EDISI LIVE IN EDISI LIVE IN
![]()
Hai, kawan Pukis! Selamat datang kembali di majalah SANUR Punya Cerita? Pada edisi spesial Live In kali ini, SPC menyiapkan berita-berita tentang kegiatan Live In kelas 8 SMP Santa Ursula Jakarta. SPC memiliki berbagai liputan menarik beserta dengan wawancara dari beberapa warga desa tempat Live In di sana.
SPC dibuat sebagai media informasi dan komunikasi mengenai cerita-cerita dari siswi SMP Santa Ursula Jakarta. Melalui majalah kami, diharapkan pembaca merasa terhibur dan terinspirasi dari berita kami. Terutama dalam bidang jurnalistik membuka cakrawala pembaca untuk ide-ide. Redaksi SPC sangat terbuka dengan semua saran dan kritik dari para kawan Pukis. Semoga bermanfaat. Selamat membaca!
Penulis, kepala editor, koordinator
Hai kawan Pukis!! Kalian pasti penasaran kan, akhir-akhir ini ada apa di SMP Sanur? Yuk, baca majalah digital kami agar rasa penasaranmu terobati! Selamat membaca...
Penulis, editor, tim liputan
Halo semua, kami dari tim redaksi ingin berbagi cerita tentang kegiatan seru yang ada di Sanur. Selamat membaca cerita majalah kami! Semoga kalian tertarik membacanya.
Penulis, editor, tim liputan
Hi hi teman - teman, kami sudah kerja keras untuk membuat berita yang di bawah lohh!! Semoga kalian dapat menganggap cerita - cerita tersebut menarik yaa!!
Penulis, editor, desain
Terima kasih sudah menyempatkan untuk membaca SANUR Punya
Cerita! Semoga cerita-cerita kami menghibur dan memberikan kalian inspirasi. SALAM SERVIAM!
JAKARTA - SMP Santa Ursula dikabarkan mengadakan kegiatan Live In untuk murid-murid kelas 8. Live In ini diadakan pada tanggal 27-31 Maret 2023. Pada hari Senin sore, para siswi mulai berkumpul di aula SMP untuk berangkat. Pada pukul 19.12 semua siswi dan guru yang bersangkutan masuk ke bus dan mulai berangkat.
Selama di perjalanan, mereka sempat berhenti di rest area pertama untuk ke toilet pada jam 10 malam. Kemudian, pada pukul 01.30, mereka berhenti lagi di rest area kedua. Kali ini ada beberapa yang memutuskan untuk membeli mi instan. Selang berapa lama, mereka kembali melanjutkan perjalanan. Saat di bus, ada yang tidur, ada pula yang mengobrol, serta bermain handphone. Paginya, jam 6, para siswi sarapan terlebih dahulu di Restoran Kampung Ulu. Disajikan nasi, tempe, tahu goreng, ayam, sayuran, dan teh hangat. Makanan yang diberikan bernutrisi. Namun menurut pendapat beberapa siswi, lingkungan sedikit kurang bersih. Salah satu contoh, adanya lalat dalam salah satu gelas teh siswi.
Perlu diketahui para siswi dibagi menjadi dua desa, yakni Desa Juwono dan Desa Ngargomulyo. Desa Juwono menjadi desa yang ditinggali kelas 84 dan 85, sedangkan Desa Ngargomulyo ditinggali kelas 81-83. Perjalanan kesana, ditemui banyak pepohonan dan juga rumah warga yang sepi. Setelah beberapa menit dari Desa Juwono, akhirnya bus kelas 81-83 sampai di Ngargomulyo. Disana, terdapat lapangan Braman, titik kumpul awal dan akhir. Di lapangan Braman, semua murid dikumpulkan dan dibagikan pembagian dusunnya. Pada hari pertama, para siswi datang dan disambut hangat oleh para warga sekitar. Sebelum ke rumah masingmasing, ada ritual serah terima. Dalam ritual tersebut ada alunan gamelan, buto, cuci tangan, dan pembagian abu. Ritual penyambutan tamu bertujuan untuk mengusir hal-hal yang buruk dari kota.
Selama Live In, para siswi dibimbing oleh tim ETM (Edukasi Tuk Mancur). Tim ETM juga merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan di desa, seperti eksplorasi dusun, berkebun ke sawah, refleksi, kegiatan jimpitan bersama anak-anak di desa, dan juga meluangkan waktu bersama keluarga asuh. Salah satu kegiatan yang membekas untuk para siswi adalah interaksi bersama anak-anak desa. Ada beberapa kelompok yang mengajar dan bermain bersama anakanak desa. Dari interaksi itu, mereka bisa menjalin hubungan lebih dekat karena bisa mengenal satu sama lain. Ada pula kegiatan masak bersama. Sebelum kegiatan memasak bersama, anak-anak pergi ke sawah untuk meneliti tentang sayuran, buah-buahan, dan tanaman pangan. Terdapat berbagai macam sayuran, dari seledri hingga timun dan buncis. Dari hasil panen yang telah didapatkan, para murid mulai memasak bersama. Dari kegiatan tersebut, anak-anak dapat mengerti jerih payah petani yang bekerja keras demi mendapatkan untung, jadi diajarkan untuk tidak membuang-buang makanan dan harus mensyukurinya.
