,” kata SBY. Sementara, untuk penambahan lahan, kepala negara melihat perlunya peningkatan teknologi dan pengembangan. “Pengembangan lahan tidak akan ada artinya kalau kita tidak tingkatkan produktivitasnya,” tutupnya.

Sumber daya manusia dan pembiayaan petani juga menjadi inti dari program pemerintah dalam menyediakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi petani dan ­nelayan. Selama ini, penggunaan KUR selalu di­gunakan untuk meningkatkan usaha hilir. Namun presiden meminta agar dana itu bisa ditingkatkan lagi untuk masuk ke bagian hulu.

Soal lahan pertanian, Presiden Susilo Bambang ­Yudhoyono (SBY) menyadari adanya pelbagai masalah lahan yang menyebabkan beralih fungsinya lahan pertanian untuk kepentingan yang lain. Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Sumarjo Gatot Irianto mengatakan, tingkat kehilangan sawah di Indonesia sudah mencapai 110 ribu hektar per tahun. STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

9


MATAANGIN Modal usaha, terutama bagi petani kecil, kerap menjadi masalah utama menjelang musim tanam.

Sedangkan kemampuan untuk mencetak lahan baru hanya 45 ribu hektar per tahun. “Kalau tidak segera ditangani kita akan mengalami bencana pangan,” kata Sumarjo. Maraknya alih fungsi lahan pertanian kebanyakan ­gara-gara kebijakan pemerintah daerah yang se­ enaknya. Makanya SBY tampak geram dengan kelakuan pemerintah daerah yang kerap tidak meng­ indahkan peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah pusat. “Alih fungsi harus ditertibkan,” tegasnya. Wajar saja SBY marah. Kalau lahan pertanian berubah fungsi, imbasnya produksi pangan nasional bakal ­anjlok. Dengan lahan sawah yang saat ini sekitar 13,1 juta hektar saja, pemerintah masih belum dapat memenuhi kebutuhan pangan 237,6 juta penduduk Indonesia. “Saya sudah bicara dengan para gubernur dan sepakat harus kita disiplinkan dengan aturan alih fungsi lahan pertanian yang lebih ketat. Dengan demikian ini akan terjaga kita bisa menambah area pertanian bukan malah susut secara signifikan karena dilakukan alih fungsi yang tidak tepat,” kata SBY. Menurutnya, pemerintah juga telah menyiapkan sarana dan prasarana dalam pengadaan bibit. Terkait infrastruktur, SBY meminta adanya sinergi antar Kementerian Pekerjaan Umum berkontribusi terhadap sektor pertanian dengan menambah irigasi, waduk dan lumbung pangan. Lebih lanjut SBY menyoroti persoalan sumber daya manusia dan pembiayaan petani yang juga menjadi inti dari program pemerintah. Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi petani dan nelayan, misalnya. Selama ini, KUR selalu digunakan untuk meningkatkan usaha hilir. “Kita ingin KUR juga masuk secara lebih besar lagi di bagian hulunya, baik itu untuk petani maupun ­nelayan. Saya minta kepada menteri terkait untuk tolong dilihat regulasi dan kebijakannya. Pilih kebijakan yang lebih ­bagus untuk membantu petani dan nelayan yang kekurangan modal untuk usahanya,” katanya. Benar juga.

10

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

“Kita ingin KUR juga masuk secara lebih besar lagi di bagian hulunya” Modal usaha, terutama bagi petani kecil, kerap menjadi masalah utama menjelang musim tanam. Mau meminjam uang ke lembaga keuangan semisal perbankan, mereka tak punya aset untuk dijadikan agunan. Tak ayal, tengkulak atau rentenir merajalela di sentra-sentra pertanian karena menawarkan modal tanpa agunan. Bunga tinggi tengkulak tidak masalah bagi petani, asalkan dapat modal untuk membiayai usaha taninya. Pantas saja Kredit Ketahanan Pangan dan Energi ­(KKP-­E)­dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang telah diluncurkan sejak 2008 oleh pemerintah, pencapaiannya masih di bawah sasaran. Dus, penyerapan kredit per­tanian sangat minim, hanya lima persen di­banding total kredit nasional. Sebenarnya, pemerintah telah menciptakan sistem resi gudang, dokumen bukti ke­pemilikan atas barang yang disimpan di gudang. ­Petani yang tidak memiliki aset tetap bisa mendapatkan modal usaha hanya dengan menjadikan resi ­gudang sebagai agunan ke lembaga keuangan. Adapun besaran pinjaman men­capai 70 persen dari nilai resi gudang. Selain menjadi salah satu instrumen pembiayaan, Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menilai sistem resi gudang merupakan instrumen yang di­gunakan pemerintah dalam mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan, serta memperkuat sistem logistik nasional. Pengembangan resi gudang dimaksudkan untuk mengendalikan ketersediaan dan kelancaran distribusi pangan yang pada akhirnya akan dapat me­­ngen­ dalikan tingkat inflasi. Ujung-ujungnya, peningkatan produktivitas pertanian yang dibarengi dengan me­ ningkatnya kesejahteraan petani. Semoga. Rega Indra Adhiprana


MATAANGIN

INILAH Masalah Pembangunan Pertanian Oktavio Nugrayasa

Pembangunan pertanian di Indonesia dengan prinsip kemandirian dan berkelanjutan senantiasa harus diwujudkan dari waktu ke waktu, sebagai prasyarat bagi keberlanjutan eksistensi bangsa dalam mengatasi ancaman kelangkaan pangan dunia yang dampaknya semakin terlihat nyata.

U

paya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari kendala yang dihadapi. Pertama, penurunan kualitas dan kuantitas sumber daya lahan pertanian. Dari segi kualitas, faktanya lahan dan pertanian kita sudah mengalami degradasi yang luar biasa, dari sisi kesuburannya akibat dari pemakaian pupuk anorganik. Berdasarkan Data Katalog BPS, Juli 2012, Angka Tetap (ATAP) tahun 2011, untuk produksi komoditi padi mengalami penurunan produksi gabah kering giling (GKG) hanya mencapai 65,76 juta ton dan lebih rendah 1,07 per­sen dibandingkan 2010. Jagung sekitar 17,64 juta ton pipilan k­ ering atau 5,99 persen lebih rendah ketimbang 2010, dan kedelai sebesar 851,29 ribu ton biji kering atau 4,08 persen lebih rendah dibandingkan 2010. Padahal, kebutuhan pangan selalu meningkat seiring per­tambahan jumlah penduduk Indonesia. Berbagai hasil riset mengindikasikan sebagian besar lahan per­tanian ­intensif di Indonesia, terutama di Pulau Jawa telah menurun produk­ tivitasnya, dan mengalami degradasi lahan terutama akibat rendahnya kandungan C-organik dalam tanah lebih kecil dari 2 persen. Padahal, untuk memeroleh produktivitas optimal dibutuhkan kandungan C-organik lebih dari 2,5 persen atau kandungan bahan organik tanah > 4,3 persen. Berdasarkan kandungan C-organik tanah/lahan pertanian tersebut menunjukkan lahan sawah intensif di Jawa dan di luar Jawa tidak sehat lagi tanpa diimbangi pupuk organik dan pupuk hayati, bahkan pada lahan kering yang ditanami palawija dan sayur-sayuran di daerah dataran tinggi di berbagai daerah. Sementara itu, dari sisi kuantitas konveksi lahan di Jawa akibat kultur orangtua memberikan pembagian lahan kepada anaknya turun temurun, mengakibatkan atau berkurangnya luas kepemilikan lahan perorangan. Kedua yang dialami saat ini adalah terbatasnya aspek ketersediaan ­infrastruktur penunjang pertanian yang juga penting namun minim ialah pembangunan dan pengembangan waduk. Pasalnya, dari total areal sawah di Indonesia sebesar 7.230.183 ha, sumber airnya 11 persen (797.971 ha) berasal dari waduk, sementara 89 persen (6.432.212 ha) berasal dari non-waduk. Karena itu, revitalisasi waduk sesungguhnya harus menjadi prioritas karena tidak hanya untuk mengatasi kekeringan tapi juga untuk me­nambah layanan irigasi nasional. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, 42 waduk saat ini dalam kondisi waspada akibat berkurangnya pasokan air selama kemarau. Sepuluh waduk telah kering, sementara 19 waduk masih ber­

Berbagai hasil riset mengindikasikan bahwa sebagian besar ­lahan pertanian intensif di ­Indonesia, terutama di Pulau Jawa telah me­ nurun produktivitasnya STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

11


MATAANGIN

status normal. Selain itu masih ren­ dahnya kesadaran dari para pemangku ke­pentingan di daerah-daerah untuk memper­tahankan lahan pertanian produksi, menjadi salah satu penyebab infrastruktur pertanian menjadi buruk. Selanjutnya, ketiga adalah adanya kelemahan dalam sistem alih teknologi. Ciri utama pertanian modern adalah produktivitas, efisiensi, mutu dan ­kontinuitas pasokan yang terus menerus harus selalu meningkat dan terpelihara. Produk-produk pertanian kita baik komoditi tanaman pangan (hortikultura), perikanan, perkebunan dan peternakan harus menghadapi pasar dunia yang telah dikemas dengan kualitas tinggi dan memiliki standar tertentu. Tentu saja produk dengan mutu tinggi tersebut dihasilkan melalui suatu proses yang menggunakan muatan teknologi standar. Indonesia menghadapi persaingan yang keras dan tajam tidak hanya di dunia tetapi bahkan di kawasan ASEAN. Namun tidak semua teknologi dapat diadopsi dan diterapkan begitu saja karena pertanian di negara sumber teknologi mempunyai karakteristik yang berbeda dengan negara kita, bahkan kondisi lahan pertanian di tiap daerah juga berbeda-beda. Teknologi tersebut harus dipelajari, dimodifikasi, dikembangkan, dan selanjutnya baru diterapkan ke dalam sistem pertanian kita. Dalam hal ini peran kelembagaan sangatlah penting, baik dalam inovasi alat dan mesin pertanian yang memenuhi kebutuhan petani maupun dalam pemberdayaan masyarakat. Lembaga-lembaga ini juga di­butuhkan untuk menilai respon sosial, ekonomi masyarakat terhadap inovasi teknologi, dan melakukan penyesuaian dalam pengambilan kebijakan mekanisasi pertanian. Hal lainnya sebagai masalah keempat, muncul dari terbatasnya akses layanan usaha terutama di permodalan. Kemampuan petani untuk membiayai usaha taninya sangat terbatas sehingga produktivitas yang dicapai masih di bawah produktivitas potensial. Mengingat keterbatasan petani dalam permodalan tersebut dan rendahnya aksesibilitas terhadap sumber permodalan formal, maka dilakukan pengembangkan dan memertahankan beberapa penyerapan input produksi biaya rendah (low cost production) yang sudah berjalan ditingkat petani. Selain itu, penanganan pascapanen dan pemberian kredit lunak serta bantuan langsung kepada para petani sebagai pembiayaan usaha tani cakupannya diperluas. Sebenarnya, pemerintah telah menyediakan anggaran sampai 20 Triliun untuk bisa diserap melalui tim Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Bank BRI khusus Kredit Bidang Pangan dan Energi. Yang terakhir, masalah kelima adalah panjangnya mata rantai tata niaga pertanian, sehingga menyebabkan petani tidak dapat menikmati harga yang lebih baik karena pedagang telah mengambil untung terlalu besar dari hasil penjualan.

12

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

Pada dasarnya komoditas pertanian itu memiliki beberapa sifat khusus, baik ­untuk hasil pertanian itu sendiri, untuk sifat dari konsumen dan juga untuk sifat dari kegiatan usaha tani kan kegiatan usaha tani diharapkan dapat dilakukan dengan seefektif dan seefisien ­mungkin, dengan memanfaatkan lembaga pemasaran baik untuk pengelolaan, pengangkutan, penyimpanan dan ­pe­ngolahannya. Terlepas dari masalah-masalah ter­ sebut, tentu saja sektor pertanian ­masih saja menjadi tumpuan harapan, tidak hanya dalam upaya menjaga ke­ tahanan pangan nasional tetapi juga dalam pe­nyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan masyarakat dan pe­ nyumbang devisa bagi negara. *) Kepala Bidang Ketahanan Pangan dan PDT Deputi Bidang Perekonomian/ www.setkab.go.id.

Indonesia meng­hadapi persaingan yang keras dan tajam tidak hanya di dunia tetapi bahkan di ­kawasan ASEAN.


MATAANGIN

Petani Harus dapat

Penghasilan Layak Peningkatan produktivitas per­tanian harus dibarengi Peningkatan ke­ sejahteraan petani. Mereka harus ­me­miliki penghasilan dan kehidupan yang ­makin layak.

Kita ingin pertanian makin maju dan produktif tapi pastikan petani kita mendapatkan penghasilan yang layak. Mereka harus mendapat keuntungan dan penghasilan yang lebih baik,” kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat menyerahkan Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara Tahun 2012 di Istana Negara, Jumat (14/12) sore. Presiden juga mengharapkan dapat tercipta keadilan. “Harga juga harus adil, baik bagi petani tapi juga terjangkau untuk masyarakat luas,” ujar Presiden. Menurut Presiden, saat ini ketahanan pangan Indonesia semakin baik, dan masih dapat ­di­­­ting­katkan lagi. “Sesunguhnya kita semua sudah tahu bahwa pangan itu penting, ketahanan pangan itu penting. Kita telah melakukan semua upaya untuk betul-betul bisa menjaga bahkan meningkatkan ketahanan kita,” katanya. Peningkatan ketahanan pangan perlu terus di­lakukan seiring dengan terus tumbuhnya per­ekonomian Indonesia. “Karena ekonomi kita tumbuh maka konsekuensinya kebutuhan akan barang dan jasa, serta pangan, akan meningkat secara signifikan. Karena pendapatan per kapita dan daya beli rakyat meningkat, karena proses pembangunan terus meningkat,” jelas SBY. SBY menambahkan, kita harus mensyukuri pertumbuhan ekonomi Indonesia, tapi di saat bersamaan juga menyadari akan tantangannya. “Kalau produksi pangan tidak meningkat, kalau ketersedian pangan tidak cukup, makan akan ada masalah,” Presiden SBY mengingatkan. Untuk meningkatkan ketersediaan barang dan jasa, terutama pangan dan energi, Presiden menyampaikan perlunya melakukan empat hal.

PANEN RAYA. SBY turun ke sawah.

Pertama, meningkatkan produksi. “Memang ada peningkatan di banyak komoditas, tapi ingat ke­butuhan juga meningkat. Mari kita pusatkan untuk meningkatkan produksi. Kalau produksi ada, Insya Allah masalah pangan tidak ada di negeri ini,” Kepala Negara men­ jelaskan. Kedua adalah ketersediaan lahan. “Di Jawa atau luar Jawa banyak pengalihan fungsi lahan, yang tadinya pertanian jadi digunakan untuk kepentingan lain. Kalau terlalu banyak pengalihan akan ada penurunan produksi,” kata Presiden. Produktivitas merupakan hal ketiga yang diingatkan oleh Presiden. Jika produktivitas bisa dijaga, lanjut Presiden, maka permasalahan pangan akan aman. Terakhir, soal kesejahteraan petani dan keadilan bagi produsen dan konsumen. Rega Indra Adhiprana

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

13


MATAHATI

Petani Sejahtera

Tidak Lagi Jadi

Impian

Semata baru sebatas mimpi, lantaran reforma kebijakan agraria yang dicanangkan pemerintah sejak 2007 lalu belum benar-benar dirasakan masyarakat petani. “Undang-Undang tentang Perlindungan Lahan Pertanian masih belum berjalan karena tata ruang di berbagai daerah juga masih belum tuntas,” kata Ketua Umum K ­ ontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) ­Nasional, Winarno Tohir. Masalahnya tak hanya itu. Alih fungsi lahan juga banyak terjadi yang mengakibatkan lahan pertanian semakin sempit.

Sebanyak 6,8 juta ton atau 10 persen dari total produksi padi nasional raib lantaran proses pengolahan pascapanen yang tidak benar. Wajar saja petani hidupnya kurang sejahtera ketimbang pedagang hasil pertanian.

B

ermimpi menjadi petani, artinya akan murah rejeki. Begitulah ramalan orang Jawa kuno terkait aktivitas sehari-hari yang tercantum dalam primbon. Boleh jadi, masyarakat Jawa ratusan tahun lalu menilai, saat itu, petani merupakan profesi dengan pendapatan melimpah. Bagaimana dengan kondisi petani saat ini? Berbeda 180 derajat. Malah ada yang bilang, petani sejahtera

14

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

Kata Winarno, sulit men­dongkrak produktivitas pertanian jika marak terjadi konversi lahan yang menyebabkan petani mencari makan di sektor lain. Ujung-­ ujungnya, lahan sempit meng­ ancam ketahanan pangan nasional. Namun, bukan berarti kapasitas produksi pertanian tidak dapat melesat di lahan yang sempit. Banyak cara bisa dilakukan, salah satunya mengoptimalisasi industri hilir sektor pertanian. Pasalnya, angka kehilangan hasil pertanian gara-gara proses pengolahan pasca panen yang tidak ideal, masih tinggi. “Dari total produksi padi nasional sebanyak 68,95 juta ton pada 2012, sebesar 10 persen atau 6,8 juta ton susut hasil karena proses peng­ olahan pascapanen yang tidak benar. Artinya, petani sudah berdarah-darah di sawah tapi belum bisa membawa pulang hasil yang

memadai,” ujar Direktur Pasca Panen Dirjen Tanaman Pangan Kemen­ terian Pertanian (Kementan), Dadih Permana. Dari angka ter­sebut, sebanyak 2,98 persen susut hasil pertanian diakibatkan kualitas penggilingan padi yang rendah. ­Dadih menyebut, jumlah peng­gilingan padi skala kecil di 12 provinsi sentra pangan dan 8 provinsi non sentra sebanyak 67 persen. “Penggilingan padi keliling itu paling banyak menghasilkan beras sebesar 54 persen dari hasil panen petani. Sisanya tergerus hancur. Kehilangan fisik pada proses ­pascapanen ini yang harus menjadi perhatian kita bersama,” ujarnya. Pada 2011, lanjutnya, pe­merintah telah mencanangkan pem­ bangunan pengering padi modern sebanyak 1.000 unit. Namun, di ­tahun yang sama, alokasi ­anggarannya hanya 231 unit. Itu pun kapasitas produksinya hanya 6-10 ton. Kendati pada 2012 ada tambahan 182 unit ­mesin pe­ ngering padi namun masih jauh dari ke­butuhan ­na­sional. Data terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, susut hasil padi mulai dari panen hingga pen­jualan mencapai 10,82 persen. Dari angka itu, sebanyak 3,25 persen ke­hilangan padi berasal dari proses penggilingan padi yang belum benar. Adapun rendemen peng­gilingan padi skala kecil 55,7 persen, penggilingan padi sedang 59,7 persen, dan penggilingan padi besar 61,5 persen.


MATAHATI

PT Pertani (Persero), misalnya, yang di penghujung 2012 telah me­ masang pengering padi modern di 30 titik sentra pangan yang tersebar di seluruh Indonesia. Kapasitas produksi masing-masing pe­ngering padi itu sebesar 30 ton per hari dengan 8 jam per hari.

