JURNAL NAHDLATUL FIKR VOL 1 NO 2 PERIODE JANUARI-JUNI 2019

Volume 1 No 2 Periode Januari – Julni 2019

ISSN 2623-2189

NAHDLATUL FIKR Jurnal Ilmiah (Pendidikan Islam, Hukum Islam, Ekonomi Syariah dan Sosial Budaya)

Pendidikan Akhlak Dalam Pandangan Ibnu Miskawih (Miftahudin) 1-7 Hubungan Kinerja Guru terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas X di SMK NU Langensari Kota Banjar (Rahardi Mahardika) 8-13 Peran Kiai Haji Irfan Hielmy dalam Mengembangkan Dunia Pendidikan dan Dakwah di Kabupaten Ciamis Jawa Barat (Elah Nurhasanah) 14-21 Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Adobe Flash Cs6 untuk Meningkatkan Partisipasi Siswapada Mata Pelajaran Fikih Kelas V MI Al Falahiyah (Malihatul ‘Azizah) 22-33 Wanprestasi Perjanjian Kerja Dosen Tetap pada Perguruan Tinggi Keagamaan Swasta (PTKS) di Jawa Barat (Hisam Ahyani) 34-45 Situation Method dalam Pembelajaran Mata Kuliah Bahasa Arab pada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Hisam Ahyani) 46-49 Penarikan Harta Wakaf menurut Pendapat Empat Madzhab dan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf (Naelul Azmi) 50-54 Perspektif Kepemimpinan Pendidikan untuk Sekolah Efektif (Dewi Pajriyanti) 55-58 Perspektif Finasial dan Pelanggan dalam Dunia Pendidikan (Dewi Pjriyanti) 59-63 Implementasi Manajemen Kurikulum dalam Meningkatan Mutu Pembelajaran di SMA YaBAKII 2 Gandrungmangu Cilacap (Sartono) 64-76

STAI MIFTAHUL HUDA AL AZHAR BANJAR Jl. Pesantren No.2, Kujangsari, Langensari, Kota Banjar, Jawa Barat 46324 Telepon: (0265) 2730487 Email:nahdlatul_fikr@gmail.com, Website:staima.banjar-ac.id

JURNAL NAHDLATUL FIKR Jalan Pesantren No 2 Kujangsari Langensari Kota Banjar Volume 1 No 2 Periode Januari-Juni 2019 Tanggal terbit 02 Januari 2019 Penerbit CV. Elsi Pro chiplukan@yahoo.com

i

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum, Wr. Wb. Alhamdulillah, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga Jurnal Nahdlatul Fikr Vol. I periode SeptemberFebruari dapat terbit ditengah-tengah pembaca yang budiman. dalam kesempatan ini kami menyajikan beberapa tulisan yang diharapkan dapat memberikan kontribusi pendidikan dan ilmu pendidikan islam.

Jurnal Nahdlatul Fikr Vol. I No 2 Periode Januari-Juni 2019 ini mengetengahkan beberapa tulisan yang diawali dengan tulisan berjudul : Pendidikan Akhlak Dalam Pandangan Ibnu Miskawih oleh Miftahudin, kedua Hubungan Kinerja Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas X Di Smk Nu Langensari Kota Banjar, oleh Rahardi Mahardika, ketiga peran Kiai Haji Irfan Hielmy Dalam Mengembangkan Dunia Pendidikan Dan Dakwah Di Kabupaten Ciamis Jawa Barat oleh Elah Nurhasanah, keempat pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Adobe Flash Cs6 Untuk Meningkatkan Partisipasi Siswapada Mata Pelajaran Fikih Kelas V MI Al Falahiyah oleh Malihatul ‘Azizah, Wanprestasi Perjanjian Kerja Dosen Tetap Pada Perguruan Tinggi Keagamaan Swasta (PTKS) Di Jawa Barat, oleh Hisam Ahyani, situation Method dalam pembelajaran mata kuliah bahasa arab pada program studi pendidikan agama islam, oleh Hisam Ahyani. Penarikan Harta Wakaf Menurut Pendapat Empat Madzhab Dan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, oleh Naelul azmi.Perspektif Kepemimpinan Pendidikan Untuk Sekolah Efektif, oleh Dewi Pajriyanti. Perspektif finasial dan pelanggan Dalam dunia pendidikan, oleh Dewi Pajriyanti.

Kota Banjar, 02 Januari 2019 Redaktur,

Miftahudin, M.Ag

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................

ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................

iii

Pendidikan Akhlak Dalam Pandangan Ibnu Miskawih (Miftahudin) ................................

1-7

Hubungan Kinerja Guru terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas X di SMK NU Langensari Kota Banjar (Rahardi Mahardika)................................................................

8-13

Peran Kiai Haji Irfan Hielmy dalam Mengembangkan Dunia Pendidikan dan Dakwah di Kabupaten Ciamis Jawa Barat (Elah Nurhasanah) .....................................................

14-21

Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Adobe Flash Cs6 untuk Meningkatkan Partisipasi Siswapada Mata Pelajaran Fikih Kelas V MI Al Falahiyah (Malihatul ‘Azizah) ........................................................................................................

22-33

Wanprestasi Perjanjian Kerja Dosen Tetap pada Perguruan Tinggi Keagamaan Swasta (PTKS) di Jawa Barat (Hisam Ahyani) ............................................................................

34-45

Situation Method dalam Pembelajaran Mata Kuliah Bahasa Arab pada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Hisam Ahyani) .......................................................................

46-49

Penarikan Harta Wakaf menurut Pendapat Empat Madzhab dan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf (Naelul Azmi).......................................................

50-54

Perspektif Kepemimpinan Pendidikan untuk Sekolah Efektif (Dewi Pajriyanti) ...............

55-58

Perspektif Finasial dan Pelanggan dalam Dunia Pendidikan (Dewi Pjriyanti) ...................

59-63

Implementasi Manajemen Kurikulum dalam Meningkatan Mutu Pembelajaran di SMA YaBAKII 2 Gandrungmangu Cilacap (Sartono) ...............................................................

64-76

iii

PENDIDIKAN AKHLAK DALAM PANDANGAN IBNU MISKAWIH Miftahudin Dosen Tetap STAI Miftahul Huda Al Azhar Banjar Email: avicena.banjar@yahoo.com

Abstract: Morals are the main thing from an Islamic perspective. Because one of the goals was sent Rasullulah SAW to perfect morals. Ibn Miskawih is a Muslim philosopher who is concerned about the importance of moral education. Moral in his view is a mental state that encourages spontaneous actions without prior thought and consideration. Education is an individual socialization process. The purpose of education is to humanize humans.

Keywords: Morals, Education, Purpose Abstrak: Akhlak hal yang utama dalam pandangang Islam. Karena salah satu tujunan diutusnya Rasullulah SAW untuk menyempurnakan akhlak. Adalah Ibnu Miskawih Tokoh filosof muslim yang konsen membahas tentang pentingnya Pendidikan akhlak. Akhlak dalam pandangan beliau adalah keadaan jiwa yang mendorong timbulnya perbuatan-perbuatan secara sepontan tanpa melakukan pemikiran dan pertimbangan lebih dahulu. Pendidikan merupakan proses sosialisasi individu. Tujuan pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia.

Kata Kunci: Akhlak, Pendidikan, Tujuan

Pendahulan Sejak Nabi Muhammad SAW di utus sebagai Rasul, salah satu tugas pokok yang utama dan pertama adalah menyempurnakan akhlak. Hal ini, sejalan dengan Hadits nabi sebgaiamana yang diriwayatkan oleh Malik: “Sesungguhnya aku di utus hanya untuk menyempurnakan akhlak”1.

Dari hadits tersebut di atas, menunjukan bahwa betapa pentingnya pendidikan akhlak sehingga disebutkan bahwa beliau (nabi Muhammad.SAW) di utus pun hanya untuk menyempurnakan akhlak.

Maka pendidikan akhlak ini, menjadi hal yang konsen di bahas oleh para tokok pendidik maupun filsafat Islam.

Oleh karena itu, dalam tulisan ini akan mencoba menguraikan pemikiran Ibnu Miskawaih tentang pendidikan Akhlak. Yang meliputi: bagaimana pengertian akhlak?, Kapan dimulai dan berkahirnya Pendidikan akhlak ?, apa materi dan metodologi yang digunakan serta tujuan dari pendidikan akhlak itu sendiri.

Biografi Ibnu Miskawaih Ibnu Miskawih merupakan seorang filosof Muslim yang menitik beratkan dalam masalah etika Islam. Sehingga Ibnu Miskawaih dikenal dengan bapak (guru) ketiga (al-mu’alim al-Tsalis) , setelah al-Farabi yang di gelari guru kedua (al-Mu’alim al-Tsani). Sedangkan yang dipandang guru pertama (Al-Mu’allim al-Awwal) adalah Aristoteles 2. Nama lengkapnya adalah Abu Ali Muhammad bin Muhammad bin Ya’kub bin Miskawaih kemudian dikenal dengan sebutan Ibnu Miskawaih.3 M. Natsir dalam awalnya memakai sebutan Ali al-Khozin, yang berarti bendaharawan. 4 Hal ini didasarkan karena pada masa kekuasaan Adhud al-daulah dari Bani Buwaih ia memperoleh kepercayaan sebagai bendaharawan . 5 Diantara para penulis sejarah Filsafat Islam terjadi perbedaan dalam menyebut nama sebutan ini. Margoliouth dan Ergestrasser menyebutnya dengan sebutan Ahmad ibn Muhammad Ibn Ya’kub, akan tetapi Bockleman hanya menyebut dengan sebutan 1

Qurish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: mizan. Cet. II. 1996), hal: 153 H.A. Musthofa, Filsafat Islam, (Bandung: Pustaka Setia. Cet. I. 1997), hal:176 3 Ensklopedi Islam. Jilid. III, (Jakarta: Ban Hove. Cet I. 1993 ), hal: 163 4 M. Natsir, Capita Selecta, (Bandung: Van Hoeve. 1960), hal: 10 5 H.A. Mustofa, Op.cit, hal: 155 2

1

Miskawaih tanpa adanya Ibn. 6 Selain itu, Ibnu Miskawaih memiliki gelar Abu Ali yang diperolehnya dari sahabat Ali, yang bagi kaum Syi’ah dipandang sebagai yang berhak mengantikan Nabi SAW, dalam kedudukannya sebagai pemimpin Umat Islam sepeningganya beliau. Dari gelar ini orang menisbatkan bahwa Ibnu Miskawaih tergolong penganut aliran Syi’ah. 7 Beliau dilahirkan di kota Ray yang puing-puingnya terletak di dekat Teheran Modern8.

Tentang tanggal kelahiran Ibnu Miskawaih tidak jelas, dalam arti para tokoh berbeda pendapat dalam menentukan kelahiran Ibnu Miskawaih. Menurut Margoliouth dialhirkan pada tahun 330. H/ 941 M. Tetapi Menurut M.M Syarif9 Ibnu Miskawaih dilahirkan kira-kira tahun 320 h/ 932 M. Bila bukan pada tahun-tahun sebelumnya, dengan alasan karena ia bisa hidup bersama al-Mahallabi yang mendapatkan keudukan sebagai wazir pada tahun 339 H/ 950 M. Dan pada masa itu paling tidak ia telah berumur sembilan belas tahun. Ibnu Miskawaih meninggal pada tanggal 9 Safar 421 H bertepatan dengan tanggal 16 Februarai 1030.M di Asfahan. 10 Menurut M. Natsir Ibnu Miskawaih dulunya memeluk agama Majusi11. Akan tetapi, pendapat tersebut di tolak koleh Yusuf Musa dengan alasan: “ tidak mungkin katanya, orang yang baru memeluk Islam tetapi pemikirannya demikian luas seperti filosof-filosof Islam lainnya. Dan Mungkin benar bagi kakenya beragama Majusi yang kemudian memeluk agama Islam” 12. Hal ini terIlihat dalam nama bapaknya yaitu: Muhammad, adapun seperti Yakut yang mengatakan bahwa Ibnu Miskawaih tadinya beragama majusi menurut Ibrahim Zaky. Dkk adalah kekeliruan dalam menyebutkan nama Miskawaih. Dimana ia mengangap nama Miskawaih tersebut adalah nama fiolosf yang di maskud 13. Padahal Miskawaih ini adalah nama kakenya yang boleh jadi yang tadinya beragama Majusi kemudian masuk islam. Dimana oleh Busyairi Madjidi disebutnya sebagai nama rumpun (trah).14 Dilihat dari tahun kelahiran dan wafatnya, Ibnu Miskawih hidup pada masa pemerintahan Bani Abbas yang berada dibawah pengaruh Bani Buwaih yang beraliran syiah dan berasal dari keturunan parsi Bani Buwaih sebagai perdana mentri (amir al-Umra’) dengan gelar Mu’izz al-Daullah ( Orang yang memberi kemuliaan pada negara). Ayah Ahmmad Abu Syuja’ Buwaih, yang mengaku sebagai keturunan raja-raja sasaniyah kuno, mungkin seperti dalam banyak kasus, ingin mengangkat presitse dinasti ini. Dialah pemimpin sebuah grombolan suku yang suka berperang, yang sebagaian besar dari orang-orang dataran tinggi Dailami dari wilayah pengungunan di pesisir utara laut Kaspia, dan mereka juga pernah membantu dinasti Samaniayah. 15 Kekuasaan Buwaih mencapai puncaknya di bawah kepemimpinan Adud al Dawalh (949-983), putra Rukn al Dawalah. ‘Adud bukan hanya seorang penguasa Buwaih yang paling unggul, tetapi ia juga paling termasyhur di zamannya. Dibawah kendalinya, pada 977 dia berhasil mempersatukan beberapa kerajaan kecil yang sudah mnucul sejak periode kekuasaan Buwaihi di Persia Irak, sehingga membentuk satu negara yang besarnya hampir menyerupai imperium. ...Adud adaulah adalah penguasa pertama dalam Islam yang menyandang gelar Syahansyah16.

Perhatiananya terhadap Ilmu Pengetahuan dan kesusastraan sangat besar 17. Pada masa inilah Ibnu Miskawih memperoleh kepercayaan untuk menjadi bendaharawan ‘Adhud al Daulah, dan pada 6

M.M, Syarif, Filsafat Islam, (Bandung: Mizan. 1996), hal: 84 Sudarsono, Etika Islam: Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: Bina Aksara. Cet. I. 1989), hal: 166 8 Ibnu Miskawaih, Menuju Kesempurnaan akhlak [Ter.], (Bandung: Mizan. Cet. III. 1995) hal: 18.

9 MM. Syarif, Loc. Cit, hal: 84 10 Hasyim Syah Nasution, Filsafat Islam, (jakarta: Media Pratama. Cet. I. 1999), hal: 56 11 M. Natsir, Loc.Cit, bandingkan dengan M. Lutfi Juma’ah, Tarihu Falasifa al-Islam fi al-Masyriqi wa al Maghribi, (Berut Libanon: al-Maktabah al-Alamiyah.t.t), hal: 304. Dan bandingkan pula dengan Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam, (Jakarta: Bulan Bintang. Cet. III,.1992), hal: 65 12 Yusuf Musa, Falsafah al-akhlak fi al-Islam, (Surabaya: Muahasasah al-Khonaj. 1963), hal: 74 13 Ibrahim Zaki Khursyid. Dkk, Dairotu al-maarif fi Islamiyah jilid I dan II, (n.p: al Shumu. tt), hal: 388 14 Busyairi Majidi, Konsep Pendidikan Para Filusuf Muslim, (Yogyakarta: Amin Press. 1997), hal: 26 15 Philip K.Hiti, History of the Arabs, [terj], (Jakarta: Srambi Ilmu Semesta. Cet II. 2010), hal: 599 16 Kependekan dari Syhansyah, istilah dalam bahasa Persia yang berarti raja atas raja-raja. Gelar kerajaan ini dibuat untuk menggantikan gelar-gelar iran Kuno. Kata sejnis dalam bahasa Arab malik al muluk, mungkin pertama kali disandang oleh putara ,Adud, Baha. Al-Sawlah, dan gelar ini digunakan khususnya oleh dinasti keturunan turki berikutnya. Lihat dalam catatan kaki Philip K. Hiti, ibd, hal; 600 17 Perhatianya dalam bidang ilmu Pengetahuan juga diikuti oleh putranya Syaraf al Dawalah (983-989) untuk meniru al-Ma’mun. Syaraf sebelum meninggal membangun sebuah observatorium terkenal. Putra yang lain 7

2

masa ini pula ibnu Miskawih muncul sebagai filosof, tabib, ilmuan dan pujangga. Tetapi Ibnu Miskawaih tidak senang terhadap kemorosotanmoral para pejabat kerajan. Sehihnga hal ini pula yang mendorong Ibnu Miskawih menulis Tahdzib al-Akhlak.18 Riwayat pendidikan Ibnu Miskawaih didak diketahui secara jelas. Hal ini terjadi karena para penulis auto biogarfinya dan para penulis riwayatnya pun tidak memberikan informasi secara jelas.

Namun demikian dapat di duga bahwa Ibnu Miskawaih tidak berbeda dari kebiasaan anak menuntut ilmu pada masanya. Ahmad amin memberikan gambaran pendidikan pada zaman Abasiyah bahwa pada umumnya anakk-anak bermula dengan belajar membaca, menulis, mempelajarai al-Qur’an dasar bahasa Arab, tata bahasa Arab (nahwu) dan ‘Arudh (ilmu membaca dan membuat syair). Mata pelajaran dasar tersebut diberikan di surau dikalangan keluaraga yang berbeda dimana guru didatangkan kerumahnya untuk memberikan les pirvat kepad anaknya. Setelah ilmu-ilmu dasar selesai diberikan,maka diberi pelajaran ilmu fiqh, ilmu hadits, sejarah (khususnya sjarah Arab, Persi dan India) dan matematika. Kecuali itu diberikan pula macam-macam ilmu praktis seperti: musik, bermain catur, dan furusiah semacam kemiliteran19.

Diduga Ibnu Miskawaih mengalami pendidikan semacam itu, akan tetapi Ibnu Miskawaih tidak mendatangkan guru privat kerumahnya. Dikarenakan ekonomi keluarganya yang kurang mampu.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ibnu Miskawaih memperoleh Pengetahuan dengan cara otodidak. Terutama ketika dipercaya sebagai penjaga perpustakaan Ibnu al-‘Amid, Mentri Rukun al Daulah. Dalam tulisan M.M Syarif20 disebutkan bahwa guru Ibnu Miskawaih diantaranya Abu Bakar Ahmad Ibn Kamil al-Qadhi (350 H/960.M) dari beliau mendapatkan pelajaran Ilmu Sejarah terutama Tarikh al Thabari. Ibn al-Khamar Musafir kenamaan karya-karya Aristoteles, adalah guru dalam bidang filsafat. Ibnu Minskawaih mengkaji al-Kimia bersama al-Thayyib al-Razi, seorang ahli alkimia. Ada beberapa pernyataan Ibn Sina dan al-Tauhidi tampak bahwa mereka berpendapat bahwa ia tidak mampu berfilsafat. M. Iqbal mengangab sebaliknya Ibnu Miskawaih sebagai seorang pemikir moralis dan sejarawan terkenal21. Selain itu, Ibnu Miskawaih dijuluki seorang Islam pemikir pertama yang menjelaskan teori asal-usul manusia.22 Ibnu Miskawaih sangat terkenal dalam kegiatan filosofinsya dipijakan pada etika. Sehingga ia terkenal sebagai seorang moralis yang sebenarnya.23 Dalam masalah sejarah diakui oleh Husen Ahmad Amin. Sehinga beliau mengomentari sebagai berikut: “setiap orang yang mengkaji sejarah al-Thabari dan membandingkan dengan sejarah Ibnu Miskawaih yang terkenal dengan anama Tajribul Ummam, akan memahami bahwa dia berada para peringkat kedua dalam penulisan sejarah setelah peringkat yang pertama telah diduduki oleh para pendahulunya”24 .

Ibnu Miskawaih menyebutkan bahwa sejarah bukanlah cerita hiburan tentang raja, tetapi suatu pencerminan struktur politik, ekonomi masyarakat pada masa-masa tertentu. Ia merupakan naik turunnya peradaban bangsa-bangsa dan negara. Selanjutnya Ibnu Miskawaih mengingatkan kepada ahli sejarah supaya menjaga diri terhadap kecenderungan mencampur adukkan kenyataan dan rekaan

juga sama yaitu: Bha al-Dawalah (989-1012) mempunyai wazir cerdas berkebangsaan Persia, yakni Sabur ibn Ardasyir. Tahun 993 Sabur mendirikan sebuah akademi di Baghdad , lengkap dengan perpustakaan yang menyimpan 10.000 buku. Yang perna digunakanoleh penyair Suriah al-Maarri, ketika masih belajar di kota itu.

Ikhwan al- Shafa mesti pula diingat berkembang pesat di bawah kekuasaan rezim Buwaih. Lihat Philip K. Hiti.

18 H.A. Mustofa, Op. Cit, hal: 165.

19 Ahmad Amin dalam Duha Islam, sebagaimana dikutipmoleh H.A, Mustofa, Ibid, hal: 168 20 M.M. Syarif. Op. Cit, hal: 83-84 21 M. Iqbal, Pembangunan Kembali Alam Pikiran Islam. Usman Kalabiy. [pen], (Jakarta: Bulan Bintang .

1969¸hal 51. Lihat Pula dalam M. Iqbal, Metafisik Persia: suatu Sumbangan untuk Filsafat Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada. Cet. II. 1995), hal: 141.

22 Quraisyh Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan. 1996), hal: 281 23 Thawil Akhyar Dasoeki, Sebuah Kompilasi Filsafat Islam, (Semarang: Toha Putra. Cet. I. 1993), hal: 47 24 Husen Ahmad Amin, Seratus Tokoh dalam Sejarah. Bahrudin Pani [pen], (Bandung: Rosda Karya. Cet. I. 1995), hal: 154

3

atau kejadian-kejadian palsu.25 Ibnu Miskawaih merupakan salah satu ilmuwan Islam yang produktif dalam menulis. Diantara tulisan-tulisan beliau adalah: 1. Kitab al-Fauz al-Asghar, pada bab pertama berisi tentang adanya Tuhan, bagian kedua membicarakan Ruh, dan pada bab akhir menguraikan tentang kenabian.

2. Bidang Etika: Kitab al-Fauz al-akbar, Tharah an-nafs, Tahdzib al- wa tathir al-A’raq dan AsSyiar.

3. Bidang Politik: kitab Tartib As-Sa’adah (tentang akhlak berpolitik) dan Zawidan Kharad (berisi tentang ungkapan-ungkapan bijak).

4. Bidang Kedokteran dan Hidangan: Kitab Al-Jami’ , al-Adwiyah (berisi tentang pengobatan sederhana) dan Al Asyribah (berisi tentang minuman).

5. Bidang Estgetika dan Sastra: Kitab al-Mustafa, Uns dan al-Farid.

6. Bidang Psikologi: Kitab Magalat fi an-Nafsi wa al-‘Aqli 7. Sejarah dan naskah-nasakah yang lain: Kitab Tajrib al-Umam (bersisi tentang peristiwa banjir besar yang menuturkan peristiwa-peristiwa sejarah sejak setelah air bah nabih Nuh A.S hingga masa 369 H yang ditulis pada tahun 369 H/ 979 M. Risalah fi al-Ladzat awal Alam fi Jauhar al-Nafsi al-Jawab fi al-Masail ast-Tsalasat, Risalah al-Jawad fi Suaal ali bin Muhammad Abu Hayyan al-shufi fi Haqiqat al-‘Aql dan Tharat al-Nafs.

Mengenai urutan karya-karyanya, diketahui dari Ibnu Miskawaih sendiri bahwa al-Fauz alAkbaar ditulis setelah al-Fauz al-Azghar dan Tahdizib al-Akhlaq ditulis setelah tartib al-Saadah.26 Pandangan Ibnu Miskawaih tentang Pendidikan Akhlak Pemikiran Ibnu Miskawaih dalam bidang pendidikan terdapat dalam karyanya ‘Tahdzib alAkhlaq”. Dalam kitab ini disebutkan bahwa yang dicita-citakan dalam pendidikan adalah supaya dalam diri kita yang menjadi sumber perbuatan-perbuatan kita yang seluruhnya adalah indah. Tidak kita buat-buat tidak pula sulit untuk itu. Maka hal yang pertama harus diketahui adalah apa itu jiwa?, dari mana datangnya? dan untuk apa tujuan dia ada pada diri kita?27 Dengan demikian, konsep pendidikan yang harus diketahui dan dipelajari yang pertama adalah mengenai jiwa. Jiwa sendiri oleh Ibn Miskawih didefinisikan: “Jiwa adalah bukan jisim, bukan pula bagian darinya, baik dalam perbuatannya, ataupun keadaanya. Akan tetapi jiwa adalah sesuatu yang laindari jisim baik hukumnya, khususanya dan perbuatannya”28.

Dari jiwa ini, maka akan timbul suatu perbuatan. Perbuatan tersebut dinamakan “Akhlak” (watak). Ibnu Miskawaih mendefinisikan Akhlak atau watak adalah: “Khuluk/watak adalah keadaan jiwa yang mendorng timbulnya perbuatan-perbuatan secara sepontan tanpa melakukan pemikiran dan pertimbangan lebih dahulu” 29.

Selanjutnya Ibnu Miskawaih mengemukakan bahwa manusia menerima pendidikan bermacammacam tingkatan. Hal ini demikian mudah dapat dilihat dalam anak-anak, karena anak-anak nampak wajar sejak mula perkembangan terbuka apa adanya tidak di selubungi dengan pikiran-pikiran dan pertimbangan. Dari watak anak dapat dilihat kesiapan mereka dalam menerima didikan ada diantaranya yang kasar dan ada pula yang pemalu, pemurah, kirkir, penyayang, keras dan lain-lainya.

Keragaman tersebut dapat dilihat pula pada orang-orang dewasa dalam menerima didikan budi pekerti. Bila diabaikan perbedaan watak individu tersebut dan dibiarkan berkembang sebagaiman sesuai dengan watak individunya, mungkin akan tumbuh jadi baik atau buruk. Maka disinilah perlunya pendidikan agama khkususnya akhlak yang baik sesuai dengan syari’at agama Islam dan 25

Tahwil Akhyar Dasoeki, Op.cit, hal: 49 M.M Syarif, Op.Cit, hal: 85 27 Ibnu Miskawaih, Tahdzib al-Akhlak, (Mesir: Kurdistan al-Alamiah, 1329 H), hal: 1-2).

28 Ibid, hal: 4.

29 Ibid, hal: 37 26

4

juga baik menurut akal.30Fungsi pendidikan menurut Ibnu Miskawih adalah pertama, untuk memanusiakan manusia. Setiap makhluk di dunia ini mempunyai prilaku yang sepesifk, sebagai kesempurnaan maujudnya yang tidak dimiliki oleh makhluk yang lain pada prilaku maupun sifatnya.

Maka manusia diantara makhluk yang ada mepunyai perilaku sendiri yang khusus yang tidak ada pada makhluk lain, baik dalam peilaku maupun sifatnya. Yaitu segala prilaku yang lahir dari pertimbangan akal pikirannya. Karena itu siapa yang pertimbangannya jernih penalarannya paling benar, keputusannya paling tepat, dialah orang yang paling sempurna martabatnya.

Sempurna halnya sebilah pedang yang melahirkan perilaku yang khas dengan bentuknya karena itu pedang di ciptakan, maka pedang yang paling utama adalah pedang yang paling tajam. Dengan ketajaman itu dia melaksanakan perannya sebagai tanda kesempurnaannya. Kuda pacuan yang paling utama adalah paling cepat larinya, paling cepat mengerti komando jokinya. Manusia juga demikian,bahwa manusia yang paling utama adalah orang yang paling mampu menunjukan prilakunya yang kahas yang ada padanya dan berpegang teguh pada syarat-syarat subtansinya (daya pikir) yang membedakan dia dengan makhluk lainnya. Maka, kewajiban yang tidak dapat diragukan lagi ialah berbuat kewajiban yang merupakan kesempurnaan manusia yang untuk itu mereka diciptakan dan agar mereka berupaya sungguh-sungguh untuk sampai kepada kebijakan itu dan agar manusia menghindari kejahatan-kejahatan yang menghambat sampai kepada kebaikan itu.

Maka jika kuda pacuan urung dari kesempurnaannya tidak lagi nampak prilaku-prilakunya yang khas bagi dirinya. Maka jatulah ke derajat keledai. Sama halnya dengan manusia bila mana prilaku yang dilahirkannya menyimpang dari pertimbangan nalar jatulah kemartabat binatang.31 Oleh karena itu, tugas pendidikan adalah mendudukan manusia sesuai dengan subtansinya sebagai makhluk yang termulia dari makhluk lainnya. Hal itu ditandai dengan prilaku dan perbuatan yang kahas bagi manusia yang tak mungkin dilakukan makhluk lainnya. Dengan demikian fungsi pendidikan menurut Ibnu Miskawih adalah memperbaiki prilaku manusia agar mencapai derajatnya sebagaimana tujuan manusia diciptakan oleh Allah SWT. Kedua, pendidikan merupakan proses sosialisasi sehingga setiap individu merupakan bagian integral dari masyarakatnya dalam melaksanakan kebijakan untuk kebahagiaan bersama. Adapun bentuk kebijakan yang akan menghantarkan manusia mendapatkan kebahagiaan bentuknya sangat banyak. Oleh karenanya manusia harus saling tolong- menolong sesama manusia yang lain. Dengan adanya tolong-menolong dan sosialisasi tersebut masing-masing manusia akan mendapatkan kesempurnaannya. Karena manusia sendiri oleh Ibnu Miskawaih dianalogikan seperti satu tubuh.32 Pendidikan Akhlak menurut Ibn Miskawih adalah hal yang utuama . hal ini dapat dilihat dari pandangan Ibnu Miskawaih tentang perlunya pendidikan akhlak ditanamkan sejak dini kepada anak. Dan kapankah proses pendidikan ini daianggap cukup memiliki pengaruh terhadap anak ,serta bilamanakah proses tersebut diangap cukup. Berkaitan dengan kapan pendidikan dapat di mulai terlihat dalam tulisanya yang menyebutkan: “... kalau dilihat dari anak kecil dia malu-malu,dengan kepalanya menunduk kebawah, takut dan tak berani menatap wajah yang melihat, maka itu bukti bahwa pada dirinya telah mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Rasa malu itu tak lain adalah pengekang dirinya yang terjadi lantaran khawatir kalau kalau ada keburukan yang akan nampak pada dirinya, jika seperti inilah sudah bisa dimulai nya pendidikan�33 Rasa malu ini, diterjemahakan oleh Zakiah Darajat, dkk 34 adalah “kesadaran mental� oleh karaena itu, pendidikan sudah bisa dimulai. Selanjutnya dijelaskan oleh Zakiah. Dkk, kesadaran mental itu kira-kira ketika anak berusia 3-4 tahun. Masa tersebut, meruupakan masa terbutka tidak patuh sekaligus merupakanlandasan untuk menetapkan kepatuhan, artinya, disaat itulah terbuka peluang kearah kesediaan menerima yang sesungguhnya. Setelah itu anak mulai memiliki kesadaran batin danmotivasi dalam prilakunya. Disini pula mulai terbukak penyelenggaraan pendidikan, artinya 30

Busyairi Madjidi, Konsep Pendidikan Para Filosof Muslim, (Yogyakarta: Amin Perss. 1997), hal: 36 Ibnu Miskawaih, Op.cit. 41 32 Uraian mengenai hal ini dapat dilihat dalam Ibnu Miskawaih, Ibd, hal: 18 33 Ibnu Miskawaih, Tahdzib al-Akhlak, (Mesir: Kurdistan al-Alamiah. 1329 H), hal: 68 34 Zakiah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Bumi Aksara. Cet. III. 1996), hal: 48-49).

31

5

senuhan-sentuhan pendidikan untuk menumbuhkan motivasi anak dalam perilakunya kearah tujuan pendidikan. Adapun akhir dari pendidikan akhlak menurut Ibnu Miskawih secara jelas tidak ditemukan dalam tulisanya. Akan tetapi bila dilihat dari tujuan pendidikan akhlak yang dikemukakannya dapat di tarik kesimpulan bahwa pendidikan diangap selesai yaitu apa bila tujuan untuk menanamkan keutamaan (fadilah) dalam jiwa peserta didik yang melahirkan perbuatanperbuatan dengan mudah secara sepontan telah tercapai.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap pendidikan menurut Ibnu Miskawaih ada dua factor. Pertama, factor dari dalam yang mearupakan fitrah bawaan manusia sejak lahir. Kedua, factor dari luar yang dalam hal ini berarti lingkungan. Hal ini meliputi: pelatihan, pembiasaan yang merupakan pembentukan dari pendidikan. Akan tetapi, dari keudau factor tersebut di atas yang paling berpengaruh adalah factor dari luar atau lingkungan dan pendidikan.

Berkaitan dengan materi pendidikan akhlak menurut Ibnu Miskawaih, yang pertama adalah hal mana yang paling awal mengiringi proses perkembangan makhluk hidup pada umumnya dan manusia khususnya. Proses yang mengiringi perkembangan makhluk hidup khususnya manusia ada tiga fakultas jiwa yang berkembang secara alamiah. Menurut Ibnu Miskawaih dalam diri manusia fakultas pertama yang muncul adalah fakultas Syahwiah (nafsu), dan fakultas kedua adalah fakultas al-Qhadabiyah (fakultas amarah) dan terakhir adalah fakultaas al- Natiqiyah (fakultas berpikir) fakultas yang terakhir ini merupuakan fakultas yang paling tinggi dibandingkan fakultas yang lainnya.35 Karena fakultas syahwiyah (nafsu) maka pendidikan materi pendidikan yang pertama diberikan adalah berkaitan dengan fakultas tersebut. diantara hal yang berkaitan dengan fakultas syahwiyah adalah berupa nafsu makan. Jadi materi pendidikan yang pertama diberikan kepad anak adalah tentang etika makan dan tujuan dari makan, dimana makan itu semata-mata demi kesehatan, bukan demik kenikmatan semata, makan tujuannya untuk menghilankan kelaparan jadi makan disini oleh Ibnu Miskawih dianalogikan seperti obat. Bukankah ombat diberikan hanya sekedar menghilangkan rasa sakit, demikian pula halnya dengan makan tidaklah sepantasnya tidak makan sekedara menjaga kesehatan36dengan etika makan.

Fislosofi dati tujuan makan yang di uraikan di atas, menurut penulis mengandung makna bahawa melatih agar manusia tidak jadi rakus. Bukankah segala sesuatu seperti terjadi korupsi dan perbuatan melanggar hukum yang lain berawal dari tidak terkendalinya hawa nafsu yang menjadikan rakus.

Selanjutnya Ibnu Miskawaih menerangkan adab yang berkaitan dengan sopan santun makan , seperti adab ketika berada dalam suatu majlis yang disitu tersedia hidangan, agar anak tidak selalu memperhatikan macam-macam hidangan yang tersedia didepannya. Dan cukup mengambil hidangan yang ada didepannya dan tidak mengambil serta mendahului orang yang labia tua darainya.

Filosofinya bahwa kelak ketika anak sudah menjadi dewasa dan mempunyai kedudukan/ jabatan.

Tidak akan mengambil jabatan orang lain atau berusaha merebutnya. Karena cara-carta tersebut bertentangan dengan akhlak dalam Islam. Jadi cukup mensyukuri terhadap jabatan yang telah dijeroleh secara halal.

Materi yang berkaitan dengan fakultas al-Qhadabiyah (amarah), menurut Ibnu Miskawaih adalah dengan menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang terpuji yang harus ditanamkan kepada anak seperti tidak banyak bicara dan hanya menjawab pertanyaan kalau bersama-sama orang yang labih dewasa.

Hendaknya ia mendengarkan kata-katanya dan tetap diam saja dihadapannya. Adapun berkaitan degan materi al-Natiqiyah (bepikir), tidak di uraikan secara jelas. Sedangkan dalam masalah metode pendidikan akhlak tersebut Ibnu Miskawaih tidak menyebutkan secara rinci, walau demikaian, apa bila dilihat dari tulisanya, dapat disimpulkan bahwa Ibnu Miskawaih dalam pendidikan akhlak menggunakan metode: Bi al-Mau’idah, metode ini dapat ditemukan dalam menyampaikan materi tentang adab makan sebagai mana tersebut di atas. Pujian dan celaan. Hal ini seorang pendidik untuk memberikan pujian ketika Nampak dalam diri anak perilaku yang baik 37. Sedangkan dalam penggunaan metode hukuman menurut Ibnu Miskawaih melalui tahapan-tahapan: Pertama, diamkansaja dan bersikap seolah-olah tidak mengetahuinya, atau katakana bahwa kesalahan yang dialakukan bukanlah unusur kesengajaan atau bukanke hendaknya. Kedua, secara diam-diam cela tindakannya tersebut yakni ditujukan kepad anakbahwa perbuatan itu adalah tidak 35

Ibn Miskawiah, Ibd, hal: 44 Ibd, hal: 7 37 Ibd, hal: 76 36

6

baik, dan kita peringatkan kepadanya unutk tidak mengulanginya kembali. Ketiga, apabila telah dilaluinya kedua tindakan tersebut dan anak masih mengulangi perbuatannya lagi, maka pendidik boleh memberikan hukuman secara bijak.

Metode yang terakhir adalah metode Intropeksi diri, metode yang dimaksud adalah metode yang dilakukan oleh pendidik dengan jalan memperhatikan dirinya sendiri. Yaitu mengenalpotensinya, subtansinya , daya-daya yang ada padanya, sifat-sifatnya tujuan serta kesempurnaanya, kemudian mendidiknya dan membersihkan dari segalamacam syahwata serta tabiat yang kurang baik.

Kesimpulan Dari pemaparan tersebut di atas, penulis menyimpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah pendidikan yang utama. Menurut ibnu Miskawih akhlak adalah adalah keadaan jiwa yang mendorng timbulnya perbuatan-perbuatan secara sepontan tanpa melakukan pemikiran dan pertimbangan lebih dahulu. Pendidikan dapat di berikan sejak usia dini atau masa anak-anak.

Materi pendidikan disesuaikan dengan fakultas yang ada pada manusia yaitu: Sahwiyah (nafsu), Qhadabiyah (amarah) dan al-Natiqiyah (berpikir).

Metode yang digunakan dalam pendidikan meliputi; Bial Mau’idah, Pujian dan Celaan serta Intropeksi diri.

Tujuan pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia. Yaitu manusia yang ideal yang bertaqwa kepada Allah SWT dan cerdas dan bermanfaat amiiin.

DAFTAR PUSTAKA (Ensklopedi islam 1993) (Ensklopedi islam 1993)Amin Husen Ahmad (1995), Seratus Tokoh dalam Sejarah. Bahrudin Pani [pen], Bandung: Rosda Karya. Cet. I. Darajat Zakiah , dkk (1996), Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Bumi Aksara. Cet. III. Dasoeki Thawil Akhyar (1993), Sebuah Kompilasi Filsafat Islam, Semarang: Toha Putra. Cet. I. Daudy Ahmad (1992), Kuliah Filsafat Islam, Jakarta: Bulan Bintang. Cet. III, Ibnu Miskawaih (1932.H), Tahdzib al-Akhlak, Mesir: Kurdistan al-Alamiah, ------------------- (1995), Menuju Kesempurnaan akhlak [Ter.], Bandung: Mizan. Cet. III. Ibrahim Zaki Khursyid. Dkk (t.t), Dairotu al-maarif fi Islamiyah jilid I dan II, (n.p: al Shumu.

Iqbal. M, (1969), Pembangunan Kembali Alam Pikiran Islam. Usman Kalabiy. [pen], Jakarta: Bulan Bintang .

--------- (1995), Metafisik Persia: suatu Sumbangan untuk Filsafat Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Cet. II. K. Hiti Philip, History of the Arabs, [terj], Jakarta: Srambi Ilmu Semesta. Cet II. Lutfi Juma’ah.M (t.t), Tarihu Falasifa al-Islam fi al-Masyriqi wa al Maghribi, Berut Libanon: alMaktabah al-Alamiyah.

Majidi Busyairi (1997), Konsep Pendidikan Para Filusuf Muslim, Yogyakarta: Amin Press.

