Split Bill; Haruskah Pria Membayar Pada Kencan Pertama?

S

P

LIT

L I B

L

SPLIT-BILL

Mengutip situs Stack Exchange, split

WHAT IS SPLIT-BILL?

bill dalam bahasa Inggris

B aru-baru ini heboh polemik “split

Dalam konsep split bill, setiap orang

bill” di media sosial. Sebelum kita bahas

mengandung arti "memisahkan tagihan" atau "patungan tagihan".

mengenai cuitan yang viral di media

membayarkan tagihan masing-

sosial mengenai split bill, kita harus

masing dengan uang sendiri.

mengetahui apa itu split bill terlebih dahulu. Split bill adalah budaya untuk patungan tagihan atau membayar sendiri-sendiri makanan yang telah dipesan masing-masing. Praktik split bill sendiri sebenarnya tidak masalah bagi sebagian besar orang, bahkan ada menjadikannya prinsip. Namun untuk beberapa lainnya, split bill bisa menjadi hal yang tidak sopan, karena budaya membuatnya demikian.

Asal mula split bill berawal dari Amerika serikat, Split bill menjadi umum karena gerakan feminisme gelombang kedua yaitu pada akhir tahun 1960-an.

Gerakan perempuan mendorong ”Kesetaraan Gender” untuk membayar dengan cara mereka sendiri atau bahkan membayar makanan laki-laki.

Masalah split bill ini menghadirkan perbedaan perdapat dari perspektif dari laki-laki dan perempuan dikarenakan faktor kebudayaan khususnya di Indonesia.

MEET THE STIGMA D i Indonesia meskipun klasik bagi laki-laki untuk membayar saat berkencan dan saat ini bagi perempuan sudah wajar untuk menawarkan split bill, Hal ini menjadi masalah kencan paling sensitif hari ini. Biasanya ini adalah situasi "terkutuk jika Anda melakukannya, terkutuk jika Anda tidak melakukannya" untuk pria maupun perempuan. Beberapa wanita merasa terhina jika laki-laki selalu bersikeras untuk membayar, sementara dalam kasus tertentu jika laki-laki tidak menawarkan untuk membayar dengan cepat beberapa wanita akan berpikir bahwa mereka pelit atau tidak sopan. Sedangkan beberapa pria merasa terhina jika wanita bersikeras untuk membayar dan dalam kasus tertentu pemikiran negatif juga muncul di benak laki-laki, jika perempuan tidak menawarkan untuk split bill karena perempuan tersebut akan dianggap materealistis.

1

DATING CULTURE Merujuk pada feminisme, dalam kasus

Ada sebuah budaya yang terjadi di Indonesia yang juga

ini, antara laki-laki dan perempuan

terjadi di berbagai negara lainnya, yaitu jika si aki-laki

memiliki pemenuhan hak dan

menjadi orang pertama yang mengajak si perempuan ke

kewajiban yang setara. Praktik split

kencan pertama mereka, maka laki-laki tersebutlah yang

bills ini amat menggambarkan equality.

membayar makanan keduanya. Split bills kerap kali

Karena tidak hanya laki-laki yang

menjadi hal yang krusial dalam sebuah hubungan

harus mandiri secara finansial,

percintaan. Karena biasanya ini menyangkut dengan

perempuan pun bisa tanpa bergantung

perekonomian dan gengsi, terlebih ketika kencan pertama

kepada orang lain. Karena feminisme

atau first date. Padahal split bills ini sangat membantu

mempunyai pandangan bahwa hak

ketika kita sedang tidak memiliki uang yang cukup atau

lelaki disamakan dengan wanita.

bahkan hanya cukup untuk diri sendiri. Beberapa laki-laki

Sayangnya, dalam realitanya, banyak

merasa punya tanggung jawab dan ego untuk tidak

masyarakat yang masih memandang

membiarkan si perempuan membayar, dan beberapa

perempuan sebelah mata, di mana

perempuan yang masih jaga image ingin ikut membayar

haknya tidak bisa disetarakan oleh

padahal dalam hati enggan membayar. Alasannya adalah

laki-laki.

pemahaman tentang "laki-laki yang harus bayar” masih

2

sangat mainstream di Indonesia.