Hariberikutnya,adakegiatanjelajah
alamyangmemerlukansiswiuntukberjalan kaki naik dan turun, sambil menerima berbagai informasi baru tentang alam sekitar dan juga cara pengelolaannya.
Mereka juga sempat melewati sungai dan AirTerjunSumber.Disitu,anak-anakbisa
menikmati segar dan bersihnya air disana.
Tujuan berikutnya adalah Taman Doa
Imatuka Gemer yang merupakan tempat berdoa atau misa. Misa dilaksanakan dengan umat dari seluruh Desa
Margomulyo. Misa dipimpin oleh Romo
AgustinusSudarisman.Setelahmisa,semua siswidisajikanNasiDoaberisinasidengan telur dan sayur, serta teh hangat. Tim ETMmerancangkegiatanjelajahalamdan diikuti oleh misa agar semua bersyukur atasalamyangtelahdiberikanolehTuhan.
Hingga dengan sumber daya alam yang dimiliki, mereka masih bisa memperoleh makanansampaisekarang.
“Kegiatan favorit saya selama Live in adalah saat jelajah alam. Walaupun kegiatan ini tidak kegiatan yang paling bersih, menurut saya, kegiatan ini sangat seru. Kami dapat menjelajahi alam dan menikmati pemandanganpemandangan yang indah selama perjalanannya. Momen favorit saya adalah saat kami melewati sungai. Saya sempat jatuh tapi itu hanya membuat perjalanannya lebih seru.” ucap Devina Nathan Leonardi, seorang murid dari kelas 83 saat diwawancara pada hari Selasa (11/4/2023).
Pukul 19.00 WIB, diadakan refleksi bersama di kapel Tangkil. Refleksi ini diselenggarakan dalam rangka mengingat kembali semua yang sudah dialami anak-anak selama tinggal di desa dan juga serah terima kembali kepada pihak sekolah. Kegiatan ini dilakukan bersama oleh semua siswi dari dusun masing-masing. Refleksi diakhiri oleh doa dan lagu Serviam yang dinyanyikan para siswi. (Tim Redaksi)
sifatanak-anak,” tanggapPakYohanesHeruPamudia,kepaladusunBraman terhadap sikap siswi-siswi selama mereka tinggal di desa saat diwawancara pada hari Rabu (29/4/2023), “Suatu kebanggaan sendiri karena walaupun wilayah dusun ini yang dekat dengan Gunung Merapi, masih banyak pelajar yangmaumenggaliilmudisini.”
Pengalaman Live In ini sangat berkesan bagi para murid SMP Santa Ursula. Disini mereka dapat mengenal hal-hal baru serta orang-orang baru juga. Hal-hal baik yang diharapkan diterapkan pada kedepannya, tidak hanya saat Live In saja. Suasana tenang desa pastinya akan diingat para siswi. Bahkan, beberapa dari mereka ada yang menangis karena tidak ingin kembali keJakarta.
Setelah kembali ke Jakarta, para siswi melanjutkan sehari-hari mereka seperti biasa. Seluruh kelas 7 dan 8 kembali masuk sekolah, dikecualikan kelas 9 yang diberi liburan karena baru saja melaksanakan PAS. Setelah Live In, para siswi kelas 8 melanjutkan tugas IL mereka yang berhubungan dengan kegiatantersebut. (TimRedaksi)
On the 27th of March 2023, our team took part in the Live In program with the rest of the 8th grade. We stayed in a village called Ngargomulyo and got to do a bunch of fun, new things there. One of our most memorable experiences there was when we went to an elementaryschoolandtaughtthelocalkidsthere.
We had created and planned our program since way before we left for Live In. The day before we were going to execute the program, our classmates and teachers had already talked to the principal of Canisius Sumber Elementary School. All of us were quite nervous and we had been stressing about this program for days. We were afraid that we were going to make a mistake or do something wrong. However, on the day of the program execution, we went to the elementary school and met the kids. They were quite joyful and we were happy to see them. But just as we had feared, some of them were quite hyperactive, meaningwehadtomusterupalotofpatience.
We had prepared a bunch of books for our program, which was reading and retelling the story to the class. Some of us had also prepared lollipops as a prize forthekidswhocompletedourprogram. We had decided to teach the 5th grade kidsandtherewereroughly20kidsinthe classroom.Afterawhile,werealizedthat our program wasn't really going as planned. This was exactly what we had been worrying about. A lot of the kids weren'tmotivatedinreadingnorsharing, so we had to improvise. We made a promise that if a few more kids shared and retold their story to the class, we would play outside. So, we did just that. We ended up playing a bunch of games with the kids and giving out the lollipops we had prepared. Then, we went back into the classroom and played animal charades, except they had to answer in Englishandspellitout.Itwasabittricky for the kids, however they learned a lot fromitandweallhadsomuchfun,even thoughwehadbeennervous.