BUMN Tak Tinggal Diam

T

ingginya angka susut hasil pertanian akibat kualitas proses pengolahan pascapanen yang rendah membuat perusahaanperusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang pangan menyingsingkan lengan baju untuk membantu petani dan meningkatkan ketahanan pangan nasional.

Mesin hasil kerja sama antara PT Pertani dengan Shandong ASAH International Trading Co. Ltd asal China itu menggunakan bahan bakar sekam dan diyakini hemat ­energi. “Pada 2013, mesin pe­nge­ ring padi ini akan diperbanyak menjadi 120 unit dan disebar ke seluruh ­Indonesia,” jelas Eddy ­Budiono, Direktur Utama PT Pertani. Penyebaran alat pengering padi modern itu diawali dengan peletakan batu pertama pem­ bangunan dryer di Haurgeulis, Indramayu, Jawa Barat, Jumat 28 Desember 2012. Dengan begitu, kata Eddy, perseroan dapat meningkatkan layanan usaha serta me­ ningkatkan kesejahteraan petani. Sementara menurut Deputi Bidang Usaha Industri Primer Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Muhammad Zamkhani, per­­­usa­­­ haan pelat merah di bidang pangan memang didorong untuk meningkatkan nilai tambah dari produk yang dihasilkan petani. Pasalnya, kata Zamkhani, selama ini pedagang hasil-hasil pertanian menikmati keuntungan lebih besar jika dibandingkan petani. Tak pelak, tingkat kesejahteraan pedagang lebih baik ketimbang petani tanaman pangan yang setiap hari berkeringat di sawah. “Masak margin pedagang jauh lebih besar dibanding petani yang tiap hari berpanas-panasan di sawah? Kita tidak ingin seperti itu. Kita ingin petani yang menikmati nilai tambah dari hasil pertanian,” ujarnya. Zamkhani menilai, peningkatan nilai tambah produk dihasilkan petani dapat dilakukan dengan mengembangkan industri hilir pertanian. Pembangunan mesin pengering padi PT Pertani diyakini akan meningkatkan kualitas produk di tingkat petani sehingga petani lebih sejahtera. Dede S/Rega Indra

Pada 2013, mesin ­pengering padi ini akan di­ per­banyak menjadi 120 unit dan disebar ke seluruh ­Indonesia

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

15


MATAHATI

Muhammad Zamkhani Deputi Bidang Usaha Industri Primer Kementerian BUMN

Pertani Harus Buktikan

sebagai Sahabat Petani

Muhammad Zamkhani, Deputi Bidang Usaha Primer Kementerian BUMN.

Aktivitas gudang-gudang PT Pertani di seluruh­ Indonesia bakal lebih menggeliat tahun ini. Tak hanya fasilitas per­gudangan gabah yang akan ditambah kapasitasnya, dari 7 ­ 5.000 ton di 2012 menjadi 200.000 ton pada 2013. Sebanyak 120 gudang juga akan dipasang mesin pengering padi yang bisa menampung 30 ton padi per hari per 8 jam.

P

engering padi ­diyakini ­ eputi Bidang Usaha ­Industri D Primer Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ­Muhammad Zamkhani, ­dapat me­ ningkatkan nilai tambah dari produk yang dihasilkan oleh petani. Sebagai sahabat setia petani, PT Pertani sejatinya turut berperan dalam menambah penghasilan petani sehingga tingkat ke­sejahteraannya meningkat

16

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

signifikan. “Pertani dan petani harus bersatu padu,” ujarnya. Apa pandangan ­­M. ­­Zamkhani tentang sinergi antara PT Pertani dengan masyarakat petani serta BUMN pangan lain terkait pelaksanaan GP3K? Berikut kutipannya: Apa pendapat Anda tentang pembangunan mesin penggilingan padi PT Pertani di Haurgeulis?

Pertama, saya bangga dan bahagia bahwa hari ini di ­Haur­geulis menjadi awal PT Pertani dalam membangun 30 dryer di seluruh Indonesia. Pilihan di ­tempat ini juga penting untuk ­pen­canangan pertama sebagai apresiasi kelompok tani di sekitar sini. Yang kedua, saya tadi men­ dengar hymne PT Pertani. Terus terang saya baru mendengarnya. Lamat-lamat saya mendengar ada beberapa kata kunci yaitu be­ kerja keras, jujur, serta PT Pertani dan petani yang sulit dipisahkan. Tagline “Pertani Sahabat Setia Petani” itu kalau dibalik juga sama enaknya. Kedua pihak yang memang harus bersinergi, saling membantu, dan saling me­menuhi


MATAHATI

kebutuhan. Saya dengar dari hymne bahwa PT Pertani itu ada untuk kemajuan bangsa. Kita patut berbangga bahwa BUMN ikut berkontribusi pada bangsa ini. Dan jangan lupa, sebagian besar masyarakat Indonesia adalah petani yang hidup di pedesaan. Kami yang hidup di kota tanpa ada petani, sulit untuk makan nasi. Mau makan roti juga tidak cocok di perut. Jadi, Pertani dan petani adalah dua hal yang harus bersatu padu. Bagaimana kontribusi PT Pertani dalam menyukseskan GP3K? GP3K itu kan program keroyokan, minimal ada tiga operator di program itu. Salah ­satunya Pupuk ­In­done­sia Grup. Juga PT Perhutani yang memiliki sawah tadah hujan. Tahun 2013 kita akan me­nyempurnakan lagi program ini. Ada kebijakan yang melarang tidak boleh satu kecamatan di­operatori oleh beberapa perusahaan BUMN pangan. Jadi satu operator hanya bisa satu BUMN saja, sudah ada pembagian bahwa dalam satu kecamatan tertentu, kalau ada satu operator maka BUMN lain tidak boleh masuk sehingga tidak ber­saing satu dengan yang lain. Paket-paket program juga diupayakan supaya lebih standar. Tidak terlalu berbeda antara Pupuk Indonesia Grup, PT Pertani atau SHS. Langkah itu mudah-mudahan ke depan bisa lebih gampang di monitor karena tiap kecamatan mana sudah ada penanggungjawabnya. Di 2013 juga, PT Pertani, SHS, Pupuk Indonesia, perannya sedikit bergeser. Ini untuk membedakan karakternya. Sebab tahun-tahun sebelumnya, SHS dengan Pertani itu mirip, sama-­ sama main pupuk, sama-sama main benih. Nah, ke depan benih yang akan pegang lead-nya SHS, tapi bukan berarti divisi benih di PT Pertani hilang, namun nanti akan bersinergi dengan SHS. Sinergi PT Pertani dan SHS ­selama ini bagaimana?

GUDANG PERTANI. Skema subsidi Resi Gudang PT Pertani dengan BRI dan Bank Jabar-Banten.

Dan jangan lupa, sebagian besar masyarakat Indonesia adalah petani yang hidup di pedesaan. Kami yang hidup di kota, tanpa ada petani, sulit untuk makan nasi. Belum. Sinergi itu baru dimulai tahun ini. Maka dari itu terjadi perubahan logo PT Pertani dan yang lain. Diharapkan ­perubahan itu akan menjadi Pertani yang baru yaitu perusahaan BUMN pangan yang lebih fokus ke ­pascapanen. Apakah sinergi ini masuk ke dalam salah satu rencana Holding Bumn Pangan? Maksud Pak Menteri (Dahlan Iskan), holding itu rencana jangka panjang, tidak cukup 1-2 tahun. Sementara sinergi BUMN pangan, yang penting ada kerja­ sama saling melengkapi antara PT Pertani dan SHS. Istilah kasarnya, jangan saling “cakar-cakaran”. Kita kembalikan ke ­khitah masingmasing per­usahaan. Sejarahnya, PT Pertani dulu didirikan untuk mengurusi area pascapanen.

Makanya gudang PT Pertani ­banyak. Jadi memang didesain untuk me­ nampung hasil panen sehingga petani mendapatkan nilai tambah produk pertanian yang lebih tinggi. Ada target tertentu wujud Holding BUMN Pangan ini harus sudah ada dalam jangka waktu 10 tahun misalnya? Tidak ada. Karena ini akan menjadi besar, jangan sampai perusahaan-perusahaan kecil yang sakit ikut dilebur menjadi satu. Makanya kita harus membenahi dulu yang kecil supaya sehat dan kuat, seperti PT Pertani misalnya. Tapi untuk jangka pendek, ya itu tadi, menyelaraskan fungsi dari masing-masing BUMN pangan, ­supaya tidak saling bersaing. Selama ini budaya mereka kan berbeda. Dede S/Rega Indra

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

17


MATAHATI

Geliat KOHAR di Panen

Raya Tirtorahayu Tidak seperti biasanya, panen di Dusun Pandekan, Trayeman dan ­Karangsewu, Desa Tirto­ rahayu, lebih cepat dari ­sebelumnya. Kehadiran KOHAR mendapat respons positif dari para petani, pedagang dan penebas PADI. PANEN. KOHAR mempercepat proses panen lebih bersih, biaya murah dan membuat harga gabah lebih tinggi.

Y

atno, petani Desa Tirtorahayu, Kecamatan Galur Kulonprogo mengaku sangat terbantu dengan adanya KOHAR. Kehadiran mesin panen padi milik PT Pertani itu membuat proses panen lebih ­cepat, bersih, biaya murah dan harga gabah lebih tinggi. ‘’Panen cepat, gabah bersih dan ongkos lebih murah menjadi alasan utama para petani meng­ gu­na­kan KOHAR. Terlebih, mereka ­belakangan kesulitan mencari tenaga buruh panen,’’ ujarnya tersenyum. Hal senada dikemukakan Marzuki dan Sulis, petani Tirtorayahu. Menggunakan KOHAR, katanya, membuat panen lebih cepat dan gabah tercecer sedikit. Apalagi, biaya menggunakan KOHAR jauh lebih murah ketimbang gepyokan. KOHAR sangat membantu panen di Desa Tirtorahayu, Kecamatan Galur Kulonprogo yang memiliki areal ­sawah 290 hektar. Dalam satu ­tahun, mampu memanen hingga 588 hektar. Rismayadi, seorang pedagang gabah tradisional menyambut baik penggunaan jasa KOHAR karena cepat, murah dan

18

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

harga jual gabah lebih bagus. Faktor lain penyebab KOHAR beroperasi optimal adalah kondisi geografis Galur. Daerah ini berada di dataran rendah dan berbatasan dengan lautan Hindia sehingga secara topografi relatif datar/rata. Kendala utama panen padi di wilayah Galur berbarengan ­dengan musim hujan yang sedang tinggi intensitasnya. Sehingga, tidak semua lahan dapat dipanen menggunakan KOHAR. Tanah becek, berlumpur atau licin merupakan hambatan utama. Demikian pula tanaman yang basah menyebabkan blower tidak bekerja optimal. Diharapkan, mesin KOHAR generasi ke depan dilengkapi roda-roda penggerak yang mampu mengatasi tanah berlumpur dan licin ber­ operasi pada semua jenis medan. Terlepas kendala tersebut, sejauh ini mesin panen KOHAR sangat membantu Pertani dan mendekatkan hubungan emosional dengan petani. Hal itu sesuai dengan tag line, ‘Pertani Sahabat Setia Petani’. Dede S/Rega Indra


MATAHATI

KOHAR mampu memanen dalam hitungan tiga jam per hektar. Tenaga yang diperlukan hanya tukang pungut gabah (sudah dalam karung) dari petakan sawah ke tempat penampungan di pinggir jalan. Selanjutnya, gabah dinaikkan ke dalam truk pengangkut. KOHAR merupakan salah satu keniscayaan dalam upaya meningkatkan pendapatan petani dan efisiensi dalam penanganan hasil serta waktu panen. PT Pertani Wilayah Jawa Tengah dan DIY berencana menambah 10 unit mesin di Pantai Utara Jateng dan di jalur selatan, khususnya Surakarta dan Yogyakarta. Penempatan armada KOHAR di­harapkan dapat mendukung program pemerintah dalam pembangunan Pertanian. UJI PANEN. Direktur Produksi PT Pertani Agung Dharmawan sedang menguji mesin KOHAR di Pemalang, Jawa Tengah.

KOHAR

Mampu Memanen dalam Hitungan Tiga Jam per Hektar KOHAR adalah nama ­mesin panen padi combine ­harvester. Pada ­No­vember 2012, PT Pertani (Per­sero) Wilayah Jawa ­Tengah menerima dua unit KOHAR yang ditempatkan di Unit Pemalang, Cabang Pe­kalo­ ngan dan di Palur, Cabang Surakarta. Pertimbangan penempatan di dua lokasi tersebut adalah medan operasi (sawah) cukup luas dan topografi rata/datar.

A

wal Desember 2012, kedua mesin KOHAR mulai beroperasi baik di Pemalang maupun Surakarta. Sayang, tingginya curah hujan menyebabkan mesin KOHAR berhenti sementara. Lahan-lahan tergenang air sehingga kondisi tanah labil dan licin akibatnya m ­ esin tak mampu beroperasi optimal. Tanaman dan gabah yang basah juga menyebabkan blower mesin

KOHAR tidak bekerja baik sehingga gabah relatif kotor. Desember lalu, KOHAR Surakarta di BKO-kan (bawah kendali ­operasi) Cabang DI Yogyakarta untuk melakukan panen di wilayah Kulonprogo khususnya Kecamatan Galur (panen Desember 2012). Pada 18 Desember 2012, KOHAR mulai beroperasi di Desa Tir­torahayu, Kecamatan Galur, Kabupaten ­Kulonprogo, Provinsi DI Yogyakarta. Minat petani setempat relatif tinggi mengingat daerah ter­ sebut kekurangan tenaga kerja panen. Pada beberapa tempat, para pe­nebas dari luar kota datang se­kaligus membawa tenaga kerja. Ke­hadiran mesin KOHAR tidak saja memudahkan petani tapi juga penebas dan pedagang gabah. Soalnya, waktu panen relatif cepat, hasilnya bersih dengan tingkat kehilangan relatif rendah. Yang terpenting lagi, biaya panen lebih murah dibanding cara konvensional serta rendemen gabah meningkat. Para petani juga tidak khawatir tanaman padi menunggu terlalu lama untuk dipanen.

Sedangkan secara internal, ­armada KOHAR diharapkan mampu mendukung Program Pusat Per­ gudangan Agribisnis (PPA) yang menjadi program unggulan PT Pertani sehingga Pertani dapat menyediakan gabah-gabah bermutu baik secara kualitas dan kuantitas. Di s­ amping itu, KOHAR diharapkan dapat menjadi ­pe­nyumbang pendapatan secara signifikan dalam kinerja operasional 2013. Pe­nambahan ­delapan sampai 10 unit bisa memanen hingga 6.000 sampai 8.000 hektar per tahun. Jika satu unit mesin KOHAR menghemat biaya panen Rp. 1 juta per hektar, maka 8-10 unit akan mengirit pengeluaran petani hingga Rp.8 miliar. Angka yang tersebut terbilang besar dalam upaya menyejahterakan petani dan pembangunan pertanian secara keseluruhan. Oleh: Agung Dharmawan Direktur Produksi, PT Pertani

Satu Unit KOHAR menghemat biaya panen Rp 1 juta per hektare.

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

19


MATAKANCING

Graha Gabah

Penantian

30 Tahun

N

amun, mendirikan kantor baru yang beralamat di Jalan Pertani No.1-7 Duren Tiga Pancoran, Jakarta Selatan punya cerita panjang. Sebenarnya, sudah lama perseroan di bidang pertanian ini mengajukan proposal untuk memiliki kantor sendiri, sejak didirikan pada 14 Januari 1959 berdasarkan UU Darurat No. 1 Tahun 1959. Upaya itu dilanjutkan kembali pada 1982. Direksi PT Pertani meng­

20

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

Kini, PT Pertani (Persero) telah memiliki gedung baru. Penantian ­selama 30 tahun itu terbayar ­lunas di bulan Desember tahun 2011. K ­ antor itu diberi nama Graha Gabah.

ajukan permohonan untuk pemba­ ngunan gedung kantor pusat kepada pemegang saham (Menteri Keuangan melalui Menteri Pertanian). Lewat surat No. S-1095/MK.011/1983 Tanggal 17 Oktober 1983, Menteri Keuangan memberikan persetujuan. Atas dasar surat persetujuan Menteri Keuangan, Pertani melaksanakan pembangunan dengan terlebih dahulu bermitra dengan PT Cakra Mang­gilingan dan selanjutnya mendirikan badan

­hukum yaitu PT Wisnumurti Handa­ yani (WMH). WMH didirikan berdasarkan akta notaris No. 33, 31 Oktober 1983 dan akta perbaikan No. 21, 15 Maret 1984. Saat itu, WMH menunjuk konsul­tan perencana yaitu PT Cakra Mang­ gilingan dan, PT Nindya Karya, BUMN yang bergerak di bidang konstruksi sebagai kontraktor pelaksana. Pengerjaan pun dimulai


MATAKANCING per­tengahan tahun 1984. Ironisnya, karena kesulitan likuiditas, pembangunan baru yang baru men­capai tahap struktur saja dan berhenti di tengah jalan. Akhirnya, Agustus 1987 dibuat surat pe­nyerahan bangunan gedung kantor dari WMH ke Pertani. Sejak penyerahan tersebut, maka status hukum bangunan dikuasai Pertani.

jadi empat lantai. Perubahan rencana membawa konsekuensi ­administratif. Semua dokumen pembangunan termasuk izin mendirikan bangunan (IMB) harus disesuaikan, termasuk kepemilikan tanah.

Tak terasa proses pembangunan terhenti selama 18 tahun. Kemudian, pada 26 April 2005 Direksi PT Pertani bermodal surat No. 431/ADM/01, 11 April 2005 dan No. 478/ADM/01, mengajukan kembali permohonan

Semula kepemilikan tanah berupa sertifikat hak pakai yang jatuh tempo pada 14 Oktober 1987 di­ting­­katkan menjadi HGB pada 2006. Pengurusan persyaratan IMB baru diselesaikan pada 2007 dan setelah dokumen pembangunan lengkap,­direksi lewat surat No. 1428/ADM/01, 18 Juni 2009 me­nga­ju­kan permohonan izin kembali kepada Menteri BUMN RI Cq.

kepada pemegang saham (Menteri BUMN) untuk melanjutkan pem­ bangunan gedung kantor pusat.

Se­kretaris Menteri BUMN RI untuk kerja sama sewa bangunan kantor pusat, PT Pertani.

Gayung bersambut. Tanggal 17 Juni 2005, Menteri BUMN me­layangkan surat No. S-237/MBU/2005, isinya: re­komendasi me­neruskan pem­ bangunan gedung Pertani. PT Wiratman & Associates ditunjuk sebagai konsultan untuk mendesain ulang gedung yang semula tiga ­lantai men-

Permohonan diajukan mengingat persetujuan Menteri BUMN No. S-237/MBU/2005, 17 Juni 2005, pembangunan gedung memakai biaya internal perusahaan dan pinjaman bank. Nyatanya, kondisi keuangan perusahaan kurang mendukung sehingga perlu ada perubahan.