Musa Yusuf (1963), Falsafah al-akhlak fi al-Islam, Surabaya: Muahasasah al-Khonaj Musthofa. H.A (1997), Filsafat Islam, Bandung: Pustaka Setia. Cet. I. Nasution, Hasyim Syah (1999), Filsafat Islam, Jakarta: Media Pratama. Cet. I. Natsir. M (1960), Capita Selecta, Bandung: Van Hoeve.

Shihab Quraish (1996) , Wawasan Al-Qur’an, Bandung: mizan. Cet. Sudarsono (1989), Etika Islam: Tentang Kenakalan Remaja, Jakarta: Bina Aksara. Cet. Syarif, M>.M (1996), Filsafat Islam, Bandung: Mizan.

7

HUBUNGAN KINERJA GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X DI SMK NU LANGENSARI KOTA BANJAR Rahardi Mahardika Dosen Tetap STAI Miftahul Huda Al-Azhar Kota Banjar Jln.Pesantren No. 02 Citangkolo Langensari Kota Banjar Email : rahardimahardika@gmail.com

ABSTRACT: Motivation plays an important role in the learning process. If teachers and parents can provide good motivation to students or their children, then within the student or child there will be an encouragement and desire to learn better. This type of research includes the type of relationship or correlation research. While the research design used was cross sectional. With a sample of 18 teachers and 18 students of class X. The results showed that the performance of teachers in the category of performance was sufficient for lack of motivation and motivation was sufficient for each of 1 person, while with performance that was sufficiently good motivation was 3 people. Send Teacher Performance by category. The results of hypothesis testing using the chi-square obtained p value of 0.04, smaller than 0.05. So the decision is that there is a relationship between teacher performance and student motivation in Class X at SMK NU Langensari, Banjar City. Providing input in improving the quality of teacher performance To have good performance, teachers are required to have adequate academic abilities, and be able to apply the knowledge they have to the students. students for the progress of student learning outcomes. And this can increase the learning motivation of Class X Students at SMK NU Langensari, Banjar City in the future.

Keywords: Teacher Performance, Student Learning Motivation ABSTRAK : Motivasi memegang peranan yang penting dalam proses belajar. Apabila guru dan orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada siswa atau anaknya, maka dalam diri siswa atau anak akan timbul dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik. Jenis penilitian ini termasuk jenis penelitian hubungan atau korelasi. Sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Dengan sampel guru sebanyak 18 orang dan siswa kelas X sebanyak 18 orang.Hasil penelitian terlihat bahwa kinerja guru dengan kategori kinerja cukup terhadap motivasi kurang dan motivasi cukup masing-masing sebanyak 1 orang, sedangkan dengan kinerja cukup motivasi baik sebanyak 3 orang. Sendangkan Kinerja Guru dengan kategori. Hasil uji hipotesis dengan menggunakan chi-square didapat p value sebesar 0,04 lebih kecil dari 0,05. Sehingga keputusannya adalah ada Hubungan Kinerja Guru terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas X di SMK NU Langensari Kota Banjar.Memberikan masukan dalam meningkatkan kualitas Kinerja Guru Untuk memiliki kinerja yang baik, guru dituntut untuk memiliki kemampuan akademik yang memadai, dan dapat mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya kepada para siswa untuk kemajuan hasil belajar siswa. Dan hal tersebut dapat meningkatkan motivasi Belajar Siswa Kelas X di SMK NU Langensari Kota Banjar dimasa yang akan datang.

Kata Kunci: Kinerja Guru, Motivasi Belajar Siswa

Pendahuluan Kualitas proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh kualitas kinerja guru. Oleh karena itu, usaha meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, perlu secara terus menerus mendapatkan perhatian dari penanggung jawab sistem pendidikan. Peningkatan ini akan lebih berhasil apabila dilakukan oleh guru dengan kemauan dan usaha mereka sendiri. Namun sering kali guru masih memerlukan bantuan dari orang lain, karena ia belum mengetahui atau belum memahami jenis, prosedur, dan mekanisme memperoleh berbagai sumber yang sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan kemampuan mereka. Pengetahuan tentang supervisi memberikan bantuan kepada guru dalam merencanakan dan melaksanakan peningkatan profesional mereka memanfaatkan sumber yang tersedia.

8

Dalam ajaran Islam motivasi dasarnya adalah niat, bagi seorang guru agama Islam niat baik dan ikhlas (karena Allah) dalam mengajar harus ditanamkan, karena akan menentukan keberhasilan dan arah pekerjaan yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW : “Sesungguhnya amal-amal perbuatan tergantung niatnya, dan bagi tiap orang apa yag diniatinya. Barang siapa hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa hijrahnya untuk meraih kesenangan dunia atau menikahi wanita. Maka hijrahnya adalah kepada apa yang ia hijrahi.” (H. R Bukhari).

Adapun yang menjadi tujuan utama pengelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar yang optimal. Sebab berkembangnya tingkah laku siswa sebagai tujuan belajar hanya dimungkinkan oleh adanya pengalaman optimal. Motivasi mempunyai peranan yang cukup besar di dalam upaya belajar. Tanpa motivasi, siswa tidak mungkin melakukan kegiatan pembelajaran. Motivasi merupakan tenaga dari dalam yang menyebabkan seseorang untuk berbuat sesuatu. Energi yang di timbulkan motivasi dapat mempengaruhi gejala kejiwaan, misalnya adalah perasaan. perasaan akan timbul simpati yang menyebabkan kegiatan belajar siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat, kemungkinan akan dapat melakukan belajar dengan sebaik-baiknya.

Para ahli pendidikan telah banyak memberikan batasan mengenai kinerja guru terhadap motivasi belajar siswa, namun diantara para ahli tersebut belum menemukan kesepakatan tentang kinerja guru tehadap motivasi belajar siswa, rumusan yang satu berbeda dengan rumusan yang lain.

Hal ini terjadi karena sudut pandang mereka berbeda, tetapi pada bagian tertentu terdapat persamaan sehingga jika rumusan para ahli tersebut kita gabungkan maka akan saling melengkapi. Pengelolaan proses pendidikan harus memperhitungkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Disamping itu sekolah juga mendidik generasi agar hidup dan menyesuaikan diri dengan perubahan yang cepat akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bukan hanya bisa menyesuaikan diri dengan iptek tapi juga dapat bertahan dengan nilai-nilai luhur yang ada. Jenis penilitian ini termasuk jenis penelitian hubungan atau korelasi. Sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Dengan sampel guru sebanyak 18 orang dan siswa kelas X sebanyak 18 orang.

Harus diakui bahwa guru merupakan faktor utama dalam proses pendidikan. Berdasarkan Uraian tersebut maka penulis tertarik untuk menulis penelitian mengenai “Hubungan Kinerja Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas X di SMK NU Langensari Kota Banjar” Tinjauan Pustaka Kinerja Guru Istilah “kinerja” merupakan pengalih bahasaan dari bahasa Inggris “Performance” yang berarti unjuk kerja atau penampilan kerja. Kinerja adalah hasil atau taraf kesuksesan seseorang dalam bidang pekerjaanya ,diantara nya pendapat pendapat para ahli antara lain adalah : 1. Menurut Helfert dalam Veithzal Rivai dan Ella Jauvani Sagala (2009:604), kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumbersumber daya yang dimiliki.“bahwa kinerja didefinisikan sebagai nilai dari himpunan perilaku karyawan yang berkontribusi, baik positif atau negatif, untuk pencapaian tujuan organisasi.

Definisi ini berarti, kinerja meliputi perilaku yang berada dalam kontrol karyawan, tetapi masih dalam batas perilaku pekerjaan (bukan yang diluar itu) dan relevan dengan kinerja”.

2. Teori lain mengungkapkan bahwa, Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan.

Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang sepatutnya memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.

(Veithzal Rivai dan Ella Jauvani Segala, 2009:548).

3. Menurut Anwar Prabu Mangkunegara dalam Basrowi (2010:55) kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang Berdasarkan berbagai pendapat diatas, dapat kita simpulkan bahwa kinerja adalah sebuah wujud unjuk kerja seseorang atau organisasi secara keseluruhan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan 9

menggunakan standard dan kriteria tertentu sebagai acuan. pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikanpadanya.

Penilaian Kinerja Guru (PKG) dilakukan untuk melihat kinerja guru dalam melaksanakan tugas utamanya, yaitu melaksanakan pembelajaran, pembimbingan dan/atau pelaksanaan tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Hasil PK GURU selanjutnya digunakan untuk membantu guru dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya pada kompetensi tertentu sesuai keperluan. Penilaian SKP berlaku bagi semua guru baik PNS maupun non PNS. Dalam penilaian SKP ada 14 poin yang harus diperhatikan oleh guru yaitu : 1. Mengenal karakteristik peserta didik 2. Menguasai teori-teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik 3. Pengembangan kurikulum 4. Kegiatan pembelajaran yang mendidik 5. Memahami dan mengembangkan potensi 6. Komunikasi dengan peserta didik 7. Penilaian dan Evaluasi 8. Bertindak sesuai norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional 9. Menunjukan pribadi yang dewasa dan teladan 10. Etos kerja, tanggungjawab yang tinggi dan bangga menjadi guru 11. Bersikap inkulsif, bertindak objektif dan tidak diskriminatif 12. Komunikasi dengan sesama guru, orang tua, peserta didik dan masyarakat 13. Penguasaan materi struktur kosep dan pola pikir keilmuan yang mendukung 14. Mengembangkan keprofesian melalui tindakan reflektif Motivasi Belajar Motivasi adalah usaha yang didasari untuk mengerahkan dan menjaga tingkah seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Motivasi belajar adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri seseorang (pribadi) yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Frederick J.Mc.Donald dalam H Nashar, 2004:39). Tetapi menurut Clayton Aldelfer dalam H.Nashar (20004:42) motivasi belajar adalah kecenderungan siswa dalam melakuka kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi hasil belajar sebaik mungkin. Motivasi belajar juga merupakan kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan diri secara optimum, sehingga mampu berbuat yang lebih baik, berprestasi dan kreatif (Abraham Maslow alam H.Nashar, 2004:42) motivasi belajar adalah suatu dorongan internal dan eksternal yang menyebabkan seseorang atau individu untuk bertindak atau mencapai tujuan, sehingga perubahan tingkah laku pada diri siswa diharapkan terjadi.

Jadi motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong siswa untuk belajar secara sungguh-sungguh, yang pada gilirannya akan terbentuk cara belajar siswa yang sistematis, penuh konsentrasi dan dapat menyeleksi kegiatan-kegiatannya. Ada empat faktor yang mempengaruhi perkembangan motivasi belajar, yaitu lingkungan budaya, keluarga, sekolah dan siswa itu sendiri.

Motivasi belajar bisa menurun akibat ambisi orang tua atau sistem peringkat di sekolah. Memaksa siswa menerima beban melebihi kapasitasnya tentu saja membuat siswa berkembang secara tidak sehat. Keinginan menciptakan siswa �hebat� justru bisa menghasilkan siswa yang bermasalah.

Pembahasan Hasil Penelitian Kinerja Guru Hasil penelitian Hubungan Kinerja Guru terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas X di SMK NU Langensari Kota Banjar menunjukkan bahwa dari 18 guru di SMK NU Langensari Kota Banjar dengan kinerja baik sebanyak 14 guru (77.8%) dan dengan kinerja cukup sebanyak 4 guru (22.2%).

Tingkat pendidikan guru akan sangat mempengaruhi baik tidaknya kinerja guru. Kemampuan seorang sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya, karena melalui pendidikan itulah seseorang mengalami proses belajar dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa. Selama menjalani pendidikannya seseorang akan menerima banyak masukan baik berupa ilmu pengetahuan maupun keterampilan yang akan mempengaruhi pola berpikir dan prilakunya. Ini berarti jika tingkat pendidikan seseorang itu lebih tinggi maka makin banyak pengetahuan serta ketrampilan yang 10

diajarkan kepadanya sehingga besar kemungkinan kinerjanya akan baik karena didukung oleh bekal ketrampilan dan pengetahuan yang diperolehnya.

Kinerja guru juga dipengaruhi oleh program penataran yang diikutinya. Untuk memiliki kinerja yang baik, guru dituntut untuk memiliki kemampuan akademik yang memadai, dan dapat mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya kepada para siswa untuk kemajuan hasil belajar siswa. Hal ini menentukan kemampuan guru dalam menentukan cara penyampaian materi dan pengelolaan interaksi belajar mengajar. Untuk iitu guru perlu mengikuti program-program penataran. Agar guru memiliki kinerja yang baik maka harus didukung oleh kondisi fisik dan mental yang baik pula. Guru yang sehat akan dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Oleh karenanya faktor kesehatan harus benarbenar diperhatikan. Begitu pula kondisi mental guru, bila kondisi mentalnya baik dia akan mengajar dengan baik pula. Tingkat pendapatan dapat mempengaruhi kinerja guru. Agar guru benar-benar berkonsentrasi mengajar di suatu sekolah maka harus diperhatikan tingkat pendapatannya dan juga jaminan kesejahteraan lainnya seperti pemberian intensif, kenaikan pangkat/gaji berkala, asuransi kesehatan dan lain-lain. Peningkatan kinerja guru dapat dicapai apabila guru bersikap terbuka, kreatif, dan memiliki semangat kerja yang tinggi. Suasana kerja yang demikian ditentukan oleh gaya kepemimpinan kepala sekolah, yaitu cara kepala sekolah melaksanakan kepemimpinan di sekolahnya.

Motivasi Belajar Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 18 siswa kelas X di SMK NU Langensari Kota Banjar paling banyak dengan kategori motivasi belajar baik sebanyak 12 siswa (66.7%), sedangkan dengan motivasi cukup sebanyak 5 (27,8%), dan dengan motivasi belajar kurang sebanyak 1 siswa (5,6%).

Menurut Winkel (2003) dalam Puspitasari (2012) definisi atau pengertian motivasi belajar adalah segala usaha di dalam diri sendiri yang menimbulkan kegiatan belajar, dan menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar serta memberi arah pada kegiatan kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual dan berperan dalam hal menumbuhkan semangat belajar untuk individu. Motivasi mempunyai korelasi positif dengan prestasi belajar siswa. Dengan adanya motivasi bisa menjadi cambuk bagi siswa dalam meningkatkan aktivitas belajarnya. Siswa yang memiliki motivasi dalam belajar tentu akan memiliki prestasi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang tidak memiliki motivasi kuat untuk belajar. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar, motivasi menjadi aspek penting yang harus diperhatikan guru terhadap siswa-siswanya.

Hubungan Kinerja Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa di SMK NU Langensari Kota Banjar Tahun 2017.

Hasil penelitian terlihat bahwa kinerja guru dengan kategori kinerja cukup terhadap motivasi kurang dan motivasi cukup masing-masing sebanyak 1 orang, sedangkan dengan kinerja cukup motivasi baik sebanyak 3 orang. Sendangkan Kinerja Guru dengan kategori. Hasil uji hipotesis dengan menggunakan chi-square didapat p value sebesar 0,04 lebih kecil dari 0,05. Sehingga keputusannya adalah ada Hubungan Kinerja Guru terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas X di SMK NU Langensari Kota Banjar. Kinerja Guru pada dasarnya merupakan kinerja atau unjuk kerja yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitas kinerja guru akan sangat menentukan pada kualitas hasil pendidikan, karena guru merupakan fihak yang paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pendidikan atau pembelajaran di lembaga pendidikan Sekolah. Dan untuk memahami apa dan bagaimana kinerja guru itu, terlebih dahulu akan dikemukakan tentang makna Kinerja serta bagaimana mengelola kinerja dalam upaya mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

Motivasi mempunyai korelasi positif dengan prestasi belajar siswa. Dengan adanya motivasi bisa menjadi cambuk bagi siswa dalam meningkatkan aktivitas belajarnya. Siswa yang memiliki motivasi dalam belajar tentu akan memiliki prestasi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang tidak memiliki motivasi kuat untuk belajar. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar, motivasi menjadi aspek penting yang harus diperhatikan guru terhadap siswa-siswanya. Siswa yang tidak memiliki motivasi kuat dalam belajar akan mudah bosan, tidak semangat, sulit konsentrasi dan cenderung malas untuk mengikuti materi pelajaran. Kondisi demikian tentunya akan mengakibatkan sulitnya mencapai prestasi belajar yang baik. Jadi bila melihat hasil belajar anak tidak sesuai dengan harapan, jangan 11

buru-buru memberi label mereka sebagai anak yang bodoh. Sebaiknya telaah lebih dalam terlebih dahulu, jangan-jangan mereka tidak mempunyai semangat belajar yang tinggi karena kurangnya motivasi. Dalam ajaran Islam motivasi dasarnya adalah niat, bagi seorang guru agama Islam niat baik dan ikhlas (karena Allah) dalam mengajar harus ditanamkan, karena akan menentukan keberhasilan dan arah pekerjaan yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW sebagai berikut : “Sesungguhnya amal-amal perbuatan tergantung niatnya, dan bagi tiap orang apa yag diniatinya. Barang siapa hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa hijrahnya untuk meraih kesenangan dunia atau menikahi wanita. Maka hijrahnya adalah kepada apa yang ia hijrahi.� (H. R Bukhari).

Adapun yang menjadi tujuan utama pengelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar yang optimal. Hal ini disebabkan karena berkembangnya tingkah laku siswa sebagai tujuan belajar hanya dimungkinkan oleh adanya pengalaman optimal. Pengelolaan proses pendidikan harus memperhitungkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Disamping itu sekolah juga mendidik generasi agar hidup dan menyesuaikan diri dengan perubahan yang cepat akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bukan hanya bisa menyesuaikan diri dengan iptek tapi juga dapat bertahan dengan nilai-nilai luhur yang ada.

Motivasi memegang peranan yang penting dalam proses belajar. Apabila guru dan orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada siswa atau anaknya, maka dalam diri siswa atau anak akan timbul dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik. Memberikan motivasi yang baik dan sesuai, maka anak dapat menyadari akan manfaat belajar dan tujuan yang hendak dicapai dengan belajar tersebut. Motivasi belajar juga diharapkan mampu menggugah semangat belajar, terutama bagi para siswa yang malas belajar sebagai akibat pengaruh negative dari luar diri siswa.Berdasarkan definisidefinisi para ahli, maka motivasi belajar adalah dorongan atau hasrat kemauan untuk melaksanakan kegiatan belajar dalam rangka mencapai tujuan.

Seorang Guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan inspirator dari proses kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga semua kualitas dari dalam diri anak-anak didiknya, akan terbuka. Semua kreativitas terletak di dalam diri anak-anak didik, karena anak-anak didik kita memiliki jiwa di mana terletak sumber dari segala potensi-potensinya. Karena ketidaktahuannya tersebut maka kita sebagai seorang guru adalah pemandu spiritual untuk membantu memberikan pengetahuan kepada jiwa anakanak didik kita. Keterlibatan jiwa seorang murid dalam suatu kegiatan belajar mengajar, akan memberikan motivasi kuat kepada mereka. Anak-anak didik kita akan merasa dirinya berharga untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Kesimpulan Hasil penelitian terlihat bahwa kinerja guru dengan kategori kinerja cukup terhadap motivasi kurang dan motivasi cukup masing-masing sebanyak 1 orang, sedangkan dengan kinerja cukup motivasi baik sebanyak 3 orang. Sendangkan Kinerja Guru dengan kategori. Hasil uji hipotesis dengan menggunakan chi-square didapat p value sebesar 0,04 lebih kecil dari 0,05. Sehingga keputusannya adalah ada Hubungan Kinerja Guru terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas X di SMK NU Langensari Kota Banjar.

Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka mutu sumber daya manusia harus ditingkatkan. Mutu sumber daya manusia tersebut akan lebih efektif adan efisien jika dikembangkan di lembaga-lembaga pendidikan. Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan mutu sumber daya manusia, pendidikan yang bermutu akan menghasilkan sumber daya manusia yang mutu pula. Dalam dunia pendidikan guru yang professional mempunyai peranan yang penting dalam upaya mengembangkan dan meningkatan sumber daya manusia. Guru yang profesional dituntut mempunyai kinerja yang baik dan professional sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.

Guru-guru juga memiliki motivasi berprestasi dan mempunyai sikap yang positif terhadap manajemen peningkatan mutu pendidikan.

Kinerja guru adalah keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang bermutu. Tugas mengajar merupakan tugas utama guru dalam sehari-hari di sekolah. Oleh karena itu upaya mengelola dan mengembangkan Kinerja individu dalam organisasi menjadi hal yang sangat 12

penting dalam membangun dan mengembangkan kemampuan organisasi untuk dapat berperan optimal dalam masyarakat.

Memberikan masukan dalam meningkatkan kualitas Kinerja Guru Untuk memiliki kinerja yang baik, guru dituntut untuk memiliki kemampuan akademik yang memadai, dan dapat mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya kepada para siswa untuk kemajuan hasil belajar siswa. Sebab hal tersebut dapat mempengaruhi peningkatan motivasi Belajar Siswa Kelas X di SMK NU Langensari Kota Banjar dimasa yang akan datang. Kinerja Guru baik maka motivasi belajar siswa pun akan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA Agus Wibowo dan Hamrin, 2012, Menjadi Guru Berkarakter, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

A.M. Sardiman, 2005, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Didi Supriadie dan Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2012, hal 62-63.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rieneka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2003. Prosedur Beljar Mengajar. Jakarta Bumi Aksara.

Iwah Wahyudi, Panduan Lengkap Uji Sertifikasi Guru, Jakarta, Prestasi Pustaka Raya, 2012, hlm.102 Purwanto Ngalim, 2002, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya..

Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal 14.

Nasution S., 2004, Didaktik Asas-asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.

Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2013, hlm.56-57 Nashar. 2004.Peranan Motivasi dan Kemampuan awal dalam kegiatan pembelajaran. Jakarta: Delia press.

Sardiman, A.M. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta Grafindo Persada.

Sudjana, Nana.1996. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung:Sinar Baru.

Saekhan Muchith, Issu-Issu Kontemporer Dalam Pendidikan Islam, DIPA STAIN Kudus, Kudus, 2009, hal 46-47

13

PERAN KIAI HAJI IRFAN HIELMY DALAM MENGEMBANGKAN DUNIA PENDIDIKAN DAN DAKWAH DI KABUPATEN CIAMIS JAWA BARAT

Elah Nurhasanah Dosen Tetap STAI Miftahul Huda Al-Azhar Banjar Email : Nahla.banjar29@gmail.com

ABSTRACT: The development of Islam, especially in the world of da'wah and education in the Ciamis area, cannot be separated from the role of the kiai or community leaders in the area. One of the figures of the many kiai is Kiai Haji Irfan Hielmy who was born in Dewasari Village, Dewasari Village, Cijeungjing District, Ciamis Regency, West Java. Seeing the huge contribution of Irfan Hielmy to the development of Islam in Ciamis, then there was interest in studying this figure as one of the links in the development of Islam in Indonesia, especially in the field of education and Islamic da'wah. In the world of education, Irfan Hielmy always emphasizes his students to study anywhere in order to have broad insights. Making his santris as moderate Muslims, democratic believers, and diplomatic muhsins. His preaching activity is the implementation of amar ma'ruf nahi munkar. Irfan Hielmy's thoughts which are applied to the students and the community in Ciamis Regency, have a big influence on life in the community. His preaching activity is the implementation of amar ma'ruf nahi munkar.

Keywords: Irfan Hielmy, Da'wah, Education ABSTRAK : Perkembangan Agama Islam khususnya dalam dunia dakwah dan pendidikan di daerah Ciamis tidak terlepas dari peran para kiai atau tokoh masyarakat yang ada di daerah tersebut. Salah satu figur dari sekian banyak kiai adalah Kiai Haji Irfan Hielmy yang dilahirkan di Kampung Dewasari Desa Dewasari Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Melihat begitu besarnya sumbangan Irfan Hielmy terhadap perkembangan agama Islam di Ciamis maka kemudian ada ketertarikan untuk mengkaji tokoh tersebut sebagai salah satu mata rantai perkembangan Islam di Indonesia khususnya dalam bidang pendidikan dan dakwah Islam. Dalam dunia pendidikan, Irfan Hielmy selalu menekankan kepada para santrinya untuk menuntut ilmu dimanapun agar memiliki wawasan yang luas. Menjadikan para santrinya sebagai muslim yang moderat, mukmin yang demokrat, dan muhsin yang diplomat. Aktivitas dakwahnya merupakan implementasi amar ma’ruf nahi munkar. Pemikiran-pemikiran Irfan Hielmy yang diterapkan kepada para santri dan masyarakat di Kabupaten Ciamis, mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan di masyarakat. Aktivitas dakwahnya merupakan implementasi amar ma’ruf nahi munkar.

Kata Kunci: Irfan Hielmy, Dakwah, Pendidikan

Pendahuluan Salah satu figur dari sekian banyak kiai adalah Kiai Haji Irfan Hielmy yang dilahirkan di Kampung Dewasari Desa Dewasari Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Ia melanjutkan memimpin pondok pesantren di Dewasari dengan Nama Ponduk Pesantren Darussalam kemudian ia dikenal sebagai kiai. Semenjak belajar di sekolah rakyat (Vervolg School) kiai Irfan Hielmy sudah belajar bahasa Belanda kepada kakek dari keluarga ibunya. Setelah itu dia melanjutkan pendidikannya ke pesantren Cikalong Tasikmalaya dan ke pesantren Panyawungan Desa Cileunyi Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung selama 4 tahun lamanya. Di pesantren inilah Irfan Hielmy belajar ilmu Mantiq dan ilmu Munadlarah (metode debat/diskusi) kepada K.H. Kholil.

Sebagai orang santri yang cerdas dan tekun belajar maka Irfan Hielmy dapat menguasai kitabkitab seperti kitab Balaghah yaitu Jauharul Maknum, Uqudul Juman, Talkhisul Miftah, berikut syairsyairnya. Keahlian atau spesialisasinya adalah ilmu Nahwu, ilmu Sharaf, ilmu Balaghah, ilmu Mantiq, ilmu Mudalarah dan ilmu Tafsir.

14

Peranan Kiai Haji Irfan Hielmy dalam mengembangkan agama Islam terbukti dalam bidang pendidikan dan dakwah Islamiyah. Di bidang pendidikan kiai Irfan Hielmy dapat mengembangkan Pondok Pesantren Darussalam sejak tahun 1930 dan mampu bertahan sampai sekarang. Dengan adanya Pondok Pesantren ini maka perkembangan pendidikan Islam di Cijeungjing bertambah pesat.

Hal ini terbukti dengan banyaknya santri yang masuk yaitu sekitar 2000 orang dalam waktu lima tahun. Selain itu pada tahapan awal Irfan Hielmy mendirikan madrasah di pesantren, seperti Madrasah Diniyah Darussalam ditambah dengan kursus bahasa Belanda serta mendirikan organisasi pendidikan guru Islam bersama tokoh lainnya seperti K.H. A. Junaedi, kiai Syafi’i, K.H. M. Yusuf Shiddieq, kiai Ahmad Huzaeri, K.H. Muh. Yacub Syarwani dan K.H. A. Iskandar serta para kiai dari berbagai pesantren di daerah Ciamis, pada tahun 1948.

Selain itu, ia mendidik masyarakat melalui pembinaan mental. Hal ini ditanamkan agar ummat Islam pada umumnya memiliki sikap dan motivasi yang kuat dalam menghadapi penjajah sehingga pantang menyerah. Selain itu kiai Irfan Hielmy membentuk Majelis Taklim, kelompok-kelompok pengajian dan menghadiri berbagai pengajian di luar daerah. Di bidang dakwah islamiyah, ia berdakwah melalui organisasi politik (Masyumi). Semasa revolusi bangsa Indonesia, ia mempunyai andil di dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia hingga akhirnya ia meninggal dunia pada tahun 2010. Melihat begitu besarnya sumbangan Irfan Hielmy terhadap perkembangan agama Islam di Ciamis maka kemudian ada ketertarikan untuk mengkaji tokoh tersebut sebagai salah satu mata rantai perkembangan Islam di Indonesia khususnya dalam bidang pendidikan dan dakwah Islam.

Pembahasan Irfan Hielmy dilahirkan pada tanggal 25 Desember 1933 di sebuah Dusun Kandang Gajah, Desa Dewasari, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Ia anak dari delapan bersaudara, dari pasangan Ahmad Fadlil dan Siti Maemunah. Ahmad Fadlil adalah seorang tokoh yang mendirikan Pondok Pesantren Cidewa (cikal bakal Pondok Pesantren Darussalam). Kedelapan anak itu adalah 5 putera dan 3 puteri, yaitu: 1. Ibrahim Ahmad/ Irfan Hielmy 2. Dedeh Siti Sa’adah 3. Titi Siti Robi’ah 4. Siti Syafiah (meninggal pada usia 4 tahun) 5. Ahmad Nu’man (meninggal pada usia 1 tahun) 6. Muhammad Nu’man (meninggal pada usia 1 tahun) 7. Sajiddin Ismail (meninggal pada usia 10 bulan) 8. Ahmad Muhajir (meninggal pada usia 1 tahun) Dari 8 anak itu hanya Irfan Hielmy yang dapat meneruskan cita-cita Ahmad Fadlil. Secara formal, pendidikan Irfan Hielmy hanya sampai di sekolah dagang (setingkat SLTP sekarang) di Kota Tasikmalaya. Namun, ia banyak mendapat bimbingan dan pendidikan dari ayahnya, terutama pendidikan keagamaan. Selain jiwa otodidaknya yang sangat kuat, ia bisa berjam-jam membaca dan menelaah kitab-kitab kuning. Irfan Hielmy menikah pada tahun 1955 dengan seorang gadis yang bernama Yuyu Dayu Robi’ah Adawiyah. Perkawinan mereka melahirkan 6 orang anak, yaitu: 1. Eulis Fadlilah Johar Nafisah 2. Fadlil Munawwar Mansur 3. Ani Hafni Zahra Fadlilah Laila 4. Fadlil Yani Ainusyamsi 5. Emma Ratna Kania Fadlilah Salma 6. Dase Fadlil Yusdi Mubarok.

Irfan hielmy juga pernah minimba ilmu di Pondok Pesantren Darussalam Gontor. Meskipun tidak begitu lama di pesantren ini, namun kesan selama disana begitu mendalam, sehingga meneruskan ayahandanya sebagai pengasuh pesantren, ia mengubah nama “Pesantren Cidewa” menjadi “Pesantren Darussalam”. Pada tahun 1951-1952 ia menjadi guru sekolah Rakyat Kertaharja II. Atas kehendak pamannya, Ajengan Sahori (kakak Ahmad Fadlil) agar memimpin pesantren, maka ia berhenti menjadi guru Sekolah Rakyat. Pada tahun 1953-2954 organisasi Muhammadiyah membuka PGA di 15

Ciamis (sekarang menjadi AKPER) kemudian ia menjadi guru disana. Kemudian tahun 1968-1970 ia diangkat menjadi pemilik Depag yang membawahi daerah Cijeungjing. Setelah itu ia menjadi kepala MAN Darussalam pada tahun 1970-1972.

Irfan hielmy adalah seorang yang puritan disertai denngan sikap moderasi. Puritan dalam arti memegang teguh prinsip pemurnian ajaran Islam sesuai dengan Al Quran dan As Sunnah, dengan mengacu kepada para ulama “Assalafushshalih� (orang-orang terdahulu yang shalih). Prinsip moderasi dalam arti menjungjung tinggi toleransi dan terbuka pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Dalam dunia politik, Irfan Hielmy juga terinspirasi dengan ayahnya. Ayahnya adalah seorang yang aktif dalam kemerdekaan Republik Indonesia. Perasatuan dan kesatuan sangat penting dalam melawan penjajah. Irfan Hielmy selalu berharap politik Islam bersatu seperti masa Masyumi. Masyumi adalah salah satu organisasi politik Islam yang berdiri pada masa Jepang.

Pada masa itu Masyumi merupakan federasi pergerakan umat Islam yang hendak dijadikan sebagai kekuatan bagi kepentingan perang Jepang. Tetapi oleh para pemimpin umat Islam di Indonesia dimanfaatkan untuk persiapan kemerdekaan Indonesia. Kegigihan ayahnya lewat Masyumi ini, kemudian menurun kepada Irfan Hielmy. Pada masa mudanya, ia aktif di Masyumi. Ia juga pernag menjabat sebagai ketua PII (Pelajar Islam Indonesia) Ciamis yang pertama kali dan pernah mengikuti Muktamar PII di Yogyakarta. Ia juga pernah mengikuti kongres PUI, NU, sewaktu masih ngajar di PGA. PII berdiri pada tanggal 4 Mei 1977. tujuan PII adalah menyatukan pelajar-pelajar Islam dalam suatu wadah ajaran-ajaran Islam serta mendidik anggotanya untuk mengamalkan ajaranajaran Islam secara kaffah, sesuai dengan tuntutan syariah Islam dengan berpedoman pada al Quran dan Hadist .

Organisasi yang pernah ia masuki bukan hanya itu saja, sejak tahun 1997 ia mulai karirnya dalam politik dengan memilih organisasi Golkar sebagai wadah perjuangannya. Perkenalannya dengan Golkar berawal dari statusnya sebagai pegawai negeri. Pada saat itu ada semacam keharusan bahwa PNS harus masuk Golkar. Puncak karirnya di Golkar yaitu menjadi anggota MPR pada tahun 1997, sebagai wakil golongan ulama dan kyai di Provinsi Jawa Barat. Namun ia duduk di kursi MPR tidak begitu lama. Hal itu dikarenakan ada gerakan reformasi yang dimotori oleh para mahasiswa dan elit politik untuk merubah system yang ada. Kemudian dari sejak tahun 1998 ia menjabat sebagai dewan penasehat Golkar Kabupaten Ciamis. Pada tahun 1998 ia menjadi ketua MUI Kabupaten Ciamis. Dari MUI inilah kemudian namanya cepat dikenal. Hal ini karena kearifan dan kebijaksanaannya serta menjadi seorang pigur para kyai di Kabupaten Ciamis. Selama berkiprah di MUI, ia selalu menekankan pelaksanaan hukum Syariat. Dari pemikiran-pemikirannya selama di MUI terlihat bahwa ia termasuk orang yang sangat keras dalam masalah hukum Islam. Pernah suatu ketika Kepala Desa Cijulang tersebut meminta surat rekomendasi dan minta tanda tangan Irfan Hielmy, akan tetapi Irfan Hielmy langsung mengirim surat balasan kepada Kepala Desa tersebut yang isinya tidak mau menandatangani surat tersebut, karena thariqat tersebut bersebrangan dengan hukum Islam.

K.H. Irfan Hielmy, Pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Ciamis Jawa Barat Indonesia, wafat, Selasa, 04 Jumaadil Awwal 1431 Hijriyah/ 18 Mei 2010, pukul 06:00 WIB di kediaman putra ketiganya K.H. Dr. Fadlil Yani Ainusyamsi, MBA., M.Ag. Kepergian almarhum untuk selamalamanya menyisakan tangis bagi ribuan santri, alumni, dan warga Ciamis yang memadati kompleks Pondok Pesantren Darussalam waktu itu. Sebelum kepergiannya, almarhum sempat dirawat di berbagai rumah sakit yang berbeda. Dia pernah dirawat di RSHS Bandung karena penyakit liver.

Sejak lama dia memang mengidap penyakit liver dan gangguan pencernaan lain. Bahkan sebelum kepergiannya, dia juga sempat dirawat di rumah sakit di Tasikmalaya Irfan hielmy mulai terjun dalam dunia.

Pendidikan dimulai tahun 1960. ia menggantikan ayahnya sebagai pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Ciamis. Sedikit demi sedikit ia terus mengembangkan berbagai sarana dan fasilitas pendidikan yang diperlukan santri. Ia bertekad untuk merintis kembali berdirinya pesantren yang baru dengan corak “Pembaru�. Inisiatif ini diambil dengan alasan untuk dapat meneruskan perjuangan Islam. Satu hal yang acap dikenang oleh alumni Pesantren Darussalam adalah kebersahajaan pesantren ini dalam keseharian santrinya. Bahkan, seperti yang kerap terucap dari K.H. Irfan Hielmy pendiri Pondok Pesantren Moderen Darussalam yang selalu mengajarkan kebersahajaan setiap kali menerima kunjungan tamu, selalu disambut dengan kalimat yang sama, seolah menegaskan bagaimana seharusnya santri Darussalam mengambil posisi dengan kerendah-hatian, "selamat datang di tempat kami, pesantren yang sangat sederhana."

16

Ihwal kebersahajaan dan kesederhanaan Darussalam ternyata sama tuanya dengan sejarah pesantren ini. Pada tahun 1929, K.H. Ahmad Fadlil (wafat th. 1950), ayahanda K.H. Irfan Hielmy, memulai kisah kebersahajaan dengan sebuah masjid dan sebuah bilik sebagai asrama. Santri yang pertama kali mondok adalah pemuda-pemuda setempat yang tidak hanya diajari ilmu-ilmu agama, akan tetapi diajak mengolah sawah, bercocok tanam dan diberi contoh bagaimana memelihara bilik dan memakmurkan masjid. Pesantren Cidewa, sebutan untuk komunitas baru itu, dengan cepat mendapat simpati serta dukungan dari masyarakat sekitar dan lebih banyak lagi santri yang mondok.

Adalah suami-istri Mas Astapradja dan Siti Hasanah yang mewakafkan tanahnya di Kampung Kandanggajah, Desa Dewasari, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis Jawa Barat kepada K.H. Ahmad Fadlil. Dibantu oleh masyarakat dan santri, Pesantren Cidewa menapaki guratan sejarah dengan optimisme menghilangkan benalu yang menempel dalam ajaran Islam. Menjelang kemerdekaan atau proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, di Pesantren Cidewa sudah mondok 400 orang santri yang mengaji ilmu tafsir, ilmu hadits, sejarah dan perbandingan madzhab, di samping kitab-kitab ilmu sharaf dan ilmu nahwu. Keputusan K.H. Ahmad Fadlil dengan hanya menerima santri putra tidak terlepas dari kondisi saat itu yang tidak bisa terlepas dari kontelasi keamanan akibat penjajahan Belanda. Akan tetapi karena didorong oleh keinginan untuk melepaskan diri dari cengkraman penjajah dan ditambah dengan meluapnya semangat santri untuk menghalau Belanda, K.H. Ahmad Fadlil juga mengajarkan strategi berdiplomasi mengatasi tekanan penjajah. Apalagi dengan kemampuannya berbahasa Belanda yang didapat dari kakeknya sejak di Sekolah Rakyat (Vervolg School) dengan mudah bisa menyerap berbagai informasi yang kelak berguna sebagai modal berdiplomasi.

Lebih dari itu, penguasaan terhadap teks berbahasa Arab telah tampak sejak Ahmad Fadlil muda berhasil menghapalkan kitab-kitab seperti Jauharul Maknun, 'Uqudul Juman, Talkhisul Miftah dan syair-syair nya. Bahkan, pada usia 31 tahun ia telah berhasil menerjemahkan Qashidah Burdah karya Muhammad Said al-Busyiri. Sampai sekarang, Qashidah Burdah berbahasa sunda yang merupakan karya terjemahan masterpiece K.H. Ahmad Fadlil masih terdengar dibaca dan didendangkan oleh santri-santri di banyak pesantren tradisional terutama di Jawa Barat. Melalui sejarah yang panjang (berdiri tahun 1929 oleh K.H. Ahmad Fadlil), kini Pondok Pesantren Darussalam telah berkembang dan mencapai kemajuan yang sangat menggembirakan. Pondok Pesantren yang pada awal berdirinya hanya memiliki sebuah rumah tempat tinggal Kiayi, sebuah masjid dan sebuah asrama (pondok) yang sederhana, kini telah memiliki fasilitas bangunan yang relatif lengkap dan beberapa di antaranya cukup megah.