After the program, we all gathered with the other teams and chatted with the teachers at the elementary school for a bit, as our teachers had already plannedit.Ourteamwasluckyenoughto be able to get an interview with one of the teachers. "I think that the program wasreallygreat,itwasextraordinary.All of you really seeked to interact.with the local kids and the village environment,” said Ms. Christiana Triastuti while we interviewed her on Wednesday (29/3/2023), "The only thing I would improve is the preparation for the coordinationandcommunicationwithour school, because the teams hadn't coordinated with our school to set the timeandmaterialsfortheprogram."
Intheend,weallagreedthatitwasa really great experience, teaching and having fun with the local kids. Even though we had initially been a bit nervous, we will never regret going throughwithourteachingprogram.Itwill remain as one of our favorite, unforgettable experiences throughout Live In. We will miss interacting with the kidsatthevillage.(TimRedaksi)
Kilau kejinggaan menyalakan langit
Ayam jago berkokok lantang
Udara segar memenuhi paru-paruku
Mengamati lahan hijau yang luas terbentang
Kakiku mengembara tanah desa
Hatiku meresapi keindahannya
Dan angin berbisik, mengajakku terus berjalan Berjelajah menelusuri keajaiban alam
Hutan, pintu gerbang alam menelanku
Air sungai yang dingin memeluk tubuhku
Wangi segar alam menyelam hidungku
Alam telah menjadi sahabatku
Hatiku penuh riang
Mendengar kecipak kawan-kawan
Alam, engkau telah memantrai kami
Mempersatukan dan menarik hati kami
Oh kampung nan surgawi
Tempat berteduh di penghujung hari
Firdaus tersembunyi di bumi
Engkau selalu tersimpan di hati
DusunBramanmerupakansalah satu dusun yang berada di Desa Ngargomulyo.LingkungandiBraman terasa sangat asri dan hijau. Semuanya masih terasa alami dan segar.Parawargadesayangtinggal disanasudahmenyatudenganalam. Tanaman-tanaman yang ada dirawatdenganpenuhkasihsayang oleh para petani. Tidak tampak sampah atau limbah masyarakat sama sekali di sana. Mereka mengolah semua limbah yang ada dandimanfaatkanuntukbanyakhal, salah satunya pupuk. Selain lingkungannya,warga-wargadisana jugasangatramah.parapendatang dari kota disambut dengan sangat baik serta hangat oleh para warga dusun Braman. Setiap kali kami melewati perumahan di sana, para warga akan menyapa kami dalam perjalanan. Walaupun mereka sedang sibuk atau kerja, mereka mengutamakansopansantun.
Selain di lingkungan desa, lingkungan rumah orang tua asuh sayajugasangatbersihdanbanyak tanaman hijau. Saya serumah dengan teman saya yaitu Kayra. Kamimemilikiorangtuaasuhyaitu Pak Jumari dan Bu Ponira. Letak rumahnya ada di dataran bagian atas. Di sekitar rumah ada banyak pohon dan bebatuan. Pak Jumari memanfaatkan lingkungan rumahnya dengan membakar kayu pohon tersebut untuk Ibu saya memasak. Mereka tinggal berdua bersama anaknya. Selama berharihari disana, saya mengamati cara hidupmereka.Dalamkesehariannya merekatidakbanyakmenggunakan listrik.Ketikasiangharimerekatidak menggunakan lampu, melainkan sinar matahari untuk menerangi ruangan.Sayadankayramengikuti kebiasaan kedua orang tua asuh kami. Banyak pengalaman yang kamidapatkanapalagidilingkungan yangbaru.(fvl)
Yohanes Heru Pamudia
Yohanes Heru Pamudia adalah seorang warga Dusun Braman di Desa Ngargomulyo sejak lahir. Tanggal lahir Pak Heru adalah 24 Juni 1991, ia sekarang berusia 31 tahun. Ia bekerja sebagai kepala wilayah. Banyak hal di kesehariannya yang dia lakukan sebagai kepala wilayah. Dalam kegiatan sehari-harinya Pak Heru biasanya jalan ke balai desa maupun ke sawah di pagi-pagi hari dengan semangat, lalu ia juga sering menghabiskan waktunya bersama keluarga seperti bermain dengan anak laki-lakinya atau bicara dengan istrinya dan merawat keluarganya. Pak Heru selalu mementingkan keluarga dia terutama daripada kerjanya, dia selalu semangat jika melakukan pekerjaannya maupun menghabiskan waktu dia dengan keluarganya. Keluarga Pak Heru terdiri dari Istri yang
bernama Mayang Mana Hartini yang sedang hamil 7 bulan dan anak laki-lakinya yang
bernama Helidonis Helga Putra. Mereka adalah keluarga yang rukun dan tentram, Pak Heru mengurus istri yang sedang lahir dengan hati-hati dan kasih sayang setiap hari dan juga mengurus anaknya dengan baik dan mencintai anaknya sepenuhnya.