SPLIT BILL

Pemahaman ini tidak terlepas dari kedudukan

Berbicara gengsi dan rugi, bukankah memang sudah

gender di Indonesia yang masih timpang. Tidak

seharusnya menjadi tanggung jawab kita membayar

hanya sekali aku mengenal sebagian perempuan-

apa yang sudah kita makan dan minum? Bahkan ketika

perempuan yang tidak mau membayar bila

kita mempunyai uang lebih, bukan jadi soal untuk

berkencan dengan kekasihnya. Menurut mereka, itu

membayar tagihan orang lain baik itu lawan jenis atau

merupakan tanggung jawab laki-laki sebagai

siapa pun. Tetapi kembali lagi kepada hati, kita akan

bentuk tanggung jawab karena telah mengajak si

merasa dirugikan untuk membayar tagihan orang lain

perempuan keluar rumah. Laki-laki di Indonesia

tanpa adanya kesepakatan dari kedua pihak. Mana tau

yang mainstream nya melakukan first move dalam

pihak lelaki sedang membawa uang pas atau

sebuah hubungan pun dianggap sebagai pihak yang

sebaliknya. Jelas itu sangat merugikan, kuncinya

harus berjuang dalam hal finansial untuk

memang ada di komunikasi.

menyenangkan hati perempuan.

Pemahaman “laki-laki yang harus bayar” ini menurutku Padahal jika gender setara, seharusnya baik laki-laki

sudah menunjukkan bahwa perempuan pun

dan perempuan bisa menjadi pihak yang sama-

menempatkan dirinya di bawah laki-laki, tidak setara.

sama berjuang dalam hal ini. Tidak hanya sekali pula

Laki-laki yang dianggap dapat memiliki karier lebih baik

aku mengamati sebagian perempuan-perempuan

dari perempuan mampu menghasilkan uang lebih

ini jadi terbiasa dengan laki-laki yang mampu secara

banyak, sehingga harus menopang kemauan

finansial karena dapat membiayai kencan mereka

perempuan yang ia inginkan untuk menjadi kekasihnya

setiap saat. Hal ini kemudian berimplikasi pada pola

karena realitanya sebagian laki-laki jadi tidak bisa

pikir perempuan tersebut yang ingin selalu

memenuhi kebutuhan finansial untuk kesenangannya

dibayarkan, kemudian enggan berhubungan

sendiri dan perempuan menjadi terlena dengan hal

dengan lakilaki yang mereka rasa tidak mampu

tersebut. Menjadi mandiri secara finansial adalah

memenuhi kebutuhan mereka secara finansial. Hal

sebuah kebahagiaan yang tak ternilai harganya.

ini juga menjadi salah satu faktor muncul stigma di

Menggantungkan gaya hidup dan urusan finansial pada

masyarakat bahwa perempuan materealistis.

orang lain adalah hal yang paling tidak masuk akal.

Kalau hal sekecil ini saja laki-laki dan perempuan nggak

Negara Indonesia yang masih menganut budaya

bisa setara, bagaimana di hal-hal yang lebih kompleks?

patriarki yang menciptakan karakter di mana lakilaki dinilai lebih daripada perempuan dalam segala

Di sisi lain aku mengerti mengapa ada perempuan yang

hal. Gengsi yang teramat tinggi membuat mereka

menganggap masalah finansial pada kencan pertama

merasa harus membayarkan bills atau tagihan

seharusnya dikomunikasikan terlebih dahulu, jika

seorang perempuan ketika sedang berkencan.

perempuan yang bayar sepenuhnya maka itu adalah red

Namun, bagi para miss independent atau

flags. split bill apabila dilihat dari segi manfaatnya, maka

perempuan yang berdikari itu bukanlah sebuah

seharusnya sudah tidak ada perdebatan lagi mengenai

masalah yang serius terkait membayar tagihan

siapa yang sebenarnya harus membayar tagihan dalam

makanan atau split bill.

suatu kencan. Sayangnya, sebagian oknum laki-laki menyalahgunakan kesempatan ini untuk menjadikan pasangannya sebagai tempat bergantung.

3

Dalam kasus penyalahgunaan ini, tentunya perempuan akan hilang respect kepada si laki-laki karena dirasa “mau enaknya saja”. Perempuan yang mau menyetujui split bill adalah wanita yang dengan senang hati ikut berkontribusi dalam kencan yang mereka jalani. Mereka tentunya tidak merasa keberatan apabila memang pasangannya tidak bisa membayar tagihan tersebut secara penuh. Namun, apabila pasangannya justru memanfaatkan kesempatan ini