Ke­mudian, digaetlah investor dan disetujui dalam rapat pemegang saham 2007. Namun, sampai pertengahan tahun 2011, belum terbit rekomendasi pemegang saham. Untuk itu, direksi melalui surat No. 1192/ADM/01, 12 Juli 2011, mengajukan kembali permohonan untuk melanjutkan pembangunan gedung kantor ­dengan biaya internal. Rekomendasi untuk meneruskan pem­bangunan ­gedung kantor pusat tertuang dalam surat No. S-453/MBU/2011, tanggal 08 Agustus 2011. Menindaklanjuti rekomendasi

ter­sebut, direksi membentuk tim tim teknis pembangunan dan tim lelang. Akhirnya, Desember 2011, pembangunan dimulai. Dengan kantor baru yang megah dan representatif ini, diharapkan staf dan karyawan PT Pertani dapat me­ ningkatkan kinerja yang lebih baik di masa mendatang. Oleh: Yunie Haryati Direktur Keuangan, PT Pertani

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

21


MATAAIR Soft Opening

GRAHA GABAH. Dirut PT Pertani Persero Eddy Budiono meresmikan logo baru PT Pertani. Logo baru ini memberi arti sebagai BUMN pangan Pertani adalah Sahabat Setia Petani. Selain itu, Eddy Budiono juga melakukan peresmian soft opening gedung baru PT Pertani yang diberi nama Graha Gabah.

22

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013


MATAAIR

Genjot Penjualan Sambil Mengubah Pola Pikir Petani Untuk maju Sapta Wahyudi Andri Rudianto, Kepala Divisi Promosi dan Distribusi PT Pertani (Persero) terus menggenjot kinerja untuk menjadi pilar utama BUMN Pangan Nusantara. Salah satunya dengan membentuk Divisi Promosi dan Distribusi sebagai ujung tombak dalam mendistribuskan produkproduknya ke tangan petani.

T

erbentuknya divisi baru ini diharapkan mampu menjawab apa yang selama ini menjadi kendala PT Pertani dalam memperkenalkan produk ke tangan petani. Hal itu dikemukakan Kepala Divisi Promosi dan Distribusi, Sapta Wahyudi Andri Rudianto, kepada Stomata, di Graha Gabah, Kantor Pusat PT Pertani, Jakarta. Sapta mengakui, promosi produk Pertani memang belum berjalan baik. Hal itu dapat dilihat dari ­banyak produk unggulan Pertani belum dikenal secara luas oleh para petani. Kini, problem tersebut sudah dievaluasi dan mulai di­perbaiki. ‘’Misalnya, Pertani mempunyai pupuk POG (Pupuk Organik Granul) Cap Bintang Kuda Laut. Produk ini sebenarnya produk unggulan namun sayangnya petani masih belum mengetahui ke­unggulan dari produk tersebut. Itu yang akan kita perbaiki,” ujarnya.

Kenapa kurang di­ketahui petani? Sapta mengatakan, selama ini program promosi yang dilakukan Pertani hanya sebatas ikut dalam proyek pemerintah. Jadi, petani menerima produk Pertani tanpa sentuhan promosi sama sekali. ‘’Petani sebatas menerima tanpa memahami manfaatnya? Ba­gaimana cara pemakaian yang benar? Dan hasil yang didapat dari penggunaan produk itu,’’ papar­nya. Atas dasar itulah, Sapta menilai harus ada suatu bentuk komunikasi yang baik untuk me­lancarkan promosi produk ­unggulan PT Pertani. Soalnya, ­dengan langkah promosi akan terjalin hubungan ketertarikan antara petani dengan produk Pertani. ‘’Dengan sendirinya produk itu akan sangat dibutuhkan karena sesuai dengan harapan petani,’’ ujarnya. Untuk itu, katanya, PT Pertani lewat Divisi Promosi dan ­Distribusi mencari strategi pe­ masaran yang terformat dengan baik. ‘’Proses memperkenalkan produk dan manfaat dari penggunaan produk tersebut dengan baik kepada petani membutuhkan strategi yang tepat. Sehingga teman-teman di daerah dapat mengaplikasikan dengan baik di lapangan,’’ jelasnya. Selain itu, dalam melakukan promosi perlu memper­ timbangkan karakteristik petani di tiap daerah. Misalnya, dalam

Petani sebatas menerima tanpa me­mahami manfaatnya? Ba­gaimana cara pemakaian yang benar? Dan hasil yang didapat dari penggunaan produk itu

memperkenalkan produk benih, pupuk, pestisida, beras, dan gabah harus memer­hatikan ­karakteristik sasarannya. ‘’Tiap d ­ aerah memiliki karakter yang berbeda. Jadi strategi promosi dilakukan s­ esuaikan dengan ke­butuhan d ­ aerah tersebut,’’ kata Sapta. Dalam menjalankan stra­ tegi promosi juga harus memerhatikan sasaran dan media promosi yang akan dipilih. ‘’Kita harus jeli mencari strategi promosinya yang tepat, apakah promosi langsung dengan melakukan pertemuan, penyuluhan dengan Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani). ­Promosi lewat media massa seperti televisi, koran, majalah, tabloid, atau radio juga dapat digunakan. Itu s­ emua harus dipertimbangkan mana yang lebih tepat untuk di­ gunakan,” jelasnya. Tidak hanya penentuan media. Sapta menjelaskan, dari semua produk PT Pertani yang ada, harus dipilih mana yang akan dikuatkan untuk dipromosikan. Umpamanya, pemasaran benih jagung hibrida N-35 Dua Kuda akan dioptimalkan di daerah mana dan dengan media apa. ‘’Begitupula dengan produk pupuk atau ­pes­tisida lainnya yang akan dipasarkan,’’ tegasnya. Kemudian, lanjutnya, komunikasi yang baik yang di­ lakukan itu tidak sebatas memper­ kenalkan produk ke petani. Namun, bagaimana komunikasi tersebut dapat mengubah pola pikir dan tata cara pertanian yang selama ini kurang benar. “Selama ini, petani cenderung memakai pupuk urea secara berlebihan. Padahal, dengan menggunakan NEB Strong Up, ketergantungan terhadap urea dapat dikurangi hingga 50 persen. Dengan NEB Strong Up petani juga mendapat hasil dan mutu panen yang lebih baik,’’ katanya. Dede Supriyatna STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

23


MATAUANG

Cassava, Tanaman Komersil Sejak 1810 Singkong, yang juga dikenal se­ bagai ketela pohon atau ubi kayu, adalah pohon tahunan tropika dan subtropika dari ­keluarga ­euphorbiceae. Umbi­ nya dikenal luas sebagai makanan pokok peng­hasil karbo­ hidrat dan daunnya ­sebagai sayuran. Nama ­latinnya, manihot utilissima.

U

mbi atau akar pohon singkong memiliki fisik rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung jenisnya. Sedangkan daging umbi berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong kaya karbohidrat namun miskin protein. Sumber protein justru terdapat pada daunnya karena mengandung asam aminometionin. Jenis singkong manihot utilissima kali pertama dikenal di Amerika Selatan ke­mudian dikembangkan pada masa pra-sejarah di Brasil dan Paraguay. Bentuk-bentuk modern dari spesies yang telah dibudidayakan dapat ditemukan bertumbuh liar di Brasil selatan. Meski spesies manihot liar b ­ anyak, semua varitas manihot esculenta ­dapat dibudidayakan. Produksi singkong dunia diperkirakan mencapai

24

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

184 juta ton pada tahun 2002. Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton di ­Amerika Latin dan Ke­pulauan Karibia. Singkong di­tanam secara komersial di wilayah Indonesia (waktu itu Hindia Belanda) sekitar 1810, setelah sebelumnya diperkenalkan orang Portugis pada abad ke-16. *** Singkong. Siapa yang tidak mengenal ­tanaman ini. Nama bekennya tampak t­ idak sejajar ­dengan pamornya yang terlihat ­rendah. ­Mungkin karena selama ini singkong identik ditanam dan dikonsumsi kalangan bertaraf hidup tak mampu. Padahal, tanaman ini mampu menghasilkan uang miliaran rupiah. Bisa kita lihat dari produkproduk inovatif yang dijajakan di pasaran saat ini. Mulai dari singkong keju, kripik hingga spaghetti singkong. Keuntungan lain, tanaman ini mudah dibudidayakan secara massal. Sebab, singkong cocok dengan kultur tanah ­Indonesia dan proses penanaman terbilang mudah. ­Bahkan, tanaman ini kebal serangan hama. Dari segi ekonomi, singkong merupakan komoditas penting. Tidak hanya untuk kebutuhan konsumsi saja tapi juga menjadi bahan baku sejumlah industri, baik besar maupun rumahan. Bagi petani, mudahnya menanam singkong merupakan keuntungan tersendiri.


MATAUANG

FAKTA SINGKONG Singkong ditanam secara komersial di wilayah Indonesia (waktu itu Hindia Belanda) sekitar 1810, setelah sebe­lumnya diperkenalkan orang Portugis pada abad ke-16 Indonesia merupakan salah satu penghasil utama singkong di dunia, di samping Muangthai, Brasil, Zaire, dan Nigeria

Produksi singkong pada tahun 2012 diperkirakan mencapai 25 juta ton. Jumlah itu meningkat 19 persen ketimbang realisasi produksi tahun lalu.

China memacu penggunaan etanol bahan bakar bersumber dari singkong.

Produksi singkong pada tahun 2012 sebesar 25 juta ton singkong segar setara dengan 8 juta ton chips singkong atau 6,4 juta ton tepung singkong Luas lahan perkebunan singkong 2011 sekitar 1,2 juta hektare, sementara luas lahan perkebunan singkong 2012 diperkirakan meningkat 25 persen, menjadi seluas 1,5 juta hektare

Impor singkong tercatat sebanyak 13.300 ton senilai 3,4 juta dolar AS atau Rp32,3 miliar sampai Oktober 2012. Dari jumlah tersebut 98,6 persennya adalah tepung singkong. Sementara dua negara yang paling banyak mengirim singkong ke Indonesia adalah Vietnam dan Thailand.

Terbukti, belakangan ­harganya membaik sehingga men­dorong sejumlah petani di daerah lebih giat menanam singkong. Mudahnya budidaya singkong juga sudah dilirik ­Menteri Perdagangan Gita Wirjawan. Menurutnya, untuk menuju ketahanan pangan diperlukan keberanian mengubah pola konsumsi dan melakukan diversifikasi pangan. Melimpahnya singkong dapat menjadi alternatif andalan guna mewujudkan ketahanan pangan dan surplus beras 10 juta ton pada 2014. ”Mulailah kita mensubstitusi beras dengan singkong, ubi dan bahan pangan lainnya,” kata Gita dalam satu kesempatan. “Saya sekarang sudah mulai kurangi konsumsi beras. Saya makan singkong setiap hari. Berat badan saya turun delapan kilogram,” ucapnya. Rega Indra Adhiprana

Padahal, tanaman ini mampu menghasilkan uang miliaran rupiah. Bisa kita lihat dari produk-produk ­inovatif yang dijajakan di ­pasaran saat ini. Mulai dari singkong keju, kripik hingga spaghetti singkong. STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

25


MATAUANG

“Singkong merupakan tanaman yang paling tahan, seperti ‘’Rambo’’ di kalangan bahan makanan”

D

alam per 100 gram singkong ter­ kandung: Kalori 121 kal; Air 62.50 gram; Fosfor 40.00 gram; Karbohidrat 34.00 gram; Kalsium 33.00 miligram; Vitamin C 30.00 miligram; Protein 1.20 gram; Besi 0.70 miligram; Lemak 0.30 gram; Vitamin B1 0.01 miligram. Sementara kulit batangnya me­ngandung tannin, enzim peroksidase, kalsium oksalat, dan glikosida. Kini, budidaya singkong terus me­ningkat. Seiring dengan pemberitaan impor ­singkong yang marak menjadi pembicaraan. Hal ini dibuktikan dengan naiknya luas areal tanam. Pasar singkong juga terus mem­ besar. Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) memprediksi 2016 diramalkan uang beredar dari pasar singkong dalam negeri mencapai Rp57,6 triliun. Ketua I Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) Suharyono Husen memaparkan, tahun ini pihaknya meluncurkan Gerakan Nasional Singkong Sejahtera Berasama (Gernas SSB) fase I (2012-2016). Tahun ini akan dimulai dengan sosialisasi di 16 provinsi dan 50 kabupaten.

Tahun 2016 Uang Beredar dari Singkong sebesar Rp57,6 Triliun Harus diakui, singkong belum ’’naik kelas’’. Ia hanya dianggap golongan komoditas kelas dua (secondary corps). Padahal, ­manihot utilissima memiliki kadar karbohidrat lebih tinggi dibanding nasi putih.

26

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

Pada 2013 akan dilaksanakan pilot project di 50 kabupaten/kota sebanyak 150 klaster dengan anggaran Rp 20 miliar per klaster atau total Rp3 triliun dari dana APBN. Proyek itu akan melibatkan 18 ribu kepala keluarga (KK) petani. Hingga 2016, lanjut dia, program itu akan dikembangkan menjadi 1.200 klaster ­dengan lahan 360 ribu hektare (ha) melibatkan 144 ribu KK. Saat ini, produksi singkong diperkirakan 36 juta ton singkong basah atau setara 12 juta ton chips singkong Rp24 triliun. jumlah itu akan ditambah dari penjualan 9,6 juta ton mocaf Rp33,6 triliun. “Total uang beredar pada akhir Gernas SSB (2016) akan mencapai Rp57,6 triliun dan mensejahterakan 576 ribu petani di 33 provinsi,” tutur Sujaryono saat dialog publik mengangkat gengsi singkong untuk memantapkan ketahanan pangan di Jakarta, akhir Desember 2012. Selain memperoleh pendapatan yang besar, pada saat ini Indonesia juga bisa menyetop impor mocaf karena bisa memenuhi dari dalam negeri. Saat ini, Indonesia impor mocaf sekitar 300 ribu ton per tahun untuk keperluan berbagai macam industri, seperti makanan dan kertas. Rega Indra Adhiprana


MATAUANG

Makanan Penyelamat Manusia Saat Terjadi Perubahan Iklim Ekstrem Ada fakta menarik tentang singkong yang mungkin belum Anda ketahui. Ternyata, ­singkong adalah satu-satunya makanan penyelamat manusia saat terjadi perubahan iklim yang sangat ekstrim.

F

akta tersebut terungkap dari hasil penelitian sejumlah ilmuwan dari International Centre for Tropical Agriculture, Kolombia yang melakukan studi bertajuk Climate Change Agriculture and Food Security Research Programme. Dari penelitian ter­ sebut terungkap bahwa singkong, bisa jadi “Rambo” di ­kalangan bahan makanan. Peneliti menyebutkan, tanaman yang sering diabaikan ini justru lebih produktif pada kondisi temperatur yang lebih panas, dan bisa menjadi harapan satu-satunya bagi para petani Afrika yang terancam oleh perubahan iklim. Dalam laporan yang dipublikasikan di jurnal Tropical Plant Biology, singkong sendiri merupakan s­ umber karbohidrat kedua yang biasa dikonsumsi oleh ­penduduk kawasan sub-Sahara, Afrika, setelah jagung. Singkong dimakan oleh sekitar 500 juta orang per harinya.

Singkong juga mampu bertahan jauh lebih baik dibandingkan dengan kentang, jagung, kacang, ­pisang, jawawut, dan gandum dalam studi yang menggunakan kombinasi 24 model prediksi daya tahan tanaman dan perubahan iklim. “Singkong merupakan tanaman yang paling tahan, seperti ‘’Rambo’’ di kalangan bahan makanan,” kata Andy Jarvis, pakar perubahan iklim yang mengetuai penelitian tersebut. “Dia mampu bertahan terhadap perubahan iklim seperti apa pun,” ucapnya seperti dikutip BBC. Jarvis menyebutkan, singkong mampu bertahan di temperatur tinggi. Dan jika musim kering datang, ia akan mematikan diri sampai hujan kembali turun. “Tak ada tanaman lain yang mampu memiliki level ke­tahanan seperti ini,” ucapnya. “Dia mampu tumbuh di tanah berkondisi buruk dan hanya sedikit air,” sebut Jarvis. Peneliti menyebutkan, pada tahun 2030, tem­peratur akan 1,2 sampai dua derajat Celsius lebih panas dibanding saat ini. Jika dikombinasikan dengan perubahan pola curah hujan, maka singkong akan menjadi tanaman satu-satunya yang bisa bertahan. Para ilmuwan berharap, temuan mereka ini akan mendorong komunitas ilmiah untuk fokus melakukan studi terhadap umbi-umbian tersebut. Sebagai informasi, penelitian seputar singkong selama beberapa dekade terakhir sangat tertinggal jauh dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan terhadap bahan makanan lain seperti jagung, beras, dan gandum.

Singkong juga mampu bertahan jauh lebih baik dibandingkan ­dengan kentang, jagung, kacang, pisang, jawawut, dan gandum

Rega Indra Adhiprana

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

27


MATAUANG

Cerita Singkong dengan Omzet Rp4 Miliar Sebulan t­ entu pernah mendengar ke­he­ bohan keripik singkong Maicih? Asal Anda tahu, konon, omzet Maicih mencapai Rp 4 miliar dalam sebulan.

Meski sudah lama menjadi camilan favorit masyarakat luas, ternyata keripik singkong masih bisa menjadi mesin pencetak laba bagi pengusaha. Dengan pemasaran gaya baru nan unik, produsen bisa mengantongi omzet hingga miliaran rupiah.

J

elas, keripik singkong ­bukan jenis makanan baru bagi masyarakat Indonesia. Tapi, akhir-akhir ini, pamor keripik singkong kembali beken di ­kalangan remaja, tak kalah di­ bandingkan dengan potato chips, kebab, donat, atau pizza. Anda

28

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

Kesuksesan Maicih tentu me­ mancing minat para pebisnis lain untuk turut mencicipi gurihnya laba berjualan keripik singkong. Nah, ternyata, sebagian pendatang baru ini juga sukses. Yana Hawiarifin, produsen keripik pedas Karuhun dari Bandung, misalnya, mengaku mampu mengantongi omzet Rp 3 miliar per bulan. Ada lagi keripik singkong merek Kribo asal Bekasi yang mulai masuk pasar Oktober 2011. Maulana, sang produsen, mampu menjual keripik hingga senilai puluhan juta rupiah.

bo, misalnya, menggunakan istilah “zona galau” untuk menunjukkan tingkat kepedasan. Adapun tingkat kemanisan ditunjukkan ­dengan “zona CLBK”. Jadi, jangan heran kalau suatu saat Anda mendengar ungkapan “Kribo Galau Satu” atau “Kribo CLBK Dua”. “Kata-kata ini sering dipakai anak muda jadi saya harap bisa produk saya bisa cepat dikenal,” tutur Maulana. Selain berkreasi dengan merek, mereka juga menggunakan strategi pemasaran unik. Nyaris mustahil Anda menemui keripik-keripik ini di warung kelontong, minimarket bahkan toko oleh-oleh. Kebanyakan keripik populer ini dijual melalui jaringan pemasaran langsung ­(reseller). Nah, sebagian reseller heboh memasarkan dagangan lewat beragam media sosial, seperti Facebook, Twitter, dan Kaskus.

Apa rahasia kesuksesan penjualan camilan lama tersebut? Jawaban atas pertanyaan ini cuma satu: strategi pemasaran yang unik dan kreatif. Benar, kecuali sedikit ­modifikasi rasa, sebetulnya nyaris tak ada yang baru dari sosok keripiknya sendiri.

‘’Logikanya, konsumen akan berpikir jika ­seseorang berani me­ rekomendasikan keripiknya, tentu mereka sudah pernah mencicipi dan puas’’ ujarnya.