Pak Heru adalah seseorang yang sayang keluarganya dengan sepenuh hati dan bekerja keras dengan semangat dan gembira. Dia tidak peduli akan opini orang lain yang dapat merugikan dia ataupun keluarganya. Pak Heru mengajarkan kami untuk mencintai keluarga kami tanpa batas dan menghargai apa yang sudah kami miliki. Ia adalah sosok yang menginspirasikan kami untuk melakukan suatu hal dengan semangat, tekun dan tidak putus asa. (Tim Redaksi)
Padatanggal27maret2023pukul18.00WIB,sayadansemuakelas8pergike Magelang untuk live-in dengan bus. Kami melambaikan tangan kepada orang tua kami dan berangkat menuju Magelang, di dalam bus kebanyakan siswa hanya bertelepon genggam mengambil gambar atau menggunakan Instagram. Ada 2 tempat peristirahatan yang saya turun, yang pertama ke kamar mandi karena bagaimanapun tidak ada yang menyenangkan di perhentian pertama. Perhentian kedua saya turun bersama teman-teman saya dan ketika ke toilet, setelah itu banyak tempat makan tapi saya dan teman-teman saya pergi ke indomaret untuk membeli makanan. Saya membeli sosis dan yakult, tetapi teman saya membayarnya.Kamikemudianberjalandisekitarperhentiankemudiankembalike bus. Kami tiba jam 5 pagi di Magelang, kami pergi ke perhentian terakhir kami untukmakanpagi.Lalu,kamimelakukanfotobarengseluruhangkatandannaikbus masing-masingkembaliuntukpergikedesanya.
Haripertamalivein,dariperhentianterakhir,kamisampaididesaNgargomulyo dan beberapa anak pergi ke desa lain yaitu desa Juwono. Saya tinggal di desa Ngargomulyo dusun Braman, saya bersama dusun-dusun lain melakukan tradisi untuk mengusir roh yang tidak diinginkan dan lain-lain dengan mencuci tangan dengan air lalu mengeringkannya dengan api dan seseorang akan memberi sedikit abuketangankami.Setelahceremonytersebutselesai,timEdukasiTukMancur (ETM) memperkenalkan diri mereka sendiri dan menjelaskan ceremony tersebut sebenarnyauntukapadanartinya.Setelahitu,kamidisuruhuntukmencarirumah kami, saya dengan pasangan live in saya menanya ke penduduk desa ia membawa kita jalan ke rumah orang tua asuh kami. Saya dan pasangan live in saya yaitu Fidela bertemu dengan ibu asuh kami dan memperkenalkan kami sendiri dan ibu asuh kami juga memperkenalkan ia sendiri. Kami lalu pergi ke kamar kami dan menaruhbarangkami.Setelahitu,kamihanyamembantuibuasuhkamimelakukan hal sekitar di rumah seperti memasak dan lain-lainnya karena ayah asuh kami sudahpergikesawah.TimETMkerumahkamidanmenanyapertanyaantentang liveindanlain-lainnya,kamidijemputolehIbuernadantemanliveinsayauntuk pergi ke sawah bareng, saya dan Fidela mengikuti mereka sebelum itu kami juga pamitkeibuasuhkami.Setelahtibadisawah,sayabertemudenganteman-teman lainsayayangsedangmemetikcabe.Sesudahmemetikcabe,kamipamitdanbalik ke rumah-rumah masing-masing. Sekitar jam 4, kami melakukan eksplorasi dusun jugabelajarhal-haltentangdesatersebut.Setelaheksplorasidusunselesai,kami balikkerumahmasing-masingdanmenghabiskanwaktumembantuorangtuaasuh kami. Saat makan malam, ayah asuh saya sudah balik rumah dan kami memperkenalkan kami sendiri dan beliau juga memperkenalkan sendiri, kami memakan malam bersama dan hari pertama selesai dengan saya dan fidela tidur sekitarjam7malam.
Hari Kedua, saya bangun pagi-pagi merasa tidak enak badan dan sakit perut maka saya membangunkan Fidela dan menyuruh dia untuk memeriksa saya. Fidela memeriksasayadanbilangsayaterasahangat.Iapergiuntukmembilangkeorang tua asuh kami dan memanggil Ibu Erna untuk memeriksa saya. Lalu, setelah diperiksaternyatasayamasukangindandiare.Sayadiberiobatdiaredandikerok oleh ibu asuh saya. Saya tidak mengikuti kegiatan hari kedua satu pun tetapi saya pergi ke puskesmas menggunakan mobil. Setelah tiba di puskesmas ternyata puskesmasnyasudahtutupmakaBuErna,BuDewidanpetugasETMhanyamembeli obat dan memberi ke saya. Sampai ke desa Ngargomulyo lagi, saya muntah tetapi merasalebihsehatsetelahsayamuntah.SayapergikerumahBuErnadanBuDewi untukistirahatdisitu.Setelahmalamtiba,sayabalikkerumahorangtuaasuhsaya danmakanmalamtetapihanyasedikit.Lalusayadanfidelatidur.
HariKetiga,sayabangunpagi-pagijam4merasalebihsehattetapimerasatidak kuat untuk melakukan kegiatan jelajah alam. Saya membicarakan hidupku dan masalah-masalahsayakepadaibuasuhsayawaktuteman-temanlainsayamelakukan jelajahalam,setelahitusekitarjam12sayadiantarolehpetugasETMketempat misa. Setelah misa, mulai hujan maka saya menggunakan mobil guru untuk balik rumahkarenasayabarusakit.Setelahsampaidirumah,sayamandisetelahFidela selesai lalu kami menghabiskan waktu dengan keluarga dan juga malam-malam mengadakan refleksi bareng-bareng. Setelah refleksi sudah, saya dan fidela berbicaradancurhatlalutidur.