Disamping peningkatan fasilitas dan sarana pendidikan untuk santri, hal yang sangat penting lain adalah pengembangan sistem pendidikannya. Ketika di banyak Pondok Pesantren lain masih mengkhususkan pada pengajian kitab, Pesantren Darussalam mulai merintis untuk menyelenggarakan pendidikan formal. Maka sejak dasawarsa 60-an, Pesantren Darussalam mulai memodernisasikan sistem pendidikannya dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan formal. Visi yang ia lakukan dalam peningkatan kualitas pendidikan Pondok Pesantren Darussalam yaitu membangun system pendidikan pesantren modern yang mengarqah kepada terwujudnya kehidupan masyarakat beradab dan berakhlak serta menjungjung tinggi prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan. Membangun alumni pesantren yang memiliki jiwa demokratis, kritis dan intelektual dengan mengedepankan wacana akademik dan kearifan sikap dalam memecahkan berbagai masalah keagamaan dan kemasyarakatan.

Serta aktif menaggulngi persoalan yang timbul dalam kehidupan bangsa dan Negara, membangun persaudaraan antar santri dengan berbagi komponen bangsa yang majemuk. Serta menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dan saling mengokohkan dalam pergaulan kebangsaan.

Dalam menjalankan roda pesantren Darussalam dan menanamkan kedisiplinan sebagai identitas menghadapi santri-santrinya ia membuat motto sekaligus sebagai tujuan pendidikan, yakni membentuk muslim yang moderat, mukmin yang demokrat, dan muhsin diplomat. Muslim moderat adalah sosok pribadi muslim yang memiliki keluwesan, tenggang rasa, memiliki solodaritas social, menghormati orang lain, menghindari sikap angkuh dan eksterm, serta tidak ingin menang sendiri.

Dari sinilah santri dituntut untuk bersikap toleran terhadap perbedaan pendapat dengan siapapun, menghargai pemikiran orang lain dan tidak mkemaksakan kehendak kepada orang lain. Dalam masalah-masalah akidah dan ibadah mahdah, santri dididik agar kuat memegang dan mengikuti ajaran yang telah dicontohkan Rosululloh SAW. 17

Mukmin demikrat adalah sosok manusia yang pikiran dan perilakunya berjiwa demokratis. Ia bersifat responsive terhadap aspirasi dan keluhan masyarakat, apresiatif terhadap pandangan masyarakat, mengayomi masyarakat, terbuka kepemimpinannya, memperhatikan pengkaderan generasi penerus, memiliki banyak inisiatif dan kreatif dalam memajukan masyarakat. Muhsin diplomat adalah pribadi yang gemar melakukan kebaikan dan kesalihan, bersikap piawai, santun, halus lembut, dan berbudi luhur dalam bergaul dengan siapa saja. Pada tahun 1967, mulai dirintis penyelenggaraan sistem pendidikan modern dengan mengadaptasi model klasikal dan sampai saat ini semua jenjang pendidikan dar mulai Taman Kanak-kanak (TK) (di Pesantren Darussalam disebut Raudlatul Athfal/RA) hingga perguruan tinggi telah ada di pesantren ini.

Lembaga pendidikan formal yang pertama didirikan adalah Raudlatul Athfal (Taman Kanakkanak) pada tahun 1967, kemudian pada tahun 1968 berdiri Madrasah Ibtidaiyah/MI (setingkat SD), lalu Madrasah Tsanawiyah Darussalam/MTsD (setingkat SMP) pada tahun 1968. kemudian berdiri Madrasah Aliyah Negeri Darussalam (setingkat SMA) pada tahun 1969. Pada tahun 1987 Pesantren Darussalam mendapatkan kepercayaan dari Pemerintah Republik Indonesia melalui menteri agama RI (waktu dijabat oleh Munawir Sadzali) untuk menyelenggarakan Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK). MAPK Darussalam merupakan satu dari lima MAPK di seluruh Indonesia yang peresmiannya secara nasional dipusatkan di Pesantren Darussalam.

Dalam perjalanannya, pada tahun 1992 MAPK mengalami perug\bahan nama menjadi Madrasah Aliyah Keagamaan Negeri (MAKN). Selanjutnya didirikan SMA Plus Darussalam yang merupakan lembaga pendidikan swasta pada tahun 2003. Sedangkan Pendidikan Tinggi (PT) di Pondok Pesantren Darussalam adalah berbentuk Institut yang didirikan pada tahun 1970, dengan nama Institut Agama Islam Darussalam Ciamis (IAID) yaitu Perguruan Tinggi Agama Islam yang menggabungkan pendidikan akademik dengan pendidikan kepesantrenan, yaitu Pondok Pesantren Darussalam.

Disamping itu, pada tahun 1995 diselenggarakan pula Ma'had 'Aly, yaitu pendidikan tinggi Pesantren Darussalam. Mahasantri Ma'had 'Aly ini terdiri dari lulusan Madrasah Aliyah dan para mahasiswa Institut Agama Islam Darussalam dari berbagai fakultas yang memenuhi persyaratan, di antaranya telah mampu membaca kitab-kitab kuning.

Pada tahun akademik 1995/1996 IAID menyelenggarakan enam jurusan, yaitu Fakultas Syariah terdiri dari jurusan Ahwal as-Syakhsyiyyah (AS) dan jurusan Jinayah Siyasah (JS), fakultas Tarbiyah terdiri dari jurusan Bahasa Arab (BA) dan jurusan Kependidikan Islam (KI), sedangkan fakultas Usluhudin diganti dengan fakultas Dakwah yang terdiri dari jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) dan jurusan Bimbingan dan Penyukuhan Islam (BPI) (Selayang pandang Pesantren Darussalam: 3). Pada tahun 1995 Institut Agama Islam Darussalam telah mewisuda 380 orang lulusan S-1 sedangkan alumni sarjana semua telah mencapai 840 orang Sarjana Muda. Puncak karirnya dalam dunia pendidikan ia menjadi rektor di IAID Ciamis. Berikut adalah riwayat pekerjaan yang pernah diembannya: 1. Guru PGA Muhammadiyah (1953 - 1954); 2. Guru SMP PUI Cijantung (1954-1956); 3. Penilik MI se-Kabupaten Ciamis (1960-an) 4. kepala sekolah SD PUI Dewasari (1957-1964); 5. Pembantu Imam Militer (1957-1963); 6. Roh Res Kepolisian 845 Ciamis (1966-1972) 7. Anggota DPRD Kabupaten Ciamis (1967-1972) 8. Kepala Sekolah MAN Darussalam Ciamis (1968-1993); 9. Dekan Fakultas Syariah Darussalam Ciamis (1970-1973); 10. Ketua Staf Pengkaderan Dakwah MUI Jawa Barat (1992-1995) 11. Rektor Institut Agama Islam Darussalam Ciamis (1973-1999) 12. Anggota MPR RI (1997-1999) 13. Ketua Umum MUI Kabupaten Ciamis (1998-2010) Adapun karya-karya tulis yang pernah dibuat diantaranya : 1. Bunga Rampai menuju Khairu Ummah (1994.

2. Dakwah bi al-Hikmah (1997).

3. Kumpulan Materi Pokok Khutbah Jum'at (1997).

4. Masyarakat Madani: Suatu Ikhtiar Dalam Menyongsong Era Milenium Baru (1998.)

18

5.

6.

7.

8.

9.

Pendekatan Keagamaan Dalam Menyelesaikan Masalah Kemasyarakatan (1998).

Ukhuwwah Ahlus Sunnah: Khazanah Aqidah, Moral dan Spiritual dari Pesantren (1999) Pesan Moral dari Pesantren (1999).

Wacana Islam, Bahan Telaah Anak Bangsa (2000.)

Sentuhan Wahyu, Penyejuk Kalbu (2003), dan lain-lain.

Dalam proses kegiatan dakwah, Irfan Hielmy sebagai mahluk social tidak terlepas dari pengaruh sosio-kultural dimana ia hidup, sehingga perkembangan hidup dan tingkah lakunya pun tidak terlepas dari lingkungan sekitarnya. Dalam berdakwah, prinsip umum yang dipegang oleh Irfan Hielmy sama dengan para da’i yang lainnya, yaitu menjalankan amar ma’ruf nahi munkar. Irfan Hielmy dalam melakukan dakwahnya selalu memakai konsep yang bijaksana. Artinya, dakwah yang dilakukan tidak dipaksakan kepada masyarakat. Masyarakat diberikan pengertian secara berangsur-angsur dan pelanpelan. Dakwah secara komperhenshif yang dilakukan oleh Irfan Hielmy tersebut mengalami proses yang panjang. Selama ia berdakwah, baru 30 tahun kemudian masyarakat mau menerima pemikirannya.

Awal pemikiran Irfan Hielmy adalah melalui tafsir yang diajarkan pada santri-santrinya. Dengan belajar tafsir ditanamkan oleh Irfan Hielmy pada ajaran-ajaran agama yang benar dan pemahaman isi al-Quran. Al-Quran sangat penting untuk disosialisasikan pada masyarakat. Karena al-Quran adalah pedoman hidup manusia. Di pondok Pesantren Darussalam juga mengkaji kitab keislaman klasik yang lebih dikenal dengan istikah Kitab Kuning atau dibeberapa pesantren dikenal pula istilah Kitab Gundul. Disebut kitab kuning karena kertas yang digunakan untuk mencetak kitab tersebut menggunakan kertas yang berwarna kekuning-kuningan. Sedangkan istilah kitab gundul lahir karena teks-teks tulisan Arabnya tanpa menggunakan syakal. Setelah pengkajian tafsir dipelajari pula hadis.

Hadis yang dipelajari adalah hadis shohih Bukhari dan hadis Shohih Muslim.

Pensosialisasian al-Quran sangat penting di kalangan masyarakat. Manusia sebagai individu memiliki kecenderungan untuk melakukan aktivitas kebudayaan. Aktivitas kebudayaan pada hakekatnya adalah suatu upaya memuaskan serangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya. Dalam hal ini, keberagaman manusi mula-mula karena manusia sebagai makhluk ingin memiliki pedoman dalam kehidupan transendentalnya dengan alKhaliq. Pedoman pokok dalam proses hubungan antara manusia dengan Tuhan, dalam agama Islam itu disebut al-Quran dan as-Sunnah.

Dalam rangka melakukan sosialisasi al-Quran kepada masyarakat, dapat dirumuskan suatu pemikiran bahwa didalam suatu masyarakat perlu ada suatu tuntunan dan keinginan dalam jiwa para anggotanya yangf merangsangnya untuk berprilaku sesuai dengan kebutuhan mereka, dan tuntunan serta keinginan itu ditimbulkan dalam pikiran individu warga masyarakat, sehingga mereka memiliki solidaritas dan ikatan yang kuat. Dari sini kemudian diwarnai oleh ajaran-ajaran al-Quran yang dikemas dalam bentuk aktivitas kebudayaan. Berbagai wujud aktivitas kebudayaan itu akan memancarkan nafas-nafas al-Quran yang menyejukan dan menentramkan. Selain ceramah-ceramah, Irfan Hielmy dalam mensosialisasikan pemikirannya juga lewat seminar-seminar, dan menulis buku.

Ia pernah menulis di “Media Dakwah” Depag dan Koran lokal yaitu “Ciamis Post”. Sebagai ketua MUI juga secara berangsur-angsur ia melakukan kebijakan dalam masalah syari’at agama Islam.

Irfan Hielmy menganjurkan pada masyarakat untuk selalu berdzikir untuk menciptakan badlah yang tayibah. Karena dengan berdzikir suasana hati menjadi tenang. Kegiatan dzikir ini, harus diawali dari setiap individu. Salah satu cara untuk membiasakan diri untuk berdzikir adalah di sepanjang pinggir jalan di Kabupaten Ciamis dipasang plang yang tertulis dzikir. Plangisasi ini juga merupakan kebijakan Irfan Hielmy di MUI dengan tujuan agar masyarakat penggua jalan membacanya dan berdzikir, bahkan sopirpun setiap kali lewat pasti membacanya. Di Pondok Pesantren Darussalam, ia juga menganjurkan pada para santrinya agar berdzikir 100 kali di pagi dan 100 kali di sore hari.

Dengan sering berdzikir, insyaallah Allah SWT akan selalu memberikan apa yang kita inginkan asal dilakukan dengan ikhlas dantulus. Selain spiritual yang diajarkan, Irfan Hielmy juga mendidik santri secara fisik. Di Pondok Pesantren Darussalam para santri dilatih bela diri, yaitu pencak silat. Hal ini, betujuan untuk mengajarkan pada santri membela diri apabila ia diganggu oleh penjahat. Dengan bekal bela diri ini tuidak diperuntukkan untuk menganiaya yang lemah atau untuk sekedar pamer otot.

Kegiatan bela diri ini dilaksanakan setia hari Ahad. Irfan Hielmy juga mengadakan sekaligus 19

meneruskan majlis Taklim yang dilakukan oleh ayahnya yaitu pengajian rutin mingguan yang dilaksanakan pada : 1. Hari Rabu, yaitu pengajian yang dikhususkan untuk ibu-ibu yang berasal dari masyarakat sekitarnya.

2. Malam jum’at, yaitu pengajian umum baik bapak-bapak maupun ibu-ibu, remaja maupun anakanak yang bersala dari semua kalangan.

Irfan Hilemy juga mengadakan pembinaan pada kelompok-kelompok pengajian yang berada di bawah koordinsi Pesantren Darussalam. Dengan adanya pengajian ini mampu melahirkan sebuah lembaga pendidikan lainnya. Hal ini dibuktikan dengan Pondok Pesantren Ciloa yang berada di Desa Handapherang dan Pondok Pesantren Cibeunying yang berada di Desa Pusakanegara. Ia juga selalu menghdiri pengajian yang diadakan di berbagai daerah dalam rangka peringatan hari-hari besar Islam, pernikahan, khitanan, dan sebagainya. Hal ini dilakukan oleh Irfan Hielmy ke berbagai daerah seperti Sumedang, Cirebon, Kuningan, dan daerah lainnya. Hidup dalam masyarakat yang heterogen tidak mudah untuk mengenalkan suatau pemikiran seseorang. Apalagi menghadapi suatu masyarakat yang sangat tradisional. Irfan Hielmy dalam mensosialisasikan pemikirannya banyak sekali menghadapi kendala, baik dari dalam maupun dari luar.

Kendala yang datang dari dalam di antaranya adalah masih banyaknya masyarakat yang tertutup hatinya untuk mempelajari agama. Agama sangat penting dikenalkan kepada setia orang sejak dini.

Pada tahun 1947 masyarakat Kabupaten Ciamis masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik. Hal ini bisa mengakibatkan perbuatan syirik. Kendala yang dating dari luar dintaranya adalah pernyataan yang muncul dari masyarakat. Sejak berdirinya Pondik Pesantren Darussalam, masyarakat tidak begitu senang karena dianggap menggangu lungkungan. Presantren sering diejek, diolok-olok bahkan tidak jarang adanya tindak kekerasan. Kekerasan yang terjadi disekitar Pesantren Darussalam ini dibuktikan dengan banyaknya rampok dan preman yang menggangu ketenangan santri. Banyaknya rampok di sekitar Pesantren Darussalam ini dikarenakan kondisi daerah Pamalayan yang masih rawan, sehingga membuat para perampok dan preman dapat leluasa bergerak.

Pada tahun 1995 masyarakat mulai sadar akan pentingnya pesantren untuk membina ilmu agama.

Masyarakat yang awalnya mengklaim bahwa dengan adanya pesantren mereka merasa diganggu, kini mereka berubah pikiran, justru dengan adanya pesantren masyarakat terbantu dalam segi ekonomi. Di sekitar pesantren mereka membuka warung makan, laundry (jasa cuci pakaian), toko yang menyediakan kebutuhan sehari-hari santri, dan juga angkot yang mengantar para santri. Banyaknya keuntungan yang didapat yang diraih tersebut, mereka akan merasa rugi apabila santri libur dan pulang ke kampung halaman masing-masing. Melihat kondisi masyarakat Kabupaten Ciamis yang masih tradisional, Irfan Hielmy sangat berhati-hati melakukan dakwahnya. Disinilah kesabarannya diuji. Ia banyak belajar dan membaca, sehingga membuatnya lebih matang dan menjadi seorang kyai yang bijak. Kepada orang yang masih percaya kepada benda-benda keramat, ia tidak langsung mengatakan bahwa orang itu kafir atau syirik. Akan tetapi, ia berusaha dengan penuh kasih sayang memberi pengertian tentang ajaran agama dengan perlahan-lahan.

Kepada para santrinya, Irfan Hielmy juga menjabarkan pemikirannya secara bertahap. Ia selalu menghimbau kepada para santri untuk tidak belajar agama saja tanpa mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu agama dan teknologi harus berjalan seimbang. Pondok Pesantren Darussalam juga mengajak pada masyarakat untuk tidak bermasyarakat saja tanpa memikirkan masalah agama.

Melalui pelajaran di Pondok Pesantren Darussalam kepada santri-santrinya, Irfan Hielmy meminimalkan tradisi-tradisi yang sesat di masyarakat. Dengan melalui santri diharapka akan mampu memberi jalan ynag terang kepada masyarakat dimana para santri berasal. Dari sini akan dilihat hasilnya bahwa pemikiran Irfan Hielmy berpindah secara estafet melaui santri-santrinya. Dengan demikian ide-idenya akan terus hidup dan tidak pernah mati. Selama kurang lebih 30 tahun, Irfan Hielmy mengenalkan pemikirannya, barulah masyarakat dapat menerima pemikirannya. Masyarakat berkembang dengan perlahan menjadi masyarakat yang moderat. Banyak daerah yang sudah maju di Kabupaten Ciamis dan tidak lagi menganut kepercayaan-kepercayaan atau meminta-minta ke kuburan. Banyak orang tua yang memasukan anaknya ke Pondok Pesantren Darussalam. Masyarakat berkembang dengan perlahan menjadi masyarakat yang moderat.

20

Kesimpulan KH. Irfan Hielmy adalah seseorang yang selalu memegang teguh prinsip dalam syari’at agama Islam. Ia mempunyai latar belakang pendidikan dengan memperbanyak belajar sendiri atau otodidak dan belajar dengan ayahnya. Latar belakang keluarga kyai yang selalu memegnag teguh ajaran agama Islam telah membentuk pribadi Irfan Hielmy sebagai sosok yang disegani oleh masyarakat. Irfan Hielmy selalu menekankan kepada para santrinya untuk menuntut ilmu dimanapun agar memiliki wawasan yang luas. Pemikiran-pemikiran Irfan Hielmy yang diterapkan kepada para santri dan masyarakat di Kabupaten Ciamis, mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan di masyarakat.

REFERENSI Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren : Study Tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta : LP3ES, 1992.

Departemen Agama RI. Ensiklopedi Islam, Jilid III. Jakarta : CV. Anda Utama, 2013.

Hielmy, Irfan. Wacana Islam Bahan Telaah Anak Bangsa. Ciamis : PIP Darussalam, 2000.

Hielmy, Irfan . Masayarakat Madani Suatu Ikhtiar dalam Menyongsong Milenium Baru. Ciamis : PIP Darussalam, 1999.

Hielmy, Irfan. Ukhuwah Islamiyah Khazanah Aqidah, Moral, dan Spiritual dari Pesantren. Bandung : Nuansa, 1999.

Hielmy, Irfan, Bunga Rampai Menuju Khairu Ummah. Ciamis : PIP Darussalam, 1994.

Hielmy, Irfan, Dakwah bi al-Hikmah. Ciamis : PIP Darussalam (1997).

Hielmy, Irfan, Kumpulan Materi Pokok Khutbah Jum'at. Ciamis : PIP Darussalam (1997).

Hielmy, Irfan, Masyarakat Madani: Suatu Ikhtiar Dalam Menyongsong Era Milenium Baru. Ciamis : PIP Darussalam (1998.)

Hielmy, Irfan. Pendekatan Keagamaan Dalam Menyelesaikan Masalah Kemasyarakatan. Ciamis : PIP Darussalam (1998).

Hielmy, Irfan. Ukhuwwah Ahlus Sunnah: Khazanah Aqidah, Moral dan Spiritual dari Pesantren.Ciamis : PIP Darussalam (1999) Hielmy, Irfan, Pesan Moral dari Pesantren .Ciamis : PIP Darussalam (1999).

21

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS ADOBE FLASH CS6 UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWAPADA MATA PELAJARAN FIKIH KELAS V MI AL FALAHIYAH Malihatul ‘Azizah Dosen Tetap STAI Miftahul Huda Al-Azhar Banjar Email: maliha.azizah19@gmail.com

ABSTRACT: This research and development is motivated by the minimal use of media as a support for the learning process in order to attract more interest and motivation for students to participate in the process of learning Islamic Law at MI Al-Falahiyah Mlangi Yogyakarta. The results showed that the validation of the experts gave a positive response with the results of the integration assessment of all validations getting a very good mean (4.35).

Keywords: Development, Interactive Learning Media, Learning Participation ABSTRAK : Penelitian dan pengembangan ini dilatarbelakangi oleh minimnya penggunaan media sebagai pendukung terjadinya proses pembelajaran agar lebih menarik minat dan motivasi siswa dalam berpartisipasi padaproses pembelajaran Fikih di MI Al-Falahiyah Mlangi Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan, validasi para ahli memberikan respon positif dengan hasil penilaian integrasi seluruh validasi mendapatkan rerata (4.35) sangat baik.

Kata Kunci: Pengembangan, Media Pembelajaran Interaktif, Partisipasi Belajar

Pendahuluan Pembelajaran PAI adalah suatu upaya menjadikan siswa dapat belajar, butuh belajar, mau belajar dan tertarik untuk terus mempelajari PAI. Terfokus lagi setelah diamanatkanbahwa tujuan dari pendidikan nasional adalah meningkatkan mutu pendidikan setiap jenis dan jenjang pendidikan.sebagaimana dikemukakan Willim H Burton, mengajar merupakan upaya memberikan stimulus, bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar dengan baik,38 oleh karenanya seorang guru harus bisa berkreativitas dalam menyiapkan sumber belajar untuk menciptakan stimulus respon pada proses pembelajaran. Proses pembelajaran PAI harus diawali dengan perencanaan yang baik, didukung dengan komunikasi yang baik, dan juga harus didukung dengan pengembangan strategi yang mampu melibatkan siswa dalam pembelajaran. 39Pembelajaran di sekolah terjadi apabila ada interaksi antara siswa dengan sumber belajar yang diatur guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sumber belajar dirumuskan setelah tujuan ditetapkan dan harus disusun sedemikian rupa agar dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran, salah satunya adalah media pembelajaran interaktif.40 Media yang diharapkan harus sesuai dengan prinsip pembelajaran PAI MI, yaitu siswa berinteraksi dengan sumber belajar yang diatur guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Faktanya, pembelajaran PAI yang ada belum bisa memberikan sebuah perubahan yang diinginkan sesuai tujuan pendidikan.

Contoh masalah terdapat dalam pembelajaran Fikih diantaranya rendahnya partisipasi siswa, antara lain; partisipasi bertanya,partisipasi menjawab,partisipasi dalam diskusi,partisipasi mencatat penjelasan guru partisipasi mengerjakan soal tes secara individu, dan partisipasi menyimpulkan materi pelajaran di akhir pertemuan. Menurut Made Sumadi beberapa aspek tersebut dapat dikaji dalam

38

Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), Hlm 2 Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang diperlukan dalam proses pembelajaran yang berupa, buku teks, media cetak, media pembelajaran elektronik, nara sumber, lingkungan alam sekitar,dan sebagainya. Lihat, Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung, Wacana Prima, 2008), hlm.149 40 Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Yogyakarta: Diva Press, 2011), Hlm.40-41 39

22

partisipasi belajarsiswa.41Partisipasi sangatlah penting dimiliki oleh siswa dalam pembelajaran khususnya pembelajaran Fikih, karena jika partisipasi siswa rendah, dapat mengakibatkan proses pembelajaran Fikih tidak berjalan dengan lancar, dan siswa akan terlihat cenderung pasif dalam pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan di atas, untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran Fikih, peneliti akan mengadakan suatu mengembangkan media Pembelajaran yaitu media pembelajaran interaktif, tujuan peneitian ini adalah mendeskripsikan pengembangan media pembelajaran Interaktif Berabasis Adobe Flash CS6 Untuk Meningkatkan Partisipasi Siswa Pada Mata Pelajaran Fikih Kelas V MI Al-Falahiyah.

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut: a. Bagaimana prosedur pengembangan media pembelajaran interaktif berbasis Adobe Flash CS6pada materi pelajaran Fikih? b. Bagaimana hasil validasi materi dan media terhadap media pembelajaran interaktif berbasisAdobe Flash CS6 pada materi pelajaran Fikih? c. Bagaimana respon guru dan siswa terhadap media pembelajaran interaktif berbasis Adobe Flash CS6 pada mata pelajaran Fikih kelas V yang dikembangkan? d. Bagaimana peningkatan partisipasi siswa dengan menggunakan media pembelajaran interaktif berbasis Adobe Flash CS6pada materi pelajaran Fikih?

Tujuan Penelitian ini mengacu pada rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk: Pertama, merumuskan pengembangan media pembelajaran interaktif berbasis Adobe Flash CS6.

Kedua,mengetahui hasil validasi ahli media, materi dan pendidikan terhadap media pembelajaran interaktif berbasis Adobe Flash CS6 yang dikembangkan. Ketiga, mengetahui respon guru dan siswa terhadap media pembelajaran interaktif berbasis Adobe Flash CS6. Keempat, mengetahui peningkatan partisipasi siswa pada materi pelajaran Fikihdengan menggunakan media pembelajaran berbasisAdobe Flash CS6.

Landasan Teori Media Pembelajaran Interaktif Kata media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak darimedium.Medium juga didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim ke penerima. 42 Menurut Azhar Arsyad salah satu fungsi media untuk menumbuhkan motivasi dan minat siswa dalam pelaksanaan pembelajaran, agar siswa ikut berpartisipatif dan memunculkan interaktif antara siswa dengan sumber belajar. Menurut Hake, pembelajaran interaktif adalah lawan dari pembelajaran tradisional yaitu elemen yang disusun untuk meningkatkan pemahaman konsep secara interaktif dari siswa melalui kegiatan berpikir dan bekerja yang menghasilkan umpan balik melalui diskusi dengan petunjuk dari guru.Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran interaktif adalah: suatu sistem penyampaian materi, yang tidak membuat siswa sebagai pendengar pasif, tetapi membuat siswa mau belajar secara mandiri, memberikan respon yang aktif, dan ikut serta memberikan umpan balik dalam proses pembelajaran yang berlangsung. 43 Adobe Flash CS6 Adobe Flash merupakan sebuah program yang didesain khusus oleh Adobe dan program aplikasi standar authoring tool professional yang digunakan untuk membuat animasi dan bitmap (file gambar yang tersimpan dalam komputer) yang sangat menarik untuk keperluan pembangunan situs web yang interaktif dan dinamis. Flash didesain dengan kemampuan untuk membuat animasi 2 dimensi yang handal dan ringan sehingga flash banyak digunakan untuk membangun dan memberikan efek animasi

41

Ekaningsih, Upaya Untuk Meningkatkan Partisipasi Peserta didik, (Bandung: Rosda Karya), hlm. 26 Daryanto, Media Pembelajaran, Cet.1, (Bandung : Satu Nusa, 2010), hlm. 4 43 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran , Cet.3, (Jakarta: Raja Grafindo, 2002), hlm.33 42

23

pada website, CD Interaktif dan yang lainnya.44 Aplikasi ini juga dapat digunakan untuk membuat animasi logo, movie, game, pembuatan navigasi pada situs Web, tombol animasi, banner, menu interaktif, interaktif form isian, e-card, screen saver dan pembuatan aplikasi-aplikasi web lainnya.Keunggulan yang dimiliki oleh Flash adalah mampu diberikan sedikit code pemograman yang berjalan sendiri untuk mengatur animasi yang ada didalamnya dan dapat dikolaborasikan dengan Web, karena mempunyai keunggulan, yaitu kecil dalam ukuran file outputnya.

Partisipasi Siswa Partisipasi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah suatu kegiatan yang jika kegiatan tersebut bisa sukses apabila semua anggota ikut serta secara penuh dalam suatu kelompok. 45 Pembelajaran partisipatif dapat diartikan sebagai proses pembelajaran yang melibatkan semua komponen, khususnya siswa.46Kaitannya dengan media, guru berperan sebagai fasilitator yang memberikan ruang seluas-luasnya bagi siswa untuk berekspresi, berdialog, dan berdiskusi. Maka diharapkan siswa akan berpartisipasi dalam pembelajaran. Efektivitas diartikan sebagai keadaan atau kemampuan berhasilnya suatukerja yang dilakukan manusia untuk memberi manfaat yang diharapkan.47 Dalam kamus bahasa Indonesia keefektifan berasal dari kata efektif, yang artinya keberhasilan tentang usaha dan tindakan. 48 Hipotesis pada penelitin ini yaitu Media Pembelajaran Interaktifberbasis Adobe Flash CS6 lebih efektif untuk meningkatkan partisipasi siswa kelas V di MI Al-Falahiyah. Metode Penelitian, Jenis Penelitian Penelitian ini diarahkan pada pengujian model pengembangan suatu produk media pembelajaran Fikih. Metode yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan. Produk yang dikembangkan adalah media pembelajaran interaktif berbasis Adobe Fash CS6 pada materipokok makanan yang halal dan haram dimakan dagingnya.

Model dan Prosedur Pengembangan dalam Penelitian ini mengunakan model penelitian dan pengembangan (Research and Development) yang berorientasi pada produk. model yang dikembangkan Dick & Carrey. Reseach and Defelopment adalah, suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. 49Untuk memproduksi media yang telah memperoleh masukan dari ujicoba tersebut. 50Model pengembangan dalam penelitian ini adalah model pengembangan Dick & Carey dengan 10 tahapan, namun dalam peneliian ini dilaksanakan sampai tahap 9 karena kelayakan produk akan diuji menggunakan skala partisipasi siswa. Teknik Pengumpulan Data, Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Observasi, observasi pengamatan tersebut, digunakan sebagai pembanding dari hasil skala partisipasi, yang menyatakan bahwa hasil observasi akan mendukung atau tidaknya kepada siswa.Adapun lembar observasi keterlaksanaan partisipasi siswa menggunakan lima kategori rentangan antara 0% sampai 100% dengan kategori dapat dilihat pada Tabel 1.1 Kategori Nilai Observasi sebagai berikut.51

44

Adobe System merupakan perusahaan perangkat lunak yang bergerak di bidang grafis, animasi, video, dan pengembangan web. Adobe merupakan perusahaan perangkat lunak paling besar di seluruh dunia. Lihat: id.wikipedia.org/wiki/Adobe_System. Diakses 30 Maret 2014 45 Salim Refer dan Salim Yenni, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta : Modern English Press, 1991), hlm. 91 46 Mu’s Sad Iman,Pendidikan Partisipatif : Menimbang Konsep Jirah Dan Progresivismuujm jje Jo]/8iokolponnhn Dew5cjnngn ey (Yogyakarta: Safria Insani Press-MSII UII, 2004) hlm. 4.

47 Pariata Westa, dkk.,Ensiklopedi Administrasi, (Jakarta: H. Mas Agung, 1980), hlm. 148.

48 Heppy Erlais, Kamus Ilmiah Popular, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2012), hlm162 49 Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangan, Cet. Ke 3, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), hlm.222 50 Punaji setyosari, Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangan, Cet. Ke 3, (Jakarta: Kencna Prenada Media Group, 2013), hlm. 235 51 Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis Praktis bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan Edisi Kedua, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 35

24

Tabel 1.1 Kategori Nilai Observasi Kategori Keterlaksanaan Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

Nilai Interval 81 % - 100 % 61 % - 80 % 41 % - 60 % 21 % - 40 % 0 % - 20 %

Interview (wawancara), pada penelitian ini, dilakukan wawancara kepada Kepala Madrasah dan Guru Fikih kelas V dan Siswa kelas V MI, wawancara dilakukan untuk mengetahui respon mereka terhadap media yang telah dikembangkan, dari hasil respon tersebut,media yang telah dikembangkan dapat diketahui keefektifanya, baik dari segi kelebihan maupun kekurangannya. Instrumen Penelitian, Instrumen penelitian diartikan sebagai alat bantu penelitan yang diwujudkan dalam benda.52Adapun instrumen penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah: Instrumen pengumpulan data.

Kuesioner diberikan kepada guru dan siswa untuk melihat respon terhadap media yang dikembangkan. Skala Partisipasi digunakan untuk mengukur nilai, sikap, minat, dan perhatian, yang disusun dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya dalam bentuk rentangan nilai sesuai dengan kriteria yang ditentukan. 53 Dalam penelitian ini, skala sikap partisipasi digunakan untuk mengukur partisipasi siswa (partisipasi bertanya, berdiskusi menjawab dan menyimpulkan materi). Sehingga Instrumen pembelajaran yang digunakan adalah Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP). Teknik Analisis Data, Teknik analisis data dalam penelitian ini dibagi menjadi 2, pertama analaisis menggunakan teknik deskriptif kuantitatif. Data yang diperoleh melalui angket dari ahli materi dan ahli media, guru serta siswa terhadap produk yang dikembangkan kemudian dianalisis. Langkah-langkah yang digunakan analisis data digunakan untuk memberikan kriteria kualitas produk yang dikembangkan. Kedua teknik analisis data menggunakan uji-t. Uji-t untuk melihat peningkatan partisipasi siswa setelah melakukan pembelajaran menggunakan media pembelajaran Interaktif berbasis Adobe Flash CS6. Mengacu kepada langkah-langkah penentuan luas interval kategori menurut Saefuddin Azwar, kategorisasi ini bersifat relatif, maka kita boleh menetapkan secara subjektif luasnya interval yang mencakup setiap kategori yang kita inginkan selama penetapan itu berada dalam batas kewajaran dan dapat diterima akal, (common sense).54 Angket yang sesuai adalah sebagai berikut: Dalam angket disediakan lima pilihan untuk memberikan tanggapan tentang kualitas produk yang dikembangkan yaitu: (5) sangat baik (4) baik , (3) cukup, (2) kurang, (1) sangat kurang. Adapun tabel Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Dengan Skala 5 pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 55 Tabel. 1.2 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Dengan Skala 5 Nilai A B C D E

Skor X>Xi + 1,8 Sbi Xi + 0,6 Sbi < X ≤ Xi + 1,8 Sbi Xi – 0,6 Sbi <X ≤ Xi + 0,6 Sbi Xi – 1,8 Sbi <X <Xi – 0,6 Sbi X≤ Xi – 1,8 Sbi

52

Kriteria Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

cheed-unpatt1.info/index.php/ebook/78-berita/103-metode-dan-instrumen. Diakses 1 April 2014 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 77.

54 Saefudin Azwar, Psikologi Skala Psikologi, , cet.1 (Yogyakarta :Pustaka pelajar, 1999), hlm 108 55 Ibid, hlm 109 53

25

Keterangan : Rerata skor ideal (Xi) : 1

1 2

(skor maksimal ideal+ skor minimal ideal). Simpangan baku

skor ideal (Sbi) : 6 (skor maksimal ideal â&#x20AC;&#x201C; skor minimal ideal) X ideal : Rerata ideal Dalam penelitian ini ditetapkan nilai kelayakan produk minimal baik, sebagai hasil penilaian Cukup (minimal 2,60) dari ahli media ahli materi, maupun ahli pendidikan minimal baik maka produksi hasil pengembangan tersebut sudah layak digunakan. Untuk menghitung skor rata-rata dalam penilaian terhadap produk yang telah dikembangkan digunakan rumus: X = â&#x2C6;&#x2018;X n Keterangan: X =skor rata-rata â&#x2C6;&#x2018;X = jumlah skor n = jumlah responden Skor yang diperoleh, kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif skala lima.Berdasarkan rumus tersebut untuk mengubah data kuantitatif menjadi kualitatif pedomanya sebagai berikut: Skor maksimal ideal = 5 Skor minimal ideal =1 1 đ?&#x2018;&#x2039; = (5+1) 2 =3 1 Sbi = (5-1) 6 = 0,67 Skala5 = X> 3 + (1,8 x 0,67) = X>3 + 1,21 = X> 4,21 Skala 4 = 3+ (0,6 x 0,67) < X â&#x2030;¤ 4,21 = 3+ 0,40<X â&#x2030;¤ 4,21 = 3,40< 4,21 Skala 3 = 3 â&#x20AC;&#x201C; 0,40<X â&#x2030;¤ 3,40 = 2,60<X â&#x2030;¤ 3,40 Skala 2 = 3- (1,8x0,67) < X â&#x2030;¤ 2,60 = 3- 1,21<X â&#x2030;¤ 2,60 = 1,79< X â&#x2030;¤ 2,60 Skala 1 =X â&#x2030;¤ 1,79 Berdasarkan pada perhitungan di atas, maka konversi data kuantitatif skala lima dapat disederhanakan seperti dalam table berikut:56 Tabel 1. 3 Panduan Konversi Data Kuantitatif Ke Kualitatif Dengan Skala Lima Skor 5 4 3 2 1 56

Interval skor X > 4,21 3,40 < X â&#x2030;¤ 4,21 2,60 < X â&#x2030;¤ 3,40 1,79 X â&#x2030;¤ 2,60 X â&#x2030;¤ 1,79

Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

Ibid, hlm 111

26

Membuat tabel distribusi Frekuensi Distribusi berarti pembagian atau pencaran. Frekuensimerupakan kekerapan atau keseringan. Jadi distribusi frekuensi berarti pembagian nilai menurut kelompok atau kategori masing-masing yang dimuat didalam kolom dan lajur.57 Pada penelitian ini distribusi frekuensi digunakan untuk analisis validasi dari para ahli, yaitu ahli materi, ahli media dan ahli pendidikan.

Menganalisis data menggunakan Grafik atau diagram Penyajian data dalam bentuk diagram atau grafik untuk menjelaskan persoalan atau keadaan secara visual. Ada data statistik yang lebih tepat disajikan dalam bentuk tabel, tapi ada juga data yang lebih tepat disajikan dalam bentuk diagram atau grafik. Oleh karena itu, tabel dan diagram merupakan cara penyajian data yang saling melengkapi .58Adapun diagram yang digunakan dalam analisis data pada penelitian ini adalah diagram batang. Peneliti memilih diagram batang karena lebih mudah untuk menggambarkan data secara jelas dan visual.

Analisis Data Hasil Skala Partisipasi Untuk mengetahui tinggi rendahnya tingkat partisipasi siswa digunakan analisis data kuantitatif pada skala partisipasi dengan langkah-langkah tertentu untuk mempermudah dalam pelaksanaannya.

Berikut langkah-langkah analisis data kuantitatif yang berupa skala partisipasi siswa: Masing-masing butir pernyataan dikelompokkan sesuai dengan aspek yangdiamati.Berdasarkan pedoman penskoran jawaban skala sikap yang telah dibuat,kemudian dihitung jumlah skor tiap butir pertanyaan atau pernyataan dengan dengan aspek yang diamati. Penghitungannya presentase skor skala tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan rumus: 59

persentase 

skor perbutir  100 skor maksimal

%

Jumlah hasil skor yang diperoleh pada setiap aspek, selanjutnya dipersentasekan dan dikategorikan sesuai dengan kualifikasi hasil skala partisipasi siswa untuk membuat kesimpulan dalam menentukan presentase peningkatan sikap partisipasi siswa.

Berikut ini disajikan tabel kualifikasi hasil persentase skor skala sikap partisipasi siswa dalam pembelajaran di kelas.

Table 1.4 Kualifikasi Persentase Skor Skala Sikap Partisipasi Siswa Persentase Skor yang diperoleh (µ)

Kategori

79% ≤ µ ≤ 100% 60% ≤ µ ≤ 78%

Tinggi Sedang

40% ≤ µ ≤ 59%

Kurang

20% ≤ µ ≤ 39%

Rendah

0% ≤ µ ≤ 19%

Sangat Rendah

Untuk mengetahui perbedaan tingkat partisipasi siswa setelah dilakukan treatment dilakukan dengan menggunakan uji paired sample t test dengan menggunakan software SPSS 0.16. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui partisipasi siswa dalam penelitian ini berupa skala yang berupa 57

Hartono, Statistik Untuk Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 16 Ibid, hlm 23 59 Idrus Muhammad, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Edisi Kedua, (Yogyakarta: Erlangga, 2009), hlm. 87 58

27

skala likert, dengan menggunakan empat opsi jawaban, yaitu tidak pernah, kadang-kadang, jarang, dan selalu. Merujuk pada istilah summated ratings, sebenarnya skor subjek pada setiap pernyataan merupakan rating, yang berarti data yang diperoleh bersifat ordinal. Dengan begitu, jika peneliti ingin menggunakan teknik statistik parametris, dibutuhkan data dengan menggunakan skala interval. 60 Untuk itu, peneliti harus mengubah data ordinal menjadi data interval.