Pertama, tak seperti keripik singkong tradisional, keripik-keripik modern memiliki gradasi rasa. Kri-

Kreativitas mereka tak terhenti sampai di situ saja. Agar semakin unik, mereka menjuluki para


MATAUANG

Tahap penting bisnis strategi pemasaran seperti ini tentu saat mengenalkan produk ke pasar.

r­ eseller ini dengan sebutan-sebutan lucu. Kribo menyebut para reseller dengan julukan “dosen”. Sedangkan Maulana dan tim menjuluki diri mereka dengan panggilan “dekan”. Begitu pula dengan Karuhun yang memanggil para reseller mereka dengan sebutan “patih”.

kulakan para dosen Rp 7.500–Rp 10.000 per bungkus, tetapi mereka menjual ke ­konsumen Rp 12.000– Rp 15.000 per bungkus.

Agar mampu menarik minat calon reseller, produsen rela berbagi margin sehingga keuntungan tak setebal umumnya bisnis makanan lain. Maulana cuma menyisir laba 25 persen dari omzet. “Saya meng­ ambil dari jumlah yang mampu saya jual,” kata dia. Karuhun malah hanya menyisir ­untung bersih 10–20 persen dari total penjualan. Dengan meng­ambil margin tipis, mereka memberi kesempatan kepada para penjual untuk mendapatkan keuntungan maksimal. Sekadar gambaran, harga jual Karuhun kepada reseller Rp 9.000 per bungkus. Oleh para patih, Karuhun dijual ke konsumen seharga Rp 15.000–Rp 18.000 per bungkus. Demikian pula dengan Kribo. Harga

Cara ini terbukti membuat ­jangkauan pasar mereka meluas. ­Sekarang jaringan pemasaran Karuhun sudah mencapai luar kota, bahkan sampai luar negeri. Reseller Karuhun mencapai 400 orang. Adapun Kribo sudah menjangkau sedikitnya 10 kota. “Antara lain ­Semarang, Surabaya, dan Balik­ papan,” ujar Maulana, bangga. Tahap penting bisnis strategi pemasaran seperti ini tentu saat men­ge­ nalkan produk ke pasar. Nah, awalnya, para produsen ini melakukan tes pasar. Setelah yakin bakal mendapat sambutan hangat, mereka menawarkan keripik kepada teman, saudara, atau rekan kerja. Dari sana, berkembanglah menjadi reseller baru. Strategi pemasaran lain yang lazim dipakai adalah menjualnya di pusat keramaian. “Saya pertama kali menjual di Bandung saat ada car free day,” ucap Yana. Supaya menarik

minat konsumen, kemasan keripik dibuat seunik mungkin. Rasa pedas keripik singkong memang menjadi daya tarik pelanggan Maicih. Tapi, Yana ogah asal me­ngekor reputasi pedas itu. Agar menarik pelanggan, dia memilih memberikan citarasa berbeda, yaitu menggunakan daun jeruk purut sebagai campuran rasa pedas. “Kami juga menggunakan singkong berkualitas sehingga lebih renyah,” kata Yana. Adapun Maulana tak hanya menawarkan keripik singkong. Dia juga menjual keripik ubi, opak dan beberapa produk lain. “Saya coba menawarkan makanan khas dari daerah Bekasi,” tukasnya. Jika ingin mencoba bisnis ini, Anda dapat memilih dua model produksi. Pertama, menyerahkan proses produksi keripik kepada orang lain. Gandenglah partner yang tepercaya sehingga kualitas terjaga. Sekadar informasi, saat memulai bisnis keripik singkong, Maulana hanya bermodal Rp 11 juta, termasuk untuk tester dan promosi. Kedua, memproduksi sendiri seperti Yana. Ke­untungannya, Anda leluasa berkreasi ­den­gan produk namun modal yang dibutuhkan lebih besar. Rega Indra Adhiprana

Anda pernah mendengar para remaja heboh bercerita keripik singkong Maicih? Asal Anda tahu, konon, omzet Maicih mencapai Rp 4 miliar STOMATA dalam sebulan. 29 Edisi 03/Tahun I /Januari 2013


MATAUNIK

FAKTA UNIK KEDELAI Sekitar 50 persen dari semua harian di Amerika menggunakan tinta dari kedelai.

Pada sekitar tahun 1940 Henry Ford menggunakan kacang sebagai bahan dasar plastik untuk melapisi mobilnya. Plastik kedelai tersebut tidak hancur dipukul kapak! 25 gram kacang kedelai per hari dapat mengurangi resiko penyakit hati.

Selama Perang Saudara,Bangsa Amerika menggunakan keledai untuk menggantikan kopi. Selama Perang Saudara,Bangsa Amerika menggunakan keledai untuk menggantikan kopi.

Kecap mungkin ramuan dengan rempah-rempah tertua.

Kacang Kedelai pertama ditanam oleh Bangsa Cina pada tahun 2838 SM dan dikenal sebagai “tautau�(Kacang Hebat/Great Bean). Di Cina,kedelai dianggap satu dari 5 tanaman suci.Ke-4 tanaman suci yang lain adalah padi,gandum,barley dan millet (Sejenis padi-padian).

30

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

Petani Amerika diduga pertama kali menanam kedelai pada sekitar tahun 1800-an untuk makanan ternak.


MATAUNIK

Kedelai mengandung gizi yang lengkap dan protein lengkap, salah satunya tanaman yang mengandung semua sembilan asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh dari makanan kita berfungsi dengan baik. Hal ini membuat pengganti yang ideal untuk daging, unggas, dan telur.

1 acre (0,4047 hektare) kebun kedelai mampu menghasilkan 82.368 batang krayon.

Bahkan, setengah cangkir pasokan kedelai dimasak sekitar sepertiga protein yang diperlukan sehari-hari, untuk 149 kalori semata (versus sekitar 230 untuk satu porsi daging sapi dimasak). Bahwa protein dan serat yang dikandungnya membuatnya sangat mengenyangkan. Plus, kedelai yang bebas kolesterol dan rendah hati yang tidak sehat lemak jenuh dari daging dan susu. 13 Agustus 2012. Harga kedelai mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah: 646 dollar AS per ton atau Rp 6.137 per kilogram (Chicago Board of Trade, 20/7/2012). Harga ini lebih tinggi dibanding puncak krisis pangan 2008 dan meningkat 44 persen dibanding awal 2012.

Berdasarkan data Badan 足Pusat Statistik (BPS) pada 2011, produksi kedelai lokal hanya sebesar 851.286 ton atau 29 persen dari total ketersediaan kedelai pada tahun tersebut. Sementara itu, impor kedelai pada 2011 sebanyak 2.088.615 ton atau 71 % dari total ketersediaan.

Impor kedelai terbesar Indonesia pada 2011 berasal dari Amerika Serikat (AS) dengan jumlah 1.847.900 ton, Malaysia 120.074 ton, Argentina 73.037 ton, Uruguay 16.825 ton dan Brasil 13.550 ton.

Indonesia adalah negara konsumsi kedelai terbesar ke10 sebesar 3.050.000 ton di tahun 2012.

AS merupakan produsen terbesar kedelai di dunia. Kedelai AS diserap oleh China sebanyak 61,5 persen, Meksiko 8,74 persen, Jepang 5,24 persen dan Indonesia sebesar 5,11persen.

Kedelai dikenal dengan berbagai nama: sojaboon (bahasa Belanda), soja, soja bohne (bahasa Jerman), soybean (bahasa Inggris), kedele (bahasa Indonesia sehari-hari, bahasa Jawa), kacang ramang, kacang bulu, kacang gimbol, retak mejong, kaceng bulu, kacang jepun, dekenana, demekun, dele, kadele, kadang jepun, lebui bawak, lawui, sarupapa tiak, dole, kadule, puwe mon, kacang kuning (Sumatera bagian utara) dan gadelei. Berbagai nama ini menunjukkan bahwa kedelai telah lama dikenal di Indonesia.

Target swasembada kedelai dengan harapan bisa memproduksi sebanyak 2,7 juta ton tahun 2014. Sejumlah daerah yang dijadikan wilayah pengembangan kedelai yakni Aceh, Bengkulu, Lampung, Sumsel, Jambi, Jabar, Jateng, Yogyakarta, Jatim, Kalsel, dan NTB.

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

31


MATAUNIK

Makanan berbahan dasar kedelai terasa akrab dengan p ­ erut masyarakat Indonesia. Maka tak ­heran jika tempe dan tahu m ­ enjadi lauk pendamping nasi yang ­dikonsumsi setiap hari.

Kedelai dan Cerita Unik Ribuan Tahun Lalu

T

ak hanya lezat, makanan ­ engan bahan dasar kacang d kedelai menyimpan kandungan gizi yang tinggi. Para pakar kesehatan menilai kedelai--dikenal dengan nama latin Glycine max ---yang diolah menjadi makanan dapat mempermudah tubuh untuk mencerna kandungan gizi di dalamnya. Tak hanya itu, makanan berasal dari kedelai dapat menjaga kesehatan atau bisa mencegah berbagai penyakit. Uniknya, kendati sudah diolah, khasiat dan nilai gizi yang terdapat di dalam kedelai tidak menurun ­signifikan. Bandingkan dengan produk makanan lain yang gizinya langsung anjlok ketika digoreng atau direbus. Itu sebabnya kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia. Masyarakat Indonesia mulai akrab dengan kedelai putih sejak pedagang Cina mulai melakukan ­aktivitas dagang di Tanah

32

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

Air. ­Sedangkan kedelai hitam sudah lebih dahulu dikenal. Asia Timur memang tempat budidaya tanaman kedelai. Berdasarkan peninggalan arkeologi, kedelai sudah ada menyatu dengan per­ tanian rakyat sejak 3.500 tahun lalu. Namun, saat ini, salah satu produsen utama kedelai yang memasok kebutuhan didunia, termasuk Indonesia, adalah Amerika Serikat. Padahal, budidaya kedelai di luar Asia baru dilakukan setelah 1910. Kini, dengan tingkat impor yang tinggi, pemerintah melakukan beberapa cara untuk men­dongkrak produksi. Target swasembada dengan harapan memproduksi sebanyak 2,7 juta ton tahun 2014. Sejumlah daerah yang dijadikan wilayah pengembangan kedelai yakni Aceh, Bengkulu, Lampung, Sumsel, Jambi, Jabar, Jateng, Yogyakarta, Jatim, Kalsel, dan NTB.

Hal itu telah dilakukan dengan melakukan penanaman kedelai di atas lahan 1.000 hektar dengan sistem tumpang sari antara padi gogo dan jagung di Peuneron, Aceh, akhir tahun 2012 lalu. Panen kedelai di atas lahan 1.000 hektar diprediksi bakal mencapai satu ton per hektar dan memacu swasembada tanaman yang termasuk jenis polong-polongan itu. Dengan begitu, Aceh akan menjadi salah satu produsen kedelai ter­besar di Indonesia, selain Jawa Timur. Hingga akhir 2012, produksi kedelai nasional tercatat sebanyak 783.000 ton. Sementara produktivitas kedelai petani sebesar 1,5 ton per hektare. Adapun lahan kedelai seluas 566.693 hektar, menyusut jika dibandingkan 2011 yang luasnya 622.000 hektar. Rega Indra/Dede Supriatna


MATAUNIK

Adapun makanan yang dihasilkan kedelai antara lain: A. Diolah secara fermentasi:

a. Tempe Proses pengolahan: Fermentasi mampu memecah ­protein menjadi asam amino sehingga lebih mudah diserap tubuh dan meningkatkan kandungan asam lemak linolenat (esensial). Hasilnya, nilai gizi meningkat dan kandungan isoflavon meningkat secara signifikan. Gizi tempe terbaik jika diolah dengan cara dikukus. Jika digoreng, kadar isoflavonnya akan menurun.

b. Tahu Proses pengolahan secara fer­ mentasi dengan cara mengendapkan protein dari sari kedelai panas dengan menggunakan bahan penggumpal. Proses pengendapan protein mengurangi kadar lemak dan menurunkan kadar isoflavon pada tahu. Tapi, protein kedelai yang menggumpal menjadi tahu lebih mudah dicerna usus. Hasilnya, nilai gizi meningkat, kandungan isoflavon pun meningkat.

c. Kecap Proses pengolahan: Fer­mentasi, pemasakan dengan gula dan bumbubumbu. (menggunakan kedelai hitam). Fermentasi garam pada kedelai menghasilkan moromi (cairan hidrolisat proteín kedelai) dengan

kandungan asam amino bebas yang tinggi (mudah diserap usus halus). Hasilnya, nilai gizi p ­ rotein meningkat, namun kandungan isoflavon berkurang banyak. d. Taoco Proses pengolahan: Fermentasi. Fermentasi garam pada kedelai menghasilkan asam amino bebas, mudah diserap oleh usus halus. Kadar lemak selama fermentasi menurun. Hasilnya, nilai gizi meningkat dan kandungan isoflavon meningkat.

e. Oncom (dari ampas tahu) Proses pengolahan: Fermentasi Fermentasi kedelai dengan kapang/ jamur tempe menghasilkan asam amino bebas, mudah diserap usus halus. Kadar lemak selama fermentasi turun. Hasilnya, nilai gizi meningkat dan kandungan isoflavon meningkat.

f. Susu kedelai Proses pengolahan: Ekstraksi protein kedelai. Susu kedelai mempunyai nilai gizi hampir sama dengan susu sapi, dengan nilai gizi protein susu kedelai sekitar 80 persen dari susu sapi. Perbedaannya, susu ke­ delai tidak mengandung vitamin B12.

g. Miso Proses pengolahan: Fermentasi garam campuran beras, kecambah gandum dan/atau kedelai, untuk bumbu. Fermentasi garam pada campuran menghasilkan asam ­amino bebas, mudah diserap oleh usus halus. Kadar lemak selama fermentasi turun. Hasilnya, nilai gizi protein meningkat, namun kandung­an isoflavon berkurang banyak. B. diolah dalam bentuk tepung. Untuk olahan menjadi tepung ­kedelai secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok manfaat utama, yakni: olahan dalam bentuk protein kedelai dan minyak kedelai. Dalam bentuk protein kedelai dapat digunakan sebagai bahan industri makanan yang diolah menjadi: vetsin, kue-kue, permen dan daging nabati serta sebagai bahan industri bukan makanan seperti: kertas, cat cair, tinta cetak dan tekstil. Sedangkan olahan dalam bentuk minyak kedelai digunakan sebagai bahan industri makanan dan non makanan. Industri makanan dari minyak kedelai yang digunakan sebagai bahan industri makanan berbentuk gliserida sebagai bahan untuk pembuatan minyak goreng, margarin dan produk lemak lainnya. Sedangkan dalam bentuk lecithin dibuat antara lain: margarin, kue, tinta, kosmetika, insectisida dan farmasi. Selain produk yang dapat dihasilkan, kedelai sendiri mempunyai manfaat bagi kesehatan, adapun manfaat kedelai bagi kesehatan antara lain: kedelai sebagai anti­ oksidan, mengurangi risiko terkena osteoporosis, sebagai zat pem­ bangun, menjaga berat badan, men­cegah kanker, mengurangi gejala menopouse, meringankan diabetes, dan mencegah atherosclerosis. Rega Indra Adhiprana/Dede Supriatna

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

33


MATAHARI

Otak M Reptil,

ari kita perhatikan sejenak pelajaran biologi yang pernah kita dapat semasa SMA. Dalam otak manusia dikenal 4 (empat) sistem utama, diurutkan dari usia evolusinya yang tertua:

1. Batang Otak Mengatur pernafasan dan fungsi-fungsi bawah sadar lainnya,

Hambatan Manusia Menghasilkan Kualitas Pernahkah Anda mengalami situasi: sulit menyelesaikan atau sulit menghasilkan? Apakah itu 足laporan pekerjaan, me足nyelesaikan sebuah proyek, menyelesaikan tulisan, menepati janji bertemu orang dan seterusnya.

2. Sistem Limbik Otak reptil. Kemarahan, balas dendam, seks dan rasa takut. 3. Otak Kecil Mengatur koordinasi dan kendali motorik. 4. Otak Besar Bagian otak paling canggih, terdiri dari 4 (empat) Lobus dengan fungsi masingmasing: Lobus Frontal: Logika, perencanaan, sebagian fungsi berbicara, gerakan dan menyelesaikan masalah. Lobus Parietal: Gerakan, orientasi, pengenalan, persepsi stimulus. Lobus Oksipital: Penglihatan, korteks orbitofrontal yang mengintegrasikan otak kecil dengan otak rasional. Lobus Temporal: Pendengaran, memori dan berbicara. Anda tidak dapat berbicara sambil menyelam. Anda tidak dapat jatuh cinta sambil mengalami serangan jantung. Anda tidak dapat menulis lirik lagu bersamaan saat Anda muntah akibat naik wahana h 足 ali足lintar di taman hiburan. Metaforanya begini: semakin tua usia evolusi sebuah sistem otak, semakin besar kekuatan yang dimilikinya untuk menangguhkan tindakan-tindakan dari sistem yang lebih muda. Otak reptil yang berada dalan sistem limbik adalah contoh paling tepat untuk metafora ini.

Otak reptil Atantya H Mulyanto, Praktisi Manajemen, President & CEO PT Survindo Putra Pratama

34

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

Otak reptil menstimuli rasa lapar, takut, marah dan nafsu. Otak reptil hanya ingin makan dan merasa aman. Otak reptil akan berjuang (sampai mati) jika terpaksa, tetapi akan lebih memilih untuk lari jika keadaannya lebih menguntungkan. Otak reptil membalas dendam dan tidak segan untuk mengamuk. Otak reptil memperhatikan apa yang dipikirkan orang lain, karena status dalam kelompok merupa-


MATAHARI

kan sesuatu yang penting bagi kelangsungan hidupnya. Seekor cicak lari berkeliling mencari nyamuk, bersembunyi dari tokek, men­dengarkan predator, dan meng­awasi cicak lainnya. Cicak melakukan semuanya ini karena hanya itu yang dapat dilakukannya. Cicak hanya memiliki otak reptil. Otak reptil bukan hanya sebuah konsep. Otak reptil itu nyata, dan otak reptil berada di ujung atas ­tulang belakang manusia. Ia berjuang untuk kelangsungan hidup manusia. Tetapi tentu saja kelangsungan hidup dan kesuk­sesan b ­ ukanlah hal yang sama. Otak reptilah yang menjadi alasan Anda sebagai manusia merasa takut, alasan Anda tidak melakukan semua seni yang bisa anda lakukan, dan alasan Anda tidak menghasilkan sesuatu saat Anda sebenarnya bisa. Otak reptil adalah sumber dari resistansi. Kita patut bersyukur karena Tuhan Yang Maha Esa menciptakan otak kita terbagi menjadi dua bagian konseptual, yaitu daemon dan resistansi. Daemon adalah sumber dari gagasan besar, wawasan yang bersifat terobosan, kebaikan hati, cinta, koneksi dan kebaikan. Resistansi berfokus menjauhkan dunia dari daemon. Resistansi hidup dalam otak reptil. Dalam b ­ ahasa Itali, daemon disebut dengan ”­ genius”. Genius akan berjuang mengekspresikan dirinya dalam bentuk seni, tulisan atau bentuk usaha lainnya. Ketika sang Genius terasa muncul, terjadi sesuatu yang luar biasa. Jika tidak, berarti Anda sedang tidak beruntung. Dalam lingkungan kehidupan, pasti Anda kenal dengan seseorang yang selalu terlambat. Seseorang yang tidak bisa memberikan hasil k­ erjanya kecuali mereka telah m ­ erasa terpojok, sehingga mereka harus menciptakan (secara a­ rtifisial) sebuah keadaan darurat yang cukup genting, yang memaksa mereka untuk berpikir keras dan adrenalin mengalir di sekujur tubuh. Ini bukan perilaku yang efisien atau dapat diandalkan namun perilaku ini tetap ada. Alasannya sederhana: mereka tak sanggup melawan ketakutan untuk menyelesaikan sesuatu kecuali mereka mampu menciptakan rasa takut yang lebih besar terhadap kemungkinan ­menjadi gagal total. Otak reptil bersifat ­impulsif, namun bagi sebagian orang otak reptil bisa difungsikan untuk memilih risiko yang lebih besar dan menghindarinya. Maka, untuk mewujudkan hasil karya, menciptakan output yang berkualitas dalam bidang apapun dalam hidup Anda, tantangannya adalah menciptakan ­situasi yang bisa membuat otak reptil men­dengkur.