Harikeempatdanhariterakhirlivein,sayabangunpagi-pagimembangunFidela danmulaisiap-siapbarangkami.Kamiturununtukmakanpagidanmenolongibuasuh kami dengan masakan. Kami lalu pamit ke ibu asuh dan ayah asuh kami, saya menangisdanbertemudenganteman-temanlainsayadaridusunlain.Kaminaikbus dan jalan untuk pergi ke Tebing Breksi dan foto-foto disitu. Setelah itu kami ke restoran untuk makan siang. Lalu, kami pergi ke Candi Prambanan untuk foto-foto dan lain-lain, saya dan teman-teman saya tetapi menyewa golf cart untuk mengelilingi Prambanan lebih cepat dan tidak harus jalan kaki. Kami dijelaskan tentang semua candi-candinya dan foto-foto di depan candi-candinya. Lalu, kami jalan kaki dan membicarakan tentang kami punya pengalaman masing-masing saat livein.Setelahitu,kaminaikkebusuntukjalanbalikkeJakarta.Saatjalanbalik, kamimakanmalamdisuaturestoranyangmenurutsayaenakjugamakanannyadan membicara dengan teman-teman saya. Kami setelah makan, balik jalan ke Jakarta dan melakukan sekitar 3 perhentian tetapi saya hanya turun di salah satu perhentian untuk pergi ke kamar mandi. Saya di bus hanya tidur dan membicara dengan teman-teman saya. Kami sampai Sekolah SMP Santa Ursula sekitar jam 5 dan ambil tas masing-masing untuk tunggu dijemput oleh orang tua masing-masing kami.(kt)
Sudah beberapa hari Kadita menginap di rumah eyangnya, Eyang Darmani. Rumahnya itu terletak di desa terpencil daerah Jawa Tengah. Kadita menginap bersama kedua temannya, Fay dan Tari. Setiap hari mereka selalu membantu Eyang Darmani dalam melakukan pekerjaan seperti, memasak, mencuci piring, belanja ke pasar, dan lainnya. Mereka bertiga senang membantunya karena Eyang Darmani tinggalsendirianselama4tahunterakhir,disebabkansuaminyasudahmeninggal.
Jam menunjukkan pukul 6. Ayam jantan tetangga belakang sudah berkokok. Kadita bangun akibat suara itu. Ia beranjak dari tempat tidurnya dan menuju ke dapur untuk minum. Sampai di dapur ada Eyang Darmani yang sudah mulai memasak air panas untuk mandinya. Kadita sudah tidak kaget lagi. Memang sudah rutinitas eyang untuk bangunjam4subuhdanmulaibersiap-siapuntukmemulaihari.
“Eyang,hariinimasakapa?”tanyaKadita.
“Adaayam,tahu,buncis,bayem,”jawabeyangsambilmencucipanci.
“Ayamasammanisajapo?Samatumisbuncis.”
“Boleh.TumbasnolombokningBuLilikdulu.5ribuaja”
“Yo…DitabanguninFaysamaTaridulu,nggih.”
Kadita meninggalkan dapur dan segera membangunkan dua temannya itu. Setelah itu, ia mengambil uang dan pergi membeli cabai. 10 menit kemudian, ia kembali ke rumah dengan plastik berisi cabai. Kadita, Fay, dan Tari mulai membantu eyang memasak menu hari ini. Biasanya saat masak, eyang menyalakan radio agar disetelkan lagu-lagu dangdut Jawa serta berita kilas. Semua yang ada di rumah itu menyukai lagu dangdut karena bisa membuat suasana seru. Mereka semua bekerja sama sehingga dalam satu jam semua masakan sudah jadi, disertakan dengan teh manishangatdipagihari.
Kadita berpikiran hari ini untuk pergi bersama ke Gua Maria. Sudah menjadi kebiasaan Eyang Darmani dan Kadita untuk selalu menyempatkan waktu untuk berdoa ke Gua Maria. Fay dan Tari pun setuju untuk mengikuti mereka berdoa. Maka dari itu, sehabis sarapan, mereka akan langsung berangkat dengan mobil milik Tari. Mereka sangat menikmati masakan pagi ini. Hingga, mereka makan dengan lahap. Karenaitu,bisamempercepatwaktumerekauntukbisapergikeGuaMaria.
Beberapa jam berlalu dan mereka sampai di Gua Maria. Segeralah mereka mempersiapkan diri untuk berdoa. Mereka mengambil lilin, menyalakan api, dan menaruhnya di tempat kosong di deretan lilin tersebut. Setelah itu, mencari tempat dudukkosongdanmulaiberdoadengankhusyuk.
Setelah mereka semua selesai berdoa, Fay mencarikan tempat makan untuk mereka. Disebabkan sudah mau siang, maka mereka memutuskan untuk ingin makan terlebih dahulusebelumpulangkerumah.
Di perjalanan mereka menemukan tempat makan rawon. Kebetulan, rawon merupakan salah satu makanan kesukaan Eyang Darmani. Jadi, makan siang mereka hari ini adalah nasi rawon. Setelah memesan dan duduk, mereka berbincang sebentar sambilmenunggupesanannya.