Hasil dan Pembahasan Diskripsi Langkah Pengembangan Media pembelajaran yang dikembangkan mengacu pada prosedur pengembangan yang dilakukan Dick & Carey, yaitu melakukan analisis produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk awal, validasi ahli dan revisi, serta uji coba lapangan. Berikut ini akan diuraikan prosedur pengembangan.

Analisis Produk Yang Dikembangkan (Analisis Kebutuhan) Studi Pustaka, berdasarkan observasi awal di 5 (lima) sekolah, maka perlu dikembangkan media pembelajaran Fikih yang sesuai dengan siswa kelas V MI. Pada studi pustaka ini, peneliti juga mengumpulkan berbagai informasi, seperti mempelajari literatur PAI khususnyay Fikih, dan bukubuku penunjang pembelajaran Fikih. Informasi mengenai media pembelajaran, kurikulum PAI Madrasah Ibtidaiyah, silabus, KKM dan RPP yang digunakan dalam pembelajaran Fikih. Studi Lapangan, Informasi yang telah di dapatkan dalam studi lapangan menunjukkan bahwa media-media yang digunakan masih berbentuk cetak, dalam bentuk buku, LKS, dan poster, sedangkan media dalam bentuk audio,audio visual dan film masih jarang digunakan. Potensi yang dimiliki, sekolah memiliki 3 komputer, siswa juga sudah mengerti teknik dasar dalam mengoprasikan komputer, sehingga media pembelajaran interaktif berbasis Adobe Flash CS6 yang dikembangkan bisa digunakan.Analisis Pembelajaran, Pada langkah analisis ini peneliti mengidentifikasi hal yang menjadi ciri khas, dalam merancang media pembelajaran interaktif. Media yang dikembangkan yaitu media bersifat pembelajaran interaktif.Interaktif dapat diartikan adanya interaksi, komunikasi siswa dengan guru dan sumber belajar termasuk lingkungan belajar. Dengan media yang dikembangkan, siswa diharapkan bisa berinteraksi memberikan umpan balik dalam pelaksaan pembelajaran yang berlangsung.

Ciri khas dalam media yang dikembangkan ini berupa kemudahan siswa dalam mengoprasikan media yang dikembangakan, siswa bisa belajar secara individu maupun dengan bimbingan orang lain.

Terdapat simulasi berupa video tutorial terkait dengan pembelajaran yang sulit untuk ditampilkan secara nyata, selain itu media juga diberi feed back atau umpan balik yang dipersiapkan guru, berupa slide untuk memberi kesimpulanpada materi yang sudah dipelajari. Analisis Pembelajar Dan Konteks. Pada tahap ini, peneliti menganalisis tujuan pembelajaran Fikih, mencakup kemampuan sikap dan karakteristik awal siswa, karakterisik awal terkait dengan sikap, tingkah laku dan kemampuan dasar siswa. Dilakukan dengan observasi dan wawancara dengan guru Fikih. Hasil wawancara menyebutkan bahwa karakteristik siswa dalam pembelajaran Fikih memiliki kemampuan yang tidak jauh beda, memiliki kemampuan sama tetapi semangat belajar berbeda, siswa kurang percaya diri dalam menuangkan ide atau pemahaman yang mereka miliki. 61 Dari hasil observasi yang dilakukan, maka perlu adanya media atau alat komunikasi yang bisa memberikan motivasi dalam pembelajaran.

Merumuskan Tujuan, Tujuan ini secara spesifik memberikan informasi untuk mengembangkan butir-butir tes. Peneliti mengambil tujuan khusus tersebut, dari SKKD yang tertera dalam kurikulumdengan indikator-indikator tertentu. Yang dilakukan dalam merumuskan tujuan pembelajaran Fikih terhadap media yang dikembangkan yaitu Menetapkan SKKD, Menetapkan materi yang diajarkan, Merumuskan Indikator Dan Tujuan Pembelajaran Fikih.

Mengembangkan Instrumen, Langkah berikutnya adalah mengembangkan instrumenassessment, yang secara langsung berkaitan dengan tujuan khusus yang ingin dicapai berdasarkan indikator60 61

Idrus, Metode Penelitian â&#x20AC;Śhlm. 88 Wawancara dengan Bpk. Cahyono, S.Pd.I guru mata pelajaran Fikih, 2 September 2013

28

indikator tertentu. Instrumen disusun dari beberapa tujuan. Pengembangan Strategi, Strategi yang dikembangkan secara spesifik untuk membantu siswa mencapai tujuan khusus dalam pembelajaran.

Staregi yang digunakan adalah peer leason (pelajaran teman sebaya). Peer leason merupakan strategi yang mengembangkan peer teaching dalam kelas, yang menempatkan seluruh tanggung jawab untuk mengajar para siswa sebagai anggota kelas.

Memilih Bahan Pembelajaran Dan Produk Awal, Dari masalah di atas, peneliti memilih mengembangkan media pembelajaran interaktif berbasis Adobe Flash CS6 untuk meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fikih kelas V. Peneliti memilih kelas V, karena kelas V merupakan kelas yang rendah partisipasinya tetapi tergolong kelas tenang, kelas V juga sebenarnya sudah memenuhi kriteria untuk belajar berdiskusi, menuangkan ide dan pendapatnya.

Peneliti menggunakan media berbentuk proyektor, dan menyiapkan RPP untuk mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran.

Selanjutnya peneliti melakukan desain produk, Desain produk merupakan tahap produksi dari media pembelajaran Fikih berupa media pembelajaran interaktif dengan langkah-langkah sebagai berikut. Membuat Title atau judul menggunakan softwareAdobe Flash CS6 digunakan untuk membuat animasi, kerangka title secara otomatis dengan menentukan desain tampilan, jumlah bab dalam halaman, evaluasi, serta tombol-tombol navigasi standar. Keterangan tersebut merupakan skenario yang menggambarkan isi yang terdapat di dalam setiap slide media pembelajaran interaktif berbasis Adobe Flash CS6 yang dikembangkan. Melakukan Evaluasi Formatif, Setelah pembuatan media pembelajaran selesai,peneliti melakukan langkah evaluasi. Evaluasi formatif ini dilaksanakan oleh peneliti pada saat pembelajaran berlangsung dengan maksud untuk mendukung proses evaluasi formatif yang terdiri dari tiga langkah berikut: Uji coba prototype bahan secara perorangan (one toone tryng out). Uji coba perorangan ini dilakukan untuk memperoleh masukan awal. Dan dilakukan kepada subjek sebanyak 2 anak. Setelah dilakukan uji coba, produk atau rancangan direvisi sesuai dengan kekurangan yang terdeteksi. Uji coba ini menghasilkan draft 1. Dari dua siswa tersebut menyebutkan bahwa mereka sudah mampu memahami materi yang ada dalam media pembelajaran sehingga dapat dilakukan uji coba skala kecil. Uji coba kelompok kecil (small group tryout) uji coba ini melibatkan subjek yang terdiri dari 6 subjek. Hasil uji coba kelompok kecil dipakai untuk melakukan revisi produk atau rancangan. Produk awal yang telah direvisi (draft 2) berdasarkan validasi para ahli, kemudian akan diujicobakan kepada siswa secara terbatas pada kelas V di MI AlFalahiyah. Hal ini merupakan uji coba produk untuk mengukur kelayakan produk berupa media pembelajaran interaktif berbasis Adobe Flash CS6.

Dalam uji coba lapangan skala kecil atau terbatas ini diambil beberapa siswa untuk mengetahui tanggapan dan kendala-kendala yang dihadapi siswa ketika menggunakan media pembelajaran. Dalam pelaksanaanya, enam siswa diberikan produk dan melakukan kegiatan sesuai dengan produk yang ada. Pelaksanaan uji coba kelompok skala kecil dilaksanakan sebagaimana kegiatan pembelajaran sesuai RPP yang telah disusun. Data yang diperoleh dari uji coba kelompok skala kecil ini terdiri dari respon siswa terhadap produk yang dikembangkan. Data uji coba kelompok skala kecil yang menjadikan pertimbangan revisi produk, yaitu respon siswa terhadap media yang digunakan dalam pembelajaran. Respon siswa selama pembelajaran menggunakan media dapat diketahui dari pendapat dan saran siswa dalam pembelajaran Fikih menggunakan media pembelajaran interaktif berbasis Adobe Flash CS6. Uji coba lapangan (field tryout ) dan produk akhir, Draf 3 merupakan produk media pembelajaran draf 2 yang telah diujicobakan pada kelompok kecil dan telah direvisi, kemudian diujicobakan kelapangan skala besar. Subjek ujicoba lapangan skala besar ini adalah kelas V (lima) berjumlah 14 anak. Hasil ujicoba lapangan skala besar ini berupa respon penilaian, tanggapan, dan saran dari siswa dan akan digunakan untuk merevisi draf 3 media pembelajaran interaktif berbasis Adobe Flash CS6, MI sehingga menjadi produk akhir yang layak digunakan.Dalam uji coba skala besar, ditujukan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran Fikih menggunakan media pembelajaran interaktif berbasis Adobe Flash CS6terhadap peningkatan partisipasi dan hasil belajar siswa yang artinya dalam uji coba skala besar ini sekaligus dilaksanakan eksperimen non design. pada pokok bahasan binatang yang halal dan haram dimakan dagingnya.

Validasi, Revisi, dan Produk Akhir Validasi, Tujuan dari validasi adalah untuk mengetahui apakah media pembelajaran interaktif yang dihasilkan layak digunakan dalam proses pembelajaran yaitu melalui masukan atau saran yang 29

diberikan oleh validator. Peneliti melibatkan dosen keguruan dari Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga.Validasi dari para ahli diantaraya: Ahli ahli media, pada aspek tampilan dengan rerata 4.9 (sangat baik), pemrograman 4.8 (sangat baik). Validasi ahli materi pada aspek pembelajaran dengan rerata 4.4 (sangat baik), isi/materi (4.8) sangat baik. Hasil validasi penilaian ahli pendidikan terhadap produk yang dikembangkan pada aspek kelayakan isi (dengan skor penilaian rata-rata 3,6 (baik ) dan pada aspek kebahasaan dengan skor penilaian rata-rata 3,2 (cukup), sedangkan pada aspek sajian dengan skor rata-rata 4,0 (baik) Revisi, Revisi dari ahli media diantaranya penyesuaian sampul disesuaikan dengan background anak seusia SD, SKKD dan indikator dimasukan dalam slide tersendiri, petunjuk penggunaan dimasukan dalam slide. Dari ahli materi memberikan saran agar media yang dikembangkan ditambah dengan slide khusus untuk menuliskan kesimpulan, supaya siswa bersemangat untuk menyimpulkan atau menuliskan intisari dari materi yang dipelajari. Produk akhir, Produk akhir berupa media pembelajaran interaktif berbasis Adobe Flash CS 6 yang sudah diujicobakan dan direvisi oleh para ahli maka layak untuk digunakan 1) Untuk melihat respon guru Penulis hanya melibatkan salah seorang guru Fikih, yaitu Bapak Cahyono, S.Pd.I, kemudian menyerahkan angket untuk diisi sesuai dengan penilaian yang guru berikan terhadap media interaktif berbasis Adobe Flash CS6. Respon guru terhadap media pembelajaran interaktif yang dikembangkan dilihat dari aspek pembelajaran dengan skor rata-rata 4.29 (sangat baik), aspek materi dengan skor rata-rata 4.13 (baik), aspek tampilan dengan skor rata-rata 4.30 (sangat baik), dan terakhir aspek pemrograman dengan skor rata-rata 5.00 (sangat baik). 2) Data uji coba yang menjadikan pertimbangan revisi produk kedua adalah respon siswa terhadap media yang digunakan dalam pembelajaran. Respon siswa meliputi aspek pembelajaran, aspek isi materi, aspek tampilan dan aspek pemrograman. Data hasil respon siswa pada uji coba kelompok skala kecil terhadap produk yang dikembangkan adalah: dari aspek pembelajaran dengan skor rata-rata 4.90, aspek sajian dengan skor rata-rata 4.90 dan aspek kegrafikan dengan skor rata-rata 4.90. 3) Pelaksanaan Observasi Pratreatmen Observasi pada penelitian ini dilakukan dengan tujuan untukmelihat sikap partisipasi awal siswa, observer pada penelitian ini adalah kepala madrasah Al-Falahiyah, Ibu Shobiroh Ulfa Kurniawati, S.Pd.Si. Sikap yang diamati dalam pembelajaran Fikih yang berlangsung terdiri dari 9 aspek, yaitu: 1) sikap berani bertanya kepada guru, 2) menjawab pertanyaan guru, 3) melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru, 4) mencatat penjelasan yang diberikan oleh guru, 5) menjawab pertanyaan yang diberikan temanya, 6) mengerjakan soal tes individu, 7) keaktifan dalam berdiskusi, 8) menyimpulkan materi di akhir pertemuan, dan 9) kerjasama dalam kelompok. Observasi di sini sebagi pendukung dari hasil skala partispasi siswa yang diberikan oleh peneliti.

Hasil observasi skala sikap awal partisipasi siswa, sebelum dilakukan treatmen (perlakuan pembelajaran Fikih dalam uji coba skala besar menggunakan media pembelajaran interaktif berbasis Adobe Flash CS6 ) yaitu 35 % menurut perhitungan panduan observasi sikap partisipasi, termasuk dalam kategori partisipasi rendah.

Pelaksanaan Observasi Sikap Partisipasi Setelah Treatmen Observasi kedua dilakukan pada hari Jumâ&#x20AC;&#x2122;at tanggal 20 Desember 2013 bersamaan dengan pelaksanaan uji coba skala besar dengan tujuan untuk melihat peningkatan sikap partisipasi siswa, observer pada penelitian ini adalah kepala madrasah Al-Falahiyah, Ibu Shobiroh Ulfa Kurniawati, S.Pd.Si. Sikap yang diamati dalam pembelajaran Fikih yang berlangsung terdiri dari 9 aspek, yaitu: 1) sikap berani bertanya kepada guru, 2) menjawab pertanyaan guru, 3) melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru, 4) mencatat penjelasan yang diberikan oleh guru, 5) menjawab pertanyaan yang diberikan temanya, 6) mengerjakan soal tes individu, 7) keaktifan dalam berdiskusi, 8) menyimpulkan materi di akhir pertemuan, dan 9) kerjasama dalam kelompok. Observasi di sini sebagi pendukung dari hasil skala partispasi siswa yang diberikan. Setelah dilakukan observasi, maka akan diketahui data sikap partisipasi siswa. Adapun hasil observer skala partisipasi setelah pemberian treatmen adalah sebagai berikut: Dalam pelaksanaan observasi yang dilakukan oleh observer, partisipasi sikap siswa siswa MI Al-Falahiyah kelas V, setelah dilaksanakan treatment (perlakuan pembelajaran Fikih dalam uji coba skala besar menggunakan media pembelajaran interaktif berbasis Adobe Flash CS6 ) mendapatkan presentase sebesar 76%. Menurut perhitungan panduan nilai sikap partisipasi, (tabel 3.1), termasuk dalam kategori partisipasi tinggi. (data terlampir).

30

Pelaksanaan Pemberian Skala Partisipasi Siswa Pratreatment Pemberian Skala partisipasi pra treatment (perlakuan pembelajaran Fikih dalam uji coba skala besar menggunakan media pembelajaran interaktif berbasis Adobe Flash CS6) Dalam pelaksanaannya, siswa MI Al-Falahiyah kelas V mendapatkan presentase sebesar 35%. Menurut perhitungan panduan nilai sikap partisipasi, termasuk dalam kategori partisipasi rendah. Pelaksanaan Pemberian Skala Partisipasi Siswa Setelah Treatment, Pemberian Skala partisipasi setelah perlakuan treatmen diberikan (perlakuan pembelajaran Fikih dalam uji coba skala besar menggunakan media pembelajaran interaktif berbasis Adobe Flash CS6), pemberian skala partisipasi setelah pelaksanaan treatment dilakukan setelah uji coba dilaksanakan. Dalam pelaksanaanya, siswa MI Al-Falahiyah kelas V mendapatkan presentase sebesar 79%. Menurut perhitungan panduan nilai sikap partisipasi, termasuk dalam kategori partisipasi tinggi.

Analisis Data Analisis data pada penelitian ini adalah dengan uji t, berkaitan dengan itu maka perlu diketahui uji signifikansi untuk membandingkan kelompok data yang dipakai dalam menentukan validitas suatu hipotesis atau kesimpulan. Pada penelitian ini, karena hanya menggunakan satu kelompok, maka disebut. kelas uji coba skala besar. Penelitian menggunakan rancangaa pra eksperimen yaitu non design sesuai rumus O1 X O2 dengan keteranganO1 yaitu pratest, X perlakuan dan O2pascatest. dengan tujuan untuk mengetahui keefektifan suatu produk. Perlakuan pretest dan posttes dilakukan pada kelas yang sama dan dilakukan secara acak (maksudnya semua subjek memiliki kemampuan yang berbeda). Berikut Keefektifan media pembelajaran interaktif berbasis Adobe Flash CS6 dalam peningkatakan partisipasi siswa.

Analisis Data Peningkatan Skala Sikap Partisipasi Siswa Tahap pertama aspek yang menunjukkan media pembelajaran interaktif berbasis Adobe Flash CS6 efektif, yaitu adanya peningkatan partisipasi siswa. Untuk mengukur peningkatan partisipasi siswa, dilakukan eksperimen model one group pretest posttest design. Kelas yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah kelas V MI Al-Falahiyah Yogyakarta dengan jumlah siswa sebanyak 14 anak. Data eksperimen diperoleh melalui tes sebanyak 22 butir pertanyaan, terdiri dari pilihan ganda semua. Tes dilakukan pada awal pertemuan pertama (pratreatment) dan akhir pertemuan ketiga (pascatreatment).

Tabel 2.1 Statitik Deskriptif Nilai Sikap Partisipasi Pratreatment dan Pascatreatment

Statistik Deskriptif Nilai skala sikap partisipasi pratreatment dan pascatreatment. Berdasarkan Tabel 2.1 di atas diketahui bahwa nilai skala sikap partisipasi pada pratreatment nilai minimum yang diperoleh sebesar 22 dan nilai maksimum sebesar 41 dengan range sebesar 25. Rata-rata nilai pratreatment sebesar 30,42. Adapun nilai sikap skala partisipasi siswa pascatreatment nilai minimum sebesar 47 dan nilai maksimum sebesar 75 dengan range sebesar 34. Rata-rata nilai pascatreatment sebesar 61.71. Hasil perbandingan antara rata-rata pratreatmen dan pascatreatment terdapat kenaikan sebesar 31.28. Uji Normalitas Data nilai sikap skala partisipasi pra treatmentdan data nilai sikap partisipasi pascatreatment Persyaratan yang harus dipenuhi dalam uji-t berpasangan (paired sample ttest)adalah uji normalitas. Oleh karena itu, sebelum melakukan uji-t akan dilakukan uji normalitas data. Adapun uji homogenitas tidak dilaksanakan, karena data hanya bersumber dari satu kelompok data, jadi tidak diperlukan uji homogenitas. Berikut ini data hasil uji normalitas data pretest dan posttest diolah dengan menggunakan SPSS 16: Tabel 2.2 Hasil Uji Normalitas NilaiSkala Partisipasi Pratreatment dan Pascatreatmen Tests of Normality.

31

Lilliefors Significance Correction Uji normalitas data untuk sampel kurang dari 50 menggunakan uji normalitas Shapiro Wilk. Tabel 2.2 di atas menunjukkan bahwa nilai signifikan nilai skala partisipasi pretreatment sebesar 0.185lebih besar dari a = 0.05 (0.185 > 0.05), maka nilai skala partisipasi pratreatmentberdistribusi normal.

Begitu juga nilai signifikan posttest sebesar 0.068 lebih besar dari a = 0,05 (0,068 > 0,05), maka nilai posttest berdistribusi normal.

Uji Beda antara Data Nilai Skala Partisipasi Pratreatment dan Pascatreatment, Untuk megetahui apakah ada perbedaan antara data nilai sikap partisipasi siswaPratreatment dan Pascatreatment, maka dilakukan uji-t berpasangan. Uji-t ini diolah menggunakan aplikasi SPSS 16.

Berikut output data hasil perhitungan uji-t nilai sikap partisipasi berpasangan.

Tabel 2.3 Hasil Uji-t Sampel Berpasangan

Hipotesis yang diuji pada uji-t berpasangan ini adalah hipostesis nol (Ho) yang menyatakan tidak ada peningkatan antara rata-rata nilai pretest dan posttest. Sedangkan hipotesis alternatifnya (Ha) menyatakan ada peningkatan antara rata-rata nilai pretest dan posttest. Hipotesis tersebut dinyatakan dalam rumus berikut: H0 : μ1 ≤ μ2 Ha : μ1 > μ2 Keterangan: 1 : Rata-rata nilai skala partisipasi pratreatment 2 : Rata-rata nilai skala partisipasi pascatreatment Tabel 3.39 menunjukkan bahwa nilai sig (2 tailed) sebesar 0.000 lebih kecil dari nilai a = 0.05 (0.000 < 0.05), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian maka terdapat peningkatan antara ratarata nilai skala partisipasi pratreatment dan nilai skala partisipasi pascatreatment. Nilai rata-rata partisipasi pratreatment sebesar 30.42 dan nilai rata-rata partisipasi pascatreatment sebesar 61.71. dengan demikian selisih antara nilai rata-rata Pratreatment dan Pascatreatment sebesar 31,29.Analisis peningkatan partisipasi siswa juga dilihat dari kenaikan presentase awal siswa 35% (kategori rendah) meningkat 79% (kategori tinggi). Dengan demikian Media pembelajaran Interaktif berbasis Adobe Flash CS6telah memenuhi kriteria efektif dilihat dari sudutpeningkatan partisipasi siswa

32

Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah dan hasil analisis data, diperoleh kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan di kelas V MI Al-Falahiyah Mlangi Adalah sebagai berikut: 1. Prosedur pengebangan media pembelajaran interaktif berbasis Adobe Flash CS6 dengan materi binatang yang halal dan haram dimakan dagingnya dilakukan dengan 9 tahapan pengembangan, yaitu. (1) Melakuakan analisis produk yang akan dikembangkan termasuk (analisis kebutuhan dan studi lapangan) tujuannya untuk melihat potensi masalah yang ada sebelum mengembangkan sebuah produk. (2) Analisis pembelajara, (3) Analisis pembelajar dan konteks, (4) Merumuskan tujuan khusus, yaitu tujuan yang ingin dicapai terkait dengan produksi tersebut, termasuk melakukan perencanaan, memperkirakan dana dan waktu yang diperlukan dan prosedur kerja penelitian. (5) mengembangkan instrument (6) Mengembangkan strategi pembelajaran, (7) mengembangkan dan produk awal, (8) merancang dan melakukan evaluasi formatif, (9) melakkan Revisi, dan Produk Akhir.

2. Hasil validasi ahli ahli materi, ahli media, dan ahli pendidikan terhadap media pembelajaran ninteraktif berbasis Adobe Flash CS6 pada materi pelajaran Fikih memberikan respon positif dengan hasil penilaian integrasi seluruh validasi mendapatkan rerata (4.35) sangat baik. Dengan demikian media pembelajaran ninteraktif berbasis Adobe Flash CS6 layak digunakan sebagai media pembelajaran, dan dapat digunakan untuk pembelajaran mandiri bagi siswa.

3. Respon guru dan siswa terhadap media pembelajaran interaktif berbasis Adobe Flash CS6 pada mata pelajaran Fikih kelas V yang dikembangkan mendapat apresiasi positif dengan integrasi respon guru mendapatkan rerata 4.90 (sangat baik). Dengan keunggulan yang dimiliki media pembelajaran interaktif yang bisa membuat siswa belajar secara mandiri, terdapat video interaktif yang khusus dibuat untuk memudahkan siswa memahami materi dengan baik dan benar.

4. Terdapat peningkatan partisipasi siswa yang signifikan antara siswa yang melakaksanakan pembelajaran Fikih menggunakan media pembelajaran ninteraktif berbasis Adobe Flash CS6 dengansiswa yang tidak melakaksanakan pembelajaran Fikih menggunakan media pembelajaran ninteraktif berbasis Adobe Flash CS6Kualitas peningkatan partisipasi siswa pada pembelajarn Fikih menggunakan media pembelajaran interaktif berbasis Adobe Flash CS6 mengalami peningkatan 31,28, dari rata-rata nilai 30,42 naik menjadi rata-rata nilai sebesar 61,71.

DAFTAR PUSTAKA Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Yogyakarta: Diva Press, 2011) Azhar Arsyad, Media Pembelajaran , Cet.3, (Jakarta: Raja Grafindo, 2002), hlm.33 Daryanto, Media Pembelajaran, Cet.1, (Bandung: Satu Nusa, 2010) Ekaningsih, Upaya Untuk Meningkatkan Partisipasi Peserta didik, (Bandung: Rosda Karya) Hartono, Statistik Untuk Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008) Idrus Muhammad, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Edisi Kedua, (Yogyakarta: Erlangga, 2009), hlm. 87 Muâ&#x20AC;&#x2122;s Sad Iman,Pendidikan Partisipatif : Menimbang Konsep Jirah Dan Progresivisme John Dewey (Yogyakarta: Safria Insani Press-MSII UII, 2004) hlm. 4.

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009) Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangan, Cet. Ke 3, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013) Saefudin Azwar, Psikologi Skala Psikologi, cet.1 (Yogyakarta :Pustaka pelajar, 1999), hlm 108 Salim Refer dan Salim Yenni, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta : Modern English Press, 1991).

Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis Praktis bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan Edisi Kedua, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) Sumiati, dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung, Wacana Prima, 2008). https://id.wikipedia.org/wiki/Adobe_Systems. Diakses 30 Maret 2014 Cheed-unpatt1.info/index.php/ebook/78-berita/103-metode-dan-instrumen. Diakses 1 April 2014 Cahyono, (guru mata pelajaran Fikih), Wawancara tanggal 2 September 2013 33

WANPRESTASI PERJANJIAN KERJA DOSEN TETAP PADA PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN SWASTA (PTKS) DI JAWA BARAT

Hisam Ahyani Dosen Tetap STAI Miftahul Huda Al-Azhar Banjar Email : hisamahyani@gmail.com

Abstract: The implementation of the Permanent Lecturer Agreement with the Education Organizers in general in the West Java Region is still neglected due to breach of agreement or default. One of the universities in West Java that was the subject of this discussion was the Bandung Islamic University, the Islamic Institute of Darussalam (IAID) Ciamis and the Miftahul Huda Islamic College Al-Azhar Banjar. One of the lecturers' agreements includes the rights of lecturers which should be fulfilled by the university. The above matter is still a lot of breach of agreement, one of which is that the College does not carry out its obligations in fulfilling the rights of the Lecturer.

Keywords: Employment Agreement, Permanent Lecturer, Private Religious Colleges in West Java Abstrak : Pelaksanaan Perjanjian Dosen Tetap dengan pihak Penyelenggra Pendidikan secara umum di Wilayah Jawa Barat masih ada yang terabaikan dikarenakan adanya pelanggaran perjanjian atau wanprestasi. Salah satu Perguruan Tinggi di Jawa Barat yang menjadi pokok pembahasan ini adalah Universitas Islam Bandung, Institut Agama Islam Darussalam (IAID) Ciamis dan Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul Huda Al-Azhar Banjar. Pelaksanaan Perjanjian Dosen tersebut salah satunya memuat hak-hak Dosen yang harus semestinya dipenuhi oleh pihak Perguruan Tinggi. Hal diatas diatas masih banyak terjadi pelanggaran perjanjian, salah satunya adalah pihak Perguruan Tinggi tidak melaksanakan kewajibannya dalam pemenuhan hak-hak Dosen.

Kata kunci : Perjanjian Kerja, Dosen Tetap, Perguruan Tinggi Keagamaan Swasta di Jawa Barat

Pendahuluan Dalam pelaksanaan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja Dosen Tetap PTKS dengan pihak Penyelenggra Pendidikan diantaranya Pemenuhan atas Hak Dosen tetap PTKS yaitu memperoleh penghasilan, mendapat jaminan kesejahteraan sosial dan lain sebagainya. Meskipun Perjanjian tersebut kewenangannya disesuaikan dengan kebijakan Perguruan Tinggi masing-masing, akan tetapi masih ada saja perguruan tinggi yang belum memenuhi hak-hak Dosen tersebut.Perlindungan bagi Dosen di Indonesia secara umum masih terabaikan, tidak terkecuali bagi Dosen Tetap PTKS yang berada di Wilayah Jawa Barat juga harus dilindungi dalam hal perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja. Perlindungan terhadap Dosen dalam pelaksanaan tugasnya Telah diatur dalam Pasal 75 ayat (2) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen adalah sebagai berikut : â&#x20AC;&#x153;Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi perlindungan hukum, perlindungan profesi, serta perlindungan keselamatan dan kesehatan kerjaâ&#x20AC;?.

Salah satu Satuan pendidikan di Jawa Barat yang mempekerjakan tenaga Dosen Tetap PTKS dan menjadi pokok pembahasan penelitian ini adalah Perguruan Tinggi Keagamaan Swasta di Jawa Barat.

Perguruan tinggi tersebut diantaranya Universitas Islam Bandung (UNISBA), Institut Agama Islam Darussalam (IAID) Ciamis dan Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul Huda Al-Azhar (STAIMA) Banjar. Dalam kesehariannya perguruan tinggi tersebut mempekerjakan beberapa tenaga kerja, diantaranya Dosen Tetap, Dosen Tidak Tetap, Dosen Luar Biasa (LB) dan Tenaga Kependidikan atau Staf karyawan. Terkait pengangkatan Dosen Peraturan Pemerintah No 37 Tahun 2009 Tentang Dosen menjelaskan bahwa :62

62

Pasal 36 ayat (2) Peraturan Pemerintah No 37 Tahun 2009 Tentang Dosen

34

â&#x20AC;&#x153;Pengangkatan dan penempatan Dosen yang diangkat oleh Penyelenggara Pendidikan Tinggi atau Satuan Pendidikan Tinggi yang diselenggarakan masyarakat dilakukan berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersamaâ&#x20AC;?.

Pelaksanaan Perjanjian Dosen yang sudah semestinya dilaksanakan oleh Perguruan Tinggi tersebut masih ada banyak terjadi pelanggaran perjanjian, salah satunya adalah pihak Perguruan Tinggi tidak melaksanakan kewajibannya dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja, hak-hak Dosen kurang terpenuhi, dan masih banyak yang lainnya. Terkait Perlindungan kesehatan bagi Dosen pengelolaannya diharuskan bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Jika pengelolaannya tidak dengan BPJS maka hal ini berarti melanggar hukum atau dengan kata lain disebut wanprestasi, menjadikan penyebab kerugian pada salah satu pihak. Ditambah lagi dilingkup Dosen Tetap pada Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta khususnya di wilayah Jawa Barat, belum mendapatkan perlindungan hukum dan tidak mendapatkan perlakuan yang sama dengan Pegawai Negeri Sipil pada perguruan Tinggi Negeri. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.63 Sedangkan Dosen tetap pada perguruan tinggi keagamaan swasta yang selanjutnya disebut Dosen tetap PTKS adalah Dosen yang bekerja penuh waktu sesuai dengan masa kontrak. 64 Berdasarkan statement perjanjian antara Dosen dengan pihak Penyelenggara pendidikan tersebut diatas dimana salah satu pihak mengalami wanprestasi. Sehingga perlu adanya pemenuhan oleh pihak Perguruan Tinggi atas hak-hak yang belum terpenuhi bagi Dosen. Sehingga muncul adanya permasalahan terkait pelaksanaan Perjanjian Kerja Dosen Tetap Pada Perguruan Tinggi Keagamaan Swasta (PTKS) di Jawa Barat tersebut.

Tinjauan Tentang Perjanjian Kerja Dosen Tetap Perjanjian telah diatur pada KUHPer Buku III tentang perikatan yang sifatnya terbuka.

Perikatan mempunyai makna yang sangat luas dari pada kata Perjanjian. Oleh sebab itu maka kata perikatan tidak hanya mengandung satu pengertian hubungan hukum yang sama sekali tidak bersumber pada suatu perjanjian, yaitu perihal perikatan yang bersumber dari undang-undang. Untuk memberikan definisi terhadap sesuatu hal tidaklah cukup mudah, akan tetapi banyak para ahli yang memberikan pendapatnya tentang definisi mengenai perikatan yang berbeda-beda diantaranya yang akan Peneliti bahas dibawah ini. Definisi menurut Subekti, perikatan merupakan suatu hubungan hukum antara dua orang atau dua pihak berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi segala tuntuan itu. 65 Sedangkan definisi perikatan menurut A. Pittlo sebagaimana dikutip oleh Setiawan dalam bukunya, memberikan definisi mengenai Perikatan yaitu suatu hubungan hukum yang bersifat harta kekayaan antara dua orang atau lebih, atas dasar mana pihak yang satu berhak (kreditur) dan pihak yang lain berkewajiban (debitur) atas suatu prestasi.66 Hubungan antara perikatan dengan yang disebut perjanjian dapat dirumuskan, bahwa, perjanjian merupakan sumber utama dari suatu perikatan, sehingga perikatan itu ada jika terdapat suatu perjanjian.67 Dengan demikian antara perjanjian dengan perikatan terdapat hubungan sebab akibat, yaitu perjanjian sebagai yang menjadikan sebab suatu peristiwa hukum, sedangkan perikatan sebagai akibat hokum tersebut. Perjanjian yaitu suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melakukan sesuatu. 68 Wirjono Prodjodikoro memberikan pengertian tentang perjanjian yaitu merupakan suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua belah pihak yang berjanji atau dianggap berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal atau tidak melakukan sesuatu hal dengan pihak lain berhak menuntut pelaksanaan perjanjian itu. 69 63

Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen Pasal 1 Ayat 3) PMA Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Pengangkatan Dosen Tetap Bukan Pegawai Negeri Sipil Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri Dan Dosen Tetap Perguruan Tinggi Keagamaan Swasta 65 Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta : Intermasa, 1998), 1.

66 Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, (Jakarta: Bina Cipta, 1988), 2.

67 Purwahid Patrick, Dasar-dasar Hukum Perikatan, (Bandung : Mandar Maju, 1994),12.

68 Subekti, Hukum Perjanjian, 1.

69 Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Perjanjian, (Bandung: Bale Bandung, 1986),19 64

35

Sedangkan Perjanjian yang terdapat dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata) diatur dalam Pasal 1313 yang berbunyi : â&#x20AC;&#x153;suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebihâ&#x20AC;?.

Dari semua definisi perjanjian yang diterangkan di atas menunjukan bahwa suatu perjanjian merupakan suatu serangkaian perkataan yang mengandung janji atau kesanggupan, baik secara lisan maupun secara tertulis. Dari hubungan ini timbulah suatu perikatan antara dua pihak yang membuatnya. Dengan demikian hubungan antara perikatan dengan perjanjian disimpulkan bahwa perjanjian merupakan salah satu sumber perikatan, disamping sumber-sumber lain. Suatu perjanjian juga dapat dinamakan dengan persetujuan, dengan alas an antara kedua belah pihak itu sama-sama setuju untuk melakukan sesuatu sehingga dapat dikatakan dua kata tadi adalah sama yaitu perjanjian dan persetujuan. Secara umum berbicara mengenai perjanjian itu tidak terikat kepada suatu bentuk tertentu, dan dapat dibuat secara lisan maupun secara tertulis. Ketentuan ini dapat dibuat lisan atau tertulis, perjanjian lebih kepada bersifat sebagai alat bukti semata jika dikemudian hari ada terjadi perselisihan antara pihak-pihak yang membuat perjanjian. Akan tetapi ada pula perjanjian yang ditentukan bentuknya oleh peraturan perundang-undangan, dan apabila bentuk tersebut tidak dipenuhi maka perjanjian tersebut menjadi batal atau tidak sah.

Syarat Sahnya Perjanjian Setelah membahas definisi perjanjian sebagaimana diterangkan di atas, maka hal-hal pokok lain yang wajib diketahui agar sebuah perjanjian yang dibuat mempunyai kekuatan hukum tertentu yang mengikat pihak yang melakukan perjanjian, kemudian membahas syarat sahnya suatu perjanjian.

Apabila syarat perjanjian tidak terpenuhi oleh para pihak, maka suatu perjanjian dapat menjadi batal dan tidak sah demi hukum. Aturan terkait pembahasan syarat sahnya suatu perjanjian diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata) yang berbunyi: untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat :70yaitu Sepakat mereka yang mengikatkan diri, Kecakapan untuk membuat suatu perikatan, Suatu hal tertentu, Suatu sebab yang halal Unsur-Unsur Perjanjian Adapun unsur-unsur dalam suatu perjanjian akan dijelaskan sebagai berkut, yang terdapat dalam suatu perjanjian diantaranya : a. Ada pihak yang saling berjanji b. Ada persetujuan c. Ada tujuan yang hendak dicapai d. Ada prestasi yang akan dilaksanakan atau kewajiban untuk melaksanakan obyek perjanjian e. Ada bentuk tertentu baik lisan maupun tertulis f. Ada syarat tertentu, yaitu syarat pokok dari perjanjian yang menjadi obyek perjanjian serta syarat tambahan atau pelengkap.

Berdasarkan pembahasan mengenai definisi perjanjian kerja tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang disebut dengan Perjanjian Kerja harus mencakup persyaratan sebagai berikut, diantaranya:71 Adanya pekerjaan, Adanya unsur di bawah perintah, Adanya upah tertentu, Adanya waktu. Adapun Asas-Asas Perjanjian sebagaimana pendapat (Mariam Darus Badrulzaman, 2001: 84) Dijelaskan bahwa Asas-asas dalam perjanjian diantaranya akan dibahas dibawah ini yaitu asas-asas yang berkaitan dengan Asas kebebasan berkontrak,72 Asas konsensualisme, 73 Asas itikad baik, Asas Pacta Sunt Servanda dan Asas berlakunya suatu perjanjian.

70

Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta : PT. Pradnya Paramita, 2001), hal. 339.

71 Djumadi, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, (Jakarta : PT. Raja Grafindo: 1993), 28.

72 Mariam Darus Badrulzaman, dkk., Kompilasi Hukum Perikatan, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2001), 84.

73 Qiram Syamsudin Meliala, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Beserta Perkembangannya, (Yogyakarta : Liberty, 1985), 20.

36

Syarat Sahnya Perjanjian Kerja Syarat sahnya perjanjian kerja telah diatur dalam Bab IX tentang Hubungan Kerja, yaitu pada Pasal 52 ayat 1) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menjelaskan bahwa perjanjian kerja dibuat atas dasar sebagai berikut :74 a. Kesepakatan antara kedua belah pihak; b. Kemampuan atau kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum; c. Adanya suatu pekerjaan yang diperjanjikan; d. Pekerjaan yang diperjanjikan tidaklah bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Apabila syarat pada point 1) dan 2) tidak dapat dipenuhi dalam membuat perjanjin kerja, maka terhadap perjanjian kerja yang sudah dibuat dapat dibatalkan, sedangkan jika poin 3) dan 4) yang tidak dipenuhi maka perjanjian kerja yang dibuat menjadi batal dan tidak sah demi hukum.