Bagi sebagian perempuan, laki-

untuk terus berpura-pura “tidak mampu” atau bahkan melakukan berbagai tes

laki yang membayar di setiap

tak berguna hanya demi menguji keloyalan mereka maka itu adalah hal yang

kencan menjadi sebuah

buruk, ada pengalaman beberapa wanita yang merasa jengkel karena di setiap

keharusan karena biaya yang

kencan mereka, pasangannya datang ke kasir dan meminta tagihan atas

dikeluarkan perempuan untuk

bagian makanannya saja, tentunya hal tersebut justru mempermalukan

bersiap kencan dan bayaran

kesiangan dan dirimu atau ada juga pengalaman perempuan yang pasangannya

atas privilege yang tidak bisa

selalu tiba-tiba hilang ketika akan membayar tagihan. Tidak masalah jika laki-

dirasakan perempuan akibat

laki memang hanya ingin membayar bagiannya saja, tetapi sudah seharusnya

ketidaksetaraan gender.

komunikasikan hal tersebut terlebih dahulu dengan sang pasangan.

Sebagai bagian dari ras manusia, kita tidak bisa jauh dari hal-hal berbau materi.

Split bill bukanlah suatu kesalahan. Namun, tetap dibutuhkan etika dan cara yang benar selama proses pelaksanaannya sehingga tidak ada kesalahpahaman di kedua belah pihak. Dan berpura-pura menghilang dan meninggalkan pasangan ketika akan membayar tagihan adalah hal yang benar-benar payah, terlepas dari apapun maksud dan tujuannya.

Materi itu bernama uang. sulit rasanya untuk tidak membahas keadaan sosial yang membelakanginya. Menjadi perempuan tidak pernah murah.

Sejak lahir, perempuan dibebani

Bekerja sebagai perempuan juga tidak pernah mudah. Milenium sudah berganti,

biaya berlebih daripada lelaki.

tapi representasi perempuan di dunia kerja masih rendah. Survei menyatakan

Lipstik, pakaian, perawatan

kalau tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki adalah 84 persen, sedangkan

kecantikan, heels hingga

perempuan hanya 54 persen. Lalu apa yang terjadi pada 42 persen sisanya?

kebutuhan sanitasi perempuan

Beberapa dari mereka tidak punya akses pendidikan yang mumpuni, hidup di

tidak pernah gratis apalagi

bawah garis kemiskinan atau terkungkung dogma tentang perempuan sebagai

jatuh dari langit. Semua itu

makhluk domestik. Hal-hal di atas turut andil dari matinya kesempatan

dibeli dengan uang. Lalu dari

perempuan untuk menyejahterakan diri.

mana uang dihasilkan? Dari bekerja.

4

Tantangan perempuan untuk menambah angka nol di belakang digit rekeningnya tidak sampai di situ.

Perempuan harus bekerja ekstra untuk mendapatkan privilege yang sedang lelaki nikmati. Meskipun perempuan punya kemampuan setara dengan lawan jenisnya, kesenjangan upah hingga fenomena glass ceiling masih mempersulit perempuan untuk menaikkan taraf hidup. Survei menyatakan bahwa upah laki-laki 20 persen-23 persen lebih tinggi daripada perempuan. Selain itu, perempuan yang menduduki jabatan vital seperti manajer hanya 30,63 persen saja.

Menjadi bagian dari 54 persen angkatan kerja perempuan juga tidak serta membuat perempuan bisa memenuhi kebutuhannya sendiri. Beberapa dari mereka terjebak dalam kemiskinan struktural, beberapa lagi jadi generasi sandwich, atau menjadi ibu tunggal. Berkaca dari kenyataan yang ada, let’s be honest. Tidak semua perempuan berkesempatan untuk memperkaya diri sendiri. Itu karena perempuan hampir tidak punya waktu untuk diri sendiri.

Perempuan menjadi realistis sebagian bentuk keberdayaan. Dalam berbagai tulisan mengenai perempuan di generasi sandwich, dikatakan bahwa mereka rentan mengalami stres. Hasil penelitian American Psychologycal Association (APA) pada 2007, misalnya, menunjukkan bahwa 29 persen dari perempuan generasi sandwich di Amerika usia 18-34 tahun menunjukkan stres pada level ekstrem.

Dampaknya buruk tidak hanya terhadap relasi mereka dengan pasangan, anak, dan keluarganya, tetapi juga terhadap kesejahteraan pribadinya. Selain itu, kondisi bisa semakin parah bagi perempuan generasi sandwich jika ia juga dituntut mengerjakan pekerjaan domestik selain menjadi seorang pekerja.

Banyak orang yang selama ini sering kurang tepat memahami pikiran dan sikap realistis dari seseorang, sehingga menyamakannya dengan materialistis.