“Hari ini kita santai-santai aja. Tidak perlu memikirkan pekerjaan rumah,” ujar Kadita.
“Iya, yang. Sekali-sekali lho kita healing, mlaku-mlaku,” disambungnya lagi dengan Tari.
“Iyaiya.Eyangsenangkokkitajalan-jalanhariini.Eyangjugabosandirumahsaja,” jawabeyang.
“Sama, eyang juga mau ngobrol sedikit. Kan waktu eyang tidak tahu mau sampai berapa lama lagi. Jadi, ini ada hadiah kecil dari eyang. Semoga kalian bisa jaga baikbaikyabarangini.”
Eyang merogoh tas untuk mengambil tiga buah tentengan. Tiga tas kecil berwarna biru, ungu, dan kelabu. Tas biru untuk Fay, yang ungu untuk Kadita, dan tas terakhir untuk Tari. Masing-masing tas berisikan sejumlah uang, logam mulia, dan surat tertulis darieyang.
“Ngigau po, yang. Lha opo ngomong aneh-aneh seperti ini,” balas Kadita sambil tertawapelan.
“Sudah,pokoknyaditerimasajahadiahini.”
“Makasihya,eyang.”
Sampai di rumah, mereka beristirahat. Kadita dan Fay tidur pulas, Eyang berkeliling kebunnya, dan Tari beberes rumah. Suasana yang sama berlangsung hingga jam 6 sore. Sepoi-sepoi udara di sore hari sangat menyejukkan. Merupakan sebuah rayuan untuk memejamkan mata. Beberapa saat kemudian, barulah eyang dan Tari tidur. Dan bergantiandenganKaditadanFayyangsekarangterbangun.
Kadita dan Fay memasak menu baru untuk makan malam. Fay kepikiran dengan telur mata sapi pedas dengan sayur kangkung. Kadita menyetujuinya. Mereka menyiapkan bahan-bahan dan mulai memasak. Setelah selesai memasak, Kadita pergi membangunkan eyang dan Tari untuk makan. Sampai di kamar Tari, ternyata ia baru selesai mandi. Lalu, langsung saja Kadita ke kamar eyang. Ia mencoba membangunkannya berkali-kali, tapi eyang tidak mau bangun. Kadita langsung saja berteriak meminta tolong kedua temannya itu. Mendengar teriakannya, mereka berduabergegasberlarimenujusumbersuara.
“Kenapateriaktah,dit,”ucapTaringos-ngosan.
“EYANG GAK MAU BANGUN, TAR! WIS TAK COBA BANGUNIN DARITADI, GAK BANGUN! PIYEIKI,TAR?!”Kaditamenjawabsesegukan.
“HAH?! DIT, LANGSUNG BAWA EYANG KE RUMAH SAKIT, AYO. AKU SIAPIN MOBILNYA,” Fay langsung saja bergegas mengambil kunci mobil Tari di kamar dan keluar menyalakanmobil.
Tari pun ikut membantu dengan membawakan barang-barang yang dibutuhkan. Kadita membopong tubuh eyang ke dalam mobil sambil menangis. Tari mengunci semua pintu dan semua berangkat ke rumah sakit. 20 menit berlangsung dan akhirnya mereka sampai di rumah sakit terdekat. Tari keluar dan meminta suster di dalam untuk mengecek eyang. Eyang dibawa masuk dengan ranjang. Setelah masuk kedalam,Eyanglangsungdicekolehdokter.
“KeluargaIbuDarmani?”tanyasalahsatudokterdisitu.
“Saya,”jawabKadita.
“Mohon maaf, bu. Ibu Darmani sudah meninggal dunia. Menurut data, beliau mengalamigagaljantung.Hinggasaattidurtadi,jantungnyatidakberdetaklagi.”
Kadita menangis sejadi-jadinya. Ia sangat terpukul dengan kabar ini. Ia menyesal karena tidak bisa menjaga eyangnya dengan baik. Ia bahkan baru mengetahui bahwa eyangnya mempunya penyakit jantung. Kadita sangat menyayangi Eyang Darmani dan tidak bisa terhitung rasa sayangnya itu. Eyang Darmani juga sangat menyayangi cucu perempuannya itu. Namun, sangat disayangkan bagi mereka karena Tuhan berkehendak lain malam ini. Tari dan Fay mencoba untuk menenangi Kadita disitu. MerekamencobamenelponbapakdanibuKaditauntuksegeradatangkesini.
Pada pagi pemakaman Eyang Darmani, Kadita menangis lagi. Tidak kuat untuk melihat eyangnya dimakamkan. Ia memeluk ibunya sambil menangis kencang. Ibunya pun sama sedihnya dengan Kadita. Setelah selesai dimakamkan dan didoakan, semua kembalikerumahdenganperasaanyangdukayangmasihmenyerang.
Sampai di rumah, Kadita masuk ke kamarnya. Ia melihat tas kecil ungu dari eyang. Ia mengambil dan melihat isinya. Ia membaca suratnya dan air mata menetes pada kertas tersebut. Kadita tidak dapat menahan sedihnya ketika membaca surat itu.