Adapun Bentuk-bentuk Perjanjian Kerja, diantaranya dalam pembuatan perjanjian kerja tidak ditentukan bagaimana bentuk tertentu, jadi bisa dilakukan secara lisan dengan surat pengangkatan oleh pihak lembaga dan tunduk pada ketentuan dalam Pasal 1320 KUHPerdata, dan dapat pula dilakukan secara tertulis, yaitu dalam bentuk surat perjanjian kontrak kerja yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak dan harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan Jenis Perjanjian Kerja, diantaranya Jenis perjanjian kerja yang dibedakan sebagaimana akan dijelaskan peneltiti yaitu yang pertama Perjanjian kerja dibedakan atas lamanya waktu yang disepakati dalam perjanjian kerja, yaitu dapat dibagi menjadi Perjanjian Kerja untuk Waktu Tertentu (PKWT) dan Perjanjian Kerja untuk Waktu Tidak Tertentu (PKWTT). Perjanjian Kerja untuk Waktu Tertentu, ini pada prinsipnya perjanjian kerja untuk waktu tertentu ini diatur untuk memberikan perlindungan bagi tenaga kerja yang dalam hal ini perlindungan bagi Dosen, dengan dasar pertimbangan agar tidak terjadi dimana pengangkatan tenaga kerja itu dilakukan melalui perjanjian dalam bentuk perjanjian kerja waktu tertentu untuk pekerjaan yang sifatnya terus-menerus atau merupakan suatu pekerjaan tetap/ permanen suatu badan usaha/ lembaga. Sedangkan Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tidak Tertentu, untuk waktu tidak tertentu (PKWTT) dapat mensyaratkan masa percobaan kerja paling lama selama 3 (tiga) bulan, dan dalam masa percobaan tersebut lembaga dilarang membayar upah di bawah upah minimum yang berlaku. Apabila masa percobaan telah dilewati, selanjutnya maka pekerja/Dosen langsung menjadi berstatus pekerja tetap/Dosen tetap.

Dengan status tersebut pekerja/Dosen memiliki hak sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundang-undangan, peraturan lembaga terkait atau perjanjian kerja atau kesepakatan bersama. 75 Isi Perjanjian Kerja, Mengenai Isi yang ada pada perjanjian kerja adalah sebagai inti dari perjanjian kerja. Hal ini berkaitan langsung dengan pekerjaan yang diperjanjikan dalam perjanjian kerja. Adakalanya isi perjanjian kerja tersebut diperinci dalam perjanjian kerja, akan tetapi sering juga hanya dicantumkan pokok-pokoknya saja. Dan dalam isi perjanjian kerja sebagaimana isi perjanjian pada umumnya, tidak boleh bertentangan dengan apa yang sudah diatur dalam peraturan perundangundangan, kesusilaan dan ketertiban umum. Isi perjanjian kerja dalam hal ini menjadi pokok permasalahan sebagaimana ditegaskan bahwa pekerjaan yang diperjanjikan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-undang yang sifatnya memaksa atau dalam Undang-undang tentang ketertiban umum atau dengan tata susila masyarakat. Sehingga secara sudut pandang positif, isi yang terkandung dalam perjanjian kerja adalah dengan sendirinya merupakan kewajiban-kewajiban dan hak-hak Pekerja/Dosen serta kewajiban-kewajiban dan hak-hak Lembaga/ penyelenggara pendidikan, yang berpangkal pada melakukan pekerjaan dan pembayaran upah, acap kali kewajiban pihak yang satu tersimpul dalam pihak lainnya dan hak pihak yang satu tersimpul dalam kewajiban pihak lainnya.76 Antara pihak penyelenggara pendidikan denga pihak Dosen yang berada didalam suatu lembaga pendidikan menimbulkan adanya hubungan kerja, dimana hubungan kerja ini terjadi setelah adanya suatu perikatan/perjanjian kerja antara karyawan dan majikan/pemilik lembaga. Istilah perjanjian kerja menyatakan bahwa, perjanjian tersebut mengenai pekerja, maksudnya yaitu dengan adanya perjanjian kerja maka akan timbul kewajiban para pihak untuk bekerja. Tidak sama halnya 74

Sentosa Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Republik Indonesia Tentang Ketenagakerjaan, (Bandung : CV. Nuansa Aulia, 2005), 37.

75 Suwarto, Hubungan Industrial Dalam Praktek, 50.

76 Imam Soepomo, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja, (Jakarta : Penerbit Djambatan, 1987), 60.

37

dengan perjanjian perburuhan, yang tidak menimbulkan hak dan kewajiban untuk melakukan pekerjaan, tetapi memuat syarat-syarat tentang pembahasan perburuhan.

Berakhirnya Perjanjian, Mengenai hapusnya perjanjian atau berakhirnya perjanjian juga disinggung dan diatur pada Titel ke 4 Buku III KUHPerdata. Terkait masalah hapusnya perjanjian (tenietgaan van verbintenis) bisa juga disebut hapusnya persetujuan (tenietgaan van overeenkomst).

Yang dimaksud berakhirnya perjanjian yaitu menghapuskan semua pernyataan kehendak yang telah dituangkan dalam persetujuan bersama atau kesepakatan bersama antara pihak kreditur dan debitur.

Sehubungan dengan hal ini perlu adanya pendapat yang kiranya menjadi acuan dari segi teoritis, hapusnya persetujuan sebagai hubungan hukum antara kreditur dan debitur dengan sendirinya akan menghapuskan seluruh perjanjian. Akan tetapi jika sebaliknya dengan hapusnya perjanjian, belum tentu dengan sendirinya mengakibatkan hapusnya persetujuan. Hanya saja dengan hapusnya perjanjian, dalam persetujuan yang bersangkutan tidak lagi mempunyai kekuatan pelaksanaan. Sebab dengan hapusnya perjanjian artinya pelaksanaan persetujuan telah dipenuhi debitur.77 Prestasi dan Wanprestasi dalam Perjanjian, Prestasi disebut juga dengan istilah â&#x20AC;&#x153;performanceâ&#x20AC;? dalam hukum kontrak dimaksudkan sebagai suatu kinerja dalam suatu pelaksanaan hal-hal yang tertulis dalam suatu kontrak oleh pihak yang telah mengikatkan diri, untuk itu pelaksanaan yang mana yang sesuai dengan kondisi sebagaimana disebutkan dalam kontrak yang bersangkutan. 78 Sedangkan yang merupakan model-model dari pada prestasi adalah seperti yang disebutkan dalam Pasal 1234 KUH Perdata, yaitu berupa : Memberikan sesuatu; Berbuat sesuatu;Tidak berbuat sesuatu. Menurut Wirjono Prodjodikoro menjelaskan bahwa wanprestasi merupakan ketiadaan suatu prestasi didalam suatu hukum perjanjian, berarti suatu hal yang harus dilaksanakan sebagai isi dari suatu perjanjian. Sedangkan dalam bahasa Indonesia dapat dipakai istilah pelaksanaan janji untuk prestasi dan ketiadaan pelaksanaannya janji untuk wanprestasi. 79 Adapun menurut Subekti yang mengemukakan bahwa wanprestasi merupakan perbuatan kelalaian atau kealpaan dalam bukunya hokum perjanjian pada Bab IX tentang wanprestasi dan akibatakibatnya dijelaskan bahwa apabila si berutang (debitur) tidak melakukan apa yang dijanjikannya, maka dapat dikatakan ia melakukan wanprestasi, alpa atau lalai atau ingkar janji yang dapat berupa 4 macam yaitu:80 a. Tidak melakukan apa yang telah disanggupi akan dilakukannya b. Melaksanakan apa yang telah diperjanjikan, tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan c. Melakukan yang telah diperjanjikan tetapi terlambat d. Melakukan suatu perbuatan yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.

Menurut penjelasan Mariam Darus Badrulzaman mengatakan bahwa apabila debitur karena kesalahannya tidak melaksanakan apa yang diperjanjikan, maka debitur tersebut wanprestasi atau cidera janji. Karena salahnya sangat penting, oleh karena debitur tidak melaksanakan prestasi yang diperjanjikan sama sekali bukan karena salahnya. 81 Menurut M.Yahya Harahap bahwa wanprestasi dapat dimaksudkan sebagai pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau tidak sesuai waktunya atau dilaksankan tidak selayaknya.82 Hal tersebut mengakibatkan apabila salah satu pihak tidak memenuhi atau tidak melaksanakan isi perjanjian yang telah mereka sepakati atau yang telah mereka buat maka yang telah melanggar isi perjajian tersebut diatas dianggap telah melakukan perbuatan wanprestasi. Dari uraian tersebut di atas maka peneliti dapat mengetahui maksud dari wanprestasi itu, yaitu pengertian yang mengatakan bahwa seorang dikatakan melakukan wanprestasi apabila tidak memberikan prestasi sama sekali, juga telambat memberikan prestasi, atau melakukan prestasi tetapi tidak menurut ketentuan yang telah ditetapkan dalam pejanjian atau kesepakatan bersama. Sedangkan mengenai faktor waktu dalam suatu perjanjian yaitu sangatlah penting, dikarenakan dapat dikatakan bahwa pada umumnya dalam suatu perjanjian kedua belah pihak menginginkan agar ketentuan perjanjian itu dapat terlaksana secepat mungkin atau paling tidak, tidak ada keterlambatan, sehingga penentuan waktu pelaksanaan perjanjian tersebut sangat penting untuk 77

M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, (Bandung : Alumni, 1986), 106.

Munir Fuady, Hukum Kontrak dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, (Bandung, Citra Aditya Bakti, 1999) 87.

79 Wirjono Projodikoro, 1990, Asas-Asas Hukum Perjanjian, Bandung: Sumur, hlm. 17 80 Subekti, Hukum Perjanjian, 50.

81 Subekti, Hukum Perjanjian, 59.

82 M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, (Bandung : Alumni, 1986), 60.

78

38

mengetahui datangnya waktu yang berkewajiban untuk menepati janjinya atau melaksanakan suatu perjanjian yang telah disepakati bersama. Dengan demikian dalam setiap melakukan suatu perjanjian, prestasi merupakan suatu yang wajib dipenuhi oleh setiap debitur dalam setiap perjanjian. Prestasi merupakan isi atau inti dari suatu perjanjian, hal ini sangatlah urgen, apabila debitur tidak memenuhi prestasi sebagaimana yang telah ditentukan dalam perjanjian atau kesepakatan bersama, maka dikatakan wanprestasi. Wanprestasi memberikan akan akibat hukum terhadap pihak yang melakukannya dan membawa konsekuensi terhadap timbulnya hak pihak yang dirugikan untuk menuntut pihak yang melakukan wanprestasi untuk memberikan ganti rugi, dan sehingga oleh hukum diharapkan agar tidak ada satu pun para pihak yang dirugikan karena wanprestasi dalam suatu perjanjian.

Perjanjian Kerja Dosen Tetap PTKS Sebelum membahas terkati Perjanjian kerja Dosen tetap PTKS peneliti akan terlebih dahulu menjelaskan tentang Dosen sebagaimana yang termuat dalam Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat 2) dan 3) Nomor 3 Tahun 2016 menyinggung terkait Pengangkatan bagi Dosen Tetap Bukan Pegawai Negeri Sipil pada Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri Dan Dosen Tetap pada Perguruan Tinggi Keagamaan Swasta yang menjelaskan tentang definisi Dosen sebagai berikut :83 Dosen tetap pada perguruan tinggi keagamaan swasta yang selanjutnya disebut Dosen tetap PTKS adalah Dosen yang bekerja penuh waktu sesuai dengan masa kontrak. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 14 tentang Guru Dan Dosen juga menyebutkan terkait Perjanjian Kerja Dosen sebagai berikut : Perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama merupakan perjanjian tertulis antara guru atau dosen dengan penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan yang memuat syarat-syarat kerja serta hak dan kewajiban para pihak dengan prinsip kesetaraan dan kesejawatan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Sedangkan Perguruan Tinggi Keagamaan (PTK) dibagi menjadi dua bagian yaitu berdasarkan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Pengangkatan Dosen Tetap Bukan Pegawai Negeri Sipil Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri Dan Dosen Tetap Perguruan Tinggi Keagamaan Swasta, didalamnya dijelaskan bahwa perguruan tinggi keagamaan dibagi menjadi dua meliputi PTKN dan PTKS, berikut pasalnya : Pasal 1 Ayat 5) Perguruan Tinggi Keagamaan Swasta, yang selanjutnya disingkat PTKS, adalah perguruan tinggi yang didirikan dan diselenggarakan oleh masyarakat.

Pasal 1 Ayat 6) Perguruan Tinggi Keagamaan, yang selanjutnya disingkat PTK meliputi PTKN dan PTKS.

Perjanjian Kerja Menurut Peraturan Perundang-undangan Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata dalam analisisnya termaktub mengenai istilah dalam perjanjian kerja ini dijelaskan menyatakan bahwa perjanjian tersebut mengenai kerja, yakni dengan adanya perjanjian kerja timbulah salah satu pihak untuk bekerja. Jadi berlainan dengan perjanjian perburuhan yang tidak menimbulkan hak atas dan kewajiban untuk melakukan pekerjaan tetapi memuat syarat-syarat tentang perburuhan.84 Sehingga Perjanjian kerja yang dalam bahasa belanda biasa disebut Arbeidsovereenkoms atau kontrak kerja dapat diartikan dalam berbagai pengertian, diantaranya yang pertama disebutkan dalam ketentuan Pasal 1601 a KUH Perdata, mengenai perjanjian kerja disebutkan bahwa :

83 84

PMA Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Pengangkatan Dosen Tetap Bukan PNS PTKN Dan Dosen Tetap PTKS Imam Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, (Jakarta: Djambatan, 2003), 70.

39

Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian di mana pihak yang satu si buruh, mengikatkan dirinya untuk di bawah perintahnya pihak lain, si majikan untuk suatu waktu tertentu, melakukan pekerjaan dengan menerima upahâ&#x20AC;?.

Setelah diakumulasikan tentang beberapa definisi terkait perjanjian kerja, khususnya untuk definisi yang ditentukan pada Pasal 1601 a KUH Perdata tersebut dijelaskan perkataan â&#x20AC;&#x153;dibawah perintahâ&#x20AC;? maka perkataan inilah yang merupakan norma dalam perjanjian kerja dan inilah yang membedakan antara perjanjian kerja dengan perjanjian-perjanjian lainnya. Kemudian tentang ketentuan â&#x20AC;&#x153;dibawahâ&#x20AC;? ini mengandung arti bahwa salah satu yang menjadikan perjanjian kerja tersebut haruslah tunduk pada pihak lainnya, atau di bawah perintah atau pimpinan orang lain artinya disini ada unsur wewenang perintah dan dengan adanya wewenang perintah tersebut, berarti antara kedua belah pihak ada kedudukan yang tidak sama yang disebut subordinasi (adanya kedudukan bawahan).

Jadi disini dijelaskan bahwa ada pihak yang kedudukannya di atas, yaitu yang memerintah dan ada pihak yang kedudukannya di bawah, yaitu yang diperintah.85 Maka dengan adanya ketentuan tersebut, maka bagi pihak buruh mau tidak mau harus tunduk pada dan di bawah perintah dari pihak lembaga.

Hak dan Kewajiban Dosen Mengenai hak dan kewajiban Dosen akan dijelaskan oleh peneliti yang akan dijelaskan dibawah ini sebagai berikut : Pembahasan mengenai hak para Dosen tertuang dalam Pasal 51 ayat (1) UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dosen berhak: a. memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial; b. mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja; c. memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual; d. memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi, akses sumber belajar, informasi, sarana dan prasarana pembelajaran, serta penelitian dan pengabdian kepada masyarakat; e. memiliki kebebasan akademik, mimbar akademik, dan otonomi keilmuan; f. memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan menentukan kelulusan peserta didik; dan g. memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi/organisasi profesi keilmuan.

Kemudian hak bagi para Dosen terdapat dalam Pasal 52 dan Pasal 58 UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal ini membahas terkait penghasilan yang menjadi hak-hak Dosen diantaranya sebagai berikut :

Pasal 52 Penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1) huruf a meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain yang berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, tunjangan kehormatan, serta maslahat tambahan yang terkait dengan tugas sebagai dosen yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi.

(1) Dosen yang diangkat oleh satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah diberi gaji sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Dosen yang diangkat oleh satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh masyarakat diberi gaji berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama.

Selanjutnya terkait Kewajiban Dosen disinggung dalam Pasal 60 UU Nomor 14 tahun 2005, dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, Dosen berkewajiban: a. melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat; b. merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; 85

Djumaji, Perjanjian Kerja, (Jakarta: Bina Aksara,1977), 14.

40

c. meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; d. bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang sosioekonomi peserta didik dalam pembelajaran; e. menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik, serta nilai-nilai agama dan etika; dan f. memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Kemudian Pembahasan mengenai Hak Dosen tetap bukan PNS dan Dosen tetap PTKS tertuang pada Pasal 8 Peraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Pengangkatan Dosen Tetap Bukan Pegawai Negeri Sipil Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri Dan Dosen Tetap Perguruan Tinggi Keagamaan Swasta yang memuat Hak dan kewajiban Dosen diantaranya : 1) Hak Dosen tetap bukan PNS dan Dosen tetap PTKS: a. memperoleh penghasilan; b. mendapat jaminan kesejahteraan sosial; c. mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas serta prestasi kerja, memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual; d. memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi, akses sumber belajar, sarana dan prasarana pembelajaran, serta penelitian dan pengabdian kepada masyarakat; e. memiliki kebebasan akademik, mimbar akademik, dan otonomi keilmuan; f. memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan menentukan kelulusan peserta didik; dan g. memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi/organisasi profesi keilmuan.

2) Kewajiban Dosen tetap bukan PNS dan Dosen tetap PTKS sama dengan kewajiban Dosen PNS sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

3) Bagi Dosen tetap bukan PNS dan Dosen tetap PTKS selain mendapatkan gaji dan penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga memperoleh tunjangan jabatan akademik, tunjangan profesi, dan tunjangan kehormatan bagi Profesor yang diberikan oleh pemerintah.

Analisis Perjanjian Kerja Dosen Tetap Pada Perguruan Tinggi Keagamaan Swasta di Jawa Barat Perjanjian Kerja di UNISBA Universitas Islam Bandung (UNISBA) memberlakukan perjanjian antara pihak Perguruan Tinggi dengan Dosen dilakukan dengan cara menyesuaikan atau sudah sesuai dengan yang ada Undangundang No 14 tahun 2005 yaitu pada Pasal 1 Point (7) yang menjelaskan bahwa perjanjian kerja Dosen dilakukan secara tertulis antara dosen dengan pihak penyelenggara pendidikan atau lembaga pendidikan yang memuat syarat-syarat kerja serta hak dan kewajiban para pihak dengan prinsip kesetaraan dan kesejawatan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Dosen dituntut bertanggung jawab penuh untuk masuk kelas sesuai dengan waktu, bahkan sekarang ada aturan kalau Dosen ada jadwal yang bertepatan dengan hari libur, Kita harus ganti dengan hari yang lain. Karena sistem di Unisba mengikuti yang ada di Pendidikan Tinggi. 86 Mengenai bentuk perjanjian kerja di UNISBA juga telah sesuai Pasal 51 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dimana pada ayat (1) disebutkan bahwa : (1) Perjanjian kerja dibuat secara tertulis atau lisan.

(2) Perjanjian kerja yang dipersyaratkan secara tertulis dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.

1. Perjanjian Kerja di IAID Ciamis Perjanjian kerja yang ada di IAID Ciamis dilakukan dengan sesuai dengan apa yang diintruksikan oleh Undang-undang yaitu perjanjian antara pihak Perguruan Tinggi dengan Dosen dilakukan umumnya secara tertulis antara dosen dengan penyelenggara pendidikan yang memuat syarat-syarat 86

Wawancara dengan Ayi Sobarna, S.Ag., M.Pd (Dosen Tetap UNISBA), Bandung, 11 Juli 2018.

41

kerja serta hak dan kewajiban para pihak dengan prinsip kesetaraan dan kesejawatan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Dosen dituntut bertanggung jawab penuh atas kewajiban Dosen diantaranya mengajar, melakukan penelitian, pengabdian kepada masyarakat minimal satu kali selama satu semester, kalau terkait penelitian diharuskan minimal satu tahun sekali. Dosen juga diberi Hak atas Upah/Honor sesuai UMK Ciamis dan kemampuan Yayasan. 87 Mengenai bentuk perjanjian kerja di IAID Ciamis juga telah sesuai Pasal 51 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dimana Perjanjian kerja dibuat secara tertulis atau lisan dan Perjanjian kerja yang dipersyaratkan secara tertulis dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. Akan tetapi IAID Ciamis untuk sementara ini juga sudah merealisasikan mengenai perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang pengelolaannya bekerjasama dengan BPJS akan tetapi belum ada respon dari pihak pimpinan/Rektor. Berikut wawancara Peneliti dengan salah satu Dosen di IAID Ciamis : Perjanjian Kerja di STAIMA Kota Banjar, Jawa Barat Hubungan kerja Dosen yang ada di STAIMA dengan Pihak perguruan tinggi diikat dengan adanya pengankatan Dosen di lingkungan STAIMA, diawali dengan masuknya lamaran Dosen yang diverifikasi untuk didalami terkait keseriusan calon Dosen, artinya perekrutan Dosen ini dimaksudkan untuk Dosen tidak serta merta hanya bekerja saja, akan tetapi agar supaya Dosen dapat mengamalkan ilmunya, karena Upah kisarannya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Dosen, adakala Mahasiswanya kurang akan mempengaruhi upah Dosen, terkait hubungan pihak lembaga dengan Dosen secara kelembagaan dibuktikan dengan pernyataan Dosen kepada lembaga dengan mengajukan surat lamaran Dosen. Kemudian dibuktikan dengan SK Dosen dari lembaga yang memuat beban kerja Dosen minimal 12 SKS, maksimalnya tergantung kepada lembaga, manakala SK yayasan sudah ditempuh, Maka lembaga berkewajiban mengankat prestasi Dosen yaitu mendaftarkan sebagai Dosen tetap yang tujuannya mengikat kembali Dosen dengan Lembaga, agar diakui penuh oleh Negara (Dosen NIDN), ini juga dimaksudkan juga untuk membantu kesejahteraan Dosen.Perjanjian kerja antara pihak perguruan tinggi (STAIMA) dengan pihak Dosen sudah sesuai dengan Undang-undang yang telah berlaku. Akan tetapi masih belum dapat teralisasi dikarenakan perlu pelaksanaan dari Perjanjian tersebut dilakukan secara bertahap, artinya pertama jika kewajiban Dosen sudah dilaksanakan, lembaga juga mempunyai kewajiban mengeluarkan nilai kesejahteraan Dosen hanya nilai pengupahan disesuaikan dengan kemampuan lembaga. Artinya belum bisa ditentunkan sekian juta, hal ini disesuaikan dengan kemampuan keuangan dan diktum Yayasan tentang pengangkatan pegawai itu ada dibebankan oleh keuangan lembaga yang membuat perjanjian, meskipun sudah muncul nilai nominal dalam Perjanjian tersebut. 88 Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan perjanjian kerja antara pihak Dosen Tetap dengan Pihak STAIMA Tentang perjanjian tersebut salah satunya adalah pihak lembaga belum mengeluarkan perintah untuk merealisasikan perjanjian tersebut.

Kesimpulan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Dosen Secara umum di Jawa Barat sudah sesuai dengan undangundang yaitu termaktub dalam Pasal I ayat (7) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen yang menjelaskan bahwa konsep Perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama dalam Pasal tersebut dijelaskan bahwa perjanjian yang dilakukan secara tertulis antara dosen dengan penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan yang memuat syarat-syarat kerja serta hak dan kewajiban para pihak dengan prinsip kesetaraan dan kesejawatan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Akan tetapi hal tersebut dalam lingkungan akademisi masih ada saja terjadi keresahan terutama tentang perjanjian Dosen yang melakukan perjanjian kerja tanpa adanya perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja. Keresahan ini timbul karena dalam realitanya belum terealisasinya perlindungan tersebut, khususnya di Wilayah Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta di Jawa Barat, ada salah satu Perguruan Tinggi yang belum melaksanakan perlindungan tersebut, sehingga dalam penerapannya tidak semua yang dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan 87

Wawancara dengan Abdul Azis (Sekertaris Institut merangkap Kaprodi PAI IAID Ciamis), Ciamis, 24 Juli 2018.

88 Wawancara dengan Matur Hamami (Sekretaris STAIMA) Banjar , 14 Juli 2018.

42

perundang-undangan yang berlaku, terutama yang terkait dengan ketenagakerjaan. Menurut Soepomo, mengenai pembahasan terkait perlindungan tenaga kerja dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu diantaranya sebagai berikut :89 pertama, Perlindungan Ekonomis, perlindungan tersebut merupakan perlindungan tenaga kerja dalam bentuk penghasilan yang cukup, termasuk apabila tenaga kerja tersebut tidak mampu bekerja di luar kehendaknya. Kemudian yang kedua, mengenai Perlindungan Sosial, perlindungan sosial merupakan perlindungan tenaga kerja yang berbentuk jaminan kesehatan kerja, kebebasan berserikat dan perlindungan untuk berorganisasi. Selanjutnya yang terkhir Perlindungan Teknis, perlindungan tersebut merupakan perlindungan tenaga kerja yang berbentuk keamanan dan keselamatan kerja.

Perlindungan tenaga kerja sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tersebut bertujuan untuk menjamin berlangsungnya hubungan kerja agar menimbulkan keharmonisan antara Dosen Tetap dengan Penyelenggara Pendidikan tanpa disertai adanya tekanan-tekanan dari pihak yang kuat kepada yang lemah. maka dari itu UU tersebut pelaksanaannya telah diatur berbagai macam perlindungan terhadap pekerja termasuk pekerja yang memakai Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT). Kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Perjanjian Kerja Dosen Tetap Dalam pelaksanaan Perjanjian bagi para Dosen Tetap dengan pihak Perguruan Tinggi yang melakukan Perjanjian kerja dengan bentuk Perjanjian Kerja Waktu Tertentu tidak selalu bisa berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.Pada pelaksanaannya terdapat berbagai kendala yang menghambat tercapainya keinginan dari pembuat undang-undang. Hal tersebut terjadi terhadap pemberian yang akan dilimpahkan terkait perlindungan bagi para Dosen Tetap yang bekerja dengan bentuk Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, yang dalam hal ini bentuk perjanjian kerja waktu tertentu tersebut menimbulkan keresahan yang berkelanjutan. Berikut hambatan-hambatan menjadi kendala dalam pelaksanaan Perjanjian Kerja Dosen Tetap di salah satu Perguruan Tinggi Keagamaan Swasta di Jawa Barat diantaranya sebagai berikut : a. Nilai penggajihan Dosen yang sedikit 90 b. Beban kerja Dosen kurang terpenuhi c. Kesejahteraan Dosen kurang diperhatikan91 d. Tidak adanya penghargaan terhadap Dosen e. Minimnya Jumlah Sumber Daya Manusia f. Minimnya Jumlah Mahasiswa g. Mahasiswa telat membayar biaya perkuliahan h. Minimnya sarana prasarana yang kurang memadai i. Ketidaksesuaian latar belakang akademik dengan mata kuliah yang diampu. 92 j. Kemauan dari lembaga untuk merealisasikannya 93 Selain dari pernyataan diatas Peneliti mencoba menjelaskan mengenai hambatan-hambatan yang menjadi kendala dalam pelaksanaan Perjanjian Kerja diantaranya sebagai berikut : Kendala Berkaitan dengan Perjanjian Kerja Dalam dunia kerja seorang pekerja yang akan memulai bekerja di suatu lembaga akan membuat kesepakatan dengan adanya Perjanjian kerja dengan lembaga yang akan mempekerjakannya.

Perjanjian kerja tersebut merupakan awal mula terjadinya hubungan kerja antara pekerja dengan pihak lembaga. Perjanjian kerja tersebut sebelumnya telah disediakan secara sepihak oleh lembaga yang akan mempekerjakan pekerja tersebut, dimana isi dari perjanjian kerja tersebut sudah dibuat secara sepihak oleh Penyelenggara Pendidikan. Sedangkan bagi pihak Dosen atau pekerja tinggal menyetujui 89

Abdul Hakim, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2003), 6162.

90 Wawancara dengan Mastur Hamami (Dosen merangkap Sekertaris STAIMA Kota Banjar), Banjar, 14 Juli 2018 91 Wawancara dengan Yudi Kusmayadi (Dosen Tetap STAIMA Kota Banjar), Banjar, 17 Juli 2018 92 Wawancara dengan Mastur Hamami (Dosen merangkap Sekertaris STAIMA Kota Banjar), Banjar, 14 Juli 2018 93 Wawancara dengan Miftahudin (Dosen Tetap STAIMA Kota Banjar), Banjar, 15 Juli 2018

43

saja sebagai bentuk persetujuan atau dapat menolak perjanjian kerja tersebut. Sehubungan isi yang ada dalam perjanjian kerja ttersebut elah dibuat terlebih dahulu secara sepihak oleh Penyelenggara Pendidikan, maka biasanya isinya cenderung berat sebelah dan lebih memberikan keuntungan kepada Penyelenggara Pendidikan, dan Dosen berada dalam posisi yang dirugikan. Keadaan tersebut diatas menurut Sri Gambir Melati Hatta, timbul dikarenakan kedudukan lembaga pendidikan yang kuat baik dalam segi ekonomi maupun kekuasaan, sedangkan pekerja berada dalam posisi yang lemah karena sebagai pihak yang membutuhkan pekerjaan. Posisi monopoli Lembaga ini membuka peluang baginya untuk menyalahgunakan kedudukannya sehingga mengakibatkan lembaga terkait hak-haknya dan tidak kewajibannya.94 Kendala Berkaitan dengan Pengawasan Dalam kaitannya pengawasan ketenagakerjaan merupakan unsur penting didalam perlindungan terhadap para Dosen, sebagai salah satu upaya penegakan hukum ketenagakerjaan yang muncul secara menyeluruh. Dengan demikian pengawasan diharapkan agar pelaksanaan terhadap peraturan tentang ketenagakerjaan dapat berjalan dengan lancar. Dengan demikian melalui pengawasan yang dilakukan diharapkan dapat meniadakan atau memperkecil adanya pelanggaran-pelanggaran terhadap UndangUndang Ketenagakerjaan, sehingga proses hubungan industrial dapat berjalan dengan baik dan harmonis. Selain sebagai upaya perlindungan tenaga kerja, pengawasan ketenagakerjaan memiliki tujuan sosial, diantaranya untuk peningkatan kesejahteraan dan jaminan sosial bagi para pekerja yang menjadikan peningkatan kinerja dalam dunia kerja. Mengenai pentingnya Pengawasan Perburuhan disini disinggung pada pasal 1 UU Nomor 23 Tahun 1948 tentang pengawasan perburuan. Sedangkan Faktor-faktor yang menjadi pendukung dalam pelaksanaan Perjanjian Kerja Dosen Tetap pada Perguruan Tinggi Keagamaan Swasta di Jawa Barat diantaranya sebagai berikut : 1. Peran Dukungan dari bagian kepegawaian di Perguruan Tinggi untuk segera merealisasiakn Perjanjian tersebut95 2. Perekrutan Tenaga Pendidik yang sangat ketat 3. Kedisiplianan Mahasiswa dalam pembayaran biaya perkuliahan 4. Nilai penggajihan Dosen untuk segera ditingkatkan 5. Terpenuhinya sarana prasarana kampus yang sangat memadai 6. Kedisiplinan Dosen dalam kegiatan perkuliahan 7. Kesejahteraan Dosen ditingkatkan.

8. Disegerakannya Program keselamatan dan kesehatan kerja Dalam upaya yang untuk mengatasi kendala dalam Pelaksanaan Perjanjian Kerja Dosen Tetap pada PTKS di Jawa Barat Peneliti akan mencoba memberikan solusi terhadap kendala-kendala yang ada dalam pelaksanaan perjanjian kerja antara pihak Penyelenggara pendidikan dan pihak Dosen.

Untuk kendala yang berkaitan dengan Undang-undang Guru dan Dosen Peraturan pemerintah sebaiknya segera melakukan perbaikan terhadap regulasi pada Dosen Tetap agar perlindungannya disetarakan dengan pegawai Dosen PNS, agar para Dosen mendapatkan perlindungan hukum yang lebih baik. Misalnya dengan lebih memperjelas aturan tentang pelaksanaan Perjanjian Kerja Dosen Tetap salah satunya adalah memperjelas pengertian tentang batasan-batasan dari makna kata hak-hak dan Kewajiban para Dosen yang ada dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda. Karena adanya penafsiran yang berbeda akan menimbulkan kesulitan dalam memberikan hak-hak dan kewajiban terhadap Guru dan Dosen dengan sistem Perjanjian Kerja. Berikut salah satu Wawancara dengan Informan yang Penulis rangkum sedemikian rupa, yang menjadi solusi terkait Perjanjian kerja tentang Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah sebagai berikut: 1. Kejujuran dari pihak lembaga harus diperbaiki96 2. Lembaga Pendidikan agar lebih Selektif dalam perekrutan Dosen 94

Sri Gambir Melati Hatta, Beli Sewa Sebagai Perjanjian Tak Bernama: Pandangan Masyarakat dan Sikap Mahkamah Agung Indonesia , (Bandung : PT. Alumni, 1999), hal. 139.

95 Wawancara dengan Miftahudin, (Dosen Tetap STAIMA Kota Banjar), Banjar, 15 Juli 2018 96

Wawancara dengan Yudi Kusmayadi (Dosen Tetap STAIMA Kota Banjar), Banjar, 17 Juli 2018

44

3. Pemberitahuan kepada calon Dosen yang ingin diangkat menjadi Dosen Tetap 4. Untuk segera direaisasikannya terkait Perjanjian kerja tentang Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja tersebut yang pengelolaannya bekerjasama dengan BPJS kesehatan.

Dengan adanya kendala yang dihadapi berkaitan dengan pengawasan, sebaiknya setiap pengawas diberikan kewenangan untuk melakukan penindakan langsung terhadap pelanggaran yang terjadi pada Perjanjian Kerja Dosen Tetap dengan Pihak Penyelenggara Pendidikan tersebut, sehingga fungsi pengawasan dapat memberikan efek jera terhadap para Penyelenggara Pendidikan yang melakukan pelanggaran yang menyebabkan Hak-hak Dosen tersebut terbengkalai. Selain itu fungsi pengawasan lebih ditingkatkan dikarenakan setiap hak-hak bagi Dosen sangatlah penting demi terwujudnya kesejahteraan bagi para Dosen.

DAFTAR PUSTAKA Sri Gambir Melati Hatta, Beli Sewa Sebagai Perjanjian Tak Bernama: Pandangan Masyarakat dan Sikap Mahkamah Agung Indonesia , (Bandung : PT. Alumni, 1999), hal. 139.

Abdul Hakim, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2003.

Imam Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, Jakarta: Djambatan, 2003.

Djumaji, Perjanjian Kerja, Jakarta: Bina Aksara,1977.

M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Bandung : Alumni, 1986.

Munir Fuady, Hukum Kontrak dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1999.

Suwarto, Hubungan Industrial Dalam Praktek Imam Soepomo, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja, Jakarta : Penerbit Djambatan, 1987.

M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Bandung : Alumni, 1986.

Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Jakarta : PT. Pradnya Paramita, 2001.

Djumadi, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, (Jakarta : PT. Raja Grafindo: 1993.

Mariam Darus Badrulzaman, dkk., Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2001.

Qiram Syamsudin Meliala, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Beserta Perkembangannya, Yogyakarta : Liberty, 1985.

Sentosa Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Republik Indonesia Tentang Ketenagakerjaan, Bandung : CV. Nuansa Aulia, 2005.

Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta : Intermasa, 1998.

Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Jakarta: Bina Cipta, 1988.

Purwahid Patrick, Dasar-dasar Hukum Perikatan, Bandung : Mandar Maju, 1994.

Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Perjanjian, Bandung: Bale Bandung, 1986.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen Peraturan Pemerintah No 37 Tahun 2009 Tentang Dosen PMA Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Pengangkatan Dosen Tetap Bukan PNS PTKN Dan Dosen Tetap PTKS Wawancara dengan Yudi Kusmayadi (Dosen Tetap STAIMA Kota Banjar), Banjar, 17 Juli 2018 Wawancara dengan Miftahudin, (Dosen Tetap STAIMA Kota Banjar), Banjar, 15 Juli 2018 Wawancara dengan Mastur Hamami (Dosen merangkap Sekertaris STAIMA Kota Banjar), Banjar, 14 Juli 2018 Wawancara dengan Mastur Hamami (Dosen merangkap Sekertaris STAIMA Kota Banjar), Banjar, 14 Juli 2018 Wawancara dengan Ayi Sobarna, S.Ag., M.Pd (Dosen Tetap UNISBA), Bandung, 11 Juli 2018.

Wawancara dengan Abdul Azis (Sekertaris Institut merangkap Kaprodi PAI IAID Ciamis), Ciamis, 24 Juli 2018.

45

SITUATION METHOD DALAM PEMBELAJARAN MATA KULIAH BAHASA ARAB PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Hisam Ahyani Dosen Tetap STAI Miftahul Huda Al-Azhar Banjar Email : hisamahyani2@gmail.com ABSTRACT: This research is motivated, namely in the teaching and learning process without using the method, it will not progress and develop and it will be difficult to achieve a goal that is expected from the teaching and learning process. Departing from this problem, the author wishes to describe the learning methods in Arabic courses in the Islamic Religious Education Study Program and analyze these learning methods, of course, the learning method used is a method that is very relevant to the present. The Arabic language course can be said to have complex characteristics, so in this learning it needs a lot of memorization that allows students to master the Arabic language material.

However, it should be noted that in the teaching and learning process there should be no emphasis because this will make the students' psychic weak. For this reason, the authors consider the Situation Method as the answer. This method is applied to make it easier for students to learn Arabic.

Keywords: Situation Method, Learning Approach.

ABSTRAK : Penelitian ini dilatarbelakangi yaitu dalam proses belajar mengajar tanpa menggunakan metode, maka tidak akan maju dan berkembang serta akan kesulitan didalam mencapai sebuah tujuan yang diharapkan dari proses belajar mengajar tersebut. Berangkat dari permasalahan inilah penulis berkeinginan memaparkan metode pembelajaran pada mata kuliah bahasa arab pada Program Studi Pendidikan Agama Islam dan menganalisa metode pembelajaran tersebut yang tentunya metode pembelajaran yang digunakan adalah metode yang sangat relevan untuk masa kini. Mata kuliah Bahasa arab dapat dikatakan memiliki karakteristik rumit, maka dalam pembelajaran ini perlu banyak hafalan yang memungkinkan siswa dapat menguasai materi bahasa arab tersebut. Akan tetapi perlu diketahui dalam proses belajar mengajar tidak boleh adanya penekanan dikarenakan ini akan menjadikan psikis siswa menjadi lemah. Untuk itu penulis menganggap metode Memperhatikan Situasi (Situation Method) sebagai jawabannya. Metode ini diterapkan untuk memudahkan siswa dalam mempelajari bahasa arab.

Kata Kunci: Situation Method, Pendekatan Pembelajaran.

Pendahuluan Dalam kehidupan sehari-hari, manusia untuk melakukan komunikasi antar sesama dalam keadaan formal maupun non formal, akan selalu terikat oleh suatu alat yang dalam menentukan sukses tidaknya interaksi itu berlangsung secara wajar dan alat itu disebut bahasa. Bahasa memiliki peran sangat penting dalam kehidupan manusia dan diantara fungsi bahasa dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan bahasa orang akan sangat mudah dalam menyampaikan tujuan atau pikiran dalam diri yang ingin diungkapkannya, dengan bahasa seseorang akan dapat menunjukan identitas dirinya sehingga dapat terangkat harkat dan martabanya dimata manusia yang lain dan dengan bahasa pun manusia dapat melakukan komunikasi dengan lisan maupun tulisan. Berbagai bahasa yang ada di dunia ini jumlahnya begitu banyak dan beraneka ragam antar bahasa yang satu dengan bahasa yang lainnya bahkan jumlahnya mencapai ribuan dan belum termasuk didalamnya bahas-bahasa yang telah punah. Bahasa arab adalah termasuk bahasa manusia yang pada masa kini banyak digunakan oleh umat manusia terutama bagi mereka yang beragama Islam dan merupakan bahasa terlaris didunia setelah bahasa Inggris. Secara etimologi, karakteristik berasal dari akar kata bahasa Inggris yaitu character yang berarti watak, sifat, ciri. Kata characteristic berarti sifat yang khas atau ciri khas sesuatu. Dalam istilah bahasa Arab kata karakteristik dikenal dengan ‫ خصائص‬sebagai bentuk jamak dari ‫ خصوصیـة‬yang diartikan dengan kekhususan atau keistimewaan. Berikut ini adalah karakteristik bahasa Arab: 46

a. Jumlah abjad sebanyak 28 huruf dengan tempat keluarnya huruf (makharijul huruf) yang berbeda dengan bahasa lainnya. b. I’rab, sesuatu yang mewajibkan keberadaan akhir kata pada keadaan tertentu, baik rofa’, nashab, jazm dan jar yang terdapat pada isim (kata benda) dan juga fi’il (kata kerja). c. Notasi syair (ilmu ‘arudl) yang mana dengan ilmu ini menjadikan syair berkembang dengan perkembangan yang sempurna. d. Bahasa ‘ammiyah dan fush-ha, ‘Ammiyah dipergunakan dalam interaksi jual beli atau komunikasi dalam situasi tidak formal sedang fush-ha adalah bahasa sastra dan pembelajaran, bahasa resmi yang dipergunakan dalam buku keislaman dan ilmu pengetahuan. e. Adanya huruf “dhod” yang tidak ada pada makhroj bahasa lain,dll. f. Kata kerja dan gramatikal yang digunakan selalu berubah sesuai dengan subyek yang berhubungan dengan kata kerja tersebut. g. Tidak adanya kata yang bersyakal dengan syakal yang sulit dibaca, seperti ” fi-u-la”. Tidak adanya kata yang mempertemukan dua huruf mati secara langsung. h. Sedikit sekali kata-kata yang terdiri dari dua huruf (al alfadz al tsunaiyyah) kebanyakan tiga huruf, kemudian ketambahan satu, dua, tiga, sampai empat huruf. i. Tidak adanya huruf yang berharakat secara terus-menerus, di samping aspek-aspek lain yang termasuk dalam ranah deep structure (al bina’ al dahily) baik segi metafora, fonologui, kamus.