Realistis tentu saja berbeda dengan materialistis.

Realistis berarti menilai atau melihat sesuatu hal dengan cara berpikir yang nyata atau secara wajar.

Sementara materialistis berarti menilai atau melihat sesuatu hal hanya dari sudut pandang materi atau yang bersifat kebendaan. Berpikir realistis ketika menjalin hubungan dengan seseorang misalnya, tetap diperlukan agar tidak dibutakan oleh perasaan

5

Kesadaran akan membayar tagihan makanan atau minuman jadi dipersoalkan karena beragam alasan.

Dari kasus yang baru baru ini terjadi, sebagian netizen menilai, saat mengajak orang lain untuk makan bersama, orang tersebut memiliki tanggung jawab untuk membayar semua tagihannya.

Sementara yang lain menilai, tidak ada masalah sama sekali ketika harus split bill.

Persoalan split bill mendadak viral usai seorang netizen yang mengaku tak terima saat diajak makan kenalannya di media sosial tidak ditanggung sepenuhnya. Sementara si rekan menilai harus ada kesadaran masing-masing untuk membayar tagihan.

Menurut dia, split bill menjadi salah satu etika, terlebih saat bertemu orang baru.

"Selama gue ngajak orang makan (apalagi pertama kali) common sense yang gue anut adalah 'you pay what you want' dengan catatan gue bagi rata dengan orang tersebut," demikian cuitan salah satu curhatan viral soal split bill di Twitter Menurut Perencana Keuangan, Aidil Akbar Madjid etika mengenai permintaan split bill tidak bisa dikatakan benar atau salah. Dia menilai, hal itu normal saja dilakukan hanya yang membedakan adalah budaya dari tiap individu.

Aidil membandingkan dengan fenomena split bill di luar negeri, Singapura misalnya. Di sana, kata dia, orang-orang cenderung tidak ingin dibayarkan oleh orang lain karena khawatir berutang secara finansial ataupun utang budi. Sedangkan di Indonesia, budaya yang berkembang adalah salah satu pasangan cenderung membayarkan tagihan pasangan lainnya, sehingga hal itu menjadi ekspektasi berlebih di tiap individu ketika yang terjadi adalah kebalikannya.

"Menurut saya split bill nggak masalah ya, jadi di luar negeri ini

Permasalahan mengenai split bill masih menjadi

suatu hal yang umum dilakukan. Normalnya saja bahwa ketika

hal yang mengundang pro dan kontra dalam

kita pergi kita harus siap dengan membiayai diri kita sendiri.

suatu hubungan. Hadirnya tren “menguji

Kalau pun pada akhirnya dibayarin ya itu rezeki," kata Aidil

pasangan” di kencan pertama mereka justru membuat sebagian wanita menjadi “Turn Off”

Dia menyarankan, ekspektasi tersebut harus diturunkan dan

karenanya. Sebagian besar orang menganggap

diubah menjadi pola pengaturan keuangan yang sehat. Dengan

bahwa split bill ini menghadirkan first impression

adanya split bill, tiap orang terbiasa untuk mengatur

yang buruk pada kencan pertama mereka.

pengeluaran dan meminimalisir kesalahpahaman seperti yang

Beberapa wanita setuju bahwa laki-laki yang

viral baru-baru ini. "Dari sisi keuangan juga bagus, kita bisa

menyetujui split bill merupakan laki-laki yang gak

memanajemen (keuangan), dan kita kalau nggak siap untuk

loyal dengan pasangannya.

keluar, nggak punya uang lebih baik kita nggak keluar. Atau mungkin salah satunya bilang ke pasangan kalau kita nggak

Di sisi lain, para laki-laki justru menjadikan split

punya ongkos nah itu sebenarnya ngasih sinyal. Bisa dengan

bill ini sebagai salah satu cara untuk menguji

cara 'boleh nggak nanti ketemuannya tanggal 1 aja,' orang juga

pasangan mereka, apakah pasangan mereka ini

kan engeh nunggu tanggal gajian," tuturnya.

adalah wanita yang matrelialistis atau bukan.