Ditambah lagi dengan adanya selipan foto-foto ia bersama eyang. Kadita menangis sesegukan hingga membawa fotonya itu di tidurnya. Memori Kadita dengan eyangnya itu tidak akan terlupakan hingga kapanpun. Dan Kadita pasti akan merindukan kehadiranEyangdalamhidupnya.(ks)
Thursday, 30 March In the morning around 8 AM. We were gathering together, and had been told to meet the ETM mentors. That morning, our schedule was to explore nature. These events are held so the students understand how to be one with nature. We went to the rice fields and we were being ordered to hold cow dung which had been mixed with straw and vegetables, and give it to the rice plants. At first we were disgusted and didn't dare to hold it. But ETM's mentor had told us to hold it, in behalf of the process of being one with nature. We had been told to change our mindset by the ETM mentors. They said to think from your heart, not from your mind. Cow dung is just dirt in our minds. But from a heart that had been one with nature, cow dung is not dirty. The farmers have always thought from the heart. They didn’t see cow dung as a dirt, yet many things like fertilizer, that's what ETM's mentor had told us.
After that, we were sitting in the middle of the rice field and had discussed how important a farmer is. Farmers are the source of life, without their help we can’t fulfill our food needs. One of the ETM mentors was telling his experience of becoming a farmer. From his stories we have been able to understand the feelings and efforts that farmers had put into their work so far. Every food comes from all the plants that farmers had planted. Their harvest underlies all human food needs. There were so many things about farmers that we hadn’t known yet. There we realize how important a farmer has been for all humans.
In addition, to become one with nature. We had experienced activities on the ground. Now, we have to unite with the water. We were crossing along the river. The river flows so fast that it can wash away our sandals. We were having a hard time crossing the river. But as we walked, the river flows had become easy to pass. We had gotten used to it and became one with the river. Besides walking over the river, we had been showered by the waterfall. We took the bamboo ladder, which was showered by the waterfall. When we got there, we felt how beautiful and fresh the nature was. The water condition looked fresh and clean without any trash. Villagers there had been taking care of the natural resources of land, water, and air.
The final part in behalf of the process becoming one with nature. We were being told to pass through the middle of the hill by ETM mentors. The middle of the hill that we had passed had been split open by the villagers, so they could cross the hill. In the middle of the hill there is a narrow road flanked by cliffs on the right and on the left. There were many puddles. We were passing one by one in silence and slowly while praying. When I went to the hill, the atmosphere inside was very quiet. There was only the sound of animals. We were completely swept away by the atmosphere there. As we came out of the hill we had become quiet and completely swept away with nature. Nature is really wild, it's hard to understand. But when you become one with it, you will understand it when you feel it. (fvl)
At the end of March, the 8th graders from Saint Ursula School went to Magelang for their Live in. There, there were two villages that had been chosen, Juwono and Ngargomulyo. 83 got to stay at Ngargomulyo. When we arrived at the village, we had our eyes stuck with the beauty of nature there. The vibe was so calm and the air was super fresh, like there was no pollution at all. We like it there. Near the village, they had a place where we had a holy mass there. It’s called Taman Doa Imatuka Gemer.
So it was a bright shiny day, we all prepared to get ready for exploring the village before the mass. We had tons of fun exploring the village. We walked up and down. Explored and got information about things from the village. We had been walking through the forest since 8 AM. It was tiring yet fun. We also walked through Air Terjun Sumber. After we had fun at the river, we went to the Taman Doa. The Taman Doa is located underneath, so we had to walk down the stairs. Surprisingly, my hamlet was the first one to be there. Until there, we could see the village team preparing for the mass. They were arranging the chairs, foods, and the altar. Before we sat down, we had to clean ourselves up and drink from the spring water there. Yes, they had three springs that directly come from the mountains. The water was so fresh and so clean. Everyone who had come used the water properly. There was also a big Mary statue. We prayed to Mother Mary too before we started the mass.
People from other hamlets started to show up one by one. Since we haven’t met each other for the last few days because of different hamlets we stayed, when they met their friends from other hamlets they were screaming happily because they missed each other. It was so thrilling to see that moment. They hugged each other too. After a while, everyone is prepared to attend the mass.
The mass is led by Father Agustinus Sudarisman. Also a few of our friends served too. Like as a lecturer, choir, and prayer reader. We also received communion. After the mass ended, there was a short speech from the ETM leader about the Taman Doa. We also had Nasi Doa for the food. It was rice with egg and veggies filling wrapped with banana leaf. A hot sweet tea was also served along with the Nasi Doa. It was very good, we really enjoyed it. After enjoying the food, we cleaned up the place, so people could walk easily.
A few minutes passed, and everyone was back to their hamlets. Some people were given a ride with a pickup truck, and some walked down. On the way back, it rained. Some kids played in the rain, including me. It was a whole exciting experience. I really enjoyed it with all of my heart. After everyone got back home, and washed up, they took a short break before doing the next activity. (ks)
On the first day of Live In which was on 28th march 2023, we went to our new parents and greeted them. Me and my Live In partner, Fidela went and did all the other activities but one of them was the most fun of all which was ‘Eksplorasi dusun’. I said this was the most fun of all the other activities we did because first of all, I was sick most of the days in Live In so I didn’t do much anyways and I learned a lot of things from it and was having fun while doing it. Eksplorasi dusun is where you explore and learn things around the village and about the village.