Bahasa arab sangat elastis, menganut sistem analogi (qiyas) dan kaya dengan derivasi (isytiqoq) dan perbendaharaan kata (mufrodat) (Abd Wahab Rosyidi, 2011: 04). Bahasa arab juga merupakan bahasa kaum muslimin sejak lahirnya agama Islam itu sendiri bahkan sebelum Islam pun, bahasa arab sudah ada. Bahasa arab merupakan bahasa Al-Qur’an dan Hadiṡ sebagai sumber hukum dan pedoman pertama dalam Islam dan juga sebagai alat menyampaikan dakwah Islam. Firman Allah SWT: “Sesungguhnya kami (Allah) menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu (dapat) memahaminya”. (QS. Yusuf ayat 2). Bahasa arab merupakan bahasa tertua yang tidak mengalami perubahan dan pergantian selama abad lebih dari penjuru timur maupun barat. Bahkan bahasa arab merupakan bahasa resmi pada dunia Internasional. Bahasa Arab juga termasuk bahasa surga, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Cintailah bahasa arab, karena aku (Rasulullah) adalah turunan arab; Al-Qur’an berbahasa arab dan sekaligus bahasa penghuni surga kelak”. (HR. AlBaihaqi).

Didalam sejarah tercatat bahwa perkembangan agama samawi atau agama wahyu tidak ada kitab suci yang masih asli bahasanya terkecuali hanya satu yaitu Al-Qur’an. Ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan dalam dua periode yaitu periode sebelum hijrah dari Makkah ke Madinah dan periode setelah hijrah, masih tetap dalam bahasa aslinya. Setiap alih bahasa dari bahasa Arab atau tafsirannya tidah dapat disebut Al-Qur’an, akan tetapi dikatakan sebagai terjemahan atau tafsir AlQur’an. Dengan begitu tidak ada Al-qur’an selain menggunakan bahasa arab. Maka dari itu mempelajari bahasa kitab suci AlQur’an bagi kaum muslimin adalah wajib, disamping itu mempelajari bahasa arab adalah mendalami pemahaman agama Islam dari sumber aslinya. Dalam mempelajari bahasa arab kita dihadapkan dalam dua pokok permasalahan, yaitu masalah yang muncul dari diri kita sendiri (internal) seperti psikologi dan masalah yang muncul dari luar dirinya sendiri (eksternal) seperti metodologi pembelajaran dan pembelajaran bahasa arab.

Maka perlu adanya pencarian metode yang sesuai dalam mempelajari maupun mengajarkan bahasa Arab. Kebanyakan orang menganggap bahwa bahasa arab adalah bahasa yang sulit untuk dipelajari karena bahasa arab memiliki tata bahasa yang cukup rumit dan komplek, hal ini menjadi kendala bagi orangorang awam terutama bagi para siswa dalam mempelajarinya. Adapun tata bahasa (Qawāid) dalam bahasa arab adalah Nahwu, ṣaraf dan masih banyak lagi yang lain. Perlu diketahui mempelajari bahasa arab termasuk didalamnya ilmu Nahwu dan ilmu ṣaraf hukumnya wajib.

Pembelajaran merupakan suatu proses penting yang berfungsi membimbing seseorang pelajar dalam kehidupan ini, yaitu membimbing perkembangan fisik maupun psikisnya, disamping pembelajaran juga merupakan penyajian bahan atau materi pelajaran, dari keterangan tersebut kiranya dapat diambil pengertian bahwa dalam pengajaran itu berlangsung suatu proses belajar mengajar dan interaksi antara guru dan murid. Pembelajaran bahasa arab diarahkan kepada pencapaian tujuan, yakni tujuan jangka panjang (umum) dan tujuan pendek (khusus). Didalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efesien, mengena pada tujuan yang 47

diharapkan. Ada beberapa aspek yang sangat mendukung demi tercapainya sebuah tujuan dari proses belajar mnegajar yaitu tujuan-tujuan yang akan dicapai, materi pelajaran yang akan diajarkan, siswa yang belajar, guru yang mengajar, metode yang digunakan dalam pembelajaran dan lingkungan dan evaluasi. Dalam proses belajar mengajar tanpa menggunakan metode, maka tidak akan maju dan berkembang serta akan kesulitan didalam mencapai sebuah tujuan yang diharapkan dari proses belajar mengajar tersebut.

Metode adalah rencana menyeluruh yang berkenaan dengan penyajian materi bahasa secara teratur, tidak ada satu bagian yang bertentangan dengan yang lain dan semuanya berdasarkan atas approach yang dipilih serta sifanya prosedural (Azhar Arsyad, 2003 : 19). Memang orang beranggapan bahwa bahasa arab itu sangat sulit dipelajari, akan tetapi ketika orang tersebut dapat memperaktekan metode pembelajaran bahasa arab tersebut dengan baik dan benar maka kesulitanpun akan hilang. Pengajaran bahasa arab secara tradisional mengutamakan banyak hafalan-hafalan qawaid terutama pada tingkat pemula ternyata kurang banyak memberikan keuntungan, bahkan berakibat pengajaran bahasa arab dipandang sukar, sulit dan momok (Tayar Yusuf, 1997: 190). Berangkat dari masalah seperti inilah penulis berkeinginan memaparkan Fiâ&#x20AC;&#x2122;il Muâ&#x20AC;&#x2122;tal, makna-maknanya dan penggunaannya dalam kalimat. Selain mendeskripsikan tentang makna-maknanya dan penggunaannya didalam kalimat, agar pikiran ilmiah ini tidak hanya bermanfaat bagi anak didik, tapi juga pendidik atau calon guru bahasa arab, penulis juga berkeinginan memaparkan metode pembelajaran bahasa arab dan menganalisa metode pembelajaran ᚣaraf yang dispesifikan pada materi Fiâ&#x20AC;&#x2122;il Muâ&#x20AC;&#x2122;tal dan tentunya metode pembelajaran yang digunakan adalah metode yang sangat relevan untuk masa kini.

Metode Penelitian Ditinjau dari tempatnya, penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kepustakaan (library research), bukan penelitian kancah lapangan. Penulis menggunakan buku sebagai sumber utama dalam literatur yang lain, berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Objek pembahasan dalam penelitian ini adalah pembelajaran untuk mata kuliah bahasa arab pada Program Studi Pendidikan Agama Islam. Kemudian untuk mengumpulkan data-data, pengumpulan data dengan masalah bukubuku serta catatan-catatan yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Sumber data ini berasal dari buku-buku, jurnal, catatancatatan serta sumber tertulis yang relevan dan mendukung permasalahan yang penulis bahas. Metode Analisis Data Pada umumnya penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis yang dalam langkah penelitiannya tidak memerlukan adanya hipotesa (Suharsimi Arikunto, 1998: 245). Oleh karenanya data yang sudah terkumpul, akan penulis analisis dengan metode dan cara berfikir sebagai berikut : Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menerangkan fakta dan fenomena yang ada dan keterangan hasilnya berupa ungkapan dan pemaparan apa adanya (Sudaryanto, 1998: 62). Metode ini digunakan oleh penulis untuk memaparkan tentang metodologi pembelajaran yang meliputi: definisi Fiâ&#x20AC;&#x2122;il Muâ&#x20AC;&#x2122;tal dan pembagiannya, macam-macam metode pembelajaran Fiâ&#x20AC;&#x2122;il Muâ&#x20AC;&#x2122;tal, analisis, dan kesimpulan.

Metode Deduktif Cara berfikir deduktif adalah cara berfikir yang berangkat dari pengetahuan yang sifatnya umum dan bertitik tolak pada pengetahuan umum itu, hendak menilai suatu kejadian yang khusus (Sutrisno Hadi, 2001: 42). Dengan berfikir seperti ini, penulis terlebih dahulu memaparkan tentang pengertian metode pembelajaran Bahasa Arab secara umum baik menurut bahasa maupun secara istilah. Kemudian tentang pembagiannya dilihat dari berbagai segi, setelah itu membahas metode pembelajaran Bahasa arab. Metode Induktif yaitu cara berfikir yang berangkat dari faktafakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang kongkrit, kemudian dari fakta-fakta atau peristiwaperistiwa yang kongkrit itu ditarik generalisasi yang mempunyai sifat umum (Sutrisno Hadi, 2001: 42). Cara berfikir ini penulis gunakan untuk menganalisa mata kuliah bahasa arab serta metode pembelajarannya yang tepat dan dapat dijadikan sebagai formula dimasa kini.

Pembahasan Berdasarkan pemaparan diatas penulis menemukan metode terbaru dan relevan untuk masa kini yaitu metode memperhatikan situasi (situasion method) dimana penerapan metode ini mengedepankan faktor situasi dan kondisi dan tidak ada tekanan bagi peserta didik. Sehingga didalam proses pembelajaran tujuan pembelajaran akan tercapai. Metode tersebut merupakan bagian dari beberapa metode pembelajaran yang ada sehingga pada prakteknya keaktifan seseorang guru serta dasar pertimbangannya didalam memilih metode menjadi aspek yang sangat signifikan dalam keberhasilan 48

sebuah pembelajaran. Menurut peneliti metode memperhatikan situasi (situasion method) adalah metode yang tepat untuk digunakan dalam pebelajaran bahasa arab dalam hal ini adalah mata kuliah bahasa arab pada program studi pendidikan agama islam dikarenakan pada prakteknya sangat mengedepankan aspek psikologi anak. Dalam proses pembelajaran selain menggunakan metode, adakalnya pendekatan merupakan langkah yang lain yang harus dilakukan guru untuk keberhasilan tujuan pendidikan dengan mempertibangkan materi atau jenis materi yang akan disajiakan. Oleh sebab itu tiap-tiap meteri itu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda yang dengannya juga membutuhkan pendekatan yang berbeda-beda pula.

Mata kuliah bahasa arab merupakan materi yang memerlukan banyak hafalan itu harus disadari betul-betul oleh pengajar atau guru. Dengan kesadaran itu akan menumbuhkan pemikiran positif untuk menentukan pendekatan dan metode yang tepat sehingga pola pembelajaran tidak memaksakan kehendak, yang mana hal ini sangat berbahaya bagi psikis anak didik. Kesalahan pendekatan dan metode yang dilakukan oleh seorang guru bisa berdampak pada tidak tercapainya tujuan pembelajaran. Sehingga pendekatan dan metode yang paling tepat oleh pengajar dalam menyampaikan materi ini menurut penulis adalah dengan menggunakan Metode Memperhatikan Situasi (Situation Method). Materi bahasa arab ini merupakan materi yang komplek sebagaimana gambaran yang telah penulis paparkan akan berakibat siswa enggan mempelajarinya dan dapat cepat bosan menghadapinya. Kondisi ini harus cepat direspon secara positif oleh pengajar dengan menggunakan Pendekatan yang tepat. Adapun pendekatan yang penulis anggap tepat adalah pendekatan manusiawi yang komunikatif. Adapun Langkah-Langkah Penggunaan Metode Situasion Method dimana Metode pembelajaran ini untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Langkahlangkahnya sebagai berikut : a. Dosen memberikan penawaran kepada Mahasiswa dalam pembagian kelompok. b. Dosen membagi kelompoknya berdasarkan hasil dari tawaran yang disepakati. c. Mahasiswa yang sudah dikelompokan berdasarkan kesepakatan dimulai untuk melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. d. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut topik yang diajukan oleh Dosen e. Selanjutnya Dosen dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang telah didiskusikan oleh kelompok masing-masing.

Kesimpulan Metode memperhatikan situasi (situasion method) dimana penerapan metode ini mengedepankan faktor situasi dan kondisi dan tidak ada tekanan bagi peserta didik. Sehingga didalam proses pembelajaran tujuan pembelajaran akan tercapai. Metode tersebut merupakan bagian dari beberapa metode pembelajaran yang ada sehingga pada prakteknya keaktifan seseorang guru serta dasar pertimbangannya didalam memilih metode menjadi aspek yang sangat signifikan dalam keberhasilan sebuah pembelajaran. Metode memperhatikan situasi (situasion method) adalah metode yang tepat untuk digunakan dalam pebelajaran bahasa arab dalam hal ini adalah mata kuliah bahasa arab pada program studi pendidikan agama islam dikarenakan pada prakteknya sangat mengedepankan aspek psikologi anak.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bina Cipta, 1998.

Arsyad, Azhar. Bahasa Arab Dan Metode Pengajarannya. Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2003.

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi, 2001.

Sudaryanto. Metode Linguistik. Jakarta: Raja Grafindo, 1998.

Wahab Rosyidi, Abd. Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab. Malang:UIN Maliki Press, 2011.

Yusuf, Tayar, dan Syaiful Anwar. Metodologi Pengajaran Agama Dan Bahasa Arab. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997.

49

PENARIKAN HARTA WAKAF MENURUT PENDAPAT EMPAT MADZHAB DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF Naelul Azmi Dosen Tetap STAI Miftahul Huda Al-Azhar Banjar Email: naelcaem19@yahoo.co.id

ABSTRACT: The background of the research in this thesis is that waqf in Indonesia is a classic problem which has not been completed and has not been one hundred percent completed until now, even though the statutory instruments are quite numerous and promising. The cases of the evaporation of a number of waqf assets in various regions in almost all of Indonesia, especially the case of withdrawal of waqf assets, prove that there are still many problems that must be resolved immediately. The results showed that (1) In the withdrawal of waqf assets there is a slight difference between the opinions of the four schools of thought Keywords: Withdrawal of Waqf Assets, Islamic Law, Muamalah, Sharia economy ABSTRAK : Penelitian dalam tesis ini dilatarbelakangi oleh Bahwa wakaf di Indonesia merupakan persoalan klasik yang sampai saat ini belum tuntas dan belum selesai seratus persen, walaupun perangkat peraturan perundangannya telah cukup banyak dan menjanjikan. Kasus-kasus menguapnya sejumlah harta wakaf di berbagai daerah di hampir seluruh Indonesia khususnya kasus penarikan kembali harta wakaf, membuktikan bahwa di sana masih banyak masalah yang harus segera dipecahkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Dalam penarikan harta wakaf ada sedikit perbedaan diantara pendapat empat Madzhab Kata Kunci: Penarikan Harta Wakaf, Hukum Islam, Muamalah, Ekonomi Syariah

Latar Belakang Salah satu dari bentuk ibadah untuk mendekatkan diri pada Allah SWT yang berkaitan dengan harta benda adalah wakaf. Amalan wakaf sangat besar artinya bagi kehidupan sosial ekonomi, kebudayaan dan keagamaan. Oleh karena itu, Islam meletakkan amalan wakaf sebagai salah satu macam ibadah yang amat digembirakan. Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 92. Yang artinya: “Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebaikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apapun yang kamu nafkahkan, maka Allah mengetahuinya”. (Q.S. Ali Imran : 92).97 Sebagai lembaga, wakaf dapat digunakan sebagai salah satu pilar dan sarana untuk mengembangkan bidang sosial dan ekonomi dalam rangka menunjang dan meningkatkan derajat kehidupan umat Islam. Sebagai proses, perwakafan dapat dijadikan satu gerakan untuk membangkitkan semangat umat Islam dan menjadikan lembaga wakaf sebagai basis tumbuhnya gerakan sosial dan ekonomi umat Islam.

Eksistensi wakaf dalam instrumen kehidupan Islam bisa dibilang khas dan strategis. Kekhasan itu tampak jika dibanding zakat. Ciri utama pembedanya adalah tugas pengelola. Amil zakat berkewajiban mendistribusikan seluruh harta zakat kepada delapan golongan. Pengelola wakaf/nazir harus menjaga harta wakaf agar tetap utuh. Yang dapat didistribusikan adalah manfaat atau hasil pengelolaan harta yang diwakafkan (mauqūf). Nilai strategis wakaf bisa dilihat dari sisi pengelolaan.

Jika zakat ditujukan untuk menjamin keberlangsungan pemenuhan kebutuhan pokok kepada delapan golongan, wakaf lebih dari itu. Hasil pengelolaan wakaf bias dimanfaatkan bagi berbagai lapisan masyarakat, tanpa batasan golongan untuk kesejahteraan sosial dan membangun peradaban umat.

Keutamaan wakaf terletak pada hartanya yang utuh dan manfaatnya yang terus berlipat dan mengalir abadi, atau biasa disebut şadaqah jariyah.

97

Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya: Mahkota, 1986), 91.

50

Tinjauan Umum tentang Wakaf Pengertian Wakaf , Secara bahasa wakaf berasal dari kata “waqafa” atau “habasa” yang bisa diartikan dengan menahan. Ia merupakan kata yang berbentuk masdar yang pada dasarnya berarti menahan, berhenti, atau diam. Apabila kata tersebut dihubungkan dengan harta seperti tanah, binatang dan yang lain, ia berarti pembekuan hak milik untuk faedah tertentu. 98 Maka wakaf menurut syara` berarti penahanan hak milik atas materi benda (al-„ain) untuk tujuan menyedekahkan manfaat atau faedahnya (almanfa’ah) di jalan Allah. Yang dimaksud dengan menahan dzat (asal) benda adalah menahan barang yang diwakafkan agar tidak diwariskan, digunakan dalam bentuk dijual, dihibahkan, digadaikan, disewakan, dipinjamkan, dan sejenisnya. 99 Dasar Hukum dari Wakaf dalam Al-Qur’an, kata wakaf sendiri tidak secara eksplisit disebutkan, akan tetapi keberadaannya diilhami oleh ayat-ayat Al-Qur`an dan contoh dari Rasulullah saw serta tradisi para sahabat. Dasar hukum wakaf tersebut beberapa ayat yang telah mengilhami dan dapat digunakan sebagai pedoman atau dasar seseorang untuk melakukan ibadah wakaf, dan menjadikannya sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Ayatayat tersebut antara lain terdapat pada Surat Ali Imran ayat 92 yang artinya “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya” 100 sedangkan dalam Al-Hadits ajaran wakaf sebagaimana dalam ayat-ayat Al-Qur’an di atas, ditegaskan oleh beberapa Hadits Nabi yang menyinggung masalah wakaf, diantaranya, Hadits Nabi yang lebih tegas menggambarkan dianjurkannya ibadah wakaf, yaitu perintah Nabi kepada Umar bin Khattab untuk mewakafkan tanahnya yang ada di Khaibar, yaitu: “Dari Ibnu Umar ra. Berkata, bahwa sahabat Umar Ra. Memperoleh sebidang tanah d Khaibar kemudian menghadap kepada Rasulullah untukm memohon petunjuk Umar berkata : Ya Rasulullah, saya mendapatkan sebidang tanah di Khaibar, saya belum pernah mendapatkan harta sebaik itu, maka apakah engkau perintahkan kepadaku ? Rasulullah menjawab: Bila kamu suka, kamu tahan (pokoknya) ntanah itu, dan kamu sedekahkan (hasilnya). Kemudian Umar menyedekahkannya kepada orangorang fakir, kaum kerabat, budak belian, sabilillah, ibnu sabil dan tamu. Dan tidak mengapa atau tidak dilarang bagi yang menguasai tanah wakaf itu (pengurusnya) makan dari hasilnya dengan cara yang baik (sepantasnya) atau makan dengan tidak bermaksud menumpuk harta”.

Berdasarkan hadis di atas menunjukkan bahwa wakaf merupakan salah satu ibadah yang pahalanya tidak akan putus sepanjang manfaat harta yang diwakafkan itu masih dapat diambil, meskipun si pelaku wakaf sudah meninggal dunia. Oleh sebab itu wakaf tergolong ke dalam kelompok amal jariah (yang mengalir). Adapun rukun dan Syarat Wakaf dinyatakan sah apabila telah terpenuhi rukun dan syaratnya. Berikut ini akan dijelaskan mengenai rukun dan syarat yang ada dalam wakaf. Rukun Wakaf, dalam istilah fikih, rukun merupakan penyempurna sesuatu dan bagian dari sesuatu itu sendiri. Sedangkan menurut bahasa, rukun diterjemahkan dengan sisi yang terkuat atau sisi dari sesuatu yang menjadi tempat bertumpu. Menurut para ulama, rukun wakaf atau unsur wakaf ada empat, yaitu: 1) Waqif (pihak yang mewakafkan hartanya). 2) Mauquf ‘alaih (pihak yang diberi wakaf guna peruntukan wakaf). 3) Mauquf bih (barang atau harta yang diwakafkan). 4) Shighat atau ikrar (pernyataan atau ikrar waqif sebagai suatu kehendak untuk mewakafkan sebagian harta bendanya).

Adapun Syarat Wakaf meliputi 1) Waqif (orang yang mewakafkan). 2) Mauquf bih (barang atau harta yang diwakafkan). 3) Maukuf ‘alaih (peruntukan wakaf) dan 4) Shighat (ikrar wakaf).

Sayyid Sabiq. Fikih Sunnah jilid XIV. (Bandung:PT Alma‟arif 1987), 153.

Muhammad Jawad Mughniyah. Fiqh Lima Mazhab: Edisi Lengkap.(Jakarta : PT Lentera Basritama. 1996), 383.

100 Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya, 91.

98 99

51

Analisis Komparatif Penarikan Harta Wakaf menurut Pendapat Empat Madzhab dan Undangundang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Wakaf merupakan perbuatan yang sangat mulia karena dengan rela memberikan harta bendanya untuk kepentingan umum. Persoalan wakaf tidak terlepas dengan hukum Islam, karena wakaf berasal dari Islam, wakaf juga sudah ada sejak zaman Rasulullah. Kedudukan Kepemilikan Harta wakaf Menurut Empat Madzhab dan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf meliputi Salah satu perbedaan pendapat ulama dalam bidang perwakafan adalah mengenai kepemilikan dan hukum menjual benda yang telah diwakafkan. Menurut Abu Hanifah, benda yang telah diwakafkan masih tetap milik pihak yang mewakafkan karena akad (transaksi) wakaf termasuk akad gayr lazim (tidak menyebabkan pindahnya kepemilikan benda wakaf), Karena itu mazhab Hanafi mendefinisikan wakaf adalah :”tidak melekukan suatu tindakan atas suatu benda, yang berstatus tetap sebagai hak milik, dengan menyedekahkan manfaatnya kepada suatu pihak kebajikan (social), baik sekarang maupun akan datang”.

Menurut madzhab Hanafi, kepemilikan harta wakaf tidak hilang disamakan dengan peminjaman (Ariyah). Dalam akad ‘âriyah yang beralih kepemilikan adalah manfaatnya, bukan barangnya, dan barang yang dipinjamkan tetap milik yang meminjamkan dan bisa dijual, dihibahkan dan diwariskan.

“Abu Hanifah berkata: Tidak hilang kepemilikan wāqif atas harta wakaf kecuali adanya keputusan hukum dari hakim atau menyandarkan (wakaf) dengan kematian wāqif dengan mengatakan ketika saya meninggal dunia maka saya akan mewakafkan rumah saya.”

Pendapat di atas menyatakan bahwa menurut Abu Hanifah ketika orang mewakafkan sebagian harta miliknya maka ‘ain benda wakaf itu masih milik si wāqif hanya manfaatnya saja yang diwakafkan, sehingga wāqif berhak menarik kembali harta tersebut sewaktu-waktu dan si wāqif mempunyai wewenang untuk mentransfer harta yang telah diwakafkannya itu. Pendapat Abû hanîfah tersebut bukan berarti tanpa sebab, karena lepasnya kepemilikan benda wakaf tidak ada nas al-Qur’an yang tegas menyinggungnya.

Sedangkan Penarikan Harta Wakaf Menurut Pendapat Empat Madzhab dan Undangundang Nomor 41 tahun 2004, Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya (yakni Bab III) terkait dengan pemikiran Imam Abu Hanifah tentang kebolehan penarikan kembali harta wakaf, menurut penulis, dalam proses analisis pemikiran Imam Abu Hanifah tersebut bersandar pada pandangan Abu Hanifah tentang hakekat wakaf. Sebelum mengulas lebih jauh mengenai hakekat wakaf menurut Abu Hanifah, ada baiknya penulis paparkan kembali mengenai pendapat Abu Hanifah tentang wakaf. Pendapat Abu Hanifah tentang wakaf di antaranya adalah sebagai berikut: “wakaf menurut abu hanifah adalah: Menahan benda yang statusnya tetap milik wakif, dan memberikan manfaat dengan status seperti ậriyah (pinjam meminjam)” Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka pemilikan harta wakaf tidak lepas dari wakif.

Undang – undang no 41 tahun 2004 dan Peraturan pemerintah no 42 tahun 2006 tidak mengantur secara detail (jelas) tentang penarikan kembali harta benda yang sudah diwakafkan. meskipun demikian, pada pasal 40 Undang – Undang no 41 Tahun 2004 disebutkan, harta benda yang sudah diwakafkan dilarang: 1. Dijadikan jaminan 2. Disita 3. Dihibahkan 4. Dijual 5. Diwariskan 6.

Ditukar 7. Dialihkan dalam bentuk pengalihan Kemudian dalam pasal 49 peraturan pemerintah no 42 tahun 2006, disebutkan : Ayat 1: Perubahan status harta benda wakaf dalam bentuk penukaran dilarang kecuali dengan izin tertulis dari materi berdasarkan pertimbangan BWI. Pada Ayat 2 : Izin tertulis dari menteri sebagaimana dimaksud pada pasal (1) hanya dapat diberikan dengan pertimbangan sebagai berikut : 1.

Perubahan harta benda yang wakaf tersebut digunakan untuk kepentingan umum sesuai rencana umum tata ruang ( RUTR ) berdasarkan ketentuan peraturan perundang – undangan dan tidak bertentangan dengan prinsip syariah. 2. Harta benda wakaf tidak dapat dipergunakan sesuai dengan ikrar wakaf. 3. Pertukaran dilakukan untuk keperluan keagamaan secara langsung dan mendesak.

Ayat 3 : selain itu dari pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Izin penukaran harta benda wakaf hanya dapat diberikan wakaf : 1. Harta benda penukar memiliki sertifikat atau kepemilikan sah dengan perudang – undangan 2. Nilai dengan manfaat harta benda penukar sekurang-kurangnya sama 52

dengan harta benda wakaf semula. Sedangkan pada Ayat 4 : nilai dan manfaat harta benda penukar sebagaimana dimaksud dengan ayat 3 ( huruf b ) ditetapkan oleh bupati atau walikota berdasarkan rekomendasi tim penilai yang anggotanya terdiri dari unsur : 1. Pemerintah daerah kabupaten atau kota 2. Kantor pertanahan kabupaten atau kota 3. Majelis Ulama Indonesia ( MUI ) kabupaten atau kota 4. Kantor Departemen Agama kabupaten atau kota 5. Nazir tanah wakaf yang bersangkutan.

Dalam penarikan harta wakaf ada sedikit perbedaan diantara pendapat empat Madzhab diantaranya: 1) Pendapat Imam Hanafi karena menurut beliau wakaf adalah akad pelepasan manfaat harta tanpa menghilangkan hak kepemilikan Wākif atas harta tersebut dan menurut beliau wakaf bersifat jaiz (tidak lazim) sebagaimana āriyah. Sehingga menurut madzhab Hanafi tidak diperbolehkan bagi wakif untuk menarik harta wakaf. 2) Pendapat Imam Maliki, menurut beliau wakaf adalah Menjadikan manfaat benda yang dimiliki, baik rupa sewa atau hasilnya untuk diserahkan kepada orang yang berhak, dengan menyerahkan berjangka waktu sesuai dengan kehendak wakif. Dari pengertian tersebut kepemilikan menurut adzhab Maliki masih berada di tangan si pemberi. karena mengandung maksud bahwa orang yang diberi wakaf ibarat seorang hamba yang melayani tuannya hingga meniggal. Artinya, si penerima wakaf itu tidak punya hak milik atas benda (wakaf) yang dijaganya itu. Sehingga harta wakaf yang telah diberikan kepada penerima wakaf bias ditarik kembali oleh wakif. 3) Pendapat madzhab Syafi’I, menurut madzhab Syafi’I wakaf adalah menahan harga yang dapat diambil manfaatnya disertai dengan kekekalan zat benda, lepas dari penguasaan wakif dan dimanfaatkan pada sesuatu yang diperbolehkan oleh agama. Dari pengertian tersebut bahwa harta yang di wakafkan terlepas dari si wakif dan menjadi milik Allah, ini berarti menahan harta untuk selama-lamanya. Imam Syafi'i berpendapat bahwa akad wakaf termasuk akad lazim (atau mulazamah). Oleh karena itu, benda yang telah diwakafkan bukan lagi milik wakif, melainkan telah menjadi milik umum (atau milik Allah). Akibatnya adalah bahwa benda yang telah diwakafkan tidak boleh ditarik kembali. 4) Pendapat madzhab Hambali, menurut madzhab Hambali wakaf adalah menahan harta yang dapat diambil manfaatnya, besertaan dengan tetapnya harta tersebut, dengan memutuskan tashorruf barang tersebut, baik dari si wakif maupun yang lainnya, yang mana manfaatnya digunakan untuk kebaikan dan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Oleh sebab itu kepemilikan Harta Wakaf menurut pendapat Imam Ahmad Bin Hambal bahwa kepemilikan harta wakaf berpindah kepada orang yang diwakafi. Sehingga wakif tidak bias menarik harta yang telah diwakafkannya.

Amanat Undang-undang no 41 tahun 2004 tidak mengantur secara detail (jelas) tentang penarikan kembali harta benda yang sudah diwakafkan. Dalam Undang-Undang no 41 Tahun 2004 disebutkan, harta benda yang sudah diwakafkan dilarang: Dijadikan jaminan, disita, dihibahkan, dijual, diwariskan, ditukar, dan dialihkan dalam bentuk pengalihan. 3. pembahasan terkait penarikan harta wakaf ada perbedaan di masing-masing madzhab, imam hanafi yang membolehkan penarikan harta wakaf, imam malik yang boleh ditarik harta wakafnya ketika sudah habis jangka waktinya, imam syafi’i dan hambali yang sama sekali tidak boleh, karena kehati-hatian imam syafi’i dalam memutuskan ijtihadnya. sedangkan dalam undang-undang Nomor 41 tahun 2004 tidak disebutkan secara jelas terkait pelarangan penarikan harta wakaf. Oleh karena itu menurut penulis hendaknya dibuat Peraturan Pemerintah atau mengamandemen Undangundang nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf.

Kesimpulan Dari uraian pasal-pasal diatas dapat diketahui bahwa harta benda yang sudah diwakafkan tidak boleh dijadikan, dista, dihibahkan, dijual, diwariskan, ditukar, dan atau dialihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya. Harta benda yang sudah diwakafkan boleh ditukar, namun persyaratan agar dapat ditukar sangat ketat sebagaimana diatur dalam pasal 49 Pp No 42 Tahun 2006. Dengan mengacu pada pasal diatas, maka penarikan kembali harta wakaf menurut UU No 41 Tahun 2004 adalah dilarang. Meskipun tidak ada ayat langsung yang menegaskan bahwa penarikan harta wakaf dilarang. Menurut penulis alangkah baiknya membuat PP baru untuk mengantisipasi adanya penarikan harta wakaf. Karena jika sudah ada undangundang tentang penarikan yang secara tegas dan gambling tentang pelarangan penarikan harta wakaf maka wakif atau ahli warisnya tidak semenamena menarik kembali harta wakaf. Kesimpulan Pembahasan mengenai penarikan harta wakaf menurut pendapat empat madzhab dan undang-undang nomor 41 tahun 2004 penulis kemukakan 53

sebagaimana dalam tesis ini. Setelah penulis menguraikan masalah-masalah yang berkaitan dengan judul tersebut di atas serta memberikan analisis seperlunya, maka secara keseluruhan dapat diambil kesimpulan bahwa:

DAFTAR PUSTAKA Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya: Mahkota, 1986).

Juhaya S. Praja,. Perwakafan Di Indonesia. Bandung:Yayasan Piara, 1997.

Muhammad al-Syarbini al-Khatib, Al-‘Iqna fi Hall al-Alfadz Abi Syuza, Dar alIhya al-Kutub: Indonesia, t.t.

Muhammad bin Muhammad Alababrti, ‘ināyah syarh alhidāyah Maktabah Syamilah, Kitabul Fiqhi, Fiqih Hanafiah.

Muhammad Daud Al,.. Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. Jakarta:UIP, 2005.

Muhammad Ibn Qudamah, Al-mugni li Ibn Qudamah, Riyad : Maktabah al-Riyad al- Haditsah, t.t.

Muhammad Jawad Mughniyah. Fiqh Lima Mazhab: Edisi Lengkap.(Jakarta : PT Lentera Basritama.

1996).

Muhammad Jawad Mughniyah. Fiqh Lima Mazhab: Edisi Lengkap.Jakarta : PT Lentera Basritama.

1996.

Neong Muhadjir, Metodelogi Penelitian Kualitatif, cet. Ke-3 Yogyakarta: Rakesalasin, 1996.

Sayyid Sabiq. Fikih Sunnah jilid XIV. (Bandung:PT Alma‟arif 1987).

54

PERSPEKTIF KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN UNTUK SEKOLAH EFEKTIF Dewi Pajriyanti Dosen Tetap STAI Miftahul Huda Al-Azhar Banjar Email : dewi.pajriyanti@gmail.com

ABSTRACT: Schools can be said to be effective if there is suitability and accuracy between goals and achievements. Effectiveness does not mean describing all existing aspects, but a school, maybe "partially effective" means that the school is effective in achieving one or more certain aspects, but not effective in achieving other fields. For schools, school management using participatory management and transparency needs to be a working foundation for all school members.

Keywords: School Leadership Effectiveness, Islamic Education, School Management ABSTRAK : Sekolah dapat dikatakan efektif apabila terdapat kesesuaian dan ketepatan antara tujuan dan pencapaiannya. Efektivitas tidak berarti menggambarkan keseluruhan aspek yang ada, tetapi sebuah sekolah, mungkin “efektif sebagian” artinya sekolah efektif dalam mencapai satu atau lebih aspek tertentu, tetapi tidak efektif dalam pencapaian bidang yang lain. Bagi sekolah, pengelolaan sekolah dengan menggunakan manajemen partisipasi dan transparansi perlu menjadi landasan kerja bagi semua warga sekolah.

Kata Kunci : Efektifitas Kepemimpinan Sekolah, Pendidikan Islam, pengelolaan sekolah

Pendahuluan Sekolah dapat dikatakan efektif apabila terdapat kesesuaian dan ketepatan antara tujuan dan pencapaiannya. Efektivitas tidak berarti menggambarkan keseluruhan aspek yang ada, tetapi sebuah sekolah, mungkin “efektif sebagian” artinya sekolah efektif dalam mencapai satu atau lebih aspek tertentu, tetapi tidak efektif dalam pencapaian bidang yang lain. Bagi sekolah, pengelolaan sekolah dengan menggunakan manajemen partisipasi dan transparansi perlu menjadi landasan kerja bagi semua warga sekolah.

Di negara kita, model sekolah efektif secara kebijakan maupun praktiknya terwadahi dalam program Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah atau MPMBS (Depdiknas, 2002:14). Pada sekolah efektif, kepala sekolah memiliki peran yang kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menyerasikan semua sumberdaya pendidikan yang tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapatmewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang tangguh agar mampu mengambil keputusan dan inisiatif/prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah. Secara umum, kepala sekolah tangguh memiliki kemampuan memobilisasi sumberdaya sekolah, terutama sumberdaya manusia, untuk mencapai tujuan sekolah.

Pemimpin Pendidikan: Integrasi Multi-Ketrampilan Pemimpin pendidikan perlu memiliki integrasi ketrampilan teknis, pedagogis, professional dan manajerial, sebagaimana Hughes (1988) uraikan sebagai ’professional-as-administrator’ yang mencakup dualitas peran sebagai pimpinan eksekutif (chief executive) dan memimpin secara profesional (leading professional), dalam aspek internal maupun eksternal.

Kepemimpinan Pada Sekolah Efektif Pemimpin dalam dunia pendidikan untuk menjadi yang efektif harus mampu mengkombinasikan dan menciptakan sinergi kedua aspek tersebut. Selain itu, pemimpin pendidikan harus mampu menggunakan berbagai sumber daya material dan manusia secara kreatif, melibatkan 55

anggota organisasi sesuai peran masing-masing dalam pengambilan kebijakan (pendekatan partisipatif). Dari beberapa hasil riset, diidentifikasi bahwa kombinasi kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala sekolah yang profesional, harapan tinggi (partisipasi) warga sekolah, dan budaya sekolah yang positif merupakan faktor penentu dalam efektivitas sekolah. Berikut table lengkapnya mengenai dualitas peran kepemimpinan dalam pendidikan menurut (Law dan Glover, 2000) dalam (lestari, 2012, 240) sebagai berikut :

Menurut pendapat Duignan & Macpherson bagwa efektivitas sekolah dalam hal ini menekankan pentingnya apa yang terjadi di dalam kelas dan kepemimpinan pendidikan yang menyediakan suatu kultur di dalam proses belajar mengajar, oleh karenanya, pemimpin pendidikan memiliki tanggung jawab untuk menciptakan kultur organisasi yang mempertinggi pengembangan dan pertumbuhan organisasi (Bush & Coleman, 2000). Kualitas yang diidentifikasi oleh Duignan dan Macpherson pada pemimpin pendidikan (educative leader), serupa dengan pemimpin transformational, yang menekankan pada pemimpin yang mendorong dan memberdayakan tanggung jawab bawahan, dengan: 1) Menciptakan peluang untuk peserta (partisipan) dalam proses perubahan untuk merefleksikan praktek mereka dan mengembangkan pemahaman pribadi menyangkut implikasi dan perubahan diri mereka. 2) Mendorong mereka yang terlibat dalam implementasi suatu peningkatan untuk membentuk kelompok sosial dan menyediakan dukungan timbal balik sepanjang proses perubahan. 3) Menyediakan peluang umpan balik positif untuk semua yang terlibat dalam perubahan.