Anda tidak dapat ­men­galahkannya, jadi Anda harus membujuknya agar mampu mengatur kelangsungan hidup, ke­marahan dan hasrat. Sementara bagian lain otak, yaitu daemon atau ’genius’ diberi kesempatan menciptakan peradaban, menghasilkan sesuatu yang berkualitas. Otak reptil ada untuk menjaga agar Anda tetap hidup, sementara bagian otak lainnya membuat Anda merasa bahagia, sukses dan terhubung dengan anggota masyarakat lain. Kita seharusnya lebih sering me­munculkan perilaku dari pikiran sadar dan mengedepankan kemurahan hati dalam bekerja. Tapi kenyataannya, kita cenderung memanjakan refleks otak reptil yang selalu ber­ hubungan dengan ketakutan, pembalasan dendam dan penaklukan. Gregory Berns dalam buku I­conoclast (2009) menunjukkan ada tiga faktor biologis yang mendorong kinerja dan inovasi, yakni Inteligensi sosial, respons terhadap rasa takut, dan persepsi. ­Ketiganya jika dikelola dengan baik akan menjadi modal dasar yang kuat bagi terciptanya manusia dengan kepribadian unggul, tahan uji serta mampu me­nyelesaikan setiap persoalan. Dalam dunia kerja, hanya ­manusia yang dapat memelihara hu­bungan sosial yang baik yang akan lebih berhasil. Skill ini dikenal d ­ engan kecerdasan emosional (EQ = emotional quotient). Survei Indeks Prestasi Kerja 2010 di USA Today menunjukkan fakta bahwa 60 persen keberhasilan karir seseorang di­tentukan oleh kecerdasan ­emosional (EQ) nya. Kecerdasan membangun etika, perilaku, sikap, hubungan sosial, budaya serta tata krama. M ­ anusia yang cerdas secara intelegensi (IQ) hanya akan diper­ sepsikan ”karyawan yang biasa-biasa saja” jika yang ber­sangkutan tidak mampu mem­bangun k­ omunikasi verbal dan visual yang baik dengan lingkungan kerjanya. Sebaliknya, karyawan yang sejatinya punya IQ biasa saja, dapat diterima dengan istimewa, karena kecerdasannya dalam berkomunikasi, membangun hubungan sosial positif serta berperilaku penuh tata krama. Memang, manusia dikaruniai bakat tertentu oleh Tuhan YME. Ada yang ahli bicara, ada ahli pertanian, ada ahli teknik, ada ahli memproduksi dan seterusnya. Namun yang terpenting dari semua itu, adalah bahwa untuk menghasilkan output terbaik dan berkualitas, kita harus menyadari bahwa keterampilan unik dapat dipelajari, tidak datang dari sifat bawaan, tapi dari sesuatu yang Anda putuskan akan anda lakukan. Dan lebih penting lagi, dari sesuatu yang Anda putuskan untuk Anda bagikan kepada sesama manusia. ***

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

35


MATAKAIL MA-

36

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013


MATAKAIL

Kulon Progo

Jewel of Java Kabupaten Kulon Progo termasuk kabupaten tertinggal dibandingkan kabupaten lain di ­Daerah Istimewa ­Yogyakarta. Padahal ­Kulonprogo memiliki kekayaan alam yang luar ­biasa hingga mendapat julukan The Jewel of Java.

S

ebelum terbentuknya Kabupaten Kulon Progo pada yanggal 15 Oktober 1951, wilayah Kulon Progo terbagi atas dua kabupaten yaitu Kabupaten Kulon Progo yang merupakan wilayah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kabupaten Adikarta yang merupakan wilayah Kadipaten Pakualaman.

belum ada pejabat pemerintahan yang menjabat di daerah sebagai penguasa. Pada waktu itu roda pemerintahan dijalankan oleh pepatih dalem yang ber­kedudukan di Ngayogyakarta Hadiningrat. Setelah Perang ­Diponegoro 1825-1830 di wilayah Kulon Progo ­sekarang yang masuk wilayah Kasultanan terbentuk empat kabupaten yaitu:

Wilayah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat (Kabupaten Kulon Progo).

1. Kabupaten Pengasih, tahun 1831 2. Kabupaten Sentolo, tahun 1831 3. Kabupaten Nanggulan, tahun 1851 4. Kabupaten Kalibawang, tahun 1855

Sebelum Perang Diponegoro di daerah Negaragung, termasuk di dalamnya wilayah Kulon Progo,

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

37


MATAKAIL

Masing-masing kabupaten tersebut dipimpin oleh para tumenggung. Menurut buku 'Prodjo Kejawen' pada 1912, Kabupaten Pengasih, Sentolo, Nanggulan dan Kalibawang digabung menjadi satu dan diberi nama Kabupaten Kulon Progo, dengan ibukota di Pengasih. Bupati pertama dijabat Raden Tumenggung Poerbowinoto. Dalam perjalanannya, sejak 16 Februari 1927 ­Kabupaten Kulon Progo dibagi atas dua

Kawedanan dengan delapan Kapanewon, sedangkan ibukotanya dipindahkan ke Sentolo. Dua Kawedanan tersebut adalah Kawedanan Pengasih yang meliputi kepanewon Lendah, Sentolo, Pengasih dan Kokap/ sermo. Kawedanan Nanggulan meliputi kapanewon Watumurah/Girimulyo, Kalibawang dan Samigaluh. Rega Indra Adhiprana/Dede Supriatna

Wilayah Kadipaten Pakuala (Kabupaten Adikarta) Di daerah selatan Kulon Progo ada suatu wilayah yang masuk Keprajan Kejawen yang bernama Karang Kemuning yang selanjutnya dikenal dengan nama Kabupaten Adikarta. Menurut buku ‘Vorstenlanden’ disebutkan bahwa pada tahun 1813 Pangeran Notokusumo diangkat menjadi KGPA Ario Paku Alam I dan mendapat palungguh di sebelah barat Sungai Progo sepanjang pantai selatan yang dikenal dengan nama Pasir Urut Sewu. Oleh karena tanah pelungguh itu letaknya berpencaran, maka sentono ndalem Paku Alam yang bernama Kyai Kawirejo I menasehatkan agar tanah pelungguh tersebut disatukan letaknya. Dengan satukannya pelungguh tersebut, maka menjadi satu daerah kesatuan yang setingkat kabupaten. Daerah ini kemudian diberi nama Kabupaten Karang Kemuning dengan ibukota Brosot. Sebagai Bupati yang pertama adalah Tumenggung Sosrodigdoyo. Bupati kedua, R. Rio Wasadirdjo, men­ dapat perintah dari KGPAA Paku Alam V agar mengusahakan pengeringan Rawa di Karang Kemuning. Rawa-rawa yang dikeringkan itu kemudian dijadikan tanah persawahan yang Adi (Linuwih) dan Karta (Subur) atau daerah yang sangat subur. Oleh karena itu, maka Sri Paduka Paku Alam V lalu berkenan menggantikan nama Karang Kemuning menjadi Adikarta pada tahun 1877 yang beribukota di Bendungan. Kemudian pada tahun 1903 bukotanya dipindahkan ke Wates. Kabupaten Adikarta terdiri dua kawedanan (distrik) yaitu kawedanan Sogan dan kawedanan Galur. Kawedanan Sogan meliputi kapanewon (onder distrik) Wates dan Temon, sedangkan Kawedanan Galur meliputi kapanewon Brosot dan Panjatan.

Penggabungan Kulon Progo dengan Kabupaten Adikarta Pada 5 September 1945 Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Pakualam VIII mengeluarkan amanat yang menyatakan bahwa daerah beliau yaitu Kasultanan dan Pakualaman adalah daerah yang bersifat kerajaan dan daerah istimewa dari Negara Republik Indonesia. Pada tahun 1951, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Pakualam VIII memikirkan perlunya penggabungan antara wilayah Kasultanan yaitu Kabupaten Kulon Progo dengan wilayah Pakualaman yaitu Kabupaten Adikarto.

38

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

Atas dasar kesepakatan dari Sri ­Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Pakualam VIII, maka oleh pe­ merintah pusat dikeluarkan UU No. 18 Tahun 1951 yang ditetapkan tanggal 12 Oktober 1951 dan di­undangkan tanggal 15 Oktober 1951. Undang-undang ini mengatur tentang perubahan UU No. 15 Tahun 1950 untuk penggabungan Daerah Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Adikarto dalam lingkungan DIY menjadi satu kabupaten dengan

nama Kulon Progo yang selanjutnya berhak mengatur dan mengurus rumah-tanganya sendiri. Undang-undang tersebut mulai berlaku mulai 15 Oktober 1951. Secara yuridis formal Hari Jadi Kabupaten Kulon Progo adalah 15 Oktober 1951, yaitu saat diundangkannya UU No. 18 Tahun 1951 oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia. Selanjutnya pada 29 Desember 1951 proses administrasi penggabungan telah selesai dan 1 Januari 1952, administrasi pemerintahan baru, mulai dilaksanakan ­dengan pusat pemerintahan di Wates.


MATAKAIL

Gali Potensi Daerah dengan Kemudahan Investasi Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, terus menggali potensi daerah sebagai The Jewel of Java. Untuk mencapai tujuan itu, berbagai ­insentif bagi investor telah disiapkan Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo.

K

emudahan dalam bentuk pengurangan, keringanan, atau pembebasan pajak dan retribusi daerah itu dibuat untuk menarik minat investor menanamkan modalnya di Kulon Progo. Dengan masuknya investor diharap dapat memperluas lapangan pekerjaan di kabupaten dengan 12 kecamatan itu. Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Perlindungan, Pemberian Insentif dan Kemudahan Penanaman Modal sudah digelontorkan. Pemberian kemudahan, kata Hasto, juga dapat berupa penyediaan data dan informasi mengenai peluang penanaman modal, penyediaan sarana dan prasarana, lahan atau lokasi, bantuan teknis serta percepatan pemberian ­perizinan. "Kebijakan tersebut diberikan apabila memenuhi kriteria tertentu. Seperti memberikan kontribusi bagi pendapatan masyarakat, menyerap tenaga kerja lokal, atau menggunakan sumberdaya lokal," katanya. Menurut Hasto, meningkatnya investasi di Kulon Progo akan mendorong tumbuhnya usahausaha baru yang berdampak semakin luasnya lapangan kerja.

Saat ini, perekonomian di ­Ka­bupat­en Kulon Progo masih didominasi sektor pertanian. Pada tahun 2011 sumbangan sektor ini terhadap PDRB Kabupaten Kulon Progo sebesar 23.68 persen. Dalam sektor pertanian sumbangan ter­besar dari sub sektor tanaman bahan makanan yang terdiri dari kelompok padi, palawija, sayuran, dan buah-buahan. Untuk kelompok padi palawija, komoditas padi memiliki nilai produksi yang paling dominan pada 2011. Produksi, luas tanah maupun produktivitas komoditas padi sawah menangalami peningkatan di­banding keadaan 2010. Demikian juga untuk komoditas padi gogo ada peningkatan produksi dari 1.041 ton pada 2010 menjadi 1.629 ton pada 2011. Untuk tanaman jagung, juga terjadi peningkatan produksi pada 2011. Hal tersebut disebabkan adalam peningkatan produktivitas dan luas panen. Produksi jagung di tahun 2011 sebesar 30.024 ton sedangkan pada tahun 2010 mencapai 27.891 ton. Untuk komoditas ketela pohon mengalami penurunan produksi dan penurunan luas panen. Total produksi ketela pohon di tahun 2011 sebesar 24.269 ton. Sedangkan pada 2010 mencapai 56.528 ton.

Dengan meningkatkan pendapatan per kapita, dan ke­­­­se­­­jah­ teraan masyarakat pada gilirannya akan mengurangi ke­­­mis­­­­ ki­nan. "Kami menyadari, potensi Kulon Progo di sebagian ­daerah belum terkelola dengan baik, karena kurangnya dana dan teknologi. Sehingga pengelolaannya memerlukan ­dorongan dan bantuan dari investor," katanya. Ketua Panitia khusus (Pansus) DPRD Kulon Progo Kasdiono menambahkan, tujuan menggenjot penanaman modal dapat tercapai apabila faktor-faktor penunjang yang menghambat iklim investasi dapat diatasi. Menciptakan birokrasi yang ­efisien dan efektif, kepastian hukum di bidang penanaman modal, biaya ekonomi yang berdaya saing, serta penciptaan iklim berusaha yang kondusif menjadi keharusan.

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

39


MATAKAIL

Komoditas sayuran yang ­paling banyak dibudidayakan oleh ­ma­syarakat Kulon Progo dan menghasilkan produksi yang cukup besar adalah cabe besar, petsai/sawi, serta bawang merah. Pada 2011 produksi masing-masing komoditas tersebut mencapai 107.721,9 kuintal. Jika dibanding dengan produksi tahun 2010, ketiga komoditas tersebut mengalami peningkatan.

Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Padi Palawija di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2010-2011 Uraian

2010

2011

Padi Sawah Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Kw/Ha)

17.148 105.816 61,71

20.944 131.471 62,78

Padi Gogo Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Kw/Ha)

328 1.041 31,72

512 1.629 31,83

Jagung Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Kw/Ha)

4.986 27.891 55.94

5.009 30.024 59.92

Ketela Pohon Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Kw/Ha)

3.539 56.528 159.73

2.971 46.269 155.73

Kacang Tanah Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Kw/Ha)

1.631 1.387 8.50

1.097 794 7.24

Kedelai Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Kw/Ha) *sumber: BPS Kab Kulon Progo

40

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

2.859 3.886 13.59

1.456 1.835 12.85

Cabe besar merupakan unggulan sayuran di Kabupaten Kulon Progo. Pada tahun 2011, produksi cabe besar mencapai lenih dari 10,7 ton. Hampir seluruh wilayah Kulon Progo potensial untuk pertanian cabe besar. Untuk tanaman buah-buahan, yang potensial di Kabupaten Kulon Progo adalah pisang, melon dan semangka, mangga serta ram­ butan. Produksi pisang, melon dan se­mangka, mangga serta rambutan Pada 2011 masing-masing yakni sebesar 199.432 kuintal, 197.765 kuintal, 92.196 kuintal, 70.032 ­kuintal dan 30.476 kuintal. Kelapa merupakan ko­moditas ­unggulan perkebunan di ­Kabupaten Kulon Progo. Pada 2011, produksi kelapa mencapai 29.292,45 ton atau mengalami ­penurunan produksi 2,25 persen. Selain kelapa, komoditas per­ kebunan yang diandalkan adalah kakao dan cengkeh. Produksi kedua komoditas tersebut masingmasing 388,31 ton untuk komoditas ­cengkeh dan 340,04 ton untuk ­tanaman kopi. Untuk tanaman kehutanan, produksi yang cukup besar adalah tanaman jati yang menghasilkan 30.734,06 meter/2 di tahun 2011, produksi tanaman mahono men­capai 6.732,72 meter/2 dan tanaman sengon tercatat 6.197,81 meter/2. Industri pengolahan menjadi salah satu sektor lapangan usaha dalam perekonomian. Pada 2011, ­sektor ini menyumbang 14,31 persen terhadap total produk domestik regional bruto (PDRB) di Kabupaten


MATAKAIL

Kulon Progo. Sektor industri pengolahan mampu menciptakan nilai tambah sebesar Rp 553,3 miliar rupiah. Pada tahun 2010, nilai tambah yang tercipta untuk sektor ini sebesar 550,5 miliar. Beberapa kegiatan perindustrian di Kabupaten Kulon Progo diarahkan pada produksi komoditas ekspor. Nilai ekspor dari kabupatan Kulon Progo selama tahun 2011 sebesar 4.571.171 dolarAS. Nilai ekspor tersebut lebih sedikit 13,29 persen dibanding tahun 2010 yang mencapai 5.271.647 dolar AS. Komoditas ekspor ini antara lain: arang briket 25,44 persen atau 1.162.935 dolar AS, sumbangan dari ekspor wig sebesar 24,61 persen atau 1.124.925 dolar AS, sisanya kerajinan kayu dengan nilai 200.816 dolar AS, dan gula kristal 173.174 dolar AS. Proses pem足buatan gula semut (gula kristal) di daerah Kalirejo, Kokap

yang rendah kolesterol ulai diminati wisatawan asing yang ingin melihat langsung proses pembuatannya. Objek wisata yang menjadi tujuan wisatawan di Kulon Progo anatara lain: Pantai Glagah, dan Pantai Congot di Kecamatan Temon. Pantai Trisik di Kecamatan Galur, Waduk Semo di Kecamatan Kokap, Pemandian Clereng di Kecamatan Pengasih, Gua Kiskendo di Kecamatan Girimulyo, dan Puncak Suroloyo. Rega Indra Adhiprana/Dede Supriatna

Kabupaten Kulon Progo. Sektor industri pengolahan mampu menciptakan nilai tambah sebesar Rp 553,3 miliar rupiah.

Selain potensi pertanian, Kabupaten Kulon Progo sebenarnya mempunyai banyak kekayaan alam yang bisa dikembangkan, yaitu diantaranya adalah: 1. Pengolahan kelapa dan sabut kelapa. Daging buah kelapa bisa dikembangkan untuk pembuatan minyak nabati disamping untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, dan untuk sabut kelapa dapat dijadikan kerajinan atau untuk kebutuhan alat alat rumah tangga. 2. Potensi Batu Andesit. Potensi batu andesit Kabupaten Kulonprogo hingga saat ini belum termanfaatkan secara baik. Kekayaan alam tersebut baru dimanfaatkan untuk kebutuhan lokal Kulonprogo dan belum sampai digunakan kalangan lebih luas 3. Potensi Pasir Besi. 4. Potensi Pariwisata Kabupaten Kulonprogo. Yaitu: adanya Pantai Glagah, Pantai Congot, Pantai Trisik, Pantai Bugel, Waduk Sermo 5. Potensi Kesenian Tradisional di Kulon Progo, diantaranya: Kesenian Ndholalak, Jathilan, dan lain lain 6. Potensi Kerajinan Kulonprogo Diminati Pasar Eksport 7. Perikanan di Kulon Progo juga mempunyai potensi yang besar sekali, baik perikanan air laut, perikanan air payau dan air tawar serta pengembangan tambak udang. 8. Adanya pembangunan dan Pantai Congot, akan berpontesial besar sekali adanya pengembangan potensi yang belum ada dan mengembangkan potensi yang telah ada.