We went to do Eksplorasi dusun at around 3 to 4 pm. Me and Fidela went to the meet up place with some of our friends that were in the same part of the village as ours and met with the others. We were instructed by the Edukasi Tuk Mancur (ETM) person to follow them around the village and not go anywhere else. We started off the Eksplorasi dusun by going around the village and learning about the stuff. Example, we learned about fertilizer that is made from cow feces and mixed together with wheat. We also got to see a buffalo and some of my friends including my Live In partner Fidela went in to take a picture with the buffalo. It was hilarious, they even took a picture with style. We were walking around the village and it started to trickle down rain so we went to take our raincoat or umbrella. We all went to each of our houses, me and Fidela were running to get my umbrella that we agreed on sharing together. When we went back outside it started to not rain anymore but we still went to meet the others. A few minutes later, the rain stopped and we all were complaining about how we shouldn’t have gone to get our raincoats or umbrellas. We then continued our Eksplorasi dusun. We were instructed by the ETM team to gather information about the culture of the part of the village we were in and where the village was facing and others that I kinda forgot. We went around the village and asked the villagers about the stuff we were asked to find out. We also kinda got the answers from our other friends, but after one and a half hour time was up and the ETM team asked us to come back to the meet up point to discuss the answers we got. We were mostly correct but maybe there were some that were incomplete but the ETM team said that we did good. After that, we were done with our Eksplorasi dusun and closed it with a prayer. Me and Fidela were going back to our home to eat dinner and sleep. The others were also going back to their home. We said our goodbyes and left.
To me Eksplorasi dusun was the most fun activity I did, but still I didn’t do many activities because I was sick. The other activity that I didn’t join but sounds fun was ‘Jelajah Alam’. I wish I wasn’t sick but I atleast did have fun while Live In. The teachers and ETM team did a great job taking care of me and I would gladly go back to the village and have a second Live In. (kt)
Kedua orang tua asuh saya adalah orang yang tulus hati dan pekerja keras. Mereka sangat totalitas dengan pekerjaan seharian mereka. Bapak saya adalah Pak Jumari. Saya sempat berbincang dan bertanya tentang perjuangan dan komitmen hidupnya. Ia adalah seorang petani. Setiap pagi hingga sore hari Pak Jumari sangat tekun terhadap pekerjaannya, kadang kali cuaca tidak mendukung tetapi ia tetap pergi ke sawahnya. Walaupun beliau sudah lansia berumur 63 tahun, tetapi batas usia tidak menjadi penghalang buat bekerja. Ia tetap berjuang dan bersemangat karena masih mempunyai tanggungan anak yang harus dihidupi. Pak Jumari juga mempunyai komitmen hidup yang selalu ia pegang yaitu, ketika anak minta sesuatu ia ingin memenuhinya. Baginya anak itu sangat penting. Kepentingan anaknya
menjadi penyemangat dalam kehidupan Pak Jumari. Dari beliau saya belajar bahwa ketekunan dalam suatu hal yang kita sukai pasti tidak akanmembuahkanhasilyangburuk.
Selain Pak Jumari, saya juga mempunyai ibu Asuh yaitu Ibu Ponira. Beliau adalah orang yang sangat rendah hati dan penyayang. Saya dan Kayra dirawat seperti anaknya sendiri. Bu Ponira selalu bersemangat dalam kesehariannya karena mempunyai anak. Ia ingin membuat upah demi anaknya agar dapat memberikan dukungan untuk cita-cita anaknya dan memberikan mereka semangat. Ibu Ponira sangat peduli terhadap anaknya. Selain penyemangat, beliau juga mempunyai komitmen hidup yang ia pegang akan gunung merapi. Katanya walaupun desa ini dekat dengan gunungmerapi,tetapiiaselalupercayapenuhkepadaTuhan bahwa gunung merapi sebagai pengayom (pemberi kemakmuran, rezeki, penyuburan, dan hidup tentram).
Selama kehidupannya Ibu Ponira selalu bekerja keras untuk melakukan suatu agar mendapatkan kehidupan yang setara
dengan orang lain. Ia pernah berkata kepada saya dalam bahasa Jawa, “Aku wong ora duwe, ben ora keri sepodopodo. Ben yen njagong utowo layat iso nyumbang” -Bu Ponira. Artinya, “Meskipun saya orang tidak punya, jangan sampai seperti orang miskin. Biar hidup bisa seperti orang
lainbisamenyumbanguangsaatpestaataumelayat”.Saya sangat terinspirasi dari kata-kata ibu saya. Banyak hal yang dapat saya pelajari dan dapatkan dari Ibu Ponira
yaitu bahwa suatu hal tidak mudah didapatkan jika kita
tidakberusaha.(fvl,kt)
Nasihat kelima Santa Angela Nomor 6-7
berkelakuan baik di rumah, berakal budi sehat, bijaksana dan rendah hati dan bersikap sopan dan sederhana dalam segala hal."
"Peringatkan mereka supaya