4) Sensitip pada hasil pengembangan proses dan menyediakan kondisi-kondisi penting bagi umpan balik dan tindak lanjut sehingga yang terlibat memiliki kesempatan mendiskusikan dan memikirkan kembali gagasan dan praktek mereka. Sedangkan Fiedler (1997) mencatat implikasi di atas untuk kepemimpinan pengajaran mencakup: Mengelola pengajaran dan kurikulum; Pengawasan pengajaran; Monitoring kemajuan siswa; dan Menyediakan iklim mengajar yang mengajar. Pendapat lainnya Northfield menambahkan bahwa kunci corak pemimpin mendidik (educative leader) adalah seorang pemimpin menyediakan peluang untuk peserta mengembangkan pemahaman pribadi dan mendorong pada kondisi-kondisi untuk merefleksikan dalam praktek sebagaimana pendapat (Bush & Coleman, 2000). Ada tiga peran utama seorang Pemimpin Pendidikan menurut pandangan Lunenberg & Orstein (2000) secara garis besar pemimpin pendidikan memiliki tiga peran utama: bidang kepemimpinan, managerial, dan kurikulum-pengajaran. Berikut akan dijelaskan masing-masing peran tersebut, yaitu : Peran kepemimpinan kepala sekolah, dimana pihak Kepala sekolah merupakan kunci dalam membentuk kultur sekolah. Kepala sekolah harus dapat membentuk budaya positif, di mana staf berbagi pengertian, dan memiliki dedikasi untuk peningkatan sekolah dan pengajaran. Sukses siswa disoroti dan kolegialitas menyebar keseluruh bagian sekolah. Moril tinggi, kepedulian, dan memiliki komitmen. Selanjutnya Kepala sekolah harus dapat menjalin hubungan dengan kelompok, internal dan eksternal sekolah, seperti (1) pengawas dan pengelola pendidikan pusat, (2) dewan sekolah, (3) 56

teman sejawat, (4) orang tua, (5) masyarakat sekitar, (6) guru, (7) siswa, dan (8) kelompok eksternal seperti profesor, konsultan, badan akreditasi, dan sebagainya. Kepala sekolah yang efektif perlu untuk percaya pada kemampuan diri dan mampu mensinergikan persepsi, harapan, maupun kemampuan berbagai kelompok tersebut dapat member dukungan terhadap kemajuan sekolah.

Peran manajerial kepala sekolah, dalam hal ini Peran manajerial merupakan aspek utama kepemimpinan sekolah. Katz dan Kanz membagi ketrampilan manajemen ke dalam tiga area utama: (1)teknis (technical),mencakup teknik proses manajemen (perencanaan, pengaturan, koordinasi, pengawasan, dan pengendalian), (2) manusia (human), ketrampilan hubungan antar manusia, memotivasi dan membangun moral, (3) konseptual (conceptual), menekankan pengetahuan dan teknis terkait jasa (atau produk) tentang organisasi. Sergiovanni menambahkan dua area lain manajemen untuk pengurus sekolah, yaitu kepemimpinan simbolis (symbolic leadership), tindakan kepala sekolah memberi teladan (model) kepada warga sekolah, dan kepemimpinan budaya (cultural leadership), bahwa kepercayaan dan nilai-nilai kepala sekolah merupakan unsur penting. Fullan dan Sarason menambahkan suatu dimensi manajemen sekolah yaitu kepala sekolah sebagai agen perubahan (change agent) dan fasilitator.

Secara umum, kepala sekolah harus â&#x20AC;&#x153;memimpin dari pusatâ&#x20AC;? (lead from the centre): demokratis, mendelegasikan tanggungjawab, dalam memberi kuasa dalam pengambilan keputusan, dan mengembangkan usaha kolaboratif yang mengikat siswa, guru, dan orang tua. Hal tersebut mengandung arti bahwasanya pemimpin dalam segala hal hendaknya ada di tengah komponen organisasi (partisipatif). Pendapat Lipham mengembangkan sebuah teori empat factor atau (fourfactor theory) terkait kepemimpinan untuk kepala sekolah, yaitu (1) kepemimpinan struktural, (2) kepemimpinan fasilitatif, (3) kepemimpinan yang mendukung, dan (4) kepemimpinan partisipatif.

Semua faktor kepemimpinan tersebut menekankan ketrampilan managerial dan administratif.

Kebehasilan kepala sekolah adalah dapat memodifikasi atau menyesuaikan empat faktor kepemimpinan sesuai kebutuhan sekolah.

Peran kurikulum-pengajaran kepala sekolah, dalam hal ini pada Bidang kurikulu dan pengajaran hendaknya menjadi prioritas kerja utama kepala sekolah sehingga dapat meningkatan mutu pendidikan di sekolahnya. Pendapat Murphy dalam mengembangkan enam peran kepala sekolah dibidang kurikulum dan pengajaran, yaitu: (1) menjamin kualitas pengajaran, (2) mengawasi dan mengevaluasi pengajaran, (3) mengalokasi dan melindungi waktu pengajaran, (4) mengkoordinir kurikulum, (5) memastikan isi matapelajaran tersampaikan, dan (6) monitoring kemajuan siswa.

Menurut Murphy, ada enam peran tersebut menggambarkan suatu contoh kepala sekolah efektif.

Sebagaimana penelitian oleh (Azhar, 2017) dalam jurnalnya dijelaskan bahwa dalam UU No 20 tahun 2003 (peraturan nomor 20/2003) tentang sistem pendidikan nasional, telah disinggung bahwa pendidikan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan potensi peserta didik agar menjadi orang yang setia dan menjadi warga sipil yang demokratis serta bertanggung jawab. Sehingga dalam konteks ini, ranah pendidikan Islam perlu dijalankan secara maksimal dengan menekankan nilai agama. Terkait Visi dan misi perlu ditentukan dan pelajaran agama digunakan sebagai dasar dalam menentukan visi dan misi lembaga. Penggunaan asas berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat) menjadi nilai yang sangat dibutuhkan guna menciptakan visi dan misi yang ditentukan, pengelola institusi harus memberikan contoh kepada staf dengan memiliki karakteristik yang baik seperti hal nya sifat tulus, jujur, adil dan bertanggung jawab, dinamis dan praktis serta fleksibel.

Master seorang kepala yang efektif dan bertanggung jawab yaitu orang yang dapat memimpin institusi pendidikan.

Penutup Dari uraian mengenai perihal peran kepemimpinan pendidikan untuk sekolah efektif di atas maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: a. Pemimpin pendidikan yang efektif harus mampu mengkombinasikan dan menciptakan sinergi peran sebagai chief executive dan leading professional. b. Pemimpin pendidikan memiliki tanggung jawab untuk menciptakan kultur organisasi yang mempertinggi pengembangan dan pertumbuhan organisasi. c. Ciri khas pemimpin pendidikan (educative leader) adalah pemimpin menyediakan peluang untuk warga sekolah mengembangkan pemahaman diri dan mendorong pada kondisi-kondisi untuk merefleksikan dalam praktek.

57

d. Pemimpin pendidikan memiliki tiga peran utama: bidang kepemimpinan, managerial, dan kurikulum-pengajaran. Ketiga peran tersebut (termasuk aspek-aspek di dalamnya) harus mampu dijalankan kepala sekolah secara efektif sehingga mendukung kemajuan sekolah.

DAFTAR PUSTAKA Azhar, S. (2017). Kepemimpinan Kepala Sekolah Efektif (Perspektif Pendidikan Islam).

AULADUNA: Jurnal Pendidikan Dasar Islam, 4(1), 20â&#x20AC;&#x201C;29.

Bush, and Coleman. 2000. Leadership and Strategic Management in Education. Houston: Gulf Publising.

Depdiknas. 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Jakarta: Depdiknas.

Fiedler, Fred R. 1997. A Theory of Leadership Effectiveness. New York: McGraw-Hill Book Co. Hughes, Richard C. 1988. Leadership: Enhancing The Lessons of Experience. Boston: McGrawHill/Irwin.

Law, and Glover. 2000. Educational Leadership & Learning. New York: Dryden Slamet, L. (2012). Perspektif Kepemimpinan Pendidikan untuk Sekolah Efektif. Educational Management. https://eprints.uny.ac.id/147/ Mulyasa,2013, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Sanusi, Ahmad. 2013, Kepemimpinan Pendidikan, Bandung: Nuasa Cendekia.

58

PERSPEKTIF FINASIAL DAN PELANGGAN DALAM DUNIA PENDIDIKAN Dewi Pajriyanti Dosen Tetap STAI Miftahul Huda Al-Azhar Banjar Email : dewi.pajriyanti@gmail.com Abstract: One of the most important challenges faced by the world of education is how to manage a quality so that these institutions today and in the future will be better, superior and able to compete both in the national and global arena. This study discusses the Financial and Customer Perspectives in the World of Education. In this study it was found that the advantages of the BSC which were used as a method or approach to management strategies were developed by Robert Kaplan (Harvard Business School alumni) and David Norton in the early 1990s. , which has characteristics including comprehensive, coherent, balanced and well measured, in the Balanced Scorecard Financial Perspective, Customer Perspective and Financial Perspective. So that BSC is expected to be able to clarify and translate the vision and strategy of education in a real and guaranteed educational institution.

Keywords: Education, Education Customers, Education Finance

Abstrak : Salah satu tantangan yang sangat penting dihadapi oleh dunia pendidikan adalah bagaimana mengelola sebuah mutu agar institusi tersebut di masa kini dan yang akan datang menjadi lebih baik, unggul dan mampu bersaing baik di kancah nasional maupun global. Penelitian ini membahas mengenai Perspektif Finasial dan Pelanggan dalam Dunia Pendidikan. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa Keunggulan BSC yang digunakan sebagai metode atau pendekatan terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Robert Kaplan (alumni Harvard Business School) dan David Norton pada awal tahun 1990. Sehingga keunggulan pendekatan BSC ini dalam sistem perencanaan strategis jika seseorang mampu menghasilkan rencana strategis, yang memiliki karakteristik meliputi komprehensif, koheren, seimbang serta terukur dengan baik, Dalam Perspektif Finansial Balanced Scorecard, Perspektif Pelanggan dan Perspektif financial. Sehingga BSC diharapkan mampu memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategi pendidikan di suatu lembaga pendidikan yang nyata dan terjamin.

Kata Kunci : Pendidikan, Pelanggan Pendidikan, Finansial Pendidikan

Latar Belakang Masalah Dunia Pendidikan harus mampu mengikuti perkembangan zaman yang penuh dengan kompetisi. Salah satu tantangan yang sangat penting dihadapi oleh dunia pendidikan adalah bagaimana mengelola sebuah mutu agar institusi tersebut di masa kini dan yang akan datang menjadi lebih baik, unggul dan mampu bersaing baik di kancah nasional maupun global (Sallis, 2011:21).

Pendidikan juga merupakan proses pertumbuhan potensi intelektual dan psikologis (Syaiful Sagala, 2011:15). Melalui pendidikan dapat diciptakan tenaga-tenaga kerja berkualitas yang mampu bekerja dan dapat menunjang pelaksanaan pembangunan bangsa dan negara. Sebaliknya mutu pendidikan yang rendah akan mengakibatkan kualitas tenaga kerja juga rendah, dan sekaligus dapat mempengaruhi produktivitas kerja, dengan demikian akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan.

Pembangunan akan terlaksana dengan lancar apabila salah satunya didukung oleh tenaga kerja yang bermutu. Dalam rangka menciptakan tenaga kerja yang bermutu dan meningkatkan kemampuan angkatan kerja, pemerintah telah menyediakan berbagai fasilitas untuk memberikan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan kerja, salah satunya adalah Pembangunan pendidikan yang sudah dilaksanakan sejak Indonesia merdeka telah memberikan hasil yang cukup mengagumkan sehingga secara umum kualitas sumberdaya manusia Indonesia jauh lebih baik. Namun dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, kita masih ketinggallan jauh, oleh karena itu, upaya yang lebih aktif perlu ditingkatkan agar bangsa kita tidak menjadi tamu terasing di Negri sendiri terutama karena 59

terjajah oleh budaya asing dan terpaksa menari diatas irama gendang irang lain. Upaya untuk membangun sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi, berwawasan iptek, serta bermoral dan berbudaya bukanlah suatu pekerjaan yang relatif ringan. Hal ini di sebabkan dunia pendidikan kita masih menghadapi berbagai masalah internal yang cukup mendasar dan bersifat kompleks. Kita masih menghadapi sejumlah masalah yang sifatnya berantai sejak jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Rendahnya kualitas pada jenjang sekolah dasar sangat penting untuk segera diatasi karena sangat berpengaruh terhadap pendidikan selanjutnya.

Pendidikan adalah variabel yang menentukan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa.

Maka menjadi tanggung jawab pemerintah untuk dapat menjamin terselenggaranya pendidikan dengan mutu/kualitas yang baik. Berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, diamanatkan bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Bentuk keseriusan pemerintah dan DPR dalam bidang pendidikan tertuang dalam Pasal 31 ayat 4 UUD 1945 Amandemen ke 4 mengamanatkan bahwa negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN serta dari APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Hal ini dikuatkan dengan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 013/PUU-VI/2008, Pemerintah harus menyediakan anggaran pendidikan sekurangkurangnya 20 persen dari APBN dan APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Alokasi anggaran diharapkan dapat memenuhi kebutuhan yang terkait dengan peningkatan kualitas pendidikan. Alokasi anggaran pendidikan lebih spesifik dituangkan dalam pasal 49 UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 yaitu Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Dadang Dally (2010:46-48) menjelaskan yang intinya bahwa dalam era revolusi informasi yang sedang berlangsung dewasa ini, dunia pendidikan menghadapi perubahan lingkungan dengan karakteristik yang jauh berbeda dari sebelumnya. Sebaliknya, dalam era revolusi informasi keunggulan daya saing suatu wujud usaha sangat tergantung pada kemampuannya untuk memobilisasi dan mengeksploitasi sumber daya atau aset tak terwujud yang tidak mudah dijabarkan dalam dimensi keuangan. Dengan demikian, untuk meningkatkan mutu informasi dalam proses perumusan dan implementasi strategi, diperlukan sistem informasi multidimensional yang meliputi sistem informasi keuangan dan nonkeuangan, suatu sistem pengukuran komprehensif.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dikenal salah satu model pengukuran kinerja menggunakan pendekatan Balanced Scorecard. Menurut Achmad Sanusi dalam Dadang Dally (2010:viii), pemilihan Balanced Scorecard sebagai model pengukurannya didasari pada konsepkonsep Balanced Scorecard atas nama Kaplan Norton yang memang unggul dan telah mengalami macam-macam gelombang dan terus berkembang. Moeheriono (2012:90-91) menambahkan bahwa acuan dasar Balanced Scorecard ialah teori-teori manajemen mutu dan manajemen strategik dan juga berfokus mengukur kinerja suatu organisasi dari perspektif keuangan maupun non-keuangan yaitu: perspektif finansial, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Konsep Balanced Scorecard ini pada dasarnya merupakan penerjemahan strategi dan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu institusi dalam jangka panjang, yang kemudian diukur dan dimonitor secara berkelanjutan (Bambang Trisno, dkk, 2009:1). Hasil pengukuran dan penilaian kinerja menggunakan metode Balanced Scorecard dapat dijadikan materi pemetaan dalam membuat perencanaan strategik dan pengambilan keputusan pimpinan dan pengelola suatu institusi untuk mengembangkan institusi tersebut di masa yang akan datang sehingga menjadi lebih baik, unggul dan mampu bersaing baik di kancah nasional maupun global.

Perspektif Finasial dan Pelanggan dalam Dunia Pendidikan Konsep Balanced Scorecard selanjutnya akan disingkat BSC. BSC adalah pendekatan terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Drs.Robert Kaplan (Harvard Business School) and David Norton pada awal tahun 1990. BSC berasal dari dua kata yaitu balanced (berimbang) dan scorecard (kartu skor). Balanced (berimbang) berarti adanya keseimbangan antara performance keuangan dan non-keuangan, performance jangka pendek dan performance jangka panjang, antara performance yang bersifat internal dan performance yang bersifat eksternal. Sedangkan scorecard (kartu skor) yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor performance seseorang. Kartu skor juga 60

dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh seseorang di masa depan.

Harry Suderajat, konsep Balanced Scorecard terdiri dari dua kata: (1) kartu skor (scorecard) dan (2) berimbang (balanced). Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh personel di masa depan. Melalui kartu skor, skor yang hendak diwujudkan personel di masa depan dibandingkan dengan hasil kinerja sesungguhnya.

Mula-mula BSC digunakan untuk memperbaiki sistem pengukuran kinerja eksekutif. Awal penggunaannya kinerja eksekutif diukur hanya dari segi keuangan. Kemudian berkembang menjadi luas yaitu empat perspektif, yang kemudian digunakan untuk mengukur kinerja organisasi secara utuh. Empat perspektif tersebut yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan.

Keunggulan Balanced Scorecard Dalam perkembangannya BSC telah banyak membantu perusahaan untuk sukses mencapai tujuannya. BSC memiliki beberapa keunggulan yang tidak dimiliki sistem strategi manajemen tradisional. Strategi manajemen tradisional hanya mengukur kinerja organisasi dari sisi keuangan saja dan lebih menitik beratkan pengukuran pada hal-hal yang bersifat tangible, namun perkembangan bisnis menuntut untuk mengubah pandangan bahwa hal-hal intangible juga berperan dalam kemajuan organisasi. BSC menjawab kebutuhan tersebut melalui sistem manajemen strategi kontemporer, yang terdiri dari empat perspektif yaitu: keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan. Keunggulan pendekatan BSC dalam sistem perencanaan strategis (Mulyadi, 2001, p.18) adalah mampu menghasilkan rencana strategis, yang memiliki karakteristik sebagai berikut (1) komprehensif, (2) koheren, (3) seimbang dan (4) terukur.

Perspektif dalam Balanced Scorecard Adapun perspektif-perspektif yang ada di dalam BSC adalah yang pertama, Perspektif Keuangan, dalam perspektif ini BSC memakai tolak ukur kinerja keuangan seperti laba bersih dan ROI, karena tolak ukur tersebut secara umum digunakan dalam perusahaan untuk mengetahui laba.

Tolak ukur keuangan saja tidak dapat menggambarkan penyebab yang menjadikan perubahan kekayaan yang diciptakan perusahaan atau organisasi (Mulyadi dan Johny Setyawan, 2000). Balanced Scorecard yang merupakan suatu metode pengukuran kinerja yang di dalamnya ada keseimbangan antara keuangan dan non-keuangan untuk mengarahkan kinerja perusahaan terhadap keberhasilan.

BSC dapat menjelaskan lebih lanjut tentang pencapaian visi yang berperan di dalam mewujudkan pertambahan kekayaan tersebut (Mulyadi dan Johny Setyawan, 2000) sebagai berikut: a. Peningkatan customer 'yang puas sehingga meningkatkan laba (melalui peningkatan revenue). b. Peningkatan produktivitas dan komitmen karyawan sehingga meningkatkanlaba (melalui peningkatan cost effectiveness). c. Peningkatan kemampuan perasahaan untuk menghasilkan financial returns dengan mengurangi modal yang digunakan atau melakukan investasi daiam proyek yang menghasilkan return yang tinggi.

Di dalam Balanced Scorecard, pengukuran finansial mempunyai dua peranan penting, di mana yang pertama adalah semua perspektif tergantung pada pengukuran finansial yang menunjukkan implementasi dari strategi yang sudah direncanakan dan yang kedua adalah akan memberi dorongan kepada 3 perspektif yang lainnya tentang target yang harus dicapai dalam mencapai tujuan organisasi.

Menurut pendapat Kaplan dan Norton dalam (Balanced Scorecard, Definisi, Konsep dan Perspektif, n.d.), dalam siklus bisnis ada 3 tahapan yang harus dilalui diantaranya yaitu bertumbuh (growth), bertahan (sustain), dan menuai (harvest), di mana setiap tahap dalam siklus tersebut mempunyai tujuan fmansial yang berbeda. Growth menjelaskan bahwa pada tahap awal dalam siklus suatu bisnis. Pada tahap ini diharapkan suatu bisnis memiliki produk baru yang dirasa sangat potensial bagi bisnis tersebut.

Untuk itu, maka pada tahap growth perlu dipertimbangkan mengenai sumber daya untuk mengembangkan produk baru dan meningkatkan layanan, membangun serta mengembangkan fasilitas yang menunjang produksi, investasi pada sistem, infrastruktur dan jaringan distribusi yang akan mendukung terbentuknya hubungan kerja secara menyeluruh dalam mengembangkan hubungan yang baik dengan pelanggan. Secara keseluruhan tujuan fmansial pada tahap ini adalah mengukur 61

persentase tingkat pertumbuhan pendapatan, dan tingkat pertumbuhan penjualan di pasar sasaran.

Tahap selanjutnya adalah sustain (bertahan), di mana pada tahap ini timbul pertanyaan mengenai akan ditariknya investasi atau melakukan investasi kembali dengan mempertimbangkan tingkat pengembalian yang mereka investasikan. Pada tahap ini tujuan fmansial yang hendak dicapai adalah untuk memperoleh keuntungan. Berikutnya suatu usaha akan mengalami suatu tahap yang dinamakan harvest (menuai), di mana suatu organisasi atau badan usaha akan berusaha untuk mempertahankan bisnisnya. Tujuan finansial dari tahap ini adalah untuk untuk meningkatkan aliran kas dan mengurangi aliran dana.

Dalam penelitiannya (Julaiha, 2011) menjelaskan bahwa Sekolah sebagai organisasi pemerintah serta institusi yang memberikan layanan publik dialam bidang pendidikan dilihat dari perspektif keuangan, sekolah akan dipandang dapat memberikan layanan kepada masyarakat, dari perspektif pelanggannya (dalam hal ini konsumen), masyarakat sebagai pengguna jasa (konsumen) yang dapat terlibat langsung dalam proses perumusan kebijakan sekaligus dapat mengevaluasi kinerja sekolah. Dipandang dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan sekolah dapat melanjutkan untuk meningkatkan dan menciptakan nilai untuk masyarakat serta pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholder). Sedangkan dari perspektif proses internal, sekolah dengan program dan kegiatan yang dilaksanakan dapat memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Pengukuran kinerja atau mengukur hasil karya merupakan alat manajemen untuk menilai keberhasilan maupun kegagalan pelaksanaan strategi untuk mencapai tujuan/sasaran organisasi. Pengukuran kinerja perlu selalu diartikulasikan dengan visi, misi organisasi, tujuan maupun sasaran organisasi.

Perspektif Pelanggan Dalam perspektif pelanggan, perusahaan perlu terlebih dahulu menentukan segmen pasar dan pelanggan yang menjadi target bagi organisasi atau badan usaha. Selanjutnya, manajer harus menentukan alat ukur yang terbaik untuk mengukur kinerja dari tiap unit opetasi dalam upaya mencapai target finansialnya. Selanjutnya apabila suatu unit bisnis ingin mencapai kinerja keuangan yang superior dalam jangka panjang, mereka harus menciptakan dan menyajikan suatu produk baru/jasa yang bernilai lebih baik kepada pelanggan mereka (Kaplan, dan Norton, 1996).

Produk dikatakan bernilai apabila manfaat yang diterima produk lebih tinggi daripada biaya perolehan (bila kinerja produk semakin mendekati atau bahkan melebihi dari apa yang diharapkan dan dipersepsikan pelanggan). Perusahaan terbatas untuk memuaskan potential customer sehingga perlu melakukan segmentasi pasar untuk melayani dengan cara terbaik berdasarkan kemampuan dan sumber daya yang ada. Ada 2 kelompok pengukuran dalam perspektif pelanggan, yaitu: 1) Kelompok pengukuran inti icore measurement group). Kelompok pengukuran ini digunakan guna mengukur bagaimana perusahaan memenuhi kebutuhan pelanggan dalam mencapai kepuasan, mempertahankan, memperoleh, dan merebut pangsa pasar yang telah ditargetkan. Sehingga dalam kelompok pengukuran inti, kita mengenal lima tolak ukur, yaitu: pangsa pasar, akuisisi pelanggan (perolehan pelanggan), retensi pelanggan (pelanggan yang dipertahankan), kepuasan pelanggan, dan profitabilitas pelanggan. 2) Kelompok pengukuran nilai pelanggan (customer value proposition). Kelompok pengukuran ini digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan mengukur nilai pasar yang mereka kuasai dan pasar yang potensial yang mungkin bisa mereka masuki. Kelompok pengukuran ini juga dapat menggambarkan pemacu kinerja yang menyangkut apa yang harus disajikan perusahaan untuk mencapai tingkat kepuasan, loyalitas, retensi, dan akuisisi pelanggan yang tinggi. 3) Value proposition menggambarkan bahwa atribut yang disajikan perusahaan dalam produk atau jasa yang dijual untuk menciptakan loyalitas dan kepuasan pelanggan. Kelompok pengukuran nilai pelanggan terdiri dari atribut produk atau asa, yang meliputi: fungsi, harga, dan kualitas produk. 4) Hubungan dengan pelanggan, yang meliputi: distribusi produk kepada pelanggan, termasuk respon dari perusahaan, waktu pengiriman, serta bagaimana perasaan pelanggan setelah membeli produk/jasa dari perusahaan yang bersangkutan. 5) Citra dan reputasi, yang dalam hal ini menggambarkan bahwa faktor intangible bagi perusahaan untuk menarik pelanggan untuk berhubungan dengan perusahaan, atau membeli produk.

Kesimpulan Dari pembahasan diatas mengenai keunggulan pendekatan BSC dapat disimpulkan bahwa Keunggulan BSC, BSC digunakan sebagai metode atau pendekatan terhadap strategi manajemen yang 62

dikembangkan oleh Robert Kaplan (alumni Harvard Business School) dan David Norton pada awal tahun 1990. Sehingga keunggulan pendekatan BSC ini dalam sistem perencanaan strategis jika seseorang mampu menghasilkan rencana strategis, yang memiliki karakteristik meliputi komprehensif, koheren, seimbang serta terukur dengan baik. Dalam Perspektif Finansial Balanced Scorecard, dalam hal pengukuran finansial mempunyai dua peranan penting, di mana yang pertama adalah semua perspektif tergantung pada pengukuran finansial yang menunjukkan implementasi dari strategi yang sudah direncanakan dan yang kedua adalah akan memberi dorongan kepada 3 perspektif yang lainnya tentang target yang harus dicapai dalam mencapai tujuan organisasi. Sedangkan Perspektif Pelanggan pada saat merumuskan pelanggan, para manajer harus memiliki gagasan yang jelas tentang segmen pelanggan dan segmen bisnis sasaran, dan memilih serangkaian pengukuran hasil utama pangsa pasar, retensi pelanggan, akuisisi pelanggan, kepuasan pelanggan dan profitabilitas pelanggan. Adapun Perspektif financial dan pelanggan di dunia pendidikan BSC merupakan sebuah system manajemen yang sangat strategis, guna mengelola strategi dalam jangka panjang di dunia pendidikan. Sehingga BSC diharapkan mampu memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategi pendidikan di suatu lembaga pendidikan yang nyata dan terjamin.

DAFTAR PUSTAKA Akdon.2011, Strategic Management for Educational Management : Manajemen Strategik untuk Manajemen Pendidikan, Bandung: Alfabeta.

Gaspersz, Vincent, Sistem Manajemen Terintegrasi: Balanced Scorecard dengan Six Sigma untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah, Jakarta, Gramedia. (2003) Hopf. H, Richard, David.J. Litman, â&#x20AC;&#x153;Guide to Balance Scorecard Performance Management Methologyâ&#x20AC;?, Julaiha, S. (2011). Balanced Score Card (BSC) sebagai Alternatif Pengukuran Kinerja Lembaga Pendidikan.

Dinamika Ilmu: Jurnal Pendidikan, 11(2), Article 2. https://doi.org/10.21093/di.v11i2.36 Ilyas, Y.. Kinerja, Teori, Penilaian dan Penelitian, Depok: BP. FKM Universitas Indonesia(2001) Kaplan, R.S. & Norton, D.P., Penerjemah Peter R. Yosi Pasla, (2000). Balanced Scorecar, Erlangga: Jakarta.

Mulyadi (2001). Balanced scorecard: alat manajemen kontemporer untuk pelipatganda kinerja keuangan lembaga pendidikan. Jakarta: Salemba Empat.

Notoadmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.

Balanced Scorecard, Definisi, Konsep dan Perspektif. (n.d.). Retrieved December 25, 2018, from http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/balanced-scorecard-definisi-konsep-dan.html Kodrat, D. D. (n.d.). Penyusunan Anggaran dalam Balance Scorecard. Retrieved December 25, 2018, from https://www.academia.edu/8561235/Penyusunan_Anggaran_dalam_Balance_Scorecard Denny Kodrat. (n.d.). Perspektif Sistem Pendidikan menurut Faktor Pendukung [Education].

Retrieved December 25, 2018, from https://www.slideshare.net/dennykodrat/perspektif-sistempendidikan-menurut-faktor-pendukung Gunanta, R. (2012). Pendekatan Balanced Scorecard Sebagai Penilaian Kinerja Pada Institusi Sekolah. Universitas Sanata Dharma. http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/handle/123456789/2316

63

IMPLEMENTASI MANAJEMEN KURIKULUM DALAM MENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN DI SMA YaBAKII 2 GANDRUNGMANGU CILACAP Sartono Dosen Tetap STAI Miftahul Huda Al Azhar Banjar Email : sartonocakep4@gmail.com

Abstract: The secondary school curriculum is a set of learning experiences designed for middle school students in an effort to achieve educational goals. For that, we need an adequate management pattern, which is called curriculum management. The purpose of this study was to determine the implementation of curriculum management at SMA YaBAKII 2 Gandrungmangu Cilacap in terms of planning, implementation and obstacles. This study uses a descriptive method with a qualitative approach. Data collection techniques are carried out through interviews, observation, and documentation. The subjects of this study were: the principal, the vice principal in the curriculum field and the teacher. The results of the study were found that (1) curriculum planning starts with the development of a syllabus by designing lessons that contain plans for teaching materials, grouping material, and presenting material. This can be seen from the annual program, semester program, lesson plans, minimum completeness criteria; (2) The implementation of the curriculum carried out by the teacher to carry out learning which includes assigning teachers, giving additional assignments, preparing schedules, dividing study groups, filling in teacher and student absences, determining extra-curricular activities, implementing examinations and filling in reports and remedials and the role of teachers in implementing the curriculum as well as making decisions and implementing teaching programs; (3) There are significant obstacles experienced by the principal in implementing the curriculum at SMA YaBAKII 2 Gandrungmangu Cilacap. However, guidance is needed from the principal and teacher commitment to implement the curriculum at SMA YaBAKII 2 Gandrungmangu Cilacap. Guidance from school principals with rewards and punishments, so that teachers who are committed get rewarded and vice versa.

Keywords: Curriculum Management, Quality of Learning, education Management Abstrak : Kurikulum sekolah menengah adalah seperangkat pengalaman belajar yang dirancang untuk siswa sekolah menengah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan. Untuk itu, diperlukan suatu pola pengelolaan yang memadai, yang disebut dengan manajemen kurikulum. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi manajemen kurikulum pada SMA YaBAKII 2 Gandrungmangu Cilacapdalam hal perencanaan, pelaksanaan dan hambatan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Subjek penelitian ini adalah: kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, dan guru. Hasil penelitian ditemukan bahwa (1) Perencanaan kurikulum dimulai dari pengembangan silabus dengan merancang pembelajaran yang berisi rencana materi ajar, pengelompokan materi, dan penyajian materi hal ini dapat dilihat dari program tahunan, program semester, rencana pelaksanaan pembelajaran, kriteria ketuntasan minimal; (2) Pelaksanaan kurikulum yang dilakukan oleh guru untuk melaksanakan pembelajaran yang meliputi penugasan guru, pemberian tugas tambahan, penyusunan jadwal, pembagian rombongan belajar, pengisian absen guru dan siswa, penetapan kegiatan ekstra kurikulur, pelaksanaan ujian dan pengisian rapor dan remedial serta peran guru dalam pelaksanaan kurikulum juga pengambilan keputusan dan mengimplementasikan program pengajaran; (3) Ada hambatan berarti yang dialami kepala sekolah dalam pelaksanaan kurikulum di SMA YaBAKII 2 Gandrungmangu Cilacap Akan tetapi diperlukan pembinaan dari kepala sekolah dan komitmen guru untuk melaksanakan kurikulum di SMA YaBAKII 2 Gandrungmangu Cilacap. Pembinaan dari kepala sekolah dengan adanya reward dan punishment, sehingga guru-guru yang memiliki komitmen mendapatkan penghargaan dansebaliknya.

Kata Kunci: Manajemen Kurikulum, Mutu Pembelajaran, Manajemen Pendidikan 64

PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu hal terpenting bagi pembangunan dalam rangka untuk meningkatkan martabat suatu bangsa. Pendidikan sebagai sebuah usaha mempersiapkan manusia yang siap pakai dalam berbagai bidang pekerjaan dan keahlian guna menjawab tantangan kehidupan.

Pendidikan nantinya harus mampu membina generasi mendatang menjadi manusia dengan karakter yang kuta, dengan jati diri yang jelas dan dengan berbagai kemampuan yang sesuai dengan masalah yang dihadapi bangsa, baik masalah- masalah masa kini maupun di masa akan datang. Pendidikan persekolahan sampai saat ini dianggap sebagai unsur utama dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM). Seperti dikemukakan terdahulu, SDM dianggap lebih bernilai jika memiliki sikap, perilaku, wawasan, kemampuan, keahlian, serta keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau lapangan kerja dalam berbagai bidang dan sektor pembangunan. Nilai-nilai SDM tersebut dapat dikembangkan melalui pendidikan persekolahan baik pada jenjang pendidikan dasar, menengah, maupun tinggi. Jenis pendidikan persekolahan itu sendiri terdiri atas pendidikan umum dan pendidikan kejuruan, yang satu sama lain memiliki implikasi yang berbeda terhadap pengembangan SDM. Dengan melalui pendidikan ini, sikap dan nilai SDM ditanamkan dan dikembangkan secara sistematis dan terprogram sehingga setelah melewati proses tertentu, SDM akan semakin tinggi nilainya, baik dipandang secara ekonomis, sosial- budaya, kepribadian bangsa; maupun nilai-nilai yang lebih bermakna bagai pembangunan bangsa. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditamatkan, semakin tinggi pula kemampuan dan keterampilannya sehingga dapat menyumbangkan produktivitas yang dimilikinya terhadap kesejahteraan dirinya atau masyarakat bangsanya. Produktivitas itu sendiri merupakan konsep yang dipengaruhi oleh berbagai nilai, baik yang ada pada diri manusia seperti wawasan, perilaku, keterampilan, dan keahlian, maupun yang bersumber dari nilai-nilai budayanya seperti etos kerja.

Ketika Guru yang sudah professional sebagai pengganti atau surrogate orang tua, hal ini tidak berarti akan merampas dari hak kemerdekaan anak didiknya. Sebagai pengganti orang tua guru professional justru lebih membuka ruang untuk berkembangnya kemerdekaan peserta- didik. Apabila orang tua sering kehilangan pertimbangan objektif terhadap anaknya, seorang guru professional haruslah bersikap objektif, yang didalamnya tentu banyak mengalami berbagai hambatan bagi peserta didik yang justru sedang belajar berdiri sendiri. Dari pengalaman peserta didik di dalam menghadapi persoalan-persoalan kehidupan, di belajar memperoleh kebijaksanaan sendiri secara mandiri berkat bantuan pendidikan professional.

Implementasi manajemen kurikulum merupakan bagian yang integral dari keseluruhan dari manajemen pendidikan yang diterapkan di semua jenis dan jenjang pendidikan. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa keberhasilan suatu lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh manajemen kurikulumnya. Istilah manajemen dan administrasi pendidikan yang dipergunakan dalam penulisan ini mengandung arti yang sama yaitu pengelolaan pendidikan.

Manajemen pendidikanmempunyai ruang lingkup yang luas. Sehubungan dengan hal ini, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (2005:66) mengemukakan bahwa: Pelaksanaan kurikulum harus diarahkan agar proses pembelajaran berjalan dengan baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa. Jadi bagaimana strateginya agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Guru perlu didorong untuk terus menyempurnakan strategi tersebut, misalnya dengan menerapkan kaji tindak dalam pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas (classroom action research).

Hal senada apa yang diungkapkan oleh (Andini, 2018) bahwa Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik. Sehingga pengembangan kurikulum yang dilaksanakan setiap satuan pendidikan menyesuaikan dengan kebutuhan madrasah. Di sekolah di bawah naungan kementerian agama misalnya di MTs Al-Falah Cicalengka telah melakukan pengembangan kurikulum dengan beberapa tahapan meliputi (1) perencanaan yang dilakukan oleh Kepala Madrasah dengan dibantu oleh Pembantu Kepala Madrasah, (2) pelaksanaan pengembangan kurikulum dilakukan melalui proses pembelajaran di dalam kelas yang mengacu kepada silabus dan RPP, (3) hasil pengembangan kurikulum berupa pengembangan kurikulum 2013 menjadi kurikulum 2013 revisi, (4) evaluasi pengembangan kurikulum oleh kepala madrasah dilaksanakan dalam jangka waktu satu semester dan evaluasi oleh guru bidang studi 65

dilaksanakan setiap selesai proses pembelajaran.

Salah satu bidang garapan dari manajemen pendidikan adalah manajemen kurikulum yaitu kegiatan yang berhubungan dengan upaya merencanakan, melaksanakan, mengendalikan proses belajar mengajar agar dapat berjalan secara efektif. Artinya, manajemen kurikulum merupakan kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk memberi kemudahan kepada guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran. Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam manajemen kurikulum meliputi pembagian tugas guru, penyusunan jadwal pelajaran, pembagian rombongan belajar, membuat absensi guru dan siswa, menetapkan kegiatan ekstra kurikuler, membuat daftar nilai, menentukan waktu ujian dan sebagainya. Kesemua kegiatan ini ditujukan untuk memberikan kemudahan bagi guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran sebagai aktivitas inti sekolah.

Manajemen kurikulum sangat mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di sekolah dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Jika manajemen kurikulum tidak berjalan dengan baik maka proses belajar-mengajar di sekolah tersebut akan mengalami hambatan sehingga tujuan yang ingin dicapai melalui proses belajar mengajar juga terkendala. Sebaliknya jika manajemenkurikulumtelah ditata dengan baik kondisi sekolah akan kondusif untuk pengembangan proses pembelajaran yang bermutu. Kegiatan manajemen kurikulum di Sekolah Menengah Atas (SMA) dilaksanakan oleh kepala sekolah dan sebagai pelaksana operasionalnya adalah wakil kepala bagian kurikulum. Kedua pejabat ini yang menjadi penanggungjawab pelaksanaan manajemen kurikulum di sekolah. Karena peranan dari manajemen kurikulum ini sangat penting maka para pelaksana dituntut memiliki wawasan dan kemampuan dalam bidang tersebut.

Keberhasilan suatu sekolah dalam meningkatkan prestasi siswanya sebagai indikator mutu pendidikan dan jenjang pendidikan sangat bergantung pada efektifitas pelaksanaan manajemen kurikulumnya. Jika manajemen kurikulum sudah berjalan efektif maka proses pembelajaran juga akan berlangsung efektif dan prestasi siswa juga mengalami peningkatan secarasignifikan.Pelaksanaan manajemen kurikulum dituntut untuk dapat memberikan kemudahan atau menfasilitasi penerapan kurikulum tersebut menjadi kegiatan pembelajaran. Walaupun terdapat sejumlah persamaan antara kurikulum yang baru dengan kurikulum yang lama namun kegiatan pembelajaran harus ditata sedemikian rupa agar sasarannya dapat tercapai secara optimal. Pelaksanaan manajemen kurikulum sangat menentukan keberhasilan sekolah dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Namun dalam kenyataannya, pelaksanaan manajemen kurikulum pada SMA YaBAKII 2 Gandrungmangu Cilacap belum berjalan secara efektif. Dengan perkataan lain manajemen kurikulum belum mendukung terciptanya proses pembelajaran yang efektif dan pada gilirannya prestasi siswa juga masih rendah.

Kondisi ini tidak dapat dibiarkan terus berlangsung karena akan menghambat program pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan pada semua jenis dan jenjangpendidikan.

Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan suatu penelitian guna mendapatkan data tentang bagaimana pelaksanaan manajemen kurikulum pada SMA YaBAKII 2 Gandrungmangu dan hambatan-hambatan apa yang dialami para pelaksana administrasi kurikulum di sekolah tersebut.

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi kepala sekolah dan guru-guru serta pelaksana manajemen kurikulum pada SMA YaBAKII 2 Gandrungmangu Cilacapkhususnya dan SMA umumnya untuk memperbaiki sistem pelaksanaan manajemen kurikulum di sekolahnya sehingga mutu pembelajaran dapat ditingkatkan menjadiefektif.