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

41


MATABAJAK

P

Menjawab Kebutuhan

Pangan

Lewat Padi

Gogo Wajah Prof Totok Agung ­DH terlihat sumringah. Senyum puas mengembang di wajah guru b ­ e­sar Fakultas Pertanian ­Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) ­Purwokerto itu ketika melakukan panen raya padi gogo di Desa ­Kalisari, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Agustus lalu.

42

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

ADI aromatik Inpago Unsoed 1 merupakan hasil pemuliaan ilmuwan Unsoed. Dalam panen tersebut, Totok selaku Ketua LPPM Unsoed mengungkapkan, padi gogo aromatik mengandung banyak zat besi yang dibutuhkan untuk tubuh. ‘’Selain itu, produksinya lebih tinggi, rasa nasinya pulen dan beraroma wangi,“ ujarnya. Totok dan Suwarto mencoba mengembangkan padi Gogo yang disukai konsumen dan mudah ditanam oleh petani. Setelah melakukan berbagai tahap penelitian ditemukanlah varietas padi gogo ­Inpago Unsoed 1 (hasil perkawinan padi poso/ ibu dan mentik wangi/bapak). Selain aromatik dan teksturnya pulen padi ini memiliki keunggulan yaitu ditanam pada lahan kering dataran rendah sampai sedang < 700 m dpl, dengan umur tanaman 110 hari (3 bulan 20 hari), tinggi tanaman 107 cm, rata rata hasil 4,9 ton/ha GKG bahkan punya potensi hasil bisa mencapai 7,2 ton/ha GKG. Padi ini juga tahan ter­ hadap wereng batang coklat biotipe 1. Selain enak untuk dikonsumsi, kehadiran padi Gogo Inpago Unsoed 1 diharap dapat menjawab kebutuhan akan ketahanan pangan yang tengah digarap pemerintah. Menurut data Tim Peneliti Badan Litbang Pertanian (1998) terdapat sekitar 5,1 juta hektare lahan yang tersebar di berbagai daerah berpotensi untuk dijadikan sarana pengembangan tanaman pangan khususnya padi gogo. Dengan ­potensi seperti ini, tentu saja peluang pengem­ bangan pertanian di lahan kering cukup besar. Sayangnya, potensi sumber daya lahan yang cukup besar ini belum bisa diimbangi dengan produktivitas padi gogo. Data Kementerian Pertanian 2011 menunjukkan, produksi padi nasional mencapai 64,34 juta ton gabah kering giling (GKG). Dari angka tersebut, padi sawah menyumbang 61,12 juta, sedangkan padi gogo (lahan kering) hanya 3,22 juta ton. Hal ini dikarenakan luas panen padi sawah yang mencapai 11,79 juta ha dengan produktivitas 5,18 ton/ha, sedangkan luas panen padi gogo hanya 1,08 juta ha dengan produktivitas 2,96 ton/ha. Untuk itu, ketersediaan varietas padi gogo unggul berdaya hasil tinggi sangat dibutuhkan ­keberadaannya, dalam rangka pembangunan per­ tanian dan pemberdayaan masyarakat. “Memang sudah turun temurun petani biasa menanam padi gogo lokal di lahan kering,’’ ujar Totok, penerima Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa (AKILB) Tahun 2012 ini. Suwarto menambahkan, penelitian yang dilakukan sejak tahun 2002 ini dilatarbelakangi karena masalah pangan dihadapkan pada masalah lahan pertanian yang relatif berkurang sedangkan pertumbuhan penduduk semakin cepat. Diperkirakan sejak tahun 2005, dibutuhkan kenaikan produksi pangan sebesar 50 persen. Menurut Departemen Pertanian Amerika (USDA) tahun 2002 Indonesia menjadi peng­impor ­beras terbesar di dunia 2,5 juta ton dan gejala kekurangan beras terlihat sejak tahun 1990. Pertum-


MATABAJAK

buhan produksi beras yang semakin menyu‘’Selain itu, sut tidak seimbang dengan pertumbuhan produksinya lebih tinggi, rasa nasinya penduduk yang se­makin pesat. pulen dan beraroma Untuk mencukupi kebutuhan panwangi“ gan, petani mencoba me­nanam padi selain padi sawah yaitu padi gogo. Akan tetapi padi gogo memiliki kelemahan yaitu hasilnya sangat rendah, non aromatik dan tekstur nasi pera, sehingga petani dan konsumen kurang menyukainya. Oleh karena itulah Dr. Suwarto dan Prof. Totok tertarik untuk menemukan padi gogo yang aromatik dan tekstur nasi pulen. Varietas padi gogo aromatik rakitan Prof. Dr. Ir. Suwarto, M.S. dan Prof. Ir. Totok Agung Dwi Haryanto, M.P., Ph.D. ini telah dilepas oleh Menteri P ­ ertanian Republik Indonesia dengan SK Nomor: 3165/Kpts/SR.120/7/2011 ­tanggal 4 Juli 2011.

Komponen Teknologi PTT Padi Gogo Komponen utama teknologi dari Model Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) PTT Padi Gogo adalah : l

Varietas unggul dengan system mozaik (3-4 varietas per petani) l Benih bermutu dan berlabel l Sistem tanam jajar legowo atau tegel l Pemupukan berimbang dan penambahan bahan organic l Konservasi tanah dan air l Pengelolaan Hama secara Terpadu l Panen dan pasca panen

Varietas Padi Gogo Budidaya Padi Gogo

l

Lahan kering yang berpotensi untuk tanaman pangan khususnya padi gogo adalah sekitar 5,1 juta hektare, yang tersebar di berbagai propinsi. Namun secara menyeluruh belum dapat dimanfaatkan secara optimal, mengingat dengan berbagai keterbatasan-keterbatasan. Seperti diketahui bersama, bahwa lahan-lahan sawah subur yang beririgasi banyak terkonversi untuk kepentingan-kepentingan di luar pertanian. Sehingga dengan adanya pengurangan-pengurangan lahan sawah ini, ada 2 tindakan yang harus segera dilakukan yaitu dengan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Tindakan ekstensifikasi di lahan sawah tidak memungkinkan, kecuali dengan pencetakan-pencetakan sawah baru. Tindakan eks­ tensifi kasi baru dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan dan meng­optimalkan laha-lahan kering dengan penanaman padi gogo. Lahan kering yang berpotensi untuk dikembangkan yaitu di lahan-lahan terbuka, sekitar bantalan sungai, sekitar perbukitan daerah aliran sungai dan sebagai tumpangsari dengan dengan tanaman perkebunan dan hutan tanaman industri. Peluang pengembangan pertanian, khususnya tanaman ­pangan (padi), baik dari segi potensi sumberdaya lahan, maupun pe­ningkatan produktivitas melalui penerapan paket-paket teknologi yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian. Rata-rata nasional tingkat produksi padi gogo masih rendah, yaitu baru mencapai 2,58 ton/hektare atau sekitar 45 persen dari ratarata produksi padi sawah nasional yang sudah mencapai rata-rata 5,68 ton/hektare. Untuk itu, karena petani padi gogo yang umumnya petani miskin yang, petani tradisional yang mempunyai banyak keterbatasan. Petani padi gogo, umumnya belum mengenal teknologi pertanian yang sudah maju. Dengan adanya keterbatasan-keterbatasan di atas, maka intensifikasi yang perlu dilakukan di lahan kering untuk padi gogo adalah menerapkan teknologi Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu (PTT) Padi Gogo.

l

l l l l l l l l l l l l l l

Batutegi C-22 Cirata Danau Gaung Danau Tempe Dodokan Gajah Mungkur Genjah Lampung Inpago 4 Inpago 5 Inpago 6 Inpago 8 Inpago Unram 1 Inpago Unsoed 1 Jatiluhur Limboto

Dede Supriyatna/Charly Samosir STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

43


MATABAJAK

Budidaya Padi Gogo dengan Pendekatan Model PTT Pengolahan Tanah

Penanaman

l Pengolahan tanah

l Di lahan kering, kegiatan tanam baru dapat

dilakukan 2 kali, pengolahan tanah pertama dilakukan pada musim kemarau atau setelah turun hujan pertama, dan pengolahan kedua saat menjelang tanam. l Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul, atau traktor atau ternak secara disingkal. l Kemudian lahan dibiarkan atau dikelantang. l Apabila sudah turun hujan terus menerus yang memungkinkan untuk tanam, lahan diolah lagi untuk menghaluskan bongkahan sambil meratakan tanah sampai siap tanam. l Apabi la kondisi lahan berlereng sampai bergelom bang, setelah pengolahan tanah pertama lakukan pembuatan teras gulud atau perbaikan teras yang rusak (konservasi lahan). l Pada guludan atau bibir teras usahakan menanam tanaman penguat teras berupa rumput unggul dan dapat dikombinasikan dengan tanaman legume pohon, sehingga secara periodik dapat dipangkas untuk pakan ternak. l Pada lahan yang terbuka dan relatif datar perlu dibuat bedengan memanjang, dengan lebar bedengan sekitar 5 meter. Antara bedengan di buat saluran sedalam 20 cm yang berfungsi sebagai saluran drainase. Pembuatan drainase sangat diperlukan, karena bila terjadi hujan terus menerus pada beberapa akan terjadi genangan yang menyebabkan kelembaban tanah yang tinggi yang dapat merangsang munculnya jamur upas yang dapat menyerang padi gogo.

44

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

dilakukan bila curah hujan sudah cukup stabil atau curah hujan mencapai 60 mm/dekade (10 hari), biasanya dicapai pada akhir bulan Oktober sampai akhir November. l Penanaman benih padi gogo menggunakan alat bantu tugal. l Benih ditanam dengan kedalaman sekitar 5 cm (cukup dalam untuk menghindari dari gangguan semut, dll), kemudian ditutup dengan tanah. l Dianjurkan untuk menanam lebih dari 3 (tiga) varietas padi gogo dan setiap varietas ditanam pada bedengan yang berbeda (sistem mozaik). Penanaman dengan sistem mozaik akan mengurangi terjadinya ledakan penyakit blas. l Penanaman sebaiknya menggunakan sistem tanam jajar legowo (2:1 atau 4:1) dengan jarak tanam 30 x 20 x 10 cm. l Untuk membuat larikan sistem legowo dapat dibantu dengan alat semacam caplak untuk padi sawah yang mempunyai 4 titik/mata berjarak 20 cm dan 30 cm, ditambah 2 titik paku berjarak 6-7 cm, dengan ketinggian tersebut pada saat operasional, alat akan membentuk 4 larikan dengan kedalaman 4-5 cm dan 2 garis paling pinggir sebagai panduan untuk operasional alat selanjutnya. l Bila keadaan lahan tidak datar atau berlereng, sebaiknya pengaturan barisan tanaman harus memotong lerang, agar bila terjadi hujan yang relative tinggi dapat mengurangi terjadinya aliran per mukaan yang menye- babkan erosi. l Setelah terbentuk lari- kan dengan jarak tanam legowo, benih


MATABAJAK

ditanam sebanyak 4-5 butir/lubang, kemudian ditutup dengan tanah. Pemupukan l Pemberian pupuk

disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara dalam tanah. l Waktu pemupukan menunggu sampai kondisi lahan dalam keadaan lembab. Bila dilakukan dalam kondisi kering, maka kadar air tanah dan yang ada di jaringan tanaman juga akan terserap oleh pupuk yang diberikan. Bila hal itu terjadi dan berlangsung lama akan terjasi plasmolisis dan tanaman akan layu bahkan dapat mematikan tanaman. l Kebutuhan N tanaman dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat kehijauan warna daun padi dengan menggunakan bagan warna daun (BWD). l Secara umum pupuk yang diperlukan untuk padi gogo adalah : 90 kg N/ha (200 kg Urea/ha), 36 kg P2O5/ha (100 kg SP36/ha), 60 kg K2)/ha (100 kg KCl/ha). l Waktu pemupukan adalah; 10-15 hst dengan jenis dan takaran pupuk yang diberikan adalah 50 kg Urea, 100 kg SP 36, dan 100 kg KCl/ha. l Pupuk urea susulan diberikan sesuai BWD.

Pemeliharaan l Untuk mengurangi

kerugian akibat dari gangguan hama dan penyakit, perlu dila­ kukan strategi pengendalian yang terencana, dengan menerapkan konsep

pengendalian hama secara terpadu (PHT). l Monitoring secara terjadwal harus dilakukan agar keberadaan hama dan penyakit bisa diketahu sejak awal. l Untuk mengurangi penyakit blas (penyakit utama pada padi gogo) gunakan varietas tahan penyakit. l Pengendalian gulma pada pertanaman padi gogo sebaiknya dilakukan lebih awal, yaitu pada umur 10-15 hari setelah tanaman tumbuh atau menjelang pemupukan pertama. Penyiangan kedua dilakaukan pada umur 30-45 hari atau menjelang pemupukan susulan pertama. l Penyiangan dapat dilakukan dengan menggunakan kored. Sebaiknya ada atau tidak ada gulma tanah tetap dikored, agar sedikit dapat memotong akar tanaman padi yang diharapkan akan menstimulasi pertumbuhan akar baru. Panen dan Pascapanen l Panen dapat

dilakukan bila sudah melebihi umur masak fisiologis atau lebih dari 95% gabah telah mengunig, pada umur 110-130 hari tergantung pada varietas yang di tanam. l Pemanenan VUB biasanya di lakukan dengan system babat bawah, kemudian digebot seperti panen pada padi sawah. l Hasil panen dapat langsung dibawa kerumah, dan diproses dengan dilakukan penjemuran. l Setelah gabah kering (Kadar air 14%), gabah dimasukkan pada karung, kemudian disimpan atau dijual. Dede Supriyatna/Charly Samosir/Berbagai sumber

“Memang sudah turun temurun petani biasa menanam padi gogo lokal di lahan kering’’ STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

45


MATAILMU

MEnanam

Sorgum Menghadang Gandum Sorgum merupakan tanaman asli dari wilayah-wilayah tropis dan subtropis di bagian Pasifik tenggara dan Australasia, wilayah yang terdiri dari Australia, Selandia Baru dan Papua. Sorgum merupakan tanaman dari keluarga Poaceae dan marga Sorghum. Sorgum memiliki 32 spesies. Di antara spesies-spesies tersebut, yang paling banyak dibudidayakan adalah Sorghum bicolor (japonicum). ­Tanaman yang lazim dikenal masyarakat Jawa dengan nama ‘cantel’ ini sekeluarga dengan tanaman serealia lainnya seperti padi, jagung, hanjeli dan gandum serta tanaman lain seperti bambu dan tebu. Dalam taksonomi, tanaman-tanaman tersebut tergolong dalam satu family besar poaceae yang juga sering disebut sebagai gramineae (rumput-rumputan).

R

ata-rata sorgum memiliki tinggi 2,6 sampai 4 meter. Pohon dan daun sorgum sangat mirip dengan jagung. Pohon sorgum tidak memiliki ­ kambium. Jenis sorgum manis memiliki kandungan yang tinggi pada batang gabusnya sehingga berpotensi untuk dijadikan sebagai sumber bahan baku gula sebagaimana halnya tebu. Daun sorgum berbentuk lurus memanjang. Biji sorgum berbentuk bulat dengan ujung mengerucut, berukuran diameter + 2 mm. Satu pohon sorgum mempunyai satu tangkai buah yang terdiri dari cabang-cabang buah. Gambar sorgum dapat dilihat di samping. Teknik budidaya yang diperlukan dalam penanaman tanaman sorgum tidak jauh berbeda dengan tanaman serealia lainnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah persiapan lahan, pengairan, pola

46

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

a) Lahan Lahan sebaiknya telah diolah/dipacul/dibajak/digaru sebelum dilakukan penanaman. Pemberian pupuk kandang (5-10 ton/ha) pada lahan yang siap tanam sangat dianjurkan. Ajir dipasang untuk meluruskan barisan dalam penugalan lubang tanam. Benih sorgum ditanam dalam lubang secara berbaris dengan jarak tanam 70 cm (antar baris) dan 10 cm (dalam baris). Setelah benih ditaruh dalam lubang sebaiknya ditutup dengan abu. b) Curah hujan/Pengairan Ditanam pada awal musim hujan, penentuan waktu tanam yang tepat agarmemperhitungkan masa masaknya biji jatuh pada musim kemarau. Hal ini untuk menghindari kerusakan pada saat pem­ bungaan dan menghindari serangan cendawan.


MATAILMU

Setelah benih ditanam maka perlu dilalukan pengairan untuk menjaga kelembaban tanah. Benih hanya akan dapat tumbuh bila tanah cukup lembab dan kandungan air cukup untuk proses perkecambahan benih dan pertumbuhan tanaman muda. Kelembaban tanah perlu terus dijaga sampai tanaman berumur 4 minggu (1 bulan) setelah tanam. Dari segi kebutuhan terhadap air, sorgum memi-

liki beberapa keunggulan dibandingkan dengan tanaman sejenis. Sorgum termasuk tanaman yang tahan terhadap kekeringan. Sebagai perbandingan, 1 kg bahan kering sorgum hanya memerlukan sekitar 332 kg air selama pem­budidayaan, sedangkan pada jumlah bahan kering yang sama, jagung membutuhkan 368 kg, barley 434 kg dan gandum 514 kg air.

c) Pola Tanam Sorgum dapat ditanam secara monokultur (hanya tanaman sorgum yang ditanam di suatu lahan) ataupun dengan cara tumpang sari (menanam tanaman sorgum bersama-sama dengan tanaman lain. Untuk tanaman monokultur diperlukan benih 10-15 kg/ha,sedangkan dengan cara tumpangsari, kebutuhan benih tergantung kepada jarak tanam dan metode tumpangsari yang digunakan.

berapa hama yang sering ditemui dalam budidaya tanaman sorgum adalah penggerek batang dan ulat malai. Pengendalian hama yang berasal dari tanah mungkin dapat dilakukan dengan penaburan insektisida seperti Furadan 3G. ­Se­dan­­g­kan pengendalian penyakit pada batang atau daun dapat dilakukan dengan fungisida seperti Deicis, Basudin dan lain sebagainya. Hama lain yang banyak menyerang tanaman sorgum adalah tikus dan burung. Merujuk pada pengalaman di India, untuk perkebunan sorgum yang luas, pengusiran hama burung dapat dilakukan dengan pengaturan sistem amplitudo suara. Adapun metode lain yang dapat dilakukan adalah penyungkupan, yaitu pembungkusan tangkai biji sorgum agar serangga dan burung tidak dapat menyerang. Penyungkupan dapat dilihat pada Gambar 15.2 di bawah ini. Hendaknya tanaman dipanen pada saat biji telah mencapai masak fisiologis, yaitu ditandai dengan ­hilangnya cairan dan berganti tepung saat biji dihancurkan ­dengan jari. Setelah itu beberapa malai diikat jadi satu dan digantung terbalik untuk proses pengeringan. Setelah kering biji dirontok dan dikeringkan lebih lanjut sampai kadar air biji mencapai 14 persen untuk disimpan lama.

1) Jarak tanam untuk monokultur: 75 x 40 cm dengan 4 tanaman/lubang dan 75 x 20 cm: 2 tanaman/lubang. 2) Jarak tanam untuk tumpangsari: Stripcropping (1 baris): 200 x 25 cm dan Stripcropping (> 2 baris): 75 x 25 x 400 cm. 3) Benih ditanam cara tugal sedalam 4-5 cm (5-12 biji/lubang).