Alhasil, tren semacam “tes pada kencan pertama”

Sementara itu, Perencana Keuangan Andy Nugroho juga

di mana pihak laki-laki menguji kematrelialistis-an

menilai tidak ada aturan jelas mengenai permintaan split bill

pasangannya dengan cara menyuruh mereka

menyalahi etika. Namun, kata dia bagi sebagian masyarakat

membayar tagihan ini menghadirkan respon

tentu kan merasa aneh karena budaya yang berkembang

negatif dari kaum wanita. Sebagaimana sebagian

selama ini. "Mengenai split bill, kalo menurut saya sih

wanita yang setuju bahwa tes seperti ini gak

sebenarnya tertulisnya aturan kan nggak ada persis cuman

seharusnya dilakukan oleh laki-laki karena

budaya kita apalagi ini first date, biasanya yang akan

membuat stigma yang muncul di masyarakat

membayarkan yang cowok," ujar Andy.

bahwa wanita yang mau dibayarin adalah wanita yang matrelialistis a.k.a. mau enaknya aja.

Alasannya, kata dia, laki-laki pada kesempatan pertama bertemu dengan wanita biasanya akan berusaha menampilkan sisi positif dari pribadinya. Oleh sebab itu, kata dia, tak jarang laki-laki yang akan membayar tagihan makan, menjemput atau mengajak nonton. "Jadi misalnya kemudian ada yang baru pertama kali nge-date lalu minta split bill apakah itu menyalahi etika? Mungkin buat sebagian besar couple akan terasa aneh, cuman kalau perempuan ga ada masalah dengan itu ya aman-aman aja," pungkasnya.

6

Split bill bukan berarti benar-benar membagi tagihan menjadi dua sama rata. Kamu bisa menerapkannya dengan cara menentukan siapa yang membayar tagihan saat makan dan siapa yang membayar tagihan saat nonton di bioskop, sesederhana itu dan menurut pandanganku sebagai perempuan, aku merasa menjadi seseorang yang lebih berdaya dibandingkan ketika kencan dengan orang yang tidak mengizinkan aku untuk ikut membayar tagihan dalam kencan tersebut. Aku merasa bahwa suatu kencan disetujui dan ditentukan atas keputusan bersama, maka selama proses pelaksanaannya pun perlu hubungan timbal balik di antara keduanya, tanpa perlu salah satu pihak merasa menjadi orang yang paling terbebani.

Diskusi "keuangan" pertama yang dilakukan sebagian besar pasangan sering kali pada kencan pertama mereka: Siapa yang akan membayar makan malam? Daripada membiarkan asumsi itu bersembunyi di belakang, bersikaplah terbuka tentang uang sejak awal. Tujuannya adalah untuk menangani situasi ini dengan cara yang nyaman bagi Anda dan pasangan. Saat saling mengenal, kamu dan calon pasangan kamu kemungkinan akan mengalami dua masalah terkait uang.

Yang pertama adalah bahwa hampir setiap orang memiliki anggaran yang berbeda untuk berkencan, dan jika kamu mencoba untuk saling mengesankan, hampir tidak dapat dihindari bahwa salah satu di antara kalian akan dikeluarkan dari zona kenyamanan finansial, cepat atau lambat.

Oleh karena itu, penting untuk menetapkan batasan yang jelas tentang berapa banyak yang akan dihabiskan untuk kencan, hadiah, dan makan bersama. Menyikapi hal sensitif seperti split bills jelas harus kita komunikasikan sebelum pergi berkencan. Membuat kesepakatan di antara satu sama lain guna mengurangi rasa segan.

Memang sangat sulit untuk membicarakannya, tapi itu lebih baik daripada menjadi rumit di kemudian hari dan merasa tertekan atau bahkan tidak adil.

7

R

se

e n r e c f e

https://www.google.co.id/amp/s/finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d5777943/heboh-split-bill-di-twitter-siapa-yang-harus-bayar-saat-kencanpertama/amp https://m.merdeka.com/sumut/ketahui-apa-itu-split-bill-saat-kencan-danasal-mulanya-kln.html https://magdalene.co/story/ciri-matre-gila-harta-hukum-pernikahanangkatan-kerja-perempuan https://www.google.com/amp/s/www.gunyam.com/gunyamgumam/amp/pr-1571515582/split-bills-antara-gengsi-dan-rugi https://www.google.com/amp/s/mojok.co/terminal/split-the-bill-bisa-jadicara-bentuk-kesetaraan-dalam-hubungan/amp/ https://www.indahladya.com/2021/01/so-who-pays-the-bill.html?m=0 https://www.its.ac.id/news/2020/04/22/belenggu-budaya-patriarki-terhadapkesetaraan-gender-di-indonesia/

EDITOR

WRITTEN BY

MORITS BHOAS

ANGEL HUWAE

QUINY VANESSA DEVICA RANTUNG