Tinjauan Pustaka Jika kita telusiuri bahwa manajemen kurikulum yaitu sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaannya, manajemen kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan konteks Manajemen Berbasis Sekolah dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Oleh karena itu, otonomi yang diberikan pada lembaga pendidikan atau sekolah dalam mengelola kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan ketercapaian sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah tidakmengabaikan kebijaksanaan nasional yang telah ditetapkan. dengan Hubungannya dengan sekolah dengan masyarakat perlu dikelola secara produktif agar masyarakat merasa memiliki sekolah. Sehingga terbentuk sinerjik antara sekolah dengan masyarakat untuk mewujudkan program-program sekolah. Dengan demikian keterlibatan masyarakat dalam manajemen kurikulum dimaksudkan agar dapat memahami, membantu dan 66

mengontrol implementasi kurikulum, sehingga lembaga pendidikan mengidentifikasi kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum, menentukan prioritas kurikulum, melaksanakan pembelajaran, menilai kurikulum, mengendalikan serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum baik kepada masyarakat maupunpemerintah.

Pendapat Daryanto (2005:5) sebagaimana yang dikutip oleh (Lubis, 2015, p. 16) mengatakan bahwa manajemen pendidikan adalah tindakan mengkoordinasikan perilaku manusia dalam pendidikan untuk menata sumber daya yang ada dengan sebaik-baiknya sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara produktif. Selanjutnya menurut Daryanto (2005: 6): Ada tiga pola pandang tentang sekolah yang produktif, yakni administrator, psikolog, dan ekonomi. Terkait Pandangan Administrator, dalam hal ini Administrator bertanggung jawab kepada sekolah dalam gal mengolah sistem pendidikan. Penentuan untuk mengkategorikan sekolah produktif dapat dilakukan dengan mengaitkan antara input yang digunakan, yaitu ruangan, guru, buku, dan peralatan lainnya dengan output yang diharapkan. Output yang diharapkan harus dapat mencapai keseimbangan yang paling menguntungkan dengan input yang tersedia. Selanjutnya Pandangan Psikolog, mereka mengaitkan ukuran sekolah yang produktif dengan perubahan dan perilaku peserta didik, yang mencakup pertambahan pengetahuan, nilai dan peningkatan kemampuan lainnya dengan mengaitkan pula dengan input yang tersedia. Kesulitan utama dalam pola pandang ini adalah cara mengidentifikasikan dan mengukur perubahanperilaku sebagai akibat pendidikan di sekolah.

Kesulitan ini terjadi karena perubahan perilaku peserta didik (output) adalah gabungan antara pengaruh sekolah dan lingkungan luar sekolah. Adapun Pandangan Ekonomi, dalam hal ini yaitu Pendidikan memberikan konstribusi pada peserta didik untuk berperan dalam sistem ekonomi.

Sekolah disebut produktif jika nilai moneter yang diterima oleh setiap individu akibat pendidikan adalah seimbang atau lebih besar dari pada biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendidikan.

Upaya yang dilakukan dalam rangka terlaksananya manajemen kurikulum baik di sekolah diperlukan upaya yang sesuai dengan fungsi-fungsi manajemen yang ditinjau dari sistem pendidikan, komponen, dimensi, unsur dan kriteria pada tingkat pendidikan yang dimaksud. Sehingga manajemen sebagai salah satu alat dalam organisasi pendidikan, perilaku manajemen sangat ditentukan oleh perilaku personil yang terlibat didalamnya. Perilaku para praktisi dalam suatu organisasi pendidikan, ditetapkan melalui perangkat aturan, perangkat tugas dan mekanisme yang juga berlaku pada jenjang pendidikan, terutama peraturan yang berlaku atau dengan merujuk pada dasar-dasar hukum yang berlaku.

Adapun fungsi manajemen pendidikan, tidak mungkin dapat melibatkan berbagai pihak tanpa adanya suatu legalitas yang dianut oleh suatu institusi, termasuk lembaga pendidikan jalur sekolah.

Fungsi-fungsi kegiatan pengelolaan atau manajemen pada umumnya. Hamalik (1991:23) mengatakan, fungsi kegiatan pengelolaan terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan.

Berikut paparan dari keempat fungsi manajemen kurikulum yangdimaksud.

Perencanaan, terkait hal ini dalam perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Sedangkan perencanaan itu sendiri adalah pemilihan dari sejumlah alternatif tentang penetapan prosedur pencapaian, serta perkiraan sumber yang dapat disediakan untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan merupakan upaya untuk merumuskan apa yang ingin dicapai serta bagaimana sesuatu yang ingin dicapai tersebut dapat terlaksana melalui rumusan rencana kegiatan. Menurut Simamora (1988:61) mengemukakan bahwa: â&#x20AC;&#x153;Pada hakekatnya perencanaan merupakan usaha sadar, terorganisasi dan terus menerus dilakukan untuk memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif diadakan guna mencapai tujuanâ&#x20AC;?. Dengan terlaksananya kegiatan sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan, maka perencanaan itu dapat dikatagorikan sebagai perencanaan yang baik atau berhasil dan jika apa yang telah dirumuskan tersebut tidak dapat dilaksanakan, maka perencanaan tersebut dapat dikatakan tidak baik atau belum berhasil. Selanjutnya perencanaan kurikulum berarti menentukan hal-hal yang berkaitan dengan kurikulum itu sendiri, dan sebelumnya apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya. Hamalik (1001:31) mengemukakan perencanaan kurikulum adalah proses manajerial dalam menentukan apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Dalam kaitannnya dengan manajemen kurikulum, perencanaan dipandang sebagai suatu alat yang adapat membantu para guru dan praktisi lainnya untuk lebih menjadi berdaya guna dalam pelaksanaan tugas dan 67

fungsinya. Perencanaan dapat menolong pencapaian suatu sasaran secara lebih ekonomis, tepat waktu dan memberi peluang untuk lebih mudah dikontrol dan monitor dalam pelaksanaannya. Karena itu perencanaan sebagai unsur dan langkah pertama dalam fungsi manajemen pada umumnya menempati posisi yang amat penting dan amat menentukan.

Proses perencanaan manajemen kurikulum di sekolah harus dilaksanakan secara kolaboratif, artinya dengan mengikutsertakan personel sekolah dalam semua tahap perencanaan itu.

Pengikutsertaan ini akan menimbulkan perasaan ikut memiliki (sense of belonging) yang dapat memberikan dorongan kepada guru dan personel sekolah yang lain untuk berusaha agar rencana tersebut berhasil. Lingkup perencanaan meliputi semua komponen manajemen pendidikan seperti yang telah disebutkan di muka, yaitu perencanaan kurikulum, layanan khusus, hubungan masyarakat, proses belajar-mengajar (fasilitasnya), dan ketatausahaan sekolah, pengalaman-pengalaman dalam darmawisata dan lain-lain, kesemuanya merupakan situasi-situasi belajar yang kaya akan pendidikan.

Karena itu kurikulum meliputi segala pengalaman yang sengaja diberikan sekolah untuk memupuk perkembangan anak-anak dengan jalan menciptakan situasi belajar-mengajar.

Pengorganisasian, dalam hal ini terkait Pengorganisasian di sekolah dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses untuk memilih orang-orang (guru dan personel sekolah lainnya) serta mengalokasikan sarana dan prasarana untuk menunjang tugas orang-orang itu dalam rangka mencapai tujuan sekolah. Termasuk di dalam kegiatan pengorganisasian adalah penetapan tugas, tanggung jawab, dan wewenang orang-orang tersebut serta mekanisme kerjanya sehingga dapat menjamin tercapainya tujuan sekolah itu. Setidaknnya terdapat enam ragam pengorganisasian kurikulum, Meysin (2009:12) antara lain meliputi Mata pelajaran terpisah (isolated subject); Mata pelajaran berkorelasi; Bidang studi (broad field); Program yang perpusat pada anak (child centered); Inti masalah (core program); Electic program.

Untuk lebih jelas keenam pengorganisasian kurikulum yaitu: 1) mata pelajaran terpisah (isolated subjek); kurikulum terdiri dari sejumlah mata pelajaran yang terpisah- pisah, yang diajarkan sendiri-sendiri tampa ada hubungan dengan mata pelajaran lainnya. Masing- masing diberikan pada waktu tertentu dan tidak mempertimbangkan minat, kebutuhan, dan kemampuan peserta didik, semua materi diberikan sama. 2) Mata pelajaran berkorelasi; korelasi diadakan sebagai upaya untuk mengurangi kelemahan-kelemahan sebagai akibat pemisahan mata pelajaran. Prosedur yang ditempuh adalah menyampaikan pokok-pokok yang saling berkorelasi guna memudahkan peserta didik memahami pelajaran tertentu. Selanjutnya, yang ke (3) Bidang studi (broad field); yaitu organisasi kurikulum yang berupa pengumpulan beberapa mata pelajaran yang sejenis serta memiliki ciri-ciri yang sama dan dikorelasikan (difungsikan) dalam satu bidang pengajaran. Salah satu mata pelajaran dapat dijadikan â&#x20AC;?core subjectâ&#x20AC;?, dan mata pelajaran lainnya dikorelasikan dengan core tersebut. (4) Program yang berpusat pada anak (child centered), yaitu program kurikulum yang menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan peserta didik, bukan pada mata pelajaran. (5) Inti Masalah (core program), yaitu suatu program yang berupa unit-unit masalah, dimana masalah-masalah diambil dari suatu mata pelajaran tertentu, dan mata pelajaran lainnya diberikan melalui kegiatan- kegiatan belajar dalam upaya memecahkan masalahnya. Mata pelajaran yang menjadi pisau analisisnya diberikan secara terintegrasi. (6) Electic program, yaitu suatu program yang mencari keseimbangan antara organisasi kurikulum yang terpusat pada mata pelajaran dan peserta didik.

Selain dari itu, pengorganisasian dapat dipahami sebagai upaya dalam mengkoordinir personil dan sumber daya yang ada. Pengkoordinasian di sekolah diartikan sebagai usaha untuk menyatupadukan kegiatan dari berbagai individu atau unit di sekolah itu agar kegiatan mereka berjalan selaras dengan anggota atau unit lainnya dalam usaha mencapai tujuan sekolah. Usaha pengkoordinasian dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti; (a) melaksanakan penjelasan singkat (briefing), (b) mengadakan rapat kerja, (c) memberikan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis, dan (d) memberikan balikan tentang hasil suatu kegiatan. Selanjutnya pengorganisasian manajemen kurikulum merupakan suatu keseluruhan proses pengelompokan materi, alat-alat, tugas, tanggung jawab personel pendidik, sehingga tercapainya tujuan kurikulum yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Pengorganisasian mempertimbangkan hal-hal strukturnya harus mencerminkan tujuan dan rencana-rencana, pembagian tugas yang jelas, mencerminkan lingkungan.

Pelaksanaan, dalam hal ini mengenai penerapan kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional.

68

Sehingga tahap pelaksanaan manajemen kurikulum merupakan implementasi dari perencanaan manajemen kurikulum yang telah dirumuskan dan mendayagunakan fungsi organisasi pendidikan, sehingga dapat mewujudkan tujuan kurikulum yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini, sumber daya manusia, dialokasikan, jadwal dan waktu kegiatan ditetapkan, demikian juga hal-hal lain yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan, seperti mekanisme pendelegasian wewenang, pembagian tugas dan tanggung jawab dan sebagainya.

Pada tahap pelaksanaan, sumber daya manusia sangat menentukan keberhasilan suatu pelaksanaan. Menurut Sule (2005: 216) bahwa: â&#x20AC;?Faktor yang sangat menentukan pada tahap pelaksanaan adalah sejauh mana sumber daya manusia atau tenaga kerja yang telah dipilih dan ditempatkan dalam organisasi menunjukkan kinerja yang terbaik, karena faktor manusia menjadi kunci penting dalam langkah implementasiâ&#x20AC;?. Berkaitan dengan manajemen kurikulum tidak dapat dilepaskan dari pelaksanaan pengembangan kurikulum itu sendiri. Sedangkan prinsip-prinsip yang digunakan dalam kegiatanmanajemen kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah yang menjiwai suatu kurikulum.

Dalam pelaksanaan manajemen kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum. Dalam hal ini, Sukmadinata (Sudrajat, 2008: 2) mengetengahkan prinsipprinsip pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok: (1) prinsip-prinsip umum : relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas; (2) prinsip- prinsip khusus: prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian. Selanjutnya menurutu Sudrajat (2008: 3) mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu : 1. Prinsip relevansi; secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara komponenkomponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal bahwa komponen- komponen tersebut memiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi sosiologis).

2. Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian- penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar belakang peserta didik.

3. Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungan dalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun horizontal. Pengalaman4. pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.

5. Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber- sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai.

6. Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.

Selanjutnya terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Sudrajat (2008: 4) menambahkan bahwa terdapat sejumlah prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu 1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peseta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kratif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntunan lingkungan. 2) Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan 69

gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi. 3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. 4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stake holders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja.

Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan. 5) Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkensinambungan antar semua jenjang pendidikan. 6) Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya. 7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang membedakan antara satu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan kurikulum sebelumnya, yang justru tampaknya sering kali terabaikan.

Karena prinsip-prinsip itu boleh dikatakan sebagairuh atau jiwanya kurikulum. Dalam mensikapi suatu perubahan kurikulum, banyak orang lebih terfokus hanya pada pemenuhan struktur kurikulum sebagai jasad dari kurikulum. Padahal jauh lebih penting adalah perubahan kultural (perilaku) guna memenuhi prinsip-prinsip khusus yang terkandung dalam pengembangan kurikulum. Implikasi penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah perlunya pengembangan silabus dan sistem penilaian yang menjadikan peserta didik mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan. Mulyasa (2005:36) menyatakan bahwa: â&#x20AC;&#x153;Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang pengembangan kurikulum, yang mencakup kegiatan pembelajaran, pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, serta penilaian berbasis kelasâ&#x20AC;?.

Penjabaran dari rumusan kurikulum adalah pengembangan silabus dan sistem penilaian yang disusun berdasarkan prinsip yang berorientasi pada pencapaian kompetensi, dalam pedoman khusus pengembangan silabus dan sistem penilaian dinyatakan bahwa silabus dan sistem penilaian berfungsi untuk: (1) mengetahui hasil belajar siswa,(2) mendiagnosis kesulitan belajar siswa, (3) memberikan umpan balik, (4) melakukan perbaikan, (5) memotivasi guru agar mengajar lebih baik, dan (6) memotivasi siswa untuk belajar lebih baik. (Depdiknas: 2004:9).

Pengembangan silabus harus dilakukan secara sistematis, dan mencakup komponen- komponen yang saling berkaitan untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Beberapa komponen silabus yang perlu dipahami dalam menyukseskan implementasi kurikulum berbasis kompetensi antara lain kompentensi dasar, standar kompetensi, hasil belajar, indikator hasil belajar, penilaian berbasis kelas (PBK), dan prosedur pembelajaran. Mulyasa (2005:39) menyatakan komponenkomponen silabus sebagai berikut:Kompetensi dasar dalam silabus berfunngsi untuk mengarahkan guru dan fasilitator pembelajaran, mengenai target yang harus dicapai dalam pembelajaran. 1) Materi standar dalam silabus berfungsi untuk memberikan petunjuk kepada peserta didik dan guru sebagaio fasilitator tentang apa yang harus dipelajari dalam mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. 2) Hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan perilaku yang akan dicapai oleh peserta didik sehubungan dengan kegiatan belajar yang akan dilakukan, sesuai dengan kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji. 3) Indikator pencapaian hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai tanda-tanda yang menunjukkan terjadinya perubahan perilaku pada diri peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilakukan. 4) Penilaian berbasis kelas (PBK) dalam silabus berfungsi sebagai alat dan strategi untuk mengukur keerhasilan belajar peserta didik. 5) Prosedur pembelajaran dalam silabus berfungsi untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran yang harus 70

dilakukan oleh peserta didik dan dalam membentuk kompetensi dasar. 6) Untuk memberi kemudahan kepada guru dan kepala sekolah dalam menyukseskan implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, perlu dipahami prosedur pengembangan silabus, baik yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi maupun revisi. Seperti yang dikemukakan oleh Mulyasa (2005:41) prosedur pengembangan silabus sebagai berikut:Perencanaan, dalam perencanaan tim pengembang harus menyediakan informasi dan referensi serta mengidentifikasi sumber belajar termasuk nara sumber yang diperlukan dalam pengembangan silabus.

Pelaksanaan penyusunan silabus meliputi langkah-langkah: menentukan alat evaluasi dan menganalisis kesesuaian silabus dengan pengorganisasian pengalaman belajar dengan waktu yang tersedia. Penilaian proses penilaian silabus harus dilakukan secara berkala dan berkesinambungan, dengan menggunakan model-model penilaian. Revisi, silabus yang telah dikembangkan perlu diuji kelayakannya melalui analisis kualitas silabus, penilaian ahli, dan uji lapangan, berdasarkan hasil kelayakan ini kemudian dilakukan revisi.

Tugas guru yang paling utama terkait dengan persiapan mengajar dalam implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sebenarnya hampir sama dengan tugas dan fungsinya seperti pada kurikulum sebelumnya, yaitu menjabarkan silabus ke dalam persiapan mengajar (rencana pelaksanaan pembelajaran). Bedanya, kalau dulu guru wajib mengikuti GBPP yang dibuat oleh pusatkurikulum sedangkan sekarang guru diberikankewenangan secara leluasa untuk menganilisis silabus tersebut sesuai dengan karakteristik dan kondisi sekolah, serta kemampuan guru sendiri dalam menjabarkannya menjadi persiapan mengajar yang siap dijadikan pedoman pembentukan kompetensi peserta didik.

Metodologi Penelitian Penelitian yang dilakukan dalam penulisan ini adalah menggunakan metode diskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penggunaan pendekatan ini disesuaikan dengan tujuan pokok penelitian, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis mengenai pelaksanaan manajemen kurikulum di SMA YaBAKII 2 Gandrungmangu di Kabupaten Cilacap. Pendekatan kualitatif lebih mementingkan segi proses dari pada hasil, maka berdasarkan hal tersebut penelitian ini akan melihat dan menganalisa tentang gambaran pelaksanaan manajemen kurikulum sehingga data yang akan dikumpulkan nanti akan lebih lengkap serta dapat di pertanggungjawabkan secara keilmuan dan lebih objektfi. Menurut Salim (2006:142) â&#x20AC;&#x153;secara umum penelitian kualitatif sebagai suatu proses dari berbagai langkah yang melibatkan peneliti, paradigm teroritis dan interpretif, strategi penelitian, metode pengumpulan data dan analisis data empiris maupun pengembangan interpretasi dan pemaparanâ&#x20AC;?. Dalam mencapai tujuan penelitian, meteode dan pendekatan merupakan kunci penting, oleh sebab itu penulis menentukan metode dan pendekatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Sedangkan Margono (2005:39) menyatakan â&#x20AC;&#x153;data yang diperoleh berupa kata-kata, gambar, prilaku tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statisti, melainkan tetap dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih kaya dari sekedar angka atau frekwensiâ&#x20AC;?. Dalam penggunaan pendekatan kualitatif, Nasution (2002:50) menjelaskan bahwa pendekatan ini : 1. Memiliki kelenturan menyesuaikan dengan hal- hal yang ganda.

2. Menyajikan langsung hakikat dari hubungan antara peneliti dengan responden.

Lebih peka terhadap adanya penajaman nilai yang ditemui peneliti kualitatif, mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka dan berusaha memahami dan menafsirkan pikiran mereka tentang dunia mereka. Nasution (2002:5) menjelaskan pula sebagai peneliti kualitatif akan menaruh perhatiannya untuk memahami perilaku, pandangan, persepsi, sikap dan lain-lain berdasarkan pandangan subyek yang diteliti di tempat mereka hidup dan biasa melakukan aktivitasnya. Dalam metode deskriftif lebih tepat digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian, dengan pertimbangan sesuai dengan situasi dan keadaan sekarang.

Sudjana (2003:120) menjelaskan bahwa penelitian deskriftif adalah penelitian yang berusaha mendeskriftifkan suatu gejala dan peristiwa. Berdasarkan uraian pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa, penelitian kualitatif yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk dapat memahami fenomena-fenomena tentang apa yang di alami oleh subjek penelitian. Jadi penelitian ini adalah suatu penelitian yang tidak melalui prosedur analisis statistic atau dengan sistem kuantifikasi lainnya.

Kemudian Penelitian ini juga bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan 71

manajemen Kurikulum pada SMA YaBAKII 2 Gandrungmangu Cilacappada saat sekarang.

Hal ini dipandang sangat sesuai dengan masalah dan jenis data yang akan dihimpun serta tujuan yang ingin dicapai. Penelitian ini dilakukan pada SMA YaBAKII 2 Gandrungmangu Cilacap, yang menjadi subjek penelitian adalah Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bidang kurikukulum, dan Guru SMA YaBAKII 2 Gandrungmangu CilacapMoleong (2005:165-166) mengemukakan bahwa ciri-ciri sampel penelitian kualitatif adalah : (a) sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik lebih dahulu, (b) pemilihan sampel secara berurutan untuk memperoleh informasi yang telah lebihdahulu sehingga dapat dipertentangkan atau ada kesenjangan informasi, dan ((c) penyesuaian berkelanjutan dari sampel. Pada awalnya sampel dianggap sama, kemudian inforamasi mengembang ternyata semakin luas, sehingga sampel akan berakhir jika sudah mulai terjadi pengulangan informasi atau sudah terjadi ketuntasan atau kejenuhan dan tidak diperoleh tambahan informasi yang berarti.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Perencanaan Manajemen Kurikulum Berdasarkan hasil penelitian, terungkap bahwa perencanaan manajemen kurikulum dimulai dari pengembangan silabus yang dilakukan oleh guru di SMA YaBAKII 2 Gandrungmangu Cilacapdengan merancang pembelajaran yang berisi rencana materi ajar yang diasuhnya, pengelompokan materi, mengurutkan, dan penyajian materi sesuai dengan kurikulum yang berlaku untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar bagi siswa. Silabus yang disusun oleh guru SMA YaBAKII 2 Gandrungmangu Cilacapdigunakan untuk memperjelas program kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, silabus yang telah dikembangkan selanjutnya menjadi dokkumen yang menjadi acuan dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dalam satu tahun atau satu semester, serta sebagai pedoman dalam melaksanakannya. Selain penggunaan pendekatan kurikulum pada mata pelajaran, pengelolaan kurikulum pun di laksanakan dalam segi rancangan.

Adapun rincian pengelolaan kurikulum dan pembelajaran SMA YaBAKII 2 Gandrungmangu Cilacap tahun pelajaran 2017/2018 adalah sebagai berikut : Awal Tahun Ajaran a. Penyusunan Program Kerja Tahunan dilaksanakan oleh Kepala Sekolah pada awal bulan Juli 2017 dan hasilnya disampaikan kepada semua personil dan orang tua siswa, yang bersifat umum yang bisa diketahui oleh orang tua siswa. b. Menyusun Kalender Pendidikan dilaksanakan minggu kedua bulan Juli 2017 bersama dengan guru. c. Menyusun Jadwal Pelajaran dilaksanakan setelah selesai penyusunan Kalender pendidikan. d. Membagi tugas mengajar serta tugas-tugas lainnya melalui musyawarah dengan guru dilaksanakan pada minggu kedua bulan Juli 2017 e. Penyusunan Program Semester tiap mata pelajaran dilaksanakan oleh semua guru selama libur awal semester.

Selama Tahun Ajaran a. Pemeriksaan dan penandatanganan persiapan mengajar, analisa materi pelajaran serta kumpulan soal dilaksanakan setiap hari sebelum pelajaran dimulai. b. Mengawasi proses berlangsungnya belajar mengajar dilaksanakan setiap hari. c. Upacara Bendera dilaksanakan setiap hari senin dengan petugas secara bergiliran. d. Upacara Penurunan Bendera dilakukan setiap hari Sabtu yang diikuti oleh siswa Kelas I, II dan III. e. Kegiatan Pramuka dilakuakn setiap hari Jumâ&#x20AC;&#x2122;at, pukul 13.30 WIB. Diikuti oleh kelas I, II dan III. f. Mengatur pelaksanaan Tes Sub Sumatif minimal lima kali. g. Melaksanakan Ulangan Akhir Semester I pada bulan Desember 2017 minggu kedua dan semester II dilaksanakan pada minggu kedua bulan Juni 2017. h. Pengisian buku laporan pendidikan semester ganjil akan dilaksanakan pada tanggal 14 Desember 2017, untuk semester II akan dilaksanakan pada tanggal 14 Juni 2017 i. Penyerahan buku laporan pendidikan untuk semester ganjil yang dilaksanakan pada tanggal 21 72

Desember 2017, sedangkan untuk semester genap akan dilaksanakan pada tanggal 23 Juni 2017(harus diambil oleh orang tua siswa). j. Penyusunan rencana pelaksanaan Ujian Sekolah akan dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 2017 k. Pelaksanaan Ujian Akhir Sekolah akan dilaksanakan pada minggu pertama bulan Juni yaitu tanggal 4 s.d. 6 Mei 2017 l. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk tahun Ajaran 2017/2018 m. Melaksanakan upacara kenaikan kelas akan dilaksanakan dengan penyerahan buku laporan Dalam menyusun perencanaan dan mengembangkan sistem penilaian atau evaluasi guru menelaah kurikulum dengan membaca dan memahami selanjutnya mendiskusikannya dengan guruguru yang mengasuh mata pelajaran yang sama. Diskusi ini maksudkan untuk menghindari beda penafsiran terhadap standar kompetensi yang ada pada silabus, sehingga indikator keberhasilan pembelajaran dapat merepresentasi tagihan yang diharapkan (kognitif, afektif, atau psikomotor).

Walaupun pada dasarnya sama dengan guru-guru lain di SMA YaBAKII 2 ada tagihan psikomotor kurang diperhatikan dengan alasan ini sulit dalam menyusun instrumen penilaian yang objektif.

Walaupun alasan ini tidak kuat dan tidak mendasar, namun kenyataan ini terjadi hampir di semua guru SMA YaBAKII 2 Gandrungmangu Cilacap. Berikut ini kutipan wawancara peneliti dengan wakil kepala sekolah bidang kurikulum tentang menetapkan jenis tagihan yang hendak diukur oleh guru: Khusus untuk tagihan psikomotor jarang sekali kami membuat penilaian terhadap itu. Namun untuk tagihan pada aspek kognitif dan afektif kami selalu memperhatikan tagihan tersebut. Untuk tagihan kognitif biasanya kami melakukannya dengan ujian/tes, dan untuk afektif kami melihat siswa dari proses pembelajaran di kelas, hal ini karena kemampuan psikomotor dibutuhkan kemampuan kognitif juga.Dari hasil wawancara peneliti dengan guru di atas, tergambar bahwa guru SMA YaBAKII 2 Gandrungmangu Cilacapdalam perencanaan dan pengembangan penilaian hasilbelajar guru lebih menekankan pada kognitif dan afektif saja.

Pelaksanaan Manajemen Kurikulum Berdasarkan hasil penelitian yang berkaitan dengan pelaksanaan manajemen kurikulum guru SMA YaBAKII 2 Gandrungmangu Cilacapmembentuk wadah peningkatan kapasitas profesionalisme guru melalui forum MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran). MGMP ini merupakan wadah guru dalam menyusun perencanaan dan pengembangan kurikulum di sekolah, terutamanya perencanaan yang berkaitan dengan peningkatan proses belajar mengajar di kelas. Seperti mengembangkan silabus dan menyusun Program Tahunan (Prota), Program Semester (Prosem), Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selanjutnya merumuskan model pembelajaran yang inovatif, alat-alat peraga, dan simulasi pembelajaran yang sesuai dengan bidang studi.

Dari observasi yang dilakukan, salah seorang guru menuturkan bahwa selama ini kegiatan proses belajar mengajar diawali dengan perencanaan yang diikuti oleh semua guru serta menggunakan system yang telah ditentukan dalam program pengajaran, dimana sekelompok guru mata pelajaran duduk berdiskusi dan merancang bersama persiapan mengajar dan hasil diskusi dari pembahasan bersama diserahkan kepada kepala sekolah untuk dapat pengesahan.

Berdasarkan hasil penelitian, terungkap bahwa dalam kerangka tersebut terlihat ada beberapa aktivitas yang dilakukan oleh guru di SMA YaBAKII 2 Gandrungmangu CilacapAntara lain: 1) Mendiagnosa kebutuhan siswa, dimana guru berupaya menaruh perhatian khusus terhadap karakteristik siswa di dalam kelas, sehingga memahami benar kebutuhan siswa yang berkaitan dengan kompetensi-kompetensi dasar siswa. Antara lain bertalian dengan minat para individu, kebutuhan dan kemampuan mereka. Selanjutnya dicari jalan keluar bagaimana memenuhi hal tersebut. 2) Memilih isi dan menentukan sasaran, sasaran pengajaran guru melukiskan apa yang sebenarnya diharapkan dari siswa, agar mereka mampu melakukan sesuatu sesuai dengan urutan pembelajaran, dengan demikian para guru mengetahui bahwa â&#x20AC;&#x153;siswaâ&#x20AC;? tersebut telah mempelajari sesuatu dalam kelas.

Dalam hubungan ini para guru juga perlu mempertimbangkan adanya perbedaan individu yang terdapat dalam kelas tersebut selama mengajar. 3) Mengidentifikasi teknik-teknik â&#x20AC;&#x153;pembelajaranâ&#x20AC;?.

Aktivitas ini dilakukan karena guru telah mengetahui sasaran-sasaran tertentu yang dapat dipergunakan sebagai basis untuk mengambil suatu keputusan. Guru dapat memilih secara bebas setiap teknik pembelajaran, sehingga merupakan penyelesaian yang bersifat professional, dan 73

tindakan ini dapat membantu siswa untuk dapat mencapai sasaran yang telah ditentukan semula. 4) Merencanakan aktivitas, merumuskan unit-unit da merencanakan pelajara. Dalam aktivitas ini yang paling penting adalah mengorganisasikan keputusan-keputusan yang telah diambil, yaitu mengenai siswa secara individu, sasaran-sasaran, dan teknik pembelajaran dan dibukukan pada dokumen resmi, sehingga dapat dipergunakan untuk melanjutkan pembelajaran berikut. 5) Memberikan motivasi dan implementasi program.

Perencanaan pada aktivitas ini mempersiapkan guru secara khusus bertalian dengan teknik motivasional yang akan diterapkan dan beberapa prosedur manajemen yang perlu diikuti agar rencana pengajaran tersebut dapat dilaksanakan dengan baik. Hubungannya dengan tugas atau aktivitas ini terdapat suatu keputusan yang sangat penting yang harus dilakukan, yaitu menetapkan transisi antara satu bagian dari pelajaran yang diberikan pada hari itu ke pelajaran pada hari-hari berikutnya. 6) merupakan aktivitas yang terakhir, yaitu perencanaan yang dipusatkan kepada â&#x20AC;&#x153;pengukuran, evaluasi, dan penetuan tingkatâ&#x20AC;?. Aktivitas ini merupakan pengembangan perencanaan untuk mengadakan tes dan penyesuaian tentang penampilan siswa secara individual. Guru berusaha memperhatikan bahwa terdapat hubungan antara pengukuran, evaluasi dan penentuan tingkat tersebut dengan keenam aktivitaslainyangterdapatalamkerangka kerja sebagaimana diutarakan di atas. Untuk membuat perencanaan yang baik dan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang ideal, setiap guru harus mengetahui unsur-unsur perencanaan pembelajaran yang baik, antara lain: mengidentifikasi kebutuhan siswa, tujuan yang hendak dicapai, berbagai strategi dan skenario. Bersamaan dengan itu peran guru dalam mengembangkan strategi amat penting, karena aktivitas belajar siswa sangat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku guru di dalam kelas.

Selanjutnya berdasarkan temuan penelitian terungkap bahwa penyusunan program pembelajaran di mulai dari persiapan mengajar sebagai produk program pembelajaran jangka pendek yang mencakup komponen kegiatan belajar dan proses pelaksanaan program, sehingga proses pembelajaran yang dimulai dengan fase persiapan mengajar ketika kompetensi dan metodologi telah diidentifikasi, akan membantu guru dalam mengorganisasikan materi standar serta mengantisipasi siswa dan masalah-masalah yang mungkin timbul dalam pembelajaran. Sebaliknya, tanpa persiapan mengajar, seorang guru akan mengalami hambatan dalam proses pembelajaran yang akan dilakukannya.

Berdasarkan keterangan kepala sekolah SMA YaBAKII 2 Gandrungmangu Cilacapdi atas, dapat diutarakan bahwa guru SMA YaBAKII 2 Gandrungmangu Cilacapdituntut untuk membuat rencana mengajar dan merupakan tugas guru yang utama. Rencana mengajar merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan pada tahapan penentuan pengalaman belajar. Guru dapat mengembangkan rencana pengajaran dalam berbagai bentuk (Lembar Kerja Siswa, Lembar Tugas Siswa, Lembar Informasi, dan lain-lain), sesuai dengan strategi pembelajaran dan penilaian yang akan digunakan oleh guru di SMA YaBAKII 2 Gandrungmangu CilacapBerkaitan dengan ini Kepala Sekolahjuga menerangkan bahwa:Guru diberi kewenangan secara leluasa untuk menganalisa silabus sesuai dengan karakteristik dan kondisi sekolah serta kemampuan dalammenjabarkannya menjadi persiapan mengajar yang siap dijadikan pedoman pembentukan kompetensi siswa.

Berkaitan dengan hal tersebut salah seorang guru yang menjadi subjek penelitian juga menerangkan bahwa: Guru, murid, dan bahan ajar merupakan unsur yang dominan dalam proses pembelajaran. Ketiga unsur ini saling berkaitan, mempengaruhi serta tunjang-menunjang antara satu dengan yang lainnya. Jika salah satu unsur tidak ada, maka kedua unsur yang lain tidak dapat berhubungan secara wajar dan proses pembelajaran tidak akan berlangsung dengan baik. Jika proses belajar mengajar itu ditinjau dari segi kegiatan guru, maka terlihat bahwa guru memegang peranan prima. Sehingga disinilah kami selaku guru berfungsi sebagai pembuat keputusan yang berhubungan dengan perencanaan, implementasi, dan penialian/evaluasi. Sesuai dengan keterangan di atas, tergambarkan bahwa kegiatan pembelajaran yang dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar siswa, siswa dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar sudah sesuai dengan kurikulum yang berlaku (KTSP).

Hambatan yang dialami Kepala Sekolah dalam Pelaksanaan Manajemen Kurikulum Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan wakil kepala sekolah serta beberapa orang guru diperoleh keterangan bahwa tidak ada hambatan yang dihadapi guru dalam pelaksanaan 74

manajemen kurikulum dalam hal penugasan guru, pemberian tugas tambahan, penyusunan jadwal, pembagian rombongan belajar, pengisian absen guru dan siswa, penetapan kegiatan ekstra kurikuler, pelaksanaan ujian dan pengisian rapor, remedial di SMA YaBAKII 2 Gandrungmangu CilacapHal ini sesuai dengan pernyataan kepala sekolah sebagai berikut: Mereka guru SMA YaBAKII 2 Gandrungmangu Cilacaprata-rata sudah bagus terhadap pelaksanaan manajemen kurikulum, namun karena KTSP ini baru, jadi tidak semua guru mendapat kesempatan mengikuti pelatihan-pelatihan dalam menyiapkan manajemen kurikulum sesuai dengan tuntunan KTSP. Oleh karena itu tidak semua menguasai dengan baik, namun karena adanya MGMP di sekolah guru dapat berbagi pengalaman dan pengetahuan. Selain itu kepala sekolah juga melakukan diskusi dengan para guru untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada di sekolah terutama yang berkaitan dengan permasalahan proses pembelajaran maupun yang menyangkut masalah kurikulum. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada hambatan dalam proses pelaksanaan manajemen kurikulum pada SMA YaBAKII 2 Gandrungmangu CilacapManajemen kurikulum mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kurikulum. Perencanaan dan pengembangan kurikulum nasional pada umumnya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat.

Penutup Berdasarkan pembahasan diatas mengenai Implementasi Manajemen Kurikulum dalam

Meningkatan Mutu Pembelajaran di Sma YABAKII 2 Gandrungmangu Cilacap dapat disimpulkan sebagai berikut : Perencanaan manajemen kurikulum disusun oleh guru SMA YaBAKII 2 Gandrungmangu Cilacaptelah sesuai dengan standar kurikulum yang berlaku sekarang (KTSP), hal ini dapat dilihat dari perencanaan manajemen kurikulum dimulai dari pengembangan silabus yang mengikuti format pengembangan silabus Depdiknas yaitu meliputi: identifikasi nama mata pelajaran, jenjang sekolah, kelas, semester, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok atau pembelajaran, pengalaman belajar siswa, alokasi waktu, dan sumber rujukan, selain mengembangkan silabus guru juga menyusun Program Tahunan, (Prota), Program Semester (Prosem), Satuan Pelajaran (Satpel), dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selanjutnya merumuskan model pembelajaran yang inovatif, alatalat peraga, dan simulasi pembelajaran yang sesuai dengan bidang studi yang diasuhnya.

Pelaksanaan manajemen kurikulum dilakukan oleh guru SMA YaBAKII 2 Gandrungmangu Cilacapdalam bentuk-bentuk dokumen guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran yang meliputi pengembangan silabus, Program Tahunan (Prota), Program Semester (Prosem), Satuan Pelajaran (Satpel), dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), selain hal itu dalam pelaksanaan manajemen kurikulum adalah penugasan guru, pemberian tugas tambahan, penyusunan jadwal, pembagian rombongan belajar, pengisian absen guru dan siswa, penetapan kegiatan ekstra kurikulur, pelaksanaan ujian dan pengisian rapor, sertapelaksanaan remedial bagi siswa yang belum tuntas.

Dalam pelaksanaan manajemen kurikulum dan pengambilan keputusan serta mengimplementasikan program pengajaran yang bekerja sama dengan dewan guru lainnya dan kepala sekolah dalam mempersiapkan persiapan mengajar di dalam kelas serta berpartisipasi dalam setiap pengambilan keputusan untuk mempromosikan pengajaran yang efektif dan efesien.

Sedangkan Hambatan yang dialami kepala sekolah dalam pelaksanaan manajemen kurikulum dapat diatasi dengan pembinaan dan komitmen guru dalam rangka peningkatan kualitas pelaksanaan manajemen kurikulum pada SMA YaBAKII 2 Gandrungmangu Cilacap ,Dalam hal ini kepala sekolah mengikuti dan mengamati pelaksanaan manajemen kurikulum untuk memperoleh data dalam menetapkan program pembinaan peningkatan mutu pelaksanaan manajemen kurikulum.

DAFTAR PUSTAKA Ali, M, 2005. Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar.

Ali, M, 2007. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Jakarta: Dirjen Depdiknas.

Arikunto, S, 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta 75

Arikunto, S, 2006. Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta Asmadi, Alsa, 2006. Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif serta Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Asmani, Jamal Ma`ruf, 2009. Manajemen Pengelolaan dan Kepemimpinan Profesional, Yogyakarta: Diva Press.

Daryanto, 2005. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas, 2003. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta: Depdiknas Depdiknas, 2005. Kurikulum Sebagai Alat Untuk Mencapai Tujuan Pendidikan, Jakarta: Dirjen Depdiknas Depdiknas, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Puskur Balitbang Departemen Pendidikan Nasional.

Depdiknas, 2006. Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: PB. PGRI. Depdiknas, 2008. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan.

Hamalik, 2007. Kurikulum Sebagai Pedoman dalam Pencapaian Tujuan Pendidikan, Jakarta: Dirjen Depdiknas Liang Gie The, 2007. Cara Belajar Yang Efisien, Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Margono, S., 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

Moleong, Lexy J., 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Muhajir, H. Noeng, 2005. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Edisi IV, Yogyakarta: Rakesarasin.

Mukti, 2006. Analisis Kesulitan Guru Dalam Pembelajaran Matematika Berdasarkan Kurikulum Berbasis Siswanto, H.B., 2007. Pengantar Manajemen, Jakarta: Bumi Aksara.

Andini, G. T. (2018). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Jurnal Isemaâ&#x20AC;Ż: Islamic Educational Management, 3(2), 159â&#x20AC;&#x201C;169. https://doi.org/10.15575/isema.v3i2.5008

Sudrajat, Akhmad, 2008. Prinsip Pengembangan Kurikulum. http://akhmadsudrajat.blogspot.com. .

76