Pupuk yang diperlukan adalah urea dengan dosis 100 kg/ha, TSP dan KCl dengan dosis masing-masing 60 kg / ha. Masing-masing pupuk diberikan 3 kali yaitu 1/3 pada waktu tanam, 1/3 pada saat tanaman berumur 3 minggu, dan 1/3 pada saat tanaman berumur 7 minggu. Pupuk diberikan dalam larikan di antara baris ta­ naman, kemudian ditutup kembali dengan tanah. Pupuk majemuk

(pupuk compound) juga baik untuk tanaman sorgum dan untuk dosis pe­makaian dapat mengikuti anjuran seperti tertera pada kemasan pupuk yang bersangkutan.Pemeliharaan ­tanaman adalah berupa pengen­ dalian or­ganisme pengganggu tanaman (OPT) berupa gulma, hama dan pe­nyakit tanaman. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual atau menggunakan herbisida. Be­ STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

47


MATAILMU

Potensi Di Indonesia saat ini terdapat beberapa varietas sorgum yang dikembangkan. Total terdapat 9

jenis varietas yang dijadikan varietas sorgum unggulan Indonesia yaitu: UPCA, Keris, Mandau, Higari, Badik, Gadam, Sangkur, Numbu dan Kawali. Beberapa daerah telah menjadi sentra produksi sorgum di Indonesia.

Tabel di bawah ini menunjukkan daerah-daerah penghasil sorgum berdasarkan data yang terdapat di Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen Pertanian (2007).

Persebaran Daerah Penghasil Sorgum di Indonesia

Sorgum merupakan tanaman yang mempunyai banyak ke­ gunaan. Hampir seluruh bagian dari ­tanaman sorgum seperti biji, tangkai biji, daun, batang dan akar dapat dimanfaatkan. Produk-produk turunan seperti gula, bioetanol, kerajinan tangan, pati, biomas dan lain-lain me­ru­ pakan beberapa produk yang dapat dihasilkan dari tanaman sorgum.

48

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

Dari beberapa produk tersebut, produk utama tanaman sorgum adalah biji dan batangnya. Biji sorgum merupakan bagian dari kelompok serealia sebagaimana halnya gandum dan jagung. Biji sorgum memiliki kandungan tepung dan pati yang sangat potensial. Adapun batang sorgum terutama jenis sorgum manis memiliki kandungan nira sebagaimana halnya

tanaman tebu. Nira sorgum dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan gula dan bioetanol. Produk lain yang dapat di­kembangkan dari keseluruhan bagian ­tanaman sorgum adalah biomass. Batang, daun, akar, merupakan bagian yang potensial untuk dikembangkan sebagai biomass. Di bawah ini adalah gambar pohon industri dari tanaman sorgum.


MATAILMU

sorgum

daun biomas

Biji Pakan Ternak

pati

tepung

gula

pangan

Pohon Industri Tanaman Sorgum

gula

tangkai biji biomass pupuk

batang nitra

kerajinan biogas

gula

ampas bioetanol biomass minuman

Pemanfaatan Saat Ini Kandungan protein pada biji sorgum juga sangat tinggi, dibandingkan sumber pangan lain seperti beras, singkong dan jagung, sorgum mempunyai kadar protein yang paling tinggi. Dibandingkan beras, sorgum juga unggul dari segi kandungan mineral seperti Ca, Fe, P dan kandungan vitamin B1-nya. Kandungan nutrisi sorgum dibandingkan produk serealia yang lain ditunjukkan oleh tabel. Kandungan nutrisi sorgum yang 足begitu tinggi tersebut saat ini belum

biogas

pupuk

akar biomass pupuk

herbal biogas

dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dikarenakan pengembangan sorgum sendiri belum mencapai taraf pengem足bangan memuaskan. Para petani masih setengah hati untuk menanam sorgum karena nilai jual

sorgum belum tinggi sebagaimana halnya produk serealia yang lain seperti beras, jagung, gandum dan kacang-kacangan. Pemanfaatan sorgum oleh petani masih terkendala dengan kelengkapan fasilitas yang

Kandungan Nutrisi Sorgum dan Serealia Lainnya

Kandungan Per 100 gram Sorgum

Kedelai

Beras

Jagung

Singkong

Kalori (cal) 332 Protein (g) 11.0 Lemak (g) 3.3 Karbohidrat (g) 73.0 Kalsium (mg) 28.0 Besi (mg) 4.4 Posfor (mg) 287 Vit.B.1 (mg) 0.38

Kalori (cal) 286 Protein (g) 30.2 Lemak (g) 15.6 Karbohidrat (g) 30.1 Kalsium (mg) 196.0 Besi (mg) 6.9 Posfor (mg) 506 Vit.B.1 (mg) 0.93

Kalori (cal) 360 Protein (g) 6.8 Lemak (g) 0.7 Karbohidrat (g) 78.9 Kalsium (mg) 6.0 Besi (mg) 0.8 Posfor (mg) 140 Vit.B.1 (mg) 0.12

Kalori (cal) 361 Protein (g) 8.7 Lemak (g) 4.5 Karbohidrat (g) 72.4 Kalsium (mg) 9.0 Besi (mg) 4.6 Posfor (mg) 380 Vit.B.1 (mg) 0.27

Kalori (cal) 146 Protein (g) 1.2 Lemak (g) 0.3 Karbohidrat (g) 34.7 Kalsium (mg) 33.0 Besi (mg) 0.7 Posfor (mg) 40 Vit.B.1 (mg) 0.06

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

49


MATAILMU

diperlukan seperti mesin pemecah biji dan peralatan pengolahan pascapanen lainnya. Saat ini sorgum masih dimanfaatkan hanya sebatas potensi utama, yaitu dari biji. Adapun potensi lainnya seperti akar, daun dan tangkai biji hanya dimanfaatkan seadanya saja seperti untuk pakan ternak dan kompos. Nira sorgum merupakan produk yang memiliki keunggulan bahkan apabila di­ banding­kan nira tebu. Keunggulannya terletak pada tingkat produktivitas dan ke­tahanan tanaman sorgum. Sebagaimana diketahui bahwa tanaman tebu merupakan tanaman yang memiliki tuntutan perawatan yang cukup tinggi, atau dengan kata lain, tanaman tebu lebih manja perawatan dibandingkan dengan tanaman sorgum. Berikut di bawah ini adalah beberapa keunggulan tanaman sorgum dibandingkan dengan tebu, sedangkan komposisi nira sorgum dibandingkan dengan nira tebu dapat dilihat pada tabel diatas. Produksi biji dan biomass lebih besar dibandingkan dengan tebu. Tanaman tebu tidak menghasilkan biji sebagaimana halnya sorgum sehingga produk utama tanaman tebu hanya berupa nira dari batang. a) Sorgum dapat ditanam di lahan marginal, sedangkan tebu harus ditanam di lahan yang memiliki kesuburan relatif tinggi. b) Lebih tahan kering, salinitas dan genangan air. c) Kebutuhan air hanya sepertiga dari kebutuhan air tebu dan kebutuhan pupuk lebih kecil. d) Laju fotosintesis sorgum lebih tinggi sehingga pertumbuhannya juga lebih tinggi dan cepat. e) Hanya membutuhkan benih 4,5-5 kg/ha, sedangkan tebu membutuhkan 4.500-6.000 kg setek batang per hektar. f) Umur lebih cepat yaitu hanya 3-4 bulan. Tebu > 10 bulan. g) Sorgum dapat diratun.

50

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

Komposisi Nira Sorgum dan Nira Tebu Komposisi

Nira sorgum *)

Nira Tebu

Brix (%)

13.6 - 18.40

12 - 19

Sukrosa

10.0 - 14.40

9 -17

Gula reduksi (%)

0,75 - 1,35

0,48 - 1,52

Abu (%)

1,28 - 1,57 !!!

0,40 - 0,70

Amilum (ppm)

209 - 1764 !!!

1,50 - 95

Asam Akonitat

0,56 !!

0,25

Dari tabel tersebut, terlihat bahwa kadar gula (dalam derajat Brix) nira sorgum lebih tinggi dibandingkan dengan nira tebu. Nira sorgum memiliki kelemahan dalam kadar abu, amilum dan asam akonitat yang lebih tinggi dibandingkan dengan nira tebu. Ada kekhawatiran dalam pengembangan bahan bakar nabati yang memanfaatkan beberapa komoditi tanaman pangan seperti tebu, singkong, kedelai, jagung, dan lain-lain, akan menyebabkan kenaikkan harga ko­ moditi tersebut secara global. Salah satu jenis bahan bakar nabati yang sudah lama dikembangkan untuk menggantikan BBM adalah bioetanol (etil alkohol) yang dibuat dari biomassa (tanaman) melalui proses biologi (enzimatik dan fermentasi). Ada berbagai jenis tanaman yang dapat dijadikan sebagai sumber bahan baku bioetanol, salah satu diantaranya yang paling potensial dikembangkan di Indonesia adalah tanaman sorgum manis (Sorgum bicolor L. Moench). Tanaman sorgum memiliki keunggulan tahan terhadap kekeringan di­ banding jenis tanaman serealia lainnya. Tanaman sorgum termasuk tanaman pangan (biji-bijian), tetapi lebih banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak (livestock fodder). Tanaman sorgum manis sering disebut sebagai bahan baku industri bersih (clean i­ ndustry) karena hampir semua komponen biomasa dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan industri. Pemanfaatan sorgum manis secara umum diperoleh dari hasil-hasil utama (batang dan biji) serta limbah (daun) dan hasil ikutannya (ampas/bagasse) (Sumantri, A. et. al. 1996). Bioetanol dibuat dari nira batang sorgum manis, bijinya diproses menjadi tepung untuk menggantikan tepung beras atau terigu sebagai bahan pangan. Biji sorgum juga bisa menggantikan jagung yang banyak digunakan sebagai bahan baku dalam industi pakan ternak. Daun sorgum dapat dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak. Selain itu ternyata ampas batang sorgum (bagasse) yang telah diambil niranya dapat dimanfaatkan seratnya sebagai bahan baku pulp dalam industri kertas. Dalam hal ini pengembangan tanaman sorgum justru mendukung program pemerintah dalam rangka ketahanan pangan (program swasembada pangan) dan energi (program desa mandiri energi), selain itu juga mendukung pengembangan industri lainnya yaitu penggemukan sapi (swasembada daging) dan industri pulp (kertas). Dede/Charly/Berbagai sumber


MATAILMU

Ketika Profesor Sorgum Itu Menangis Pemerintah ­berencana menggalakkan ­penanaman sorgum secara besar-besaran mulai Februari 2013. Langkah ini dilakukan untuk mengurangi ke­tergantungan ­Indonesia terhadap impor gandum yang setiap tahun semakin tinggi.

T

ingginya angka impor gandum sebenarnya pernah dikeluhkan ahli sorgum dari Institut Per­tanian Bogor (IPB), P ­ rofesor ­Sungkono. Karenanya, ketika diputuskan bahwa BUMN akan menggalakkan penanaman sorgum di Indonesia, dosen yang saat ini mengajar di Universitas Lampung tak kuasa menahan haru. “Sang profesor sangat gembira karena ahli lulusan IPB itu ­merasa tidak sia-sia. Ketekunannya mendalami sorgum sejak muda sampai menjadi profesor akan sangat berarti,” kata Menteri BUMN Dahlan Iskan dalam tulisan di blog ­pri­­­ba­dinya mengenai sorgum, Senin, 12 November 2012. Rencana pengembangan sorgum (tanaman serbaguna pengganti gandum) bermula ketika D ­ ahlan merasa miris dengan kondisi ­Indonesia yang impor gandumnya terus meningkat setiap tahun. Wajar saja, kegemaran masyarakat Indonesia terhadap mi instan dan roti gandum membuat kebutuhan tepung satu ini sangat besar. “Padahal kita kian doyan mi dan roti,” ujar

mantan Direktur Utama PLN ini. Ironisnya, gandum tak bisa ditanam di iklim dua musim seperti n ­ egara kita. Tanaman itu hanya cocok ditanam di negara dengan empat musim seperti di Amerika. Akibatnya, Indonesia terus mengimpor gandum dari luar. “Kita yang miskin terus menghidupi petani negara maju. Angka impor itu akan naik terus seiring dengan kegemaran kita makan mi dan roti yang terus meningkat,” kata dia.

Dahlan Iskan, Menteri BUMN.

“Sang profesor sangat gembira karena ahli lulusan IPB itu merasa tidak sia-sia. Ketekunannya mendalami sorgum sejak muda sampai menjadi profesor akan sangat berarti”

Tak puas dengan keadaan ini, ­Dahlan mengajak Menteri Ristek Gusti Muhammad Hatta dan para ahli sorgum berkumpul untuk mencari cara mengurangi impor gandum yang begitu besar, bulan Juli 2012. Salah satunya hadir Prof. Sungkono. Kesimpulannya, sorgumlah yang bisa diandalkan. Bahkan, mata Prof Sungkono sampai berlinang-linang saking terharu dan bersemangat. “Saya ini ahli sorgum yang baru sekarang di­ dengar pendapat saya. Inilah mimpi saya. Sorgum diperhatikan,” ujarnya.

Keputusan pun dibuat hari itu. BUMN akan mencari 15.000 ha tanah tidak subur untuk ditanami sorgum secara besar-besaran. Selama ini, di Jabar, BUMN memang sudah membina petani untuk ­menanam sorgum kecil-kecilan. Sebab, lahan milik petani luasnya terbatas. Tapi, banyak petani lahan kering yang jatuh cinta. Sampaisampai ada seorang petani bernama Supardi yang tinggal di Soreang, Kabupaten Bandung, mendapat panggilan baru: Abah Sorgum. Sebab, dia sangat gigih meyakinkan petani lain untuk menanam sorgum. Juga karena Abah Sorgum terus ­menciptakan makanan berbasis tepung sorgum. Pengalaman Jabar itulah yang memberikan keyakinan untuk pengembangan besar-besaran. Lahan-lahannya siap didapat: Jatim (Banyuwangi Timur Laut yang kurang subur), Sulsel, Sultra, dan Sumba. Di lokasi-lokasi tersebut BUMN memang memiliki tanah tandus sangat luas yang kurang produktif. Tentu dalam waktu yang dekat, diperlukan benih sorgum dalam jumlah besar. Sampai 50 ton. Tapi, tidak akan sulit. Bisa disiapkan lahan 100 ha yang akan ditanami sorgum khusus untuk benih. Kelebihan sorgum, saat untaian buahnya siap dipanen, batang dan daun masih hijau. Itu sangat seksi untuk makanan ternak. Tiap hektar bisa menghasilkan batang/ daun sampai 50 ton. Karena itu, tanam sorgum dalam skala besar akan dikaitkan dengan program peternakan sapi skala besar pula. Baik yang di Sumba, Sulsel, Sultra, maupun Jatim. Walhasil, sorgum akan menjadi u ­ nggulan BUMN di samping ­program pangan lain, seperti Proberas, Yarnen, pencetakan sawah baru, pengadaan beras Bulog, peningkatan produksi gula, garam, pabrik sagu, dan ternak sapi. Semuanya berat, tapi bukan tidak mungkin terwujud. Dede Supriatna

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

51


MATACSR

tarpulau,” jelas Samsurizal usai menanam jagung hibrida N-35 bersama petani di Desa Donggulu, Kecamatan ­Kasimbar, Minggu (11/11). Samsurizal berharap petani di Parimo berminat mengembangkan penanaman jagung hibrida sebagai tanaman ­alternatif dalam membantu meningkatkan perekonomian. Jagung jenis ini juga bisa menjadi tanaman pengganti kakao yang rata-rata sudah kurang produktif karena berusia tua.

“Sesuai kesepakatan, pihak investor akan membangun pabrik pakan ternak di Kota Palu karena tersedia pelabuhan yang memudahkan pengangkutan antarpulau” Selain jagung hibrida, ­Sam­­surizal juga mengajak masyarakat mengembangkan kelapa sawit melalui kerja sama dengan investor dari Singapura. Kelapa sawit juga memiliki prospek cerah karena dalam satu hektar bisa menghasilkan Rp 18 juta.

Jalin Kerja Sama dengan

Investor Pakan Ternak B

upati Parigi Moutong (Parimo) mengajak para petani untuk mengembangkan jagung hibrida nasional N-35 (dua tongkol). Jagung ini, kata Samsurizal memiliki prospek cerah karena tingkat produksi cukup tinggi. Plus, pemasarannya telah siap dan harga ­stabil. Samsurizal mengungkapkan, Pemerintah Kabupaten ­Donggala, Sigi, Poso, dan Pemerintah Kota Palu sudah meneken

52

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

nota ke­sepahaman (MoU) dengan investor pakan ternak ­nasional beberapa waktu lalu untuk mengembangkan ­jagung hibrida di daerah masing-­ masing. “Sesuai kesepakatan, pihak investor akan membangun pabrik pakan ternak di Kota Palu karena tersedia pelabuhan yang memudahkan pengangkutan an-

Ditambahkan, pembukaan lahan sawit juga membuka ribuan lapangan kerja baru. “Tanaman kakao di daerah kita rata-rata sudah tua sehingga tidak produktif. Biarpun dilakukan berbagai upaya seperti sambung samping melalui program Gernas tetap saja hasilnya kurang maksimal. Apalagi tahun depan ­anggaran Gernas untuk seluruh ­Indonesia termasuk Kabupaten Parigi ­Moutong turun hingga 60 persen dibanding tahun ini. Makanya, budidaya jagung dan kelapa sawit bisa dipertimbangkan sebagai alternatif pengganti kakao, “ujarnya. Charly Samosir


MATACSR

GP3K PertaniPegadaian Garap 7800 Ha Sawah di Sragen

P

PT Pertani Bangun

DRyer di Haurgeulis P

T Pertani (Persero) telah melaksanakan Gerakan Peningkatan Produksi Pangan berbasis Korporasi (GP3K) di seluruh Indonesia dengan realisasi 400.000 ha hingga akhir 2012. Untuk mendukung Ketahanan Pangan Nasional, PT Pertani akan meluaskan pelaksanaan GP3K hingga 1 juta ha pada 2013. Hal itu dikatakan Direktur Utama PT Pertani Eddy Budiono dalam peletakan batu pertama pembangunan Dryer di Haurgeulis, Indramayu, Jawa Barat, Jumat (28/12/2012). “Kita berada di Kompleks PT Pertani Haurgeulis yang terdiri dari kompleks pergudangan dengan Sistem Resi Gudang (SRG) berkapasitas 7.000 ton ekivalen gabah dan penggilingan padi dengan kapasitas 12.000 ton/tahun,” katanya. Pada 2012, menurutnya, PT Pertani sebagai pengelola gudang dalam SRG telah menyediakan fasilitas pergudangan gabah berkapasitas 75.000 ton yang tersebar di Aceh, Sumut, Sumsel, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, DIY, Jawa Timur, NTB, Sulsel, dan Sulbar. Untuk 2013, akan ditingkatkan kapasitasnya menjadi 200.000 ton. Selain melayani per­ gudangan dengan SRG bagi petani, lanjutnya, PT Pertani akan mengkaji dan menjalankan pola

syariah, dimana perseroan akan menyediakan saprodi, ka­walan budi daya, alsintan tanam/ panen, alat pengering/dryer, rice milling, pergudangan dan jasa trading untuk dimanfaatkan pe­tani dengan pola bagi hasil sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. “Di penghujung 2012 PT Pertani telah memasang Dryer merek Pertani berkapasitas masingmasing 30 ton/hari/8 jam di 30 titik yang tersebar di seluruh Indonesia, dengan spesifikasi tipe hemat energi yang menggunakan sekam sebagai bahan pemanasnya. Tahun 2013 akan diperluas menjadi total 120 titik se-Indonesia,” ujar Eddy. Dryer merek Pertani tersebut merupakan produk hasil kerjasama antara PT Pertani dengan Shandong ASAH International Trading Co. Ltd asal China. Pertani telah ditunjuk menjadi distributor tunggal pemasaran Dryer tersebut di Tanah Air. “Melalui acara peletakan batu pertama Pembangunan Rumah Dryer ini menjadi momentum awal mewujudkan bisnis kompeten perusahaan menjadi Pusat Pergudangan Agribisnis sesuai cita-cita kami sebagai pemimpin perusahaan pangan di Indonesia,” kata Eddy. Rega Indra Adhiprana

T Pertani pada 2012 diminta mengawasi dan mengawal aktivitas Gerakan Pening­k atan Produksi Pangan Berbasis ­Korporasi (GP3K) seluas 400 ribu hektar di seluruh ­I ndonesia. Dari lahan seluas itu, 30.000 hektar berada di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

“Sedangkan khusus Kabupaten Sragen, kebagian seluas 7800 hektar sawah yang di­ kawal GP3K,” kata Direktur Utama (Dirut) PT Pertani Eddy ­Budiono di hadapan Gabungan ­ke­lompok Tani (Gapoktan) usai Panen Padi Program GP3K di Desa Karang Tengah, Kecamatan Sragen, Jumat (2/11). Menurut Eddy, Program GP3K sangat dinantikan petani karena PT Pertani yang bekerja sama dengan Kementerian BUMN dan PT Pegadaian, tidak hanya memberikan sarana pertanian (benih, pupuk dan obat-obatan) tapi juga memberikan kawalan biaya usaha tani. ‘’Sehingga aktivitas petani menggarap lahan secara baik karena sudah tidak memikirkan sarana pertanian dan biaya usaha,” ujarnya. Dia mengapresiasi per­nyataan Plt Kepala Dinas Per­tanian Sragen, Budiharjo yang menyebutkan hasil ubinan dari pertanian GP3K meningkat 50 persen. Sebelum mengikuti Program GP3K, petani hanya menghasilkan 6,5 ton per ­hektar. Setelah ikut Program GP3K, produksi naik menjadi 9,7 ton per hektar. Charly Samosir STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

53


MATARANTAI

Musang Luwak

Hewan Malam,

Pencipta Kopi Nikmat

Musang luwak atau disebut luwak adalah hewan dengan nama latin Paradoxurus hermaphroditus. Banyak yang mengenal musang luwak sebagai binatang yang pandai memilih biji kopi terbaik yang setelah dimakan dan dikeluarkan bersama tinjanya kemudian menjadi komoditas kopi pilihan yang sering disebut kopi luwak.

D

i beberapa daerah di ­Indonesia, hewan mamalia ini dikenal dengan be­berapa nama seperti musang ­(Betawi), careuh (Sunda), dan luwak atau luak (Jawa). Sedang dalam bahasa Inggris binatang seukuran kucing ini disebut common palm civet, mentawai palm civet, common musang, house musang atau toddy cat. Dalam bahasa ilmiah (nama latin) musang luwak disebut paradoxurus hermaphroditus. Nama ini berasal dari fakta bahwa luwak memiliki semacam bau yang berasal dari kelenjar di dekat anusnya. Samarsamar bau ini menyerupai harum daun pandan, namun dapat pula menjadi pekat dan memualkan.

Deskripsi & Ciri

Musang luwak atau Common Palm Civet bertubuh sedang berukuran sekitar 50 cm dengan ekor panjang

54

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

men­capai 45 cm dan berat rata-rata 3,2 kg. Tubuh luwak ditutupi bulu berwarna kecoklatan dengan moncong dan ekor berwarna kehitaman. Sisi bagian atas berwarna abu-abu kecoklatan dengan variasi warna coklat merah tua. Muka kaki dan ekor coklat gelap sampai hitam. Dahi dan sisi samping wajah hingga di bawah telinga berwarna keputihputihan, seperti beruban. Satu garis hitam samar-samar lewat di tengah dahi, dari arah hidung ke atas kepala. Musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus) merupakan mamalia yang bersifat arboreal (hidup di pepohonan) meski sering juga turun di atas tanah. Musang luwak juga merupakan binatang nokturnal yang beraktivitas di malam hari. Musang luwak merupakan hewan omnivora. Makanan utamanya adalah buah-buahan lembek seperti buah kopi, mangga, pepaya, dan rambutan. Namun luwak juga memakan telur, serangga, burung dan mamalia kecil. Pencernaan Luwak (Paradoxurus hermaphroditus) sangat sederhana sehingga biji-bijian yang dimakannya akan dikeluarkan kembali utuh bersama kotorannya. Dari sinilah kemudian luwak dikenal sebagai penghasil kopi pilihan berkualitas baik yang kerap disebut kopi luwak. Selain itu, kebiasaan makan hewan

ini membuatnya mempunyai peranan penting dalam ekologis sebagai pemencar biji yang baik yang kemudian dapat tumbuh menjadi benih-benih pohon baru di hutan.

Penyebaran & Konservasi

Musang Luwak atau Common Palm Civet (Paradoxurus hermaphroditus) tersebar luas mulai dari Bangladesh, Bhutan, Brunei Darussalam, China, Filipina, India, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Singapura, Srilanka, Thailand, dan Vietnam. Di Indonesia musang luwak tersebar secara alami mulai dari Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Selain itu juga ditemukan di Papua, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku. Habitat yang disukai adalah hutan, semak-semak, hutan sekunder, perkebunan, dan di se­kitar pemukiman manusia. Musang luwak dapat hidup di daerah dataran rendah hingga di daerah dengan ketinggian 2.500 meter dpl. Musang luwak selain dianggap berjasa dalam produksi kopi luwak yang berharga tinggi juga di­anggap sebagai binatang pengganggu yang sering memangsa ayam, anak ayam, dan telur. Populasi di­anggap masih banyak dan aman dari kepunahan. Karena itu, IUCN Redlist hanya memasukkannya dalam status konservasi least concern sejak


MATARANTAI

1996. Terkadang luwak dianggap mengganggu, namanya pun banyak disematkan pada peribahasa yang bermakna kurang baik. Namun ternyata aktivitas metabolismenya telah menjadikan binatang ini ­bukan sekadar mesin uang bagi para produsen kopi luwak saja tetapi juga menjadi penyebar bibit pohon baru di hutan. Apalagi, sejak dibahas di acara Oprah Winfrey Show, ketenarannya melejit. Harganya biji kopi luwak di tingkat, mulai dari harga Rp. 700800 ribu/kg, sedangkan kopi luwak yang siap saji harganya bisa lebih dari Rp. 2,5 juta/kg.

Proses Pengolahan

Proses pengolahan kopi luwak sama dengan pengolahan kopi biasa hanya saja proses fermentasi oleh luwak yang membuat berbeda, proses fermentasi yang digunakan adalah benar-benar buah biji kopi segar yang dimakan luwak ter­ campur dengan enzim-enzim yang ada di dalam saluran pencernaan ­luwak tersebut berada didalam perut luwak sekitar 2 jam sampai dengan 12 jam. Hal ini membuat proses fermentasi didalam ­saluran pen­cernaan luwak menjadi ­sem­purna ­sehingga tercipta cita rasa kopi yang eksotik juga aroma kopi seduh yang sangat nikmat.

dalam saluran pencernaan luwak selama sekitar 2 jam sampai dengan 12 jam. 3. Penjemuran kotoran/brenjel raw di bawah terik matahari (full sun drying) hingga kadar air tersisa 20 persen sampai dengan 25 persen. 4. Pemisahan dari kulit ari biji kopi dengan cara tumbuk manual/tradisonal dengan lesung atau menggunakan me- sin tumbuk (untuk menjadi greenbean/beras/pasir kopi luwak siap goreng). 5. Sortir beras biji kopi luwak kering yang terbaik yaitu biji kopi yang masih utuh dan bersih. 6. Penjemuran kembali beras/biji kopi luwak dibawah terik ma- tahari (full sun drying) hingga kadar air tersisa 10 persen sam- pai dengan 13 persen. 7. Pencucian sampai bersih. 8. Penjemuran kembali hingga kadar air tersisa 10 persen sampai dengan 13 persen kembali awal. 9. Penggorengan/pengsangraian dengan cara manual/tradisional dengan kayu bakar juga dengan penggorengan tradisional panci besi.

Atau dengan cara di oven. 10. Untuk warna yang produk terdiri dari hitam (city roast), cokelat kehitaman, dan ke­co­k­ latan. Warna tersebut tergan- tung dari lamanya penggore- ngan. Pada umumnya penikmat kopi pada masyarakat Indone- sia dan Asia lebih menyukai jenis kopi yang dimasak hingga hitam (city roast). Sedangkan untuk beberapa negara asia seperti Korea, Jepang, Taiwan mereka menyukai cokelat kehitaman. Sedangkan untuk kawasan Eropa lebih menyukai warna kecoklatan. 11. Pembubukan, dengan menggu nakan alat penggilingan yang bisa membuat benar-bnear halus. 12. Selanjutnya setelah proses tersebut bubuk setelah di­ dinginkan lalu dikemas sesuai dengan takaran peme- sanan konsumen, Meng­- gunakan Packing yang sterill untuk menjaga agar bubuk kopi tetap fresh sampai berbulan- bulan bahkan sampai setahun. Dede Supriatna

Proses-proses pengolahan tersebut yang telah dikem­ bangkan melalui beberapa tahapan yakni: 1. Dari buah kopi merah/ masak batang. 2. Biji kopi tersebut dimakan luwak. Proses fermentasi

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

55


MATACINCIN

Bisnis

Makanan

Organik

Melly Manuhutu

“Saya yang selalu sakit minimal sebulan sekali, sekarang saya merasa lebih sehat, kulit juga jadi lebih bagus”

56

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

Saat gaya hidup mengonsumsi makanan organik mulai mewabah di kalangan kelas menengah beberapa tahun belakangan, Melly Manuhutu telah memulainya sejak 2001. Penyanyi berusia 36 tahun itu mencoba makanan organik bukan karena tren namun gara-gara kerap menderita alergi.

T

ak hanya aktivitas Melly yang terganggu akibat alergi, dompetnya ikut pula ”terganggu”. Alergi makanan menyebabkan ia mesti merogoh kocek Rp 500 ribu per bulan untuk menyembuhkan penyakitnya. Jumlah yang cukup besar untuk ukuran belasan tahun lalu. Salah seorang teman Melly lantas menyarankan untuk mengonsumsi sayuran dan buah-buahan organik. Ternyata berhasil. “Saya yang selalu sakit minimal se­ bulan sekali, sekarang saya merasa lebih sehat, kulit juga jadi lebih bagus,” katanya.


MATACINCIN

Apalagi, harga makanan organik lebih mahal. Bahkan di luar negeri harga sayuran organik saat itu bisa mencapai enam kali lipat jika dibandingkan harga sayuran non organik. “Dulu makanan organik tidak hanya mahal, tapi juga jarang. Susah sekali kita mencari makanan organik yang berkualitas bagus. Malah ada beberapa makanan organik yang masih diimpor dari negara tetangga,” imbuhnya. Kendati demikian, Melly menganggap semua itu sebagai investasi kesehatan. Atas alasan kesehatan itu juga dia menularkan makanan organik kepada suaminya, Prakaca Kasmir, serta kedua buah hatinya, Kacamelyv Prakaca dan Qalycea Prakaca. “Mencegah itu lebih murah daripada mengobati, bukan? Soal rasa, makanan organik itu lebih enak dibandingkan makanan nonorganik,” ucapnya. Melly bilang, butuh adaptasi yang cukup lama untuk menjadikan makanan organik sebagai menu favoritnya. Godaan untuk tetap menjalani pola hidup sehat selalu ada. Pasalnya, undangan hang out, pesta, arisan, sampai sekadar makan-makan, selalu datang menghampirinya.

Enak, memang, tapi sulit dicari. Terkadang Melly harus rela keluar kota hanya untuk mendapatkan menu favoritnya. Kesulitan mencari produk organik akhirnya mendorong Melly untuk memproduksi sayur dan buah organik.

“Mencegah itu lebih murah daripada mengobati, bukan? Soal rasa, makanan organik itu lebih enak dibandingkan makanan nonorganik”

Bisnis organik

Belakangan Melly tak hanya memproduksi untuk dikonsumsi sendiri, namun juga menjual hasilnya. Sejak tiga tahun lalu dia berbisnis makanan organik. Sisa lahan di rumahnya yang terletak di kawasan ­Ciburial, Puncak disulap menjadi kebun sayur dan buah organik. Hasil dari kebun organik dijajakan kios mungil ukuran 3 X 3 m persegi di bilangan Kemang Timur, Jakarta. Di dalam bangunan berdinding bata itu, mantan juara III Gadis Sampul tahun 1990 itu juga menjual kacangkacangan, umbi-umbian, telur, beras dan beras merah organik yang diambil dari Yogya. ”Saya juga menjual dried food (makanan kering) organik yang diimpor dari Jerman dan Australia, seperti garam, gula, susu, bihun, pasta, minyak goreng, dan lainnya,” jelas Melly. Mantan penari GSP pimpinan Guruh Sukarnoputra itu mengaku hanya memetik sedikit keuntungan dari hasil kebunnya. Yang terpenting baginya adalah membagi pengalaman hidup dengan pola konsumsi makanan sehat. “Kalau aku, sih, enggak mau jual mahal-mahal. Niatku, selain berbisnis, ingin berbagi kepedulian hidup sehat,” ujarnya.

Maka dari itu, setiap kali bertemu dengan rekan dan kerabatnya, Melly selalu berpromosi tentang ke­ unggulan makanan organik. “Banyak yang belum tahu makanan organik. Bahkan di awal-awal promosi, aku sampai bagi-bagi selebaran tentang makanan organik. Kayak juru kampanye saja,” katanya sambil tersenyum lebar. Rega Indra Adhiprana

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

57


MATAHARI

‘‘Secangkir Kopi (Tidak) Pahit’’

S

enja itu, sambil menyeruput secangkir kopi, saya sengaja memilih ditemani lagu After All-nya Al Jarreau dalam aransemen jazzy. Suatu irama yang sedari kecil kurang saya sukai, lantaran saya di­besarkan dan lekat dengan komunitas musik dangdut atau pop Indonesia. Model musik jazz, pertama kali saya nikmati, ketika saya diajak seorang teman menonton Java Jazz Festival tahun 2006. ­Entah karena latah, atau mungkin ingin dianggap elite, be­lakangan saya makin menikmati jenis musik ini. Musik yang bermula dari sekumpulan buruh tambang berkulit gelap yang menabuh peralatan tambang disertai suara mulut yang menyerupai musik. Belakangan musik yang dimulai dari berbagai bunyi peralatan dan improvisasi suara yang tidak beraturan ini, telah menjelma menjadi harmonisasi yang sangat indah dalam balutan kreativitas dan ­disiplin berbentuk Jam Jazz Session. Ternyata, harmonisasi musik jazz tidak berbeda dengan konteks organi­sasi bisnis yang dikemas dalam koridor visi dan misi usaha. Membangun bisnis perlu har­monisasi antar tak ada yang berbagai bagian dan karakter yang berbeda menuju goal usaha (baca: perlu kita ­takutkan, meraih profit) dalam jangka pendek dan menuju kesejahteraan semua kecuali ketakutan ­itu dalam jangka panjang. Suara bagian organisasi secara parsial boleh jadi sendiri terdengar sumbang, koordinasi menjadi stagnan, yang pada gilirannya konsep target hanya menjadi angan blue print. Jazz---seperti halnya bisnis---mencakup serangkaian perilaku yang seimbang. Ia harus selalu diatur, tapi tak pernah dikendalikan oleh rumus-rumus, agenda-agenda, sheet music. Ia harus selalu didorong keluar, ke depan, ke atas dan tak terelakkan lagi kearah pemuasan diri. Kondisi ini memerlukan krea­tivitas, stimulasi, disiplin dan budaya kerja yang disebut John Kao sebagai Jamming (John Kao: Seni dan disiplin Kreativitas Bisnis; Elek Media Komputindo; 1996). Peranan kreatif seorang manajer adalah menyelesaikan paradoks, atau pertentangan utama dalam jam session, yaitu melacak “bagian indah“ yang selalu bergerak disuatu tempat diantara sistem dan analis disatu pihak dan kreativitas individu yang mengalir di pihak lain, artinya, jam session (improvisasi dan kreativitas) untuk memacu kemampuan produktivitas kerja stake holder perusahaan mutlak adanya. Untuk mencapai harmonisasi sub sistem ini, perlu kesadaran akan kebersamaan dengan mengubah budaya kerja yang dalam terminologi budaya perusahaan di Jepang disebut “Nemawashi “(Iwan ­Setiawan Sadono: Konsensus, Budaya Manajemen Jepang membangun Produktivitas kerja: 2004), perlu pen­jabaran ideologi dan keyakinan yang mencakup: nilai dan tanggung jawab sosial, nilai kebersamaan dan kreativitas, nilai kejujuran, kedisiplinan dan kesetiaan. Masalahnya kini adalah beranikah kita memacu disiplin dan kreativitas segenap komponen organisasi perusahaan ini dengan segala resiko yang akan muncul menuju tercapainya misi usaha?, mampu dan maukah kita melaksanakan alur aktivitas usaha?, tentu jawabnya harus dan wajib. Sun Tzu, (seni perang untuk para eksekutif; Donald G. Krause: 1995) menyebutnya dengan “strategi membakar jembatan “, yakni ketika para karyawan mengetahui bahwa mereka bisa hancur berantakan jika tidak bekerja sama, mereka akan dipersatukan oleh satu tujuan dan mempertahankan komitmen mereka demi serangkaian harapan dan tujuan. Pemimpin yang cakap harus mendorong konstituennya ke depan dan kemudian membakar jembatan yang telah mereka lewati. Tak ada jalan mundur kecuali memenangkan pertempuran, inilah intinya. Perhatikan kata- kata legendaris Franklin Delano Roosevelt: “ The Only thing we have to fear, is fear itself “; ya… , tak ada yang perlu kita takutkan, kecuali ketakutan itu sendiri. Tapi apa yang kita takutkan, kalau sepekat apapun kegelapan, alam tak akan pernah kehabisan inspirasi. Ternyata tak ada kekuatan manusia yang sehebat inspirasi, sehingga dia sanggup melakukan pekerjaan- pekerjaan hebat (Prie GS; The Great Spirit; 2008). Mari melangkah bersama menuju visi usaha, harmonisasi itu terasa indah dan secangkir kopi itu menjadi tidak pahit,………., “After All,… I Will be the one to hold you in My arm……..”, kata Al Jarreau; Luar biasa…… *) Mirwan , redaktur Stomata, Karyawan PT Pertani

58

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013


STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013

59


60

STOMATA

Edisi 03/Tahun I /Januari 2013


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.